Penelitian ini menganalisis persepsi anak terhadap gaya pengasuhan orang tua, kecerdasan emosional, aktivitas, dan prestasi belajar siswa kelas XI di SMA Negeri 3 Sukabumi. Hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari 60% siswa mengindikasikan gaya pengasuhan orang tua sebagai pelatih emosi. Tingkat EQ siswa umumnya tergolong sedang (62,8%) sedangkan sisanya tergolong tinggi. Terdapat
Similaire à ANALISIS PERSEPSI ANAK TERHADAP GAYA PENGASUHAN ORANGTUA, KECERDASAN EMOSIONAL, AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 3 SUKABUMI
Similaire à ANALISIS PERSEPSI ANAK TERHADAP GAYA PENGASUHAN ORANGTUA, KECERDASAN EMOSIONAL, AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 3 SUKABUMI (20)
ANALISIS PERSEPSI ANAK TERHADAP GAYA PENGASUHAN ORANGTUA, KECERDASAN EMOSIONAL, AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 3 SUKABUMI
1. ANALISIS PERSEPSI ANAK TERHADAP GAYA PENGASUHAN ORANGTUA,
KECERDASAN EMOSIONAL, AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
KELAS XI DI SMA NEGERI 3 SUKABUMI
(Analysis of Children Perspective Parenting Form, Emotional Intelligence, Activities, and
Learning Achievement of Students of Eleventh Class Student in SMA Negeri 3 Sukabumi)
Riza Arisandi1 dan Melly Latifah2
ABSTRACT. The study aimed to analyze child’s perception on parenting style,
level of emotional intelligence and academic achievement of high school
students at SMA 3 Sukabumi. Results showed that more than 60 percent
student perceived that parenting style is classified as emotional coach. In
general level of EQ of the students classified as moderate (62.8%) while the
rest classified as high. There was significant difference in term of duration of
student activities based on classes (IPA or IPS) while by gender there was not
significance. Academic achievement of girls was significantly higher than boys,
also their motor achievement. Parenting style of the parent was significantly
correlated with EQ of student, particularly in term of emotional awareness, self
motivation, social relationship, and total EQ. In line with this total EQ and social
relationship have positive and significant correlation with cognitive
achievement, while empathy, social relationship and total EQ also have
significant associations with motor achievement. Only self motivation was
significantly related to attitude of students.
Keywords: parenting, emotional intelligence, academic achievement,
senior high school students
PENDAHULUAN Sukabumi. Secara khusus penelitian
Kecerdasan emosional pada ini bertujuan untuk ;1) menganalisis
masa remaja diperlukan sebagai bekal keragaan gaya pengasuhan orangtua;
keterampilan emosi dan sosial untuk 2) menganalisis keragaan kecerdasan
mengenali, mengolah, dan mengontrol emosional, aktivitas, dan prestasi
emosi dalam mengatasi berbagai belajar siswa berdasarkan jenis
rintangan hidup. Kecerdasan kelamin dan kelas (IPA atau IPS); 3)
emosional yang dimiliki didapatkan menganalisis hubungan gaya
melalui peran pengasuhan orangtua. pengasuhan orangtua dengan
Menurut Goleman (1997) orangtua kecerdasan emosional; 4)
yang terampil secara emosional menganalisis hubungan kecerdasan
memiliki anak-anak yang emosional dengan aktivitas dan
pergaulannya lebih baik, prestasi belajar siswa ; 5)
memperlihatkan lebih banyak kasih menganalisis hubungan aktivitas
saying, lebih pintar menangani emosi dengan prestasi belajar siswa.
dan lebih efektif menenangkan diri
saat marah. Remaja dengan METODE
kecerdasaan emosional tinggi Tempat dan Waktu Penelitian
cenderung aktif di berbagai aktivitas Penelitian dilakukan di Sekolah
dan memiliki prestasi belajar yang Menengah Atas Negeri 3 (SMAN 3)
baik. Sukabumi yang terletak di jalan Ciaul
Penelitian ini bertujuan untuk Pasir No. 21 Kota Sukabumi, Propinsi
menganalisis persepsi remaja Jawa Barat. Pengumpulan data
terhadap gaya pengasuhan orangtua, dilakukan pada bulan April sampai Mei
kecerdasan emosional, aktivitas, dan 2007.
prestasi belajar siswa kelas XI di
Sekolah Menengah Atas Negeri 3
2. Cara Pemilihan Contoh HASIL DAN PEMBAHASAN
Contoh penelitian ini adalah siswa
kelas 11 SMAN 3 Sukabumi, dengan Karakteristik Keluarga
pertimbangan siswa kelas 11 telah Apabila dilihat dari besar keluarga,
memiliki pengalaman belajar di SMA contoh menyebar pada keluarga kecil
relatif cukup lama dibandingkan kelas dan sedang dengan proporsi yang
10, tetapi tidak disibukkan dengan hampir sama. Menurut Pulung (1993)
persiapan Ujian Akhir Nasional seperti diacu dalam Soetjiningsih (1995),
kelas 12. Populasi penelitian sejumlah besar keluarga akan mempengaruhi
364 siswa yang terdiri dari kelas 11 tingkah laku anak. Semakin besar
IPA (202 siswa) dan kelas 11 IPS (162 keluarga, maka semakin sedikit
siswa). Jumlah populasi target yaitu perhatian yang diperoleh anak dari
sejumlah 100 siswa, kemudian dipilih orangtua.
sejumlah 78 siswa agar dapat Berdasarkan pendidikan
memenuhi jumlah contoh minimal orangtua, jumlah ayah yang
yang diperlukan. Sampel penelitian berpendidikan Perguruan Tinggi lebih
dihitung menggunakan formula Slovin besar dari ibu, sedangkan jumlah ayah
(1960) diacu dalam Umar, H (2003) yang berpendidikan SMA sama
sebagai berikut : dengan ibu. Dapat disimpulkan bahwa
kelompok pendidikan ayah dan ibu
N
n = contoh termasuk kategori baik dan
1 + Ne 2
pendidikan ayah cenderung lebih
tinggi dari ibu.
