Ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup yang lebih kecil seperti perusahaan dan perilaku konsumen, sedangkan ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat atau menyeluruh seperti PDB dan pengangguran. Ekonomi mikro berfokus pada teori produksi, harga, dan distribusi, sementara ekonomi makro berfokus pada output, pendapatan, inflasi, dan pengangguran. Tujuan anal
1. Page 1 of 35
COMPILATION
PAPER
Untuk memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Microeconomics
Dosen Pembimbing : Febrizal Rahmana
Disusun Oleh :
Louisa Kristin
2101658634
LA28
Universitas Bina Nusantara
12 Juni 2018
2. Page 2 of 35
DAFTAR ISI :
Halaman Pembuka (Cover)……………………………………………………. 1
Daftar Isi………………………………………………………………………. 2
Kata Pengantar…………………………………………………………………3
Pendahuluan…………………………………………………………………4-5
Isi……………………………………………………………………………5-35
Bab I………………………………………………………………………6-13
1.1 Perbedaan antara Mikroekonomi dan Makroekonomi………………….6-8
1.2 Tujuan pembelajaran Mikroekonomi…………………………………. 9-10
1.3 Gambarkan Kurva Penawaran beserta contohnya……………………. 10
1.4 Gambarkan kurva permintaan dan contohnya………………………. .10-11
1.5 Elastisitas……………………………………………………………. 11-13
Bab II…………………………………………………………………….14-16
2.1 Beberapa macam tingkah laku konsumen…………………………….14
2.2 Kurva untuk macam-macam tingkah laku konsumen……………….. 14
2.3 Tiga asumsi teori permintaan konsumen…………………………… . 15
2.4 Gambarkan kurva total produksi ……………………………………16
2.5 Kurva average productdan marginal product……………………….16
Bab III…………………………………………………………………. 16-21
Bab IV…………………………………………………………………22-25
Bab V………………………………………………………………….25-30
Bab VI…………………………………………………………………30-35
Daftar Psutaka…………………………………………………………. 35
3. Page 3 of 35
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat
dan bimbingan-Nyalah saya pada akhirnya bisa menyelesaikan tugas akhir saya yang berupa
kompilasi dari gabungan tugas-tugas sebelumnya yang telah diberikan ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak
Febrizal Rahmana selaku dosen Microeconomis yang telah memberikan tugas kompliasi
ini.Tugas ini saya susun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Microeconomic
sebagaimana yang telah diberikan kepada saya. Meski demikian, saya menyadari masih
banyak sekali kekurangan dan kekeliruan isi di dalam penulisan tugas ini Sebelumnya saya
meminta maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta
tidak lupa saya juga berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun dari Anda
demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.
4. Page 4 of 35
PENDAHULUAN
Ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu ekonomi
yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga pasar dan
kuantitas faktor input, barang dan jasa yang diperjual-belikan. Ekonomi mikro meneliti
bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan
permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada
gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya. Individu
yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal, bersama-sama individu
lainnya di pasar, akan membentuk suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi
bahwa semua hal lain tetap sama (ceteris paribus).
Salah satu tujuan ekonomi mikro adalah menganalisis pasar beserta mekanismenya
yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa, dan alokasi dari sumber terbatas di
antara banyak penggunaan alternatif. Ekonomi mikro menganalisis kegagalan pasar, yaitu
ketika pasar gagal dalam memproduksi hasil yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi
teoretis yang dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidang-bidang penelitian
yang penting dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan mengenai keseimbangan umum
(general equilibrium), keadaan pasar dalam informasi asimetris, pilihan dalam situasi
ketidakpastian, serta berbagai aplikasi ekonomi dari teori permainan. Juga mendapat
perhatian ialah pembahasan mengenai elastisitas produk dalam sistem pasar.
Teori penawaran dan permintaan biasanya mengasumsikan bahwa pasar merupakan
pasar persaingan sempurna. Implikasinya ialah terdapat banyak pembeli dan penjual di dalam
pasar, dan tidak satupun di antara mereka memiliki kapasitas untuk memengaruhi harga
barang dan jasa secara signifikan. Dalam berbagai transaksi di kehidupan nyata, asumsi ini
ternyata gagal, karena beberapa individu (baik pembeli maupun penjual) memiliki
kemampuan untuk memengaruhi harga. Seringkali, dibutuhkan analisis yang lebih mendalam
untuk memahami persamaan penawaran-permintaan terhadap suatu barang. Bagaimanapun,
teori ini bekerja dengan baik dalam situasi yang sederhana.
Ekonomi arus utama (mainstream economics) tidak berasumsi apriori bahwa pasar
lebih disukai daripada bentuk organisasi sosial lainnya. Bahkan, banyak analisis telah
dilakukan untuk membahas beragam kasus yang disebut "kegagalan pasar", yang mengarah
pada alokasi sumber daya yang suboptimal, bila ditinjau dari sudut pandang tertentu (contoh
sederhananya ialah jalan tol, yang menguntungkan semua orang untuk digunakan tetapi tidak
langsung menguntungkan mereka untuk membiayainya). Dalam kasus ini, ekonom akan
berusaha untuk mencari kebijakan yang akan menghindari kesia-siaan langsung di bawah
kendali pemerintah, secara tidak langsung oleh regulasi yang membuat pengguna pasar untuk
bertindak sesuai norma konsisten dengan kesejahteraan optimal, atau dengan membuat "pasar
yang hilang" untuk memungkinkan perdagangan efisien di mana tidak ada yang pernah
terjadi sebelumnya. Hal ini dipelajari di bidang tindakan kolektif. Harus dicatat juga bahwa
5. Page 5 of 35
"kesejahteraan optimal" biasanya memakai norma Pareto, di mana dalam aplikasi
matematisnya efisiensi Kaldor-Hicks, tidak konsisten dengan norma utilitarian dalam sisi
normatif dari ekonomi yang mempelajari tindakan kolektif, disebut pilihan
masyarakat/publik. Kegagalan pasar dalam ekonomi positif (ekonomi mikro) dibatasi dalam
implikasi tanpa mencampurkan kepercayaan para ekonom dan teorinya.
Permintaan untuk berbagai komoditas oleh perorangan biasanya disebut sebagai hasil
dari proses maksimalisasi kepuasan. Penafsiran dari hubungan antara harga dan kuantitas
yang diminta dari barang yang diberi, memberi semua barang dan jasa yang lain, pilihan
pengaturan seperti inilah yang akan memberikan kebahagiaan tertinggi bagi para konsumen.
6. Page 6 of 35
BAB I
HOMEWORK 1
1.1 Perbedaanantara Ilmu MikroekonomidenganMakroekonomiadalah:
Ekonomi mikro merupakan cabang ilmu ekonomi yang mempelajari tentang variabel-variabel
ekonomi dalam lingkup lebih kecil , seperti perusahaan, perilaku konsumen, permintaan dan
penawaran, produksi, harga, dan lainnya. Sementara Ekonomi makro mempelajari variabel-
variabel ekonomi secara menyeluruh (agregat), seperti jumlah uang beredar, pendapatan
nasional, pengangguran dan kesempatan kerja, inflasi, neraca pembayaran internasional, dan
pertumbuhan ekonomi.
Baik ekonomi mikro maupun makro penting untuk mengukur dan menganalisis tingkat
pertumbuhan ekonomi masyarakat dalam lingkup kecil dan negara bahkan internasional
dalam lingkup yang lebih luas. Keduanya memiliki keterkaitan satu sama lain. Meski
demikian, ekonomi mikro berbeda dengan ekonomi makro. Berikut perbedaan diantara
keduanya yang harus Anda ketahui.
