Pengayaan: Jurnal Manajemen, 12 (5) (2022)
Diterbitkan oleh:Institut Ilmu Komputer (IOCS)
Pengayaan: Jurnal Manajemen
Beranda jurnal:www.enrichment.iocspublisher.org
Model Altman Z-Score, Springate, Grover, Ohlson dan
Zmijweski untuk Menilai Potensi Distress Keuangan
PT. Garuda Indonesia Tbk Selama dan Setelah
Pandemi covid-19
Agung Anggoro Seto
Program Studi Bisnis Manajemen, Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang, Indonesia
INFO ARTIKEL ABSTRAK
Riwayat artikel: Penelitian ini bertujuan untuk menilai PT. Potensi financial
distress Garuda Indonesia Tbk selama dan setelah pandemi
covid-19. Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif
kuantitatif; hal tersebut menggambarkan potensi financial
distress pada PT. Garuda Indonesia Tbk. Data sekunder yang
digunakan yaitu laporan keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk
untuk tahun 2018-2021. Pendekatan pengumpulan data
melibatkan dokumentasi dan studi literatur. Metode analisis
data menggunakan analisis deskriptif dengan variabel
penelitian financial distress. Lima model penelitian yang
digunakan untuk mengukur financial distress adalah Z-Score
Altman, Springate, Grover, Ohlson, dan Zmijweski. Temuan
menunjukkan bahwa PT. Garuda Indonesia Tbk dalam kondisi
financial distress atau berpotensi bangkrut antara tahun 2018
sampai dengan tahun 2021,
Diterima 04 November 2022
Revisi 11 Nov 2022
Diterima 02 Des 2022
Kata kunci:
Z-Skor Altman
Musim semi
Grover
Ohlson
Zmijweski
Ini adalah artikel akses terbuka di bawahCC BY-NClisensi.
Penulis yang sesuai:
Agung Anggoro Seto,
Program Studi Bisnis Manajemen,
Politeknik Negeri Sriwijaya,
Bukit Besar, Palembang, 30137, Indonesia
Email: agung.anggoro.seto@polsri.ac.id
PERKENALAN
Laba adalah salah satu alasan utama berdirinya sebuah bisnis. Perencanaan bisnis dan strategi manajemen yang
baik diperlukan untuk mencapai tujuan ini, tetapi masih ada bahaya yang dapat menyebabkan perusahaan
mengalami kerugian meskipun telah direncanakan dan dikelola dengan benar. . Risiko eksternal, seperti pandemi
Covid-19 yang tidak dapat diantisipasi, merupakan salah satu bahaya yang dapat menyebabkan korporasi
mengalami kerugian.
Pandemi covid-19 di tahun 2019 telah mengganggu operasional perusahaan; maskapai penerbangan adalah
salah satu jenis perusahaan yang paling terkena dampak pandemi covid-19; selama pandemi covid-19, maskapai
penerbangan terpaksa menghentikan kegiatan operasional karena kendala sosial yang meluas. Besar. Beberapa
Beranda jurnal: www.enrichment.iocspublisher.org
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.com
3820 - ISSN 2087-6327 (Cetak)|2721-7787 (Online)
keuntungan perusahaan penerbangan pasti menurun karena penangguhan yang lama dari kegiatan
operasional mereka. Di sisi lain, korporasi harus menanggung biaya tetap; akibatnya, beberapa
perusahaan penerbangan diantisipasi akan mengalami kesulitan keuangan.
Financial distress adalah keadaan dimana keuangan perusahaan berada dalam kondisi yang kurang baik (Dewi
et al., 2019; Zhafirah & Majidah, 2019). Kesulitan keuangan adalah salah satu prediktor paling awal dari
kebangkrutan perusahaan yang akan datang (Fatmawati & Wahidahwati, 2017). Financial distress dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain kondisi keuangan perusahaan yang kurang menguntungkan, kondisi ekonomi atau
eksternal perusahaan yang kurang baik, seperti pandemi Covid-19 (Armadani et al., 2021), tata kelola perusahaan
yang tidak memadai, kegagalan inovasi teknologi, likuiditas & pendanaan kejutan, kinerja operasi yang buruk, dan
leverage keuangan yang tinggi (Altman et al., 2019). PT. Garuda Indonesia Tbk diproyeksikan mengalami financial
distress akibat pandemi Covid-19.