Rata-rata pendapatan per kapita
Jenis dan Cara Pengumpulan Data per bulan sebesar Rp 706 350.42. Bila
Jenis data yang dikumpulkan dilihat berdasarkan Produk Domestik
meliputi data primer dan data Regional Bruto (PDRB) (BPS 2002),
sekunder. Data primer dikumpulkan pendapatan per kapita per bulan
dengan alat bantu kuisioner yang diisi masyarakat Sukabumi, sebesar Rp
oleh contoh setelah mendapat 462 052. Dengan demikian, keluarga
penjelasan dari peneliti. Data sekunder contoh memiliki pendapatan rata-rata
meliputi prestasi belajar dan keadaan di atas rata-rata PDRB Sukabumi.
umum sekolah yang diperoleh dari Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2004),
pihak sekolah. keadaan ekonomi keluarga yang
cukup menyebabkan orangtua lebih
Pengolahan dan Analisis Data mempunyai waktu untuk membimbing
Data yang diperoleh diolah dan anak karena orangtua tidak lagi
dianalisis secara deskriptif dan memikirkan tentang keadaan ekonomi
inferensial dengan menggunakan yang kurang.
program komputer Statistical Package
for Sosial Science (SPSS) versi 13.0 Gaya Pengasuhan Orangtua
for Windows. Proses pengolahan Seperti disajikan pada gambar 1
meliputi editing, coding, entry, scoring, hampir seluruh orangtua contoh
dan cleaning data. Data deskriptif yang (93.6%) memiliki gaya pengasuhan
sudah diolah disajikan dalam bentuk laissez faire dalam kategori sedang,
tabel frekuensi. Uji beda yang dan lebih dari setengah orangtua
digunakan adalah uji beda Mann- contoh (60.3%) memiliki gaya pelatih
Whitney (data berskala nominal) dan emosi dalam kategori tinggi. Menurut
uji beda T-test (data berskala rasio). Gottman dan Claire (1998), seorang
anak yang memiliki orangtua pelatih
emosi akan memiliki kecerdasan
emosional yang baik, kesehatan fisik
3. yang baik, dan memiliki hubungan dan seni membina hubungan sebagian
dengan teman yang baik. besar berada pada kategori cukup
(60.3%, 59.0, 70.5% dan 56.4%) dan
120 kurang dari 40 persen termasuk
P erse nt ase (% )
93.6 kategori baik (38.5%, 33.3%, 24.4%
90 dan 35.9%) pada keempat skala
56.4 55.1 60.3 kecerdasan emosional tersebut.
60
35.9 37.2 Sebaliknya untuk empati, lebih dari
30 23.1 20.5 separuh contoh berada pada kategori
9 5.1
0 1.3 2.6 baik (52.6%). Secara umum
Rendah Sedang Tinggi
menunjukkan bahwa lebih dari
separuh contoh berada pada kategori
Kategori
cukup (62.8%) dan sisanya kategori
Orangtua Mengabaikan Orangtua Tidak Menyetujui baik.
Orangtua Laissez Faire Orangtua Pelatih Emosi
Jika dilihat kecerdasan
emosional pada laki-laki dan
perempuan, maka hasil uji beda Mann-
Gambar 1. Sebaran contoh berdasarkan Whitney menunjukkan bahwa tidak
kecenderungan gaya pengasuhan terdapat perbedaan nyata dalam
orangtua kecerdasan emosional antar jenis
kelamin. Begitu pula kecerdasan
emosional contoh dari kelas IPA dan
Pada tabel 1 tampak bahwa IPS, menunjukkan bahwa tidak
kecerdasan emosional contoh pada terdapat perbedaan nyata dalam
skala kesadaran emosi diri, kecerdasan emosional antara kedua
pengelolaan emosi diri, motivasi diri kelompok.
Tabel 1. Sebaran contoh berdasarkan kecerdasan emosional
No Kecerdasan Kategori Total
Emosional Sangat Kurang Cukup Baik Sangat
kurang Baik
1 Kesadaran Emosi
% 0 1.3 60.3 38.5 0 100
Diri
2 Pengelolaan Emosi
% 0 6.4 59.0 33.3 1.3 100
Diri
3
Motivasi Diri % 0 5.1 70.5 24.4 0 100
4
Empati % 0 0 44.9 52.6 2.6 100
5 Membina
% 1.3 3.8 56.4 35.9 2.6 100
Hubungan
6 Kecerdasan
% 0 0 62.8 37.2 0 100
Emosional
Aktivitas aktivits belajar di rumah(1.6
jam/hari/orang). Rata-rata lama
Jenis dan rata-rata alokasi
akativitas rumah tangga contoh yaitu,
waktu. Tabel 2 menunjukkan bahwa
selama 0.4 jam per hari. Jenis aktivitas
rata-rata lama aktivitas waktu luang
rumah tangga yang dilakukan contoh,
contoh (4.3 jam/hari/orang) lebih lama
yaitu, mencuci piring, membereskan
daripada waktu yang digunakan untuk
4. rumah, menyapu, dan mengerjakan kelas IPS (+1.3 jam per hari).