Aspek Analisis
Dari penggunaan istilahnya mikro dengan makro sudah memiliki perbedaan dalam cakupan
atau ruang lingkup yang dipelajari. Ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi
dalam lingkup yang lebih kecil atau sempit. Sebaliknya, ekonomi makro mempelajari
variabel-variabel ekonomi dalam lingkup yang lebih luas.
Ekonomi mikro difokuskan pada aspek analisis atau variabel-variabel ekonomi seperti teori
produksi, teori harga, permintaan dan penawaran, elastisitas, analisis biaya dan manfaat,
model-model pasar, industri, perilaku konsumen, mekanisme pasar, dan lain sebagainya.
Adapun variabel-variabel yang menjadi aspek analisis dalam ekonomi makro meliputi
investasi, pendapatan nasional, pengangguran dan kesempatan kerja, inflasi, moneter, neraca
pembayaran, dan lainnya.
Konsep Dasar
Tidak diragukan bahwa ilmu ekonomi memiliki konsep dan variabel yang begitu luas, bahkan
meski sudah dibagi dalam dua cabang ilmu ekonomi mikro dan makro. Dari variabel-variabel
yang dipelajari baik pada ekonomi mikro maupun makro, masing-masing memiliki konsep
dasar yang menjadi titik perbedaan diantara keduanya.
7. Page 7 of 35
Ekonomi mikro fokus pada tiga konsep dasar teori, yakni:
Teori produksi
Keberadaan barang dan jasa menjadi inti sari dalam kegiatan ekonomi, utamanya pada
lingkup mikro. Barang dan jasa tentu saja tak muncul secara tiba-tiba tetapi harus diproduksi.
Oleh sebab itu diperlukan pemahaman tentang teori produksi yang berkaitan dengan kuantitas
dan faktor-faktor produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, biaya produksi, dan lain
sebagainya.
Teori harga
Harga berperan penting dalam menentukan nilai suatu barang atau jasa. Selain itu, harga juga
mempermudah dalam proses transaksi ekonomi. Harga berkaitan erat dengan interaksi antara
permintaan (demand) dan penawaran (supply). Jadi, penentuan harga suatu barang atau jasa
dipengaruhi oleh tingkat permintaan konsumen dan penawaran oleh produsen terhadap
barang atau jasa tersebut. Oleh sebab itu, harga bisa jadi fluktuatif.
Teori distribusi
Di balik produksi barang dan jasa, ada modal untuk pengadaan bahan baku dan lainnya. Tak
hanya itu, ada pula tenaga kerja yang harus mendapatkan upah. Nah, teori distribusi
menitikberatkan pada bahasan seputar aspek-aspek tersebut. Distribusi juga dimaksudkan
sebagai bagian dari kegiatan pemasaran (marketing) atau penyaluran barang atau jasa dari
produsen ke konsumen. Pada proses ini muncul rantai distribusi yang melibatkan peran dari
distributor, pedagang grosir, dan juga retail.
Sementara konsep dasar yang menjadi fokus bahasan dalam ekonomi makro, meliputi:
Keluaran (Output) dan Pendapatan (Income)
Output dan pendapatan dalam ekonomi makro tentu bukan dalam lingkup perusahaan, tetapi
nasional. Estimasi keluaran mencakup total nilai dari produksi nasional secara keseluruhan.
Adapun untuk pendapatan total hasil penjualan produksi nasional. Jadi, output sering kali
menjadi cerminan pendapatan, demikian pula sebaliknya.
Ukuran output secara makro adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Tinggi rendahnya PDB
suatu negara dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, akumulasi modal, dan kualitas sumber
daya manusia. Jika suatu negara mampu mengadopsi teknologi canggih, memiliki akumulasi
modal yang tinggi, dan tingkat pendidikan yang menunjukkan kualitas sumber daya manusia
yang tinggi, maka akan memiliki PDB yang tinggi pula. Hal ini berlaku sebaliknya.
Pengangguran
Diakui atau tidak masalah pengangguran atau kesempatan kerja menjadi masalah krusial
yang dihadapi suatu negara. Semakin rendahnya kesempatan kerja yang tersedia, berakibat
pada tingginya tingkat pengangguran di negara tersebut.
8. Page 8 of 35
Apa hubungannya dengan ekonomi makro? Tentu saja ada hubungannya. Jika tingkat
pengangguran tinggi, maka beban negara semakin berat dan pertumbuhan ekonomi lambat
karena produksi nasional rendah. Selain itu, pengangguran juga berdampak pada tingkat daya
beli masyarakat yang rendah sehingga mengakibatkan lesunya perekonomian suatu negara.
Inflasi dan Deflasi
Inflasi dan deflasi berkaitan dengan moneter. Inflasi merupakan kenaikan harga umum,
sedangkan deflasi kebalikannya, yakni penurunan harga. Perubahan harga yang begitu drastis
baik inflasi maupun deflasi berisiko pada terjadinya krisis perekonomian negara secara
menyeluruh. Oleh sebab itu, penting untuk menstabilkan tingkat harga dengan mengeluarkan
kebijakan moneter seperti pengendalian jumlah uang beredar, menaikkan tingkat suku bunga,
atau yang lainnya.
Tujuan Analisis
Ditinjau dari tujuan analisisnya, ekonomi mikro berbeda dengan makro. Ekonomi mikro lebih
menitikberatkan pada analisis tentang cara mengalokasikan sumber daya baik berupa modal,
peralatan, maupun tenaga kerja agar diperoleh kombinasi yang tepat sehingga mampu
menghasilkan keuntungan yang diharapkan.
Adapun tujuan analisis pada ekonomi makro yaitu lebih menitikberatkan pada analisis
tentang pengaruh kegiatan ekonomi terhadap perekonomian secara agregat atau menyeluruh
baik dalam lingkup nasional maupun internasional.
Pada prinsipnya baik ekonomi mikro maupun makro merupakan cabang ilmu ekonomi yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam membahas suatu perekonomian, tidak bisa
hanya dengan indikator ekonomi mikro atau makro saja, tetapi keduanya. Ekonomi mikro
menjadi cikal bakal ekonomi makro.
Dibawah ini adalah kesimpulan dari perbedaan Ilmu Mikroekonomi dan Makroeconomi :
Perbedaan Mikroekonomi Makroekonomi
Harga
Harga ialah nilai dari suatu
komoditas (barang tertentu saja).
Harga adalah nilai dari komoditas
secara agregat (keseluruhan).
Unit analisis
Pembahasan tentang kegiatan
ekonomi secara individual.
Contohnya:
permintaan dan penawaran, perilaku
konsumen (perilaku produsen, pasar,
penerimaan, biaya), dan laba atau
rugi perusahaan.
Pembahasan tentang kegiatan
ekonomisecara keseluruhan.
Contohnya:
pendapatan nasional, pertumbuhan
ekonomi, inflasi, pengangguran,
investasi dan kebijakan ekonomi.
9. Page 9 of 35
Tujuan
analisis
Lebih memfokuskan pada analisis
tentang cara mengalokasikan sumber
daya.
Lebih memfokuskan pada analisis
tentang pengaruh kegiatan ekonomi
terhadap perekonomian secara
keseluruhan.
