SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  57
Télécharger pour lire hors ligne
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA
MATERI “KHUTBAH, TABLIG DAKWAH”
KELAS XI OTKP DI SMK WIDYA MUKTI
KECAMATAN CIGALONTANG KABUPATEN TASIKMALAYA
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan
Batch 3 Program Pendidikan Agama Islam
Disusun oleh : Mahendra Diki Sopandi, S.Pd.I
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONOROGO
2022
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi
antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran dikatakan
mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis apabila siswa terlibat secara aktif,
baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal diatas,
upaya guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa sangatlah
penting, sebab kemampuan berpikir kritis siswa menjadi penentu bagi keberhasilan
pembelajaran yang dilaksanakan..
Dalam meningkatkan mutu pelajaran dan kemampuan berpikir kritis siswa
maka gurulah salah satu faktor yang cukup berpengaruh langsung dalam peningkatan
mutu tersebut. Seorang guru diberi tanggung jawab mendorong dan membimbing agar
siswanya menjadi aktif dan terampil dalam berpikir kritis serta dapat menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan dan guru juga mempunyai tanggung jawab untuk
melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses
perkembangan siswa.
Salah satu cara untuk membuat pembelajaran di kelas menjadi
menyenangkan dan tercapainya tujuan pembelajaran yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran. Salah satu model yang digunakan dalam pembelajaran untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah model Problem Based
Learning karena penerapan model Problem Based Learning dapat melatih siswa
untuk berpikir secara kritis dan bagaimana cara menyelesaikan masalah dalam
kehidupan nyata. Penerapan model Problem Based Learning juga dapat mengaktifkan
kegiatan pembelajaran dan siswa juga dihadapkan pada suatu masalah yang
diperlukan kesanggupan untuk berpikir agar dapat memecahkan dan menyelesaikan
dengan cara memberikan masalah kepada siswa. Dengan adanya kemampuan guru
dalam menggunakan dan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi
yang diajar diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Model pembelajaran ini adalah salah satu model pembelajaran yang
digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi berorientasi
pada masalah dunia nyata. Dengan adanya model Problem Based Learning peserta
didik dapat mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis melaui persoalan-persoalan
3
yang diberikan sesuai dengan materi yang diberikan guru pada proses pembelajaran
didalam kelas.
Adapun fokus utama dalam model Problem Based Learning adalah dapat
membiasakan siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil,
merangsang pengembangan kemapuan berpikir kritis serta membuat siswa lebih
mandiri. Dengan begitu siswa termotivasi untuk mengutaran pendapat sesuai dengan
pemikiran dalam memecahkan sebuah permasalahan sehingga dapat meningkatkan
kemapuan berpikir kritis. Berdasarkan observasi awal di SMK Widya Mukti
Kabupaten Tasikmalaya salah satu permasalahan pembelajaran disekolah tersebut
kurangnya interaksi antara guru dan siswa pada saat pembelajaran sebagian besar
berpusat hanya pada guru tidak adanya upaya pemberian pertanyaan pancingan
terhadap siswa untuk berpikir kritis terhadap materi yang disampaikan sehingga siswa
hanya mendengar apa yang dijelaskan oleh guru saja. Penggunaan model
pembelajaran masih kurang bervariasi karena kurangnya pemahaman guru tentang
variasi model pembelajaran yang dapat digunakan di kelas. Sehingga proses
pembelajaran cenderung hanya dilakukan melalui kegiatan diskusi dan tanya jawab
saja serta diikuti dengan penjelasan materi dengan metode ceramah, sehingga siswa
merasa bosan dan jenuh pada saat pembelajaran sedang berlangsung. selain itu hasil
dari wawancara dengan guru menyatakan bahwa hasil pembelajaran siswa masih
banyak dibawah rata-rata atau tidak lewat KKM.
Dari fenomena di atas, maka melalui penelitian ini peneliti ingin mencoba
menggunakan model Problem Based Learning untuk melihat apakah dengan model
tersebut dapat meningkatankan keterampilan berpikir siswa. Model Problem Based
Learning merupakan suatu model yang dapat melatih anak untuk berpikir secara kritis
dan dapat meningkatkan kemapuan berpikir kritis Siswa.
Berkaitan dengan penerapan model Problem Based Learning, penelitian-
penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa model Problem Based Learning
memang memberikan pengaruh yang signifikan terhadapat keterampilan berpikir
kritis siswa yang dicapai oleh siswa. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan
tersebut memfokuskan pada penerapan model Problem Based Learning terhadap
peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu penelitian ini ingin
membuktikan apakah penerapan Model Problem Based Learning dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat terlihat bahwa dalam upama
4
meningkatkan hasil belajar salah satunya adalah hubungan antara materi pelajaran
dengan tujuannya dan hunungan antara pendidik dan peserta didik. Maka dari itu,
perlu adanya hubungan timbal balik yang positif di antara pendidik dan peserta didik
dalam proses pembelajaran. Maka materi Khutbah, Tablig dan Dakwah adalah salah
satu pembahasan yang ada dalam materi Pendidikan Agama Islam kelas XI. Dalam
materi ini peserta didik diharapkan dapat menampilkan perilaku seorang da`i atau
da`iyah sebagai implementasi dari belajar Khutbah, Tablig dan Dakwah dalam
kehidupan sehari-hari. Tetapi pada kenyataannya penulis menemukan bahwa hasil
belajar peserta didik di kelas kelas XI pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah
masih perlu ditingkatkan. Ketika diberikan soal-soal HOTS yang dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari mereka masih kesulitan untuk memberikan jawaban berupa
penjelasan. Hal itu disebabkan karena metode yang digunakan dalam pembelajaran
adalah metode ceramah yang membuat peserta didik tidak memiliki pemahaman yang
komprehensif terhadap materi tersebut.
SMK Widya Mukti adalah institusi pendidikan berada di Kec. Cigalontang
Kab. Tasikmlaya. Penelitian ini di tujukkan kepada kelas XI yang memiliki 35
peserta didik. Mengenai Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Keterampilan dan Motivasi Belajar peserta didik Sehingga
Mengurangi kejenuhan dalam belajar, meningkatkan keterampilan pembelajaran
sebagai upaya pencegahan menurunnya minat belajar di SMK Widya Mukti,
diantaranya berdasarkan studi pendahuluan dari wawancara bersama guru,
5
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian ini, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif
model pembelajaran bagi guru PAI & BP, sehingga dapat memberikan pengaruh
terhadap peningkatan Keterampilan berfikir kritis peserta didik pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Maka dari itu peneliti mengadakan sebuah
penelitian dengan judul ” PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS PADA
MATERI (KHUTBAH, TABLIG DAKWAH) KELAS XI OTKP DI SMK WIDYA
MUKTI KECAMATAN CIGALONTANG KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN
PELAJARAN 2022/2023”.
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kerangka berpikir, peniliti
akan memiliki rumusan masalah. Pencantuman rumusan masalah dalam struktur
penulisan penelitian biasanya ditempatkan sebelum tinjauan pustaka dan kerangka
berpikir. Rumusan masalah secara sederhana dapat dipahami sebagai asumsi atau
prediksi jawaban pertanyaan penelitian. Misalnya, rumusan masalah ini: terdapat
meningkatkan keterampilan pembelajaran peserta didik pada materi Khutbah,
Tablig dan Dakwah. Dengan demikian, rumusan masalah ini adalah asumsi atau
prediksi jawaban pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitiannya, berdasarkan
rumusan masalah nanti, adalah bagaimana meningkatkan keterampilan
pembelajaran peserta didik pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah. Apabila sudah
ada rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, maka peneliti dengan tegas dapat
menentukan tujuan penelitian, yakni penelitian ini bertujuan membahas analisis
hasil keterampilan Pembelajaran peserta didik setelah penerapan model Problem
Based Learning (PBL) pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah.
B. Rumusan Masalah
Guna mempermudah dalam memahami penggunaan metode pembelajaran
dengan metode PBL, maka penelitian difokuskan pada pertanyaan berikut:
1. Bagaimana meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis peserta didik pada materi
Khutbah, Tablig dan Dakwah sebelum diterapkan model Problem Based Learning
(PBL), apakah memberikan dampak optimalisasi pada materi “Khutbah, Tablig dan
Dakwah?
2. Bagaimana penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan
Keterampilan Berfikir Kritis pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah?
6
3. Bagaimana keterampilan Berfikir Kritis peserta didik pada materi khutbah, Tablig
dan Dakwah setelah diterapkan model Problem Based Learning (PBL) pada materi
Khutbah, Tablig dan Dakwah?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis hasil Keterampilan Berfikir Kritis peserta didik sebelum diterapkan
model Problem Based Learning (PBL) pada materi Dakwah, Tablig dan Dakwah.
2. Mendeskripsikan penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam
meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis peserta didik pada materi Khutbah, Tablig
dan Dakwah.
3. Menganalisis hasil keterampilan Berfikir Kritis peserta didik setelah penerapan
model Problem Based Learning (PBL) pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis peserta didik
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas XI melalui
penerapan model Problem Based Learning.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil peneilitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya
dalam pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Adapun manfaatnya, adalah:
a.Memberikan sumbangan teori-teori dalam bidang pendidikan yang ada kaitannya
dengan masalah upaya peningkatan keterampilan berfikir kritis peserta didik dalam
proses pembelajaran.
b.Memberikan masukan kepada pendidik di tempat penelitian ini yang dapat
digunakan sebagai upaya peningkatan keterampilan berfikir kritis peserta didik dalam
proses pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a.Bagi peserta didik
Memberikan motivasi peningkatan keterampilan berfikir kritis kepada peserta didik
untuk ikut berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, khususnya pada mata
7
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
b.Bagi Guru
Penelitian ini dapat dimanfaatkan guru sebagai model pembelajaran di kelas dan
mampu meminimalisir permasalahan yang dihadapi guru khususnya dalam
peningkatan keterampilan berfikir kritis peserta didik.
c.Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang baik bagi sekolah untuk
meningkatkan mutu sekolah dan perbaikan pembelajaran.
d.Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang PTK yang
terkait dengan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam buku pendidikan Islam karya Heri Gunawan yang mengutip
dari Arifin (1991: 61) dijelaskan, Menurut bahasa, istilah metode sering
diartikan“cara”. Kata “metode” berasal dari duakata, yaitu meta dan hodos.
Meta berarti melalui, dan hodos berarti jalan ataucara.
Muhibbin Syah di dalam bukunya psikologi pendidikan juga
menjelaskan, bahwa Metode secara harfiah adalah ”cara” Dalam pemakaian
yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau
cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep
secara sistematis. Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur sistematis
(tata cara yang berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena
(gejala-gejala) kejiwaan seperti metode klinik, metode eksperimen, dan
sebagainya.
Dan juga menurut Siregar, Evelin, dan Nara (2010) metode adalah
cara yang digunakan guru, sehingga dalam menjalankan fungsinya, metode
merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sebelum menentukan metode pembelajaran yang dapat digunakan,
ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan.
1. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai
Pertimbangan ini merupakan pertimbangan pertama yang harus
diperhatikan. Semakin kompleks tujuan yang ingin dicapai maka semakin rumit
juga metode pembelajaran yang harus dibuat, metode dibuat sebagaicara untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran
Materi atau pengalaman belajar merupakan pertimbangan kedua yang
harus diperhatikan.
3. Pertimbangan dari sudut peserta didik
peserta didik adalah subjek yang akan kita ajar. Keadaan peserta didik
yang berbeda- beda membuat kita untuk merancang metode yang yang
9
sesuai dengan peserta didik tersebut.
B. Macam-macam Metode Pembelajaran
Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan, tetapi ada metode pembelajaran yang
mendasar, sedangkan selebihnya adalah kombinasi atau modifikasi dari metode dasar tersebut.
Berikut ini adalah metode pembelajarandasar, yaitu:
1. Metode Ceramah
Dalam metode ceramah guru menyampaikan materi secara lisan dan peserta didik
mendengarkan. Keunggulan metode ceramah adalah, dapat digunakan untuk
mengajar dalam jumlah peserta didik yang banyak,tujuan pembelajaran dapat
disampaikan dengan mudah, dll. Sedangkan kekurangannya adalah, komunikasi
cenderung hanya satu arah, sangat tergantung pada kemampuan komunikasi verbal
guru, dll.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi menurut Suryobroto (2009) adalah suatu cara penyajian bahan
pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para peserta didik (kelompok-
kelompok peserta didik) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyususnan berbagai
alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.
Keuntungan metode diskusi adalah: a) melibatkan semua peserta didik secara
langsung dalam proses belajar; b) menumbuhkan dan mengembangkan cara
berfikir dan sikap ilmiah; c) memperoleh percayaanakan kemampuandiri sendiri; d)
menunjang usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokrasi para peserta
didik. Kelemahan metode diskusi adalah:
a) memakan banyak waktu; b) peserta didik banyak yang tidak menggunakan
waktu diskusi dengan baik; c) kadang-kadang guru tidak memahami cara diskusi.
3. Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu metode bermain peran kepada peserta didik agar
bisa memahami situasi sejarah sumpah pemuda pada saat itu, peserta didik juga
dapat melatih bersosialisasi dengan mudah (Zainal Aqib dan Ali Murtadlo: 2016)
dan diharapkan juga nilai peserta didik mencapaiKKM.
4. Metode peragaan atau Demonstrasi
Metode peragaan dapat digunakan sebagai bagian dari pembelajaran teorimaupun
praktek. Keunggulan metode peragaan adalah, peserta didik akan lebih mudah
10
memahami materi belajar, akan menciptakan suasana belajaraktif, dll. Sedangkan
kekurangannya adalah, memerlukan waktu persiapan yang lebih lama,
membutuhkan peralatan yang kadangkala tidak tersedia.
5. Metode Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan resitasi sebagai metode belajar dan atau mengajar merupakan
sebuah upaya membelajarkan peserta didik dengan cara memberikantugas
penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaanatas diri sendiri,
atau menampilkan diri dalam menyampaikansesuatu ataumelakukan kajian maupun
uji coba sesuai dengan tuntutan kualifikasi ataukompetensi yang ingin dicapai.
model ini di rancang untukmerangsang peserta didik agar lebih aktif belajar, baik
