SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  18
TUGAS MATA KULIAH 
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 
TEKNOLOGI PENDIDIKAN, TEORI BELAJAR , 
DAN PRINSIP – PRINSIP PEMBELAJARAN 
Dosen Pengampu : Prof.Dr.H.Soetarno J., MPd. 
Disusun oleh : 
Kelas A BKK PTN 
Kelompok 1 
Angggota : 
1. Andika Yudha Tiyasa NIM K7412018 
2. Danis Khyswari NIM K7412045 
3. Jesica Khafidlo D NIM K7412102 
4. Muh. Saifuddin M NIM K7412118 
5. Novia Dani Pramusinto NIM K7412127 
6. Sandy Kristiara NIM K7412157 
PRODI PENDIDIKAN EKONOMI 
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR 
Dengan mengucap puji dan syukur alhamdulillah atas berkat rahmat Allah 
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat 
menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknologi Pendidikan, Teori Belajar, dan 
Prinsip – Prinsip Pembelajaran” dengan tepat waktu. 
Sebagai tugas dalam memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pembelajaran, 
penulis mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang telah memberikan 
pengarahan, bimbingan serta dukungan dalam penyusunan makalah ini, yaitu: 
1. Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan berbagai kemudahan 
dalam menyelesaikan makalah ini. 
2. Prof. Dr. H. Soetarno J.,MPd. selaku dosen pengampu mata kuliah 
Teknologi Pembelajaran sebagai pembimbing kelompok kami. 
3. Teman-teman yang selalu memberikan semangat dan dukungan pada 
kami. 
Penulis menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan makalah 
ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan 
sehingga menjadikan perbaikan dan dorongan untuk menjadi lebih baik. Semoga 
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan . 
Surakarta, 17 September 2014 
Penulis
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, 
terutama bagi bangsa yang sedang berkembang. Dalam arti kata pembangunan 
hanya dapat dilakukan oleh bangsa yang telah dipersiapkan untuk membangun 
negaranya melalui pendidikan. Karena pada hakekatnya pendidikan merupakan 
cermin peradaban suatu bangsa. Bangsa yang peradabannya tinggi ditandai 
dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi bagi warga negaranya. 
Pendidikan sebagai suatu ilmu teknologi tidak luput dari gejala 
perkembangan jaman. Kalau semula orang tua yang bertindak sebagai pendidik 
kemudian kita kenal profesi guru yang diberi tanggung jawab pendidik. Sekarang 
ini secara konseptual maupun secara legal telah dikenal dan ditentukan sejumlah 
keahlian khusus jabatan dan atau profesi yang termasuk dalam kategori tenaga 
kependidikan. 
Tingkat pendidikan yang tinggi bergantung pada mutu pendidikan yang 
mana berkaitan erat dengan proses belajar mengajar. Dewasa ini para ahli 
berusaha untuk meningkatkan proses belajar mengajar itu menjadi suatu ilmu atau 
teknologi yang dapat dikenal dan dikuasai langkah-langkahnya. Disinilah peran 
teknologi pendidikan sangat diperlukan. 
B. Rumusan Masalah 
Rumusan masalah dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut. 
1. Apa yang dimaksud dengan teknologi pendidikan? 
2. Apa yang dimaksud teori belajar? 
3. Apa saja kah unsur – unsur dalam teori belajar? 
4. Bagaimana prinsip – prinsip pembelajaran? 
C. Tujuan Penulisan 
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 
1. Mengetahui pengertian teknologi pendidikan. 
2. Mengetahui pengertian teori belajar. 
3. Mengetahui unsur – unsur yang ada dalam teori belajar. 
4. Mengetahui prinsip – prinsip pembelajaran.
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Pengertian Teknologi Pendidikan 
Istilah “teknologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu technologis. Technie 
berarti seni, keahlian atau sains dan logos yang berarti ilmu. Teknologi menurut 
Gaibraith dapat diartikan sebagai penerapan sistematik dari pengetahuan ilmiah 
atau terorganisasikan dalam hal-hal yang praktis. 
Dalam teknologi pendidikan unsur intinya adalah “belajar” dan “sumber-sumber” 
untuk keperluan belajar itu. Namun kedua unsur ini belum menjamin 
adanya teknologi pendidikan. Masih diperlukannya unsur lain yaitu dipakainya 
pendekatan “sistem” dan adanya “pengelolaan” atas seluruh kegiatan. Dengan 
mengutamakan masalah “belajar” (dan bukan alatnya atau bahannya) maka dalam 
teknologi pendidikan yang dijadikan titik perhatian utama adalah peserta didik 
yang belajar. Bagaimana pendidik berusaha agar peserta didik berinteraksi dengan 
sumber-sumber belajar,yang dikembangkan secara sistematik dan dikelola dengan 
baik (Yusufhadi Miarso, 1984: 4). 
Bila dirumuskan dalam satu kalimat, maka teknologi pendidikan dapat 
didefinisikan sebagai suatu proses kompleks yang terintegrasi meliputi manusia, 
prosedur,ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisa masalah yang 
menyangkut semua aspek belajar, serta merancang, melaksanakan, menilai dan 
mengelola pemecahan masalah itu (Educational Technology, Definitionand 
Glossary of Terms, Vol.1, AECT, 1977 dalam Yusufhadi Miarso, 1984:4-5). 
Dalam Yusufhadi Miarso, 1984 halaman 5, teknologi pendidkan dapat pula 
dirumuskan sebagai suatu bidang, sebagai suatu bidang deskripsi unsur-unsurnya 
adalah sebagai berikut : 
1. Suatu bidang yang berkepentingan dengan kegiatan belajar manusia. 
2. Kegiatan itu dilaksanakan secara sistematis. 
3. Cara sistematis itu meliputi pengembangan, pengorganisasia 
danpenggunaan segala macam sumber belajar. 
4. Kepentingan itu juga meliputi pengelolaan dari proses kegiatan. 
Definisi yang baru tentang teknologi pendidikan, dikemukakan oleh 
Januszewski & Molenda (2008) dalam Sri Anitah (2009:3) , bahwa teknologi 
pendidikan merupakan suatu studi dan praktis etis yang memfasilitasi belajar dan 
meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses-proses 
dan sumber-sumber teknologi yang sesuai. Dalam definisi tersebut kata 
“memfasilitasi belajar” mengidentifikasi bahwa tujuan utama teknologi 
pendidikan adalah membantu peserta didik belajar. Kata “memfasilitasi belajar” 
dalam rangka menekankan pengertian bahwa belajar dikontrol dan dilaksanakan 
sendiri oleh peserta didik. Guru dan perancang pembelajaran dapat mempengaruhi 
belajar, tetapi pengaruh tersebut lebih menekankan memberikan fasilitas daripada 
penyebab terjadinya belajar. 
Teknologi itu sendiri tidak meningkatkan kemampuan belajar peserta didik. 
Oleh karena itu dibutuhkan kondisi lain untuk menciptakan lingkungan belajar 
yang dapat memfasilitasi proses belajar. Kondisi-kondisi itu antara lain, dukungan 
pimpinan sekolah, guru yang menguasai teknologi untuk pembelajaran, standar
dan isi kurikulum, ketersediaan sarana dan prasarana, penilaian yang efektif, serta 
peserta didik sebagai pebelajar yang aktif dan konstruktif (Sri Anitah, 2009:4). 
B. Teori Belajar 
Teori pembelajaran (instruction) di sebut sebagai teori preskriptif karena 
berusaha untuk mempresisikan metode-metode mengajar, menciptakan kondisi 
terbaik untuk membantu peserta didik menguasai pengetahuan dan kemampuan 
baru. 
1. Behaviorisme 
Teori behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada 
tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang 
memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan 
membentuk perilaku mereka. Teori behaviorime merupakan teori yang 
memacu kepada tingkah laku peserta didik sebagai akibat dari adanya 
interaksi peserta didik atau pelajar antara stimulus dan respon. Menurut teori 
ini yang terpenting adalah masukan atau input dan keluaran atau output 
yang berupa respons. 
Yaitu suatu aliran atau pandangan yang menekankan adanya 
perubahan perilaku pada peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar 
(Sri Anitah,2009:4). 
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan 
suatu hal yang penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan 
perilaku tersebut. Ada faktor lain yang dianggap penting dalam teori 
behavioristik yaitu faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa 
saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan 
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. 
Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun 
akan tetap dikuatkan. 
Ciri – ciri dari teori ini adalah sebagai berikut: 
a. Mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil 
b. Bersifat mekanistis 
c. Menekankan peranan lingkungan 
d. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon 
e. Menekankan pentingnya latihan 
f. Mementingkan mekanisme hasilbelajar 
g. Mementingkan peranan kemampuan 
h. Hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang 
diinginkan 
Teori-teori yang termasuk kedalam kelompok behaviorisme 
diantaranya Pengkodisian Klasik (Pavlov), Koneksionisme (Thorndike), 
Pengkondisian Operan (Skinner), Perilaku Sistematis (Clark Hull), 
Pengkondisian Kontiguitas ( Guthrie) 
a. Teori Pengkodisian Klasik 
Pendekatan ini dikenalkan oleh Ivan Pavlov seorang psikolog 
berkebangsaan Rusia. Eksperimen terkenal terhadap refleks dilakukan 
di laboratorium Ivan Pavlov. Dalam percobaannya, Pavlov
membunyikan bel sebelum memperlihatkan makanan pada anjing. 
Setelah diulang berkali-kali ternyata air liur tetap keluar bila bel 
berbunyi meskipun makanannya tidak ada. Penelitian ini 
menyimpulkan bahwa individu dapat dikondisikan. Artinya 
merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukkan suatu 
perilaku atau respons terhadap sesuatu. Menurut kisahnya , 
menemukan bahwa reaksi tidak sengaja, keluarnya air liur dapat 
dilatih untuk merespons suara yang tidak berhubungan dengan 
makanan. 
Dalam kaitannya dengan peserta didik, berdasarkan teori Pavlov 
tersebut yang diharapkan adalah adanya respon pada diri peserta didik 
setelah melakukan proses belajar yang berupa pengalaman, baik 
pengalaman negatif maupun pengalaman positif. Pendidik bisa dengan 
membuat suasana dalam kelas lebih menyenangkan, memutar musik 
ataupun tindakan lainnya yang bisa menstimulus rasa senang pada diri 
peserta didik. 
b. Teori Koneksionisme 
Teori ini dikembangkan leh Edward L. Thorndike (1874- 
1949),yaitu seorang psikolog paling terkenal di Amerika Serikat. Ia 
menerapkan sebuah pendekatan eksperimental saat mengukur hasil 
hasil yang dicapai oleh peserta didik. Thorndike menyatakan 
pandangan bahwa pembelajaran yang paling fundamental adalah 
pembentukan asosiasi-asosiasi (koneksi-koneksi) antara pengalaman-pengalaman 
indrawi (persepsi terhadap stimulus atau peristiwa) dan 
impuls-impuls saraf (respons-respons) yang memberikan 
manifestasinya dalam bentuk perilaku (Dale H. Schunk, 2012:101). Ia 
percaya bahwa pembelajaran sering terjadi melalui rangkaian 
eksperimen trial and error (menyeleksi dan mengkoneksikan). 
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara 
stimulus dan respons. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang 
terjadinya kegiatan belajar, seperti fikiran, perasaan, atau hal lain yang 
dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respons yaitu reaksi 
yang dimunculkan oleh peserta didik ketika belajar,yang juga dapat 
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. 
Thorndike mengemukakan tiga hukum atau prinsip dalam 
belajar yaitu : 
1) Law of Readiness (hukum kesiapan). Menurut hukum ini, 
hubungan antara stimulus dan respons akan mudah terbentuk 
apabila ada kesiapan dalam diri individu, dan belajar akan 
berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk 
melakukan perbuatan tersebut. 
2) Law of Exercise (hukum latihan). Hukum ini menjelaskan 
kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan 
respons. Hubungan atau koneksi antara kondisi dengan 
tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan dan akan
menjadi lemah karena latihan tidak dilanjutkan atau 
dihentikan. 
3) Law of Effect (hukum akibat). Hukum ini menunjukkan 
kepada kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan respons, 
tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Begitu pula 
dengan belajar, belajar akan bersemangat apabila 
mengetahui dan mendapatkan nilai atau hasil yang baik. 
c. Teori Pengkondisian Operan 
Teori ini di rumuskan oleh Skinner pada tahun 1904-1990. Ia 
adalah tokoh yang paling banyak pengaruhnya dalam perkembangan 
teori belajar, dengan munculnya program pembelajaran, seperti 
Teaching machine, pembelajaran berprogram, dan sebagainya. Dalam 
teorinya hubungan stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi 