1.2 Tujuan pembelajaran Mikroekonomi:
1. Meningkatkan kapasitas produksi nasional
Bagi suatu negara penting sekali untuk menjaga agar tingkat produksi nasional tidak menurun
karena akan berdampak pada kemampuan negara tersebut dalam meningkatkan pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi. Untuk itu kapasitas produksi sangat bergantung pada seberapa
besar negara dapat mengontrol tinggi rendahnya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor produksi alam, tenaga kerja
dan modal. Faktor – faktor produksi tersebut harus dimaksimalkan agar produktifitas output
nasional atau rasio output terhadap input dapat mencapai tingkat optimum. Output produksi
bertugas memenuhi kebutuhan di dalam negeri dan untuk keperluan ekspor. Apabila
kebutuhan dalam negeri lebih tinggi daripada output nasional makan akan diberlakukan
impor barang.
2. Meningkatkan kesempatan kerja
Kesempatan kerja merupakan suatu kondisi yang memberikan gambaran terkait besarnya
peluang lapangan pekerjaan yang tersedia untuk para pencari kerja atau seluruh jumlah
lapangan pekerjaan yang ada dan diperuntukkan bagi masyarakat. Peningkatan kesempatan
kerja erat kaitannya dengan peningkatan kapasitas produksi nasional, karena menjadi salah
satu faktor kunci merealisasikan peningkatan output nasional. Pemerintah melalui kebijakan-
kebijakan makronya dapat memjaga iklim investasi yang sehat agar investor dapat
menanamkan sahamnya dan membentuk lapangan pekerjaan yang lebih luas.
3. Memegang kendali laju inflasi
Inflasi merupakan suatu kondisi dimana harga-harga meningkat secara terus menerus.
Penyebab terjadinya inflasi antara lain dipengaruhi oleh sektor ekspor dan impor, sektor
penerimaan dan pengeluaran negara dan sektor swasta terkait besarnya pengeluaran kredit.
Apabila negara dengan tingkat ekspor lebih tinggi daripada impornya akan meningkatkan
jumlah uang yang beredar di dalam negeri sehingga mengakibatkan terjadinya inflasi. Selain
itu apabila pengeluaran suatu negara lebih besar daripada pendapatannya maka negara
cenderung mengeluarkan uang baru yang akan menimbulkan inflasi. Begitu juga dengan
pengeluaran kredit yang besar untuk memenuhi kebutuhan kredit dari sektor swasta juga
dapat menimbulkan inflasi.
10. Page 10 of 35
4. Meningkatkan tingkat pendapatan nasional
Pendapatan nasional merupakan alat ukur pertumbuhan perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat atau bisa diartikan menjadi seluruh pendapatan yang dihasilkan oleh pendapatan
faktor-faktor produksi yang telah memproduksi barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu.
Pendapatan nasional juga biasa disebut dengan Produk Domestic Bruto (Gross Domestic
Product) atau Produk Nasional Bruto (Gross National Product ). Peranan pemerintah adalah
untuk menjaga perekonomian berjalan efisien dan efektif melalui beberapa kebijakan antara
lain kebijakan Fiskal di bidang perpajakan dan pengeluaran pemerintah atau kebijakan
moneter untuk mempengaruhi penawaran uang atau merubah tingkat bunga.
5. Menjaga perekonomian tetap stabil
Stabilitas perekonomian merupakan salah satu syarat penting dalam memberikan
kepercayaan terhadap pelaku ekonomi untuk melakukan usahanya. Stabilitas ekonomi akan
tercapai apabila terjadi keseimbangan dalam variabel-variabel akonomi makro antara lain
supply dan demand, neraca pembayaran, penerimaan dan pengeluaran serta saving and
investment. Stabilitas ekonomi ditandai dengan tingginya pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kualitas dan kondisi perekonomian.
1.3 GambarkanKurva Penawaranbeserta contohnya :
Contohnya :
11. Page 11 of 35
1.4 Gambarkankurva permintaan dan contohnya :
Contohnya
12. Page 12 of 35
1.5 Elastisitas
Elastisitas adalah derajat kepekaan suatu gejala ekonomi terhadap perubahan gejala ekonomi
lainnya. Dengan kata lain elastisitas merupakan tingkat kepekaan perubahan jumlah
(kuantitas) suatu barang yang disebabkan oleh adanya perubahan dari faktor-faktor lain.
Untuk mengukur derajat kepekaan, ukuran yang digunakan adalah rasio/perbandingan
persentase perubahan kuantitas barang, baik yang diminta atau barang yang ditawarkan
dilihat dari persentase perubahan faktor-faktor yang menyebabkan kuantitas barang itu
berubah.
Penyebab perubahan pada kuantitas barang baik yang diminta atau ditawarkan bisa kita
bedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
Harga barang itu sendiri
Harga barang lain
Income atau pendapatan.
Nah, apabila kita kaitkan dengan penyebab diatas, maka kita akan mengetahui 3 (tiga) macam
elastisitas pula, yaitu:
Elastisitas Harga (Price Elasticity), dihitung dengan menggunakan persentase
perubahan harga barang untuk melihat tentang rasio/perbandingan persentase
perubahan kuantitas barang yang diminta atau ditawarkan.
Elastisitas Silang (Cross Elasticity), membahas tentang rasio/perbandingan persentase
perubahan kuantitas barang (barang x) yang diminta atau ditawarkan dengan
persentase perubahan harga barang lain (barang y).
13. Page 13 of 35
Elastisitas Pendapatan/Income, membahas tentang rasio/perbandingan persentase
perubahan kuantitas suatu barang yang diminta atau yang ditawarkan dengan
persentase perubahan income/pendapatan.
Pada kesempatan kali ini, Kita akan memperdalam tentang elastisitas harga saja. Elastisitas
harga bisa kita kelompokkan menjadi 2 macam yaitu:
Elastisitas Harga dari Permintaan (Price Elasticity of Demand) atau Elastisitas
Permintaan.
Elastisitas Harga dari Penawaran (Price Elasticity of Supply) atau Elastisitas
Penawaran.
Rumus Elastisitas
Rumus elastisitas permintaan rumus elastisitas penawaran
Keterangan:
ΔQ : perubahan jumlah permintaan ΔQ : perubahan jumlah penawaran
ΔP : perubahan dari harga barang ΔP : perubahan dari harga barang
P : harga barang mula-mula P : harga barang mula-mula
Q : jumlah permintaan mula-mula Q : jumlah penawaran mula-mula
Ed : elastisitas dari penawaran Es : elastisitas dari permintaan
14. Page 14 of 35
BAB II
HOMEWORK 2
2.1 Beberapa macam tingkah laku konsumen :
a.Risk Averse
Kondisi lebih memilih pendapatan tertentu terhadap pendapatan berisiko dengan nilai yang
diharapkan sama (menghindari risiko). Investor jenis ini adalah investor yang tidak senang
terhadap risiko. Tentunya, ia memiliki konsekuensi tidak dapat mengharapkan tingkat return
yang terlalu tinggi juga. Investor jenis ini biasanya sangat mengutamakan tingkat keamanan
investasinya dibandingkan dengan tingkat return yang ditawarkan oleh suatu produk
investasi.Biasanya investor ini masih nienggunakan perbankan sebagai sarana investasi
mereka atau investasi di SBI atau obligasi pemerintah.
b. Risk Loving
Kondisi lebih memilih pendapatan berisiko terhadap pendapatan tertentu dengan nilai yang
diharapkan sama. Investor jenis ini biasanya telah mengerti bahwa return yang tinggi akan
diikuti dengan tingkat risiko yang tinggi pula. Mereka sudah berani mencoba mengambil
kesempatan dan juga berinvestasi pada produk investasi yang memiliki tingkat risiko yang
relatif tinggi.Biasanya, investor ini sudah sangat sedikit menginvestasikan dananya ke
perbankan. Umumnya, mereka telah membagi investasinya ke reksadana, asuransi, dan juga
sudah mulai berani memulai berinvestasi langsung di saham, bursa komoditi, maupun valas.
c. Risk Neutral
Kondisi preferensi yang bukan risk averse atau risk loving. Keputusan tidak terpengaruh oleh
tingkat ketidakpastian dalam serangkaian hasil. Jadi risk neutral berisiko, tidak peduli antara
pilihan dengan imbal hasil yang diharapkan atau bahkan jika satu pilihan lebih berisiko.