secara perorangan maupun kelompok, menumbuhkan kebiasaan untuk belajar
mencari dan menemukan, mengembangkan keberanian dan tanggung jawab
terhadap diri sendiri, danmemungkinkan untuk memperoleh hasil yang permanen
C. Tujuan Penggunaan Metode Pembelajaran
Beberapa tujuan penting yang seharusnya dimiliki suatu metode
pembelajaran menurut Joyne & Weil (1980) adalah sbb : a. Bimbingan, maksudnya
suatu metode pembelajaran berfungsi menjadi acuan bagi guru dan peserta didik
mengenai apa yang seharusnya dilakukan, memiliki desian instruksional yang
komprehensif, dan mampu membawa guru dan peserta didikkearah tujuan pembelajaran.
b. Mengembangkan kurikulum, maksudnya metode pembelajaran selanjutnya berfungsi
untuk dapat membantu mengembangkan kurikulum pada setiap kelas atau tahapan
pendidikan. c. Spesifikasi alat pelajaran, maksudnya metode pembelajaran berfungsi
merinci semua alat pembelajaran yang akan digunakan guru dalam upaya membawa
peserta didik kepada perubahanperubahan perilaku yang dikehendaki. d. Memberikan
perbaikan terhadap pembelajaran. Maksudnya metode pembelajaran dapat membantu
meningkatkan aktivitas proses belajar mengajar sekaligus meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
D. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pemebalajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru ataupun dapat disebut sebagai
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari pada strategi,
11
metode, atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri
khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode pembelajaran:
Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Langkah-langkah mengajar yang diperlukan agar model pembelajaran dapat
dilaksanakan secara optimal
Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
(Khosim, 2017).
Macam-macan Model Pembelajaran
1) Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Mode pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah memahami konsep, arti,
dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan (Budiningsih, 2005:43).
2) Model Inquiry Learning Terbimbing dan Sains
Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian
melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice &Wells,
2003).
3) Model Problem Based Learning (PBL) Kurikulum 2013 Revisi 2017
Merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta
didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata (autentik) untuk
mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan Onn
Seng, 2000).
4) Dan macam-macam model pembelajaran lainnya yang tidak disebutkan satu-persatu
dalam penelitian ini.
Kemudian dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, Peneliti
menggunakan model Problem Based Learning (PBL), Mengapa harus Problem Based
Learning? Problem Based Learning adalah sebuah model pembelajaran kontekstual
dengan menggunakan masalah sebagai fokus utama dari pembelajaran. Keuntungan dari
penggunaan PBL dalam pembelajaran adalah salah satunya dapat meningkatkan
kemampuan analisis dari pembelajar.
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Kurikulum 2013 Revisi
2017, merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari
peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata (autentik)
12
untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan
Onn Seng, 2000). Problem Based Learning untuk pemecahan masalah yang komplek,
problem-problem nyata dengan menggunakan pendekataan studi kasus.Peserta didik
melakukan penelitian dan menetapan solusi untuk pemecahan masalah. (Bernie
Trilling & Charles Fadel, 2009: 111).
Tujuan Pembelajaran PBL untuk meningkatkan kemampuan dalam
menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep
High Order Thinking Skills (HOT’s) yakni pengembangan kemampuan
berfikir kritis, kemampuan pemecahan masalah dan secara aktif mengembangkan
keinginan dalam belajar dengan mengarahkan belajar diri sendiri dan
keterampilan (Norman and Schmidt). Pengembangan kemandirian belajar dapat
terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi,
dan sumber- sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah. Sintak model
Problem Based Learning dari Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3)
terdiri atas:
a. Mengidentifikasi masalah;
b. Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi
informasi-informasi yang relevan;
c. Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-
pikiran dan mengecek perbedaan pandang;
d. Melakukan tindakan strategis, dan
e. Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang
dilakukan.
Penggunaan Sintak model Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting
(David H. Jonassen, 2011:93) terdiri atas:
a. Merumuskan uraian masalah;
b. Mengembangkan kemungkinan penyebab;
c. Mengetes penyebab atau proses diagnosis, dan Mengevaluasi
Menurut Soekamto model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
13
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar (Trianto, 2009: 23). Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Sedangkan menurut Ibrahim dkk., (2000: 5), bahwa : “Problem Based
Learning (PBL) atau pelajaran berdasarkan masalah berguna untuk merangsang
peserta didik berfikir dalam situasi yang berorientasi masalah, termasuk di dalamnya
belajar bagaimana belajar”. Jadi secara garis besar Problem Based Learning (PBL)
menyajikan kepada peserta didik situasi masalah yang autentik dan bermakna yang
dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan
dan inkuiri. peserta didik dituntut bertanggung jawab atas pendidikan yang mereka
jalani, serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada guru. Problem Based
Learning (PBL) membentuk peserta didik mandiri yang dapat melanjutkan proses
belajar pada kehidupan dan karir yang akan mereka jalani.
Seorang guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu
peserta didik yang menjalani proses pendidikan. Ketika peserta didik menjadi
lebih cakap dalam menjalani proses belajar Problem Based Learning (PBL), tutor
akan berkurang keaktifannya. peserta didik dihadapkan pada masalah dan mencoba
untuk menyelesaikan dengan bekal pengetahuan yang mereka miliki. Pertama-
tama mereka mengidentifikasi apa yang harus dipelajari untuk memahami
lebih baik permasalahan dan bagaimana cara memecahkannya. Langkah
selanjutnya, peserta didik mulai mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku,
jurnal, laporan, informasi online atau bertanya pada pakar yang sesuai dengan
bidangnya. Melalui cara ini, balajar dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan dan gaya
tiap individu.
Pada model pembelajaran ini peran guru adalah mengajukan masalah,
mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, dan memberikan
fasilitas penelitian, serta melakukan penelitian. Kegiatan ini dapat dilakukan guru
saat pembelajaran di kelas dan melalui latihan yang cukup (Hamzah, 2007:57). Ini
berarti bahwa model pembelajaran Problem Based Learning hanya dapat
terjadi jika guru mampu menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan
membimbing pertukaran gagasan, sehingga peran guru adalah sabagai pemberi
rangsangan, pembimbing kegiatan peserta didik, dan penentu arah belajar
14
peserta didik. Pada pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning,
selain guru menjadi penentu keberhasilaan pembelajaran, juga faktor sumber belajar,
sarana yang digunakan, dan kurikulum turut berperan. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Sudjana (Hamzah, 2007:69) bahwa keberhasilan model
pembelajaran Problem Based Learning tergantung adanya sumber belajar bagi
peserta didik, alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan. Menuntut adanya
perlengkapan kurikulum, menyediakan waktu yang cukup, apa lagi data yang
diperoleh dari lapangan, serta kemampuan guru dalam mengangkat dan merumuskan
masalah
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa model
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang menitik
beratkan kegiatan belajar pada peserta didik, mulai dari mendefinisikan masalah,
merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis
data, serta menarik kesimpulan. Guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan peserta
didik secara aktif berperan serta dalam proses belajar mengajar.
Menurut Aerend (2008: 157-158) karakteristik Problem Based
Learning adalah sebagai berikut:
1. Driving questions or problems; Pengajuan pertanyaan atau masalah PBL
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan dan masalah yang kedua-
duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk peserta didik.
Mereka mengajukan situasi kehidupan secara nyata (autentik), menghindari
jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk
situasi itu.
2. Interdisciplinary focus; Berfokus pada keterkaitan antar disiplin dengan masalah
yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya
peserta didik meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran
3. Authentic investigation; Penyelidikan autentik: PBL mengharuskan peserta didik
melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata
terhadap masalah nyata
4. Production of artifacts and exhibit; Menghasilkan produk : PBL mengharuskan
peserta didik menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan
penampilan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah
yang mereka temukan
5. Collaboration; Kolaborasi: Problem Based Learning (PBL) menuntut adanya
15
kerjasama kolaborasi antara anggota kelompok
Arti pernyataan di atas adalah 1) belajar berpusat pada peserta didik 2) belajar
dalam kelompok kecil 3) seorang tutor bertindak sebagai fasilitator atau guide
4) masalah-masalah disajikan dari awal urutan belajar sebelum beberapa atau
pelajaran berlangsung 5) sulitnya masalah digunakan sebagai alat untuk mencapai
pengetahuan yang dibutuhkan dan ketrampilan pemecahan masalah pada akhirnya
diperlukan memecahkan masalah, 6) informasi baru diperoleh melalui belajar mandiri.
Ini tidak berarti bahwa guru melepaskan otoritasnya untuk membuat pertimbangan
tentang kekuatan apa yang menjadi penting untuk peserta didik belajar, melainkan
ciri yang parsial dan tanggung jawab yang tegas kepada peserta didik sendiri. Dengan
kata lain bukan berarti guru yang mendominasi dalam kegiatan belajar mengajar yang
mengakibatkan peserta didik menjadi pasif. Penciptaan tugas dan aktivitas yang
memerlukan masukan dari peserta didik kiranya juga meningkatkan kemungkinan
peserta didik termotivasi untuk belajar.
Sedangkan tujuan Problem Based Learning (PBL) menurut Arends
(2008: 158 ) adalah menghasilkan peserta didik yang mempunyai kemampuan:
1. Mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupannya dengan inisiatif dan
antusiasme.
2. Melakukan pemecahan masalah secara efektif dengan berdasar pada
pengetahuan yang terintergrasi, fleksibel dan berguna
3. Menggunakan ketrampilan belajar yang mandiri dan efektif
4. Memantau dan menilai kelayakan pengetahuan, pemecahan masalah dan
ketrampilan belajar mandiri secara berkesinambungan
5. Kolaborasi secara aktif sebagai anggota kelompok
Problem Based Learning (PBL) berusaha membantu peserta didik menjadi
pembelajar yang mandiri dan otonom. Bimbingan guru yang berulang-ulang
mendorong dan mengarahkan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, mencari
penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Dengan begitu, peserta
didik belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam kehidupan
kelak.
Agus Suprijono (2011: 74) langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) adalah sebagai berikut:
16
Fase – fase Prilaku Guru
Fase 1 : Orientasi peserta didik
kepada masalah
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran mendeskripsikan
berbagai kebutuhan logistik penting
dan memotivasi peserta didik untuk
terlibat dalam kegiatan mengatasi
masalah
Fase 2 : Mengorganisasi peserta
didik untuk belajar
Guru membantu peserta didik
mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
Fase 3 : Membimbing penyelidikan
individual dan kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalahnya
Fese 4 : Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu peserta didik
merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, video dan
model serta membantu mereka
berbagi tugas denga temannya
Fase 5 : Menganalisis dan
mengevaluasi proses mengatasi
masalah
Guru membantu peserta didik
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
Tabel : 2.1 Langkah-langkah PBL
Ada 7 langkah proses pembelajaran Problem Based Learning seperti yang
dikemukakan Amir. T (2009: 24), sebagai berikut:
1. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
2. Merumuskan masalah
3. Menganalisis masalah
4. Menata gagasan peserta didik dan secara sistematis menganalisisnya lebih dalam
17
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran
6. Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi
kelompok)
7. Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat
laporan untuk kelas.
E. Keterampilan Berfikir Kritis
1. Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta yang ada
kemudian membuat beberapa gagasan dan mempertahankan gagasan tersebut
kemudian membuat pertimbangan, berpikir kritis juga sebuah proses yang
disengaja dan dilakukan secara sadar untuk menafsirkan sekaligus
mengevaluasi sebuah informasi dari pengalaman, keyakinan dan kemampuan
yang ada,salah satu sisi menjadi orang kritis, pikiran harus terbuka, jelas dan
berdasarkan fakta- fakta tujuan berpikir kritis yaitu untuk membuat keputusan
yang rasional yang diarahkan untukmemutuskan apakah meyakini atau
melakukan sesuatu. Dengan demikian berpikir kritis mempertimbangkan dan
mengevaluasi informasi yang pada akhirnya memungkinkan siswa secara
aktif membuat keputusan final seperti berpikir-mengenai hal, substansi atau
masalah apa saja dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya
dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat
dalampemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya.
Berpikir kritis juga memaju kemampuan untuk mengatakan
sesuatudengan penuh percaya diri. Dan sebuah proses sistematis yang
memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan
pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis juga proses terorganisasi yang
memungkinkan siswa untuk mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan bahasa
yang mendasari pernyataan orang lain. Glaser mengatakan bahwa berpikir
kritis adalah suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-
masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang.
pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis,
dan semacam suatu ketermapilan untuk menerapkan metode-metode tersebut.
18
berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau
pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-
kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya. tujuan dari berpikir kritis adalah
untuk mencapai pemahaman yang mendalam. pemahaman membuat kita
mengerti maksud di balik ide yang mengarahkan hidup kita setiap hari.
Pemahamn mengungkapkan makna di balik suatu kejadian.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kemampuan
berpikir kritis dalam penelitian ini adalah proses yang harus dilakukan
seseorang untuk mencapai hasil atau keputusan yang tepat dan masuk akal
dengan cara melaksanakan proses berpikir secara matang, memecahkan
masalah, dan mengevaluasi segala hal yang telah dibaca, didengar dan
ditulisnya seperti, fakta dan informasi, pengetahuan yang dimiliki dan
dibutuhkan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
2. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Adapun Indikator kemampuan berpikir kritis mampu merumuskan pertanyaan
