2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas fluorescens) UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN PADA TANAMAN TOMAT
1. PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas flourescens) UNTUK
MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN PADA TANAMAN
TOMAT
(Makalah Produksi Tanaman Sayur)
Oleh
Husna
111121103
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
2. I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tomat (Solanum lycopersicum) adalah salah satu komoditas pertanian yang sangat
bermanfaat bagi tubuh karena mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan kesehatan. Buah tomat mengandung karbohidrat, protein,
lemak dan kalori. Buah tomat merupakan komoditas multiguna yang berfungsi
sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan, bahan
pewarna makanan, sampai kepada bahan kosmetik dan obat-obatan. Sebagai
sumber mineral, buah tomat dapat bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi
(zat kapur dan fospor), sedangkan zat besi (Fe) yang terkandung di dalam buah
tomat dapat berfungsi untuk pembentukan sel darah merah atau hemoglobin.
Selain itu tomat mengandung zat potassium yang sangat bermanfaat untuk
menurunkan gejala tekanan darah tinggi (Cahyono, 2008).
Produksi tomat di Indonesia masih tergolong rendah yaitu 7,5 ton/ha. Salah satu
upaya peningkatan produksi tanaman tomat adalah dengan teknik budidaya yang
baik dan pemupukan yang benar. Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi
pemupukan adalah dengan penggunaan pupuk hayati.
Pupuk hayati adalah mikrobia yang diberikan ke dalam tanah untuk meningkatkan
pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah atau udara. Umumnya
digunakan mikrobia yang mampu hidup bersama (simbiosis) dengan tanaman
inangnya. Keuntungan diperoleh oleh kedua pihak, tanaman inang mendapatkan
tambahan unsur hara yang diperlukan, sedangkan mikrobia mendapatkan bahan
organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya.
3. Salah satu grup mikroorganisme yang mempunyai potensi untuk dikembangkan
sebagai pupuk hayati adalah Pseudomonas flourescens. Bakteri ini berperan
sebagai pemacu pertumbuhan (Plant Growth Promoting Rhizobakteria = PGPR),
karena menghasilkan zat pengatur tumbuh (ZPT) dan dapat pula meningkatkan
ketersediaan hara melalui produksi asam organik (Linderman dan Paulizt, 1985).
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui manfaat
pupuk hayati P. flourescens, dan mengetahui tingkat efisiensi pupuk hayati P.
flourescens terhadap pertumbuhan tanaman tomat (S. lycopersicum).
4. II. PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas fluorescens)
UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN PADA
TANAMAN TOMAT
II.1 Deskripsi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)
Tanaman tomat ( S. lycopersicum) adalah tanaman semusim, berbentuk perdu atau
semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman berbunga (Angiospermae).
Bentuk daunnya bercelah menyirip tanpa stippelae (daun penumpu). Jumlah
daunnya ganjil, antara 5-7 helai. Di sela-sela pasangan daun terdapat 1-2 pasang
daun kecil yang berbentuk delta.
Untuk dapat berproduksi dengan baik diperlukan perkembangan organ
yang baik. Organ-organ tersebut adalah:
1. Akar. Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus ke
dalam tanah dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke arah samping tetapi
dangkal. Berdasarkan sifat perakaran ini, tanaman tomat akan tumbuh dengan
baik bila ditanam pada lahan yang gembur atau porous. Ketersediaan air dan
nutrisi merupakan dua faktor penting pada lingkungan perakaran, memiliki
dampak pada perkembangan tanaman.
2. Batang. Batang tanaman tomat berbentuk persegi empat hingga bulat,
berbatang lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan diantara bulu-
bulu tersebut terdapat rambut kelenjar. Batangnya berwarna hijau, pada ruas-ruas
batang mengalami penebalan, dan pada ruas-ruas bawah tumbuh akar pendek.
Selain itu batang tomat dapat bercabang dan apabila tidak dilakukan pemangkasan
akan bercabang banyak yang menyebar secara merata.