PT. Garuda Indonesia Tbk adalah maskapai penerbangan milik pemerintah Indonesia dengan
kepemilikan mayoritas dipegang oleh pemerintah Indonesia. Munculnya pandemi Covid-19 tidak hanya
membuat PT. Garuda Indonesia Tbk, namun juga memperburuk kondisi keuangannya. Sebelum adanya
pandemi Covid-19, diketahui bahwa PT. Garuda Indonesia Tbk mengalami kesulitan keuangan, karena
operasional perusahaan dari tahun 2017 hingga 2018 sebelum pandemi covid-19 konsisten merugi. Di
sisi lain, liabilitas jangka pendek yang harus dipenuhi antara tahun 2016-2018 terus meningkat,
meskipun peningkatan aset telah mengimbangi.
Di masa pandemi Covid-19, kondisi ini semakin memburuk karena PT. Total utang Garuda Indonesia Tbk naik setiap
tahunnya; pada tahun 2019, total utang sebesar US$ 3.735 juta, meningkat menjadi US$ 12.733 juta pada tahun 2020 dan
US$ 13.302 juta pada tahun 2021. PT tidak hanya harus menanggung seluruh utangnya tetapi juga kewajiban jangka
pendeknya. Selama pandemi Covid-19, pendapatan Garuda Indonesia Tbk meningkat dari $3,257 juta pada tahun 2019
menjadi $4,294 juta pada tahun 2020 dan selanjutnya menjadi $5,774 juta pada tahun 2021
Peningkatan liabilitas perusahaan tanpa peningkatan aset perusahaan yang sesuai menandakan
kemungkinan masalah likuiditas (Armereo et al., 2020). Rasio likuiditas mengukur kapasitas perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya, dan perusahaan memiliki likuiditas yang cukup jika dapat memenuhi
kewajibannya saat ini dengan aset yang ada (Ariwibowo et al., 2022). Selain itu, likuiditas merupakan
komponen financial distress (Altman et al., 2019).
Kesulitan keuangan sangat penting untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan sebagai
tindakan pencegahan terhadap kebangkrutan perusahaan (Gamayuni, 2011). Model Altman Z-Score dapat
meramalkan default perusahaan dengan presisi hingga 95% (Burhanudin & Widayanti, 2017; Effendi, 2018;
Gamayuni, 2011). Selain itu, model Zmijewski, Grover, dan Springate memiliki tingkat akurasi hingga seratus
persen untuk memprediksi kebangkrutan (Sari & Yunita, 2019). Model Ohlson sering digunakan untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan dan memiliki akurasi hingga 90% (Sembiring, 2016; Suryawardani,
2015). Meskipun studi sebelumnya telah membahas akurasi evaluasi masing-masing model kebangkrutan,
masih diperlukan penelitian tambahan mengenai financial distress dengan menggunakan semua model
maskapai akibat pandemi covid-19.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan deskriptif; hal tersebut menggambarkan potensi financial
distress pada PT. Garuda Indonesia Tbk. Data yang digunakan adalah data sekunder dari laporan keuangan
tahunan PT. Prakiraan 2018-2021 untuk Garuda Indonesia Tbk dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia.
Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi dan studi literatur. Metode analisis data menggunakan
analisis deskriptif dengan variabel penelitian financial distress. Penelitian ini menggunakan 5 model
pengukuran untuk mengukur financial distress yaitu:
A. Model Z-Skor Altman
Yakni, model evaluasi financial distress dengan menggunakan teknik statistik
analisis diskriminan multivariat bertahap. Model Altman Z-score diukur
menggunakan rumus berikut (Altman et al., 2019):
Pengayaan, , Vol.12, No. 5, Desember 2022: hlm 3819-3826
Pengayaan: Jurnal Manajemen ISSN 2087-6327 (Cetak)|2721-7787 (Online) -3821
Z = 0,717X1+ 0,847X2+ 3,107X3+ 0,420X4+ 0,988X5
Di mana :
X1
X2
X3
X4
X5
Mengenai kriteria pengambilan keputusan:
- Jika Z-Score > 2,675 maka perusahaan dinyatakan sehat
- Jika Z-Score 1,81< Z< 2.675 maka perusahaan berada di area abu-abu
- Jika Z-Score < 1,81 maka perusahaan pailit.
