64 hesty, s.si implementasi model pembelajaran tematik
1. IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR SISWA
SEKOLAH DASAR
Oleh :
H e s t y, S.Si.,M.Pd
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PANGKALPINANG
2008
2. DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi ......................................................................................................... 2
Abstrak............................................................................................................ 3
A. Pendahuluan ............................................................................................. 3
B. Kajian Teori
1. Konsep Pembelajaran Tematik ............................................................. 7
2. Psikologi Gestalt sebagai Landasan Pengembangan Pembelajaran
Tematik ............................................................................................... 8
3. Perencanaan Pembelajaran Tematik ..................................................... 9
4. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ..................................................... 9
5. Mengevaluasi Pembelajaran Tematik .................................................. 10
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Implementasi Model Pembelajaran Tematik ............................... 11
2. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 16
D. Simpulan dan Saran
1. Simpulan ............................................................................................... 32
2. Saran...................................................................................................... 35
Lampiran-Lampiran
2
3. ABSTRAK
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR SISWA SEKOLAH DASAR
Oleh : Hesty*
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan
model pembelajaran tematik dalam perencanaan, pelaksanaan dan dampak dari
penerapan pembelajaran tematik beserta faktor-faktor pendukung dan penghambat
penerapan model pembelajaran tematik di kelas rendah.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan
kelas di tiga sekolah dasar di Kabupaten Belitung Timur dengan kategori baik,
sedang dan kurang. Subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas dua sekolah
dasar.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa guru di sekolah baik, sedang
dan kurang memiliki kemampuan dalam menerapkan pembelajaran tematik.
Kemampuan guru ini mengalami peningkatan selama dilakukan ujicoba tindakan.
Aktivitas belajar siswa dalam kemampuan bertanya, mengeluarkan pendapat dan
bekerjasama juga mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya
kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran tematik. Penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran yang dilakukan di setiap akhir ujicoba
memperlihatkan peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran tematik tidak hanya memperbaiki dan meningkatkan proses
pembelajaran di kelas tetapi juga meningkatkan penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran. Walaupun hasil yang diperoleh di tiap sekolah berbeda-
beda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kualitas guru,
karakteristik siswa, ketersediaan sarana dan prasarana serta faktor lingkungan
seperti kepemimpinan kepala sekolah. Penelitian ini juga menghasilkan model
pembelajaran tematik yang bersifat generik. Artinya model pembelajaran tematik
ini dimungkinkan untuk bisa diterapkan di sekolah lain yang minimal memiliki
karakteristik yang sama dengan sekolah berkategori kurang.
Kata kunci : implementasi, pembelajaran, model, tematik, sekolah dasar
A. Pendahuluan
Berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga internasional
maupun data statistik nasional menunjukkan bahwa pendidikan dasar di Indonesia
belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Bank Dunia (1998) melaporkan
tentang hasil pengukuran indikator mutu secara kuantitatif pada Sekolah Dasar
(SD) di beberapa negara di Asia. Hasilnya menunjukkan bahwa hasil tes
membaca murid kelas IV SD, Indonesia berada pada peringkat terendah di Asia
3
4. Timur, berada di bawah Hongkong 75,5%, Singapura 74%, Thailand 65,1%,
Filifina 52,6% dan Indonesia 51,7%. Dari hasil penelitian ini disebutkan pula
bahwa para siswa di Indonesia hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan
dan mengalami kesulitan menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan
penalaran. Data hasil pengukuran daya serap kurikulum siswa secara nasional oleh
Direktorat Pendidikan TK dan SD tahun 2000/2001 juga menunjukkan bahwa
rata-rata daya serap kurikulum secara nasional juga masih rendah, yaitu 5,1 untuk
lima mata pelajaran.
Kondisi ini menunjukkan bahwa reformasi dalam sistem pendidikan
nasional kita sudah menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditunda lagi,
terutama pada jenjang pendidikan dasar yang menjadi landasan bagi
pengembangan pendidikan pada jenjang selanjutnya. Pendidikan dasar yang
menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan di tingkat selanjutnya, haruslah
mampu berfungsi mengembangkan potensi diri peserta didik dan juga sikap serta
kemampuan dasar yang diperlukan peserta didik untuk hidup dalam masyarakat,
terutama untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam masyarakat, baik dari
sisi ilmu pengetahuan, teknologi, sosial maupun budaya, di tingkat lokal maupun
global. Kemampuan dasar yang harus dimiliki peserta didik dan menjadi tujuan
utama dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah kemampuan dalam membaca,
menulis dan berhitung atau sering kali disebut dengan istilah ”the 3Rs”.
Upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran harus dilaksanakan demi
tercapainya tujuan penyelenggaraan pendidikan dasar. Karena inti dari
peningkatan mutu pendidikan adalah terjadinya peningkatan kualitas dalam proses
pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Blazely dkk, 1997 (Suderajat, 2002:3). menyebutkan bahwa proses
pembelajaran yang terjadi di sekolah masih banyak menggunakan pendekatan
pembelajaran yang kurang memperhatikan kebutuhan dan pengembangan potensi
siswa, serta cenderung bersifat sangat teoritik Peran guru masih sangat dominan
(teacher centered), dan gaya mengajar cenderung bersifat satu arah. Akhirnya,
proses pembelajaran yang terjadi hanya sebatas pada penyampaian informasi saja
(transfer of knowledge), kurang terkait dengan lingkungan sehingga siswa tidak
4
5. mampu memanfaatkan konsep kunci keilmuan dalam proses pemecahan masalah
kehidupan yang dialami siswa sehari-hari. Kondisi inilah yang menurut pemerhati
tersebut yang menyebabkan rendahnya kemampuan membaca, menulis siswa SD
di Indonesia (Republika, 2 Maret 1999).
Berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah melalui Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP), menetapkan pendekatan tematik sebagai pendekatan
pembelajaran yang harus dilakukan pada siswa Sekolah Dasar terutama pada
siswa kelas rendah (kelas I s.d III). Menurut BSNP (2006:35) penetapan
pendekatan tematik dalam pembelajaran di SD dikarenakan perkembangan peserta
didik pada kelas rendah Sekolah Dasar, pada umumnya berada pada tingkat
perkembangan yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik)
serta baru mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Oleh
karena itu proses pembelajaran masih bergantung kepada objek konkret dan
pengalaman yang dialami secara langsung. Pembelajaran yang dilakukan dengan
mata pelajaran terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk
berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik mengaitkan konsep
dengan kehidupan nyata mereka sehari-hari. Akibatnya, para siswa tidak mengerti
manfaat dari materi yang dipelajarinya untuk kehidupan nyata. Sistem pendidikan
seperti ini membuat manusia berpikir secara parsial, terkotak-kotak, yang menurut
David Orr dalam (Megawangi, 2005) adalah akar dari permasalahan yang ada.
Penetapan pendekatan tematik dalam proses pembelajaran juga diharapkan dapat
menjembatani pendidikan yang telah dialami anak di Taman Kanak-Kanak (TK),
sehingga dapat menekan angka mengulang kelas yang masih tinggi terutama pada
kelas rendah.
Strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik
(selanjutnya disebut pembelajaran tematik) sebenarnya telah diisyaratkan sejak
kurikulum 1994, akan tetapi karena keterbatasan kemampuan guru, baik yang
disebabkan oleh proses pendidikan yang dilaluinya maupun kurangnya pelatihan
tentang pembelajaran tematik mengakibatkan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan tematik tidak dapat diwujudkan dengan baik. Terlebih lagi disadari,
bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini memerlukan
5
6. persiapan yang tinggi dari guru, dalam hal waktu, sumber, bahan ajar, serta
perangkat pendukung lainnya. Oleh karena itu penelitian tentang implementasi
model pembelajaran tematik di kelas rendah Sekolah Dasar beserta faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilannya, terutama untuk meningkatkan kemampuan
dasar siswa SD dalam membaca, menulis dan berhitung, sangat diperlukan.
Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian ini diarahkan pada implementasi
model pembelajaran tematik yang dapat memperbaiki dan meningkatkan proses
pembelajaran serta meningkatkan kemampuan dasar siswa Sekolah Dasar.
Implementasi model pembelajaran tematik dibatasi oleh (1) desain, pelaksanaan
dan evaluasi model pembelajaran tematik yang akan digunakan beserta faktor-
faktor yang mempengaruhinya, (2) penerapan model pembelajaran tematik yang
dilakukan oleh guru di kelas II SD, dan (3) dampak dari penerapan model
pembelajaran tematik terhadap kemampuan dasar siswa kelas II SD.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui langkah-langkah dalam
mendesain model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar (2) mengetahui
pelaksanaan model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, (3) mengetahui hasil
belajar hasil belajar yang diperoleh siswa selama penerapan model pembelajaran
tematik, serta (4) mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan
model pembelajaran tematik untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa
Sekolah Dasar. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan di tiga sekolah dasar dengan kategori, baik,
sedang dan kurang. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas II di tiga
Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, kuisioner, wawancara dan studi
dokumentasi. Data yang dikumpulkan terutama berhubungan dengan tahap
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran tematik. Data yang
terkumpul kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif
6
7. B. Kajian teori
1. Konsep Pembelajaran Tematik
Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas rendah oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) ini tidak lepas dari perkembangan
akan konsep pembelajaran terpadu. Menilik perkembangan konsep pendekatan
terpadu di Indonesia, pada saat ini model pembelajaran yang dipelajari dan
berkembang adalah model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty
(1990). Model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty ini berawal
dari konsep pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (1989).