menganalisi, mempertimbangkan serta mentoleransi ambisius dari permasalah-
permasalahan yang ada.
1. Kegiatan merumuskan pertanyaan
2. Membatasi permasalahan.
3. Menguji data-data
4. Menganalisis berbagai pendapat dan bias
5. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
6. Menghidari penyederhanaan berlebihan
7. Mempertimbangkan berbagai interprestasi
8. Mentoleransi ambigius.
Sedangkan indikator yang menurut make (dalam jurnal Misbahul Janah) yaitu:
1. Mengungkapkan Masalah dan Isu
2. Memahami Konsep Relevan dan Tidak Relevan
3. Memahami Akibat dari suatu kejadian
4. Menentukan Hipotesis Yang Sederhana
5. Menggambarkan Kesimpulan Dari suatu Kejadian
3. Hubungan Penggunaan Model Problem Based Learning dengan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
19
tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaranProblem Based Learning
dapat membiasakan siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah secara
terampil, merangsang pengembangan kemapuan berpikir kritis dan kreatif serta
membuat siswa lebih mandiri. Dengan begitu siswa termotivasi untuk mengutaran
pendapat sesuai dengan pemikiran dalam memecahkan sebuah permasalahan sehingga
dapat meningkatkan kemapuan berpikir kritis.
Berpikir kritis adalah salah satu proses berpikir yang untuk membuat
keputusan yang rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini. Dengan
demikian berpikir kritis mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi yang pada
akhirnya memungkinkan siswa secara aktif membuat keputusan final.
Berpikir kritis juga suatu proses yang harus dilakukan seseorang untuk
mencapai hasil atau keputusan yang tepat dan masuk akal dengan cara melaksanakan
proses berpikir secara matang, memecahkan masalah, dan mengevaluasi segala hal
yang telah dibaca, didengar dan ditulisnya seperti, fakta dan informasi, pengetahuan
yang dimiliki dan dibutuhkan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil
keputusan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan penggunaan model
Problem Based Learning dengan Keterampilan Berpikir Kritis sangat berkaitan
dimana dengan adanya masalah yang diberikan kepada siswa, siswa dapat
memecahkannya dengan cara siswa menganalisi permasalahan yang ada
mengevaluasi serta dapat menyimpulkan jawaban dari permasalahan tersebut.
Keberhasilan tersebut memberi dampak pada peningkatan kemampuan berfikir kritis
yang diwujudkan dalam hasil belajar yang memuaskan.
F. Prinsip-prinsip praktik Khutbah, TabligdanDakwah
Khutbah, tabligh, dan dakwah membutuhkan manajemen yang profesional. Sebab,
ketiganya memadukan beragam sumber daya yang ada untuk mengajak pihak internal
dan pihak eksternal untuk memeluk, mencintai, dan mengamalkan ajaran Islam, atau
menyempurnakan nilai ajaran yang sudah terhunjam di dada setiap muslim (internal).
Di antara faktor penting keberhasilan dakwah adalah memulai dan mengamalkan
terlebih dahulu ajaran Islam kepada diri sendiri, keluarga terdekat, baru kemudian
mengajak pihak lain.
Ketidakberhasilan khutbah, tabligh, dan dakwah dewasa ini banyak disebabkan
20
karena mereka yang semestinya menjadi contoh atau panutan, malah menerjang dan
tidak mematuhi ajaran yang disampaikan. Laksana pagar makan tanaman, tidak satunya
kata dengan perbuatan. Pepatah bijak mengatakan: ”Semestinya ia menerangi orang lain,
namun yang terjadi ia malah terbakar sendiri.”
Berikut ini, rincian dari khutbah, tabligh, dan dakwah ;
1. Khutbah
a) Pengertian Khutbah
Berdasarkan makna bahasa, ada beberapa pengertian, yakni: (a) kata khutbah, jika
berasal dari kata mukhathabah berarti “pembicaraan”; (b) jika berasal dari kata “al-
khatbu” berarti “perkara besar yang diperbincangkan”; dan (c) khutbah dapat juga
bermakna memberi peringatan, pembelajaran atau nasehat dalam kegiatan ibadah.
Sementara, jika ditinjau dari pengertian istilah, khutbah adalah (a) menyampaikan
pesan tentang takwa sesuai dengan perintah Allah Swt. dengan syarat dan rukun
tertentu; (b) kegiatan nasehat yang disampaikan kepada kaum muslim dengan syarat
dan rukun tertentu yang erat kaitannya dengan sah atau sunnahnya ibadah, sedangkan
orang yang melakukan khutbah dikenal dengan istilah khatib.
b) Syarat Khatib, adalah; i) Islam yang sudah baligh dan berakal sehat. ii) Mengetahui
syarat, rukun, dan sunnah khutbah. iii) Suci dari hadats, baik badan maupun pakaian,
serta auratnya tertutup. iv) Tartil dan fasih saat mengucapkan ayat Al-Qur’an dan
Hadits. v) Memiliki akhlak yang baik dan tidak tercela di mata masyarakat. vi)
Suaranya jelas dan dapat dipahami oleh jamaah. vii) Berpenampilan rapi dan sopan.
c) Syarat-syarat Dua Khutbah; i) Khutbah Shalat Jum’at dilaksanakan sesudah masuk
waktu Dhuhur. Selesai khutbah, dilanjutkan dengan shalat. Berbeda dengan Khutbah
Shalat ‘Idain, Shalat Khusuf dan Shalat Kusuf, serta Shalat Istisqa yang dilaksanakan
setelah selesai shalat. ii) Khutbah dilakukan dengan berdiri. Namun, jika tidak
mampu, boleh dilakukan dengan duduk. iii) Duduk sebentar di antara dua khutbah. iv)
Suara khutbah harus jelas dan dapat didengar oleh jamaah. Saat sekarang ini,
pengurus masjid dapat menggunakan pengeras suara, televisi, atau monitor sehingga
jamaah yang berada jauh atau di ruangan lain dapat melihat dan mendengar sang
khatib. v) Tertib, yakni dimulai khutbah pertama, dilanjutkan ke khutbah kedua.
d) Rukun Khutbah; i) Membaca Hamdalah pada kedua Khutbah. ii) Membaca
21
Syahadatain (2 kalimat syahadat). iii) Membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad
Saw. iv) Berwasiat kepada diri dan jamaah, berisi ajakan untuk meningkatkan iman,
taqwa, ibadah, serta memperbanyak amal shaleh, sebaliknya menjauhi dosa dan
kemaksiatan, agar hidupnya bahagia dunia dan akhirat. v) Membaca satu atau
beberapa ayat suci al-Qur’an, ayat yang dibaca biasanya disesuaikan dengan topik
yang akan disampaikan. vi) Berdoa pada khutbah kedua untuk memohon ampunan,
kesejahteraan, dan keselamatan bagi kaum muslimin dan muslimat baik di dunia
maupun akhirat.
e) Sunnah Khutbah ; i) Khatib memberi salam pada awal khutbah, dan menghadap ke
arah jamaah. ii) Khutbah disampaikan di tempat yang lebih tinggi (di atas mimbar). iii)
Khutbah disampaikan dengan kalimat yang jelas, sistematis dan temanya disesuaikan
dengan situasi dan kondisi aktual yang saat itu terjadi. iv) Khatib hendaklah
memperpendek khutbahnya, jangan terlalu panjang, sebaliknya Shalat Jum’atnya saja
yang diperpanjang. v) Khatib disunnahkan membaca Q.S. al-Ikhlas saat duduk di
antara dua khutbah. vi) Khatib menertibkan rukun-rukun khutbah, yaitu dimulai
membaca hamdalah sampai rukun yang terakhir, yakni berdoa untuk kaum muslimin.
f) Adab Shalat Jum’at; i) Menyegerakan berangkat ke masjid lebih awal.ii)
Membiasakan mengisi shaf terdepan yang masih kosong, lalu lakukan shalat
“Tahiyatul Masjid” atau Shalat Qabliah Jum’at sebanyak dua rakaat. iii)
Memperbanyak dzikir dan doa, membaca shalawat Nabi Saw. atau membaca al-
Qur’an dengan suara pelan,sebelum khatib naik mimbar iv)Mendengarkan khutbah
dengan seksama. Jangan berbicara, termasuk menegur jamaah lain, apalagi
mengantuk atau tidur, akibatnya jum’atnya menjadi sia-sia, termasuk tidak
memahami isi khutbah.
g) Adab Shalat ‘Idain; i) Waktu Shalat ‘Idain dimulai saat matahari setinggi tombak,
sampai waktu zawāl (matahari bergeser ke arah barat). ii) Pelaksanaan shalat, lebih
utama berada di tanah lapang, jika tidak ada halangan. iii) Sebelum berangkat,
disunnahkan untuk mandi dan memakai pakaian terbaik. iv) Disunnahkan makan atau
sarapan terlebih dahulu sebelum Shalat Idhul Fitri, dan tidak makan atau sarapan
sebelum Shalat Idhul Adha. v) Memperbanyak bacaan takbir saat menuju tempat
shalat.
h) Praktik Khutbah I (Pertama): Urutan khutbah sebagai berikut. i) Khatib berdiri di
22
mimbar yang diawali dengan ucapan salam. ii) Khatib duduk kembali saat
dikumandangkan adzan. iii) Selesai adzan, khatib berdiri dan membaca rangkaian dari
rukun-rukun khutbah secara tertib (berurutan yang dimulai hamdalah, syahadat,
shalawat, dan seterusnya iv)Materi khutbah, hendaklah disesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang sedang aktual atau terkini, yang diperkuat dengan rujukan atau dalil
yang kuat, khususnya yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits. v) Penutup khutbah
I (Pertama)
i) Praktik Khutbah II (Kedua): i) Selesai khutbah pertama, khatib duduk sebentar
(sambil berdoa mohon ampun untuk diri dan kedua orang tua), lalu berdiri untuk
khutbah kedua. ii) Khutbah kedua ini, boleh diisi dengan kesimpulan materi khutbah I
(pertama), dengan tetap tidak mengabaikan rukun-rukun khutbah, atau dapat juga
langsung membaca rukun-rukun dari khutbah mulai hamdalah sampai berdoa. iii)Setelah
itu diakhiri dengan membaca doa iv) Kalimat penutup khutbah kedua.
2. Tablig
1) Pengertian Tablig
Jika ditelaah menurut bahasa, kata tabligh berasal dari kata “ Balago -Yuballigu -
Tabliigon”yang berarti menyampaikan atau memberitahukan pesan atau ceramah secara
lisan atau perkataan. Bisa juga bermakna ceramah yang tidak disertai dengan rukun
seperti khutbah. Bukan sekadar ceramah atau pesan biasa, tetapi sebuah ceramah yang
sumbernya dari ajaaran islam yang disampaikan kepada satu orang atau banyak orang,
agar mengamalkan pesan tersebut.
Namun, jika ditelaah dari pengertian istilah, tabligh memiliki beberapa makna,
antara lain sebagai berikut: a) Menyampaikan ajaran Islam baik dari al-Qur’an maupun
Hadits yang ditujukan kepada umat manusia. b) Menyampaikan ajaran-ajaran Islam
kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman agar memperoleh kebahagiaan dunia
dan akhirat. c) Da’wah Islamiyah dalam bentuk khusus (lisan dan tulisan) untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain. d) Menyampaikan ‘pesan’ Allah Swt.
secara lisan kepada satu orang Islam atau lebih untuk diketahui dan diamalkan isinya. e)
Suatu pekerjaan yang dilakukan untuk menyampaikan atau menyiarkan agama Islam
kepada umat.
Berdasarkan pengertian tersebut, tabligh merupakan bagian dari dakwah. Tabligh
lebih banyak berisi pesan atau ceramah lisan dan perkataan, sementara dakwah lebih
23
luas, seluas aspek kehidupan muslim. Khusus di Indonesia, konsep tabligh menjadi agak
rancu, karena adanya kegiatan Tabligh Akbar yang biasanya tempat dan pesertanya
lebih besar, serta diisi dengan dzikir bersama, sehingga terjadi perbedaan konsep yang
tertanam pada benak masyarakat umum.
2) Dalil Adanya Tabligh
Artinya: (yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah risalah Allah), mereka
takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada siapa pun selain kepadaAllah. Dan
cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan (Q.S. al-Ahzab/33: 39).
Perhatikan juga isi kandungan dari beberapa Q.S. alMāidah/5: 99, Q.S. ar-Ra’d/13:
40, dan Q.S. an-Nahl/16: 35 yang isinya tentang tabligh.
3) Ketentuan Tabligh
Berikut ini ada beberapa ketentuan dan tara cata yang harus diperhatikan, terkait dengan
pelaksanaan tabligh.
a) Ketentuan Tabligh i) Tabligh dilakukan dengan cara yang sopan, lemah lembut,
tidak kasar, dan tidak merusak. ii) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
oleh jamaahnya. iii) Mengutamakan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh
kesepakatan bersama. iv) Materi tabligh yang disampaikan harus mempunyai
rujukan yang kuat dan jelas sumbernya. v) Disampaikan dengan penuh keikhlasan
dan kesabaran, sejalan dengan situasi dan kondisi yang mengitarinya, termasuk
aspek psikologis dan sosiologis para jamaahnya. vi) Tidak menghasut orang lain
untuk bermusuhan, berselisih, merusak, dan mencari-cari kesalahan orang lain.
b) Tata Cara Tata cara/strategi tabligh harus merujuk dari teladan Rasulullah Saw.
dan para sahabatnya dalam melaksanakan dakwah atau tabligh. Jika tidak, tabligh
yang bertujuan baik, malah berubah menjadikan citra Islam semakin menurun,
tidak bagus, bahkan merusak citra, tentu semua itu harus menjadi kesadaran
bersama agar tidak terjadi.
Sejarah Islam memberi teladan dalam bertabligh, yaitu sebagai berikut;
24
i)Mengajak orang-orang terdekatnya agar menjadi muslim yang baik, pro l
muslim yang menyatu antara kata dan perbuatan, lalu mengajak kepada keluarga
dan menyebar kepada masyarakat secara luas. Sebab, keluarga merupakan kunci
sukses, karena pihak lain akan melihat dulu pribadi dan keluarga. Jadi, keluarga
menjadi cermin kepribadian seseorang (Q.S. ashShaf/61: 2--3, Q.S. Luqmān/31:
12--19)
ii)Mendekati pihak lain sesuai dengan kapasitas ilmu dan martabatnya. Karena
itu, perlu pendekatan dan strategi yang beragam, apalagi kondisi saat ini yang
serba cepat, praktis, dan canggih. Semua itu mengharuskan adanya perubahan
dalam tabligh (Q.S. al-Muddatstsir/74: 1--7).
iii) Mengajak diri dan pihak lain agar berkerja sama dan saling membantu akan
terlaksananya tabligh secara baik, bertahap, berkesinambungan, menjangkau
semua lapisan masyarakat, serta adanya segmen tabligh yang jelas antara
mubaligh satu dengan yang lain, sehingga semua lapisan masyarakat terkena
sasaran tabligh (Q.S. al-Māidah/5: 2).
c) Peragaan/Praktik Bertabligh
Sebagai bagian dari peragaan atau praktik bertabligh, maka ada tahapan
langkah-langkah yang harus diikuti, antara lain sebagai berikut: i) Tahap
persiapan Rujuklah dan pelajari materi tabligh, agar sesuai dengan kebutuhan
jamaah atau audiens ii. Tahap pelaksanaan Sejalan dengan ciri-ciri masyarakat
modern, maka informasi yang disampaikan harus yang praktis, singkat dan serba
cepat, dengan tetap mengedepankan bahasa yang sederhana, mengajak jamaah
berdiskusi dan mengandalkan logika dan akal sehat, melibatkan juga mata hati,
serta menghindari gaya yang menggurui, menekan, apalagi memaksa. iii) Tahap
konsolidasi Sebagai tahap akhir, upayakan adanya pemantapan pemahaman
materi tabligh dalam bentuk kesimpulan atau resume, dan hal-hal apa saja yang
harus ditindaklanjuti, biasanya dikenal dengan RTL (Rencana Tindak Lanjut).
Hal ini perlu dilakukan agar setiap jamaah ada kesadaran diri untuk melakukan
perbaikan dan peningkatan kualitas amal, dan tidak kalah pentingnya tidak
terjadi bias pemahaman bagi jamaah atau audiens, sebelum mengakhiri kegiatan
tabligh.
25
3. Dakwah
a. Pengertian Dakwah
Jika ditelaah menurut arti bahasa, kata “dakwah” berasal merupakan masdar
(kata dasar) dari bahasa Arab, yaitu: kata”Da`a - Yadu`u - Da`watan” (yang
mempunyai arti mengajak, memanggil, dan menyeru untuk hal tertentu. Orang yang
melakukan pekerjaan dakwah disebut dai (laki-laki) dan daiyah (perempuan)
Sementara, jika ditinjau dari makna istilah, ada beberapa pengertian dakwah,
antara lain sebagai berikut: a) Setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan
memanggil orang atau kelompok orang untuk beriman kepada Allah Swt. sesuai
dengan ajaran akidah (keimanan), syariah (hukum) dan akhlak Islam. b) Kegiatan
untuk mengajak orang lain ke jalan Allah Swt. secara lisan atau perbuatan untuk
kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari supaya mendapat kebahagiaan
dunia dan akhirat. c) Kegiatan mengajak orang-orang untuk mengamalkan ajaran
Islam di dalam kehidupan sehari-hari. d) Seruan atau ajakan kepada keinsafan atau
usaha untuk mengubah agar keadaannya lebih baik lagi, baik kepada pribadi maupun
masyarakat.
b. Dalil Perlunya Dakwah
Artinya: Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung (Q.S. Ali Imrān/3: 104).
Perhatikan juga isi kandungan dari beberapa Q.S. Q.S. anNahl/16: 125, Q.S. al-
Hajj/22: 67, Q.S. al-Qashash/28: 87 yang isinya tentang dakwah.
c. Adab dalam Berdakwah
Ada beberapa adab atau etika dakwah yang harus diperhatikan, antara lain: i)
Dakwah harus dilakukan dengan hikmah, yaitu ucapan yang jelas, tegas, dan sikap