Investor jenis ini adalah investor yang cukup menerima adanya risiko, tetapi tidak akan mau
mengambil risiko lebih untuk mencoba mendapatkan tingkat return yang lebih tinggi. Tingkat
return yang mereka harapkan biasanya lebih tinggi daripada investor yang risk averse, dan
tentunya mereka juga telah memiliki risiko minimal yang dapat diterima.
Biasanya, investor ini selain di perbankan juga sudah berani bermain di jenis investasi
reksadana; pasar uang; jenis asuransi yang aman, seperti asuransi jiwa, kesehatan, dan umum;
maupun obligasi perusahaan pemerintah.
15. Page 15 of 35
2.2 Kurva untuk macam-macam tingkah laku konsumen :
2.3 Tiga asumsi teori permintaan konsumen :
a). Konsumen memiliki preferensi yang jelas untuk beberapa barang daripada produk lainnya.
Contoh: Tina lebih memilih untuk membeli sepatu Nike dibanding Adidas karena Tina lebih
menyukai brand desain Nike.
b). Konsumen menghadapi kendala anggaran.
Contoh: Lina ingin membeli sepatu Kiki keluaran terbaru, namun karena harganya yang
mahal Lina membatalkan keinginannya untuk membeli karena masih ada keperluan yang
harus dipenuhi oleh Lina.
c). Dengan preferensi, pendapatan terbatas, dan harga barang yang berbeda, konsumen
memilih untuk membeli kombinasi barang yang memaksimalkan kepuasan mereka.
Contoh: Lina ingin membeli sepatu Kiki yang sesuai dengan preferensinya, namun uang
yang dimiliki ina tidaklah cukup untuk membeli sepatu Kiki tersebut. Akhirnya, Lina
membeli sepatu Adidas dengan harga yang dapat dijangkau Lina beserta modelnya yang
hampir menyerupai sepatu Kiki yang diingini Lina sebelumnya.
16. Page 16 of 35
2.4 Gambarkan kurva total produksi (dengan input 1 variabel)
2.5 Kemudian turunkan menjadi kurva average product dan marginal product
17. Page 17 of 35
BAB III
HOMEWORK 3
3.1 Pengertian Total Cost , Fixed Cost dan Variabel Cost
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Fixed Cost adalah biaya produksi yang besarnya tidak berubah / tidak dipengaruhi oleh
volume produksi barang / jasa. Artinya berapapun jumlah produksi, biaya ini selalu tetap.
Biaya tetap dibedakan atas dua:
Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost / TFC) adalah biaya dengan jumlah tetap yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi sejumlah barang / jasa. Contohnya biaya
penyusutan dan biaya sewa.
Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost / AFC) adalah biaya tetap yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk memproduksi satu satuan unit produksi (barang/jasa). Rumus
menghitungnya adalah AFC = TFC / Quantity.
Misalnya, sewa, asuransi dan pajak. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
produk atau jasa yang dihasilkan, nilainya tetap dan tidak berubah.
2. Biaya Variabel (Variable Cost / VC)
VC adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen yang besarnya berubah ubah sesuai
dengan perubahan jumlah produksi. Artinya apabila produksi bertambah maka biaya variable
bertambah demikian sebaliknya bila produksi berkurang maka biaya variable berkurang.
Contonya adalah pemakaian bahan baku. Contoh dari biaya ini adalah biaya material
produksi, biaya bahan bakar, lembur tenaga kerja dan lain sebagainya.
3. Biaya Total (Total Cost / TC)
Biaya Total adalah jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
memproduksi barang/jasa. Komponen biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya variable
(Biaya total = biaya tetap + biaya variable).
18. Page 18 of 35
3.2 Rumus untuk Total Cost dan masing-masing Kurva dari Total cost , fixed Cost dan
Variabel Cost :
TC = FC + VC
Keterangan:
TC= biaya total (total cost)
FC= biaya tetap (fixed cost)
VC= biaya variabel (variable cost)
Kurva Total Cost
Kurva Fixed Cost
19. Page 19 of 35
Kurva Variabel Cost
3.3 Pengertian Increasing return to scale , Decreasing return to scale dan Constan return
to scale
1. Skala usaha dengan kenaikan hasil bertambah (increasing returns to scale) yaitu
kenaikan satu unit input menyebabkan kenaikan output yang semakin bertambah.
Pada keadaan demikian elastisitas produksi lebih besar dari satu (Ep>1), atau
marginal product (MP) lebih besar dari average product (AP). Disamping itu dalam
skala usaha ini average variabel cost (AVG) lebih besar dari marginal cost (MC).
2. Skala usaha dengan kenaikan hasil tetap (constan return to scale). Yaitu penambahan
satu unit input menyebabkan kenaikan output dengan proporsi yang sama. Pada
keadaan ini elastisitas produksi sama dengan satu (Ep=1), atau marginal product (MP)
sama dengan average product (AP) dan average variable cost (AVC) sama dengan
marginal cost (MC).
3. Skala usaha dengan kenaikan hasil yang berkurang (decreasing return to scale) yaitu
bila pertambahan satu unit input menyebabkan kenaikan output yang semakin
berkurang. Pada keadaan elastisitas produksi lebih kecil dari satu (Ep<1), atau
marginal product (MP) lebih kecil average product (AP) dan average variabel cost
(AVC) lebih kecil marginal cost (MC).
20. Page 20 of 35
3.4 Pengertian Economics of Scope , Diseconomics of scope dan Learning Curve
Economics / Diseconomics of Scope
Output gabungan dari perusahaan tunggal lebih besar dari output oleh 2 perusahaan
terpisah adalah economies of scope
Output gabungan dari perusahaan tunggal kurang dari output oleh 2 perusahaan
terpisah adalah diseconomies of scope
jika produksi 1 produk berkonflik dg produksi 2 ketika keduanya diproduksi bersama-
sama
SC = [C (Q 1 ) + C (Q 2 ) - C (Q 1 , Q 2 )] / C (Q 1 , Q 2 )
mengukur derajat ekonomi lingkup
SC>0 : economies of scope
SC<0 : diseconomies of scope
Learning Curve
Learning Curve adalah jangka panjang memperkenalkan informasi baru untuk
meningkatkan efisiensi
pekerja / manajer dapat menjadi lebih baik beradaptasi dengan pekerjaan mereka,
lebih berpengalaman, lebih efisien >> biaya rata-rata jangka panjang dapat menurun
kurva belajar menggambarkan hubungan antara output dan jumlah input yang
diperlukan untuk setiap output
L = A + BN – b
Ket:
N = unit output yang dihasilkan
L = input tenaga kerja per unit output
A, B, b konstanta (di mana A, B positif dan 0 < b <1)
lebih besar b : efek pembelajaran yang lebih penting
Skala ekonomi bergerak sepanjang kurva biaya rata-rata, kurva belajar menggeser
kurva biaya rata-rata ke bawah
22. Page 22 of 35
BAB IV
HOMEWORK 4
4.1 Pengertian Surplus Produsen dan Konsumen
Surplus produsen adalah selisih antara harga produsen yang sudah disediakan dengan
baik dan jumlah harga yang sebenarnya mereka terima dari konsumen. Ini adalah
uang tambahan, manfaat, dan atau keuntungan dari produsen yang didapatkan dari
menjual produk dengan harga yang lebih tinggi dari harga minimal yang diterima
mereka seperti yang ditunjukkan oleh kurva penawaran.
