2. Perkembangan Kehidupan Sosial, Budaya,
Ekonomi, dan Kepercayaan Masyarakat Pada
Masa Berburu (Food Gathering) dan
Masyarakat Pertanian (Food Producing)
Standard Kompetensi:
Menganalisis peradaban Indonesia dan dunia
Kompetensi Dasar :
Kemampuan menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia
Indikator :
Memahami kehidupan masyarakat berburu dan
mengumpulkan makanan
Memahami masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut
Memahami masa bercocok tanam
Memahami masa bercocok tanam tingkat lanjut
3. Dalam perkembangan sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat prasejarah melalui
tahap-tahap kehidupannya, yaitu:
masa berburu dan
mengumpulkan makanan,
masa berburu dan
mengumpulkan makanan
tingkat lanjut,
masa bercocok tanam
masa bercocok tanam tingkat
lanjut
4. Kerangka Teoritis
Challenge and Response
(Arnorld J Toynbee)
: manusia menjawab tantangan
yang ada pada alam sekitarnya
Kebudayaan timbul dan berkembang sebagai upaya
manusia menjawab tantangan yang ada pada alam
sekitarnya
5. Kehidupan Masyarakat Berburu dan
Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
• Keadaan Alam
• Keadaan bumi pada masa mengumpulkan makanan
masih labil, karena perubahan bentuk permukaannya,
sungai masih sering berpindah-pindah aliran, keadaan
ini berlangsung selama kurang lebih 600.000 tahun.
• Perkembangan kebudayaan masa ini masih sangat
lambat, ditambah lagi manusia yang hidup pada saat ini
termasuk manusia purba seperti Pithecantropus Erectus,
Homo Soloensis, Homo Wajakensis, kehidupan mereka
sangat bergantung kepada alam.
6. Kehidupan Sosial
Upaya-upaya yang dilakukan oleh
manusia purba pada masa
mengumpulkan makanan dalam
mempertahankan dan
mengembangkan kehidupannya,
antara lain dengan :
Hidup berkelompok antara 10-15
orang
Hidup berpindah-pindah tempat
(Nomaden) di daerah yang
dekat dengan sumber air, seperti
sungai atau danau.
Kelompok berburu tersusun
dalam keluarga kecil.
7. Satu hal yang sangat
membantu kehidupan
manusia purba ketika
mereka menemukan
api. Mereka
menggunakan api
untuk
menghangatkan
badan pada musim
dingin dan memasak
makanan sehingga
daging binatang
buruan menjadi lebih
lunakuntuk dikunyah
8. Kehidupan Ekonomi
Masih tergantung pada alam
Berburu dan mengumpulkan
makanan (umbi-umbian, biji-bijian,
buah-buahan dan daun-daunan)
Hidup berpindah-pindah tempat di
daerah yang dekat dengan sumber
air, seperti sungai atau danau agar
mudah mencari makanan.
Menciptakan alat dari batu dan
tulang untuk membantu kekurangan
fisik mereka
Pembagian kerja berdasarkan jenis
kelamin. Laki-laki bertugas
melakukan perburuan dan kaum
wanita mengumpulkan makanan
(tumbuhan dan hewan kecil) yang
tidak memerlukan tenaga besar dan
juga bertugas mengurus anak.
9. Hasil Budaya
• Kebuayaan Pacitan berupa kapak genggam,
kapak perimbas, flake, kapak penetak.
• Kebudayaan Ngandong berupa alat-alat dari
tulang dan tanduk, kapak gengam, kapak
perimbas dan flake.
11. Seorang ahli arkeologi Francois Bordes dari Bordeaux
University, Perancis, melakukan percobaan membuat alat
seperti yang dipergunakan manusia pada zaman purba.
Perhatikan
berikut ini!
rangkaian
percobaan
pembuatan
alat
Bordes memulai
dengan sebongkah
kuarsit bulat dan
batu palu yang lebih
kecil.
Dengan dua tiga kali pukulan ia dapat menghasilkan
pinggiran yang cukup baik untuk memotong, meskipun
masih kasar. Alat ini merupakan senjata dasar dan alat
berburu selama sejuta tahun lebih, dan ditemukan di Afrika,
Timur Tengah, Asia dan Eropa.