kebutuhan sekolah seperti mencuci Sementara itu, aktivitas menonton
sepatu dan menggosok baju. Lama televisi, mendengarkan musik dan
aktivitas bersosialisasi yang dilakukan main game anak dari kelas IPS lebih
contoh ± 1.4 jam/hari/orang, yaitu lama dari anak IPA. Begitu pula rata-
bermain, pertemuan keluarga atau rata lama aktivitas bersosialisasi anak
seminar dan mengobrol. dari kelas IPS lebih lama daripada
Jenis aktivitas dan rata-rata anak kelas IPA. Hasil uji beda T-test
alokasi waktu contoh dari kelas IPA menunjukkan bahwa memiliki
dan IPS, yaitu contoh dari kelas IPA perbedaan dalam aktivitas antar kelas
belajar di rumah (+ 2 jam perhari) lebih (IPA / IPS).
lama dibandingkan dengan contoh dari
Tabel 2. Sebaran jenis aktivitas dan rata-rata alokasi waktu berdasarkan jenis kelas
Rata-rata Lama Rata-rata Lama
Rata-rata Lama
Beraktivitas Anak Beraktivitas Anak
No Aktivitas Beraktivitas
IPA IPS
(Jam/hari/orang)
(Jam/hari/orang) (Jam/hari/orang)
Aktivitas belajar 5 5 5
1.
di sekolah
Aktivitas belajar 2 1.3 1.6
2
di rumah
Aktivitas 0.8 0.7 0.7
3.
ekstrakurikuler
Aktivitas rumah 0.4 0.3 0.4
4.
tangga
Aktivitas waktu
5.
luang
-Menonton 2.7 3.2 2.9
Televisi
-Mendengr 0.5 0.7 0.6
kan Musik
- Main Game 0.3 0.5 0.4
- Baca 0.5 0.3
Majalah/Buku
Cerita
Aktivitas 1.3 1.5
6.
bersosialisasi 1.4
Aktivitas pribadi
- Tidur 8 8 8
7. - Mandi 0.5 0.6 0.5
- Makan 0.5 0.5 0.5
- Ibadah 0.7 0.7 0.7
8. Aktivitas antara 0.8 0.7 0.9
p-value = 0.006
Tabel 3 menunjukkan bahwa lama aktivitas menonton televisi
rata-rata lama waktu beraktivitas contoh perempuan maupun laki-laki
belajar di rumah pada contoh lebih lama dari belajar (± 2.9
perempuan hampir sama dengan jam/hari/orang). Untuk lama aktivitas
contoh laki-laki (± 1.6 dan ± 1.5 kurikuler contoh laki-laki, yaitu selama
jam/hari/orang), sedangkan rata-rata 0.9 jam/hari lebih lama daripada anak
5. perempuan. Selain itu, aktivitas main bahwa tidak terdapat perbedaan nyata
game pada contoh perempuan lebih dalam aktivitas antar jenis kelamin.
lama, yaitu selama 0.5 jam/hari/orang,
hasil uji beda T-test menunjukkan
40
35
30
Tabel 3. Sebaran jenis aktivitas dan rata-rata alokasi waktu berdasarkan jenis 25
kelamin 20
Rata-rata Lama Rata-rata Lama Beraktivitas 15
No Aktivitas Beraktivitas Anak Laki-laki Anak Perempuan 10
(Jam/hari/orang) (Jam/hari/orang) 5
Aktivitas belajar di 5 5
1 0
sekolah
Aktivitas belajar di 1.5 1.6
2
rumah
3 Aktivitas ekstrakurikuler 0.9 0.5
4 Aktivitas rumah tangga 0.3 0.4
Aktivitas waktu luang
- Menonton Televisi 2.9 2.9
- Mendengarkan 0.3 0.9
5
Musik 0.3 0.5
- Main Game 0.5 0.2
- Baca Majalah/Buku
Cerita
6 Aktivitas bersosialisasi 1.3 1.4
Aktivitas pribadi
- Tidur 8 8
7 - Mandi 0.5 0.5
- Makan 0.5 0.5
- Ibadah 0.9 0.7
8 Aktivitas antara 0.9 0.9
Total 24 24
p-value 0.064
Aktivitas ekstrakurikuler. 70
Ektrakurikuler merupakan aktivitas di 57.6
60
luar jam belajar di sekolah yang
Persentase (% )
50
dilakukan contoh di sekolah maupun di
40 34.3 IPA
luar sekolah. Gambar 2 menunjukkan 32.6
bahwa contoh dari kelas IPA dan IPS 30 25.6 IPS
18.6
yang mengikuti satu jenis aktivitas 20 14
ekstrakurikuler memiliki persentase 10
8.6 9.3
yang hampir sama, yaitu sebesar 32.6 0 0
0
persen dan 34.3 persen. Jumlah
Nol Satu Dua Tiga Empat
aktivitas ekstrakurikuler yang diikuti
Jumlah Aktivitas Ekstrakurikuler (per minggu)
contoh dari kelas IPA paling banyak
empat jenis aktivitas ekatrakurikuler
dan hanya dua jenis aktivitas Gambar 2. Sebaran jumlah
ekstrakurikuler pada contoh kelas IPS. aktivitas kstrakurikuler
Selain itu, lebih dari separuh contoh contoh berdasarkan
dari kelas IPS tidak mengikuti aktivitas jenis kelas
ekstrakurikuler.