Surplus konsumen adalah selisih antara harga maksimum konsumen yang bersedia
untuk membayarnya dan harga sebenarnya yang harus dibayarnya. Jika konsumen
akan bersedia membayar lebih dari harga yang diminta saat ini, maka mereka
mendapatkan keuntungan yang lebih dari produk yang dibeli dari mereka untuk
membelinya. Surplus konsumen ditambah surplus produsen sama dengan jumlah
surplus ekonomi di pasar.
23. Page 23 of 35
4.2 Pengertian Deadweight loss
Deadweight loss adalah Kerugian secara keseluruhan (net loss) dalam kesejahteraan
ekonomi masyarakat yang disebabkan oleh distorsi tertentu (misalnya intervensi
tertentu oleh pemerintah), yang dihitung atas seluruh kerugian yang dialami oleh
pihak yang merugi dalam masyarakat dikurangi dengan seluruh manfaat/perbaikan
(gains) yang didapat oleh pihak yang diuntungkan dalam masyarakat. Ini biasanya
dihitung dalam bentuk perubahan dalam consumer & producer surplus bersama
dengan pendapatan/pengeluaran pemerintah dalam analisis supply-demand
4.3 Pengertian Market failure , Externalities dan Lac of information
Kegagalan pasar (market failure) adalah situasi di mana pasar gagal
mengalokasikan sumber daya (resource) secara efisien. Hal ini dapat terjadi
diantaranya akibat eksternalitas (externality) dan kekuatan pasar (market
power).
Externalitas adalah dampak akibat tindakan seseorang atau perusahaan
terhadap kesejahteraan orang lain. Sedangkan kekuatan pasar adalah
kemampuan seseorang atau perusahaan untuk mempengaruhi harga pasar.
Ketika pasar mengalami kegagalan, pemerintah dapat melakukan intervensi
untuk mendorong terciptanya efisiensi dan keadilan atau keuntungan atau
kerugian yang dinikmati atau diderita pelaku ekonomi sebagai akibat tindakan
pelaku ekonomi yang lain, tetapi tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan
biaya secara normal. Sebagai contoh, pabrik tapioka yang membuang
limbahnya ke sungai.
24. Page 24 of 35
Lack of information , Pada kenyataannya kita tidak pernah tahu persis tentang
kualitas barang yang digunakan. Ketika ingin membeli mobil bekas, seseorang
yang kurang memahami seluk-beluk mobil bekas dapat menyewa montir
mobil yang dapat dipercaya. Perusahaan yang ingin merekrut calon pegawai
kadang-kadang terpaksa memakai jasa konsultan.
4.4 Pengertian Quota , Tarif , Specific Tax dan Subsidi
Quota adalah nilai batas yang ditetapkan untuk mengelola akses ke sumber daya
sistem dan jaringan atau jumlah penyimpanan yang digunakan oleh User atau Group
tertentu. Contoh: beras impor , gula impor
Tarif merupakan suatu pembebanan atas barang yang melintas daerah pabean.
Specific tax adalah tarif yang jumlah pajaknya dalam rupiah (atau dollar) bersifat
tetap walaupun Objek Pajaknya jumlahnya berbeda-beda. Misalnya tarif Bea Meterai
berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1985. Jumlah Bea Meterai atas kuitansi
atau tanda terima uang di atas Rp1.000.000,- adalah Rp6.000,- Walaupun uang yang
diterima besarnya Rp100.000.000,- atau Rp10.000.000.000,- dan seterusnya, jumlah
Bea Meterai yang terutang tetap Rp6.000,-
Subsidi adalah bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada suatu bisnis atau
sektor ekonomi contoh: Sembako dan bensin
4.5 Kebijakan Perdagangan internasional
Perdagangan Internasional adalah suatu aturan yang dibentuk oleh badan badan
tertentu dalam melakukan perdagangan dunia yang dilakukan oleh penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang
dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu
dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah
negara lain. Di banyak negara, perdagangan Internasional menjadi salah satu faktor
utama untuk meningkatkan GDP. Di Indonesia perdagangan Internasional juga
terjalin dengan negara luar termasuk yang satu kawasan dengan Indonesia.
Pesatnya perkembangan teknologi telah mendorong terjadinya kompleksitas
hubungan atau transaksi dagang internasional, yang menembus batas-batas negara
serta perbedaan sistem hukum, sistem politik dan lain-lain dari dan antar pelaku
dalam perdagangan internasional. Kompleksitas tersebut dapat dilihat, misalnya dari
transaksi yang berlangsung cepat, terjadinya persaingan dagang yang ketat baik
perdagangan barang maupun jasa, yang kemudian menumbuhkan kebutuhan akan
25. Page 25 of 35
adanya suatu perdagangan bebas (free trade) yang dilangsungkan dengan fair, tanpa
dibatasi dan atau diintervensi dengan pengenaan tarif, kuota, subsidi, kontrol nilai
tukar, dan lain-lain yang bersifat proteksi dan dapat menghambat arus dan
kelangsungan pedagangan tersebut.
Berikut ini adalah ulasan kebijakan larangan impor sesuai ketiga sasaran tersebut
diatas:
1. Kebijakan Larangan Impor Berorientasi Lingkungan Hidup
2. Kebijakan Larangan Impor Untuk Melindungi Industri Dalam Negeri
3. Menjaga Balance of Payments
BAB V
HOMEWORK 5
5.1 Kurva Pasar Monopolistik
5.2 Kurva Pasar Monopolistik Jangka Panjang
Dalam persaingan monopolistik tidak terdapat hambatan kepada firma-firma baru.
Maka keuntungan yang melebihi normal akan menyebabkan pertambahan dalam jumlah
firma di pasar. Sebagai akibatnya setiap firma akan menghadapi permintaan yang semakin
26. Page 26 of 35
sedikit pada berbagai tingkat harga. Ini berarti kemasukan firma baru akan menggeser kurva
permintaan DD (dan tentunya juga kurva hasil penjualan marginal MR) kesebelah kiri.
Kemasukan firma baru dan penggeseran kurva DD dan MR ke kiri, akan terus berlangsung
sehingga firma hanya memperoleh keuntungan normal saja. Dengan demikian, seperti halnya
dengan firma dalam pasar persaingan sempurna, dalam persaingan monopolistik setiap firma
hanya mendapat keuntungan normal didalam jangka panjang.
Corak kegiatan firma dalam persaingan monopolistik ketika mendapat keuntungan
normal adalah berbeda dengan corak kegiatan firma dalam persaingan sempurna yang juga
memperoleh untung yang normal. Perbedaan itu adalah 1. Harga dan ongkos produksi dipasar
persaingan monopolistik lebih tinggi. 2. Kegitan memproduksi di pasar persaingan
monopolistis belum mencapai tingkat yang optimal (mencapai tingkat dimana ongkos
produksi perunit adalah paling rendah).
5.3 Competitive Price dan Collusive Prce
Competitive Price adalah Harga yang lebih rendah daripada yang ditawarkan oleh
pesaing, atau harga yang dibuat lebih menarik karena tambahan insentif, seperti persyaratan
pembayaran yang lebih lama.