:
:
:
:
:
Modal kerja sebagai persentase dari total aset Laba
ditahan sebagai persentase dari total aset EBIT
terhadap total aset
Nilai pasar ekuitas/nilai buku utang
Total aset/penjualan
B. Model Springate
Model Springate merupakan model prediksi kebangkrutan dengan menggunakan
pendekatan Multiple Discriminate Analysis. Model Springate menggunakan banyak rasio
keuangan untuk memprediksi kebangkrutan; dimana model Springate dirumuskan sebagai
berikut (Aadilah & Hadi, 2022):
S = 1,03X1+ 3,07X2+ 0,66X3+ 0,4X4
Di mana :
X1
X2
X3
X4
Landasan Pengambilan Keputusan (Wulandari & Dp, 2014):
Jika nilai S > 0,862 maka perusahaan dalam keadaan sehat Jika nilai S <
0,862 maka perusahaan dalam kondisi financial distress
:
:
:
:
Aset untuk modal kerja
EBIT / total aset
EBT / kewajiban lancar
Total aset/penjualan
C. Model Grover
Secara spesifik, model yang dibuat oleh Jeffrey Grover pada tahun 1968 ini didasarkan pada
sampel model Altman Z-Score (Priambodo & Pustikaningsih, 2018), dimana seleksi dibangun
kembali dengan menambahkan 13 rasio keuangan kemudian dievaluasi untuk mendapatkan
persamaan model Grover ( Sudrajat & Wijayanti, 2019). Perumusan model Grover adalah
sebagai berikut:
G = 1.650X1+ 3,404X2– 0,016X3+ 0,057
Dimana :
X1
X2
X3
Kriteria pengambilan keputusan:
- Jika G< -0,02 termasuk dalam kategori bangkrut
- Jika G> 0,01 termasuk dalam kategori tidak bangkrut
:
:
:
Modal kerja terhadap total aset
EBIT / total aset
Pendapatan bersih / total aset
D. Model Zmijewski
Model Zmijewski memasukkan validitas rasio keuangan dalam persamaan modelnya
untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan (Komarudin et al., 2019). Persamaan
berikut mengungkapkan model Zmijewski:
Zm = -4,3 – 4,5X1+ 5,7X2– 0,004X3
Di mana :
X1
X2
X3
Kriteria pengambilan keputusan:
:
:
:
Pengembalian aset
Rasio hutang
Aset Lancar / Kewajiban Lancar
Agung Anggoro Seto, Altman Model Z-Score, Springate, Grover, Ohlson dan Zmijweski untuk Menilai
Potensi Financial Distress PT. Garuda Indonesia Tbk Selama dan Setelah Pandemi Covid-19
3822 - ISSN 2087-6327 (Cetak)|2721-7787 (Online)
- Jika Zm> 0 perusahaan dalam kesulitan keuangan
- Jika Zm < 0 maka perusahaan dalam keadaan sehat
e. Model Ohlson
Model ini merupakan salah satu model yang memasukkan faktor conditional logit untuk
meramalkan kebangkrutan yang dikembangkan oleh James Ohlson. Keuntungan mengadopsi
elemen logit dependen ini membuatnya tidak perlu mengasumsikan batasan MDA, memungkinkan
sampel yang tidak perlu untuk dievaluasi (Widiasmara & Rahayu, 2019). Model Ohlson dinyatakan
dalam persamaan berikut:
O = -1,32 – 0,407X1+ 6,03X2– 1,43X3+ 0,0757X4– 2,37X5– 1,83X6+ 0,285X7+ 1,72X8– 0,521X9
Di mana :
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Log Total aset /GNP Total liabilitas /
total aset Modal kerja / total aset
Lancar Liabilitas / aset lancar Skor 1
jika total liabilitas > total aset Laba
bersih / total aset
Arus kas / total kewajiban
Skor 1 jika total kewajiban > total aset, 0 jika tidak