12. Setelah memotong ujung sebungkah batu api, Bordes
mempersiapkan landasan batu yang akan dipukul, dengan
batu pula ia memukul lepas beberapa serpihan besar.
Hasilnya belum berupa alat.
Dengan menggunakan palu dari tanduk rusa, dia mengolah
alat itu supaya menjadi tipis dan sempurna tepinya.
Hasil akhirnya berupa salah satu alat yang digunakan oleh
Homo erectus dan pemburu-pemburu sapiens purba
selama ribuan tahun. Pinggiran alat tersebut panjang, lurus
serta tajam.
14. Kehidupan Masyarakat Berburu dan
Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Keadaan Alam
Tahapan selanjutnya adalah berburu, meramu tingkat
lanjut, berlangsung pada zaman pasca Pleistosen. Pada
zaman Mesolithikum yang berlangsung pada kala Holosen,
perkembangan kebudayaannya berlangsung lebih cepat
daripada zaman Batu Tua, hal disebabkan antara lain oleh :
Keadaan alam yang lebih stabil, sehingga memungkinkan
manusia untuk hidup lebih tenang dan dapat
mengembangkan kebudayaannya
Manusia pendukungnya adalah Homo Sapiens, mahluk
yang lebih cerdas dari pendahulunya.
15. Kehidupan Sosial
Hidup berkelompok 10-15
orang bahkan lebih.
Semi sedenter (setengah
menetap)
hidup di goa-goa sebagai
tempat tinggal (abris sous
roche) sementara, tempat
berlindung dari Iklim dan
ancaman binatang buas.
Yang hidup di daerah
pesisir menghasilkan
kebudayaan
Kjonkenmoddinger (sampah
dapur)
16. Kehidupan Sosial
Kaum wanita tidak banyak
terlibat dalam perburuan
dan lebih banyak berada
di sekitar goa-goa tempat
tinggal mereka. Oleh
karena perhatian wanita
ditujukan pada lingkungan
yang terbatas , maka ia
mampu memperluas
pengetahuannya tantang
seluk beluk tumbuhan
yang dapat dibudidayakan
17. Kehidupan Ekonomi
Masih bergantung pada alam
Hidup berburu didalam hutan,
menangkap ikan dan
mengumpulkan makanan
seperti umbi-umbian, buahbuahan, biji-bijian dan daundaunan
Yang tinggal di pesisir pantai
makanan pokok mereka
adalah kerang dan ikan laut
Mereka juga sudah
menyimpan dan mengawetkan
daging dengan cara dijemur
setelah diberi ramuan
18. Mereka
juga
sudah
mengenal berbagai tanaman
untuk dibudidayakan.
Bercocok
tanam
mulai
dikerjakan dengan amat
sederhana dan dilakukan
secara
berpindah-pindah
(berhuma). Hutan yang akan
ditanami
mereka tebang,
dibakar dan dibersihkan.
Setelah tidak subur lagi,
tanah
tersebut
mereka
tinggalkan untuk mencari
lahan yang baru.
19. Hasil Budaya
Hasil budaya mereka merupakan
benda-benda dari zaman
Mesolitikum berupa:
• Kjonkenmoddinger (sampah
dapur)
• Abris Sous Roche (goa sebagai
tempat tinggal)
• Kapak Genggam dan alat dari
tulang masih dikembangkan
• Gerabah mempunyai peranan
dasar sebagai wadah
20. Hasil kebudayaan:
Banyak ditemukan di abris sous
roche, hasil penelitian yang dilakukan
oleh Van Stein Callenfels di Goa
Lawa dekat Sampung, Ponorogo
Jawa Timur. Bersamaan dengan
penemuan alat-alat dari Sampung ini
ditemukan pula fosil manusia Papua
Melanesoide yang merupakan nenek
moyang
Bangsa
Papua
dan
Melanesia sekarang
SAMPUNG BONE CULTURE
21. FLAKES
CULTURE
Kebudayaan ini merupakan hasil penelitian dua saudara
sepupu berkebangsaan Swiss bernama Fritz Sarasin dan
Paul Sarasin. Penelitian dilakukan sekitar tahun 1893-1896 di
goa-goa Lumancong Sulawesi Selatan yang didiami oleh
suku bangsa Toala, mereka berhasil menemukan alat-alat
serpih (flakes) mata panah bergerigi dan alat-alat tulang.