Jacob (1989) dan Fogarty (1991) berpendapat bahwa wujud penerapan
pendekatan integratif itu bersifat rentangan (continuum). Jacob
menggambarkannya sebagai berikut.
Discipline Parallel Cross- Multi- Inter- Integrated Complete
based Discipline disciplinary disciplinary Disciplinary Day Program
Gambar 1. Rentang penerapan pendekatan integratif menurut Jacob (1989)
dan Fogarty (1991)
Bertolak dari konsep PI yang dianut Jacob tersebut, Fogarty (1991)
menyatakan bahwa ada 10 model integrasi pembelajaran, yaitu model fragmented,
connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, immersed,
dan networked. Model-model itu merentang dari yang paling sederhana hingga
yang paling rumit, mulai dari separated-subject sampai eksplorasi keterpaduan
antar aspek dalam satu bidang studi (model fragmented, connected, nested), model
yang menerpadukan antar berbagai bidang studi (model sequenced, shared,
webbed, threaded, integrated), hingga menerpadukan dalam diri pembelajar
sendiri dan lintas pembelajar (model immersed dan networked).
Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut Tim
Pengembang PGSD (1997:3-4) adalah : (1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa
7
8. yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari
beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
(2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek,
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar skemata yang dimiliki oleh
siswa, yang pada gilirannya nanti, akan memberikan dampak kebermaknaan dari
materi yang dipelajari; (3) Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa
memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. (4) Aktif,
pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar kepada pendekatan
diskoveri inkuiri dimana siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi.
2. Psikologi Gestalt sebagai Landasan Pengembangan Pembelajaran
Tematik
Berhasilnya suatu proses pendidikan, bergantung pada proses pembelajaran
yang terjadi di sekolah. Kemampuan guru yang berhubungan dengan pemahaman
guru akan hakekat belajar akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran yang
berlangsung. Guru yang memiliki pemahaman hakekat belajar sebagai proses
mengakumulasi pengetahuan maka proses pembelajaran yang terjadi hanyalah
sekedar pemberian sejumlah informasi yang harus dihapal siswa. Sebaliknya,
apabila pemahaman guru tentang belajar adalah proses memperoleh perilaku
secara keseluruhan, proses pembelajaran yang terjadi mencerminkan suatu
kesatuan yang mengandung berbagai persoalan untuk dipahami oleh anak secara
keseluruhan dan terpadu. Seperti yang diungkapkan oleh Surya (2002:84) bahwa
belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya.
Dari definisi akan hakekat belajar di atas dapat diketahui bahwa landasan
pengembangan pembelajaran tematik secara psikologis adalah merunut pada teori
belajar gestalt. Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti ’whole
configuration’ atau bentuk yang utuh, pola, kesatuan dan keseluruhan. Teori ini
memandang kejiwaan manusia terikat pada pengamatan yang berwujud pada
8
9. bentuk menyeluruh. Menurut teori belajar ini seorang belajar jika ia mendapat
”insight”. Insight itu diperoleh bila ia melihat hubungan tertentu antara berbagai
unsur dalam situasi itu, sehingga hubungan itu menjadi jelas baginya dan
demikian memecahkan masalah itu (Nasution, 2004; Slameto, 2003)
3. Perencanaan Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang
pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu sebagai tema atau
topik sentral, setelah tema ditetapkan maka selanjutnya tema itu dijadikan dasar
untuk menentukan dasar sub-sub tema dari bidang studi lain yang terkait (Fogarty,
1991 : 54). Penentuan tema dapat dilakukan oleh guru melalui tema konseptual
yang cukup umum tetapi produktif. Dapat pula ditetapkan dengan negosiasi
antara guru dengan siswa, atau dengan cara diskusi sesama siswa. Alwasilah, dkk
(1998:16) menyebutkan bahwa tema dapat diambil dari konsep atau pokok
bahasan yang ada disekitar lingkungan siswa, karena itu tema dapat
dikembangkan berdasarkan minat dan kebutuhan siswa yang bergerak dari
lingkungan terdekat siswa dan selanjutnya beranjak ke lingkungan terjauh siswa.
Berikut ini ilustrasi yang diberikan dalam penentuan tema.
Lingkungan Luar Sekolah
Lingkungan
Lingkungan Rumah
Lingkungan terdekat
siswa
(j i di i i )
Gambar 2. Pengembangan Tema
4. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar sebagai
unsur inti dari aktivitas pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan
dengan rambu-rambu yang telah disusun dalam perencanaan sebelumnya.
Pelaksanaan pelambelajaran tematik diterapkan ke dalam tiga langkah
9
10. pembelajaran yaitu (1) Kegiatan awal bertujuan untuk menarik perhatian siswa,
menumbuhkan motivasi belajar siswa,dan memberikan acuan atau rambu-rambu
tentang pembelajaran yang akan dilakukan (Sanjaya, W., 2006:41) ; (2) Kegiatan
inti, merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dimana dilakukan
pembahasan terhadap tema dan subtema melalui berbagai kegiatan belajar dengan
menggunakan multi metode dan media sehingga siswa mendapatkan pengalaman
belajar yang bermakna. Pada waktu penyajian dan pembahasan tema, guru dalam
penyajiannya sehendaknya lebih berperan sebagai fasilitator (Alwasilah:1988); (3)
Kegiatan akhir, dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh
tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman
sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta keberhasilan guru dalam
pelaksanaan proses pembelajaran.
5. Mengevaluasi Pembelajaran Tematik
Menurut Raka Joni (1996 : 16), bahwa pada dasarnya evaluasi dalam
pembelajaran tematik tidak berbeda dari evaluasi untuk kegiatan pembelajaran
konvensional. Oleh karena itu, semua asas-asas yang perlu diindahkan dalam
pembelajaran konvensional berlaku pula bagi penilaian pembelajaran tematik.
Bedanya dalam evaluasi pembelajaran tematik lebih menekankan pada aspek
proses dan usaha pembentukan efek iringan (nurturant effect) seperti kemampuan
bekerja sama, tenggang rasa dan sebagainya. Menurut Pusat Kurikulum (2002),
penilaian siswa di kelas I dan II SD belum mengikuti aturan penilaian seperti mata
pelajaran lain, mengingat anak kelas I SD belum semua lancar membaca dan
menulis, maka cara penilaian di kelas I tidak ditekankan pada penilaian secara
tertulis.
10
11. C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Implementasi Model Pembelajaran Tematik
Persiapan perencanaan tindakan
Perencanaan tindakan dirancang berdasarkan hasil studi awal di sekolah
yang akan dijadikan lokasi penelitian penerapan model pembelajaran tematik di
kelas II Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil studi awal diketahui bahwa guru yang
akan menjadi mitra peneliti dalam penelitian implementasi model pembelajaran
tematik untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa Sekolah Dasar, baik pada
sekolah kategori baik, sedang mapun kurang belum memiliki pemahaman yang
cukup tentang pembelajaran tematik. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang
dilakukan di kelas II masih menggunakan pendekatan bidang studi walaupun
kurikulum yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran di kelas II saat ini
adalah kurikulum 2004 (kurikulum berbasis kompetensi). Artinya guru belum
pernah menerapkan model pembelajaran tematik di kelas. Oleh karena itu, untuk
menyamakan persepsi tentang pembelajaran tematik antara guru dengan peneliti
dilakukan pembekalan tentang pembelajaran tematik, yang menyangkut
perencanaan dan penerapan pembelajaran tematik di kelas. Setelah dilakukan
pembekalan terhadap guru, dilakukan diskusi untuk membuat rencana dan jadwal
tindakan di masing – masing sekolah kategori baik, sedang dan kurang.
Pada tahap awal perencanaan tindakan dilakukan analisis terhadap standar
kompetensi dasar (SKD) dan kompetensi dasar (KD) pada mata pelajaran yang
akan dipadukan. Berdasarkan hasil analisis SKD dan KD ditentukan tema yang
akan diangkat sebagai pemadu / pengait antara mata pelajaran yang akan
dipadukan. Setelah dilakukan diskusi antara guru dan peneliti, disepakati tema
yang diangkat adalah tentang permainan, rekreasi dan kegemaran. Pelaksanaan
tindakan akan dilakukan secara paralel di sekolah kategori baik, sedang dan
kurang. Perencanaan pembelajaran tematik dirancang oleh guru bersama-sama
dengan peneliti dan diujicobakan pada sekolah berkategori baik, sedang maupun
kurang (RPP terlampir)
11
12. Pelaksanaan Ujicoba Tindakan di Sekolah
Berdasarkan hasi ujicoba yang telah dilaksanakan sebanyak lima kali
putaran diketahui bahwa dalam penerapan model pembelajaran tematik di sekolah
kategori baik, sedang dan kurang secara umum memiliki pola peningkatan
perbaikan yang sama pada tiap ujicoba. Pola peningkatan perbaikan ini dapat
dilihat dari kemampuan guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran
tematik maupun kemajuan aktivitas belajar siswa selama dilakukannya ujicoba.
