Dokumen tersebut membahas aturan dan cara memberi ukuran pada gambar teknik, meliputi:
1) Aturan dasar memberi ukuran seperti penggunaan garis ukur dan bantu, tinggi dan arah angka ukuran
2) Cara-cara khusus memberi ukuran seperti ukuran linear, diameter, radius, bentuk tertentu, dan pemosisian ukuran
3) Contoh-contoh penerapan aturan dan cara memberi ukuran pada berbagai bentuk dan komponen
1. 1
PERTEMUAN 7
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN
7.1. Aturan Dasar Memberi Ukuran
Dalam memberikan ukuran besaran-besaran geometrik dari bagian benda harus
menentukan secara jelas tujuannya, dan tidak boleh menimbulkan salah tafsir. Oleh karena itu
dibuatlah aturan-aturan dasar untuk memberi ukuran yang menentukan cara-caranya dalam
memberi ukuran.
1. Garis Ukur dan Garis Bantu
Untuk menentukan ukuran sebuah dimensi linier, ditarik garis-garis bantu melalui batas
gambar pandangan benda, dan garis ukurnya ditarik tegak lurus, hal ini ada pengecualiannya
pada garis bantu. Sebuah garis ukur, dengan mata panahnya, menunjukkan besarnya ukuran
dari suatu permukaan atau garis sejajar dengan garis ukur. Garis bantu dan garis ukur ditarik
dengan garis tipis.
Garis bantu ditarik sedikit melebihi, kira-kira 2 mm, garis ukur. Di beberapa negara seperti
Amerika, garis bantu tidak langsung berhubungan dengan garis gambar, tetapi dengan jarak
sedikit, untuk membedakan garis gambar dengan garis bantu.
2. Tinggi dan Arah Angka Ukur
Angka ukur dan huruf-huruf harus digambar dengan jelas pada gambar aslinya maupun
pada salinan gambar yang diperkecil. Pada tahun-tahun akhir ini dibuat microfilm dari gambar,
dibesarkan dan dicetak ulang. Walaupun demikian angka-angka atau huruf-huruf tetap harus
dapat dibaca dengan jelas. Oleh karena itu angka-angka dan huruf-huruf harus digambar
sebesar mungkin. Pada peraturan ISO 3098 ditentukan tinggi dan bentuk angka-angka dan
huruf-huruf. Angka-angka dan huruf-huruf harus diletakkan ditengah-tengah dan sedikit di atas
garis ukur.
Hampir seluruh ukuran dari gambar yang diperlukan merupakan ukuran horizontal atau
vertical. Ukuran yang pertama harus dapat dibaca dari bawah gambar. Ini berarti bahwa angka
ukur horizontal harus terletak di atas garis ukur, dan ukuran vertical harus terletak di sebelah
kiri garis ukur. Angka dan garis ukur mempunyai jarak sedikit.
Di beberapa negara semua angka ukur ditulis mendatar, dalam hal ini garis ukur vertical
diputus ditengah-tengah untuk penempatan angka. Dengan demikiian semua angka dapat
dibaca dari bawah kertas gambar.
2. 2
Angka-angka ukur yang tidak horizontal maupun vertical, harus ditulis sesuai dengan garis
ukurnya. Sedapatnya ukuran-ukuran jangan di letakkan didaerah yang diarsir. Ukuran Standar
(Normal) seperti dibawah ini :
Gb. 7.1 Ukuran-ukuran normal
Ukuran sudut, garis ukurnya berupa garis lengkung. Azas dasar yang harus dipertahankan
disini adalah bahwa garis ukur harus merupakan garis tulis. Jadi angka selalu harus di atas garis
ukur.
Gb. 7.2 Ukuran sudut
3. Ujung dan Pangkal Garis Ukur
Ujung dan pangkal garis ukur harus menunjukkan dimana garis ukur mulai dan berhenti.
Ada tiga cara untuk menunjukkan hal ini, yaitu dengan anak panah tertutup, garis miring dan
titik. Cara dengan garis miring banyak dipergunakan pada bidang sipil dan arsitektur. Pada
bidang permesinan cara ini tidak dipergunakan. Bentuk anak panah ditentukan oleh
perbandingan panjang dan tebal sebagai 2 : 1 dan harus dihitamkan.
Tanda titik dipergunakan bilamana tidak cukup tempat untuk menempatkan anak panah.
Hal ini umumnya terdapat pada ukuran berantai, atau pangkal ukuran beruntun.
3. 3
Gb. 7.3 Ujung dan pangkal garis ukur
4. Ukuran dan toleransinya
Angka ukuran yang menunjukkan ukuran benda pada umumnya tidak dapat dipenuhi
dengan tepat. Batas-batas ketidak tepatan ini harus dinyatakan dalam gambar juga.
1. Ukuran dengan Toleransinya, yang ditentukan dalam ISO 2768 “Penyimpangan Ukuran
yang diizinkan pada pengerjaan dengan mesin tanpa penentuan toleransinya”.
2. Ukuran dengan ketentuan toleransi linier.
3. Ukuran dengan lambang toleransi, yang menentukan toleransi, sesuai ISO/R286 “Sistim
ISO tentang batas dan suaian : Bagian I Umum, toleransi dan penyimpangan”
4. Ukuran teoritis tepat tanpa toleransi linear, yang ditentukan oleh ISO 1101/I “Toleransi
bentuk dan posisi : Bagian I Umum, Penunjukkan dalam gambar” Toleransi posisi harus
diterapkan pada posisi yang sebenarnya, yang telah ditentukan ukurannya.