Penelitian lanjutan dilakukan di wilayah Maros, Bone,
Bantaeng Sulawesi Selatan
22. Kehidupan Kerohanian
Mereka sudah mengenal
penguburan dengan menata
mayat dengan posisi jongkok
sesuai posisi ketika manusia
ada di dalam kandungan
ibunya dengan diberi bekal
kubur.
Kehidupan kerohanian mereka
sebatas pada pemahaman
bahwa orang yang meninggal
rohnya akan hidup
disekitarnya/dunia lain di
sekitar yang hidup
23. Lukisan yang mereka buat berkaitan dengan
kepercayaan, penghormatan kepada nenek
moyang, menggambarkan binatang buruan,
binatang yang mereka anggap suci dan
upacara penguburan.
24. LUKISAN DINDING GOA
Dalam goa tempat tinggal, banyak dijumpai lukisan-lukisan di
dindingnya, yang menggambarkan kehidupan dan kepercayaan
adanya kekuatan magis, seperti goa Leang-leang di Sulawesi
Selatan, terdapat cap tapak tangan berwarna merah, yang
mengandung symbol kekuatan pelindung untuk mencegah roh
jahat.
Lukisan di goa juga terdapat di
Irian Jaya, yakni lukisan-lukisan
binatang seperti kadal dan cap jari
tangan yang tidak lengkap,
mungkin sebagai tanda berkabung
25. Tehnologi
• Kehidupan semi
sedenter membuat
mereka mempunyai
waktu luang yang
mereka gunakan untuk
menghaluskan alat-alat
dan membuat lukisan
di dinding goa.
• Mereka juga sudah
menghaluskan
makanan dan
membuat pakaian dari
kulit binatang dan kulit
kayu
26.
27. Kehidupan Masyarakat Bercocok Tanam
Tingkat Sederhana
Keadaan Alam
Masa bercocok tanam merupakan masa penting bagi
perkembangan masyarakat dan peradaban. Beberapa
penemuan baru dalam rangka penguasaan sumber
alam berlangsung cepat.
Keadaan alam yang lebih stabil, sehingga
memungkinkan manusia untuk hidup lebih tenang dan
dapat mengembangkan kebudayaannya
28. Kehidupan Sosial
Pada masa ini juga ditemukan
tanda-tanda kehidupan
menetap di suatu
perkampungan. Sudah ada
desa-desa kecil semacam
perdukuhan. Di setiap dukuh
ada beberapa tempat tinggal
yang dibangun secara tidak
beraturan.
Membangun rumah,
menebang, membakar hutan,
menanam, me manen, berburu,
menangkap ikan mereka
lakukan secara bergotong
royong.
Pembagian kerja berdasarkan
jenis kelamin dan usia.
29. Kehidupan Sosial
Pekerjaan yang
menghabiskan tenaga dan
beresiko dikerjakan oleh
kaum laki-laki, seperti:
membuat rumah, menggali
lubang untuk benih dan
menangkap ikan di laut.
Kaum wanita merawat bayi,
menabur benih, merawat
rumah dan membuat
gerabah. Anak-nak
membantu ibunya membuat
gerabah dan pekerjaan ringan
lainnya.
Kecenderungan mendiami
tempat-tempat terbuka yang
dekat dengan sumber air. Ada
juga yang mendiami temapttempat agak tinggi dan bukitbukit kecil yang dikelilingi sungai
atau jurang serta dipagar hutan.
Tujuanya untuk melindungi diri
dari serangan musuh atau
gangguan binatang buas.