Salah satu metode penetapan harga yang akan dijabarkan adalah penetapan harga
berdasarkan persaingan. Competitive price merupakan metode penetapan harga dengan
menggunakan harga pesaing. Metode penetapan harga berbsis persaingan terdiri dari :
1. Customary pricing
yaitu metode penetapan harga yang dilakukan dengan berpegang teguh pada tingkat harga
tradisional dimana perusahaan berusaha tidak mengubah harga diluar batas yang diterima
dengan menyesuaikan ukuran dan isi produk guna mempertahankan harga. Misalnya pada
produk makanan ringan.
2. Above, At, or Below Market Pricing
yaitu metode penetapan harga dimana perusahaan secara cermat memilih penetapan harga
yang berada di atas, sama, atau dibawah harga pasar. Above-market pricing menetapkan
harga lebih tinggi dari pada harga pasar, biasanya digunakan pada perusahaan yang memiliki
reputasi atau yang memproduksi barang prestise. Dalam market pricing harga diterapkan
sebesar harga pasar yang biasanya dikaitkan dengan harga pesaing. Contoh perusahaan yang
menerapkannya diantaranya Revlon dan produsen kemeja Arrow. Sementara itu below-
market pricing yang menerapkan harga dibawah harga pasar, biasanya banyak diterapkan
oleh produsen-produsen produk generik.
3. Loss leader Pricing
yaitu metode yang menjual suatu produk di bawah harga biayanya.Tujannyabukan untuk
meningkatkan penjualan produk yang bersangkutan, tetapi menarik konsumen danmembeli
27. Page 27 of 35
produk lainnya, khususnya produk yang ber-markup cukup tinggi. Jadi suatu produk
dijadikan semacam pancingan agar produk lainnya juga laku.
4. Sealed Bid Pricing
yaitu metode yang menggunakan sistem penawaran harga dan biasanya melibatkan agen
pembelian. Jadi, bila ada perusahaan atau lembaga yang ingin membeli suatu produk, maka
yang bersangkutan menggunakan jasa agen pembelian untuk menyampaikan spesifikasi
produk yang dibutuhkan kepada para calon produsen. Setiap calon produsen diminta
menyampaikan harg
Collusion Price adalah Pelanggaran pidana di mana banyak perusahaan bekerja sama
untuk menjaga harga produk atau jasa pada tingkat yang lebih tinggi dengan tujuan menerima
keuntungan besar atau memojokkan pasar . Perusahaan-perusahaan yang terlibat pada
dasarnya mencoba mengejar pesaing
5.4 Perbedaan persaingan Oligopoli dan Cartel
istilah oligopoli berarti beberapa penjual. Beberapa penjual di dalam konteks ini maksudnya
dimana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan. Beberapa dapat
berarti paling sedikit 2 dan paling banyak 10 sampai 15 perusahaan. Pasar oligopoli
merupakan suatu struktur pasar dimana hanya terdapat beberapa produsen yang menghasilkan
barang-barang yang bersaing. Jika pasar oligopoli hanya terdiri dari dua perusahaan saja
maka disebut duopoli.
Dalam oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sendiri sebagai bagian yang terikat
dengan permainan pasar, dimana keuntungan yang mereka dapatkan tergantung pada tindak-
tanduk pesaing mereka, sehingga semua usaha promosi, iklan, pengenalan produk baru,
perubahan harga dan sebagainya dapat dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen
dari pesaing mereka.
Praktek oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan-
perusahaan potensial untuk masuk ke dalam pasar. Perusahaan-perusahaan melakukan
oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba normal dibawah tingkat maksimum
dengan menetapkan harga jual terbatas sehingga menyebabkan kompetisi harga diantara
pelaku usaha yang melakukan praktek oligopoli menjadi tidak ada.
Contoh nya : Provider Hp ( Xl,indosat , telkomsel)
Bioskop (XXI , CGV dan Cinema21)
SPBU (pertamina , shell , total)
28. Page 28 of 35
Sedangkan Perjanjian kartel merupakan salah satu perjanjian yang kerap kali terjadi dalam
tindak monopoli.Secara sederhana, kartel adalah perjanjian satu pelaku usaha dengan pelaku
usaha pesaingnya untuk menghilangkan persaingan di antara keduanya. Dengan perkataan
lain, kartel (cartel) adalah kerja sama dari produsen-produsen produk tertentu yang bertujuan
untuk mengawasi produksi, penjualan, dan harga serta untuk melakukan monopoli terhadap
komoditas atau industri tertentu
Ada beberapa perusahaan di Indonesia yang melakukan kerjasama dalam bentuk Kartel,
perusahaan itu diantaranya:
1. PT Semen Gresik, PT Holcim Indonesia dan PT Indocement yang mampu mengontrol
harga semen di dalam negeri, dikarenakan menguasai 88% pangsa pasar.
2. Di Inggris, ada sebanyak 4 perusahaan semen yang ditengarai paling banyak melakukan
kartel. Perusahaan tersebut diantaranya:
Buxton Lime Industries,
Castle “Heidelberg”,
Cemex UK.
3. Di Jerman, ada 5 produsen semen yang banyak bekerja sama dalam bentuk kartel.
Perusahaan tersebut seperti:
Alsen AG “Kini Holcim Deutschland AG” Dyckerhoff,
Heidelberg Cement AG,
Lafarge Zement GmbH,
Readymix AG “Kini Cemex Deutschland AG” dan
Schwenk Zement KG
4. Sedangkan pada wilayah Eropa, perusahaan-perusahaan yang melakukan kartel seperti:
Perusahaan semen Holcim, Heidelberg, Dyckerhoff AG, Lafarge dan Cemex yang
tersebar di Jerman, Inggris, Perancis, Belgia, Belanda dan Luxemburg.
Perusahaan di bidang pertanian seperti Cargill Inc dan Bunge Ltd yang melakukan
kerjasama kartel dalam bidang pedagang dan distributor sereal dan produk pertanian.
Keuntungan Kartel
Beberapa keuntungan/kelebihan kartel diantaranya sebagai berikut:
1. Sebuah kerjasama kartel memungkinkan pelaksanaan rasionalisasi yang berdampak pada
harga jual barang-barang yang diproduksi kartel tersebut cenderung turun. Turunnya harga
disebabkan oleh turunnya harga pokok (akibat rasionalisasi), dan tanpa adanya pemecatan
para pekerja.
29. Page 29 of 35
2. Kedudukan kartel sebagai pasar monopoli menybabkan kartel punya posisi yang baik
dalam menghadapi persaingan usaha.
3. Kebaikan kartel bagi badan usaha yang tergabung didalamnya adalah: dapat
meminimalkan resiko penjualan barang-barang yang dihasilkan dan resiko capital para
anggota, karena baik dalam produksi atau penjualan bisa diatur dan dijamin jumlahnya.
5.5 Cara yang digunakan Negara untuk mengatasi Praktek Cartel
Di kalangan masyarakat ataupun dunia terdapat dua jenis persaingan usaha, yaitu
persaingan usaha yang sehat dan persaingan usaha yang tidak sehat. Persaingan usaha yang
sehat adalah persaingan ekonomi yang berdasarkan pada pasar, dimana pelaku usaha secara
bebas berupaya untuk mendapatkan konsumen untuk mencapai tujuan usaha tertentu.
Sedangkan persaingan usaha yang tidak sehat adalah persaingan yang dilakukan tidak bebas
atau dengan cara menghambat persaingan usaha tersebut dan melawan hukum yang berlaku.