5. Ukuran yang biasanya tanpa toleransi; dipakai hanya sebagai bahan informasi, hal ini
disebut dimensi referensi dan tidak menentukan operasi produksi atau pemeriksaan.
Sebuah dimensi referensi diturunkan dari nilai-nilai yang tercantum dalam gambar atau
gambar-gambar yang mempunyai hubungan.
4. 4
5. Dimensi fungsional, non-fungsional dan tambahan
Gb. 7.4 memperlihatkan sebuah tuas (link) yang dihubungkan pada sebuah benda dengan
sebuah pen. Sesuai fungsi dari susunan tersebut, ukuran-ukurannya dibagi dalam golongan-
golongan: ukuran-ukuran fungsional F, ukuran-ukuran bukan (non) funsional NF dan ukuran-
ukuran tambahan Aux.
a) Suatu dimensi fungsional adalah ukuran yang diperlukan untuk fungsi dari bagian atau
komponen, umpamanya bagian-bagian yang disusun, cara kerja dari bagian dan lain
sebagainya.
b) Suatu dimensi non fungsional adalah ukuran yang tidak langsung mempengaruhi fungsi
secara prinsipil.
c) Suatu dimensi tambahan adalah dimensi referansi yang telah disebut pada bagian
sebelumnya. Ukuran ini diberikan dalam tanda kurung tanpa toleransi, hanya sebagai
bahan informasi.
Gb. 7.4 Ukuran fungsional
7.2. Cara-cara memberi ukuran.
Sesuai dengan aturan dasar untuk memberi ukuran yang telah dibahas di atas, ukuran-ukuran
panjang, profil atau sudut harus diperinci oleh cara-cara khusus.
1) Dimensi Linear
Pada dasarnya ukuran-ukuran linear haris diperinci oleh garis bantu, garis ukur dan angka ukur.
Jika ruang antara garis bantu terlalu sempit untuk menempatkan anak panah, anak panah dapat
diganti dengan titik (Gb. 7.6).
5. 5
Contoh-contoh dan cara cara memberi ukuran dapat dilihat pada beberapa gambar di bawah
ini.
Gb. 7.5 Contoh memberi ukuran
Gb. 7.6 Ruang ukur yang sempit
6. 6
Gb. 7.7 memberi ukuran gambar detail
2) Ukuran dengan koordinat
Gb. 7.8 Ukuran dengan koordinat
3) Ukuran diameter
7. 7
Gb. 7.9 Ukuran diameter lingkaran
4) Ukuran Radius
Gb. 7.10 ukuran radius
8. 8
5) Ukuran benda spherical (bola)
Langbang S digunakan dalam memberi ukuran pada bonda berbentuk bola, lalu diikuti
keterangan yang menunjukkan radius maupun diameter.
Gb. 7.11 Ukuran bola
6) Ukuran bentuk-bentuk tertentu (kurva)
Gb. 7.12 Ukuran pada kurva
9. 9
7) Ukuran tirus
Gb. 7.13 ukuran pada benda tirus
8) Ukuran chamfer
Gb. 7.14 Ukuran chamfer
11. 11
Tabel 7.1 Singkatan standar dalam pendimensian
7.3. Cara-cara memposisikan ukuran
Penempatan angka ukuran pada gambar kerja mengikuti prosedur sebagai berikut:
dilakukan 1 mm di atas garis ukur, ditengah-tengah dan teratur, angka dan garis ukuran harus
terbaca baik horisontal maupun vertikal, ukuran-ukuran kecil (di bawah 10 mm) tanda
panahnya ditempatkan di luar arah ukur dan ukurannya dicantumkan di atas atau disamping
12. 12
tanda panah ukuran, serta pengukuran dimulai dari basis yang terkecil hingga yang terbesar.
Semua ukuran dalam gambar teknik mesin dalam satuan mm, dan tidak perlu dicantumkan
satuannya, apabila ukuran dalam satuan yang lain, maka satuannya dicantumkan (misal inchi).
Untuk membatasi bagian yang diberi ukuran pada ujung garis ukurnya diberi anak panah.
Perbandingan ukuran panjang dan lebar anak panah adalah 3 : 1 dan dihitamkan (Gb. 7.24). Jika
jarak antara dua garis lebih kecil dari 7mm, garis ukuran pada kedua sisinya diperpanjang
kemudian gambar panahnya diberikan sebelah luar, sedangkan untuk ukuran yang saling
merapat dapat digunakan titik sebagai pengganti anak panah.
Gb. 7.20. Tanda anak panah
Untuk menulis ukuran-ukuran pada gambar kerja dilakukan sebagai berikut: gambarlah
angka-angka ukuran dengan jelas, angka-angka ukuran digambarkan sedemikian, sehingga
dapat dibaca dari sebelah bawah dan kanan dari gambar, dan ukuran ditempatkan sedemikian
di mana bentuk atau profil dari potongan kerja diperlihatkan paling jelas. Untuk angka ukuran
yang tidak horisontal maupun vertikal, penempatannya diatur sedemikian sesuai dengan garis
ukurnya.
a) Ukuran berantai
Gb. 7.16 Ukuran berantai
13. 13
b) Ukuran parallel
Gb. 7.17 Ukuran paralel
c) Ukuran kombinasi
Ukuran kombinasi, terjadi karena penggunaan ukuran berantai dan ukuran sejajar
secarabersamaan.
Gb. 7.18 ukuran kombinasi