(Pendapatan bersih tahun t – Pendapatan bersih tahun t-1) / (Pendapatan bersih tahun t +
Pendapatan bersih tahun t-1)
Kriteria pengambilan keputusan
- Jika skor O > 0,38 maka perusahaan mengalami financial distress
- Jika skor O < 0,38 maka perusahaan berada pada posisi sehat
HASIL DAN DISKUSI
Prediksi PT. Garuda Indonesia Tbk menggunakan model Altman Z-Score
Z-Score Altman adalah versi modifikasi dari metode Edward L. Altman untuk memperkirakan
kemungkinan kebangkrutan perusahaan, yang dapat diterapkan pada perusahaan swasta dan publik
(Nurcahyanti, 2015). Berdasarkan hasil perhitungan terhadap indikator penilaian pada model Altman Z-
Score, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Tabel 1.Hasil Penilaian Model Altman Z-Score
Tahun
Indikator
2018
- 0,4768
0,0201
- 0,0551
0,3727
1,0421
0,6902
Bangkrut
2019
- 0,4767
0,0036
0,0014
0,3508
1.0263
0,8271
Bangkrut
2020
- 0,3483
- 0,0003
- 0,2042
0,1040
0,1113
- 0,7307
Bangkrut
2021
- 0,7599
- 0,0005
- 0,5508
0,1006
0,1447
- 2.0716
Bangkrut
Modal kerja terhadap aset (X1) Laba
ditahan terhadap total aset (X2) EBIT
terhadap total aset (X3)
Nilai pasar ekuitas / nilai buku utang (X4)
Penjualan / total aset (X5)
Skor
Penafsiran
Hasil penilaian Altman Z-Score PT. Garuda Indonesia Tbk tahun 2018-2021 menunjukkan bahwa PT.
Garuda Indonesia Tbk diperkirakan akan mengalami kebangkrutan dimana nilai Altman Z-Score setiap
tahun mulai tahun 2018-2021 berada di bawah batas minimal <1,81. Potensi gagal bayar PT. Garuda
Indonesia Tbk tercermin dari beberapa indikator Altman Z-Score yang berada pada posisi kurang baik,
seperti nilai aset modal kerja (X1) yang berada pada posisi minus dari tahun 2018-2021 dan EBIT
terhadap total aset (X3) yang berada pada posisi minus pada tahun 2018, 2020 dan 2021. Angka negatif
EBIT untuk menyelesaikan investasi menyiratkan bahwa PT. Garuda Indonesia Tbk menderita kerugian
dari kegiatan operasionalnya, meningkatkan kemungkinan kebangkrutan. PT Garuda
Pengayaan, , Vol.12, No. 5, Desember 2022: hlm 3819-3826
Pengayaan: Jurnal Manajemen ISSN 2087-6327 (Cetak)|2721-7787 (Online) -3823
Indonesia mungkin tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya karena nilai negatif dari aset modal
kerjanya, yang dihasilkan dari kewajiban lancar perusahaan yang substansial yang harus dibayar relatif terhadap
kepemilikan aset lancarnya.
Kondisi PT Garuda Indonesia Tbk yang dalam keadaan kesulitan keuangan dan diprediksi mengalami
kebangkrutan, tentunya membutuhkan beberapa alternatif strategi perbaikan (Altman et al., 2019) mengungkapkan
bahwa perusahaan yang berada di zona abu-abu dan zona kebangkrutan dapat melakukan beberapa rencana
perbaikan, seperti melalui restrukturisasi aset dan restrukturisasi keuangan. Restrukturisasi aset dapat dilakukan
dengan menjual aset yang tidak produktif. Sebaliknya, restrukturisasi keuangan dapat dilakukan dengan melunasi
dan mengevaluasi pinjaman yang membebani biaya modal sehingga biaya modal perusahaan menjadi lebih rendah
(Armadani et al., 2021).