dalam lingkungannya, sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku. 
Respon yang diberikan peserta didik tidak sederhana, sebab stimulus 
akan saling berinteraksi. Konsep yang paling populer dari teori 
pengkondisian operan ialah konsep penguatan (reinforcement). 
Shultz mengatakan bahwa penguatan (reinforcement) adalah 
semua stimulus atau peristiwa yang mengikuti sebuah respons yang 
membuat respons menguat. Penguat ditentukan berdasarkan efek-efeknya, 
yang tidak tergantung pada proses-proses mental seperti 
ikiran sadar, kehendak, atau target (Dale H. Schunk, 2012:124). 
Penguatan positif adalah memberikan sebuah stimulus atau 
menambahkan sesuatu pada sebuah situasi yang mengikuti sebuah 
respons yang meningkatkan kemungkinan munculnya tespons di masa 
mendatang dalam situasi tersebut. Penguatan negatif adalah 
menghilangkan stimulus atau mengambil dari sebuah situasi setelah 
terjadinya sebuah respons yang dapat meningkatkan kemungkinan-kemungkinan 
terjadinya respons tersebut di masa mendatang (Dale H. 
Schunk, 2012:125). 
d. Teori Perilaku Sistematis 
Konsep utama dari teori Hull adalah kebiasaan, yang 
disimpulkan dari berbagai penelitian tentang kebiasaan dan respons 
terkondisi yang dilakukan Hull melalui percobaan terhadap binatang. 
Perilaku yang kompleks, menurut Hull, diasumsikan berasal dari hasil 
belajar terhadap bentuk-bentuk perilaku yang sederhana. Dalnm upaya 
mematangkan teorinya, Hull juga menggunakan dalil sebab-akibat 
dari Thorndike lalu menggabungkannya dengan hasil temuannya. 
Pada dasarnya dalam teorinya, Hull menyatakan bahwa interaksi 
antara stimulus dan respons tidaklah sederhana sebagaimana adanya. 
Menurut Hull, ada proses lain dalam diri seseorang (atau organisme) 
yang mempengaruhi interaksi antara stimulus dan respons. Proses 
tersebut disebut oleh Hull sebagai variabel "intervening" (yang 
berpengaruh). 
Proses belajar menurut Hull merupakan upaya menumbuhkan 
kebiasaan melalui serangkaian percobaan. Untuk dapat memperoleh
kebiasaan diperlukan adanya penguatan dalam proses percobaan. 
Namun, Hull juga menyatakah bahwa penguatan bukan satu-satunya 
faktor yang menentukan dalam pengembangan kebiasaan, karena 
pengembangan kebiasaan lebih utama dipengaruhi oleh banyaknya 
percobaan yang dilakukan. Di samping itu, proses belajar juga 
dipengaruhi oleh berbagai faktor lain (non-learning factors) yang 
berinteraksi langsung terhadap reaksi potensial yang timbul. 
e. Pengkondisian Kontiguitas 
Tokoh lainnya yang mengemukakan sebuah perspktif behavioral 
untuk pembelajaran adalah Edwin R. Guthrie (1886-1959). Perilaku-perilaku 
dalam pembelajaran menurutnya adalah tindakan dan 
gerakan. 
Guthrie menyatakan pembelajaran kontiguitas bermakna bahwa 
sebuah perilaku dalam sebuah situasi akan diulang ketika situasi 
tersebut muncul kembali. Stimulus tidak harus berhubungan dengan 
kebutuhan atau pemenuhan biologis sebagaimana yang dijelaskan oleh 
Clark Hull. Guthrie menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan 
respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam 
kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan 
stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih 
tetap. 
2. Kognitivisme 
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget. 
Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi 
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. 
Menurut teori ini, belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan 
aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses 
interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan 
dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai 
sikap yang bersifat relatif dan berbekas. 
Teori ini memfokuskan perubahan perilaku yang sangat berbeda 
dengan perilaku pada behaviorisme. Kognitivisme mendeskripsikan 
perubahan dalam belajar, berpikir, dan penalaran. 
Ciri – ciri dari aliran kognitivisme adalah sebagai berikut: 
a. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia 
b. Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian 
c. Mementingkn peranan kognitif 
d. Mementingkan kondisi waktu sekarang 
e. Mementingkan pembentukan struktur kognitif 
Menurut Piaget, belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan 
dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya 
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang 
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan 
dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta
didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan 
menemukan berbagai hal dari lingkungan. 
Ada empat faktor yang menentukan perkembangan kognitif, yaitu: 
a. Kematangan. Perkembangan disebabkan faktor-faktor 
pembawaan, diartikan sebagai potensi kita untuk perkembangan 
kognitif. 
b. Pengalaman aktif. Memanipulasi objek atau mental (berpikir), 
menyebabkan kita mengembangkan dan menyaring kembali 
pengertian kita. 
c. Interksi sosial. Dengan sesama teman, memungkinkan kita 
berbagi id dan memperoleh pengetahuan baru. 
d. Equilibrasi. Suatu proses untuk mencari keseimbangan 
sehubungan dengan adanya konflik antara skemata yang sudah 
ada dengan fakta baru. 
Tahap – tahap perkembangan peserta kognitif Piaget (Sri 
Anitah,2009:9) adalah sebagai berikut 
a. Tahap sensorimotor (1,5 – 2 tahun), selama proses ini anak 
menggali lingkungannya,melihat, mendengar, menyentuh, 
membau objek objek yang ada di sekelilingnya. 
b. Tahap praoperasional (umur 2 – 6 atau 7 tahun), pada tahap ini 
anak menjadi lebih baik dalam penggunaan bahasa. 
c. Tahap operasional konkrit ( umur 6 atau 7 tahun – umur 11 atau 
12 tahun), anak mulai menggunakan bentuk logika orang 
dewasa, namun logika itu hanya diaplikasikannya hanya pada 
situasi yang konkrit. 
d. Tahap operasional formal (umur 14 tahun ke atas), anak sudah 
bisa mengaplikasikan logika ke dalam situasi abstrak atau 
hipotesis. 
Teori Perkembangan Kognitif Bruner 
Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif 
manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif 
seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa 
yang biasanya digunakan. 
Tahap – tahap berpikir menurut Bruner: 
a. Enaktif. Anak kecil berada pada tahap enaktif dan menguasai 
pengetahuan secar aktif dengan melakukan kegiatan – kegiatan. 
Anak – anak perlu mendapatkan kebebasan untuk melakukan 
kegiatan langsung dengan berbagai objek. 
b. Ikonik. Anak belajar melalui stimuli visual seperti gambar. 
Anak – anak pada tahap ini menyandarkan pada representasi 
visual untuk membantu belajar. 
c. Simbolik. Pada tahap ini anak dapat memahami simbol – simbol 
termasuk kata- kata, matematika, dan catatan –catatan ilmiah. 
3. Konstruktivisme
Ada beberapa pendapat mengenai definisi konstruktivisme yang 
dikemukan beberapa ahli, namun pada intinya teori belajar kontruktivisme 
merupakan teori belajar yang menuntut siswa mengkonstruksi kegiatan 
belajar dan mentransformasikan informasi kompleks untuk membangun 
pengetahuan secara mandiri. 
Jika behaviorisme menganggap bahwa belajar adalah perubahan 
perilaku yang dapat diamati dan diukur, maka konstruktivisme 
menempatkan posisi peserta didik untuk membangun pengetahuannya 
secara aktif. Konstruktivisme mengatakan bahwa belajar adalah 
menginternalisasi dan membentuk kembali atau mentransformasi 
pengetahuan baru. Konstruktivisme juga lebih memperhatikan bagaimana 
manusia membentuk pengetahuan dari pengalaman-pengalamannya, 
struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk menginterpretasikan 
objek-objek serta peristiwa-peristiwa (Duffy & Jonassen, 1993). 
Dalam konstruktivisme, struktur kognitif yang terbentuk adalah unik 
untuk setiap individu. Peserta didik harus berusaha melihat isu dari sudut 
pandang yang berbeda. Dan guru harus menjadi konstruktivis di dalam 
kelas, menyiapkan lingkungan belajar dimana peserta didik membentuk 
makna, mengapresiasi ketentuan, dan belajar bertanggungjawab. 
Konstruktivisme tidak hanya memberi gambaran secara tepat 
bagaimana peserta didik belajar, tetapi juga menyajikan alat yang kuat untuk 
menyelesaikan satu dari pemecahan masalah yang paling sulit di sekolah 
saat ini, yaitu kebosanan. 
Brooks & brooks mengemukakan lima prinsip pendidikan 
konstruktivis, yaitu : 
1. Memunculkan masalah yang relevan pada peserta didik 
2. Menstrukturkan belajar sekitar “ide besar” atau konsep-konsep 
utama 
3. Menilai sudut pandang peserta didik 
4. Penyesuaian kurikulum untuk memunculkan perkiraan peserta 
didik 
5. Menilai kegiatan belajar peserta didik dalam konteks 
pembelajaran 
Mengkonstruksi pengertian 
Pendapat yang mengatakan bahwa manusia manusia belajar dengan 
membangun pengertian baru dari hubungan dan fenomena di kehidupan 
dunia, membuat penerimaan struktur pelajaran sekarang menjadi sulit. 
Pendidik harus mengajak peserta didik untuk memperkaya pengalaman 
tentang dunia ini, memberi kebebasan untuk bertanya dengan pertanyaan 
sendiri, mencari jawabannya sendiri dan menantangnya untuk memahami 
kompleksitas dunia. 
Implikasi Konstruktivisme terhadap Pembelajaran 
Pendekatan konstruktivisme mementingkan pengembangan 
lingkungan belajar yang meningkatkan pembentukan pengertian dari
prespektif ganda. Untuk maksud tersebut, guru perlu melalukan hal-hal 
berikut: 
1. Menyajikan masalah-masalah aktual kepada siswa dalam 
konteks yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa 
2. Pembelajaran distruktur di sekitar konsep-konsep primer 
3. Memberi dorongan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan 
sendiri 
4. Memberikan siswa untuk menemukan jawaban dari pertanyaan 
sendiri 
5. Memberanikan siswa mengemukakan pandapat dan menghargai 
sudut pandangnya 
6. Menganjurkan siswa bekerja dalam kelompok 
7. Menilai proses dan hasil belajar siswa dalam konteks 
pembelajaran. 
Sedangkan menurut Suprijono (2011:40), pembelajaran 
konstruktivisme merupakan belajar artikulasi, yaitu proses 
mengartikulasikan ide, pikiran, dan solusi. Implikasi konstruktivisme dalam 
pembelajaran terbagi menjadi beberapa fase, yaitu : 
1. Orientasi, merupakan fase untuk memberikan kesempatan 
kepada peserta didik, memerhatikan dan mengembangkan 
motivasi terhadap topic materi pembelajaran 
2. Elicitasi, merupakan fase membantu peserta didikmeggali ide-ide 
yang dimilikinya dengan member kesempatan kepada 
peserta didik untuk mendiskusikan atau menggambarkan 
pengetahuan dasar atau ide mereka. 
3. Restruksi ide, dalam hal ini peserta didik melakukan klarifikasi 
ide dengan cara mengontraskan ide-idenya dengan ide orang 
lain 
4. Aplikasi ide, dalam fase ini, idea tau pengetahuan yang telah 
dibentuk peserta didik perlu diaplikasikan pada bermacam-macam 
situasi yang dihadapi. 
5. Review, dalam fase ini memungkinkan peserta didik 
mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang dihadapi 
sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah suatu 
keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi lebih 
lengkap. 
Kelebihan dan Kelemahan Konstruktivisme 
Kelebihan teori konstruktivisme menurut Cahyo (2013) yaitu : 
1. Guru bukan satu-satunya sumber belajar 
2. Siswa lebih aktif dan kreatif 
3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna 
4. Pembelajar memiliki kebebasan 
5. Membina sikap produktif dan percaya diri 
6. Proses evaluasi difokuskan pada penilaian proses 
7. Siswa menjadi lebih mudah paham.
Kelemahan teori konstruktivisme: 
1. Perolehan informasi berlangsung satu arah 
2. Siswa dituntut harus aktif 
3. Guru tidak mentransfer pemgetahuan yang telah dimiliki, 
melainkan membantu siswa. 
4. Pengolahan Informasi 
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang 
menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali 
pengetahuan dari otak (Slavin, 2000). Teori ini menjelaskan bagaimana 
seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu 
yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar 
tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak 
melalui beberapa indera. 
Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi 
yang masuk adalah registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan 
menerima sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam 
waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu 
proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka 
