SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  16
PATOFISIOLOGI
SISTEM PENCERNAAN
“APPENDISITIS DAN
SIROSIS HEPATIS”
Nama Kelompok
2
1. Ivan Maulideni (132111123049)
2. Ela Shinta Dewi (132111123050)
3. Natasya Nadia Nandari (132111123051)
4. Guguk Sedyofiatno (132111123052)
5. Clara Felicia Regina F (132111123053)
6. Nofinda Widya Sari (132111123054)
7. Mira Faulita (132111123055)
8. Innani Mukaromah (132111123057)
9. Maria Yovita Bau
(132111123058)
APPENDISITIS
Apendisitis yaitu radang usus buntu, terjadi ketika lumen tersumbat oleh bahan-
bahan seperti feses (kotoran kecil yang mengeras), tidak tercerna partikel makanan
(misalnya biji atau kacang) dan jaringan limfoid (Peate & Peate, 2012). Peradangan
ini menghasilkan presentasi gejala yang berhubungan dengan apendisitis. Gejala
yang sering muncul meliputi demam, mual dan muntah, ketidaknyamanan perut
secara umum yang terlokalisasi ke fossa iliaka kanan saat kondisi berlanjut, dan
nyeri tekan perut yang muncul kembali, terutama di persimpangan yang dikenal
sebagai titik McBurney (pertengahan antara umbilikus dan tulang belakang depan
ilium)
(Johnson, 2008). Gejala yang kurang umum seperti sembelit, diare atau gejala
kencing juga mungkin ada.
Patofisiologi
4
5
Apendisitis terjadi ketika usus buntu meradang, ini adalah salah satu keadaan
darurat bedah utama yang umum terjadi (Lippincott Williams & Wilkins., 2013). Lebih
tepatnya kelainan ini adalah peradangan pada apendiks vermiformis, tonjolan kecil
seperti jari yang menempel pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Radang usus
buntu ini dapat terjadi pada usia berapa pun dan mempengaruhi kedua jenis kelamin
secara setara, di antara masa pubertas dan usia 25, dan lebih sering terjadi pada
pria. Apendisitis ini dapat terjadi akibat obstruksi misalnya massa feses (facalith). Itu
juga dapat berkembang ketika infeksi dari bakteri, virus, jamur, atau parasit yang
menyebabkan jaringan dinding usus buntu membengkak.
6
Setelah ulserasi terjadi, radang usus buntu berkembang dengan cara ini:
1. Peradangan menyertai ulserasi dan sementara menyumbat usus buntu
2. Obstruksi jika ada, biasanya disebabkan oleh akumulasi tinja di sekitar serat
nabati
3. Aliran lendir tersebumat yang membuat organ menjadi melebar
4. Tekanan di dalam apendiks meningkat, dan terjadi kontraksi pada appendiks
5. Bakteri berkembang biak dan terjadi peradangan dan tekanan terus meningkat,
mempengaruhi aliran darah ke organ dan menyebabkan sakit pada perut yang
parah
7
Peradangan dapat menyebabkan infeksi,
pembusukan jaringan, pembekuan, dan perforasi
usus buntu. Ketika usus buntu pecah atau berlubang,
isi yang terinfeksi tumpah ke rongga perut
menyebabkan peritonitis, ini salah satu komplikasi
paling umum dan berbahaya.
Pathway
8
9
SIROSIS
HEPATIS
10
PATOFISIOLOGI
▫ Infeksi hepatitis tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini
menyebabkan nekrosis meliputi dareah yang luas (hepatoseluler) terjadi kolaps hati dan
ini memicu timbulnya jaringa parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul
sel hati, walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama atau
hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang kolaps dan
berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah porta dengan
sentral. Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai macam
ukuran dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan
aliran darah porta, dan menimbulkan hipertensi portal. Hal demikian dapat pula terjadi
pada sirosis alkoholik tapi prosesnya lebih lama.
11
12
Tahap berikutnya terjadi peradangan pada
nekrosis sel duktulus, sinusoid, retikulo
endotel, terjadi fibrinogenesis dan septa aktif.
Jaringan kolagen berubah dari variabel
menjadi invariabel bila telah terbentuk septa
pemanen yang aseluler pada daerah porta
dan peramkin hati. Gambaran septa ini
bergantung pada etiologi sirosis hepatitis.
13
Pada sirosis dengan etiologi
hemokromaosis, besi mengakibatkan
fibrosis daerah periportal, pada sirosis
alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel
limfosit T dan magrofag menghasilkan
limfokin dan monokin, mengkin sebagai
mediator timbulnya fibrinogen. Mediator ini
tidak memerlukan peradangan dan nekrosis
aktif. Septal aktif ini berasal dari daerah
menyebar ke parenkim hati.
WOC
14
15
THANK YOU 
16

