Cara mengqadla' puasa bagi wanita hamil dan menyusui berturut selama beberapa tahun adalah dengan mengqadha' puasanya sejumlah hari yang ditinggalkan sekuat kemampuan, tanpa kewajiban membayar fidyah. Wanita yang menunda qadha' puasa hingga Ramadhan berikutnya berdosa, kecuali ada alasan.
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan Menyusui
1. Oleh :
KH. M. SHIDDIQ AL JAWI, S.Si, MSI
INSTITUT MUAMALAH INDONESIA
30 APRIL 2020
HUKUM MENGQADHA` PUASA BAGI
WANITA HAMIL DAN MENYUSUI
2. 1. HUKUM QADHA’ PUASA
Tanya :
(1) Bagaimana qadla' puasa bagi wanita yang
hamil dan menyusui berturut selama beberapa
tahun? Misal selama 4 tahun berturut-turut.
(Faiqoh)
(2) Bagaimana hukum wanita punya hutang
puasa karena menyusui, 4 bulan sebelum
datang Ramadhan ia sudah tidak lagi menyusui
namun hutang puasa juga belum selesai
ditunaikan.. apakah boleh mengerjakan qodho
puasa yang lalu setelah Ramadhan berikutnya?
(Sarkowi Sulaiman).
3. 1. HUKUM QADHA’ PUASA
Jawaban (RINGKASAN) :
Cara mengqadla' puasa bagi wanita yg hamil dan
menyusui berturut selama beberapa tahun, misal
selama 4 tahun berturut-turut : dengan mengqadha`
puasanya sesuai jumlah hari2 yang ditinggalkan
secara semaksimal mungkin sekuat kemampuan
dia, tanpa ada kewajiban membayar fidyah.
Wanita yang punya hutang puasa karena menyusui,
4 bulan sebelum datang Ramadhan ia sudah tidak
lagi menyusui namun hutang puasa juga belum
selesai ditunaikan, wajib mengqadha` puasanya
sebelum datang Ramadhan berikutnya. Jika qadha`
puasa ini ditunda, sehingga qadha`nya dikerjakan
setelah Ramadhan berikutnya itu, dia berdosa,
kecuali ada udzur syar’i.
4. 1. HUKUM QADHA’ PUASA
PENJELASAN JAWABAN :
Perempuan yang hamil yang khawatir mengenai
keadaan dirinya, dan perempuan yang
menyusui yang khawatir mengenai anak yang
disusuinya, boleh tidak berpuasa Ramadhan.
Jika tidak ada kekhawatiran, baik kekhawatiran
akan dirinya bagi wanita hamil, maupun
kekhawatiran akan anak yang disusuinya bagi
wanita menyusui, maka berpuasa Ramadhan
hukumnya tetap wajib atasnya, tidak boleh tidak
berpuasa. (Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Al
Jami’ li Ahkam As Shiyam, hlm. 53).
5. 1. HUKUM QADHA’ PUASA
Dalilnya hadis dari Anas bin Malik RA yang
pernah berkata :
رخصولُسَرِه َاّللىَلَصُِ َاّللِههْيَلَعَِلسَوِْمللحبلىالتيتخافعلى
،نفسهاأنتفطر.وللمرضعالتيتخافعلىولدها.
“Rasulullah SAW telah memberikan
rukhshah (keringanan) bagi wanita hamil
yang khawatir akan dirinya untuk tidak
berpuasa Ramadhan, dan demikian pula
bagi wanita menyusui yang khawatir akan
anak yang disusuinya.” (HR Ibnu Majah, no.
1668).
6. 1. HUKUM QADHA’ PUASA
Bagi wanita wanita yang hamil dan yang
menyusui tersebut, wajib mengqadha`
puasanya, tidak boleh mengganti puasanya
dengan membayar fidyah.
Adapun waktu mengqadha`-nya, adalah pada
tahun itu, yaitu paling lambat hingga bulan
Sya’ban yang akan datang, sebelum datangnya
Ramadhan berikutnya pada tahun depan.
Jika ada penundaan qadha` puasa hingga
datang Ramadhan berikutnya, maka seseorang
berdosa, kecuali ada udzur syar’i, seperti sakit,
safar, dan lain-lain.