dengan cepat informasi itu akan hilang. 
Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting 
dalam pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu 
informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan 
waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat 
masuk ke dalam kesadaran, (Slavin, 2000: 176). 
Model Linier pemrosesan informasi 
Disebut model linier karena kemajuan-kemajuan informasi melalui sistem 
sepanjang garis lurus yang berlangsung. 
Sensory Register 
Manusia mengambil informasi melalui penglihatan, pendengaran, 
pembauan, merasakan dan sentuhan. Menurut teori pemrosesan informasi, 
informasi pertama yang diambil mencapai sensory register. Ingatannya 
sangat singkat ketika suatu gambaran setiap pengalaman sensory 
ditempatkan, yaitu hanya selama satu detik. Jika tidak segera digunakan, 
informasi akan hilang selamanya dari sensory register. 
Short term memory 
Sekali informasi diidentifikasi dan diikuti, maka akan diteruskan ke 
struktur berikutnya, yaitu ingatan jangka pendek (short term memory atau 
STM). STM memiliki kapasitas yang terbataskarena waktu dan keterbatasan 
ukuran. Informasi dalam STM berakhir hanya dalam waktu dua detik sejak 
seseorang melakukan sesuatu.
Long term memory 
Bentuk struktural yang menyimpan ingatan secara permanen disebut 
ingatan jangka panjang (long term memory atau LTM). Melakui latihan atau 
ulangan, informasi yang disimpan dalam LTM muncul dalam periode yang 
tidak menentu. Informasi di LTM mungkin sulit untuk dipanggil kembali, 
alasannya karena informasi tersebut mulanya kurang baik disimpan. 
Penerapan Teori Belajar Pemrosesan Informasi dalam Desain Pesan 
Pembelajaran 
Teori belajar pemrosesan informasi termasuk dalam lingkup teori 
kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang 
tidak dapat diamati secara langsung dan kemampuannya berubah pada 
situasi tertentu. Desain pesan pembelajaran perlu adanya media untuk 
menyajikan informasi. Kemampuan sensorik mengacu pada jalur 
pemrosesan informasi yang dipakai untuk memproses informasi yang 
diperoleh, seperti proses penerimaan informasi visual atau auditorial. 
Misalnya media audiovisual yang digunakan untuk menyampaikan 
materi dirancang sebaik mungkin agar lebih mudah dipahami oleh 
penerima informasi. Sebenarnya istilah desain pesan mengacu pada proses 
manipulasi, atau rencana manipulasi dari sebuah pola tanda 
yang memungkinkan untuk mengkondisi pemerolehan informasi. Jadi, 
dalam penyampaian informasi lewat multimedia instruksional baru 
akan bermakna jika informasi yang diterima diseleksi pada setiap 
penyimpanan, diorganisasikan ke dalam representasi yang berhubungan, 
serta dikoneksikan dalam tiap penyimpanan. 
Tujuh rumpun model pemrosesan informasi : 
1. Model berfikir induktif, dirancang untuk pengembangan proses 
mental induktif dan penalaran akademik, atau pembentukan 
teori. 
2. Model latihan inkuiri, dirancang untuk menghadapi penalaran 
kausal dan untuk lebih fasih dan tepat dalam mengajukan 
pertanyaan, membentuk konsep dan hipotesis. 
3. Inkuiri ilmiah, dirancang untuk mengajar sistem penelitian dari 
suatu disiplin tetapi juga diharapkan untuk mempunyai efek 
dalam kawasan-kawasan lain. 
4. Pencapaian konsep, dirancang untuk mengembangkan penalaran 
induktif, juga untuk perkembangan dan analisis konsep. 
5. Model penata lanjutan, dirancang untuk meningkatkan efisiensi 
kemampuan pemrosesan informasi untuk menyerap dan 
mengaitkan bidang-bidang pengetahuan. 
6. Memori, dirancang untuk meningkatkan kemampuan mengingat. 
7. Sinektik, dirancang untuk perkembangan pribadi dalam 
kreativitas dan pemecahan masalah kreatif
Kelebihan dan Kekurangan Pemrosesan Informasi 
Kelebihan Pemrosesan Informasi 
· Membantu terjadinya proses pembelajaran sehungga individu 
mampu beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah 
· Menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara 
berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol 
· Kapasilitas belajar dapat disajikan secara lengkap 
· Prinsip perbedaan individual terlayani. 
Kekurangan Pemrosesan Informasi 
· Tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal 
· Proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung 
· Tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi-informsi yang 
telah disimpan dalam ingatan 
· Kemampuan otak tiap individu tidak sama. 
C. Prinsip – Prinsip Pembelajaran 
Teknologi pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang di tarik 
dari teori psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil penelitian dalam bidang 
pembelajaran. Prinsip-prinsip yang di gunakan dalam pengembangan 
pembelajaran dikelompokan kedalam dua belas macam yaitu sebagai berikut: 
1. Prinsip pertama 
Respon-respon baru di ulang sebagai akibat dari respon tersebut. Bila 
hasil respon positif maka respon tersebut akan memperkuat respon 
berikutnya, sehingga peserta didik cenderung mengulang. Sebaliknya, 
respon yang negatif, peserta didik akan berusaha menghindari. 
Implikasi dalam pembelajaran: 
a. Perlu pemberian balikan dengan segera atas keberhasilan respon 
b. Peserta didik harus membuat respon, tidak duduk berdiam diri 
2. Prinsip kedua 
Perilaku peserta didik tidak hanya di kontrol akibat respon tetapi juga 
pengaruh kondisi atau tanda-tanda yang terdapat dilingkungan peserta didik. 
Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah menyatakan tujuan 
pembelajaran secara jelas kepada peserta didik sebelum pembelajaran 
dimulai, agar peserta didik belajar giat. 
3. Prinsip ketiga 
Perilaku yang di timbulkan oleh tanda-tanda akan hilang atau 
berkurang frekuensinya bila tidak di perkuat dengan akibat yang 
menyenangkan. 
Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah pemberian materi 
yang berguna dalam kehidupan, dan pemberian umpan balik yang 
menyenangkan atau penghargaan atas keberhasilan. 
4. Prinsip keempat
Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas 
akan di transfer pada situasi lain secara terbatas pula. 
Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah pemberian kegiatan 
belajar yang melibatkan tanda-tanda atau kondisi yang mirip dengan 
kondisi dunia nyata, yaitu lingkungan hidup peserta didik di luar ruangan 
kelas. 
5. Prinsip kelima 
Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk 
belajar sesuatu yang kompleks seperti pemecahan masalah. 
Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran, perlu menggunakan 
berbagai contoh baik positif maupun negatif. 
6. Prinsip keenam 
Status mental peserta didik untuk mengahadapi pelajaran akan 
mempengaruhi perhatian dan ketekunan selama proses belajar. 
Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah pentingnya merarik 
perhatian peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran. 
7. Prinsip ketujuh 
Kegiatan yang di bagi kedalam langkah-langkah kecil dan disertai 
umpan balik untuk penyelesaian tiap langkah, akan membantu sebagian 
besar peserta didik. 
Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah: 
a. Penggunaan buku teks terprogram 
b. Guru menganalisis pengalaman belajar menjadi kegiatan kecil 
dan setiap kegiatan kecil tersebut disertai umpan balik terhadap 
hasilnya 
8. Prinsip kedelapan 
Kebutuhan memecah materi pelajaran yang kompleks menjadi 
kegiatan-kegiatan yang kecil akan dapat di kurangi bila materi belajar yang 
kompleks dapat di wujudkan dalam suatu modul. 
Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah penggunaan media 
dan metode pembelajaran yang dapat menggaambarkan materi yang 
kompleks kepada peserta didik. 
9. Prinsip kesembilan 
Keterampilan tingkat tinggi seperti keterampilan memecahkan 
masalah adalah perilaku yang kompleks, yang terbentuk dari komposisi 
keterampilan dasar yang lebih sederhana. 
Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah: 
a. Tujuan pembelajaran harus di rumuskan dalam bentuk hasil 
belajar yang operasional agar dapat di analisis menjadi 
indikator-indikator yang jelas. 
b. Demosntrasi atau model yang di gunakan harus di desain sejalan 
dengan hasil analisis agar dapat menggambarkan secara jelas 
komponen-komponen yang termasuk dalam perilaku kompleks 
tersebut. 
10. Prinsip kesepuluh
Belajar cenderung menjadi cepat dan efisien serta menyenangkan bila 
peserta didik di beri informasi bahwa ia lebih mampu dalam keterampilan 
memecahkan masalah. 
Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah: 
a. Urutan pembelajaran di mulai dari yang sederhana, secara 
bertahap menuju ke hal-hal yang lebih kompleks. 
b. Kemajuan peserta didik dalam menyelesaikan pelajaran harus di 
informasikan kepadanya. 
11. Prinsip kesebelas 
Perkembangan dan kecepatan belajar peserta didik bervariasi, ada 
yang maju lebih cepat dan ada yang lebih laambat. 
Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah: 
a. Pentingnya penguasaan peserta didik dalam materi pelajaran 
prasyarat sebelum mempelajari materi pelajaran selanjutnya. 
12. Prinsip keduabelas 
Dengan persiapan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan 
mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan 
balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar. 
Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah pemberian 
kemungkinan kepada peserta didik untuk memilih waktu, cara, dan sumber-sumber 
lain di samping yang telah di tetapkan dalam sistem pembelajaran 
agar dapat membuat dirinya mencapai tujuan pembelajaran.
BAB III 
PENUTUP 
A. Simpulan 
Teknologi pendidikan adalah suatu proses kompleks yang terintegrasi 
meliputi manusia, prosedur,ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisa 
masalah yang menyangkut semua aspek belajar, serta merancang, melaksanakan, 
menilai dan mengelola pemecahan masalah itu. 
Teori pembelajaran (instruction) di sebut sebagai teori preskriptif karena 
berusaha untuk mempresisikan metode-metode mengajar, menciptakan kondisi 
terbaik untuk membantu peserta didik menguasai pengetahuan dan kemampuan 
baru. 
Unsur – unsur yang ada dalam komponen belajar yaitu: 
1. Behaviourisme, diharapkan ada perubahan perilaku peserta didik yang 
dapat diamati. 
2. Kognitivisme, apa yang diajarkan pada peserta didik itulah yang 
penting. Apa yangdipelajari tidaklah semuanya berwujud. 
3. Kontruktivisme, peserta didik perlu diajak untuk membangun 
pengetahuan sendiri dari informasi yang dimilikinya. 
4. Pemrosesan Informasi, bagaimana peserta didik memproses infomasi 
yang diterimanya. 
Prinsip – prinsip pembelajara terdiri dari 12 prinsip dimana prinsip ini 
digunakan untuk pengembangan pembelajaran peserta didik. 
B. Saran 
Sebagai ilmuan pada umumnya dan pendidik pada khususnya harus 
memahami teori belajar dan prinsip – prinsip belajar. Dengan kedua hal tersebut, 
diharapkan pendidik dapat menentukan teknologi pembelajaran yang tetap untuk 
diterapkan pada peserta didik. Demikian makalah ini kami buat berdasarkan buku 
pedoman, dan apabila dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat 
kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat 
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA 
Anitah, Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka. 
Yusufhadi Miarso, dkk . 1984. Teknologi Kumunikasi Pendidikan. Jakarta : 
Pustekkom Dikbud & CV Rajawali. 
Dale H. Schunk. 2012. Teori-Teori Pembelajaran Perspektif Pendidikan. 
Terjemahan. Yogya : Pustaka Pelajar. 
Smaldino, Sharon E dkk. 2005. Instructional Technology and Media For 
Learning 8th Edition. New Jersey: Courier KendallVille 
Sururi, Febrian. 2011. Teori Belajar Behavioristik. 
http://www.slideshare.net/FebrianSururi/teori-belajar-behavioristik- 
18582411 (Diunduh tanggal 17 September 2014 Pukul 16.15 WIB.) 
Winaya, Kadek. 2014. Pengkondisian Klasik dan Koneksionisme. 
http://ikadekwinaya.blogspot.com/2014/01/pengkondisian-klasik-dan-koneksionisme 
(Diunduh tanggal 17 September 2014 Pukul 16.43 WIB) 
Indri. 2014. Teori Belajar Konstruktivisme Dan Implikasi Terhadap 
Pembelajaran. http://indrierb.blogspot.com/2014/01/teori-belajar-konstruktivisme- 
dan.html (Diunduh tanggal 17 September 2014 Pukul 17.05 
WIB) 
Rini. 2014. Teori Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran. 
http://rini0594.blogspot.com/2014/03/teori-pemrosesan-informasi-dalam. 
html (Diunduh tanggal 17 September 2014 Pukul 17.15 WIB)