Prediksi Kebangkrutan PT. Garuda Indonesia Tbk menggunakan model Springate
Model Springate merupakan model prediksi kebangkrutan dengan menggunakan pendekatan Multiple
Discriminate Analysis. Berdasarkan hasil perhitungan model Springate, diperoleh temuan sebagai
berikut:
Meja 2:Hasil Indikator Tahun Penilaian Model Springate
Tahun
Indikator
2018
- 0,4768
- 0,0551
- 0,0748
1,0421
- 0,29
Keuangan
kesulitan
2019
- 0,4767
0,0014
0,0020
1.0263
- 0,07
Keuangan
kesulitan
2020
- 0,3483
- 0,2042
- 0,5130
0,1113
- 1,28
Keuangan
kesulitan
2021
- 0,7599
- 0,5509
- 0,6865
0,1447
- 2,87
Keuangan
kesulitan
Modal kerja terhadap aset (X1)
EBIT / total aset (X2)
EBT / kewajiban lancar (X3)
Penjualan / total aset (X4)
Skor
Penafsiran
Berdasarkan model skor Springate ditentukan bahwa PT. Garuda Indonesia Tbk berada dalam situasi
financial distress yang memungkinkan potensi kebangkrutan ketika skor model Springate tahun 2018-2021
berada di antara -0,07 hingga -2,87. Kesulitan keuangan yang dialami PT. Garuda Indonesia menyebabkan
kerugian (EBIT dan EBT negatif) yang diderita oleh PT. Garuda Indonesia Tbk yang membuat indikator X2 dan
X3 pada model Springate bermusuhan. Angka EBIT dan EBT yang negatif menunjukkan bahwa kegagalan
manajemen dalam mengelola kegiatan operasionalnya mengakibatkan kerugian. Kerugian PT. Garuda
Indonesia Tbk, terutama pada tahun 2020-2021, karena kondisi pandemi yang menghambat aktivitas
operasional perusahaan. Hasil ini sejalan dengan studi yang menunjukkan bahwa pandemi Covid-19
mengakibatkan masalah keuangan bagi beberapa perusahaan (Rahmah & Novianty,
Prediksi Kebangkrutan PT. Garuda Indonesia Tbk menggunakan model Grover
Model Grover merupakan model prediksi kebangkrutan yang didirikan oleh Jeffrey Grover pada tahun 1968,
dengan memanfaatkan data dalam model Altman Z-Score (Priambodo & Pustikaningsih, 2018). Berdasarkan
hasil perhitungan banyak rasio yang menjadi indikasi model Grover, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Penilaian Model Grover
Tahun
2019
- 0,4767
0,0206
0,0014
- 0,7249
Bangkrut
Indikator
2018
- 0,4768
- 0,0625
- 0,0551
- 0,9162
Bangkrut
2020
- 0,3483
- 0,2295
- 0,2042
- 1.2091
Bangkrut
2021
- 0,7599
- 0,5803
- 0,5509
- 3.0626
Bangkrut
Modal kerja terhadap aset
(X1) EBIT / Aset (X2)
Laba Bersih / Total Aset (X3)
Skor
Penafsiran
Berdasarkan temuan perhitungan dengan menggunakan model Grover, PT. Garuda Indonesia Tbk. diklasifikasikan
sebagai perusahaan yang diproyeksikan akan mengajukan kebangkrutan selama 2018-2021, seperti Skor Grover dari 2018-
Agung Anggoro Seto, Altman Model Z-Score, Springate, Grover, Ohlson dan Zmijweski untuk Menilai
Potensi Financial Distress PT. Garuda Indonesia Tbk Selama dan Setelah Pandemi Covid-19
3824 - ISSN 2087-6327 (Cetak)|2721-7787 (Online)
2021 selalu kurang dari -0,02. Skor Grover PT. Garuda Indonesia Tbk mengalami penurunan yang cukup besar
selama masa pandemi, yaitu pada tahun 2020 dan 2021, dimana nilai Grover Score turun dari -0,7249 pada tahun
2019 menjadi -1,2091 pada tahun 2020 dan kemudian menjadi -3.061 pada tahun 2021. PT menyebabkan penurunan
Grover's Score ini. Garuda Indonesia Tbk secara konsisten membukukan kerugian selama masa pandemi (2020-2021)
dalam kegiatan operasionalnya, menyebabkan indikator EBIT/Aset dan Net Income/Total Assets terus mencatatkan
nilai negatif. Jika ditelaah lebih jauh, hilangnya kegiatan operasional disebabkan oleh adanya pembatasan
operasional penerbangan akibat pandemi terutama pada tahun 2020 dan 2021, sehingga PT. Garuda Indonesia Tbk
jatuh dan tidak dapat memenuhi biaya operasionalnya.