Contenu connexe

Similaire à Laporan pendahuluan Apendisitis dan Sirosis Hepatis.pptx

Similaire à Laporan pendahuluan Apendisitis dan Sirosis Hepatis.pptx (20)

Penydalam srimaryani
Penydalam srimaryaniPenydalam srimaryani
Penydalam srimaryani
 
Tugas busugijati ulkus peptikum
Tugas busugijati ulkus peptikumTugas busugijati ulkus peptikum
Tugas busugijati ulkus peptikum
 
Makalah gastritis (2)
Makalah gastritis (2)Makalah gastritis (2)
Makalah gastritis (2)
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Eliminasi
EliminasiEliminasi
Eliminasi
 
Makalah gastritis (3)
Makalah gastritis (3)Makalah gastritis (3)
Makalah gastritis (3)
 
Uji gea AKPER PEMKAB MUNA
Uji gea AKPER PEMKAB MUNA Uji gea AKPER PEMKAB MUNA
Uji gea AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep abses hepar kelompok 3
Askep abses hepar kelompok 3Askep abses hepar kelompok 3
Askep abses hepar kelompok 3
 
Laporan pendahuluan sirosis hepatis
Laporan pendahuluan sirosis hepatisLaporan pendahuluan sirosis hepatis
Laporan pendahuluan sirosis hepatis
 
Askep gastritis 3
Askep gastritis 3Askep gastritis 3
Askep gastritis 3
 
Makalah Gangguan Sistem Pencernaan
Makalah Gangguan Sistem PencernaanMakalah Gangguan Sistem Pencernaan
Makalah Gangguan Sistem Pencernaan
 
Appendiks kmb
Appendiks kmbAppendiks kmb
Appendiks kmb
 
Kelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllKelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lll
 
Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Kelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllKelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lll
 
Pylonephritis
PylonephritisPylonephritis
Pylonephritis
 
Laporan pendahuluan-peritonitis
Laporan pendahuluan-peritonitisLaporan pendahuluan-peritonitis
Laporan pendahuluan-peritonitis
 
Neonatus rima okky ossa
Neonatus rima okky ossaNeonatus rima okky ossa
Neonatus rima okky ossa
 

Dernier

TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksihaslinahaslina3
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybankcsooyoung073
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptchoukocat
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxabdulmujibmgi
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANfaisalkurniawan12
 
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh  Visum et Repertum.pptPresentasi contoh  Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh Visum et Repertum.pptSuwandiKhowanto1
 
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencanaasuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencanaAnnisFathia1
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptHenryAdhySantoso
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptStevenSamuelBangun
 
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptx
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptxPenyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptx
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptxnuri729086
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smearprofesibidan2
 
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)Nodd Nittong
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccanangkuniawan
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.pptcels17082019
 
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptxseminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptxsariakmida
 
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfPPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfaguswidiyanto98
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologissuser7c01e3
 
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)fifinoktaviani
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbSendaUNNES
 

Dernier (20)

TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
 
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh  Visum et Repertum.pptPresentasi contoh  Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
 
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencanaasuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptx
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptxPenyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptx
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptx
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
 
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptxseminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
 
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfPPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
 