Adapun alur implementasi model pembelajaran tematik yang terjadi di setiap
sekolah, dari desain, implementasi dan evaluasi pembelajaran secara umum
seperti yang ditunjukkan pada bagan di bawah ini.
12
13. AWAL TINDAKAN PERTENGAHAN TINDAKAN AKHIR TINDAKAN
Disain : Disain : Disain :
Tema : Permainan Tema : Rekreasi Tema : Kegemaran
Waktu : 5 JPL (1 x 35 menit) Waktu : 10 JPL (1 x 35 menit) Waktu : 5 JPL (1 x 35 menit)
C. I. Indikator (Tujuan Pembelajaran Khusus) B. I. Indikator (Tujuan Pembelajaran Khusus) A. I. Indikator (Tujuan Pembelajaran Khusus)
Dikembangkan dari materi pelajaran Bahasa Indonesia, Dikembangkan dari materi pelajaran Bahasa Indonesia, Dikembangkan dari materi pelajaran Bahasa Indonesia, dan
Matematika, IPA dan PKnPs Matematika, IPA, IPS dan PKnPs dengan pertimbangan waktu Matematika dengan mempertimbangkan waktu dan
II. Organisasi Materi II. Organisasi Materi kedalaman materi
Keterkaitan dengan tema dan indikator Keterkaitan dengan tema dan indikator II. Organisasi Materi
III. Langkah pembelajaran III. Langkah pembelajaran Keterkaitan dengan tema dan indikator
2. Kegiatan awal 1. Kegiatan awal III. Langkah pembelajaran
Tanya jawab diarahkan pada tema Tanya jawab diarahkan pada tema dengan menggali 1. Kegiatan awal
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan pengalaman dari siswa Tanya jawab diarahkan pada tema dengan menggali
pembelajaran yang akan dilakukan Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan pengalaman dari siswa
3. Kegiatan inti pembelajaran yang akan dilakukan Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan
Aktivitas guru fokus pada kemampuan guru memadukan 2. Kegiatan inti pembelajaran yang akan dilakukan
materi pembelajaran yang terkait Aktivitas guru fokus pada kemampuan guru memadukan 2. Kegiatan inti
Aktivitas pembelajaran siswa fokus pada kemampuan materi pembelajaran yang terkait dan membangkitkan Aktivitas guru fokus pada kemampuan guru memadukan
bercerita motivasi siswa materi pembelajaran dan meningkatkan peran aktif siswa
4. Kegiatan akhir Aktivitas pembelajaran siswa fokus pada bermain peran Aktivitas pembelajaran siswa fokus pada kemampuan
Bersama-sama siswa guru membuat kesimpulan 3. Kegiatan akhir bercerita dan menulis pengalaman
Melakukan postest Bersama-sama siswa guru membuat kesimpulan. 3. Kegiatan akhir
Implementasi : Melakukan postest Bersama-sama siswa guru membuat kesimpulan
1. Kegiatan awal Implementasi : Melakukan postest
Guru belum menyampaikan tema, tujuan dan kegiatan 1. Kegiatan awal Implementasi :
pembelajaran Guru sudah menyampaikan tema, tujuan dan kegiatan 1. Kegiatan awal
2. Kegiatan inti pembelajaran Guru menyampaikan tema, tujuan dan kegiatan
Guru belum menggunakan pertanyaan pemandu 2. Kegiatan inti pembelajaran
Guru mulai mengaitkan materi pembelajaran dengan Guru mulai menggunakan pertanyaan pemandu 2. Kegiatan inti
kehidupan anak sehari-hari Guru mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan Guru terbiasa menggunakan pertanyaan pemandu
Sistematika penyampaian konsep masih terkesan anak sehari-hari Guru terbiasa mengaitkan materi pembelajaran dengan
melompat-lompat (terpisah). Sistematika penyampaian konsep mulai menyatu kehidupan anak sehari-hari
Siswa belum mempunyai keberanian untuk bercerita di Siswa bermain peran cukup baik Guru terbiasa menyampaikan pembelajaran menggunakan
depan kelas. Siswa mulai mempunyai keberanian untuk bertanya dan tema dan mulai berperan sebagai fasilitator
3. Kegiatan akhir mengungkapkan pendapat Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan berani
Guru tidak memberikan kesimpulan akhir pembelajaran 3. Kegiatan akhir untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat
Guru memberikan postest Guru memberikan kesimpulan akhir pembelajaran Guru memberikan penguatan terhadap hasil kerja
Refleksi: Guru memberikan postest kelompok siswa
Guru masih terlihat kaku. Penyampaian materi masih Refleksi: 3. Kegiatan akhir
terkesan terpisah-pisah dan tidak fokus. Guru tidak lagi terlihat kaku. Penggunaan pertanyaan Guru memberikan kesimpulan akhir pembelajaran
Keberanian siswa untuk bercerita di depan kelas belum pemandu belum optimal. Guru memberikan postest
muncul. Aktifitas belajar siswa dalam kelompok terlihat Siswa mulai berani bertanya dan mengungkapkan pendapat. Refleksi:
menunjukkan kegairahan. Kemampuan untuk berjasama dalam kelompok juga mulai Guru mulai terbiasa melaksanakan pembelajaran tematik.
Umpan Balik terjalin. Metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, membuat
Penentuan indikator pembelajaran mempertimbangkan Umpan Balik siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran
waktu Penentuan indikator pembelajaran mempertimbangkan waktu Umpan Balik
Guru dibiasakan menyampaikan tujuan pembelajaran Guru harus memperbanyak memberikan penguatan dan Penentuan indikator pembelajaran mempertimbangkan
Guru harus mengembangkan kemampuan bertanya penghargaan kepada siswa. waktu dan kedalaman materi
Guru harus memperbanyak contoh yang terkait dengan Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa yang pasif Guru harus membiasakan menempatkan siswa sebagai
kehidupan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran subyek pembelajaran.
Guru harus membuat kesimpulan di akhir pembelajaran.
Gambar 3. Bagan Alur Implementasi Model Pembelajaran Tematik Secara Umum
14. Dampak Penerapan Model Pembelajaran Tematik
Dampak penerapan model pembelajaran tematik dilihat dari kualitas
pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dampak dari penerapan model
pembelajaran tematik dari kualitas pembelajaran lebih ditekankan pada aktivitas
belajar siswa, karena orientasi dari pembelajaran tematik yang bersifat student
oriented. Aktivitas belajar siswa terutama dilihat dari kemampuan siswa dalam
bertanya, mengungkapkan pendapat dan bekerjasama dalam kerja kelompok.
Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa yang diperoleh
selama ujicoba kesatu sampai kelima di sekolah kategori baik, sedang maupun
kurang menunjukkan terjadinya peningkatan. Peningkatan aktivitas belajar siswa
ini terutama terlihat dari rasa keingintahuan siswa ketika guru melontarkan
pertanyaan pemandu. Seperti ilustrasi percakapan yang terjadi di sekolah baik
berikut ini.
Guru : ”Apakah yang selalu mengikuti kita ketika berjalan di bawah
sinar matahari ?”
Siswa : ”Bayang-bayang Bu... (sebagian siswa langsung menjawab
pertanyaan)
Guru : ”Betul tidak bayangan...?” (guru melontarkan pertanyaan balik
kepada siswa)
Siswa : ”Ya Bu....(sebagian siswa menjawab sebagian lagi tampak
diam).
Guru : ”Baik..nanti kita buktikan bersama-sama betul tidak yang
mengikuti kita jika sedang berjalan di bawah sinar matahari
adalah bayang-bayang.”
Siswa : (tiba-tiba seorang siswa langsung bertanya).”Dimana kita
melihat bayang-bayang itu, Bu.”
Guru : ”Kita nanti akan melakukan percobaan membuktikan adanya
bayang yang terbentuk di halaman sekolah.”
Ketika siswa melakukan kerja kelompok, terlihat siswa juga banyak
melontarkan pertanyaan kepada guru seperti ”Kenapa bayangan kapur tidak ada
waktu senternya diletakkan mendatar, Bu?”, ”Air hujan di dalam kolam depan
kelas itu termasuk lingkungan buatan apa bukan Bu?”.
Kemampuan siswa dalam mengekspresikan pendapat mereka juga semakin
meningkat. Hal ini terlihat ketika guru meminta mereka untuk menuliskan
15. pengalaman mereka ketika berlibur. Berikut ini cuplikan tulisan siswa tentang
pengalaman mereka ketika berlibur.