Prediksi Kebangkrutan PT. Garuda Indonesia Tbk menggunakan Model Ohlson
Model Ohlson mengandung komponen logit bersyarat untuk memprediksi kebangkrutan. Hasil berikut
diperoleh dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan model Ohlson:
Tabel 4. Hasil Indikator Tahun Penilaian Model Ohlson
Tahun
Indikator
2018
3.0239
0,8460
- 0,4768
2.8348
0,0000
- 0,0625
0,0720
1.0000
0,0982
3.8873
Bangkrut
2019
3.0264
0,8383
- 0,4767
2.8731
0,0000
0,0206
0,0801
0,0000
- 2.0883
3.1121
Bangkrut
2020
3.4389
1.1801
- 0,3483
8.0045
1.0000
- 0,2295
0,0156
1.0000
1.0768
3.7176
Bangkrut
2021
3.2185
1,8495
- 0,7599
18.8775
1.0000
- 0,5803
0,0041
1.0000
0,2552
9.1450
Bangkrut
Log Total Aset/GNP (X1) Total Liabilitas /
Total Aset (X2) Modal Kerja / Total Aset (X3)
Liabilitas Lancar / Aset Lancar (X4) Skor 1
jika Total Liabilitas > Total Aset (X5) Laba
Bersih / Total Aset (X6 )
Arus kas / total liabilitas (X7)
Skor 1 jika laba bersih negatif dan 0 jika positif (X8) (NI
tahun t – NI tahun t-1) / (NI tahun t + NI tahun t-1) (X9)
Skor
Penafsiran
Berdasarkan perhitungan skor model Ohlson diketahui bahwa PT. Garuda Indonesia akan berada dalam
kondisi financial distress dari tahun 2018 hingga tahun 2021, dengan skor Ohlson 3,8873 pada tahun 2018, 3,1121
pada tahun 2019, 3,7176 pada tahun 2019, dan 9,1450 pada tahun 2021. Skor Ohlson secara konstan > 0,38
menunjukkan bahwa kondisi keuangan dari PT. Garuda Indonesia Tbk sedang dalam keadaan kesulitan keuangan.
Tingginya nilai Ohlson Score PT. Garuda Indonesia Tbk di atas ambang batas yang ditentukan terutama pada tahun
2021 disebabkan oleh beberapa faktor seperti nilai utang yang cenderung lebih tinggi dari aset sehingga
menyebabkan indikator nilai X4, X2 dan X5 menjadi sangat buruk.
Prediksi PT. Kebangkrutan Garuda Indonesia Tbk menggunakan model Zmijweski
Model Zmijewski merupakan model prediksi kebangkrutan perusahaan yang memasukkan validitas
rasio keuangan ke dalam persamaan modelnya (Komarudin et al., 2019). Berikut hasil perhitungan
model Zmijweski untuk PT. Garuda Indonesia Tbk tahun 2018-2021.