6. Gambar 3 menunjukkan bahwa 70
60
sebesar 41.7 persen pada contoh laki- 60
laki mengikuti satu jenis aktivitas
50
ekstrakurikuler lebih banyak daripada
contoh perempuan. Contoh yang 40
IPA
32.6
mengikuti empat jenis aktivitas 27.9 IPS
30
ekstrakurikuler per minggu, yaitu 18.6
22.9
20.9
sebesar 8.3 persen adalah contoh laki- 20 14.3
laki dan kurang dari empat persen 10
2.9
adalah perempuan. Persentase
0
terbesar contoh yang tidak mengikuti 0 0.1-3.5 3.6-7.9 >=8
aktivitas ekstrakurikuler, yaitu pada Lama A kt i vi t as Ekst r akur i kul er
contoh perempuan (40.7%). ( j am/ mi ng g u)
Keterangan: Nol = Contoh yang tidak
40 3 7.2 mengikuti aktivitas
35
ekstrakurikuler
30 .8
30
Gambar 4. Sebaran lama aktivitas
ekstrakurikuler contoh
25
berdasarkan jenis kelas
20
15 1 .5
1 1 .5
1
9
10
Gambar 5 menunjukkan bahwa
5
sebesar 37.5 persen contoh laki-laki,
0
0 0 .1-2 2.1-5 5.1-8 >8 mengikuti aktivitas ekstrakurikuler
Lama A k t i v i t a s E k st r ak ur i kul e r ( j am/ mi ng g u) yaitu selama 0.1 sampai 3.5 jam per
Keterangan: Nol = Contoh yang tidak hari, dan sebesar 24.1 persen contoh
mengikuti aktivitas perempuan mengikuti aktivitas
ekstrakurikuler
ekstrakurikuler selama 3.6-7 jam per
Gambar 3. Sebaran contoh
minggu. Sebesar 11.1 persen contoh
berdasarkan lama
perempuan mengikuti aktivitas
aktivitas ekstrakurikuler
ekstrakurikuler lebih dari 7.1 jam per
minggu, hal ini menunjukkan bahwa
contoh perempuan lebih lama
Sebesar 32.6 persen contoh dari
mengikuti aktivitas ekstrakurikuler
kelas IPA mengikuti aktivitas
dibandingkan contoh laki-laki.
ekstrakurikuler antara 0.1 sampai 3.5
jam per minggunya, dan sebesar 20.9
persen contoh mengikuti aktivitas 50
40.7
ekstrakurikuler selama lebih dari 8 jam 37.5
40
Persen tase (% )
per minggunya. Sebesar 22.9 persen 29.2
contoh dari kelas IPS mengikuti 30 24.1 24.1 laki-laki
ekstrakurikuler antara 0.1 jam sampai 16.7 perempuan
20
3.5 jam per minggunya, dan sebesar 11.1
17.1 persen contoh yang mengikuti 10 4
ekstrakurikuler selama lebih dari 3.51
jam per minggunya disajikan pada 0
Gambar 4. 0 0.1-3.5 3.6-7 >=7.1
Lam a Aktivitas Ekstrakurikuler
(jam /m inggu)
Gambar 5. Sebaran lama aktivitas
ekstrakurikuler contoh
berdasarkan jenis kelamin
7. Prestasi Belajar hampir sama, yaitu lebih dari separuh
contoh memiliki prestasi baik (51.3%)
Lebih dari separuh contoh memiliki
dan sebesar 48.7 persen memiliki
prestasi belajar kognitif pada kategori
prestasi baik sekali. Hal ini dapat
baik, dan hanya kurang dari 2 persen
disimpulkan bahwa prestasi belajar
contoh yang memiliki nilai lebih dari
contoh secara umum berada pada
cukup. Bila dilihat pada prestasi
kategori baik. Menurut Altaria (2004),
belajar psikomotorik, sebagian besar
keberhasilan prestasi belajar
contoh termasuk kategori baik (64.1%)
dipengaruhi oleh faktor internal
dan sebesar 35.9% contoh termasuk
(kecerdasan kognitif dan kepribadian)
kategori baik sekali. Sementara itu,
dan faktor eksternal (kondisi tempat
jika dilihat dari prestasi belajar sikap,
belajar, fasilitas belajar, dan dukungan
contoh menyebar pada kategori baik
sosial).