30. Kehidupan Ekonomi
Pada masa ini manusia sudah
menghasilkan makanan sendiri
(foood producing) dengan cara
bercocok tanam dengan berhuma
(ladang berpindah)
Pada mulanya jenis tanamannya:
keladi, ubi, pisang, manggis,
rambutan, salak dan kelapa.
Tahap selanjutnya sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman
mereka sudah mengenal irigasi
dan tanaman rumput-rumputan
(jewawut dan padi gaga) yang
ditanam di tanah kering dengan
hanya menabur biji-bijinya.
31. Kehidupan Ekonomi
Mereka juga sudah
menjinakkan dan memelihara
binatang.
Binatang yang pertama kali
dijinakkan adalah anjing yang
dipergunakan sebagai teman
dalam berburu dan sebagai
penjaga.
Kemudian mereka juga
menjinakkan babi, ayam dan
kerbau untuk dimakan. Babi
dan kerbau selain untuk
dimakan juga sebagai hewan
korban.
32. Kehidupan Ekonomi
Telah muncul perdagangan
barter, barang yang
dipertukarkan adalah hasil
bercocok tanam, hasil
kerajinan(gerabah, kapak dan
perhiasan) dan ikan laut yang
dikeringkan.
Barang-barang tersebut
diangkut melalui jalan darat,
laut dan sungai. Sehingga
perahu dan rakit pada masa
ini memegang peranan
penting sebagai alat
transportasi.
33. Kehidupan Budaya
Di tempat-tempat tandus dan
berbatu telah mulai kelompokkelompok kerja dari industriindustri lokal yang menghasilkan
alat-alat kerja seperti kapak
persegi dan kapak lonjong.
Kelebihan waktu antara masa
tanam dengan masa panen
memungkinkan berkembangnya
kegiatan lain di luar sektor
pertanian yang mereka gunakan
untuk membuat alat pemukul kulit
kayu, membuat anyam-anyaman
membuat gerabah dan lainnya
34. Tehnologi
KAPAK LONJONG
Kapak lonjong
adalah kapak yang
penampangnya
berbentuk lonjong
atau bulat telur.
Di Indonesia kapak
lonjong
persebarannya
hanya terbatas di
wilayah Indonesia
bagian timur.
KAPAK PERSEGI
Pemberian nama kapak
persegi berasal dari
peneliti berkebangsaan
Belanda, Von Heine
Geldern, di Indonesia
Barat terutama ditemukan
di Sumatera, Jawa dan
Bali, juga di Indonesia
bagian timur yaitu,
Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan sedikit di
Kalimantan
35. GERABAH
Pada zaman ini peranan penting gerabah adalah
sebagai wadah atau tempat keperluan alat-alat
rumah tangga. Gerabah di gunakan sebagai akalt
sehari-hari. Banyak ditemukan di lapisan teratas bukit
kerang Sumatera dan bukit pasir pantai selatan
Jawa, antara Yogyakarta dan Pacitan, Kendeng
Lembu (Banyuwangi), Tangerang, dan Minanga
Sipakka (Sulawesi). Di Melolo (Sumba) banyak
ditemukan gerabah yang berisi tulang belulang
manusia
Gerabah zaman neolitik dari situs Kelapa
Dua. Bentuknya sangat sederhana tidak
banyak variasi tidak memiliki hiasan dan
mempunyai tingkat kerapuhan yang sangat
tinggi sehingga sulit ditemukan dalam kondisi
yang utuh.
36. Kehidupan Kerohanian
Mereka sudah
mengenal upacara
penguburan dengan
menggunakan peti batu
(sarkofagus, waruga,
peti kubur batu)
Kebudayaan
megalithikum sangat
mewarnai pada jaman
ini. Dengan adanya
bangunan megalithik
seperti menhir, dolmen
dan punden berundak
37. Kehidupan Masyarakat Bercocok Tanam Tingkat
Lanjut (Artisan-Pertukangan-Perundagian)
Keadaan Alam
Masa bercocok tanam tingkat lanjut
merupakan masa dimana manusia
sudah sepenuhnya mengeksplorasi
alam ditandai dengan beberapa
penemuan baru seperti diketahuinya
kegunaan biji logam untuk bahan
pembuatan alat.