yang bijaksana. ii) Dakwah harus dilaksanakan dengan mauidzatul hasanah atau
nasihat yang baik, yaitu cara-cara persuasif (damai dan menenteramkan, tanpa
26
kekerasan) dan edukatif (memberikan pengajaran, i’tibar dan pelajaran hidup). iii)
Dakwah harus dilakukan dengan memberi teladan yang baik (uswatun hasanah). iv)
Dakwah harus dilaksanakan dengan mujadalah, yaitu diskusi atau tukar pikiran yang
berjalan secara dinamis dan santun dengan menghargai pendapat orang lain.
d. Sasaran dan Tujuan Dakwah
1)Sasaran Dakwah a) Memberi semangat kepada manusia agar selalu meningkatkan
kualitas dan kuantitas amalnya, dari perilaku baik menjadi terbaik, dan yang sudah
banyak amalnya agar diperbanyak lagi, serta dari yang sekadar mengejar formalitas
menuju ke substansi sehingga prol mukmin yang sejati dapat diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari. b) Mengubah jalan hidup yang tidak baik menjadi baik,
serta yang menyimpang dari aturan Allah Swt. agar kembali ke jalan-Nya (melalui
taubatan nashūhā), sehingga derajat, harkat, dan martabat manusia yang sudah
terpuruk dan jatuh ke lembah nista dapat terangkat kembali, dan menjalani
kehidupan secara benar.
2) Tujuan Dakwah
Jika merujuk kepada Q.S. an-Nūr/24: 55, maka tujuan dakwah adalah menyeru
dan mengajak segenap manusia agar konsisten/istiqamah dalam: i) beriman hanya
kepada Allah Swt. dan tidak melakukan kemusyrikan (tauhid/akidah); ii).
menjadikan seluruh aktivitasnya hanya beribadah kepada Allah Swt.
(ikhlas/syariah); iii). mengerjakan amal shaleh dalam arti yang seluasluasnya (amal
ibadah/muamalah); iv). berakhlak mulia yang tolak ukurnya dari akhlak Rasulullah
Saw (akhlak/ihsan).
3) Syarat dan Metode Dakwah
Seorang dai jika ingin sukses harus memenuhi syarat seperti yang telah dilakukan
oleh para Rasul, yaitu sebagai berikut: i) Satunya kata dengan perbuatan, sikap dan
tingkah lakunya benar-benar menjadi teladan (uswatun hasanah). ii) Paham tentang
objek dakwahnya sehingga tepat dengan sasaran dakwah yang dituju (Q.S.
Ibrāhīm/14: 4). Hal ini diperkuat juga dengan sabda Rasulullah Saw. yakni:
“Berbicaralah kepada manusia sesuai kadar akal mereka.” iii) Memiliki keberanian
dan ketegasan, namun tetap bijak dan santun dalam berdakwah. Jalan yang dipilih
adalah jalan tengah (tawasuth), damai, dan menenteramkan, meski tidak hilang
ketegasannya pada kondisi tertentu. iv) Memiliki ketabahan dan kesabaran yang
27
tinggi dalam menghadapi segala tantangan dan rintangan yang boleh jadi muncul
dari dakwah yang dilakukan. v) Sadar sepenuhnya bahwa tugasnya hanyalah
menyampaikan, mengajak, dan menyeru, terkait hasilnya diserahkan sepenuhnya
hanya kepada Allah Swt. (Q.S. an-An’ām/6: 159). vi) Terus berdoa dan memohon
kepada Allah Swt. agar dakwah yang dilakukan mencapai keberhasilan.
Sementara itu, perihal metode dakwah yang harus dilaksanakan oleh dai, jika
mengacu kepada Q.S. anNahl/16: 125, maka metode dakwah yang harus dilakukan,
antara lain: i)Meluruskan niat, bahwa dakwah itu harus demi dan bertujuan hanya
kepada Allah Swt., bukan untuk kepentingan siapa pun, tetapi hanya mencari ridha-
Nya.ii)Dakwah itu harus bijak (hikmah) (bijaksana), mengetahui betul kondisi
jamaahnya sehingga materi dan metode yang disampaikan tepat mengenai sararan.
iii). Menghindari cara-cara yang memaksa, menakutkan, apalagi cara terror dan
radikal, tetapi kedepankan cara mau’idhah hasanah, yaitu cara yang damai, indah,
santun, menenteramkan, dan menyenangkan sehingga materi dakwah tanpa terasa
dapat masuk dalam relung hati yang paling dalam. Hal ini, tentu tidak mudah,
namun dengan bertambahnya pengalaman diri dan orang lain, serta selalu
memperbaharui rujukan atau bacaan, maka capaian tersebut bukan hal yang
mustahil. iv). Lakukan dakwah dengan cara ber-mujadalah, yakni dakwah melalui
dialog, diskusi, bahkan boleh juga berdebat, tetapi tetap menggunakan cara yang
beradab, berlandaskan etika diskusi yang baik, serta tidak melakukan debat kusir,
apalagi mau menang sendiri.
e. Metode Al-Qur’an dalam Menyajikan Materi Dakwah
Disebabkan objek dakwah itu manusia, yang memiliki unsur jasmani, akal dan
jiwa, maka pendekatan dakwah yang dilakukan juga harus memperlakukan manusia
secara utuh, serempak, dan terpadu. Karena itu, Al-Qur’an memiliki ciri-ciri sebagai
berikut. i) Saat manusia mendapatkan puncak kesucian (saat menerima wahyu, atau
hasil olah batin), al-Qur’an membawa yang bersangkutan dalam situasi yang bersifat
material (Perhatikan Q.S. Thāhā/20: 17, Q.S. al-Qiyāmah/75: 16, dan Q.S. an-Najm/53:
17). ii) Menggunakan benda-benda alam, meski ukurannya kecil, sebagai penggubung
antara manusia dengan Allah Swt. atau sebagai gambaran tentang sikap kejiwaannya
(Perhatikan Q.S. az-Zumar/39: 5, Q.S. al-Baqarah/2: 264). iii) Menekankan bahwa
segala sesuatu yang terjadi di bawah kekuasaan, pengetahuan, dan pengaturan Allah
Swt. (Perhatikan Q.S. al-Anfāl/8: 17, Q.S. al-An’ām/6: 59, dan Q.S. ar-Ra’d/13: 15).
28
f. Media Dakwah
Penggunaan media dakwah tentu menjadi hal yang niscaya, apalagi kondisi
masyarakat modern yang ingin serba cepat, canggih, dan mudah. Sebab itu, media
dakwah yang digunakan mencirikan anak zamannya, tidak konvensional, apalagi hanya
sekadar ceramah dan mengumpulkan massa dalam jumlah yang besar, setelah itu bubar
tanpa bekas.
Selanjutnya, media dakwah untuk masa kini dapat menggunakan: (a) Media
elektronik, beragam media sosial, TV, radio dan internet. (b) Media cetak, antara lain:
buku, jurnal, surat kabar, majalah, spanduk, brosur , pamplet, dll.
g. Manajemen Dakwah
Faktor lain dari kesuksesan seorang dai, sangat tergantung dengan manajemen
dan pola yang digunakan, yang namanya manajemen tidak terlepas dari perencanan,
pelaksanakan, dan evaluasi, ditambah prinsip-prinsip lain yang mendukung keberhasilan
dakwah.
Jika ingin berhasil, setiap dai harus mengacu kepada teladan yang sudah
diterapkan oleh Rasulullah Saw. baik ketika di Periode Makkah maupun Madinah, yang
dikenal dengan istilah Sirah Nabawiyah. Pemahaman Sirah harus lengkap dan utuh,
karena jika tidak! Akibatnya menjadi fatal.
Saat berdakwah Rasulullah Saw menerapkan hal-hal sebagai berikut. i) Lemah
lembut dalam menjalankan dakwah ii) Bermusyawarah dalam segala urusan, termasuk
urusan dakwah iii) Menyampaikan dakwah sesuai dengan objek dakwah iv) Lapang
dada dan sabar v) Kebulatan tekad vi) Bertawakal.
h. Strategi Dakwah
Pada prinsipnya, dakwah itu dapat menggunakan strategi yang beraneka ragam,
sesuai dengan objek dakwah. Berdakwah harus berpatokan kepada Q.S. an-Nahl/16: 125.
Adapun dakwah (secara formal) menggunakan aturan-aturan (ini tidak baku), sebagai
berikut.
i)Pembukaan, antara lain:
- Mengucapkan salam yang dibarengi dengan membaca hamdalah.
- Membaca Shalawat kepada Nabi Saw.
29
ii)Isi, terdiri dari:
- Maksud dan tujuan dakwah
- Sasaran dakwah: Objek dakwah adalah orang yang didakwahi. Artinya, orang
yang diajak kepada agama Allah Swt., agar meningkatkan kualitas iman dan
taqwanya, serta kembali ke jalan kebenaran dan kebaikan.
- Materi dakwah: Umumnya, materi dakwah mencakup 4 (empat) hal, yaitu: akidah
(keimanan); syariah (hukum); akhlak (perilaku); dan muamalah (hubungan
sosial); yang kesemuanya berlandaskan Al-Qur’an, Hadits, dan rujukan lain yang
memiliki dasar hukum yang kuat dan jelas sumbernya.
- Penutup
G. Kerangka Berpikir
 Masalah
a. peserta didik kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran
b. Media yang digunakan tidak relevan
c. Sebagian besar hasil belajar peserta didik pada materi Prinsip-prinsip dan Praktik
Khutbah, Tablig dan Dakwah di bawah KKM
 Penyebab munculnya masalah
Rendahnya hasil belajar disebabkan karena penyampaian materi terlalu cepat,
guru tidak menggunakan media pembelajaran, peserta didik bosan dan tidak tertarik
dengan penjelasan guru, dan metode yang digunakan kurang tepat.
 Tindakan yang dilakukan
Menerapkan model Problem Based Learning dalam kegiatan pembelajaran
untuk meningkatkan hasil belajar.
 Hasil
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Problem
Based Learning diharapkan:
1) Rencana Pelaksanaan
2) Aktifitas belajar peserta didik meningkat
3) Hasil belajar peserta didik kelas XI SMK Widya Mukti dalam materi
Khutbah, Tablig dan Dakwah meningkat, sebagian besar mencapai KKM yang
ditetapan yaitu 75.
30
Monitoring peserta didik dan
kemajuan proyek
ANALISIS SILABUS
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
Tanya Jawab
Evaluasi
Presentasi
Menarik Kesimpulan
Penilaian hasil
Menjawab pemasalahan
yang diberikan guru
Mengerjakan Lembar kerja
Mencari Strategi Yang Tepat
Menyusun jadwal
Mengerjakan Latihan soal
Memahami Masalah
Menyusun perencanaan proyek
Membuat Resume
Kerangka Pemikiran dapat dilihat pada kerangka berikut ini :
Tabel : 2.2 Kerangka Pemikiran
PROBLEM BASED LEARNING
KHUTBAH, TABLIG, DAKWAH
Aktivitas peserta didik
Perhitungan
Konseptual
Indikator Kemampuan Pemecahan
Menyelesaikan Masalah
Penentuan Pertanyaan
mendasar
Menonton Video dan
membaca Teks Artikel pada
LKPD
Tahap Problem Based
Learning
31
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian kerangka teoritik yang telah dikemukakan di atas, maka
hipotesis tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut:
“Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis
pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah terhadap peserta didik kelas XI di SMK
Widya Mukti Desa Sirnagalih Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Provinsi
Jawa Barat.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) atau bisa dikenal dengan classroom action research.Penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegaiatn yang sengaja dimunculkan, dan
terjadi dalam sebuah kelas (Arikunto, 2006). Harjodiputro dalam Muslihuddin (2009)
menjelaskan bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan
melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik
mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap parktik tersebut dan agar mau
mengubahnya.
Menurut Muslihuddin (2009), yang dimaksud PTK ialah suatu penelitian yang
dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh
guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai
penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupakegiatan belajar
mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu,
dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkankualitas pendidikan atau
pengajaranyang diselenggarakan oleh guru atau penelitiitu sendiri, yang dampaknya
tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas.
Berikut merupakan bagan alur penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model
PTK Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2006:97).
Selanjutnya Arikunto (2006) memapaparkan bahwa tindakan yang diterapkan
dalam penelitian tindakan kelas seperti dideskripsikan melalui tahapan sebagai
berikut:
a. Siklus 1
1) Tahap Menyusun rancangan
Hal-hal yang dilakukan, anatara lain:
a) Meminta izin dari kepala sekolah SMK Widya Mukti
b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP) berkaitan denganmateri
Khutbah, Tablig dan Dakwah menggunakan model Problem Based Learning
c) Merumuskan media pembelajaran yang akan digunakan
d) Menentukan teknik pengamatan untuk mengamati situasi dan kondisiselama
33
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar (KBM) pada setiaptindakan.
e) Peneliti mendesain alat evaluasi
f) Merancang jadwal penelitian
2) Tahap Pelaksanaan tindakan
1) Perencanaan Peneliti menyiapkan rencana pembelajaran yang dilengkapi
dengan skenario tindakan. Skenario tindakan ini berisi langkah-langkah
yang harus ditempuh guru dan peserta didik.
2) Pelaksanaan
Implementasi Tindakan dilaksanakan sesuai dengan persiapan- persiapan
yang telah dilakukan sebelumnya. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari
proses kegiatan belajar mengajar, evaluasi dan refleksiyang dilakukan pada
akhir siklus. Pada siklus I peneliti melaksanakan kegiatan belajar mengajar
mengenai Khutbah, Tablig dan Dakwah menggunakan model Problem
Based Learning.
3) Pengamatan/ Observasi
Observasi pada penelitian ini dilakukan terhadap proses aktivitas peserta
didik dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan.
Sasarannnya kepada aktivitas peserta didik secara individual dalam
pembelajaran fungsi atau peranan organ peredaran darah manusia.
Peneliti dibantu oleh rekan guru (observer) yang akan mengamati jalannya
kegiatan belajar mengajar dalam setiap siklusnya. Hasil dari pengamatan
observer didiskusikan sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan pada
siklus selanjutnya. Evaluasi pada siklus I dilakukandengan cara memberikan
tes soal kepada peserta didik untuk dikerjakan secara individu. Evaluasi
dilaksanakan di akhir pertemuan pada setiaptindakan.
4) Refleksi
Refleksi pada siklus I dilaksanakan segera setelah tahap implementasi
tindakan dan observasi diakhir siklus selesai. Peneliti mengkaji, melihat
dan mempertimbangkan atas hasil yang telah dilaksanakan dalam tindakan
pada siklus I. Hasil refleksi dijadikan dasar untuk perbaikan pada siklus
(tindakan) selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes siklus I,
jika hasil belajar peserta didik meningkat dalam pembelajaran fungsi atau
34
peranan organ peredaran darah manusia dengan menggunakan model
picture and picture maka penelitian dilanjutkan ke siklus II.
Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran,
artinyasesudah tahap keempat, lalu kembali ke tahap satu dan seterusnya,sampai
penelitian dirasa cukup.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan alokasi waktu 3 jam
pelajaran, 2 kali pertemuan dilaksanakan dalam 2 siklus. Apabila pada siklus I
belum memperlihatkan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka akan
dilanjutkan pada siklus berikutnya (siklus II).
Tindakan pada siklus II merupakan perbaikan dan penyempurnaan dari
tindakan yang dilaksanakan pada siklus I. Oleh karena itu tindakan siklus II
dilakukan dengan melihat hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar serta
hasil belajar peserta didik pada siklus I.
b. Siklus II
1) Perencanaan
Peneliti menyiapkan rencana pembelajaran yang dilengkapi dengan skenario
tindakan. Skenario tindakan ini berisi langkah-langkah yang harus ditempuh guru
dan peserta didik.
2) Pelaksanaan
Implementasi Tindakan dilaksanakan sesuai dengan persiapan-persiapan yang
telah dilakukan sebelumnya. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari proses
kegiatan belajar mengajar, evaluasi dan refleksi yang dilakukan padaakhir siklus.
Pada siklus II peneliti melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengenai fungsi
atau peranan organ peredaran darah dengan menggunakan model picture and
picture dengan focus perbaikan hasil refleksi siklus I.
3) Pengamatan/observasi
Observasi pada siklus II dilakukan sama seperti pada siklus I. Hasil dari
pengamatan observer didiskusikan sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan
pada siklus selanjutnya. Evaluasi pada siklus II dilakukan dengan cara
memberikan tes soal kepada peserta didik untuk dikerjakan secara individu.
Evaluasi dilaksanakan di akhir pertemuan pada setiap tindakan.
35
4) Refleksi
Refleksi pada siklus II dilaksanakan segera setelah tahap implementasi tindakan
dan observasi selesai. Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil
yang telah dilaksanakan dalam tindakan pada siklus II. Hasil refleksi dijadikan dasar
untuk perbaikan pada siklus (tindakan)selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi dan
hasil tes siklus II, jika hasil belajar peserta didik meningkat dalam pembelajaran
prinsip-prinsip dan praktik Ekonomi dalam Islam menggunakan metode Jigsaw
maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Berdasarkan tahapan penelitian di atas maka prosedur Penelitian Tindakan
Kelas dapat dilihat pada gambar berikut:
B. Subyek Penelitian
Penulisan ini merupakan penulisan tindakan kelas berdasarkan permasalahan
dalam hasil belajar pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah di SMK Widya Mukti
kelas XI. Subjek pelaku tindakan 1 adalah guru PAI. Subjek penerima tindakan
adalah 36 peserta didik kelas XI SMK Widya Mukti Desa Sirnagalih Kecamatan
Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya tahun ajaran 2022/2023.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu untuk memperoleh data yang
diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di
lapangan. Dalam penelitian ini untuk mendapat perbaikan rencana tindakan dalam
setiap kegiatan belajar mengajar, peneliti menggunakan tes tertulis, lembar observasi,
36
lembar wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah perangkat pembelajaran yang
harus dibuat sebelum melaksanakan pembelajaran. RPP yang dibuat disesuaikan
dengan materi dan metode dan model pembelajaran.
2. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas- tugas
tertulis yang distandardisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok
untuk dikerjakan, dijawab atau direspon. Tes tertulis dalampenelitian ini meliputi
lembar kerja peserta didik (LKPD) dan lembarevaluasi.
3. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah alat pengumpul data yang digunakan untuk merekam
segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi dan mengukur aktivitaspeserta didik dan
guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara sebagai
berikut : 1) observasi, 2) tes, 3) dokumentasi, dan 4) catatan lapangan.
1) Observasi
Observasi yang dilaksanakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran dengan
penggunaan model Problem Based Learning Kelas XI, baik pada aktifitas guru dan murid
serta pada penilaian hasil belajar kognitif. Jenis observasi dalam penelitian ini adalah
observasi terstruktur, yaitu observasi yang pelaksanaannya telah dirancang secara
sistematis dengan menggunakan instrumen lembar observasi. Lembar observasi yang
berbentuk skala likert akan berisi catatan pengamatan pada saat pelaksanaan penelitian
yang didapat selama kegiatan proses pembelajaran di kelas berlangsung. Kegiatan
observasi juga dilaksanakan pada saat pelaksanaan diskusi untuk menilai hasil belajar
peserta didik dalam bidang psikomotor.
2) Tes
Tes yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah tes tulis dalam bentuk Post-test
yang dilaksanakan pada akhir setiap siklus. Post-test dilaksanakan untuk mengukur
pemahaman peserta didik terhadap materi puasa wajib dan sunah dengan melihat hasil
37
belajar peserta didik setelah menggunakan model problem based learning.
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah data yang bersumber dari dokumen-dokumen yang terdapat pada
saat pelaksanaan penelitian berlangsung. Data dokumentasi pada penelitian ini berupa
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaraan (RPP), video proses pembelajaran
berlangsung sebagai bukti pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan., hasil tes
peserta didik, dan hasil observasi selama kegiatan penelitian berlangsung.
4) Catatan Lapangan
Catatan lapangan ini digunakan untuk melengkapi data yang tidak tercatat dalam
instrumen penilaian lainnya. Catatan lapangan diisi oleh peneliti selama proses
pembelajaran model Problem Based Learning dilaksanakan
E. Teknik Analisis Data, Evaluasi dan Refleksi
1. Analis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan sejak
sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Analisis ini bertujuan untuk menampung data-data yang diperoleh,
mengungkapakan data-data yang diperoleh dan mencari kembali data-data yang
belum lengkap dan perlu diperbaiki, serta mengetahui hasil yang didapat dari
adanya penelitian tindakan kelas dengan cara observasi pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan
peningkatan yang dicapai. Sedangkan analisis data kuantitatif menggunakan skala
likert dan rumus untuk mengukur ketepatan dalam melaksanakan kegiatan proses
pembelajaran dengan penerapan model problem based learning dan mengukur hasil
belajar peserta didik. Berikut adalah penjelasan analisis data pada penelitian ini:
a) Analis Data Kualitatif
Analisis data lapangan model Miles and Huberman dalam penelitian
kualitatif ada tiga tahap yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification. Berikut adalah penjelasannya (Sugiyono, 2011: 246) ;
i)Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah suatu kegiatan penyeleksian, pemfokusan, dan
penyederhanaan data yang dimulai sejak pengumpulan data sampai
penyusunan laporan penelitian,. data yang dimaksud meliputi hasil
38
observasi, tes, dan catatan lapangan. Kegiatan penyederhanaan data yang
terkumpul dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang jelas dan
bermakna, yang kemudian disusun lebih sistematis dengan ditonjolkan
pokok-pokok yang penting sehingga lebih tajam tentang hasil pengamatan
dan dapat mempermudah peneliti untuk mencatat kembali.
ii) Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data dilakukan dengan menampilkan data secara jelas dan mudah
dipahami bagi siapa saja yang membacanya baik dalam bentuk naratif, tabel,
grafik atau perwujudan lainnya dari informasi-informasi yang telah
diperoleh dari hasil reduksi sehingga dapat diberikan penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan selanjutnya.
iii) Kesimpulan (Consulusion)
Kesimpulan dilakukan setelah melakukan reduksi data dan penyajian data.
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dalam bentuk deskripsi atau
gambaran tentang subyek yang diteliti. Dengan adanya kesimpulan data
dapat disajikan lebih jelas.
b) Analis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif pada penelitian in didapat dari hasil observasi
atau pengamatan observer selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil
belajar peserta didik setelah mengerjakan post test di setiap akhir siklus.
Kegiatan observasi merupakan obervasi terstruktur yang akan disajikan dalam
lembar observasi dengan pengukuran menggunakan skala likert.
Keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Problem based
learning dalam Kegiatan Pembelajaran. Kriteria penilaian keterlaksanaan
penerapan model problem based learning dihitung dengan melihat setiap
munculnya indikator pada lembar observasi dengan menggunakan skala likert
yang terdiri dari lima kategori. Menurut Sugiyono (2011: 93) lima kategori
pilihan skala likert adalah sebagai berikut: sangat setuju/selalu (5),
setuju/sering (4), kurang setuju/kadang-kadang (3), tidak setuju/tidak pernah
(2), dan sangat tidak setuju (1). Pengamatan ketepatan keterlaksanaan aktivitas
guru dan peserta didik dalam penerapan model problem based learning
sebagai penunjang kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam lembar
observasi berbeda.
Penghitungan hasil observasi masing-masing indikator dihitung
39
menggunakan rumus berikut :
Ketercapaian penerapan model problem based learning
sebagai penunjang kegiata pembelajaran kemudian dibandingkan antara
siklus I dan II untuk melihat keberhasilan tindakan. Kualifikasi
keberhasilan tindakan ditunjukkan dengan keterangan pada table 3.2 berikut:
Teknik Kategorisasi Standar Nilai dari Departemen Pendidikan Nasional
NO NILAI/SKOR KATEGORI
1 85 - 100 Sangat Tinggi
2 65 - 84 Tinggi
3 55 - 64 Sedang
4 35 - 54 Rendah
5 0 - 34 Sangat Rendah
Tabel : 3.1 Tabel Teknik Kategorisasi Standar Nilai
c) Hasil Belajar Bidang Kognitif
Hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari bidang kognitif
ditentukan dari perolehan skor nilai post test. Untuk perhitungan hasil belajar
pada bidang kognitif antara siklus I dan siklus II menggunakan rata-rata
skor kelas dari Post-test yang diberikan dan persentase peserta didik yang
melampui KKM (>=75). Nilai KKM yang ditetapkan untuk Mata
Animasi adalah tujuh puluh lima. Hasil belajar bidang kognitif pada
penelitian ini akan dihitung rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal setiap
siklusnya. Menurut Gantini dan Suhendar (2017: 28), rumus menghitung
nilai rata-rata kelas adalah:
40
Ketuntasan belajar klasikal menurut Daryanto (2011:191) merupakan
ketuntasan belajar dalam kelas. Kelas dikatakan tuntas apabila dalam suatu
pembelajaran apabila hasil belajar seluruh peserta didik yang melampui
KKM dalam kelas tersebut mencapai 80%. Berikut rumus menghitung
ketuntasan klasikal:
Kualifikasi nilai hasil belajar bidang kognitif peserta didik dapat
dilihat pada tabel 3.2.
No
Konversi nilai
Rentang skor Kualitas
1 91-100 Sangat Baik A
80-90 Baik B
70-79 cukup C
<70 Kurang D
Tabel 3.2 Kualifikasi Hasil Belajar peserta didik Bidang Kognitif
d) Evaluasi dan Refleksi
Evaluasi merupakan suatu tindakan yang dirancang untuk mengetahui
keefektifitasan tindakan pembelajaran yang telah dilakukan di dalam kelas.
Refleksi adalah kegiatan untuk mengkaji tindakan perbaikan yang telah
dilakukan, tentang apa yang telah dihasilkan atau yang belum dituntaskan atas
tindakan perbaikan tersebut. Hasil dari kegiatan evaluasi dan refleksi adalah
menentukan tindakan atau langkah lebih lanjut untuk upaya mencapai tujuan dari
penelitian.
e) Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apabila
skor rata-rata belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti melalui
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dari subyek penelitian terjadi
peningkatan. Sebagai data tambahan, keaktifan belajar Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti peserta didik kelas XI SMK Widya Mukti mengalami
peningkatan.
41
F. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Widya Mukti Tasikmalaya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan
Desember tahun 2022.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti malakukan observasi
dan wawancara kepada guru mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Kelas XI khususnya di kelas XI OTKP 1 SMK Widya Mukti Kabupaten
Tasikmalaya.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka ditentukan terdapat
beberapa peserta didik-siswi yang kurang begitu tertarik terhadap mata pelajaran PAI,
kurangnya konsentrasi dalam proses belajar mengajar ditambah kemampuan pendidik
dalam mengembangkan materi pelajaran cenderung bersifat monoton dan tidak
bervariasi. Pembelajaran yang dilakukan hanya berorientasi pada aktivitas guru saja
dengan tidak melibatkan peserta didik aktif. Metode yang digunakan hanya dengan
metode ceramah, sehingga peserta didik kurang berminat dan tidak terlihat aktif
dalam pembelajaran. Ditemukan pula yang tidak bisa memahami konsep-konsep yang
abstrak dimana diperlukan benda-benda konkrit atau nyata, sebagai perantara alat
visualisasinya misalnya dengan menggunakan media atau alat peraga yang membantu
peserta didik untuk lebih memahami konsep.
Sehubungan dengan permasalahan di atas maka Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dilakukan berupa sebuah model pembelajaran PAI yang mudah-mudahan
dapat menjadi solusi untuk masalah-masalah di atas dengan memperoleh hasil belajar
yang maksimal yakni “Penggunaan Model Problem Based Learning pada Mata
Pelajaran PAI.
1. Gambaran Sekilas Tentang Setting
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas telah dilaksanakan dalam 1 siklus.
Setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu terdiri dari tahap
(1) Perencanaan (planning),
(2) Pelaksanaan (acting),
(3) Pengamatan (observing),
(4) Refleksi (reflecting).
Data yang ditulis dan dianalisis dalam bab ini diambil dari 34 orang peserta didik
SMK Widya Mukti, pada siklus I yangmengikuti pembelajaran.
43
2. Pra Siklus
Pra-siklus merupakan kegiatan sebelum melakukan suatu tindakan. Kegiatan
pra-siklus dilakukan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas
sebelum melakukan tindakan. Pada kegiatan pra-siklus ini, peneliti mengambil data
hasil belajar pada materi bahasa Indonesia. Peneliti mengambil data secara murni hasil
proses pembelajaran siswa. Berikut data hasil pada kegiatan pra-siklus ini.
Perolehan Nilai Pra Siklus
NO NAMA Nilai KKM 75
1 ABDURAHMAN 65 Belum Tuntas
2 ACEP NUGRAHA 70 Belum Tuntas
3 ADI SUWANDI 70 Belum Tuntas
4 ALDO SAPUTRA 75 Tuntas
5 Alisa Saskila 65 Belum Tuntas
6 ARYA DESTA PERMANA 70 Belum Tuntas
7 BABUL HUDA 55 Belum Tuntas
8 BUDI PRASETIO 75 Tuntas
9 CAHYANA 75 Tuntas
10 Deani Nur Angraeni 50 Belum Tuntas
11 DEDE SAEPUDIN 65 Belum Tuntas
12 Dedih 78 Tuntas
13 DESTA PUTRA PRATAMA 65 Belum Tuntas
14 Euis Rohmawati 70 Belum Tuntas
15 GIA ANGGIANI 70 Belum Tuntas
16 Kania Marwah 50 Belum Tuntas
17 LAILA MULYA ASMARA 60 Belum Tuntas
18 MUHAMAD RAMDAN HAMDANI 70 Belum Tuntas
19 MUHAMAD RIZKI 78 Tuntas
20 MUHAMAD SAEFUL AL FIKRI 70 Belum Tuntas
21 Pemi Mutia 70 Belum Tuntas
22 Pitria Rahma 70 Belum Tuntas
23 RAHMAN 70 Belum Tuntas
24 RIDWAN SYAM 78 Tuntas
25 RISKA RAHAYU 78 Tuntas
26 Rizwan Rizkuloh 70 Belum Tuntas
27 ROMI FEBRIAN 50 Belum Tuntas
28 ROSAD PERMANA 50 Belum Tuntas
29 SAEPUL ANWAR 70 Belum Tuntas
30 SANTI YULIANI 70 Belum Tuntas
31 Sarah Sopian 50 Belum Tuntas
32 SUNTANA 70 Belum Tuntas
33 SYAHIRA LESTARI 70 Belum Tuntas
34 YUNI KIKI NURHAYATI 77 Belum Tuntas
Jumlah 2345
Rata-rata 68.97
Tuntas >75 7
Belum Tuntas <75 27
Berdasarkan tabel diketahui bahwa kemampuan awal siswa pada materi
Khutbah Tabligh dan Dakwah kelas XI OTKP SMK Widya Mukti yang berjumlah 34
44
siswa, yang diketahui tuntas hanya 7 siswa atau 6,4% dari jumlah siswa. Kemudian
yang belum tuntas ada 27 siswa atau 93,6%. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa, yaitu
70, dan yang memperoleh nilai paling rendah 50. Berdasarkan hasil observasi pra-
siklus, dapat disimpulkan bahwa peneliti akan melakukan tindakan siklus I untuk
mengetahui Keterampilan Berfikir Kritis pada materi Khutbah Tabligh dan Dakwah
Pendidikan Agama Islam.
3. Deskripsi Hasil Kegiatan
a. Siklus I
(1) Perencanaan (Planing)
Pada tahap perencanaan ini peneliti sebelumnya melakukan persiapan-persiapan
untuk melaksanakan tindakan siklus I. Persiapan-persiapan yang dilakukan
diantaranya :
a) Menelaah kurikulum pembelajaran
b) Membuat dan merancang silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) Model PBL agar pembelajaran lebih terarah untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
c) Mempersiapkan kegiatan pembelajaran terlebih dahulu misalnya buku
sumber, alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam model PBL dalam
pembelajaran PAI.
d) Membuat LKPD, soal pretes dan postes.
e) Menyusun pedoman observasi aktivitas mengajar guru dan observasi
aktivitas peserta didik.
f) Merencanakan pembentukan kelompok belajar peserta didik secara
heterogen.
(2) Pelaksanaan (Action)
Tindakan siklus I ini dilaksanakan pada hari senin 6 Oktober 2022,
dimulai pada pukul 10.00 dan direncanakan berakhir pada pukul 12.15. Sebelum
melakukan tindakan, guru (peneliti) memberikan lembar observasi aktivitas guru
kepada observer untuk melakukan penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh
guru (peneliti).
a) Pendahuluan
Pada tahap pendahuluan dalam siklus I, pembelajaran diawali
dengan mengucapkan salam, peserta didik secara serempak menjawab
45
wa’alaikum salam. guru (peneliti) menyiapkan dan merapikan tempat duduk
peserta didik kemudian mengabsen peserta didik, seluruh peserta didik hadir
sehingga kelompok yang telah ditentukan pada tahap perencanaan dapat
digunakan pada pelaksanaan tindakan siklus I. Selanjutnya ketua kelas
memimpin berdoa dan peserta didik lain mengikuti berdoa dalam hati sesuai