Contenu connexe

Tendances

Rpp fikih tata cara thaharah
Rpp fikih tata cara thaharahRpp fikih tata cara thaharah
Rpp fikih tata cara thaharahaisyaszuhriyah
 
Konsep pengayaan
Konsep pengayaan Konsep pengayaan
Konsep pengayaan sintaroyani
 
Karya Tulis Ilmiah "Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"
Karya Tulis Ilmiah "Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"Karya Tulis Ilmiah "Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"
Karya Tulis Ilmiah "Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"Kholil Bisry
 
Makalah dampak perkembangan ipa dan teknologi terhadap kehidupan (copilation)
Makalah dampak perkembangan ipa dan teknologi terhadap kehidupan (copilation)Makalah dampak perkembangan ipa dan teknologi terhadap kehidupan (copilation)
Makalah dampak perkembangan ipa dan teknologi terhadap kehidupan (copilation)Onal Lensun
 
ulumul Qur`an Fungsi hadis terhadap al-Qur`an
ulumul Qur`an Fungsi hadis terhadap al-Qur`an ulumul Qur`an Fungsi hadis terhadap al-Qur`an
ulumul Qur`an Fungsi hadis terhadap al-Qur`an Dyra Yunilaili
 
Makalah pembelajaran inkuiri
Makalah pembelajaran inkuiriMakalah pembelajaran inkuiri
Makalah pembelajaran inkuirierwin moh riyanda
 
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulum
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulumLaporan hasil observasi pengembangan kurikulum
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulumJati Jakmania
 
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAH
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAHEFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAH
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAHzahra_khusnul
 
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2dpyulianti
 
Makalah konsep pendidikan secara umum
Makalah   konsep pendidikan secara umumMakalah   konsep pendidikan secara umum
Makalah konsep pendidikan secara umumAmriDhimasMaulana
 
makalah metode penelitian ilmiah
makalah metode penelitian ilmiahmakalah metode penelitian ilmiah
makalah metode penelitian ilmiahMuhammad Idris
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
 
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi PendidikanInovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi PendidikanYamanto Isa
 
Buku 100 Pertanyaan Top Seputar Khilafah
Buku 100 Pertanyaan Top Seputar KhilafahBuku 100 Pertanyaan Top Seputar Khilafah
Buku 100 Pertanyaan Top Seputar KhilafahAnas Wibowo
 
8 ipteks dan peradaban islam
8 ipteks dan peradaban islam8 ipteks dan peradaban islam
8 ipteks dan peradaban islamayub99
 

Tendances (20)

Rpp fikih tata cara thaharah
Rpp fikih tata cara thaharahRpp fikih tata cara thaharah
Rpp fikih tata cara thaharah
 
Media Ajar 3 Dimensi
Media Ajar 3 DimensiMedia Ajar 3 Dimensi
Media Ajar 3 Dimensi
 
Konsep pengayaan
Konsep pengayaan Konsep pengayaan
Konsep pengayaan
 
Karya Tulis Ilmiah "Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"
Karya Tulis Ilmiah "Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"Karya Tulis Ilmiah "Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"
Karya Tulis Ilmiah "Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"
 
Ruang lingkup studi islam
Ruang lingkup studi islamRuang lingkup studi islam
Ruang lingkup studi islam
 
Makalah dampak perkembangan ipa dan teknologi terhadap kehidupan (copilation)
Makalah dampak perkembangan ipa dan teknologi terhadap kehidupan (copilation)Makalah dampak perkembangan ipa dan teknologi terhadap kehidupan (copilation)
Makalah dampak perkembangan ipa dan teknologi terhadap kehidupan (copilation)
 
ulumul Qur`an Fungsi hadis terhadap al-Qur`an
ulumul Qur`an Fungsi hadis terhadap al-Qur`an ulumul Qur`an Fungsi hadis terhadap al-Qur`an
ulumul Qur`an Fungsi hadis terhadap al-Qur`an
 
Makalah pembelajaran inkuiri
Makalah pembelajaran inkuiriMakalah pembelajaran inkuiri
Makalah pembelajaran inkuiri
 
Manusia sebagai animal educandum
Manusia sebagai animal educandumManusia sebagai animal educandum
Manusia sebagai animal educandum
 
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulum
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulumLaporan hasil observasi pengembangan kurikulum
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulum
 
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAH
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAHEFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAH
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAH
 
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2
 
Makalah konsep pendidikan secara umum
Makalah   konsep pendidikan secara umumMakalah   konsep pendidikan secara umum
Makalah konsep pendidikan secara umum
 
makalah metode penelitian ilmiah
makalah metode penelitian ilmiahmakalah metode penelitian ilmiah
makalah metode penelitian ilmiah
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
 
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi PendidikanInovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
 
Buku 100 Pertanyaan Top Seputar Khilafah
Buku 100 Pertanyaan Top Seputar KhilafahBuku 100 Pertanyaan Top Seputar Khilafah
Buku 100 Pertanyaan Top Seputar Khilafah
 
Jawaban psb semester genap
Jawaban psb semester genapJawaban psb semester genap
Jawaban psb semester genap
 
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaanHubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
 
8 ipteks dan peradaban islam
8 ipteks dan peradaban islam8 ipteks dan peradaban islam
8 ipteks dan peradaban islam
 