Keadaan alam yang lebih stabil,
sehingga memungkinkan manusia
untuk hidup lebih tenang dan dapat
mengembangkan kebudayaannya
38. Kehidupan Sosial
Pada masa ini mereka hidup
di desa-desa di daerah
pegunungan, dataran rendah
dan tepi pantai dalam tata
kehidupan yang makin teratur
dan terpimpin.
Dimungkinkan mereka sudah
mengenal hukum adat
mereka sendiri.
Dikenal juga sistem
kepemimpinan kesukuan
dengan dipimpin kepala suku
dari suatu suku yang tinggal
satu lingkungan kerabat.
39. Kehidupan Sosial
Sudah dikenal
keahlian membuat
alat dari logam
sehingga membuat
mereka bekerja
sesuai dengan
keahliannya
Sistem sosial
semakin komplek
sesuai dengan
kebutuhan yang
semakin bertambah
40. Kehidupan Ekonomi
Kemampuan mengolah biji logam
untuk membuat peralatan
membuat mereka lebih intens
dalam mengolah lahan pertanian.
Lahan pertanian tidak lagi
berpindah tetapi sudah membuat
sawah-sawah dengan sistem
irigasi.
Pertanian dalam bentuk
perladangan dan persawahan
menjadi mata pencaharian utama.
Kemajuan dalam persawahan
membuat surplus bahan pangan
sehingga kelebihan bahan pangan
ini kemudia mereka perdagangkan
di luar desanya.
41. Kehidupan Budaya
Kemampuan melebur biji
logam untuk dibuat peralatan
dari perunggu maupun besi
seperti kapak, pisau, sabit dan
bajak.
Tehnik pembuatan gerabah
juga sudah maju dengan
berbagai ragam hiasnya.
Alat-alat dari logam juga dibuat
untuk kepentingan
kepercayaan seperti nekara,
candrasa, moko, perhiasan,
arca perunggu dan bejana
perunggu
42. Tehnologi
Kemampuan melebur
biji logam untuk dibuat
peralatan dari perunggu
maupun besi.
Tehnik pembuatan alat
dari logam
menggunakan tehnik A
cire Perdua dan tehnik
Bivalve
43. Kehidupan Kerohanian
Kehidupan kepercayaan
semakin berkembang pada
jaman ini. Upacara penguburan
dengan menggunakan peti batu
(sarkofagus, waruga, peti kubur
batu) semakin beragam.
Kebudayaan megalithikum
sangat berkembang pada jaman
ini. Dengan adanya bangunan
megalithik seperti menhir,
dolmen dan punden berundak
44. Studi kasus
Homo Floresiensis, dibanding jenis lainnya,
homo ini memiliki keistimewaan karena
tubuhnya yang kerdil. Ditemukan oleh seorang
pastur bernama Verhoeven pada tahun 1958 di
goa Liang Bua Manggarai, Flores, dan baru di
umumkan sebagai temuan yang
menghebohkan pada tahun 2004. Diperkirakan
hidup sekitar 30.000 – 18.000 tahun yang lalu,
telah mampu membuat peralatan dari batu,
pemburu handal dan memasak dengan api,
tetapi ukuran tangannya masih panjang.
Manusia kerdil ini memiliki tinggi tubuh sekitar
1m, dan ukuran tengkorak seperti anak kecil.
Dari cerita rakyat setempat, masyarakat Flores
menyebut manusia kerdil ini dengan nama Ebu
Gogo.
Wacana di atas merupakan gambaran dari
kehidupan Homo Floresiensis yang hidup pada
zaman……………………dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
a)…
b)…
c)…
45. Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!
•
Bagaimanakah pola hidup manusia purba di zaman
Palaeolithikum?
•
Kebudayaan apa sajakah yang berkembang pada zaman
Mesolithikum?
•
Hasil budaya apa sajakah yang berasal dari zaman
Neolithikum?
•
Disebut apakah tempat yang digunakan untuk memasak,
terbuat dari tanah liat dalam masyarakat bercocok tanam dan
beternak?
•
Pada zaman apakah api pertama kali dikenal?