Tabel 5. Hasil Penilaian Model Zmijweski
Tahun
Indikator 2018
- 0,0625
0,8460
0,3528
0,8024
Keuangan
kesulitan
2019
0,0206
0,8383
0,3481
0,3842
Keuangan
kesulitan
2020
- 0,2295
1.1801
0,1249
3.4588
Keuangan
kesulitan
2021
- 0,5803
1,8495
0,0530
8.8532
Keuangan
kesulitan
ROA (X1)
Rasio Utang (X2)
Aset Lancar / Kewajiban Lancar (X3)
Skor
Penafsiran
Perhitungan dengan menggunakan model Zmijweski menunjukkan bahwa PT. Garuda Indonesia Tbk akan mengalami
financial distress dari tahun 2018 hingga tahun 2021 yang ditunjukkan dengan Zmijweski Score > 0. Zmijweski score yang
selalu lebih besar dari 0 disebabkan oleh nilai ROA pada tahun 2018, 2020, dan 2021 yang mencatatkan nilai negatif,
menunjukkan bahwa PT. Garuda Indonesia Tbk membukukan rugi bersih pada periode tersebut
Pengayaan, , Vol.12, No. 5, Desember 2022: hlm 3819-3826
Pengayaan: Jurnal Manajemen ISSN 2087-6327 (Cetak)|2721-7787 (Online) -3825
bertahun-tahun. Selain faktor ROA, nilai positif PT. Garuda Indonesia Tbk juga disebabkan oleh tingginya rasio utang
yang melebihi 83% setiap tahunnya, serta pada tahun 2020 dan 2021 masing-masing sebesar 118% dan 184%.
Menurut model Zmijweski, PT. Garuda Indonesia Tbk kemungkinan akan mengalami kesulitan keuangan karena
tingkat hutang yang tinggi dan tidak efektif untuk menghasilkan keuntungan.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan lima metode prediksi kebangkrutan,
PT. Garuda Indonesia Tbk berada dalam kondisi financial distress dari tahun 2018 hingga tahun
2021. Hal ini dibuktikan dengan hasil dari lima metode prediksi kebangkrutan yang menghasilkan
skor interpretasi di bawah tolok ukur kesehatan keuangan yang baik. Studi ini menemukan bahwa
PT. Kondisi keuangan Garuda Indonesia Tbk cenderung memburuk pada masa pandemi COVID-19
yang ditunjukkan dengan skor model prediksi pada masa pandemi (2020 dan 2021) yang lebih
rendah dibandingkan sebelum pandemi COVID-19. Menghindari potensi kebangkrutan
berdasarkan hasil perhitungan; disarankan agar PT. Manajemen Garuda Indonesia Tbk mengambil
langkah-langkah strategis untuk perbaikan, seperti mengajukan penangguhan atau renegosiasi
pembayaran utang (restrukturisasi keuangan),
Referensi
Aadilah, SR, & Hadi, TP (2022). Analisis Tingkat Kebangkrutan Sebelum dan Saar Pandemi dengan
Menggunakan Model Altman Z-Score dan Springate S-Scroe (Studi pada Perusahaan Retail yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia 2016-2020).Dinamika Akuntansi, Keuangan Dan Perbankan,11(1), 81–91. Altman, EI,
Hotchkiss, E., & Wang, W. (2019).Kesulitan keuangan perusahaan, restrukturisasi, dan kebangkrutan: analisis
leverage keuangan, utang tertekan, dan kebangkrutan. John Wiley & Sons.
Ariwibowo, P., Seto, AA, Apriyanti, A., Andrianingsih, V., Kusumastuti, R., Yohana, Y., Darmawati, D.,
Sohilauw, MI, Musnaini, M., & Melinda, M. (2022).Pengaturan Pengelolaan Keuangan Perusahaan
(Implementasi Strategi dalam Keputusan Pendanaan dan Pengendalian Keuangan).
Armadani, A., Fisabil, AI, & Salsabila, DT (2021). Analisis Rasio Kebangkrutan Perusahaan pada Masa
Pandemi Covid-19.Jurnal Akuntansi, 99–108.
Armereo, C., Marzuki, A., & Seto, AA (2020).Manajemen Keuangan. Nusa Litera Inspirasi.
Burhanudin, B., & Widayanti, R. (2017). Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Altman (Z-
Score) Pada Perusahaan Farmasi (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2011–2015).Benefit: Jurnal Manajemen Dan Bisnis,2(1), 15–27.
Dewi, NLPA, Endiana, IDM, & Arizona, IPE (2019). Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Leverage Dan
Rasio Profitabilitas Terhadap Kesulitan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur.Kumpulan Hasil Riset
Mahasiswa Akuntansi (KHARISMA),1(1).