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 

Laporan pendahuluan Apendisitis dan Sirosis Hepatis.pptx

  • 2. Nama Kelompok 2 1. Ivan Maulideni (132111123049) 2. Ela Shinta Dewi (132111123050) 3. Natasya Nadia Nandari (132111123051) 4. Guguk Sedyofiatno (132111123052) 5. Clara Felicia Regina F (132111123053) 6. Nofinda Widya Sari (132111123054) 7. Mira Faulita (132111123055) 8. Innani Mukaromah (132111123057) 9. Maria Yovita Bau (132111123058)
  • 4. Apendisitis yaitu radang usus buntu, terjadi ketika lumen tersumbat oleh bahan- bahan seperti feses (kotoran kecil yang mengeras), tidak tercerna partikel makanan (misalnya biji atau kacang) dan jaringan limfoid (Peate & Peate, 2012). Peradangan ini menghasilkan presentasi gejala yang berhubungan dengan apendisitis. Gejala yang sering muncul meliputi demam, mual dan muntah, ketidaknyamanan perut secara umum yang terlokalisasi ke fossa iliaka kanan saat kondisi berlanjut, dan nyeri tekan perut yang muncul kembali, terutama di persimpangan yang dikenal sebagai titik McBurney (pertengahan antara umbilikus dan tulang belakang depan ilium) (Johnson, 2008). Gejala yang kurang umum seperti sembelit, diare atau gejala kencing juga mungkin ada. Patofisiologi 4
  • 5. 5 Apendisitis terjadi ketika usus buntu meradang, ini adalah salah satu keadaan darurat bedah utama yang umum terjadi (Lippincott Williams & Wilkins., 2013). Lebih tepatnya kelainan ini adalah peradangan pada apendiks vermiformis, tonjolan kecil seperti jari yang menempel pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Radang usus buntu ini dapat terjadi pada usia berapa pun dan mempengaruhi kedua jenis kelamin secara setara, di antara masa pubertas dan usia 25, dan lebih sering terjadi pada pria. Apendisitis ini dapat terjadi akibat obstruksi misalnya massa feses (facalith). Itu juga dapat berkembang ketika infeksi dari bakteri, virus, jamur, atau parasit yang menyebabkan jaringan dinding usus buntu membengkak.
  • 6. 6 Setelah ulserasi terjadi, radang usus buntu berkembang dengan cara ini: 1. Peradangan menyertai ulserasi dan sementara menyumbat usus buntu 2. Obstruksi jika ada, biasanya disebabkan oleh akumulasi tinja di sekitar serat nabati 3. Aliran lendir tersebumat yang membuat organ menjadi melebar 4. Tekanan di dalam apendiks meningkat, dan terjadi kontraksi pada appendiks 5. Bakteri berkembang biak dan terjadi peradangan dan tekanan terus meningkat, mempengaruhi aliran darah ke organ dan menyebabkan sakit pada perut yang parah
  • 7. 7 Peradangan dapat menyebabkan infeksi, pembusukan jaringan, pembekuan, dan perforasi usus buntu. Ketika usus buntu pecah atau berlubang, isi yang terinfeksi tumpah ke rongga perut menyebabkan peritonitis, ini salah satu komplikasi paling umum dan berbahaya.
  • 9. 9
  • 11. PATOFISIOLOGI ▫ Infeksi hepatitis tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi dareah yang luas (hepatoseluler) terjadi kolaps hati dan ini memicu timbulnya jaringa parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati, walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah porta dengan sentral. Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai macam ukuran dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah porta, dan menimbulkan hipertensi portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada sirosis alkoholik tapi prosesnya lebih lama. 11
  • 12. 12 Tahap berikutnya terjadi peradangan pada nekrosis sel duktulus, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrinogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah dari variabel menjadi invariabel bila telah terbentuk septa pemanen yang aseluler pada daerah porta dan peramkin hati. Gambaran septa ini bergantung pada etiologi sirosis hepatitis.
  • 13. 13 Pada sirosis dengan etiologi hemokromaosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limfosit T dan magrofag menghasilkan limfokin dan monokin, mengkin sebagai mediator timbulnya fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan nekrosis aktif. Septal aktif ini berasal dari daerah menyebar ke parenkim hati.
  • 15. 15