En vedette

Makalah teknologi pendidikan
Makalah teknologi pendidikanMakalah teknologi pendidikan
Makalah teknologi pendidikanRomi Dwi Syahri
 
Jawaban desain pesan
Jawaban desain pesanJawaban desain pesan
Jawaban desain pesanDedi Yulianto
 
Landasan teori ekonomi dalam Teknologi Pembelajaran
 Landasan teori ekonomi dalam Teknologi Pembelajaran Landasan teori ekonomi dalam Teknologi Pembelajaran
Landasan teori ekonomi dalam Teknologi Pembelajaranistiqma
 
Teori belajar humanistik bu nur asyiah
Teori belajar humanistik bu nur asyiahTeori belajar humanistik bu nur asyiah
Teori belajar humanistik bu nur asyiahnurasiyahnabil
 
Prinsip-Prinsip Belajar Siswa
Prinsip-Prinsip Belajar SiswaPrinsip-Prinsip Belajar Siswa
Prinsip-Prinsip Belajar SiswaLauditta Soraya
 
Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)
Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)
Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)WaQhyoe Arryee
 
Makalah teori pembelajaran
Makalah teori pembelajaranMakalah teori pembelajaran
Makalah teori pembelajaranArif Wicaksono
 
MATERI 3 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas-Asas Pembelajaran
MATERI 3 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas-Asas PembelajaranMATERI 3 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas-Asas Pembelajaran
MATERI 3 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas-Asas PembelajaranSTKIP Bina Bangsa Getsempena
 
MATERI 4 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Model Pembelajaran
MATERI 4 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Model PembelajaranMATERI 4 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Model Pembelajaran
MATERI 4 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Model PembelajaranSTKIP Bina Bangsa Getsempena
 
Kuliah 3 (teori sistem)
Kuliah 3 (teori sistem)Kuliah 3 (teori sistem)
Kuliah 3 (teori sistem)raaz5001
 
Model pembelajaran-terpadu-immersed
Model pembelajaran-terpadu-immersedModel pembelajaran-terpadu-immersed
Model pembelajaran-terpadu-immersedobrilian
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeBun Faris
 
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaran
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaranRuang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaran
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaranRizka Rahayu
 
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIFTEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIFkhairunnisa mulyana
 
Perkembangan Konsep Teknologi Pendidikan
Perkembangan Konsep Teknologi PendidikanPerkembangan Konsep Teknologi Pendidikan
Perkembangan Konsep Teknologi PendidikanUwes Chaeruman
 
Budaya Organisasi Garuda Indonesia
Budaya Organisasi Garuda IndonesiaBudaya Organisasi Garuda Indonesia
Budaya Organisasi Garuda IndonesiaSuri Nur Rachmawati
 

En vedette (20)

Makalah teknologi pendidikan
Makalah teknologi pendidikanMakalah teknologi pendidikan
Makalah teknologi pendidikan
 
Jawaban desain pesan
Jawaban desain pesanJawaban desain pesan
Jawaban desain pesan
 
Media dan teknologi pembelajaran
Media dan teknologi pembelajaranMedia dan teknologi pembelajaran
Media dan teknologi pembelajaran
 
Landasan teori ekonomi dalam Teknologi Pembelajaran
 Landasan teori ekonomi dalam Teknologi Pembelajaran Landasan teori ekonomi dalam Teknologi Pembelajaran
Landasan teori ekonomi dalam Teknologi Pembelajaran
 
Teori belajar humanistik bu nur asyiah
Teori belajar humanistik bu nur asyiahTeori belajar humanistik bu nur asyiah
Teori belajar humanistik bu nur asyiah
 
Prinsip-Prinsip Belajar Siswa
Prinsip-Prinsip Belajar SiswaPrinsip-Prinsip Belajar Siswa
Prinsip-Prinsip Belajar Siswa
 
Definisi tep tahun 1977 1994 2008
Definisi tep tahun 1977 1994 2008Definisi tep tahun 1977 1994 2008
Definisi tep tahun 1977 1994 2008
 
Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)
Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)
Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)
 
Makalah teori pembelajaran
Makalah teori pembelajaranMakalah teori pembelajaran
Makalah teori pembelajaran
 
MATERI 3 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas-Asas Pembelajaran
MATERI 3 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas-Asas PembelajaranMATERI 3 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas-Asas Pembelajaran
MATERI 3 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas-Asas Pembelajaran
 
Desain pesan
Desain pesanDesain pesan
Desain pesan
 
MATERI 4 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Model Pembelajaran
MATERI 4 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Model PembelajaranMATERI 4 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Model Pembelajaran
MATERI 4 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Model Pembelajaran
 
Kuliah 3 (teori sistem)
Kuliah 3 (teori sistem)Kuliah 3 (teori sistem)
Kuliah 3 (teori sistem)
 
Model pembelajaran-terpadu-immersed
Model pembelajaran-terpadu-immersedModel pembelajaran-terpadu-immersed
Model pembelajaran-terpadu-immersed
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
 
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaran
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaranRuang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaran
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaran
 
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIFTEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
 
Perkembangan Konsep Teknologi Pendidikan
Perkembangan Konsep Teknologi PendidikanPerkembangan Konsep Teknologi Pendidikan
Perkembangan Konsep Teknologi Pendidikan
 
Ekonomi
EkonomiEkonomi
Ekonomi
 
Budaya Organisasi Garuda Indonesia
Budaya Organisasi Garuda IndonesiaBudaya Organisasi Garuda Indonesia
Budaya Organisasi Garuda Indonesia
 

Similaire à TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

Anika Nur Azizah_2120001_Tekpend D.docx
Anika Nur Azizah_2120001_Tekpend D.docxAnika Nur Azizah_2120001_Tekpend D.docx
Anika Nur Azizah_2120001_Tekpend D.docxAnikaNurAzizah
 
Pengaruh tp terhadap pola mengajar
Pengaruh tp terhadap pola mengajarPengaruh tp terhadap pola mengajar
Pengaruh tp terhadap pola mengajarRomi Dwi Syahri
 
Ppt teknologi pendidikan
Ppt teknologi pendidikanPpt teknologi pendidikan
Ppt teknologi pendidikanLhya Baha
 
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanDasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanRizki Lia Ismawati
 
Web 2.0 (penggunaan ipad dalam pendidikan)
Web 2.0 (penggunaan ipad dalam pendidikan)Web 2.0 (penggunaan ipad dalam pendidikan)
Web 2.0 (penggunaan ipad dalam pendidikan)Dancy Jimmy
 
Pembelajaran berbantuan komputer
Pembelajaran berbantuan komputerPembelajaran berbantuan komputer
Pembelajaran berbantuan komputerFKIP UHO
 
Teknologi Pendidikan.docx
Teknologi Pendidikan.docxTeknologi Pendidikan.docx
Teknologi Pendidikan.docxanwarjuli
 
Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3
Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3
Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3NikenDwi15
 
Kurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranKurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranNURHAENI
 
Pentingnya Teknologi Pembelajaran Bahasa Arab.pdf
Pentingnya Teknologi Pembelajaran  Bahasa Arab.pdfPentingnya Teknologi Pembelajaran  Bahasa Arab.pdf
Pentingnya Teknologi Pembelajaran Bahasa Arab.pdfZukét Printing
 
Pentingnya Teknologi Pembelajaran Bahasa Arab.docx
Pentingnya Teknologi Pembelajaran  Bahasa Arab.docxPentingnya Teknologi Pembelajaran  Bahasa Arab.docx
Pentingnya Teknologi Pembelajaran Bahasa Arab.docxZukét Printing
 
Penterjemahan Kurikulum Kebangsaan Sains Tingkatan Lima
Penterjemahan Kurikulum Kebangsaan Sains Tingkatan LimaPenterjemahan Kurikulum Kebangsaan Sains Tingkatan Lima
Penterjemahan Kurikulum Kebangsaan Sains Tingkatan Limanorirana ahmad suhaimi
 
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarInovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarNur Halimah
 
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarInovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarNur Halimah
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaranguest11d30d
 
BAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docx
BAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docxBAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docx
BAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docxUpiHambuku
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulumyanti riyanti
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulumyanti riyanti
 

Similaire à TEKNOLOGI PEMBELAJARAN (20)

Anika Nur Azizah_2120001_Tekpend D.docx
Anika Nur Azizah_2120001_Tekpend D.docxAnika Nur Azizah_2120001_Tekpend D.docx
Anika Nur Azizah_2120001_Tekpend D.docx
 
Pengaruh tp terhadap pola mengajar
Pengaruh tp terhadap pola mengajarPengaruh tp terhadap pola mengajar
Pengaruh tp terhadap pola mengajar
 
Bab 1 2 3
Bab 1 2 3Bab 1 2 3
Bab 1 2 3
 
Ppt teknologi pendidikan
Ppt teknologi pendidikanPpt teknologi pendidikan
Ppt teknologi pendidikan
 
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanDasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
 
Web 2.0 (penggunaan ipad dalam pendidikan)
Web 2.0 (penggunaan ipad dalam pendidikan)Web 2.0 (penggunaan ipad dalam pendidikan)
Web 2.0 (penggunaan ipad dalam pendidikan)
 
Pembelajaran berbantuan komputer
Pembelajaran berbantuan komputerPembelajaran berbantuan komputer
Pembelajaran berbantuan komputer
 
Teknologi Pendidikan.docx
Teknologi Pendidikan.docxTeknologi Pendidikan.docx
Teknologi Pendidikan.docx
 
Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3
Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3
Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3
 
Kurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranKurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran
 
Pentingnya Teknologi Pembelajaran Bahasa Arab.pdf
Pentingnya Teknologi Pembelajaran  Bahasa Arab.pdfPentingnya Teknologi Pembelajaran  Bahasa Arab.pdf
Pentingnya Teknologi Pembelajaran Bahasa Arab.pdf
 
Pentingnya Teknologi Pembelajaran Bahasa Arab.docx
Pentingnya Teknologi Pembelajaran  Bahasa Arab.docxPentingnya Teknologi Pembelajaran  Bahasa Arab.docx
Pentingnya Teknologi Pembelajaran Bahasa Arab.docx
 
Penterjemahan Kurikulum Kebangsaan Sains Tingkatan Lima
Penterjemahan Kurikulum Kebangsaan Sains Tingkatan LimaPenterjemahan Kurikulum Kebangsaan Sains Tingkatan Lima
Penterjemahan Kurikulum Kebangsaan Sains Tingkatan Lima
 
Esei 2
Esei 2Esei 2
Esei 2
 
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarInovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
 
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarInovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran
 
BAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docx
BAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docxBAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docx
BAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docx
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulum
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulum
 

Dernier

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 

Dernier (20)