Effendi, R. (2018). Analisis Prediksi Kebangkrutan Dengan Metode Altman, Springate, Zmijewski, Foster, Dan
Grover Pada Emiten Jasa Transportasi.Jurnal Parsimonia,4(3), 307–319.
Fatmawati, A., & Wahidahwati, W. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Distress (Studi Pada
Perusahaan Manufaktur di BEI).Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA),6(10).
Gamayuni, RR (2011). Analisis Ketepatan Model Altman sebagai Alat untuk Memprediksi Kebangkrutan
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEI).Jurnal Akuntansi Dan Keuangan,16(2), 158–176.
Komarudin, Syafnita, & Ilmiani, A. (2019). Analisis Komparasi Prediksi Financial Distress Metode Grover,
Altman, Springate, Zmijewski, dan Ohlson Pada Perusahaan Pertambangan di BEI.Jurnal Ekonomi Dan Bisnis,
22(2), 36–44.
Nurcahyanti, W. (2015). Studi komparatif model Z-Score Altman, Springate dan Zmijewski dalam
indikasi kebangkrutan perusahaan yang terdaftar di BEI.Jurnal Akuntansi,3(1). Priambodo, D., &
Pustikaningsih, A. (2018). Analisis Perbandingan Model Altman, Springate, Grover, dan
Zmijewski dalam Memprediksi Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Pertambangan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015).Jurnal Profita: Kajian Ilmu
Agung Anggoro Seto, Altman Model Z-Score, Springate, Grover, Ohlson dan Zmijweski untuk Menilai
Potensi Financial Distress PT. Garuda Indonesia Tbk Selama dan Setelah Pandemi Covid-19
3826 - ISSN 2087-6327 (Cetak)|2721-7787 (Online)
Akuntansi,6(4).
Rahmah, I., & Novianty, I. (2021). Analisis Komparatif Financial Distress Sebelum Dan Selama Covid-
19 Pandemi: Bukti Empiris Di Indonesia.Jurnal Internasional Bisnis, Ekonomi dan Hukum,24(5), 216–222.
Sari, MP, & Yunita, I. (2019). Analisis prediksi kebangkrutan dan tingkat akurasi model springate,
zmijewski, dan grover.JIM UPB (Jurnal Ilmiah Manajemen Universitas Putera Batam),7(1), 69–77.
Sembiring, EE (2016). Analisis Keakuratan Model Ohlson dalam Memprediksi Kebangkrutan (Delisting)
Perusahaan yang Terdaftar di BEI.Jurnal Akuntansi Keuangan Dan Bisnis,9, 1–9.
Sudrajat, MA, & Wijayanti, E. (2019). Analisis Prediksi Kebangkrutan (Financial Distress) dengan
Perbandingan Model Altman, Zmijewski dan Grover.PERSEDIAAN: Jurnal Akuntansi,3(2), 116–130.
Suryawardani, B. (2015). Analisis perbandingan kemampuan prediksi kebangkrutan antara analisis altman,
analisis ohlson dan analisis zmijewski pada sektor industri tekstil yang go public di bursa efek indonesia
periode 2008-2012.Jurnal Ecodemica Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Bisnis,3(1), 363–369. Widiasmara,
A., & Rahayu, HC (2019). Perbedaan Model Ohlson, Model Taffler dan Model Springate dalam
Memprediksi Financial Distress.PERSEDIAAN: Jurnal Akuntansi,3(2), 141–158.
Wulandari, V., & Dp, EN (2014). Analisis Perbandingan Model Altman, Springate, Ohlson, Fulmer, CA-
Score dan Zmijewski Dalam Memprediksi Financial Distress (studi empiris pada Perusahaan Makanan dan
Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012).Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang
Ilmu Ekonomi,1(2), 1–18.
Zhafirah, A., & Majidah, &. (2019). Analisis Determinan Financial Distress (Studi Empiris Pada Perusahaan
Subsektor Tekstil dan Garmen Periode 2013-2017).Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan,7(1), 195–202. https://
doi.org/10.17509/jrak.v7i1.15497
Pengayaan, , Vol.12, No. 5, Desember 2022: hlm 3819-3826