dan baik sekali dengan proporsi yang
Tabel 5. Sebaran contoh berdasarkan prestasi belajar
Jumlah
Prestasi Belajar Kognitif
n %
Lebih dari cukup (61-70) 1 1.3
Baik (71-80) 61 78.2
Baik sekali (81-90) 16 20.5
Total 78 100
Jumlah
Prestasi Belajar Psikomotor
n %
Baik (71-80) 50 64.1
Baik sekali (81-90) 28 35.9
Total 78 100.0
Jumlah
Prestasi Belajar Sikap
n %
Baik sekali 38 48.7
Baik 40 51.3
Total 78 100.0
Lebih dari separuh contoh kelas penilaian prestasi belajar sikap. Hasil
IPA termasuk kategori baik pada uji beda menunjukkan bahwa terdapat
penilaian prestasi belajar kognitif dan perbedaan nyata dalam prestasi
psikomotor (72.1% dan 51.2%), belajar antar kelas (IPA / IPS). Hal ini
sedangkan contoh dari kelas IPS diduga karena contoh yang masuk
termasuk kategori baik pada semua kelas IPA maupun IPS memiliki
penilaian prestasi belajar, yaitu persyaratan nilai yang sama tinggi
kognitif, psikomotor, dan sikap (85.7%, terhadap mata pelajaran tertentu yang
80%, dan 71.4%). Lebih dari separuh mendukung setiap bidangnya (baik
contoh (69.8%) dari kelas IPA berada terhadap mata pelajaran IPA maupun
pada kategori baik sekali pada IPS) (Tabel 6).
8. Tabel 6. Sebaran prestasi belajar berdasarkan jenis kelas
IPA IPS
Prestasi Belajar
n % n %
Kognitif
Lebih dari cukup (61-70) 0 0 1 2.9
Baik (71-80) 31 72.1 30 85.7
Baik Sekali (81-90) 12 27.9 4 11.4
Total 43 100 35 100
p-value 0.000
Psikomotor
Baik (71-80) 22 51.2 28 80
Baik Sekali (81-90) 21 48.8 7 20
Total 43 100 35 100
p-value 0.000
Sikap
Baik 13 30.2 25 71.43
Baik Sekali 30 69.8 10 28.6
Total 43 100 35 100
p-value 0.001
Tabel 7 menunjukkan bahwa lebih dari belajar kognitif, psikomotor, dan sikap
separuh contoh laki-laki termasuk kategori (75.9%, 59.3%, dan 100%). Hasil uji beda
baik pada penilaian prestasi belajar menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
(kognitif, psikomotorik, dan sikap), begitu nyata dalam prestasi belajar (kognitif dan
pula prestasi belajar perempuan dimana sikap) antara jenis kelamin.
lebih dari separuh contoh termasuk
kategori baik pada prestasi
Tabel 7. Sebaran prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
Prestasi Belajar Kognitif
n % n %
Lebih dari cukup (61-70) 1 4.2 0 0
Baik (71-80) 20 83.3 41 75.9
Baik sekali (81-90) 3 12.5 13 24.1
Total 78 100 78 100
p-value 0.032
Laki-laki Perempuan
Prestasi Belajar Psikomotor
n % n %
Baik (71-80) 18 75 35 59.3
Baik sekali (81-90) 6 25 22 40.7
Total 78 100 78 100.0
p-value 0.226
Laki-laki Perempuan
Prestasi Belajar Sikap
n % n %
Baik 24 100 54 100
Total 78 100 78 100.0
p-value 0.006
bahwa jenis kelamin dinyatakan tidak
Hubungan Karaktersitik Individu
memiliki hubungan nyata dengan gaya
dengan Gaya Pengasuhan Orangtua
pengasuhan orangtua (p>0.05).
Hubungan Jenis Kelamin Maksudnya, apapun jenis kelamin
dengan Gaya Pengasuhan Orangtua. anak maka tidak ada keterkaitannya
Hasil korelasi Spearman menunjukkan dengan gaya pengasuhan yang
9. diterapkan orangtua. Hal ini diduga pengasuhan orangtua. Maksudnya,
karena orangtua dapat menerapkan apapun urutan kelahiran anak maka
gaya pengasuhan yang sama kepada tidak ada keterkaitannya dengan gaya
anak yang berjenis kelamin laki-laki pengasuhan yang orangtua terapkan.
maupun perempuan, atau sebaliknya Hal ini diduga karena para orangtua
menerapkan gaya pengasuhan memiliki pola pengasuhan yang
berbeda kepada anak yang berjenis konsisten dan tidak diskriminasi dalam
kelamin laki-laki maupun perempuan. mengasuh anak, sehingga apapun
Hubungan Urutan Anak dengan urutan kelahirannya maka orangtua
Gaya Pengasuhan Orangtua. Tabel 8 menerapkan gaya pengasuhan yang
menunjukkan bahwa urutan anak tidak sama pada setiap urutan anak.
memiliki hubungan dengan gaya
Tabel 8. Hasil uji korelasi Spearman karakteristik individu dengan gaya
pengasuhan orangtua
Variabel Jenis kelamin Urutan anak Gaya pengasuhan orangtua
Jenis kelamin 1.000
Urutan anak -0.017 1.000
Gaya pengasuhan orangtua 0.094 0.168 1.000
* signifikan pada taraf p < 0.05; ** ; signifikan pada taraf p < 0.01
Hubungan Karakteristik Keluarga Hubungan Pendapatan dengan
dengan Gaya Pengasuhan Orangtua Gaya Pengasuhan Orangtua. Hasil uji
korelasi Spearman menunjukkan
Hubungan Besar Keluarga dengan
tingkat pendapatan tidak berhubungan
Gaya Pengasuhan Orangtua. Hasil uji
dengan gaya pengasuhan orangtua.