”Saya pernah pergi ke Puri Indah. Saya pergi dengan Bapak Ibu Adik saya.
Nama saya Andre. Nama keluarga saya ibu yanti ayah wawan. Saya pergi
naik mobil. Sudah sampai saya meminjam pelampung dan saya mandi. Di
sana airnya tidak dalam dan banyak orang. Setelah mandi saya kedinginan.
Setelah itu saya pakai baju sudah pakai baju saya makan di kantin.
Makanannya enak lo setelah ke puri indah saya pulang. Di rumah saya
mandi kan dingin setelah mandi saya tidur. Sampai disini ya ceritanya .
Kemampuan siswa dalam memberikan pendapat juga sudah mulai memberikan
alasan yang tidak terduga seperti, ”Saya pernah ke Pantai Bukit Batu. Di sana
ramai dan banyak orangnya. Kami senang sekali karena banyak orang yang
mengenali kami.”
Peningkatan aktivitas belajar siswa ini seiring dengan terjadinya
peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik.
Peningkatan kemampuan guru di sekolah baik, sedang maupun kurang dalam
menerapkan pembelajaran tematik dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Kemampuan Guru Mengimplementasikan
Pembelajaran Tematik
60
48 50 49 50
Rata-rata Kemampuan
50 46 47 44
41 43
38 38 39
40 35 Baik
32
Guru
27
30 Sedang
20 Kurang
10
0
1 2 3 4 5
Ujicoba
Grafik 1. Kemampuan Guru Mengimplementasikan Pembelajaran
Tematik di Tiap Sekolah
15
16. Begitu pula halnya dengan dampak penerapan model pembelajaran tematik
terhadap hasil belajar siswa, menunjukkan terjadinya peningkatan penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran yang dilakukan selama penerapan model
pembelajaran tematik, seperti terlihat pada grafik di bawah ini :
Hasil Belajar Siswa di Setiap Sekolah
90 81,3 81,7 83,1 85,6
80,8
78,1 77,5 78,2 78,3 79,1
80
66,7 67,2
70 62,3 66,1
63,3
Nilai Rata-rata
60
Baik
50
40
Sedang
30 Kurang
20
10
0
1 2 3 4 5
Ujicoba
Grafik 2. Hasil Belajar Siswa Selama Ujicoba di Setiap Sekolah
2. Pembahasan Hasil Penelitian
Desain Model Pembelajaran Tematik
Pengembangan desain model pembelajaran tematik yang digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada model pembelajaran tematik yang dikeluarkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Model pembelajaran ini oleh BSNP
dikembangkan dari model teoritik yang diperkenalkan oleh Fogarty (1991).
Berikut ini langkah-langkah pengembangan desain model pembelajaran tematik
yang telah diujicobakan.
a. Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh akan semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah :
16
17. 1) Penjabaran Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) ke
dalam Indikator
Pada penjabaran SK dan KD ke dalam indikator yang perlu
dipertimbangkan adalah kesesuaian antara indikator dengan karakteristik peserta
didik dan mata pelajaran. Selain itu juga indikator harus dirumuskan dalam kata
kerja operasional yang terukur dan atau dapat diamati.
2) Menentukan Tema
Menurut BSNP (2006) cara untuk menentukan tema dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu (1) mempelajari SK dan KD yang terdapat dalam masing-masing
mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai; dan (2)
menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan
tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai
dengan minat dan kebutuhan anak.
Berdasarkan hasil ujicoba selama penelitian, baik di sekolah kategori baik
sedang maupun kurang, tema yang dirancang ditentukan oleh guru berdasarkan
hasil analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru belum
mengikutkusertakan siswa dalam penentuan tema, akan tetapi guru pada sekolah
baik dan sedang sudah memiliki kemampuan yang cukup baik dalam
mengeksplorasi tema dari pengalaman siswa. Pada sekolah kurang, dominasi
guru masih terlihat ketika guru melakukan tanya jawab atau mengeksplorasi
pengalaman siswa terkait dengan tema. Guru masih sering mengarahkan jawaban
siswa pada satu jawaban bahkan memberikan tanggapan yang negatif terhadap
pendapat siswa.
Penentuan tema dilakukan berdasarkan minat dan kedekatan tema tersebut
dengan diri dan lingkungan siswa. Menurut Meinbach, dkk (1995) penentuan
tema dapat berasal dari berbagai sumber, di antaranya :
Topik-topik yang ada dalam kurikulum (Kompetensi Dasar) Contohnya :
binatang-binatang, pengenalan musim, cuaca, tanaman, hidup sehat, matahari
dan bulan, mesin sederhana, cahaya dan panas, bertetangga, bermasyarakat,
transportasi, kehidupan keluarga, tumbuh menjadi besar dan berolahraga
17
18. Isu-isu yang langsung menimpa diri siswa. Contohnya : pekerjaan rumah,
kejadian dalam keluarga, saudara kandung, aturan-aturan, masalah sampah
Masalah-masalah yang lebih cenderung kepada sesuatu yang sifatnya umum.
Contohnya : penggunaan energi, kriminalitas, sumber-sumber alamiah,
lingkungan dan makanan
Kejadian khusus. Contohnya : ulang tahun, liburan, nonton sirkus dan
perjalanan wisata.
Minat siswa, berkenaan dengan kegemaran atau aktivitas. Contohhnya : teman
dan tetangga, liburan, eksplorasi ruang angkasa, naik pesawat terbang atau
kapal laut, sesuatu yang menakutkan siswa, alam laut atau pegunungan dan
tema-tema yang berasal dari film (dinosaurus, monster, shark).
Ketertarikan pada bacaan. Contohnya : kisah petualangan, fiksi, puisi, kisah
misteri, cerita-cerita dongeng, cerita-cerita olah raga, dan buku-buku dari
penulis favorit
Lebih lanjut Meinbach, dkk (1995) menyatakan beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam pemilihan tema, yaitu :
Tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan
banyak bidang studi
Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa.
Bermakna, maksudnya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya
Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri
siswa.
Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan
psikologis anak, termasuk minat kebutuhan dan kemampuannya.
3) Identifikasi dan Analisis Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar
(KD) dan Indikator
Melakukan identifikasi dan analisis untuk setiap SK, KD dan indikator yang
cocok untuk setiap tema sehingga semua SK, KD dan indikator terbagi habis,
akan tetapi jika terdapat kompetensi yang tidak tercakup pada tema tertentu tetap
diajarkan melalui tema lain ataupun disajikan secara tersendiri. Artinya untuk SK,
18
19. KD dan indikator yang tidak dapat dipadukan dengan mata pelajaran lain
disajikan secara tersendiri.
Selain itu pula dimungkinkan untuk dilakukannya penggabungan
kompetensi dasar lintas semester, dengan tetap memperhatikan organisasi materi
pelajaran yang diberikan kepada siswa.
b. Menetapkan Jaringan Tema
Jaringan tema dibuat untuk menghubungkan KD dan indikator dengan tema
pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, KD
dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dikembangkan sesuai
dengan alokasi waktu setiap tema.
c. Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya
dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari SK,
KD, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber dan penilaian
d. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah
ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen RPP tematik meliputi :
Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas,
semester dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang alokasikan).
Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.
Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka
mencapai kompetensi dasar dan indikator.
Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus
dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber
belajar untuk menguasai kompetensi dan indikator. Kegiatan ini tertuang
dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup)
Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi
dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
tematik sesuai dengan KD yang harus dikuasai.
19
20. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan
untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil
penilaian).
Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan pembelajaran tematik merupakan inti dari aktivitas
pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan rambu-rambu yang
telah disusun dalam perencanaan sebelumnya. Pada tahapan ini dapat diketahui
kekuatan dan kelemahan dari rancangan desain yang telah disusun. Oleh karena
itu dibutuhkan kemampuan guru dalam melaksanakan model pembelajaran
tematik. Kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik yang
menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pada kemampuan guru untuk
menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil ujicoba yang telah dilaksanakan di tiga sekolah yang
berkategori baik, sedang dan kurang diketahui bahwa tingkat keberhasilan guru
dalam menerapkan pembelajaran tematik sangat bergantung pada kemampuan
guru. Berdasarkan hasil observasi pada ujicoba pertama terlihat guru mengalami
kesulitan dalam menerapkan pembelajaran tematik. Hal ini terlihat dari : (1)
Belum dikomunikasikannya tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan kepada siswa secara jelas. Di sekolah kurang, bahkan guru tidak
melakukan apersepsi kepada siswa. Siswa langsung diminta untuk mengerjakan
tugas yang diberikan guru. (2) Belum dipahami dan digunakannya pertanyaan
pemandu secara baik. (3) Pada akhir kegiatan inti guru tidak melakukan
pembahasan terhadap hasil kerja siswa untuk memberikan penguatan terhadap
pelajaran yang telah mereka terima. (4) Belum dirumuskannya kesimpulan akhir
pada kegiatan akhir.