Suatu persaingan usaha yang tidak sehat dapat dilihat dari cara pelakuu usaha
bersaing dengan pelaku usaha lainnya. Misalnya saja dalam perjanjian kartel, dimana
sejumlah perusahaan yang seharusnya saling bersaing namun justru saling bekerja sama
untuk mengatur kegiatannya dengan menghilangkan kompetisi diantara mereka, sehingga
mereka dapat memperoleh lebih banyak keuntungan.
Perjanjian kartel diatur dalam Undang-Undang Anti Monopoli Pasal 11. Kartel
merupakan salah satu perjanjian yang kerap kali terjadi dalam tindak monopoli. Secara
sederhana, kartel diartikan sebagai perjanjian satu pelaku usaha dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menghilangkan persaingan diantara keduanya. Didefinisikan, bahwa kartel
adalah kerjasama dari produsen-produsen produk tertentu yang bertujuan untuk mengawasi
produksi, penjualan, dan harga serta untuk melakukan monopoli terhadap komoditas atau
industri tertentu.
CFD cartel-audit mendeteksi adanya kolusi melalui dua tahap. Pertama, dengan
memeriksa ada tidaknya kelebihan kapasitas. Jika jumlah perusahaan kurang dari sepuluh dan
terdapat kelebihan kapasitas produksi, maka hal tersebut mengindikasikan adanya kolusi.
Kedua, dengan cara menganalisis indikasi tersebut. Melakukan pemeriksaan apakah harga
yang diterapkan sering berubah, bagaimana tingkat keuntungannya normal atau tidak,
kemudian seberapa besar atau kecilnya perubahan pangsa pasar, dan kurangnya inovasi
produk serta tertinggalnya teknologi yang digunakan.
Metode tersebut hanya menunjukkan indikasi adanya kolusi dalam suatu pasar,
sehingga diperlukan analisa lebih lanjut untuk membuktikan ada tidaknya kolusi. Hal ini
dikarenakan hal-hal seperti yang telah dijelaskan diatas, contohnya harga yang sering
berubah, tidak hanya disebabkan oleh adanya kolusi tetapi juga bisa disebabkan oleh karena
persaingan yang ketat antara perusahaan-perusahaan di dalam pasar.
Metode lain untuk mendeteksi kartel yakni metode reaktif dan metode proaktif.
Metode reaktif adalah metode yang didasarkan pada kondisi eksternal yang terjadi sebelum
30. Page 30 of 35
otoritas persaingan menyadari isu kartel dan memulai investigasi. Dalam mendeteksi kartel
yang dilakukan secara tersembunyi, sangat efektif jika menggunakan informasi orang dalam.
Metode lainnya yaitu metode proaktif, yang mana dalam mendeteksi kartel tidak berkaitan
dengan peristiwa eksternal. Metode proaktif ini menganalisis pasar, monitoring kegiatan
industri, serta pertukaran pengalaman dari otoritas persaingan lainnya.
Cara lain untuk mendeteksi ada atau tidaknya kartel adalah dengan menggunakan
analisis ekonomi. Secara umum, analisis ekonomi dapat dibagi menjadi dua metodologi,
yakni pendekatan struktural dan pendekatan perilaku. Pendekatan struktural meliputi
identifikasi pasar dengan karakteristik yang kondusif untuk melakukan tindakan kolusif.
Beberapa studi atau literatur ekonomi dapat diidentifikasikan beberapa faktor terkait dengan
struktur pasar dan kekuatan pasar yang mendorong atau memfasilitasi terbentuknya perilaku
kartel. Faktor-faktor ini dapat dijadikan sebagai indikasi terbentuknya suatu kartel. Sebagai
contoh misalnya terbentuknya kartel dalam suatu pasar akan mudah terjadi jika pasar terdiri
atas beberapa pelaku usaha, dengan produk yang homogen, dan permintaan yang stabil.
Setelah diperoleh bukti yang cukup, langkah selanjutnya adalah melakukan pembuktian
apakah kartel tersebut benar terjadi dan dapat dipersalahkan antara para pelaku usaha. Sesuai
dengan pasal 11 UU Nomor 5 Tahun 1999 yang bersifat Rule of Reason, maka dalam
membuktikan perlu dilakukan pemeriksaan mengenai alasan pelaku usaha melakukan kartel.
Penegak hukum persaingan usaha harus memeriksa apakah alasan melakukan kartel tersebut
dapat diterima atau tidak. Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1999, terdapat beberapa macam
sanksi yang dapat dikenakan pada pelanggar hukum persaingan usaha yaitu berupa tindakan
administratif, pidana pokok, dan pidana tambahan.
Larangan yang berkaitan dengan kartel ini hanya berlaku apabila perjanjian kartel
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya monopoli atau persaingan usaha tidak sehat. Berarti,
pendekatan yang digunakan dalam kartel adalah rule of reason. Keunggulan dari rule of
reason adalah dapat dengan akurat dari sudut dari sudut efisiensi menetapkan apakah suatu
tindakan pelaku usaha menghambat persaingan. Sedangkan kekurangannya, penilaian yang
akurat tersebut bisa menimbulkan hasil analisa yang mendatangkan ketidakpastian. Kesulitan
penerapan rule of reason antara lain penyelidikan akan memakan waktu yang lama dan
memerlukan pengetahuan ekonomi.
31. Page 31 of 35
BAB VI
HOMEWORK 6
6.1 Pasar Monopoli Competition
Elastisitas dari kurva monopolistic competition , ialah elastisitas normal/uniter. Dikarenakan
pasar monopolistic competition merupakan pasar yang berada ditengha-tengah pasar
persaingan sempurna dan pasar monopoli. Sehingga tingkat elastisistas sempurna seperti
yang dimiliki pasar persaigan sempurna. Range utilitasnya ialah E=1
Pasar persaingan sempurna >> Elastisitas sempurna E= ~.
Contoh : kebutuhan dunia
Pasar Monopoli >> Inelastis E<1
Contoh : kebutuhan pokok
Pasar Monopolistic competition >> Uniter E= 1
Contoh : kebutuhan sekunder
6.2 Nash Equilibrium dan Collusive Equilibrium pada Pasar Oligopoli
Nash Equilibrium adalah konsep solusi menggunakan serangkaian strategi dalam
negosiasi yang melibatkan 2 pihak atau lebih dimana masing-masing pihak diasumsikan telah
mengetahui strategi lawan , dan masing-masing pihak hanya dapat memperoleh keuntungan
dengan mengubah strateginya sendiri. Selain itu , keseimbangan Nash (Nash Equilibrium)
juga dapat diartikan sebagai situasi dalam pasar oligopoly dimana terdapat pilihan strategi
sedemikian rupa sehingga tidak ada keuntungan yang dapat diraih oleh perusahaan-
32. Page 32 of 35
perusahaan dengan mengubah strategi dengan mempertimbangkan strategi yang ada dari para
pesaingnya. Dengan demikian, keseimbangan nash merupakan respon terbaik oleh setiap
perusahaan untuk strategi tertentu oleh yang lain.
Collusive Equilibrium ialah salah satu aplikasi dari game theory yang menjawab
mengenai permintaan collusion, dimana keseimbangan terjadi karena pemain tunggal
memainkan pasar dengan ketepatan intuisinya ketika high output strategy biasanya lebih
mendominasi low output strategy
6.3 Contoh Strategi dari Game Theory
Strategi dominan
Pertama, kita belajar cara membaca apa yang disebut sebagai matriks imbalan (pay-off
matrix). Di dalam matriks ini, pemain A dapat memilih “atas” atau “bawah”, dan imbalan
yang didapatkannya tergantung dari pilihan pemain B yang bisa memilih “kiri” atau “kanan”.