korelasi Spearman menunjukkan
Tidak adanya hubungan pendapatan
besar keluarga tidak memiliki
dengan gaya pengasuhan orangtua
hubungan dengan gaya pengasuhan
diduga karena ada faktor lain, seperti
orangtua. Hal ini menunjukkan berapa
pengalaman orangtua contoh dalam
pun besar jumlah anggota keluarga
menerima gaya pengasuhan yang
contoh, tidak ada kaitannya dengan
diberikan orangtuanya dahulu.
gaya pengasuhan yang orangtua
terapkan. Menurut Widiana (2002),
Hubungan Gaya Pengasuhan
adanya kepadatan dalam keluarga
Orangtua dengan Kecerdasan
akan mengganggu pola corak
Emosional
hubungan antar anggota keluarga
Gaya pengasuhan orangtua
sehingga jalinan komunikasi diantara
berhubungan nyata positif (p<0.01)
anggota keluarga tidak berjalan
dengan kecerdasan emosional. Ini
sebagaimana mestinya.
berarti semakin baik gaya pengasuhan
Hubungan Pendidikan Orangtua
orangtua, maka semakin baik
dengan Gaya Pengasuhan Orangtua.
kecerdasan emosional anak. Hal ini
Pendidikan orangtua tidak
didukung dengan pernyataan
berhubungan dengan gaya
Megawangi (2004) bahwa orangtua
pengasuhan orangtua. Hal ini
yang menerapkan gaya pengasuhan
menunjukkan apapun tingkat
dengan membuat anak merasa
pendidikan orangtua (ayah maupun
disayangi, dilindungi, dan diberi
ibu) tidak memiliki keterkaitan dengan
dukungan oleh orangtua, dapat
gaya pengasuhan orangtua.
membentuk kepribadian anak yang
Pendidikan orangtua tidak
memiliki kepribadian pro-sosial dan
berhubungan dengan gaya
peduli terhadap lingkungannya.
pengasuhan orangtua.
10. Hubungan Gaya Pengasuhan Hasil korelasi Spearman
Orangtua dengan Kesadaran Emosi menunjukkan bahwa gaya
Diri. Gaya pengasuhan orangtua pengasuhan orangtua pelatih emosi
berhubungan nyata positif dengan berhubungan nyata positif dengan
kesadaran emosi diri. Hal ini pengelolaan emosi (p<0.05).
menunjukkan bahwa semakin baik Hubungan tersebut memiliki arti bahwa
gaya pengasuhan yang diberikan orangtua menerima setiap
orangtua, maka semakin baik perkembangan emosi dan perilaku
kesadaran emosi diri anak. anak, sehingga pengelolaan emosi
Gaya pengasuhan orangtua anak menjadi semakin baik. Gaya
mengabaikan, tidak menyetujui, dan pengasuhan orangtua laissez faire
laissez faire menunjukkan tidak tidak berhubungan nyata dengan
berhubungan dengan kesadaran pengelolaan emosi. Hal ini
emosi diri. Hal ini menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa gaya
kemungkinan ada kondisi dimana pengasuhan laissez faire yang
kesadaran emosi diri bagus meskipun diterapkan orangtua, tidak ada
gaya pengasuhan negatif orangtua keterkaitannya dengan pengelolaan
tinggi. Dalam kondisi tersebut, diduga emosi anak.
faktor lingkungan di luar rumah, seperti Hubungan Gaya Pengasuhan
guru dan teman mendukung Orangtua dengan Motivasi Diri. Hasil
pengembangan kecerdasan emosi uji korelasi Spearman menunjukkan
positif. Gaya pengasuhan orangtua bahwa orangtua mengabaikan
pelatih emosi tidak berhubungan nyata berhubungan nyata negatif dengan
dengan kesadaran emosi. Hal ini motivasi diri (p<0.01). Artinya, semakin
diduga karena lingkungan di luar orangtua mengabaikan maka semakin
rumah memberikan pengaruh negatif rendah motivasi diri anak. Secara
atau tidak kondusif terhadap umum, gaya pengasuhan orangtua
pengembangan kesadaran emosi diri. berhubungan nyata positif dengan
Hubungan Gaya Pengasuhan motivasi diri (p<0.01). Hal ini
Orangtua dengan Pengelolaan Emosi. menjelaskan semakin baik orangtua
Gaya pengasuhan orangtua tidak dalam menerapkan gaya pengasuhan,
berhubungan nyata dengan maka semakin baik motivasi diri yang
pengelolaan emosi diri. Hal ini diduga dimiliki anak..
karena orangtua dalam menerapkan Hubungan Gaya Pengasuhan
pola pengasuhan kombinasi dari Orangtua dengan Seni Membina
orangtua menerima dan menolak, Hubungan. Hasil uji korelasi Spearman
sehingga mempengaruhi pengelolaan menunjukkan bahwa gaya
emosi anak. Menurut Goleman (1997), pengasuhan orangtua mengabaikan
perlakuan yang orangtua terapkan berhubungan nyata negatif dengan
dalam mendidik anak dapat seni membina hubungan. Hal ini
menjadikan kesan mendalam dalam menunjukkan bahwa semakin
diri seorang anak. orangtua mengabaikan contoh, maka
Hasil korelasi Spearman semakin rendah kemampuan contoh
menunjukkan gaya pengasuhan dalam membina hubungan.
orangtua mengabaikan, orangtua tidak Gaya pengasuhan orangtua
menyetujui berhubungan nyata negatif pelatih emosi menunjukkan hubungan
dengan variabel pengelolaan emosi nyata positif dengan seni membina
(p<0.01). Hal ini berarti semakin hubungan (p<0.01). Artinya, semakin
orangtua cenderung menerapkan gaya baik orangtua sebagai pelatih emosi,
pengasuhan mengabaikan dan maka semakin baik kemampuan anak
orangtua tidak menyetujui, maka dalam membina hubungan. Orangtua
semakin rendah pengelolaan emosi pelatih emosi menghargai dan
contoh. menghormati setiap pemikiran
11. anaknya, dan mengikutsertakan anak kualitas emosional yang dimiliki yaitu
dalam pengambilan keputusan. ketekunan.