3. Daun. Daun tanaman tomat berbentuk oval, bagian tepinya bergerigi dan
membentuk celah-celah menyirip agak melengkung ke dalam. Daun berwarna
hijau dan merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah 5-7. Ukuran daun
5. sekitar (15-30) cm x (10-25) cm dengan panjang tangkai sekitar 3-6 cm. Diantara
daun yang berukuran besar biasanya tumbuh 1-2 daun yang berukuran kecil. Daun
majemuk pada tomat tumbuh berselang-seling atau tersusun spiral mengelilingi
batang tanaman.
4. Bunga. Bunga tanaman tomat berukuran kecil, berdiameter sekitar 2 cm
dan berwarna kuning cerah. Kelopak bunga yang berjumlah 5 buah dan berwarna
hijau terdapat pada bagian bawah atau pangkal bunga. Bagian lainnya adalah
mahkota bunga, berjumlah 6 buah dan berukuran sekitar 1 cm. Bunga tomat
merupakan bunga sempurna, karena benang sari dan kepala putik terletak pada
bungan yang sama. Bunganya memiliki 6 buah tepung sari dengan kepala putik
berwarna kekuningan.
5. Buah. Buah tomat memiliki bentuk yang bervariasi, bergantung pada
jenisnya. Ada buah tomat yang berbentuk bulat, oval, dan bulat persegi. Ukuran
nya sangat bervariasi, yang berukuran paling kecil memiliki bobot 8 gram dan
yang berukuran besar memiliki bobot 180 gram. Buah tomat yang masih muda
berwarna hijau-muda, bila sudah matang berubah menjadi merah. Buah tomat
muda memiliki rasa getir dan beraroma tidak sedap, sebab masih mengandung zat
lycopersicin yang berbentuk lendir.
Aroma yang tidak sedap itu akan hilang dengan sendirinya pada saat buah
memasuki fase pematangan hingga matang. Rasanya juga akan berubah menjadi
manis agak masam yang mencirikan rasa buah tomat. Buah tomat terdiri dari 2
hingga 12 lokul yang mengandung banyak biji.
II.1.1Agriklimat
Untuk pertumbuhan yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah
gembur dengan pH antara 5-6. Temperatur udara yang terbaik bagi pertumbuhan
tomat adalah 23°C pada siang hari dan 17°C pada malam hari. Selisihnya adalah
6°C. Suhu yang tinggi diikuti kelembaban yang relatif tinggi menyebabkan
penyakit daun berkembang, sedangkan kelembaban yang relatif rendah dapat
mengganggu pembentukan buah. Untuk tanaman tomat yang masih muda,
kelembaban relatif tinggi (95%) akan merangsang pertumbuhan, karena asimilasi
menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak.
6. II.2 Pengertian Pupuk Hayati Pseudomonas flourescens.
Pseudomonas merupakan salah satu genus dari Famili Pseudomonadaceae.
Bakteri ini berbentuk batang lurus atau lengkung, ukuran tiap sel bakteri 0.5-0.1
1μm x 1.5- 4.0 μm, tidak membentuk spora dan bereaksi negatif terhadap
pewarnaan Gram, aerob, menggunakan H2 atau karbon sebagai energinya,
kebanyakan tidak dapat tumbuh dalam kondisi masam (pH 4,5). Adapun
taksonomi dari P. flourescens sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies : Pseudomonas flourescens
P. flourescens termasuk kedalam bakteri yang dapat ditemukan dimana saja
(ubiquitous), seringkali ditemukan pada bagian tanaman (permukaan daun dan
akar) dan sisa tanaman yang membusuk, tanah dan air (Bradbury, 1986 dalam
Supriadi, 2006). Ciri yang mencolok dan mudah dilihat dari P. flourescens adalah
kemampuannya menghasilkan pigmen pyoverdin dan atau fenazin pada medium
King’s B sehingga terlihat berpijar bila terkena sinar UV. P. flourescens telah
dimanfaatkan sebagai agens hayati untuk beberapa jamur dan bakteri patogen
tanaman.
Kemampuan P. flourescens menekan populasi patogen diasosiasikan dengan
kemampuan untuk melindungi akar dari infeksi patogen tanah dengan cara
mengkolonisasi permukaan akar, menghasilkan senyawa kimia seperti antijamur
dan antibiotik serta kompetisi dalam penyerapan kation Fe (Supriadi, 2006).
Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa P. flourescens dapat mengendalikan
penyakit layu fusarium pada tanaman pisang (Djatnika I,2003); penyakit virus
kuning pada tanaman cabai (Yulmira Y, 2009); penyakit layu bakteri (Ralstonia
solanacearum) pada tanaman kacang tanah (Suryadi, Y, 2009).
7. P. flourescens yang hidup didaerah perakaran tanaman dapat berperan sebagai
jasad renik pelarut fosfat, mengikat nitrogen dan menghasilkan zat pengatur
tumbuh bagi tanaman sehingga dengan kemampuan tersebut P. flourescens dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk biologis yang dapat menyediakan hara untuk
pertumbuhan tanaman.
II.3 Pemanfaatan Pseudomonas flourescens sebagai Pupuk Hayati untuk
Meningkatkan Efisiensi Pemupukan pada Tanaman Tomat (Solanum
lycopersicum)
Bakteri P. flourescensdigunakan sebagai pupuk hayati karena bakteri ini dapat
melarutkan fosfat, mengikat nitrogen dan menghasilkan zat pengatur tumbuh
(ZPT). P. flourescensdapat meningkatkan efisiensi pemupukan pada tanaman
tomat karena mengingat harga pupuk kimia yang semakin naik, selain itu bakteri
ini juga dapat berkembang biak dengan baik karena bersimbiosis dengan akar
tanaman.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jumsu Trisno dan kawan-kawan
(2006) menunjukkan bahwa tanaman yang diaplikasikan P. flourescens
menunjukkan pertumbuhan yang baik dengan memperhatikan tinggi tanaman dan
jumlah daun pada tanaman tomat. Hasil pengamatan tinggi tanaman dan jumlah
daun tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman tomat sesuai
perlakuan.
Perlakuan
Tinggi Tanaman
(cm)
Peningkatan
(%)
Jumlah
Daun
Peningkatan
(%)
A (Kontrol) 40,88 0 52 0
B (Pf + dosis
pupuk P normal) 50,88 24,46 59 13,65
C (Pf + 1/2 dosis
pupuk P normal) 49,77 21,75 55 6,85
D (Pf tanpa
pupuk P) 42 2,74 59 4,03
8. Keterangan :
Pf = Pseudomonas flourescens
Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa aplikasi P. flourescens dapat
meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman tomat (Perlakuan
B,C, dan D). Pemberian P. flourescens diikuti dengan pemberian pupuk P dengan
dosis normal (perlakuan B) menunjukkan pertambahan tinggi yang baik
dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan pertambahan tinggi sebesar
24,46%.Peningkatan jumlah daun tertinggi juga terdapat pada perlakuan B yaitu
sebesar 13,65%. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi bakteri P. flourescens
berdampak positif bagi tanaman tomat dan dapat meningkatkan efisiensi
pemupukan pada tanaman tomat.
Selain tinggi tanaman dan jumlah daun, bakteri P. flourescens juga berpengaruh
terhadap bobot basah dan bobot kering tanaman tomat. Data bobot basah dan
bobot kering tanaman tomat dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata berat basah dan berat kering tanaman tomat dengan aplikasi dan
tanpa aplikasi Pf
Perlakuan
Berat Basah
(gr)
Peningkatan
(%)
Berat Kering
(gr)
Peningkatan
(%)
A (Kontrol) 31,4 0 7,3 0
B (Pf + dosis
pupuk P
normal) 58,4 85,99 13,55 85,62
C (Pf + 1/2
dosis pupuk
P normal) 43,9 39,81 13,08 79,18
D (Pf tanpa
pupuk P) 42,41 35,06 9,41 28,9
Keterangan :
Pf = Pseudomonas flourescens
Data diatas menunjukkan bahwa perlakuann dengan aplikasi P. flourescens (B,C
dan D) menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan A
(Kontrol). Pada perlakuan B (Pf + pupuk P dosis normal) meningkatkan berat
9. basah 85,99% dan meningkatkan berat kering sebesar 85,62%. Pada perlakuan D
(P. flourescens tanpa pupuk P) meningkatkan hasil berat basah 35,06% dan bobot
kering 28,90%.