Jika A memilih “atas” saat B memilih “kanan”, imbalan yang mereka dapatkan adalah 0
untuk A dan 1 untuk B (sel kuning).
Dalam strategi dominan, masing-masing pemain memiliki 1 pilihan optimal yang
tidak tergantung pada pilihan pemain lain. Dalam hal ini, A akan selalu memilih “bawah”
karena imbalan 2 (“bawah”-“kiri”) atau 1 (“bawah”-“kanan”) tidak pernah lebih buruk
daripada 1 (“atas”-“kiri”) atau 0 (“atas”-“kanan”). Demikian pula, bagi B, memilih “kiri”
33. Page 33 of 35
tidak akan pernah lebih buruk daripada memilih “kanan”, apapun pilihan A. Dengan
demikian, “bawah” dan “kiri” adalah strategi dominan bagi masing-masing pemain A dan B.
Pada situasi ketika terdapat strategi dominan untuk masing-masing pemain, equilibrium
atau titik keseimbangan akan selalu tercapai. Dalam kasus ini, A dengan “bawah”, dan B
dengan “kiri”, dengan imbalan 2 untuk A dan 1 untuk B (sel hijau) merupakan keseimbangan
strategi dominan (dominant strategy equilibrium).
Dilema tahanan (Prisoner’s dilemma)
Masalah lain dalam keseimbangan Nash adalah jika posisi keseimbangan yang tercapai
membuat kedua belah pihak mengambil pilihan yang bukan paling optimal. Kondisi ini
terkenal dengan sebutan dilema tahanan (prisoner’s dilemma). Kita bayangkan, ada 2 tahanan
(tersangka) yang diselidiki secara terpisah tanpa saling bisa menebak pilihan tindakan satu
sama lain. Masing-masing tahanan mempunyai pilihan untuk mengaku atau menyangkal,
dengan implikasi seperti tergambar pada matriks di bawah ini.
Jika A mengaku, dia bisa bebas dan B akan menanggung hukuman 6 bulan. Jika
kedua tahanan sama-sama mengaku, keduanya akan ditahan selama 3 bulan. Jika keduanya
menyangkal, mereka akan ditahan 1 bulan.
A akan memilih untuk mengaku. Alasannya, bila B menyangkal, dia akan bebas.
Kalaupun B mengaku, dia masih akan lebih baik, yakni ditahan 3 bulan daripada 6 bulan.
Dengan demikian, bukan saja fenomena keseimbangan Nash, melainkan keseimbangan
strategi dominan dapat terjadi di sini, yaitu saat kedua tahanan akan memilih mengaku (tanpa
mengetahui strategi tahanan lain). Pada akhirnya, kedua tahanan berada pada kondisi “A
mengaku” dan “B mengaku” (-3, -3) seperti ditunjukkan sel kuning. Akan tetapi,
keseimbangan ini ternyata bukan kondisi terbaik karena kedua tahanan bisa mendapatkan
hasil lebih baik jika “A menyangkal” dan “B menyangkal” pula (-1, -1), ditunjukkan oleh sel
hijau. Tentu saja ini hanya bisa terjadi jika keduanya dapat berkoordinasi.
34. Page 34 of 35
6.4 Praktek yang dilakukan oleh OPEC
OPEC ( Organization of Petroleum Exporting Countries ) merupakan suatu organisasi
Negara-negara pengekspor minyak. OPEC tersebut didirikan atas prakarsa 5 Negara produsen
terbesar minyak dunia, yakni Iran,Irak,Kuwait,Arab Saudi, serta Venezuela , pada saat
pertemuan tanggal 14 September tahun 1960 di Baghdad , Irak. OPEC tersebut berkedudukan
di Wina, Autralia.
OPEC memiliki tujuan antara lain sebagai berikut :
1. Menyatukan kebijakan perminyakan antara negara-negara anggota
2. Dapat memenuhi keburuhan minyak bumi untuk dunia
3. Menstabilkan harga minyak dunia
4. Menentukan kebijakan-kebijakan untuk melindungi negara-negara anggota
OPEC mengusahakan untuk menstabilkan harga minyak di pasar Internasional serta
menjamin kesinambungan pasokan minyak ke semua negara-negara konsumen. Salah satu
cara dalam menjaga stabilitas pasar minyak internasional ialah dengan penentuan kouta
(batas tertinggi) produksi minyak yang berdasarkan kesepakatan negara anggota
Dalam perdagangan internasional OPEC menguasai 55% minyak bumi. Oleh sebab
itu , OPEC memegang peranan yang sangat penting dalam masalah perminyakan
internasional. Apalagi dalam hal menaikkan serta menurunkan tingkat produksinya. Di sisi
lain OPEC juga terlibat aktif di dalam usaha peningkatan perdagangan internasional dan juga
konservatif lingkungan.
6.5 Perbedaan Pasar Faktor Produksi (Pasar Input) dan Pasar Produk (Pasar Output)
Pasar input adalah pasar yang memperjualbelikan factor-faktor produksi atau bias
juga diartikan sebagai pasar yang mempertemukan permintaan dan penawaran factor-faktor
produksi. Permintaan factor produksi umumnya berasal dari perusahaan, sedangkan
penawaran factor produksi umumnya berasal dari rumah tangga. Dalam kenyataan,
permintaan terhadap factor-faktor produksi bisa berubah-berubah, yaitu naik atau turun. Pasar
input merupakan pasar abstrak dimana penjual dan pembeli tidak bisa bertatap muka. Terdiri
dari pasar sumber daya alam/ tanah, tenaga kerja, modal, dan kewirausahaan. Ciri -cirinya
adalah:
1. Berwujud kegiatan, tidak berwujud fisik.
2. Permintaan dan penawaran dilakukan dalam jumlah besar.
3. Jenis penawaran dan permintaan sesuai dengan produksi yang dihasilkan.
35. Page 35 of 35
4. Penawaran faktor produksi bisa berupa monopoli sementara permintaan bersifat
kolektif.
Jenis-jenis Pasar Faktor Produksi
1. Pasar Sumber Daya Alam/ Tanah
2. Pasar Tenaga Kerja
3. Pasar Modal
4. Pasar Faktor Produksi Kewirausahawan
Pasar output (pasar produk) merupakan pasar yang memperjualbelikan barang-
barang hasil produksi (biasanya dalam bentuk jadi) dan jasa yang merupakan output atau
hasil dari kegiatan produksi. Pasar Output termasuk pasar konkrit, penjual pembeli bisa
bertatap muka
Jenis – jenis Pasar Produk
Pasar output (pasar produk) dapat dibedakan menjadi 2 macam :
1. Pasar Persaingan Sempurna
2. Pasar Persaingan tidak sempuran
DAFTAR PUSTAKA:
1. https://agungherdana.wordpress.com/2011/05/11/perilaku-konsumen-dalam-ilmu-
ekonomi-mikro/
2. http://zakwaan-priaji.blogspot.com/2013/07/pasar-input-dan-output.html
3. https://www.slideshare.net/yudie82/pasar-oligopoli-game-theory
4. https://www.academia.edu/23227171/OLIGOPOLY_CARTEL_DAN_OPEC
5. http://ekonomimahasiswa.blogspot.com/2015/02/struktur-pasar-persaingan-
monopolistik.html