Bila dilihat secara umum, gaya Skala kecerdasan motivasi diri
pengasuhan orangtua berhubungan berhubungan nyata negatif dengan
nyata positif dengan seni membina lama aktivitas waktu luang. Artinya,
hubungan. Hal ini menunjukkan semakin baik motivasi diri contoh,
semakin baik gaya pengasuhan yang maka semakin rendah aktivitas waktu
orangtua terapkan, maka semakin baik luangnya. Hal ini diduga karena
juga anak dalam seni membina adanya dorongan dari dalam diri
hubungan. Hal ini didukung dengan contoh untuk melakukan aktivitas yang
pernyataan Desmita (2005) bahwa lebih berguna, seperti belajar,
kelekatan hubungan antara orangtua membuat contoh mengurangi aktivitas
dan anak merupakan dasar bagi waktu luangnya.
perkembangan emosi dan sosial anak. Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa kecerdasan emosional tidak
Hubungan Kecerdasan Emosional berhubungan nyata dengan aktivitas
dengan Aktivitas dan Prestasi Belajar bersosialisasi. Artinya, baik tidaknya
kecerdasan emosional contoh tidak
Kecerdasan emosional
ada keterkaitannya dengan aktivitas
memegang peranan penting dalam
bersosialisasi. Hal ini diduga ada
berbagai aktivitas dan prestasi belajar.
faktor lain yang membuat contoh
Skala kecerdasan emosional
bersosialisasi atau tidak bersosialisasi,
merupakan salah satu faktor
yaitu peer group (teman sebaya).
pendukung pada diri anak untuk
Hubungan Kecerdasan
mampu melaksanakan berbagai
Emosional dengan Prestasi Belajar.
aktivitas dan prestasi belajar dengan
Hasil korelasi Spearman menunjukkan
baik.
kecerdasan emosional berhubungan
Hubungan Kecerdasan
nyata dengan prestasi belajar kognitif
Emosional dengan Aktivitas. Hasil
dan psikomotor. Hal ini berarti bahwa
korelasi Spearman pada skala
semakin tinggi kecerdasan emosional,
kecerdasan emosional seni membina
maka semakin baik prestasi belajar
hubungan berhubungan nyata positif
kognitif dan psikomotor contoh.
dengan aktivitas ekstrakurikuler
Hasil uji Spearman
(p<0.01). Hal ini menjelaskan bahwa
menunjukkan bahwa seni membina
siswa yang mengikuti aktivitas
hubungan berhubungan nyata positif
ektrakurikuler, memiliki kemampuan
dengan prestasi belajar kognitif dan
seni membina hubungan yang baik.
psikomotor (p<0.01). Artinya, semakin
Skala kecerdasan emosional pada
baik kemampuan membina hubungan,
motivasi diri berhubungan nyata positif
maka semakin baik prestasi belajarnya
dengan lama aktivitas belajar di
(kognitif dan psikomotor). Hal ini
rumah. Artinya, semakin tinggi
diduga karena contoh memiliki
motivasi yang dimiliki, maka semakin
kemampuan bekerjasama yang baik
lama contoh belajar di rumah.
dalam membentuk kelompok belajar,
Hasil korelasi Spearman
baik kelompok belajar yang ada di
menunjukkan bahwa kecerdasan
sekolah maupun di luar sekolah.
emosional berhubungan nyata positif
Hasil uji Spearman
dengan lama aktivitas rumah tangga.
menunjukkan bahwa empati
Artinya, semakin baik kecerdasan
berhubungan nyata positif (p<0.05)
emosional contoh, maka semakin lama
dengan prestasi belajar psikomotor.
aktivitas rumah tangganya. Hal ini
Artinya, semakin tinggi empati anak,
diduga karena contoh memiliki kualitas
maka semakin baik prestasi belajarnya
emosional yang baik dalam
psikomotornya. Hal ini diduga karena
melaksanakan suatu pekerjaan,
kemampuan memahami setiap tugas
12. yang diajarkan dan di contohkan oleh berhubungan dengan prestasi belajar
guru dengan baik di kelas dan di luar contoh.
kelas. Hasil korelasi Spearman
Motivasi diri berhubungan nyata menunjukkan bahwa lama aktivitas
positif dengan prestasi belajar pada waktu luang tidak berhubungan
dimensi sikap (p<0.05). Hal ini dengan prestasi belajar. Artinya,
menunjukkan bahwa semakin tinggi banyak atau sedikitnya aktivitas waktu
motivasi diri contoh dalam belajar, luang contoh, maka tidak ada
maka semakin baik prestasi sikap keterkaitannya dengan prestasi
contoh. Hal ini diduga karena belajar.