yang diinstruksikan ketua kelas.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan guru (peneliti) yaitu
menginformasikan tujuan pembelajaran untuk pencapaian indikator hasil
belajar peserta didik tentang Khutbah, Tablig. Pada saat guru (peneliti)
sedang menginformasikan materi, peserta didik mendengarkan dan tidak ada
yang ribut, agar dalam penyampaian informasi berjalan sesuai dengan apa
yang diharapkan. Kemudian guru (peneliti) memberikan soal pretes dengan
lama waktu 10 menit tujuannya untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
sebelum menjelaskan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik.
Setelah memberikan soal pretes, guru (peneliti) menjelaskan
materi yang akan diajarkan yaitu tentang Pengertian Khutbah dan Syarat
rukunnya, pada saat penyampaian materi peserta didik tidak ada yang ribut
semua memperhatikan penjelasan yang diberikan guru (peneliti).
Selanjutnya, guru mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Guru
menayangkan berbagai gambar/video yang berbentuk Khutbah dan Tablig yang
dikemas dalam sebuah video yang sesuai dengan materi Khutbah, Tablig dan
Dakwah. Menonton Video; https://youtu.be/ol94Llcba2c
46
Gambar 4.3 Kegiatan menyaksikan tayangan Khutbah
Pada kegiatan ini guru menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu
tentang Khutbah, Tablig selanjutnya guru membagi peserta didik menjadi 3
kelompok dan masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 anak.
Gambar : 4.4 Kelompok diskusi pada Siklus I
kemudian guru menayangkan sebuah video yang bersifat kontroversi
dengan materi pembelajaran Khutbah, Tablig dan Dakwah;
https://youtu.be/LehWMxs2JCU
47
Gambar ; 4.5 Kegiatan menyaksikan Video Anak kecil yang pintar berceramah
Kemudian guru memberikan permasalahan. peserta didik diminta
menyelesaikan permasalahan yang telah diberikan oleh guru, kemudian peserta
didik bersama kelompoknya memecahkan permasalahan yang telah diberiakn oleh
guru, peserta didik bekerjasama dengan kelompok.
Selanjutnya peserta didik berusaha untuk menemukan masalah dan
mengidentifikasi permasalahan yang diberikan oleh guru. Dan guru memberi batas
waktu diskusi, lanjut kelompok yang sudah selesai maju ke depan kelas
membacakan hasil diskusinya, begitu juga dengan kelompok yang lain. .
c) Kegiatan Penutup.
Akhir dari pembelajaran, guru dan peserta didik
menyimpulkan materi yang telah dipelajari secara bersama- sama. peserta
didik diminta untuk bertanya agar peserta didik dapat lebih memahami materi
yang diberikan oleh guru. peserta didik mengerjakan soal postest yang
dilaksanakan apada akhir pembelajaran untuk mengukur sejauh mana hasil
belajar setelah dilakukan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL).
48
Gambar : 4.7 peserta didik sedang melaksanakan Pos tes
Guru menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan yang akan
datang dan menghimbau kepada seluruh peserta didik untuk mempelajari materi
selanjutnya. Agar pertemuan yang akan datang peserta didik lebih mudah dalam
memahami materi. Guru meminta ketua kelas menyiapkan doa, guru menutup
pembelajaran mengucap salam.
(3) Pengamatan (Observing)
a. Hasil Perhitungan Pretes dan Postes
Hasil perhitungan kemampuan skor pretes dan postes hasil belajar peserta didik
siklus I, pada pertemuan ke-1, diperoleh data sebagai berikut :
Perolehan Nilai Preetes Siklus I
NO NAMA Pree test KKM 75
1 ABDURAHMAN 65 Belum Tuntas
2 ACEP NUGRAHA 78 Tuntas
3 ADI SUWANDI 78 Tuntas
4 ALDO SAPUTRA 75 Tuntas
5 Alisa Saskila 65 Belum Tuntas
6 ARYA DESTA PERMANA 70 Belum Tuntas
7 BABUL HUDA 55 Belum Tuntas
8 BUDI PRASETIO 75 Tuntas
9 CAHYANA 75 Tuntas
10 Deani Nur Angraeni 50 Belum Tuntas
11 DEDE SAEPUDIN 65 Belum Tuntas
12 Dedih 78 Tuntas
13 DESTA PUTRA PRATAMA 65 Belum Tuntas
14 Euis Rohmawati 78 Tuntas
15 GIA ANGGIANI 78 Tuntas
16 Kania Marwah 50 Belum Tuntas
17 LAILA MULYA ASMARA 60 Belum Tuntas
18 MUHAMAD RAMDAN HAMDANI 70 Belum Tuntas
49
19 MUHAMAD RIZKI 78 Tuntas
20 MUHAMAD SAEFUL AL FIKRI 70 Belum Tuntas
21 Pemi Mutia 78 Tuntas
22 Pitria Rahma 78 Tuntas
23 RAHMAN 70 Belum Tuntas
24 RIDWAN SYAM 78 Tuntas
25 RISKA RAHAYU 78 Tuntas
26 Rizwan Rizkuloh 70 Belum Tuntas
27 ROMI FEBRIAN 50 Belum Tuntas
28 ROSAD PERMANA 50 Belum Tuntas
29 SAEPUL ANWAR 78 Tuntas
30 SANTI YULIANI 70 Belum Tuntas
31 Sarah Sopian 50 Belum Tuntas
32 SUNTANA 70 Belum Tuntas
33 SYAHIRA LESTARI 70 Belum Tuntas
34 YUNI KIKI NURHAYATI 77 Belum Tuntas
Jumlah 2345
Rata-rata 68.97
Tuntas >75 15
Belum Tuntas <75 19
Tabel 4.10 hasiTabTabel : 4.l0 Hasil Preetes Siklus I
Dari tabel data diatas menunjukan bahwa peserta didik yang belum
tuntas mencapai KKM 19 orang dan peserta didik yang sudah tuntas KKM hanya 15
orang peserta didik dari jumlah keseluruhan 34 Orang.
Perolehan Nilai Hasil Postes Siklus I
NO NAMA Postes KKM 75
1 ABDURAHMAN 65 Belum Tuntas
2 ACEP NUGRAHA 78 Tuntas
3 ADI SUWANDI 78 Tuntas
4 ALDO SAPUTRA 75 Tuntas
5 Alisa Saskila 65 Belum Tuntas
6 ARYA DESTA PERMANA 70 Belum Tuntas
7 BABUL HUDA 55 Belum Tuntas
8 BUDI PRASETIO 75 Tuntas
9 CAHYANA 75 Tuntas
10 Deani Nur Angraeni 50 Belum Tuntas
11 DEDE SAEPUDIN 65 Belum Tuntas
12 Dedih 78 Tuntas
13 DESTA PUTRA PRATAMA 65 Belum Tuntas
14 Euis Rohmawati 78 Tuntas
15 GIA ANGGIANI 78 Tuntas
16 Kania Marwah 50 Belum Tuntas
17 LAILA MULYA ASMARA 60 Belum Tuntas
18 MUHAMAD RAMDAN HAMDANI 70 Belum Tuntas
19 MUHAMAD RIZKI 78 Tuntas
20 MUHAMAD SAEFUL AL FIKRI 70 Belum Tuntas
21 Pemi Mutia 78 Tuntas
22 Pitria Rahma 78 Tuntas
23 RAHMAN 70 Belum Tuntas
24 RIDWAN SYAM 78 Tuntas
25 RISKA RAHAYU 78 Tuntas
26 Rizwan Rizkuloh 70 Belum Tuntas
50
27 ROMI FEBRIAN 50 Belum Tuntas
28 ROSAD PERMANA 50 Belum Tuntas
29 SAEPUL ANWAR 78 Tuntas
30 SANTI YULIANI 70 Belum Tuntas
31 Sarah Sopian 50 Belum Tuntas
32 SUNTANA 80 Tuntas
33 SYAHIRA LESTARI 77 Tuntas
34 YUNI KIKI NURHAYATI 77 Tuntas
Jumlah 2362
Rata-rata 69.47
Tuntas >75 17
Belum Tuntas <75 17
Tabel 4.11 hasil Postes Siklus I
Dari tabel data diatas menunjukan bahwa peserta didik yang belum tuntas
mencapai KKM 17 orang dan peserta didik yang sudah tuntas KKM hanya 17
orang peserta didik.
Dari perhitungan skor Preetes dan Postes hasil belajar peserta didik siklus
I, pada pertemuan ke-1;
1) Nilai preetes tertinggi 78 dan yang sudah mencapai KKM hanya sejumlah 15
orang, dan yang belum mencapai KKM sebanyak 19 orang dari keseluruhan
jumlah Peserta dididk 34 orang peserta didik yang hadir mengikuti proses
pembelajaran.
2) Nilai Postes tertinggi 80 dan yang sudah mencapai KKM hanya sejumlah 17
orang, dan yang belum mencapai KKM sebanyak 17 orang dari keseluruhan
jumlah Peserta dididk 34 orang peserta didik yang hadir mengikuti proses
pembelajaran.
3) Gain (peningkatan hasil belajar), setelah dilakukan Postes ada peningkatan jumlah
peserta didik yang mencapai KKM sebanyak 17 orang dan berkurang jumlah
peserta didik yang belum mencapai KKM yaitu sebanyak 17 orang.
Berdasarkan hasil penilaian di atas pada siklus I, dapat dilihat melalui tabel
penilaian peserta didik secara keseluruhan sesuai dengan aspek yang diamati dalam
penilaian observasi. Hasil pengolahan data observasi aktivitas peserta didik siklus I
menunjukan bahwa aktivitas peserta didik pada siklus I dalam aspek kemampuan,
masih kurang, hal ini ditunjukkan oleh jumlah peserta didik yang sudah mencapai KKM
hanya sejumlah 17 dari jumlah peserta didik 34 orang. keaktifan dalam belajar masih
belum maksimal karena peserta didik masih belum terbiasa untuk bertanya dan
51
mengeluarkan pendapat. Dengan demikian hasil observasi aktivitas peserta didik yang
belum maksimal pada siklus I ini.
(4) Refleksi (Reflection)
Berdasarkan pada pengamatan tindakan siklus I, bahwa pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) belum optimal dalam
pembelajarannya. Pada kegiatan pendahuluan guru (peneliti) kurang begitu jelas
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, sehingga banyak peserta didik yang tidak
paham apa yang akan mereka pelajari dan informasi apa saja yang harus mereka
dapatkan pada pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dalam penyampaian materi
yang terlalu singkat dan tidak kondusif selama pembelajaran berlangsung, sehingga
peserta didik masih tidak paham tentang materi pembelajaran yang telah diberikan
oleh guru (peneliti).
Pembagian kelompok dan pelaksanaan diskusi masih dianggap asing bagi
peserta didik, sehingga kelas menjadi ribut dan tidak terkontrol. Informasi yang
diterima peserta didik selama diskusi masih minim, sehingga beberapa LKPD
dikerjakan dengan jawaban yang kurang tepat. Pada saat presentasi kelompok peserta
didik juga belum paham apa yang harus ditanggapi dari hasil diskusi temannya,
peserta didik masih merasa canggung untuk dapat mengungukapkan pendapat
sehingga diskusi kurang efektif.
Dari serangkaian kegiatan yang terdapat kekurangannya pada pelaksanaan
tindakan siklus I, seperti yang diuraikan di atas peneliti melakukan analisa dan
diskusi dengan guru lainnya untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang akan
terjadi pada pelaksanaan tindakan siklus II serta membahas tentang persiapan-
persiapan dengan mantap untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.
52
B. Pembahasan
Berdasarkan tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I, maka berikut iniakan
dipaparkan pembahasan berdasarkan hasil temuan esensial dari siklus dan tindakan.
1. Hasil Pembelajaran
Siklus I
Pada siklus I skor rata-rata pretes yang diperoleh peserta didik sebagian masih
rendah, dikarenakan pada umumnya peserta didik belum memiliki penguasaan materi
tentang Pengertian Khutbah, Tablig dan Dakwah dengan baik. Berdasarkan pada jawaban
peserta didik saat dilakukan pretes, secara umum peserta didik sudah mengetahui
beberapa pengertian Khutbah, Tablig dan Dakwah tetapi peserta didik belum dianggap
bisa membedakan ciri-ciri Khutbah, Tablig dan Dakwah. Setelah dilakukan tindakan
dengan menggunakan Problem Based Learnin, hasil postes yang diperoleh peserta didik
ada peningkatan,
Akan tetapi hasil belajar peserta didik pada siklus I masih dianggap kurang baik,
dikerenakan sebagian peserta didik belum memenuhi KKM yang ditetapkan yaitu 75.
Selain itu materi pelajaran yang disampaikan kurang menggabarkan peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari, dan pemanfaatan media pembelajaran belum optimal.
2. Aktivitas Guru
Skor rata-rata yang dicapai setelah dilakukan pengolahan terhadap hasil observasi
aktivitas guru pada siklus I dikatergorikan kurang. Skor rata-rata ini menggambarkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I tidak terlaksana dengan baik. Hal ini disebabkan
belum terbiasa peneliti melakukan pembelajaran dengan menggunakan model Problem
Based Learning, dan peserta didik merasakan bahwa penggunaan model Problem Based
Learning adalah sesuatu yang baru dan membutuhkan waktu untuk memahami dan
membiasakannya selama penelitian berlangsung. Akibat dari tidak terbiasanya peserta didik
melaksanakan pembelajaran model Problem Based Learning dapat dilihat pengaruhnya pada
hasil kerja kelompok dan skor postes yang minim.
3. Aktivitas peserta didik
Berdasarkan hasil pengamatan observasi yang dilakukan peneliti dan observer,
bahwa aktivitas peserta didik pada setiap siklusnya mengalami peningktan. Hal ini dapat
dilihat pada proses pembelajaran yang dinilai dari berbagai aspek yaitu, kemampuan,
keaktifan, kerjasama, dan cara kerja.
53
4. Wawancara
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada akhir tindakan siklus 1, dapat dikatakn
bahwa seluruh peserta didik menyukai cara belajar dengan menggunakan Problem Based
Learning dengan alasan bisa belajar secara berkelompok dengan teman dan bertukar
pendapat sehingga jika mengalami kesulitan akan diajarkan oleh teman.
Kemudahan yang dirasakan peserta didik dikarenakan dalam pembelajaran
menggunkan model Problem Based Learning setiap peserta didik diwajibkan untuk
mengajarkan kepada teman kelompok asalnya tentang informasi yang diperoleh dari
kelompok ahli. sehingga peserta didik yang pintar tidak merasa diberatkan oleh temannya,
karena itu merupakan tugas yang diberikan oleh kelompok dan sebaliknya peserta didik
yang kurang pintar tidak merasa disepelekan karena setiap peserta didik memiliki tugas
yang sama yaitu mengumpulkan informasi tentang tugas yang diberikan oleh
kelompoknya. Penggunaan model Problem Based Learning juga mendapatkan positif dari
observer.
54
A, Kesimpulan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Pelaksanaan model Problem Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam kelas XI SMK Widya Mukti sudah berjalan lancar. Hal ini ditandai
dengan peningkatan keaktifan peserta didik yang sebelumnya cenderung pasif setelah
diterapkan model pembelajaran ini mulai mengalami peningkatan dalam keaktifannya
di dalam kelas saat pembelajaran sedang berlangsung akan tetapi harus di perlukan lagi
Ptk siklus ke 2 supaya dapat meningkatkan lagi keterampilan belajar peserta didik.
b. Penerapan model Problem Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat diketahui
dari hasil belajar peserta didik yang mengalami peningkatan setelah diadakan tindakan
siklus I tapi harus di lakukan kembali siklus ke 2 supaya lebih mengalami peningkatan
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, beberapa saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
a. Bagi Sekolah
Bagi sekolah yang ingin menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan
inovasi untuk peningkatan pelaksanaan pembelajaran yang ada di kelas namun perlu
dipertimbangkan kriteria mata pelajaran sebaiknya mata pelajaran tersebut
sesuai karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning
b. Bagi Guru
Bagi guru yang ingin menggunakan model pembelajaran ini diharapkan
mempertimbangkan beberapa hal yaitu , (a) untuk memperhatikan dalam
penggunaan waktu agar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, (b) guru
memilih materi yang sesuai karakteristik model Problem Based Learning (c) peran
guru sangat dibutuhkan untuk memberi pengarahan pada peserta didik, agar
peserta didik lebih percaya diri sehingga berdampak pada hasil belajar peserta
55
didik yang menjadi lebih baik. Dengan beberapa pertimbangan tersebut diharapkan
pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
c. Bagi peserta didik
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada saat model Problem
Based Learning perlu meningkatkan keaktifan dalam bertanya maupun
berpendapat agar lebih memahami materi dan bisa menjadi inovasi pembelajaran
peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar.
56
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran al-Ghazali tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka
Offset, 1998
Huda, Miftahul. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Isjoni. (2011). Cooperative learning: Mengembangkan kemampuan belajar
berkelompok. Bandung: Alfabeta.
Mulyani Sumantri (2016) Perkembangan peserta didik. Jakarta: Universitas Terbuka
Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PTRineka Cipta
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Dimyati dan Mujion. (1996). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dirjen
Pendidikan tinggi Depdikbud. Rineka Cipta
Gintings, Abdurarakhman. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Humaniora.
Majid, Abdul, dan Andayani, Dian. (2004). Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhaimin. (2002). Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Silberman, Melvin L. (2010). Active Learning. Bandung : Nusamedia
LAMPIRAN - LAMPIRAN
1. Soal-soal Preetes
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
4. Instrumen Penilaian
5. Lembar Observasi
6. Soal-soal Postes