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

  • 1. TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI PEMBELAJARAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN, TEORI BELAJAR , DAN PRINSIP – PRINSIP PEMBELAJARAN Dosen Pengampu : Prof.Dr.H.Soetarno J., MPd. Disusun oleh : Kelas A BKK PTN Kelompok 1 Angggota : 1. Andika Yudha Tiyasa NIM K7412018 2. Danis Khyswari NIM K7412045 3. Jesica Khafidlo D NIM K7412102 4. Muh. Saifuddin M NIM K7412118 5. Novia Dani Pramusinto NIM K7412127 6. Sandy Kristiara NIM K7412157 PRODI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2014/2015
  • 2. KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji dan syukur alhamdulillah atas berkat rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknologi Pendidikan, Teori Belajar, dan Prinsip – Prinsip Pembelajaran” dengan tepat waktu. Sebagai tugas dalam memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pembelajaran, penulis mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan serta dukungan dalam penyusunan makalah ini, yaitu: 1. Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan berbagai kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini. 2. Prof. Dr. H. Soetarno J.,MPd. selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi Pembelajaran sebagai pembimbing kelompok kami. 3. Teman-teman yang selalu memberikan semangat dan dukungan pada kami. Penulis menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan sehingga menjadikan perbaikan dan dorongan untuk menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan . Surakarta, 17 September 2014 Penulis
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, terutama bagi bangsa yang sedang berkembang. Dalam arti kata pembangunan hanya dapat dilakukan oleh bangsa yang telah dipersiapkan untuk membangun negaranya melalui pendidikan. Karena pada hakekatnya pendidikan merupakan cermin peradaban suatu bangsa. Bangsa yang peradabannya tinggi ditandai dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi bagi warga negaranya. Pendidikan sebagai suatu ilmu teknologi tidak luput dari gejala perkembangan jaman. Kalau semula orang tua yang bertindak sebagai pendidik kemudian kita kenal profesi guru yang diberi tanggung jawab pendidik. Sekarang ini secara konseptual maupun secara legal telah dikenal dan ditentukan sejumlah keahlian khusus jabatan dan atau profesi yang termasuk dalam kategori tenaga kependidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi bergantung pada mutu pendidikan yang mana berkaitan erat dengan proses belajar mengajar. Dewasa ini para ahli berusaha untuk meningkatkan proses belajar mengajar itu menjadi suatu ilmu atau teknologi yang dapat dikenal dan dikuasai langkah-langkahnya. Disinilah peran teknologi pendidikan sangat diperlukan. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut. 1. Apa yang dimaksud dengan teknologi pendidikan? 2. Apa yang dimaksud teori belajar? 3. Apa saja kah unsur – unsur dalam teori belajar? 4. Bagaimana prinsip – prinsip pembelajaran? C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui pengertian teknologi pendidikan. 2. Mengetahui pengertian teori belajar. 3. Mengetahui unsur – unsur yang ada dalam teori belajar. 4. Mengetahui prinsip – prinsip pembelajaran.
  • 4. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Teknologi Pendidikan Istilah “teknologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu technologis. Technie berarti seni, keahlian atau sains dan logos yang berarti ilmu. Teknologi menurut Gaibraith dapat diartikan sebagai penerapan sistematik dari pengetahuan ilmiah atau terorganisasikan dalam hal-hal yang praktis. Dalam teknologi pendidikan unsur intinya adalah “belajar” dan “sumber-sumber” untuk keperluan belajar itu. Namun kedua unsur ini belum menjamin adanya teknologi pendidikan. Masih diperlukannya unsur lain yaitu dipakainya pendekatan “sistem” dan adanya “pengelolaan” atas seluruh kegiatan. Dengan mengutamakan masalah “belajar” (dan bukan alatnya atau bahannya) maka dalam teknologi pendidikan yang dijadikan titik perhatian utama adalah peserta didik yang belajar. Bagaimana pendidik berusaha agar peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber belajar,yang dikembangkan secara sistematik dan dikelola dengan baik (Yusufhadi Miarso, 1984: 4). Bila dirumuskan dalam satu kalimat, maka teknologi pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu proses kompleks yang terintegrasi meliputi manusia, prosedur,ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisa masalah yang menyangkut semua aspek belajar, serta merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah itu (Educational Technology, Definitionand Glossary of Terms, Vol.1, AECT, 1977 dalam Yusufhadi Miarso, 1984:4-5). Dalam Yusufhadi Miarso, 1984 halaman 5, teknologi pendidkan dapat pula dirumuskan sebagai suatu bidang, sebagai suatu bidang deskripsi unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : 1. Suatu bidang yang berkepentingan dengan kegiatan belajar manusia. 2. Kegiatan itu dilaksanakan secara sistematis. 3. Cara sistematis itu meliputi pengembangan, pengorganisasia danpenggunaan segala macam sumber belajar. 4. Kepentingan itu juga meliputi pengelolaan dari proses kegiatan. Definisi yang baru tentang teknologi pendidikan, dikemukakan oleh Januszewski & Molenda (2008) dalam Sri Anitah (2009:3) , bahwa teknologi pendidikan merupakan suatu studi dan praktis etis yang memfasilitasi belajar dan meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses-proses dan sumber-sumber teknologi yang sesuai. Dalam definisi tersebut kata “memfasilitasi belajar” mengidentifikasi bahwa tujuan utama teknologi pendidikan adalah membantu peserta didik belajar. Kata “memfasilitasi belajar” dalam rangka menekankan pengertian bahwa belajar dikontrol dan dilaksanakan sendiri oleh peserta didik. Guru dan perancang pembelajaran dapat mempengaruhi belajar, tetapi pengaruh tersebut lebih menekankan memberikan fasilitas daripada penyebab terjadinya belajar. Teknologi itu sendiri tidak meningkatkan kemampuan belajar peserta didik. Oleh karena itu dibutuhkan kondisi lain untuk menciptakan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi proses belajar. Kondisi-kondisi itu antara lain, dukungan pimpinan sekolah, guru yang menguasai teknologi untuk pembelajaran, standar
  • 5. dan isi kurikulum, ketersediaan sarana dan prasarana, penilaian yang efektif, serta peserta didik sebagai pebelajar yang aktif dan konstruktif (Sri Anitah, 2009:4). B. Teori Belajar Teori pembelajaran (instruction) di sebut sebagai teori preskriptif karena berusaha untuk mempresisikan metode-metode mengajar, menciptakan kondisi terbaik untuk membantu peserta didik menguasai pengetahuan dan kemampuan baru. 1. Behaviorisme Teori behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Teori behaviorime merupakan teori yang memacu kepada tingkah laku peserta didik sebagai akibat dari adanya interaksi peserta didik atau pelajar antara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input dan keluaran atau output yang berupa respons. Yaitu suatu aliran atau pandangan yang menekankan adanya perubahan perilaku pada peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar (Sri Anitah,2009:4). Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan perilaku tersebut. Ada faktor lain yang dianggap penting dalam teori behavioristik yaitu faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan. Ciri – ciri dari teori ini adalah sebagai berikut: a. Mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil b. Bersifat mekanistis c. Menekankan peranan lingkungan d. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon e. Menekankan pentingnya latihan f. Mementingkan mekanisme hasilbelajar g. Mementingkan peranan kemampuan h. Hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan Teori-teori yang termasuk kedalam kelompok behaviorisme diantaranya Pengkodisian Klasik (Pavlov), Koneksionisme (Thorndike), Pengkondisian Operan (Skinner), Perilaku Sistematis (Clark Hull), Pengkondisian Kontiguitas ( Guthrie) a. Teori Pengkodisian Klasik Pendekatan ini dikenalkan oleh Ivan Pavlov seorang psikolog berkebangsaan Rusia. Eksperimen terkenal terhadap refleks dilakukan di laboratorium Ivan Pavlov. Dalam percobaannya, Pavlov
  • 6. membunyikan bel sebelum memperlihatkan makanan pada anjing. Setelah diulang berkali-kali ternyata air liur tetap keluar bila bel berbunyi meskipun makanannya tidak ada. Penelitian ini menyimpulkan bahwa individu dapat dikondisikan. Artinya merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukkan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Menurut kisahnya , menemukan bahwa reaksi tidak sengaja, keluarnya air liur dapat dilatih untuk merespons suara yang tidak berhubungan dengan makanan. Dalam kaitannya dengan peserta didik, berdasarkan teori Pavlov tersebut yang diharapkan adalah adanya respon pada diri peserta didik setelah melakukan proses belajar yang berupa pengalaman, baik pengalaman negatif maupun pengalaman positif. Pendidik bisa dengan membuat suasana dalam kelas lebih menyenangkan, memutar musik ataupun tindakan lainnya yang bisa menstimulus rasa senang pada diri peserta didik. b. Teori Koneksionisme Teori ini dikembangkan leh Edward L. Thorndike (1874- 1949),yaitu seorang psikolog paling terkenal di Amerika Serikat. Ia menerapkan sebuah pendekatan eksperimental saat mengukur hasil hasil yang dicapai oleh peserta didik. Thorndike menyatakan pandangan bahwa pembelajaran yang paling fundamental adalah pembentukan asosiasi-asosiasi (koneksi-koneksi) antara pengalaman-pengalaman indrawi (persepsi terhadap stimulus atau peristiwa) dan impuls-impuls saraf (respons-respons) yang memberikan manifestasinya dalam bentuk perilaku (Dale H. Schunk, 2012:101). Ia percaya bahwa pembelajaran sering terjadi melalui rangkaian eksperimen trial and error (menyeleksi dan mengkoneksikan). Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respons. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar, seperti fikiran, perasaan, atau hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respons yaitu reaksi yang dimunculkan oleh peserta didik ketika belajar,yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Thorndike mengemukakan tiga hukum atau prinsip dalam belajar yaitu : 1) Law of Readiness (hukum kesiapan). Menurut hukum ini, hubungan antara stimulus dan respons akan mudah terbentuk apabila ada kesiapan dalam diri individu, dan belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut. 2) Law of Exercise (hukum latihan). Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan respons. Hubungan atau koneksi antara kondisi dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan dan akan