keinginan, kehendak atau kebutuhan Lama aktivitas bersosialisasi
dalam diri anak untuk mengikuti setiap contoh tidak berhubungan nyata
mata pelajaran membuat contoh selalu dengan prestasi belajar (kognitif,
berusaha dan bekerja keras dalam psikomotor, dan sikap). Artinya, aktif
belajar. atau tidaknya contoh bersosialisasi
tidak ada keterkaitannya dengan
Hubungan Aktivitas dengan Prestasi prestasi belajar contoh. Hal ini diduga
Belajar karena kemungkinan adanya macam-
Hasil korelasi Spearman macam hubungan dalam
menunjukkan bahwa aktivitas belajar bersosialisasi, faktor genetik, faktor
di rumah tidak berhubungan dengan efisiensi dalam belajar, dan strategi
prestasi belajar (kognitif, psikomotor, dalam belajar.
dan sikap). Artinya, rajin atau tidaknya
contoh belajar di rumah, maka tidak
ada keterkaitan dengan prestasi SIMPULAN DAN SARAN
belajar (kognitif, psikomotor, dan Simpulan
sikap). Hal ini diduga ada faktor lain Kecerdasaan emosional
yang mempengaruhi prestasi belajar, dipengaruhi oleh gaya pengasuhan
seperti keturunan. orangtua. Sementara itu, kecerdasan
Hasil korelasi Spearman emosional laki-laki dan perempuan
menunjukkan bahwa aktivitas tidak menunjukkan adanya perbedaan.
ekstrakurikuler berhubungan nyata Orang tua yang menerapkan gaya
positif dengan prestasi belajar pengasuhan pelatih emosi
psikomotor (p<0.01). Hal ini berarti mempengaruhi pengelolaan emosi
semakin aktif contoh mengikuti anak remaja dalam seni membina
aktivitas ekstrakurikuler, maka hubungan. Berdasarkan prestasi
semakin baik prestasi belajar belajar anak, ditemukan adanya
psikomotor.. hubungan nyata antara prestasi
Aktivitas rumah tangga belajar dengan perbedaan antar jenis
berhubungan nyata positif dengan kelas dan jenis kelamin. Prestasi
prestasi belajar sikap. Maksudnya, belajar pada anak remaja dipengaruhi
semakin lama aktivitas di rumah oleh aktivitas ekstrakurikuler maupun
tangga, maka semakin baik prestasi aktivitas rumah tangga.
belajar sikap. Bila dilihat dari hasil
korelasi Spearman yang menunjukkan Saran
bahwa aktivitas rumah tangga Mengingat adanya hubungan
berhubungan nyata dengan antara gaya pengasuhan dengan
kecerdasan emosional, sedangkan kecerdasan emosional, maka
kecerdasan emosional juga hendaknya orangtua memperhatikan
berhubungan nyata dengan prestasi perkembangan emosi anak dengan
belajar contoh, maka dapat dipahami menerapkan gaya pengasuhan yang
jika aktivitas rumah tangga dapat mendukung perkembangan
emosi anak. Mengingat adanya
13. hubungan antara kecerdasan dan Test IQ (hlm. 125-133). Jakarta :
emosional dengan aktivitas Gaya Favorit Press.
ekstrakurikuler dan prestasi belajar, Umar, H. 2003. Metode Riset Perilaku
maka hendaknya orangtua berusaha Konsumen Jasa. Jakarta: Ghalid
Indonesia.
untuk mendorong perkembangan
emosional anaknya sehingga anak
dapat berprestasi baik dibidang 1
Departemen Gizi Masyarakat dan
akademik maupun nonakademik. Sumberdaya Keluarga, IPB
Mengingat pentingnya kecerdasan 2
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,
emosional bagi pendidikan dan IPB
kualitas sumberdaya manusia, maka
Alamat Korespondensi:
pihak sekolah dan Departemen Melly Latifah
Pendidikan Nasional diharapkan dapat Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,
lebih memperhatikan upaya Fakultas Ekologi Manusia IPB
pengembangan kecerdasan Jl. Lingkar Kampus IPB Darmaga 16680
Telp. (0251) 8628303, Fax. (0251) 8627432
emosional dalam sistem pendidikan di
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2002.
Produk Domestik Regional Bruto Kota
Sukabumi. Sukabumi: BPS.
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan.
Bandung: Rosda.
Goleman, D. 1997. Kecerdasan
Emosional: Mengapa EI Lebih Penting
dari IQ. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Guhardja S, Puspitawati H, Hartoyo,
Hastuti D. 1992. Manajemen
Sumberdaya Keluarga. Diktat Jurusan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga, Fakultas Pertanian. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Gunarsa, S.D., Gunarsa, S.Y. 2004.
Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan
Keluarga. Jakarta: PT. BPK. Gunung
Mulia.
Megawangi, R. 2004. Pendidikan Karakter
(Solusi yang Tepat untuk Membangun
Bangsa). Jakarta: Indonesia Herritage
Foundation.
Pertiwi, A. F., Baswardono, R. A. Tagor, K.
Sawitro. 1997. Mengembangkan
Kecerdasan Emosi Anak. Jakarta:
Aspirasi Pemuda.
Santrock, J.W. 1997. Life-Span
Development. Times Mirror Higher
Education Group. Inc, America.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang
Anak. Di dalam: IG. N Gde Ranuh,
editor. Jakarta: EGC.
Sukiat. 1986. Motivasi dan Intelegensi.
Dalam Sadli S. (ed.), Inteligensi, bakat