Contenu connexe

Similaire à PTK 1 jadi revisi.pdf

Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptkrela eryd
 
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdfLK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdfYatiNurfauziah
 
Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1Taryadi Taryadi
 
PPT 2.2 Nur Akla.ppt
PPT 2.2 Nur Akla.pptPPT 2.2 Nur Akla.ppt
PPT 2.2 Nur Akla.pptnurakla2
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdfARudhia
 
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)Andi Rafiah S
 
Contoh ptk
Contoh ptkContoh ptk
Contoh ptkohasmart
 
LK. 3 Best Practice PPL.1 dan PPL. 2 Siklus 2.pdf
LK. 3 Best Practice PPL.1 dan PPL. 2 Siklus 2.pdfLK. 3 Best Practice PPL.1 dan PPL. 2 Siklus 2.pdf
LK. 3 Best Practice PPL.1 dan PPL. 2 Siklus 2.pdfAhsalAhsal
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))Interest_Matematika_2011
 

Similaire à PTK 1 jadi revisi.pdf (20)

Karya ilmiah faltin
Karya ilmiah faltinKarya ilmiah faltin
Karya ilmiah faltin
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
skripsi BaB I
skripsi BaB Iskripsi BaB I
skripsi BaB I
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdfLK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
 
Implementasi pbl
Implementasi pblImplementasi pbl
Implementasi pbl
 
Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1
 
PPT 2.2 Nur Akla.ppt
PPT 2.2 Nur Akla.pptPPT 2.2 Nur Akla.ppt
PPT 2.2 Nur Akla.ppt
 
Proposal ptk ekonomi
Proposal ptk ekonomiProposal ptk ekonomi
Proposal ptk ekonomi
 
PTK PROPOSAL.docx
PTK PROPOSAL.docxPTK PROPOSAL.docx
PTK PROPOSAL.docx
 
PTK PROPOSAL..pdf
PTK PROPOSAL..pdfPTK PROPOSAL..pdf
PTK PROPOSAL..pdf
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
 
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
 
Contoh ptk
Contoh ptkContoh ptk
Contoh ptk
 
Ptk1
Ptk1Ptk1
Ptk1
 
LK. 3 Best Practice PPL.1 dan PPL. 2 Siklus 2.pdf
LK. 3 Best Practice PPL.1 dan PPL. 2 Siklus 2.pdfLK. 3 Best Practice PPL.1 dan PPL. 2 Siklus 2.pdf
LK. 3 Best Practice PPL.1 dan PPL. 2 Siklus 2.pdf
 
PROPOSAL_PTK.pdf
PROPOSAL_PTK.pdfPROPOSAL_PTK.pdf
PROPOSAL_PTK.pdf
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
 
BEST PRACTICE.pptx
BEST PRACTICE.pptxBEST PRACTICE.pptx
BEST PRACTICE.pptx
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 