Pengamatan terhadap produksi tanaman tomat disajikan dalam tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata berat buah tanaman tomat sesuai perlakuan
Perlakuan Hasil (Kg/Tan) Hasil (ton/ha)
Peningkatan
(%)
A (Kontrol) 0,161 6,44 0
B (Pf + dosis
pupuk P normal) 0,26 10,4 61,49
C (Pf + 1/2 dosis
pupuk P normal) 0,208 8,32 29,19
D (Pf tanpa
pupuk P) 0,164 6,56 1,86
Keterangan :
Pf = Pseudomonas flourescens
Data diatas menunjukkan perbedaan yang signifikan dari berat buah tomat pada
setiap perlakuan. Pada perlakuan B didapatkan peningkatan hasil buah tomat
tertinggi yaitu 61,49%. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan aplikasi bakteri
P. flourescensdan pupuk P dengan dosis normal akan meningkatkan hasil buah
pada tanaman tomat.
Dari ketiga tabel diatas maka kita dapat mengetahui bahwa pengaplikasian P.
flourescensdapat mempengaruhi tinggi tanaman tomat, jumlah daun, berat basah,
berat kering serta hasil buah pada tanaman tomat. Hal ini menunjukkan bahwa
bakteri Pseudomonas flourescenssebagai pupuk hayati dapat digunakan untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan pada tanaman tomat dan bersifat
menguntungkan.
10. III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah dibuat maka dapat disimpulkan bahwa aplikasi pupuk
hayati P. flourescens dapat meningkatkan efisiensi pemupukan karena bakteri P.
flourescens dapat melarutkan fosfat, mengikat nitrogen dan menghasilkan zat
pengatur tumbuh bagi tanaman tomat. Bakteri ini bersimbiosis dengan akar
tanaman sehingga tanaman inang mendapatkan tambahan unsur hara yang
diperlukan, sedangkan mikrobia mendapatkan bahan organik untuk aktivitas dan
pertumbuhannya.
III.2 Saran
Dengan diketahuinya bahwa pemanfaatan pupuk hayati P. flourescens dapat
meningkatkan efisiensi pemupukan maka sebaiknya kita mulai menerapkan
penggunaan pupuk hayati P. flourescens. Dalam aplikasi pupuk hayati ini juga
harus dilakukan dengan tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara.
11. DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, I., 2008, Tomat : Usaha Tani dan Penganganan Pasca Panen,
Kanisius, Yogyakarta.
Djatnika I. dkk., 2003. Peranan Pseudomonas flourescens MR 96 Pada Layu
Fusarium Tanaman Pisang. DalamJurnal Hortikultura 13 (3) : 212 – 218,
2003.
Hasanudin, MSc.,Dr., Ir., 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme dalam
Sistem Pengendalian Penyakit Tumbuhan Secara Terpadu. Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera
Utara.
Lindermann, R.G dan T.C Paulizt. 1990. Mycorhizal Rhizobacterial. Biological
Control of Soil Born Pathogens. D.Hombly (Ed.). 267-283 CAB.
International, Wellingford, England.
Supriadi., 2006. Analisis Resiko Agens Hayati Untuk Pengendalian Patogen Pada
Tanaman. DalamJurnal Litbang Pertanian 25 (3), 2006.
Suryadi, Y., 2009. Efektifitas Pseudomonas flourescens Terhadap Layu Bakteri
(Ralstonia solanacearum) Pada Tanaman Kacang Tanah.Dalam Jurnal
HPT Tropika. ISSN 1411-7525. Vol. 9 No. 2 ; 174 – 180, September ,
2009.
Trisno, Jumsu dkk. 2006. Pemanfaatan Bakteri Pseudomonas fluorescens sebagai
Pupuk Hayati untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat di
Kelurahan Lambung Bukit Kecamatan Pauh Kotamadya Padang.
Direktorat Pembinaan Pengembangan Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian
kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional: 1-13
Yulmira Y., 2009. Aplikasi Agens Hayati Pseudomonas flourescens Sebagai
Penginduksi Ketahanan untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Cabai
Terhadap Penyakit Virus Kuning di Kecamatan Kuraji, Kotamadya
Padang. DalamWarta Pengabdian Andalas Vol. 15 No. 22, 2009.