Hasil temuan yang diperoleh pada ujicoba pertama ini selanjutnya
didiskusikan bersama dengan guru melalui proses refleksi. Dari hasil refleksi
diketahui bahwa kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik
dikarenakan pertama guru kurang mempelajari rencana pelaksanaan pembelajaran
20
21. yang telah dirancang; kedua masih kurangnya pemahaman guru akan
pembelajaran tematik.
Sejalan dengan pelaksanaan ujicoba, kemampuan guru dalam menerapkan
pembelajaran tematik mengalami peningkatan, baik di sekolah kategori baik,
sedang maupun kurang Peningkatan kemampuan guru ini tidak lepas dari
meningkatnya pemahaman dan keterampilan guru dalam mengembangkan materi
pembelajaran yang terkait dengan tema. Kemampuan guru dalam
mengembangkan materi pembelajaran ini erat hubungannya dengan pemilihan
tema yang menjadi fokus pembelajaran. Menurut pengakuan guru, pemilihan
tema yang dekat dengan diri dan lingkungan siswa sangat membantu guru dalam
mengembangkan materi pembelajaran. Di samping itu pula, pemilihan tema juga
sangat mempengaruhi motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu
juga tema yang menjadi fokus pembelajaran membuat siswa tidak merasa
dibebani dengan adanya pemilihan bidang studi yang ketat, karena melalui
pembelajaran tematik membuat mereka belajar sesuatu yang utuh dan padu.
Keterlibatan mereka dalam menjelajahi tema yang dijabarkan ke dalam sejumlah
topik dari beberapa bidang studi yang dipadukan, telah dapat memfasilitasi
berkembangnya potensi mereka, baik kognitif, emosi dan sosial (Nasution, 1995).
Secara umum terjadi pula peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan
pembelajaran tematik, akan tetapi peningkatan kemampuan guru ini di tiap
sekolah berbeda-beda. Kemampuan guru di sekolah kategori kurang terlihat
sangat berbeda jika dibandingkan dengan kemampuan guru di sekolah baik dan
sedang yang hampir sama. Perbedaan ini tidak dapat dilepaskan dari aspek-aspek
yang dimiliki oleh guru di tiap sekolah tersebut. Menurut Dunkin (Sanjaya, 2006)
ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran
dilihat dari faktor guru yaitu (1) Formative experience, meliputi jenis kelamin
serta semua pengalaman hidup yang menjadi latar belakang sosial mereka (2)
Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalman yang berhubungan
dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru, (3) Training properties ,
segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, seperti sikap
guru terhadap siswa, kemampuan dan intelegensi guru baik dalam kemampuan
21
22. guru dalam pengelola pembelajaran maupun kemampuan guru dalam penguasaan
materi pembelajaran.
Dampak Penerapan Pembelajaran Tematik
Dampak dari penerapan pembelajaran tematik diketahui dengan melakukan
evaluasi secara terpadu selama pembelajaran berlangsung. Tujuan evaluasi yang
dilakukan sama seperti kegiatan evaluasi pada pembelajaran model lainnya yaitu
untuk mengetahui perolehan perkembangan kemampuan siswa selama mengikuti
proses pembelajaran. Menurut Ministry of Education Victoria (1986) aspek-aspek
yang perlu diamati dan dinilai pada siswa selama pembelajaran terpadu adalah
penguasaan konsep setiap bidang ilmu yang terkait, disamping itu juga penilaian
dilakukan terhadap keterampilan siswa bertanya, interaksi siswa, keterampilan
mengkomunikasikan gagasan, kemampuan membaca dan menulis serta ekspresi
siswa dalam menerima pelajaran. Disamping itu Tim Pengembang PGSD
(1996:38) mengungkapkan bahwa evaluasi dalam pembelajaran terpadu perlu
diarahkan perhatian yang cukup banyak pada evaluasi dampak pengiring
(nurturant effect) seperti kemampuan kerjasama, tenggang rasa, dependability,
dan keholistikan persepsi.
Berdasarkan pendapat tersebut, evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini
difokuskan pada aspek proses dan produk pembelajaran. Evaluasi terhadap proses
pembelajaran terutama ditujukan untuk melihat dampak pengiring yang dihasilkan
dari penerapan pembelajaran tematik terhadap siswa, seperti kemampuan
bertanya, mengeluarkan pendapat dan bekerjasama. Sedangkan evaluasi terhadap
produk pembelajaran dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian terhadap
penguasaan materi yang diperoleh siswa dalam setiap ujicoba.
Hasil evaluasi dari ujicoba yang dilakukan di sekolah baik, sedang dan
kurang menunjukkan bahwa dari aspek proses pembelajaran, terlihat terjadinya
peningkatan kemampuan siswa dalam bertanya, mengeluarkan pendapat dan
bekerjasama. Meningkatnya kemampuan bertanya dan mengeluarkan pendapat
siswa ini dikarenakan, pertama kemampuan guru dalam mengembangkan
kedekatan diri guru terhadap siswa baik dari aspek sosial maupun emosi.
Kedekatan guru dengan siswa baik dari aspek sosial maupun emosi ini terutama
22
23. sangat terlihat ketika guru semakin mengembangkan kemampuan guru dalam hal
mengembangkan rasa percaya diri siswa dan keterlibatan siswa dalam KBM. Di
samping itu juga kemampuan guru dalam menghadapi perilaku siswa seperti
bersikap ramah, luwes, terbuka, penuh pengertian dan sabar juga mengembangkan
aspek emosi siswa terhadap guru. Kedua, dikarenakan kemampuan guru dalam
mengembangkan materi dan metode pembelajaran. Pengembangan materi dan
metode pembelajaran ini sangat terkait dengan proses pemilihan tema yang dekat
dengan diri siswa. Sebagaimana diakui oleh guru di sekolah baik, sedang maupun
kurang bahwa pemilihan tema yang sangat dekat dengan diri dan lingkungan
siswa membuat guru lebih mudah untuk mengembangkan materi dan metode yang
diberikan kepada siswa. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Tim
Pengembang PGSD (1997) bahwa perkembangan fisik individu tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan mental, sosial dan emosional atau sebaliknya dan
perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan dan
lingkungannya.
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran,
kemampuan siswa terhadap penguasaan materi pembelajaran yang dapat diketahui
dari tes hasil belajar yang dilakukan pada setiap akhir ujicoba juga mengalami
peningkatan. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran tematik
tidak hanya memberikan dampak terhadap aktivitas belajar siswa juga terhadap
penguasaan materi pembelajaran.
Bentuk Akhir Model Pembelajaran Tematik
Selama dilakukan ujicoba penerapan model pembelajaran tematik
mengalami beberapa perkembangan. Pada ujicoba pertama, penetapan jumlah
indikator yang dilakukan baik pada sekolah baik, sedang dan kurang dirasakan
tidak sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. Apalagi di kelas yang besar (di
sekolah baik) karena selama ini belum pernah dilakukan metode pembelajaran
kerja kelompok, guru membutuhkan waktu yang banyak dalam pengorganisasian
kelas. Begitu pula pada ujicoba kedua, selain jumlah indikator, yang perlu
diperhatikan dalam penetapan indikator adalah tingkat kedalaman dari indikator
yang hendak dicapai. Berdasarkan hasil ujicoba satu dan dua, peneliti dan guru
23
24. akhirnya melakukan pertimbangan yang lebih dalam terhadap penentuan indikator
yang terkait dalam tema dengan alokasi waktu yang tersedia.
Pemilihan tema dilakukan dengan mempertimbangkan kedekatan tema
dengan diri dan lingkungan siswa. Tujuannya agar siswa dapat menghubungkan
pengalaman yang mereka dapatkan di sekolah dengan kehidupan mereka sehari-
hari. Disamping juga untuk memberikan motivasi atau ketertarikan siswa dalam
belajar. Berdasarkan hasil ujicoba diketahui bahwa melalui tema-tema yang
dikembangkan, siswa menjadi termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini
dapat dilihat dari aktivitas belajar mereka dalam hal bertanya, mengungkapkan
pendapat dan bekerjasama yang cenderung meningkat di tiap ujicoba.
Berdasarkan hasil ujicoba, pemilihan tema masih sepenuhnya ditentukan
oleh guru. Guru belum mengikutsertakan siswa dalam penentuan tema.
Walaupun begitu, guru di sekolah baik dan sedang sudah mencoba untuk tidak
menyodorkan langsung tema yang telah ditentukan oleh guru. Guru berusaha
untuk mengeksplorasi pengalaman siswa yang mengarah pada tema terlebih
dahulu. Setelah itu baru menegaskan tema yang akan dipelajari oleh siswa pada
hari itu. Pada sekolah kurang, kondisi ini belum terjadi. Guru menyodorkan tema
terlebih dahulu kepada siswa, baru kemudian melakukan tanya jawab dengan
siswa terkait dengan tema yang menjadi fokus pembelajaran.