7. 1. HUKUM QADHA’ PUASA
Dalilnya hadis dari Aisyah RA yang telah
berkata :
كانيكونعليالصوممنرمضانفماأستطيعأنأقضيإالفيشعبان
وذلكلمكانرسولهللاصلىهللاعليهوسلم
“Saya pernah mempunyai utang puasa
Ramadhan, dan saya tidak dapat mengqadha`-
nya kecuali di bulan Sya’ban, yang demikian itu
karena mengingat kedudukan Rasulullah SAW.”
(HR Jamaah, hadis shahih).
(Imam Syaukani, Nailul Authar, hlm. 871-872,
hadis no. 1699).
8. 1. HUKUM QADHA’ PUASA
Bagi wanita hamil dan menyusui, juga orang
yang menunda qadha` puasa hingga masuk
Ramadhan berikutnya, menurut pendapat yang
kami anggap rajih, tak ada kewajiban fidyah
atas mereka. Mereka hanya diwajibkan meng-
qadha` puasanya.
(Lihat : Mushannaf Abdur Razaq, no 7564,
Mahmud Abdul Latif Uwaidhah, Al-Jami’ li
Ahkam Ash-Shiyam, hlm.210, Imam Syaukani,
Nailul Authar, hlm. 872, Yusuf Qaradhawi,
Fiqhush Shiyam, hlm. 64).
9. 1. HUKUM QADHA’ PUASA
Kesimpulan :
Cara qadla' puasa bagi wanita yg hamil dan
menyusui berturut selama beberapa tahun,
misal selama 4 tahun berturut-turut, adalah
dengan mengqadha` puasanya sejumlah hari-
hari yang ditinggalkan, sekuat kemampuan dia.
Sesuai sabda Rasulullah SAW :
فإذانهيتكمعنشيء،فاجتنبوهوإذاأمرتكمبأمرفأتوامنهمااستطعتم
“Apabila aku larang kalian dari sesuatu, maka
jauhilah itu, dan apabila aku perintahkan kalian
melakukan suatu perkara, maka lakukanlah itu
sekuat kemampuan kalian.” (HR Bukhari, no.
6858)
10. 1. HUKUM QADHA’ PUASA
Jika seseorang menunda qadha` puasanya,
hingga datang Ramadhan berikutnya, maka dia
berdosa jika tidak ada udzur syar’i.
Adapun jika ada udzur syar’i, seperti sakit,
safar, dan sebagainya, maka tidak apa-apa dan
tidak berdosa.
Jika seseorang menunda qadha` puasanya,
hingga datang Ramadhan berikutnya, termasuk
wanita yang hamil dan menyusui hingga
berturut-turut beberapa tahun, apakah wajib
membayar fidyah?
11. 1. HUKUM QADHA’ PUASA
Jawabanya : Ada khilafiyah ulama dalam
masalah fidyah tersebut.
(1) Menurut jumhur ulama, yaitu Imam Malik,
Ats Tsauri, Asy Syafi’i, Ahmad, dll, wajib
membayar fidyah, yaitu memberi makan kepada
orang miskin untuk setiap hari dia tidak
berpuasa. (Yusuf Qaradhawi, Fiqhus Shiyam,
hlm. 64)
(2) Menurut Imam Abu Hanifah, Ibahim An
Nakha`i, Al Hasan Al Bashri, Imam Muzani
(murid Imam Syafi’i), dan Imam Dawud bin Ali,
tidak wajib membayar fidyah. (Ibnu Rusyd,
Bidayatul Mujtahid, 1/240).
12. 1. HUKUM QADHA’ PUASA
Pendapat yang rajah menurut kami, adalah
pendapat yang mengatakan tidak ada
kewajiban membayar fidyah, bagi orang yang
menunda qadha` puasanya, hingga datang
Ramadhan berikutnya.
Alasannya, tidak ada dalil yang sahih yang
mendasari kewajiban fidyah tersebut.
(Lihat (Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Al
Jami’ li Ahkam As Shiyam, hlm. 120).
Wallahu a’lam bi al shawab.
Yogyakarta, 30 April 2020 (7 Ramadhan 1441)
Muhammad Shiddiq Al Jawi. [ ]