  • 7. menjadi lemah karena latihan tidak dilanjutkan atau dihentikan. 3) Law of Effect (hukum akibat). Hukum ini menunjukkan kepada kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan respons, tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Begitu pula dengan belajar, belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan nilai atau hasil yang baik. c. Teori Pengkondisian Operan Teori ini di rumuskan oleh Skinner pada tahun 1904-1990. Ia adalah tokoh yang paling banyak pengaruhnya dalam perkembangan teori belajar, dengan munculnya program pembelajaran, seperti Teaching machine, pembelajaran berprogram, dan sebagainya. Dalam teorinya hubungan stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku. Respon yang diberikan peserta didik tidak sederhana, sebab stimulus akan saling berinteraksi. Konsep yang paling populer dari teori pengkondisian operan ialah konsep penguatan (reinforcement). Shultz mengatakan bahwa penguatan (reinforcement) adalah semua stimulus atau peristiwa yang mengikuti sebuah respons yang membuat respons menguat. Penguat ditentukan berdasarkan efek-efeknya, yang tidak tergantung pada proses-proses mental seperti ikiran sadar, kehendak, atau target (Dale H. Schunk, 2012:124). Penguatan positif adalah memberikan sebuah stimulus atau menambahkan sesuatu pada sebuah situasi yang mengikuti sebuah respons yang meningkatkan kemungkinan munculnya tespons di masa mendatang dalam situasi tersebut. Penguatan negatif adalah menghilangkan stimulus atau mengambil dari sebuah situasi setelah terjadinya sebuah respons yang dapat meningkatkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya respons tersebut di masa mendatang (Dale H. Schunk, 2012:125). d. Teori Perilaku Sistematis Konsep utama dari teori Hull adalah kebiasaan, yang disimpulkan dari berbagai penelitian tentang kebiasaan dan respons terkondisi yang dilakukan Hull melalui percobaan terhadap binatang. Perilaku yang kompleks, menurut Hull, diasumsikan berasal dari hasil belajar terhadap bentuk-bentuk perilaku yang sederhana. Dalnm upaya mematangkan teorinya, Hull juga menggunakan dalil sebab-akibat dari Thorndike lalu menggabungkannya dengan hasil temuannya. Pada dasarnya dalam teorinya, Hull menyatakan bahwa interaksi antara stimulus dan respons tidaklah sederhana sebagaimana adanya. Menurut Hull, ada proses lain dalam diri seseorang (atau organisme) yang mempengaruhi interaksi antara stimulus dan respons. Proses tersebut disebut oleh Hull sebagai variabel "intervening" (yang berpengaruh). Proses belajar menurut Hull merupakan upaya menumbuhkan kebiasaan melalui serangkaian percobaan. Untuk dapat memperoleh
  • 8. kebiasaan diperlukan adanya penguatan dalam proses percobaan. Namun, Hull juga menyatakah bahwa penguatan bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pengembangan kebiasaan, karena pengembangan kebiasaan lebih utama dipengaruhi oleh banyaknya percobaan yang dilakukan. Di samping itu, proses belajar juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain (non-learning factors) yang berinteraksi langsung terhadap reaksi potensial yang timbul. e. Pengkondisian Kontiguitas Tokoh lainnya yang mengemukakan sebuah perspktif behavioral untuk pembelajaran adalah Edwin R. Guthrie (1886-1959). Perilaku-perilaku dalam pembelajaran menurutnya adalah tindakan dan gerakan. Guthrie menyatakan pembelajaran kontiguitas bermakna bahwa sebuah perilaku dalam sebuah situasi akan diulang ketika situasi tersebut muncul kembali. Stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemenuhan biologis sebagaimana yang dijelaskan oleh Clark Hull. Guthrie menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap. 2. Kognitivisme Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Menurut teori ini, belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas. Teori ini memfokuskan perubahan perilaku yang sangat berbeda dengan perilaku pada behaviorisme. Kognitivisme mendeskripsikan perubahan dalam belajar, berpikir, dan penalaran. Ciri – ciri dari aliran kognitivisme adalah sebagai berikut: a. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia b. Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian c. Mementingkn peranan kognitif d. Mementingkan kondisi waktu sekarang e. Mementingkan pembentukan struktur kognitif Menurut Piaget, belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta
  • 9. didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Ada empat faktor yang menentukan perkembangan kognitif, yaitu: a. Kematangan. Perkembangan disebabkan faktor-faktor pembawaan, diartikan sebagai potensi kita untuk perkembangan kognitif. b. Pengalaman aktif. Memanipulasi objek atau mental (berpikir), menyebabkan kita mengembangkan dan menyaring kembali pengertian kita. c. Interksi sosial. Dengan sesama teman, memungkinkan kita berbagi id dan memperoleh pengetahuan baru. d. Equilibrasi. Suatu proses untuk mencari keseimbangan sehubungan dengan adanya konflik antara skemata yang sudah ada dengan fakta baru. Tahap – tahap perkembangan peserta kognitif Piaget (Sri Anitah,2009:9) adalah sebagai berikut a. Tahap sensorimotor (1,5 – 2 tahun), selama proses ini anak menggali lingkungannya,melihat, mendengar, menyentuh, membau objek objek yang ada di sekelilingnya. b. Tahap praoperasional (umur 2 – 6 atau 7 tahun), pada tahap ini anak menjadi lebih baik dalam penggunaan bahasa. c. Tahap operasional konkrit ( umur 6 atau 7 tahun – umur 11 atau 12 tahun), anak mulai menggunakan bentuk logika orang dewasa, namun logika itu hanya diaplikasikannya hanya pada situasi yang konkrit. d. Tahap operasional formal (umur 14 tahun ke atas), anak sudah bisa mengaplikasikan logika ke dalam situasi abstrak atau hipotesis. Teori Perkembangan Kognitif Bruner Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan. Tahap – tahap berpikir menurut Bruner: a. Enaktif. Anak kecil berada pada tahap enaktif dan menguasai pengetahuan secar aktif dengan melakukan kegiatan – kegiatan. Anak – anak perlu mendapatkan kebebasan untuk melakukan kegiatan langsung dengan berbagai objek. b. Ikonik. Anak belajar melalui stimuli visual seperti gambar. Anak – anak pada tahap ini menyandarkan pada representasi visual untuk membantu belajar. c. Simbolik. Pada tahap ini anak dapat memahami simbol – simbol termasuk kata- kata, matematika, dan catatan –catatan ilmiah. 3. Konstruktivisme
  • 10. Ada beberapa pendapat mengenai definisi konstruktivisme yang dikemukan beberapa ahli, namun pada intinya teori belajar kontruktivisme merupakan teori belajar yang menuntut siswa mengkonstruksi kegiatan belajar dan mentransformasikan informasi kompleks untuk membangun pengetahuan secara mandiri. Jika behaviorisme menganggap bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati dan diukur, maka konstruktivisme menempatkan posisi peserta didik untuk membangun pengetahuannya secara aktif. Konstruktivisme mengatakan bahwa belajar adalah menginternalisasi dan membentuk kembali atau mentransformasi pengetahuan baru. Konstruktivisme juga lebih memperhatikan bagaimana manusia membentuk pengetahuan dari pengalaman-pengalamannya, struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk menginterpretasikan objek-objek serta peristiwa-peristiwa (Duffy & Jonassen, 1993). Dalam konstruktivisme, struktur kognitif yang terbentuk adalah unik untuk setiap individu. Peserta didik harus berusaha melihat isu dari sudut pandang yang berbeda. Dan guru harus menjadi konstruktivis di dalam kelas, menyiapkan lingkungan belajar dimana peserta didik membentuk makna, mengapresiasi ketentuan, dan belajar bertanggungjawab. Konstruktivisme tidak hanya memberi gambaran secara tepat bagaimana peserta didik belajar, tetapi juga menyajikan alat yang kuat untuk menyelesaikan satu dari pemecahan masalah yang paling sulit di sekolah saat ini, yaitu kebosanan. Brooks & brooks mengemukakan lima prinsip pendidikan konstruktivis, yaitu : 1. Memunculkan masalah yang relevan pada peserta didik 2. Menstrukturkan belajar sekitar “ide besar” atau konsep-konsep utama 3. Menilai sudut pandang peserta didik 4. Penyesuaian kurikulum untuk memunculkan perkiraan peserta didik 5. Menilai kegiatan belajar peserta didik dalam konteks pembelajaran Mengkonstruksi pengertian Pendapat yang mengatakan bahwa manusia manusia belajar dengan membangun pengertian baru dari hubungan dan fenomena di kehidupan dunia, membuat penerimaan struktur pelajaran sekarang menjadi sulit. Pendidik harus mengajak peserta didik untuk memperkaya pengalaman tentang dunia ini, memberi kebebasan untuk bertanya dengan pertanyaan sendiri, mencari jawabannya sendiri dan menantangnya untuk memahami kompleksitas dunia. Implikasi Konstruktivisme terhadap Pembelajaran Pendekatan konstruktivisme mementingkan pengembangan lingkungan belajar yang meningkatkan pembentukan pengertian dari
  • 11. prespektif ganda. Untuk maksud tersebut, guru perlu melalukan hal-hal berikut: 1. Menyajikan masalah-masalah aktual kepada siswa dalam konteks yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa 2. Pembelajaran distruktur di sekitar konsep-konsep primer 3. Memberi dorongan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan sendiri 4. Memberikan siswa untuk menemukan jawaban dari pertanyaan sendiri 5. Memberanikan siswa mengemukakan pandapat dan menghargai sudut pandangnya 6. Menganjurkan siswa bekerja dalam kelompok 7. Menilai proses dan hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran. Sedangkan menurut Suprijono (2011:40), pembelajaran konstruktivisme merupakan belajar artikulasi, yaitu proses mengartikulasikan ide, pikiran, dan solusi. Implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran terbagi menjadi beberapa fase, yaitu : 1. Orientasi, merupakan fase untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik, memerhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topic materi pembelajaran 2. Elicitasi, merupakan fase membantu peserta didikmeggali ide-ide yang dimilikinya dengan member kesempatan kepada peserta didik untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka. 3. Restruksi ide, dalam hal ini peserta didik melakukan klarifikasi ide dengan cara mengontraskan ide-idenya dengan ide orang lain 4. Aplikasi ide, dalam fase ini, idea tau pengetahuan yang telah dibentuk peserta didik perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. 5. Review, dalam fase ini memungkinkan peserta didik mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi lebih lengkap. Kelebihan dan Kelemahan Konstruktivisme Kelebihan teori konstruktivisme menurut Cahyo (2013) yaitu : 1. Guru bukan satu-satunya sumber belajar 2. Siswa lebih aktif dan kreatif 3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna 4. Pembelajar memiliki kebebasan 5. Membina sikap produktif dan percaya diri 6. Proses evaluasi difokuskan pada penilaian proses 7. Siswa menjadi lebih mudah paham.
  • 12. Kelemahan teori konstruktivisme: 1. Perolehan informasi berlangsung satu arah 2. Siswa dituntut harus aktif 3. Guru tidak mentransfer pemgetahuan yang telah dimiliki, melainkan membantu siswa. 4. Pengolahan Informasi Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera. Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan hilang. Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran, (Slavin, 2000: 176). Model Linier pemrosesan informasi Disebut model linier karena kemajuan-kemajuan informasi melalui sistem sepanjang garis lurus yang berlangsung. Sensory Register Manusia mengambil informasi melalui penglihatan, pendengaran, pembauan, merasakan dan sentuhan. Menurut teori pemrosesan informasi, informasi pertama yang diambil mencapai sensory register. Ingatannya sangat singkat ketika suatu gambaran setiap pengalaman sensory ditempatkan, yaitu hanya selama satu detik. Jika tidak segera digunakan, informasi akan hilang selamanya dari sensory register. Short term memory Sekali informasi diidentifikasi dan diikuti, maka akan diteruskan ke struktur berikutnya, yaitu ingatan jangka pendek (short term memory atau STM). STM memiliki kapasitas yang terbataskarena waktu dan keterbatasan ukuran. Informasi dalam STM berakhir hanya dalam waktu dua detik sejak seseorang melakukan sesuatu.