Pemilihan tema yang dekat dengan diri dan lingkungan siswa juga
mempengaruhi pengembangan materi dan metode pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Guru mengakui bahwa pemilihan tema yang dekat dengan diri dan
lingkungan siswa memudahkan guru dalam mengeksplorasi pengalaman yang
dimiliki oleh siswa dan mengaitkan materi antar mata pelajaran . Selain itu juga
guru menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan materi dan metode
pembelajaran. Seperti pada waktu pemilihan tema rekreasi, guru lebih mudah
mengeksplorasi pengalaman siswa karena tempat rekreasi yang berupa lingkungan
alam sangat dekat dengan lingkungan diri siswa.
Prosedur pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tiga tahap
pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir pembelajaran.
Pada kegiatan awal dilakukan kegiatan penginformasian tema, tujuan dan kegiatan
24
25. pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa. Pada kegiatan inti, kegiatan
pembelajaran diawali dengan penyampaian pertanyaan pemandu yang dituliskan
di papan tulis. Tujuannya untuk membantu siswa yang belum lancar membaca.
Jika semua siswa telah mempunyai kemampuan membaca yang cukup baik, maka
pertanyaan pemandu tidak perlu dituliskan di papan tulis, seperti yang dilakukan
oleh guru di sekolah baik. Menurut Subroto dan Herawati (2004:1.10) pertanyaan
pemandu merupakan serangkaian kunci hubungan antar pokok bahasan atau
subpokok bahasan dalam satu bidang atau antarbidang. Selain itu juga,
pertanyaan pemandu ini penting dalam memberikan arahan kegiatan yang akan
dikerjakan oleh murid. Oleh karena itu, pertanyaan pemandu, selain berfungsi
membantu guru untuk mengaitkan materi yang terkait juga dapat membantu guru
untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk mencari dan menemukan
jawaban serta menarik perhatian siswa dalam belajar.
Kegiatan inti dilakukan dengan metode pembelajaran yang mengacu pada
aktivitas belajar siswa. Kegiatan inti diakhiri dengan penguatan terhadap materi
pembelajaran melalui diskusi bersama antara guru dan siswa. Penguatan ini dapat
berfungsi untuk membangkitkan pengertian lama yang telah dimiliki siswa agar
diterapkan dengan pengertian baru, mendorong siswa menggunakan pengetahuan
yang telah dimiliki untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dibahas
(aplikasi). Selain itu juga membantu siswa menginterpretasi dan mengorganisasi
pengetahuan dan pengalamannya dalam bentuk prinsip dan generalisasi yang lebih
luas.
Pada kegiatan akhir, dilakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan
pertanyaan yang bersifat terbatas dan terbuka. Bentuk pertanyaan ini dapat
dilakukan mengingat kemampuan siswa dalam hal membaca dan menulis di
sekolah baik, sedang dan kurang sudah cukup baik, akan tetapi jika masih terdapat
siswa yang belum mempunyai kemampuan yang baik dalam membaca dan
menulis, evaluasi pembelajaran tidak harus dilakukan dengan cara tertulis.
Gambaran akan penerapan model pembelajaran tematik akhir dapat dilihat pada
tabel 1 berikut ini.
25
26. MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK AKHIR
Disain :
a. Tema Pembelajaran
• Tema ditentukan berdasarkan hasil analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan
mempertimbangkan kedekatan tema dengan diri dan lingkungan siswa
• Tema diperinci menjadi sub-sub tema yang akan dijadikan topik pembelajaran
b. Jaringan tema
• Jaringan tema dibuat untuk menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema
pemersatu. Jaringan tema ini dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
c. Tujuan Pembelajaran
• Dikembangkan berdasarkan indikator pembelajaran yang terkait dengan tema. Dalam penentuan
indikator pembelajaran harus dipertimbangkan jumlah indikator yang hendak dicapai dan
kedalaman indikator dengan alokasi waktu yang tersedia.
d. Materi dan Sumber Pembelajaran
• Materi dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai.
• Sumber pembelajaran dari teks bacaan dan lingkungan yang dekat dengan pengalaman siswa
dan terkait dengan tema yang dipelajari.
e. Prosedur Pembelajaran
1. Kegiatan awal
• Menginformasikan tema dan sub tema yang akan dipelajari
• Menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
2. Kegiatan inti
• Memberikan pertanyaan pemandu yang berfungsi untuk membangkitkan motivasi belajar
siswa dan mengkaitkan materi pembelajaran
• Memberikan tugas atau kegiatan-kegiatan kepada siswa yang terkait dengan tema dan
mengutamakan perolehan pengalaman langsung pada diri siswa.
• Memberikan laporan hasil kegiatan siswa
• Melakukan penguatan dengan membahas bersama-sama kegiatan yang telah dilakukan
siswa
3. Kegiatan akhir
• Merumuskan kesimpulan akhir dari sub tema atau topik yang dibahas
• Melakukan postest
f. Evaluasi : dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang bersifat uraian terbatas dan terbuka.
Sebagai catatan, evaluasi tertulis dapat dilakukan jika siswa seudah mempunyai kemampuan
membaca dan menulis yang cukup baik.
Implementasi :
a. Kegiatan Awal
• Guru menginformasikan tema pembelajaran yang akan dipelajari
• Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan
b. Kegiatan Inti
• Guru memberikan pertanyaan pemandu dengan menuliskan di papan tulis
• Guru mengarahkan siswa untuk melakukan tugas yang terkait dengan pencapaian tujuan
pembelajaran
• Siswa melaporkan hasil kegiatan yang telah dilakukan
• Guru memberikan penguatan terhadap hasil pekerjaan siswa
c. Kegiatan Akhir
• Guru memberikan kesimpulan akhir dari pembelajaran yang telah dilakukan
• Siswa melakukan tes akhir pembelajaran
26
27. Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat Pelaksanaan
Pembelajaran Tematik
Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor,
diantaranya adalah guru, siswa, sarana dan prasarana serta lingkungan.
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang diperoleh pada tahap ujicoba maupun
pelaksanaan ujicoba dapat diketahui bahwa faktor-faktor ini juga dapat
menghambat dan mendukung keberhasilan penerapan model pembelajaran
tematik.
a. Guru
Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
model pembelajaran tematik. Keberhasilan penerapan model pembelajaran
tematik ini terutama berhubungan dengan kualitas atau kemampuan yang dimiliki
oleh guru. Berikut ini beberapa aspek yang mempengaruhi kemampuan guru
dalam mengimplementasikan pembelajaran tematik.
1) Pandangan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik
Pandangan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik akan
sangat mempengaruhi guru dalam penerapan pembelajaran tematik. Guru yang
menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran akan
berbeda dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian
bantuan kepada peserta didik.
Kondisi ini pula yang terlihat pada penelitian tentang implementasi
pembelajaran tematik. Terdapat perbedaan keberhasilan pembelajaran baik dari
sisi proses maupun produk pembelajaran di sekolah baik, sedang maupun kurang.
Kondisi ini terjadi dapat dipahami karena guru di sekolah baik, sedang, maupun
kurang memiliki pandangan yang berbeda terhadap mengajar. Sebagaimana
terungkap pada waktu studi awal, guru sekolah sedang memiliki pendapat bahwa
tujuan memberikan pengajaran kepada siswa SD adalah untuk mengubah perilaku
murid ke arah yang lebih baik. Sedangkan guru di sekolah baik dan kurang
memiliki pandangan bahwa tujuan mengajar adalah untuk memberikan materi
pelajaran sesuai dengan kurikulum. Perbedaan ini akhirnya mempengaruhi
kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran. Guru yang memiliki
27
28. pandangan berorientasi pada materi cenderung menerapkan pembelajaran dengan
pola satu arah. Kurang memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkreasi
dalam pembelajaran. Kondisi ini tentunya pula akan mempengaruhi kualitas
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Berdasarkan hasil studi awal yang terungkap melalui kuisioner dan
wawancara terhadap guru, dapat diketahui pula bahwa pemahaman guru terhadap
pembelajaran tematik baik dalam perancangan maupun penerapannya masih
sangat kurang. Kurangnya pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik ini
terjadi pada semua guru, baik guru di sekolah, sedang, maupun kurang.
Kondisi ini sangat mempengaruhi proses penerapan selama ujicoba
dilakukan. Hal ini terlihat pada waktu observasi penerapan pembelajaran tematik
pada saat ujicoba awal. Semua guru terlihat kaku dan bingung dalam memadukan
materi pelajaran yang terkait dengan tema, akan tetapi setelah dilakukan beberapa
kali ujicoba baru terlihat guru tidak lagi kaku.
2) Latar belakang pendidikan guru
Berdasarkan hasil stui awal dapat diketahui bahwa latar belakang
pendidikan terakhir yang dimiliki oleh guru seluruhnya adalah dari Sekolah
Pendidikan Guru (SPG) atau setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dua
orang guru diantaranya sedang mengikuti kuliah penyetaran untuk jenjang
pendidikan D2 PGSD. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara akademik, ketiga
responden penelitian belum memenuhi kualifikasi akademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1) seperti disyaratkan dalam Peraturan
Pemerintah No 19 tahun 2005 bab VI pasal 28 tentang standar pendidik dan
tenaga kependidikan.
Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh guru saat ini tentunya sangat
mempengaruhi keberhasilan penerapan model pembelajaran tematik. Apalagi
mengingat kesempatan yang diberikan kepada guru untuk menambah pengetahuan
dan keterampilan tentang penerapan model pembelajaran tematik masih sangat
kurang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wachidi (2000:183) bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan seorang guru akan semakin mudah menangkap
dan memahami esensi dan isi inovasi yang sedang berjalan di sekolah.
28
29. 3) Pengalamam mengajar
Pengalaman mengajar guru yang menjadi subjek penelitian berbeda-beda.
Dua orang responden guru yaitu guru sekolah sedang dan kurang memiliki
pengalaman mengajar kurang dari 10 tahun. Sedangkan guru sekolah baik
memiliki pengalaman mengajar lebih dari 10 tahun. Kondisi ini tentunya sangat
mempengaruhi keberhasilan penerapan model pembelajaran tematik. Hal ini
terutama berhubungan dengan tingkat kepahaman guru akan karakteristik siswa
SD terutama di kelas rendah dan penguasaan guru terhadap keterampilan
mengajar. Diasumsikan guru yang memiliki pengalaman mengajar lama akan
memiliki tingkat kepahaman akan karakteristik siswa dan penguasaan terhadap
keterampilan mengajar yang lebih jika dibandingkan dengan guru yang baru
memiliki pengalaman mengajar yang sedikit.
b. Faktor siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek
kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak
pada setiap aspek tidak selalu sama. Perbedaan perkembangan ini pula yang
terlihat pada siswa yang menjadi subjek penelitian di sekolah kategori baik,
sedang maupun kurang.
Dilihat dari usia biologis siswa di sekolah baik, sedang maupun kurang rata-
rata diantara tujuh sampai dengan delapan tahun, akan tetapi setiap siswa
memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Menurut Sanjaya (2006:52)
kemampuan belajar siswa dapat dikelompokkan pada siswa berkemampuan tinggi,
sedang dan rendah. Siswa yang termasuk berkemampuan tinggi biasanya
ditunjukkan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian dan keseriusan
dalam mengikuti pelajaran, dan lain-lain. Sebaliknya siswa yang tergolong pada
kemampuan rendah ditandai dengan kurang motivasi belajar, tidak adanya
keseriusan dalam mengikuti pelajaran, termasuk menyelesaikan tugas dan
sebagainya.
Berdasarkan kriteria pengelompokkan tersebut, dari hasil obeservasi
diketahui bahwa siswa yang termasuk dalam kelompok berkemampuan rendah di
29
30. sekolah kategori baik ada lima orang (13%), sekolah sedang satu orang (10%) dan
di sekolah kurang ada tiga orang (20%). Perbedaan-perbedaan semacam ini
tentunya membutuhkan perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan atau
pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya
belajar.
c. Sarana dan prasarana
Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumentasi yang dilakukan pada
studi awal, diketahui bahwa ketiga sekolah yang menjadi lokasi penelitian pada
umumnya telah memenuhi syarat minimal sebagai suatu pusat pendidikan, karena
tiap sekolah telah memiliki ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, kamar
kecil (WC) dan halaman tempat dilakukannya aktivitas di luar kelas. Apalagi
dalam penerapan model pembelajaran tematik tidak dibutuhkan sarana yang
spesifik untuk menunjang keberhasilan penerapan pembelajaran tematik. Artinya
dengan sarana yang dimiliki oleh ketiga sekolah saat ini, model tersebut dapat
diimplementasikan. Selain itu juga sekolah telah dilengkapi dengan prasarana
yang memadai, seperti penerangan dan jalan menuju sekolah yang cukup baik.
Dalam keadaan minimal, kondisi ini tentunya tidak menghambat penerapan
pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik dapat terlaksana dengan baik pada
sekolah kategori baik sedang maupun kurang, yang memiliki perbedaan secara
nyata dari sisi kelengkapan sarana prasarananya. Sekolah kategori baik memiliki
kelengkapan sarana prasarana yang sudah cukup memadai untuk menunjang
keberhasilan penerapan pembelajaran tematik. Hal ini juga disepakati oleh guru
yang menyatakan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang telah dimiliki
oleh guru di sekolah kategori baik saat ini dirasakan sudah cukup memadai.
Pendapat ini tidak sama dengan guru di sekolah kategori sedang maupun kurang
yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah mereka
saat ini diarasakan masih kurang.
Kondisi ini dapat dipahami karena kelengkapan sarana dan prasarana akan
membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembebelajaran. Menurut Sanjaya
(2006:53) keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan
30
31. prasarana adalah pertama dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru
mengajar, kedua dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar.
d. Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi penerapan model
pembelajaran tematik dan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah dilihat dari
dukungan kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan terhadap guru, diketahui bahwa pada umumnya respon
kepala sekolah di tiap sekolah baik, sedang maupun kurang, sesungguhnya cukup
baik. Ketiga responden menyatakan bahwa kepala sekolah cukup mendukung
guru jika terdapat kesempatan ataupun peluang yang diterima oleh guru untuk
menambah wawasan atau keterampilan mereka sebagai seorang guru. Seperti
misalnya ketika peneliti mengutarakan maksud peneliti untuk melakukan ujicoba
penerapan model pembelajaran tematik. Menurut guru, kepala sekolah sangat
mendukung dan memberikan motivasi kepada mereka untuk menerima tawaran
tersebut, akan tetapi proses bimbingan secara langsung yang diberikan oleh kepala
sekolah terhadap guru, terutama yang berhubungan dengan penerapan
pembelajaran tematik tidak pernah mereka dapatkan. Kondisi ini dapat dipahami,
bahwa menurut penuturan kepala sekolah yang diperoleh dari hasil wawancara,
diketahui bahwa kepala sekolah sendiri belum memiliki pemahaman yang cukup
akan perancangan dan penerapan model pembelajaran tematik di kelas rendah.
Masing-masing kepala sekolah mengakui pernah mendapatkan workshop tentang
pembelajaran tematik dari Dinas Pendidikan Kabupaten setempat, akan tetapi
karena keterbatasan waktu dan jumlah peserta yang banyak, kepala sekolah
mengatakan tidak mendapatkan pengetahuan yang memadai dari workshop
tersebut. Akhirnya tindakan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk membantu
guru adalah ada yang menggunakan cara dengan menambah buku sumber
pelajaran bagi guru, mendorong guru untuk aktif dalam kegiatan KKG maupun
membantu guru dalam perancangan pembelajaran tematik
31
32. D. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bagian sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa :
a. Langkah pertama yang dilakukan dalam mendesain pembelajaran tematik
adalah menentukan tema dan subtema berdasarkan hasil analisis terhadap
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang sudah ditetapkan
dalam standar isi. Dalam penentuan tema yang harus diperhatikan adalah
kedekatan tema dengan diri dan lingkungan siswa. Selanjutnya tema
digunakan sebagai alat pemadu konsep atau materi pelajaran yang terkait
dengan tetap memperhatikan aspek perkembangan peserta didik. Langkah
terakhir dari desain pembelajaran tematik ini adalah perancangan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat tujuan pembelajaran khusus
(indikator) yang akan dicapai dalam satu tema atau subtema, dan langkah-
langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam penentuan langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam proses pembelajaran mencakup pemilihan materi, metode, media serta
penentuan alat evaluasi pembelajaran. Diharapkan dengan adanya
perancangan rencana pelaksanaan pembelajaran tematik pembelajaran yang
dilakukan akan lebih bermakna. Berikut ini adalah desain generik model
pembelajaran tematik yang dihasilkan dari hasil uji coba di tiga sekolah.
Desain model pembelajaran tematik
Pertama adalah menentukan tema dan subtema berdasarkan hasil analisis
standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan
kedekatan tema dengan diri dan lingkungan siswa.
Menentukan jaringan tema untuk menghubungkan kompetensi dasar dan
indikator dengan tema pemersatu. Jaringan tema ini dikembangkan sesuai
dengan alokasi waktu yang tersedia untuk setiap tema.
32
33. Tujuan pembelajaran dikembangkan berdasarkan indikator pembelajaran
yang terkait dengan tema dengan mempertimbangkan jumlah indikator
dan kedalaman indikator dengan alokasi waktu yang tersedia.
Materi dan sumber pembelajaran dikembangkan berdasarkan kompetensi
dasar dan indikator yang hendak dicapai dengan memanfaatkan sumber
daya lingkungan yang ada disekitar siswa.
Perencanaan prosedur pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tiga
tahap pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir
pembelajaran.
Evaluasi dilakukan secara terpadu dalam proses pembelajaran, baik yang
bersifat proses maupun produk hasil belajar, dengan mempertimbangkan
kemampuan membaca dan menulis siswa.
b. Pembelajaran tematik merupakan salah satu pembelajaran yang menekankan
pada aktivitas siswa dalam pelaksanaannya. Keaktivan siswa ini sangat
bergantung pada kemampuan guru dalam mengorganisasi materi
pembelajaran dan kelas selama pembelajaran itu berlangsung. Pemilihan
tema yang dekat dengan diri dan lingkungan siswa sangat membantu guru
dalam menerapkan pembelajaran di kelas dan dapat membangkitkan
motivasi siswa dalam belajar.
Penerapan model pembelajaran tematik dilakukan dengan menggunakan tiga
tahap pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir
pembelajaran.
Pada kegiatan awal dilakukan kegiatan penginformasian tema, tujuan dan
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa.
Pada kegiatan inti, kegiatan pembelajaran diawali dengan penyampaian
pertanyaan pemandu yang dituliskan di papan tulis. Tujuannya untuk
membantu siswa yang belum lancar membaca. Setelah itu, kegiatan inti
dilakukan dengan metode pembelajaran yang mengacu pada aktivitas
belajar siswa dengan tujuan utama mengembangkan kemampuan
membaca, menulis dan berhitung siswa. Kegiatan inti diakhiri dengan
33
34. penguatan terhadap materi pembelajaran melalui diskusi bersama antara
guru dan siswa.
Pada kegiatan akhir, dilakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan
pertanyaan yang bersifat terbatas dan terbuka serta memperhatikan
kemampuan membaca dan menulis siswa.
c. Perolehan hasil belajar siswa di sekolah kategori baik, sedang maupun kurang
selama dilakukannya implementasi model pembelajaran tematik mengalami
peningkatan. Peningkatan perolehan hasil belajar ini sejalan dengan
terjadinya peningkatan terhadap kemampuan guru dalam
mengimplementasikan pembelajaran tematik. Selain perolehan hasil belajar
yang bersifat instruksional, penerapan model pembelajaran tematik ini juga
memberikan peningkatan terhadap dampak pengiring (nurturant effect)
pembelajaran seperti meningkatnya kemampuan siswa dalam bertanya,
mengungkapkan pendapat dan bekerjasama.
Peningkatan perolehan hasil belajar di tiap sekolah selama implementasi
pembelajaran tematik berbeda-berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh
banyaknya faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, seperti
kemampuan guru, karakteristik siswa, ketersediaan sarana dan prasarana serta
dukungan dari kepemimpinan kepala sekolah.
d. Setelah dilakukan ujicoba di tiga sekolah kategori baik, sedang dan kurang
diperoleh model pembelajaran tematik yang bersifat generik. Artinya model
ini dimungkinkan untuk dapat diterapkan pada sekolah yang minimal memiliki
kemiripan dengan karakteristik sekolah pada kategori kurang. Dalam
penerapannya, model pembelajaran tematik yang bersifat generik tersebut
dapat dilakukan dengan penyesuaian-penyesuaian, sesuai dengan karakteristik
yang dimiliki oleh sekolah. Karakteristik sekolah terutama sekali
berhubungan dengan faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat
pelaksanaan pembelajaran tematik. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah
faktor guru, siswa, sarana prasarana dan lingkungan. Dukungan dari faktor-
faktor inilah yang dapat membuat keberhasilan penerapan model pembelajaran
tematik lebih dapat terlaksana.
34
35. Berdasarkan hasil ujicoba yang telah dilakukan diperoleh beberapa prinsip
yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengimplementasikan
pembelajaran tematik di kelas rendah Sekolah Dasar.
▪ Pembelajaran tematik yang dilakukan akan lebih bermakna manakala tema
yang diangkat adalah tema yang berasal dari lingkungan terdekat siswa karena
dapat menimbulkan motivasi siswa dalam belajar.
▪ Proses pembelajaran dilakukan dengan berorientasi pada aktivitas siswa
(student oriented) dimana siswa berperan sebagai subyek belajar. Oleh karena
itu, kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu
belajar, alat belajar dan cara penilaian perlu beragam sesuai dengan
karakteristik siswa. Artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi
belajar dan latar belakang sosial siswa.
▪ Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan penekanan pada pemberian
perolehan pengalaman langsung (learning by doing) terhadap siswa sehingga
siswa terlatih untuk menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
dipelajarinya.
▪ Kegiatan inti pada implementasi pembelajaran tematik lebih menekankan pada
tujuan pengembangan kemampuan membaca, menulis dan berhitung siswa.
▪ Pemilihan media dan sumber belajar dilakukan dengan mempertimbangkan
karakteristik dan kedekatan sumber belajar dengan siswa.
▪ Proses penilaian pembelajaran dilakukan secara terpadu dengan
mempertimbangkan kemampuan membaca dan menulis siswa.
2. Saran
Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh peneliti selama berlangsungnya
penelitian dan juga analisis terhadap hasil temuan tersebut, maka diperoleh
beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran terhadap pihak yang terkait,
diantaranya adalah sebagai berikut :
35
36. a. Bagi guru sebagai praktisi yang akan menerapkan model pembelajaran
tematik secara langsung.
Guru sebagai pengembang dan pelaksana pembelajaran tematik di
lapangan dituntut untuk memiliki pemahaman yang utuh tentang
pembelajaran tematik, baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan maupun
evaluasi. Pemahaman dan kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran tematik akan semakin terasah bila guru senantiasa untuk
melakukan refleksi diri terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik yang
diterapkan di kelas. Kolaborasi dengan guru kelas lain dalam bentuk team
teaching atau diskusi dan simulasi microteaching dalam forum Kelompok
Kerja Guru (KKG) dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru
dalam pelaksanaan pembelajaran tematik. Diharapkan dengan semakin
meningkatnya kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik,
maka hambatan yang dapat mempengaruhi penerapan pembelajaran
tematik seperti faktor siswa, sarana dan prasarana serta lingkungan dapat
dieliminir.
b. Kepala Sekolah
Peranan kepala sekolah dalam menerapkan pembelajaran tematik dapat
dilakukan dengan memberikan fasilitasi terhadap guru dalam
mengembangkan kemampuan guru untuk menerapkan pembelajaran
tematik. Fasilitasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat bersifat fisik
seperti menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan guru dalam proses
pembelajaran, dapat pula bersifat non fisik yaitu berupa dukungan moral
dalam bentuk motivasi maupun pemberian kesempatan kepada guru untuk
mengikuti pelatihan atau pendidikan yang dapat meningkatkan
kemampuan profesionalime guru.
c. Bagi Dinas Pendidikan Terkait
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keberhasilan
penerapan pembelajaran tematik di sekolah sangat ditentukan oleh
kemampuan guru. Faktor-faktor lain seperti siswa, sarana dan prasarana
serta lingkungan dapat dikurangi jika guru yang akan menerapkan
36
37. pembelajaran tematik memiliki kemampuan yang tinggi. Kemampuan
guru yang dimaksudkan disini adalah kemampuan dalam hal
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran tematik.
Oleh karena itu dinas pendidikan harus meningkatkan kemampuan guru,
baik melalui jenjang pendidikan formal maupun informal (pelatihan)
mengingat penerapan model pembelajaran tematik membutuhkan
pengetahuan dan pelatihan yang cukup memadai bagi guru sehingga upaya
untuk menerapkan pembelajaran tematik lebih mudah tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Model Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Model Silabus Mata Pelajaran SD/MI. Jakarta: BP. Cipta
Jaya.
Beane, J.A. (1997). Curriculum Integrated: Designing the Core of Democratic
Education. New York: Teachers College, Columbia University.
Blanck, JA. (1995) Curriculum Integration and Disipliner of Knowledge.
Kappan: Phi Delta
Fogarty, R. (1991). How to Integrate the Curriculum. USA: IRI/Sky Publishing
Inc.
Hamalik, O. (2006). Inovasi Pendidikan (Buku ke-1). Bahan kajian Perkuliahan
Inovasi Pendidikan. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia
Jacob, H.H., Ed. (1989). Interdisciplinary Curriculum: Design and
Implementation. Alexandria, V.A.: ASCD.
Meinbach, A.M., Rothlei, L., Fredericks, A.D. (1995). The Complete Guide to
Thematic Units : Creating The Integrated Curriculum. Washington Street :
Christopher-Gordon Publisher, Inc.
Mikarsa, H.L., Taufik, A., Prianto, P.L. (2005). Pendidikan Anak Di SD. Buku
Materi Pokok PGSD. Jakarta: Universitas Terbuka
37
38. Miller, J.P. dan Seller, W. (1985). Curriculum: Perspectives and Practices. New
York: Longman.
Nasution, S. (1989). Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bumi Aksara
Raka, T.J. (1996). Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.
Subroto, T.H. dan Herawati, I.S. (2004). Pembelajaran Terpadu. Materi Pokok
PGSD. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Sujanto, Agus (1986). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Aksara baru
Surya, H.M. (2002). Kapita Selekta Pendidikan SD. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka
Tilaar. (1998). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam
Perspektif Abad 21. Magelang : Penerbit Tera Indonesia
Tim Pengembang PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. (1996/1997). Pembelajaran
Terpadu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
38