  • 13. Long term memory Bentuk struktural yang menyimpan ingatan secara permanen disebut ingatan jangka panjang (long term memory atau LTM). Melakui latihan atau ulangan, informasi yang disimpan dalam LTM muncul dalam periode yang tidak menentu. Informasi di LTM mungkin sulit untuk dipanggil kembali, alasannya karena informasi tersebut mulanya kurang baik disimpan. Penerapan Teori Belajar Pemrosesan Informasi dalam Desain Pesan Pembelajaran Teori belajar pemrosesan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan kemampuannya berubah pada situasi tertentu. Desain pesan pembelajaran perlu adanya media untuk menyajikan informasi. Kemampuan sensorik mengacu pada jalur pemrosesan informasi yang dipakai untuk memproses informasi yang diperoleh, seperti proses penerimaan informasi visual atau auditorial. Misalnya media audiovisual yang digunakan untuk menyampaikan materi dirancang sebaik mungkin agar lebih mudah dipahami oleh penerima informasi. Sebenarnya istilah desain pesan mengacu pada proses manipulasi, atau rencana manipulasi dari sebuah pola tanda yang memungkinkan untuk mengkondisi pemerolehan informasi. Jadi, dalam penyampaian informasi lewat multimedia instruksional baru akan bermakna jika informasi yang diterima diseleksi pada setiap penyimpanan, diorganisasikan ke dalam representasi yang berhubungan, serta dikoneksikan dalam tiap penyimpanan. Tujuh rumpun model pemrosesan informasi : 1. Model berfikir induktif, dirancang untuk pengembangan proses mental induktif dan penalaran akademik, atau pembentukan teori. 2. Model latihan inkuiri, dirancang untuk menghadapi penalaran kausal dan untuk lebih fasih dan tepat dalam mengajukan pertanyaan, membentuk konsep dan hipotesis. 3. Inkuiri ilmiah, dirancang untuk mengajar sistem penelitian dari suatu disiplin tetapi juga diharapkan untuk mempunyai efek dalam kawasan-kawasan lain. 4. Pencapaian konsep, dirancang untuk mengembangkan penalaran induktif, juga untuk perkembangan dan analisis konsep. 5. Model penata lanjutan, dirancang untuk meningkatkan efisiensi kemampuan pemrosesan informasi untuk menyerap dan mengaitkan bidang-bidang pengetahuan. 6. Memori, dirancang untuk meningkatkan kemampuan mengingat. 7. Sinektik, dirancang untuk perkembangan pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif
  • 14. Kelebihan dan Kekurangan Pemrosesan Informasi Kelebihan Pemrosesan Informasi · Membantu terjadinya proses pembelajaran sehungga individu mampu beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah · Menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol · Kapasilitas belajar dapat disajikan secara lengkap · Prinsip perbedaan individual terlayani. Kekurangan Pemrosesan Informasi · Tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal · Proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung · Tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi-informsi yang telah disimpan dalam ingatan · Kemampuan otak tiap individu tidak sama. C. Prinsip – Prinsip Pembelajaran Teknologi pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang di tarik dari teori psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil penelitian dalam bidang pembelajaran. Prinsip-prinsip yang di gunakan dalam pengembangan pembelajaran dikelompokan kedalam dua belas macam yaitu sebagai berikut: 1. Prinsip pertama Respon-respon baru di ulang sebagai akibat dari respon tersebut. Bila hasil respon positif maka respon tersebut akan memperkuat respon berikutnya, sehingga peserta didik cenderung mengulang. Sebaliknya, respon yang negatif, peserta didik akan berusaha menghindari. Implikasi dalam pembelajaran: a. Perlu pemberian balikan dengan segera atas keberhasilan respon b. Peserta didik harus membuat respon, tidak duduk berdiam diri 2. Prinsip kedua Perilaku peserta didik tidak hanya di kontrol akibat respon tetapi juga pengaruh kondisi atau tanda-tanda yang terdapat dilingkungan peserta didik. Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah menyatakan tujuan pembelajaran secara jelas kepada peserta didik sebelum pembelajaran dimulai, agar peserta didik belajar giat. 3. Prinsip ketiga Perilaku yang di timbulkan oleh tanda-tanda akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak di perkuat dengan akibat yang menyenangkan. Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah pemberian materi yang berguna dalam kehidupan, dan pemberian umpan balik yang menyenangkan atau penghargaan atas keberhasilan. 4. Prinsip keempat
  • 15. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan di transfer pada situasi lain secara terbatas pula. Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah pemberian kegiatan belajar yang melibatkan tanda-tanda atau kondisi yang mirip dengan kondisi dunia nyata, yaitu lingkungan hidup peserta didik di luar ruangan kelas. 5. Prinsip kelima Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti pemecahan masalah. Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran, perlu menggunakan berbagai contoh baik positif maupun negatif. 6. Prinsip keenam Status mental peserta didik untuk mengahadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan selama proses belajar. Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah pentingnya merarik perhatian peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran. 7. Prinsip ketujuh Kegiatan yang di bagi kedalam langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik untuk penyelesaian tiap langkah, akan membantu sebagian besar peserta didik. Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah: a. Penggunaan buku teks terprogram b. Guru menganalisis pengalaman belajar menjadi kegiatan kecil dan setiap kegiatan kecil tersebut disertai umpan balik terhadap hasilnya 8. Prinsip kedelapan Kebutuhan memecah materi pelajaran yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan yang kecil akan dapat di kurangi bila materi belajar yang kompleks dapat di wujudkan dalam suatu modul. Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah penggunaan media dan metode pembelajaran yang dapat menggaambarkan materi yang kompleks kepada peserta didik. 9. Prinsip kesembilan Keterampilan tingkat tinggi seperti keterampilan memecahkan masalah adalah perilaku yang kompleks, yang terbentuk dari komposisi keterampilan dasar yang lebih sederhana. Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah: a. Tujuan pembelajaran harus di rumuskan dalam bentuk hasil belajar yang operasional agar dapat di analisis menjadi indikator-indikator yang jelas. b. Demosntrasi atau model yang di gunakan harus di desain sejalan dengan hasil analisis agar dapat menggambarkan secara jelas komponen-komponen yang termasuk dalam perilaku kompleks tersebut. 10. Prinsip kesepuluh
  • 16. Belajar cenderung menjadi cepat dan efisien serta menyenangkan bila peserta didik di beri informasi bahwa ia lebih mampu dalam keterampilan memecahkan masalah. Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah: a. Urutan pembelajaran di mulai dari yang sederhana, secara bertahap menuju ke hal-hal yang lebih kompleks. b. Kemajuan peserta didik dalam menyelesaikan pelajaran harus di informasikan kepadanya. 11. Prinsip kesebelas Perkembangan dan kecepatan belajar peserta didik bervariasi, ada yang maju lebih cepat dan ada yang lebih laambat. Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah: a. Pentingnya penguasaan peserta didik dalam materi pelajaran prasyarat sebelum mempelajari materi pelajaran selanjutnya. 12. Prinsip keduabelas Dengan persiapan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar. Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah pemberian kemungkinan kepada peserta didik untuk memilih waktu, cara, dan sumber-sumber lain di samping yang telah di tetapkan dalam sistem pembelajaran agar dapat membuat dirinya mencapai tujuan pembelajaran.
  • 17. BAB III PENUTUP A. Simpulan Teknologi pendidikan adalah suatu proses kompleks yang terintegrasi meliputi manusia, prosedur,ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisa masalah yang menyangkut semua aspek belajar, serta merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah itu. Teori pembelajaran (instruction) di sebut sebagai teori preskriptif karena berusaha untuk mempresisikan metode-metode mengajar, menciptakan kondisi terbaik untuk membantu peserta didik menguasai pengetahuan dan kemampuan baru. Unsur – unsur yang ada dalam komponen belajar yaitu: 1. Behaviourisme, diharapkan ada perubahan perilaku peserta didik yang dapat diamati. 2. Kognitivisme, apa yang diajarkan pada peserta didik itulah yang penting. Apa yangdipelajari tidaklah semuanya berwujud. 3. Kontruktivisme, peserta didik perlu diajak untuk membangun pengetahuan sendiri dari informasi yang dimilikinya. 4. Pemrosesan Informasi, bagaimana peserta didik memproses infomasi yang diterimanya. Prinsip – prinsip pembelajara terdiri dari 12 prinsip dimana prinsip ini digunakan untuk pengembangan pembelajaran peserta didik. B. Saran Sebagai ilmuan pada umumnya dan pendidik pada khususnya harus memahami teori belajar dan prinsip – prinsip belajar. Dengan kedua hal tersebut, diharapkan pendidik dapat menentukan teknologi pembelajaran yang tetap untuk diterapkan pada peserta didik. Demikian makalah ini kami buat berdasarkan buku pedoman, dan apabila dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Anitah, Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka. Yusufhadi Miarso, dkk . 1984. Teknologi Kumunikasi Pendidikan. Jakarta : Pustekkom Dikbud & CV Rajawali. Dale H. Schunk. 2012. Teori-Teori Pembelajaran Perspektif Pendidikan. Terjemahan. Yogya : Pustaka Pelajar. Smaldino, Sharon E dkk. 2005. Instructional Technology and Media For Learning 8th Edition. New Jersey: Courier KendallVille Sururi, Febrian. 2011. Teori Belajar Behavioristik. http://www.slideshare.net/FebrianSururi/teori-belajar-behavioristik- 18582411 (Diunduh tanggal 17 September 2014 Pukul 16.15 WIB.) Winaya, Kadek. 2014. Pengkondisian Klasik dan Koneksionisme. http://ikadekwinaya.blogspot.com/2014/01/pengkondisian-klasik-dan-koneksionisme (Diunduh tanggal 17 September 2014 Pukul 16.43 WIB) Indri. 2014. Teori Belajar Konstruktivisme Dan Implikasi Terhadap Pembelajaran. http://indrierb.blogspot.com/2014/01/teori-belajar-konstruktivisme- dan.html (Diunduh tanggal 17 September 2014 Pukul 17.05 WIB) Rini. 2014. Teori Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran. http://rini0594.blogspot.com/2014/03/teori-pemrosesan-informasi-dalam. html (Diunduh tanggal 17 September 2014 Pukul 17.15 WIB)