PTK 1 jadi revisi.pdf

  • 1. PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI “KHUTBAH, TABLIG DAKWAH” KELAS XI OTKP DI SMK WIDYA MUKTI KECAMATAN CIGALONTANG KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN PELAJARAN 2022/2023 Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan Batch 3 Program Pendidikan Agama Islam Disusun oleh : Mahendra Diki Sopandi, S.Pd.I JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO 2022
  • 2. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran dikatakan mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis apabila siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal diatas, upaya guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa sangatlah penting, sebab kemampuan berpikir kritis siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.. Dalam meningkatkan mutu pelajaran dan kemampuan berpikir kritis siswa maka gurulah salah satu faktor yang cukup berpengaruh langsung dalam peningkatan mutu tersebut. Seorang guru diberi tanggung jawab mendorong dan membimbing agar siswanya menjadi aktif dan terampil dalam berpikir kritis serta dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan guru juga mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan dan tercapainya tujuan pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran. Salah satu model yang digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah model Problem Based Learning karena penerapan model Problem Based Learning dapat melatih siswa untuk berpikir secara kritis dan bagaimana cara menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata. Penerapan model Problem Based Learning juga dapat mengaktifkan kegiatan pembelajaran dan siswa juga dihadapkan pada suatu masalah yang diperlukan kesanggupan untuk berpikir agar dapat memecahkan dan menyelesaikan dengan cara memberikan masalah kepada siswa. Dengan adanya kemampuan guru dalam menggunakan dan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajar diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Model pembelajaran ini adalah salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi berorientasi pada masalah dunia nyata. Dengan adanya model Problem Based Learning peserta didik dapat mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis melaui persoalan-persoalan
  • 3. 3 yang diberikan sesuai dengan materi yang diberikan guru pada proses pembelajaran didalam kelas. Adapun fokus utama dalam model Problem Based Learning adalah dapat membiasakan siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, merangsang pengembangan kemapuan berpikir kritis serta membuat siswa lebih mandiri. Dengan begitu siswa termotivasi untuk mengutaran pendapat sesuai dengan pemikiran dalam memecahkan sebuah permasalahan sehingga dapat meningkatkan kemapuan berpikir kritis. Berdasarkan observasi awal di SMK Widya Mukti Kabupaten Tasikmalaya salah satu permasalahan pembelajaran disekolah tersebut kurangnya interaksi antara guru dan siswa pada saat pembelajaran sebagian besar berpusat hanya pada guru tidak adanya upaya pemberian pertanyaan pancingan terhadap siswa untuk berpikir kritis terhadap materi yang disampaikan sehingga siswa hanya mendengar apa yang dijelaskan oleh guru saja. Penggunaan model pembelajaran masih kurang bervariasi karena kurangnya pemahaman guru tentang variasi model pembelajaran yang dapat digunakan di kelas. Sehingga proses pembelajaran cenderung hanya dilakukan melalui kegiatan diskusi dan tanya jawab saja serta diikuti dengan penjelasan materi dengan metode ceramah, sehingga siswa merasa bosan dan jenuh pada saat pembelajaran sedang berlangsung. selain itu hasil dari wawancara dengan guru menyatakan bahwa hasil pembelajaran siswa masih banyak dibawah rata-rata atau tidak lewat KKM. Dari fenomena di atas, maka melalui penelitian ini peneliti ingin mencoba menggunakan model Problem Based Learning untuk melihat apakah dengan model tersebut dapat meningkatankan keterampilan berpikir siswa. Model Problem Based Learning merupakan suatu model yang dapat melatih anak untuk berpikir secara kritis dan dapat meningkatkan kemapuan berpikir kritis Siswa. Berkaitan dengan penerapan model Problem Based Learning, penelitian- penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa model Problem Based Learning memang memberikan pengaruh yang signifikan terhadapat keterampilan berpikir kritis siswa yang dicapai oleh siswa. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut memfokuskan pada penerapan model Problem Based Learning terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu penelitian ini ingin membuktikan apakah penerapan Model Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat terlihat bahwa dalam upama
  • 4. 4 meningkatkan hasil belajar salah satunya adalah hubungan antara materi pelajaran dengan tujuannya dan hunungan antara pendidik dan peserta didik. Maka dari itu, perlu adanya hubungan timbal balik yang positif di antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Maka materi Khutbah, Tablig dan Dakwah adalah salah satu pembahasan yang ada dalam materi Pendidikan Agama Islam kelas XI. Dalam materi ini peserta didik diharapkan dapat menampilkan perilaku seorang da`i atau da`iyah sebagai implementasi dari belajar Khutbah, Tablig dan Dakwah dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi pada kenyataannya penulis menemukan bahwa hasil belajar peserta didik di kelas kelas XI pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah masih perlu ditingkatkan. Ketika diberikan soal-soal HOTS yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari mereka masih kesulitan untuk memberikan jawaban berupa penjelasan. Hal itu disebabkan karena metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah yang membuat peserta didik tidak memiliki pemahaman yang komprehensif terhadap materi tersebut. SMK Widya Mukti adalah institusi pendidikan berada di Kec. Cigalontang Kab. Tasikmlaya. Penelitian ini di tujukkan kepada kelas XI yang memiliki 35 peserta didik. Mengenai Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Keterampilan dan Motivasi Belajar peserta didik Sehingga Mengurangi kejenuhan dalam belajar, meningkatkan keterampilan pembelajaran sebagai upaya pencegahan menurunnya minat belajar di SMK Widya Mukti, diantaranya berdasarkan studi pendahuluan dari wawancara bersama guru,
  • 5. 5 Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru PAI & BP, sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan Keterampilan berfikir kritis peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Maka dari itu peneliti mengadakan sebuah penelitian dengan judul ” PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS PADA MATERI (KHUTBAH, TABLIG DAKWAH) KELAS XI OTKP DI SMK WIDYA MUKTI KECAMATAN CIGALONTANG KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN PELAJARAN 2022/2023”. Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kerangka berpikir, peniliti akan memiliki rumusan masalah. Pencantuman rumusan masalah dalam struktur penulisan penelitian biasanya ditempatkan sebelum tinjauan pustaka dan kerangka berpikir. Rumusan masalah secara sederhana dapat dipahami sebagai asumsi atau prediksi jawaban pertanyaan penelitian. Misalnya, rumusan masalah ini: terdapat meningkatkan keterampilan pembelajaran peserta didik pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah. Dengan demikian, rumusan masalah ini adalah asumsi atau prediksi jawaban pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitiannya, berdasarkan rumusan masalah nanti, adalah bagaimana meningkatkan keterampilan pembelajaran peserta didik pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah. Apabila sudah ada rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, maka peneliti dengan tegas dapat menentukan tujuan penelitian, yakni penelitian ini bertujuan membahas analisis hasil keterampilan Pembelajaran peserta didik setelah penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah. B. Rumusan Masalah Guna mempermudah dalam memahami penggunaan metode pembelajaran dengan metode PBL, maka penelitian difokuskan pada pertanyaan berikut: 1. Bagaimana meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis peserta didik pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah sebelum diterapkan model Problem Based Learning (PBL), apakah memberikan dampak optimalisasi pada materi “Khutbah, Tablig dan Dakwah? 2. Bagaimana penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah?
  • 6. 6 3. Bagaimana keterampilan Berfikir Kritis peserta didik pada materi khutbah, Tablig dan Dakwah setelah diterapkan model Problem Based Learning (PBL) pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis hasil Keterampilan Berfikir Kritis peserta didik sebelum diterapkan model Problem Based Learning (PBL) pada materi Dakwah, Tablig dan Dakwah. 2. Mendeskripsikan penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis peserta didik pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah. 3. Menganalisis hasil keterampilan Berfikir Kritis peserta didik setelah penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah. D. Manfaat Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas XI melalui penerapan model Problem Based Learning. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil peneilitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Adapun manfaatnya, adalah: a.Memberikan sumbangan teori-teori dalam bidang pendidikan yang ada kaitannya dengan masalah upaya peningkatan keterampilan berfikir kritis peserta didik dalam proses pembelajaran. b.Memberikan masukan kepada pendidik di tempat penelitian ini yang dapat digunakan sebagai upaya peningkatan keterampilan berfikir kritis peserta didik dalam proses pembelajaran. 2. Manfaat Praktis a.Bagi peserta didik Memberikan motivasi peningkatan keterampilan berfikir kritis kepada peserta didik untuk ikut berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, khususnya pada mata
  • 7. 7 pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. b.Bagi Guru Penelitian ini dapat dimanfaatkan guru sebagai model pembelajaran di kelas dan mampu meminimalisir permasalahan yang dihadapi guru khususnya dalam peningkatan keterampilan berfikir kritis peserta didik. c.Bagi Sekolah Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang baik bagi sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah dan perbaikan pembelajaran. d.Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang PTK yang terkait dengan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning.
  • 8. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pembelajaran Dalam buku pendidikan Islam karya Heri Gunawan yang mengutip dari Arifin (1991: 61) dijelaskan, Menurut bahasa, istilah metode sering diartikan“cara”. Kata “metode” berasal dari duakata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui, dan hodos berarti jalan ataucara. Muhibbin Syah di dalam bukunya psikologi pendidikan juga menjelaskan, bahwa Metode secara harfiah adalah ”cara” Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan seperti metode klinik, metode eksperimen, dan sebagainya. Dan juga menurut Siregar, Evelin, dan Nara (2010) metode adalah cara yang digunakan guru, sehingga dalam menjalankan fungsinya, metode merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebelum menentukan metode pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan. 1. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai Pertimbangan ini merupakan pertimbangan pertama yang harus diperhatikan. Semakin kompleks tujuan yang ingin dicapai maka semakin rumit juga metode pembelajaran yang harus dibuat, metode dibuat sebagaicara untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran Materi atau pengalaman belajar merupakan pertimbangan kedua yang harus diperhatikan. 3. Pertimbangan dari sudut peserta didik peserta didik adalah subjek yang akan kita ajar. Keadaan peserta didik yang berbeda- beda membuat kita untuk merancang metode yang yang
  • 9. 9 sesuai dengan peserta didik tersebut. B. Macam-macam Metode Pembelajaran Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan, tetapi ada metode pembelajaran yang mendasar, sedangkan selebihnya adalah kombinasi atau modifikasi dari metode dasar tersebut. Berikut ini adalah metode pembelajarandasar, yaitu: 1. Metode Ceramah Dalam metode ceramah guru menyampaikan materi secara lisan dan peserta didik mendengarkan. Keunggulan metode ceramah adalah, dapat digunakan untuk mengajar dalam jumlah peserta didik yang banyak,tujuan pembelajaran dapat disampaikan dengan mudah, dll. Sedangkan kekurangannya adalah, komunikasi cenderung hanya satu arah, sangat tergantung pada kemampuan komunikasi verbal guru, dll. 2. Metode Diskusi Metode diskusi menurut Suryobroto (2009) adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para peserta didik (kelompok- kelompok peserta didik) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyususnan berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah. Keuntungan metode diskusi adalah: a) melibatkan semua peserta didik secara langsung dalam proses belajar; b) menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah; c) memperoleh percayaanakan kemampuandiri sendiri; d) menunjang usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokrasi para peserta didik. Kelemahan metode diskusi adalah: a) memakan banyak waktu; b) peserta didik banyak yang tidak menggunakan waktu diskusi dengan baik; c) kadang-kadang guru tidak memahami cara diskusi. 3. Metode Role Playing Metode Role Playing adalah suatu metode bermain peran kepada peserta didik agar bisa memahami situasi sejarah sumpah pemuda pada saat itu, peserta didik juga dapat melatih bersosialisasi dengan mudah (Zainal Aqib dan Ali Murtadlo: 2016) dan diharapkan juga nilai peserta didik mencapaiKKM. 4. Metode peragaan atau Demonstrasi Metode peragaan dapat digunakan sebagai bagian dari pembelajaran teorimaupun praktek. Keunggulan metode peragaan adalah, peserta didik akan lebih mudah
  • 10. 10 memahami materi belajar, akan menciptakan suasana belajaraktif, dll. Sedangkan kekurangannya adalah, memerlukan waktu persiapan yang lebih lama, membutuhkan peralatan yang kadangkala tidak tersedia. 5. Metode Tugas dan Resitasi Metode tugas dan resitasi sebagai metode belajar dan atau mengajar merupakan sebuah upaya membelajarkan peserta didik dengan cara memberikantugas penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaanatas diri sendiri, atau menampilkan diri dalam menyampaikansesuatu ataumelakukan kajian maupun uji coba sesuai dengan tuntutan kualifikasi ataukompetensi yang ingin dicapai. model ini di rancang untukmerangsang peserta didik agar lebih aktif belajar, baik secara perorangan maupun kelompok, menumbuhkan kebiasaan untuk belajar mencari dan menemukan, mengembangkan keberanian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri, danmemungkinkan untuk memperoleh hasil yang permanen C. Tujuan Penggunaan Metode Pembelajaran Beberapa tujuan penting yang seharusnya dimiliki suatu metode pembelajaran menurut Joyne & Weil (1980) adalah sbb : a. Bimbingan, maksudnya suatu metode pembelajaran berfungsi menjadi acuan bagi guru dan peserta didik mengenai apa yang seharusnya dilakukan, memiliki desian instruksional yang komprehensif, dan mampu membawa guru dan peserta didikkearah tujuan pembelajaran. b. Mengembangkan kurikulum, maksudnya metode pembelajaran selanjutnya berfungsi untuk dapat membantu mengembangkan kurikulum pada setiap kelas atau tahapan pendidikan. c. Spesifikasi alat pelajaran, maksudnya metode pembelajaran berfungsi merinci semua alat pembelajaran yang akan digunakan guru dalam upaya membawa peserta didik kepada perubahanperubahan perilaku yang dikehendaki. d. Memberikan perbaikan terhadap pembelajaran. Maksudnya metode pembelajaran dapat membantu meningkatkan aktivitas proses belajar mengajar sekaligus meningkatkan hasil belajar peserta didik. D. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pemebalajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru ataupun dapat disebut sebagai bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari pada strategi,
  • 11. 11 metode, atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode pembelajaran: Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik Tujuan pembelajaran yang akan dicapai Langkah-langkah mengajar yang diperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai (Khosim, 2017). Macam-macan Model Pembelajaran 1) Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Mode pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). 2) Model Inquiry Learning Terbimbing dan Sains Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice &Wells, 2003). 3) Model Problem Based Learning (PBL) Kurikulum 2013 Revisi 2017 Merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata (autentik) untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000). 4) Dan macam-macam model pembelajaran lainnya yang tidak disebutkan satu-persatu dalam penelitian ini. Kemudian dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, Peneliti menggunakan model Problem Based Learning (PBL), Mengapa harus Problem Based Learning? Problem Based Learning adalah sebuah model pembelajaran kontekstual dengan menggunakan masalah sebagai fokus utama dari pembelajaran. Keuntungan dari penggunaan PBL dalam pembelajaran adalah salah satunya dapat meningkatkan kemampuan analisis dari pembelajar. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Kurikulum 2013 Revisi 2017, merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata (autentik)
  • 12. 12 untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000). Problem Based Learning untuk pemecahan masalah yang komplek, problem-problem nyata dengan menggunakan pendekataan studi kasus.Peserta didik melakukan penelitian dan menetapan solusi untuk pemecahan masalah. (Bernie Trilling & Charles Fadel, 2009: 111). Tujuan Pembelajaran PBL untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOT’s) yakni pengembangan kemampuan berfikir kritis, kemampuan pemecahan masalah dan secara aktif mengembangkan keinginan dalam belajar dengan mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and Schmidt). Pengembangan kemandirian belajar dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber- sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah. Sintak model Problem Based Learning dari Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas: a. Mengidentifikasi masalah; b. Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi informasi-informasi yang relevan; c. Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar- pikiran dan mengecek perbedaan pandang; d. Melakukan tindakan strategis, dan e. Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan. Penggunaan Sintak model Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting (David H. Jonassen, 2011:93) terdiri atas: a. Merumuskan uraian masalah; b. Mengembangkan kemungkinan penyebab; c. Mengetes penyebab atau proses diagnosis, dan Mengevaluasi Menurut Soekamto model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
  • 13. 13 perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2009: 23). Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Sedangkan menurut Ibrahim dkk., (2000: 5), bahwa : “Problem Based Learning (PBL) atau pelajaran berdasarkan masalah berguna untuk merangsang peserta didik berfikir dalam situasi yang berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar”. Jadi secara garis besar Problem Based Learning (PBL) menyajikan kepada peserta didik situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. peserta didik dituntut bertanggung jawab atas pendidikan yang mereka jalani, serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada guru. Problem Based Learning (PBL) membentuk peserta didik mandiri yang dapat melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karir yang akan mereka jalani. Seorang guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu peserta didik yang menjalani proses pendidikan. Ketika peserta didik menjadi lebih cakap dalam menjalani proses belajar Problem Based Learning (PBL), tutor akan berkurang keaktifannya. peserta didik dihadapkan pada masalah dan mencoba untuk menyelesaikan dengan bekal pengetahuan yang mereka miliki. Pertama- tama mereka mengidentifikasi apa yang harus dipelajari untuk memahami lebih baik permasalahan dan bagaimana cara memecahkannya. Langkah selanjutnya, peserta didik mulai mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, laporan, informasi online atau bertanya pada pakar yang sesuai dengan bidangnya. Melalui cara ini, balajar dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan dan gaya tiap individu. Pada model pembelajaran ini peran guru adalah mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, dan memberikan fasilitas penelitian, serta melakukan penelitian. Kegiatan ini dapat dilakukan guru saat pembelajaran di kelas dan melalui latihan yang cukup (Hamzah, 2007:57). Ini berarti bahwa model pembelajaran Problem Based Learning hanya dapat terjadi jika guru mampu menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan, sehingga peran guru adalah sabagai pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan peserta didik, dan penentu arah belajar
  • 14. 14 peserta didik. Pada pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning, selain guru menjadi penentu keberhasilaan pembelajaran, juga faktor sumber belajar, sarana yang digunakan, dan kurikulum turut berperan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudjana (Hamzah, 2007:69) bahwa keberhasilan model pembelajaran Problem Based Learning tergantung adanya sumber belajar bagi peserta didik, alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan. Menuntut adanya perlengkapan kurikulum, menyediakan waktu yang cukup, apa lagi data yang diperoleh dari lapangan, serta kemampuan guru dalam mengangkat dan merumuskan masalah Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang menitik beratkan kegiatan belajar pada peserta didik, mulai dari mendefinisikan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan peserta didik secara aktif berperan serta dalam proses belajar mengajar. Menurut Aerend (2008: 157-158) karakteristik Problem Based Learning adalah sebagai berikut: 1. Driving questions or problems; Pengajuan pertanyaan atau masalah PBL mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan dan masalah yang kedua- duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk peserta didik. Mereka mengajukan situasi kehidupan secara nyata (autentik), menghindari jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. 2. Interdisciplinary focus; Berfokus pada keterkaitan antar disiplin dengan masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya peserta didik meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran 3. Authentic investigation; Penyelidikan autentik: PBL mengharuskan peserta didik melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata 4. Production of artifacts and exhibit; Menghasilkan produk : PBL mengharuskan peserta didik menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan penampilan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan 5. Collaboration; Kolaborasi: Problem Based Learning (PBL) menuntut adanya
  • 15. 15 kerjasama kolaborasi antara anggota kelompok Arti pernyataan di atas adalah 1) belajar berpusat pada peserta didik 2) belajar dalam kelompok kecil 3) seorang tutor bertindak sebagai fasilitator atau guide 4) masalah-masalah disajikan dari awal urutan belajar sebelum beberapa atau pelajaran berlangsung 5) sulitnya masalah digunakan sebagai alat untuk mencapai pengetahuan yang dibutuhkan dan ketrampilan pemecahan masalah pada akhirnya diperlukan memecahkan masalah, 6) informasi baru diperoleh melalui belajar mandiri. Ini tidak berarti bahwa guru melepaskan otoritasnya untuk membuat pertimbangan tentang kekuatan apa yang menjadi penting untuk peserta didik belajar, melainkan ciri yang parsial dan tanggung jawab yang tegas kepada peserta didik sendiri. Dengan kata lain bukan berarti guru yang mendominasi dalam kegiatan belajar mengajar yang mengakibatkan peserta didik menjadi pasif. Penciptaan tugas dan aktivitas yang memerlukan masukan dari peserta didik kiranya juga meningkatkan kemungkinan peserta didik termotivasi untuk belajar. Sedangkan tujuan Problem Based Learning (PBL) menurut Arends (2008: 158 ) adalah menghasilkan peserta didik yang mempunyai kemampuan: 1. Mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupannya dengan inisiatif dan antusiasme. 2. Melakukan pemecahan masalah secara efektif dengan berdasar pada pengetahuan yang terintergrasi, fleksibel dan berguna 3. Menggunakan ketrampilan belajar yang mandiri dan efektif 4. Memantau dan menilai kelayakan pengetahuan, pemecahan masalah dan ketrampilan belajar mandiri secara berkesinambungan 5. Kolaborasi secara aktif sebagai anggota kelompok Problem Based Learning (PBL) berusaha membantu peserta didik menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Bimbingan guru yang berulang-ulang mendorong dan mengarahkan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Dengan begitu, peserta didik belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam kehidupan kelak. Agus Suprijono (2011: 74) langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah sebagai berikut:
  • 16. 16 Fase – fase Prilaku Guru Fase 1 : Orientasi peserta didik kepada masalah Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah Fase 2 : Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Fase 3 : Membimbing penyelidikan individual dan kelompok Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya Fese 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu peserta didik merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas denga temannya Fase 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah Guru membantu peserta didik melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Tabel : 2.1 Langkah-langkah PBL Ada 7 langkah proses pembelajaran Problem Based Learning seperti yang dikemukakan Amir. T (2009: 24), sebagai berikut: 1. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas 2. Merumuskan masalah 3. Menganalisis masalah 4. Menata gagasan peserta didik dan secara sistematis menganalisisnya lebih dalam
  • 17. 17 5. Memformulasikan tujuan pembelajaran 6. Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok) 7. Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk kelas. E. Keterampilan Berfikir Kritis 1. Pengertian Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta yang ada kemudian membuat beberapa gagasan dan mempertahankan gagasan tersebut kemudian membuat pertimbangan, berpikir kritis juga sebuah proses yang disengaja dan dilakukan secara sadar untuk menafsirkan sekaligus mengevaluasi sebuah informasi dari pengalaman, keyakinan dan kemampuan yang ada,salah satu sisi menjadi orang kritis, pikiran harus terbuka, jelas dan berdasarkan fakta- fakta tujuan berpikir kritis yaitu untuk membuat keputusan yang rasional yang diarahkan untukmemutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu. Dengan demikian berpikir kritis mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi yang pada akhirnya memungkinkan siswa secara aktif membuat keputusan final seperti berpikir-mengenai hal, substansi atau masalah apa saja dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalampemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya. Berpikir kritis juga memaju kemampuan untuk mengatakan sesuatudengan penuh percaya diri. Dan sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis juga proses terorganisasi yang memungkinkan siswa untuk mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. Glaser mengatakan bahwa berpikir kritis adalah suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah- masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang. pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis, dan semacam suatu ketermapilan untuk menerapkan metode-metode tersebut.
  • 18. 18 berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan- kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya. tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. pemahaman membuat kita mengerti maksud di balik ide yang mengarahkan hidup kita setiap hari. Pemahamn mengungkapkan makna di balik suatu kejadian. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah proses yang harus dilakukan seseorang untuk mencapai hasil atau keputusan yang tepat dan masuk akal dengan cara melaksanakan proses berpikir secara matang, memecahkan masalah, dan mengevaluasi segala hal yang telah dibaca, didengar dan ditulisnya seperti, fakta dan informasi, pengetahuan yang dimiliki dan dibutuhkan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. 2. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Adapun Indikator kemampuan berpikir kritis mampu merumuskan pertanyaan menganalisi, mempertimbangkan serta mentoleransi ambisius dari permasalah- permasalahan yang ada. 1. Kegiatan merumuskan pertanyaan 2. Membatasi permasalahan. 3. Menguji data-data 4. Menganalisis berbagai pendapat dan bias 5. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional 6. Menghidari penyederhanaan berlebihan 7. Mempertimbangkan berbagai interprestasi 8. Mentoleransi ambigius. Sedangkan indikator yang menurut make (dalam jurnal Misbahul Janah) yaitu: 1. Mengungkapkan Masalah dan Isu 2. Memahami Konsep Relevan dan Tidak Relevan 3. Memahami Akibat dari suatu kejadian 4. Menentukan Hipotesis Yang Sederhana 5. Menggambarkan Kesimpulan Dari suatu Kejadian 3. Hubungan Penggunaan Model Problem Based Learning dengan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
  • 19. 19 tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaranProblem Based Learning dapat membiasakan siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, merangsang pengembangan kemapuan berpikir kritis dan kreatif serta membuat siswa lebih mandiri. Dengan begitu siswa termotivasi untuk mengutaran pendapat sesuai dengan pemikiran dalam memecahkan sebuah permasalahan sehingga dapat meningkatkan kemapuan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah salah satu proses berpikir yang untuk membuat keputusan yang rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini. Dengan demikian berpikir kritis mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi yang pada akhirnya memungkinkan siswa secara aktif membuat keputusan final. Berpikir kritis juga suatu proses yang harus dilakukan seseorang untuk mencapai hasil atau keputusan yang tepat dan masuk akal dengan cara melaksanakan proses berpikir secara matang, memecahkan masalah, dan mengevaluasi segala hal yang telah dibaca, didengar dan ditulisnya seperti, fakta dan informasi, pengetahuan yang dimiliki dan dibutuhkan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan penggunaan model Problem Based Learning dengan Keterampilan Berpikir Kritis sangat berkaitan dimana dengan adanya masalah yang diberikan kepada siswa, siswa dapat memecahkannya dengan cara siswa menganalisi permasalahan yang ada mengevaluasi serta dapat menyimpulkan jawaban dari permasalahan tersebut. Keberhasilan tersebut memberi dampak pada peningkatan kemampuan berfikir kritis yang diwujudkan dalam hasil belajar yang memuaskan. F. Prinsip-prinsip praktik Khutbah, TabligdanDakwah Khutbah, tabligh, dan dakwah membutuhkan manajemen yang profesional. Sebab, ketiganya memadukan beragam sumber daya yang ada untuk mengajak pihak internal dan pihak eksternal untuk memeluk, mencintai, dan mengamalkan ajaran Islam, atau menyempurnakan nilai ajaran yang sudah terhunjam di dada setiap muslim (internal). Di antara faktor penting keberhasilan dakwah adalah memulai dan mengamalkan terlebih dahulu ajaran Islam kepada diri sendiri, keluarga terdekat, baru kemudian mengajak pihak lain. Ketidakberhasilan khutbah, tabligh, dan dakwah dewasa ini banyak disebabkan
  • 20. 20 karena mereka yang semestinya menjadi contoh atau panutan, malah menerjang dan tidak mematuhi ajaran yang disampaikan. Laksana pagar makan tanaman, tidak satunya kata dengan perbuatan. Pepatah bijak mengatakan: ”Semestinya ia menerangi orang lain, namun yang terjadi ia malah terbakar sendiri.” Berikut ini, rincian dari khutbah, tabligh, dan dakwah ; 1. Khutbah a) Pengertian Khutbah Berdasarkan makna bahasa, ada beberapa pengertian, yakni: (a) kata khutbah, jika berasal dari kata mukhathabah berarti “pembicaraan”; (b) jika berasal dari kata “al- khatbu” berarti “perkara besar yang diperbincangkan”; dan (c) khutbah dapat juga bermakna memberi peringatan, pembelajaran atau nasehat dalam kegiatan ibadah. Sementara, jika ditinjau dari pengertian istilah, khutbah adalah (a) menyampaikan pesan tentang takwa sesuai dengan perintah Allah Swt. dengan syarat dan rukun tertentu; (b) kegiatan nasehat yang disampaikan kepada kaum muslim dengan syarat dan rukun tertentu yang erat kaitannya dengan sah atau sunnahnya ibadah, sedangkan orang yang melakukan khutbah dikenal dengan istilah khatib. b) Syarat Khatib, adalah; i) Islam yang sudah baligh dan berakal sehat. ii) Mengetahui syarat, rukun, dan sunnah khutbah. iii) Suci dari hadats, baik badan maupun pakaian, serta auratnya tertutup. iv) Tartil dan fasih saat mengucapkan ayat Al-Qur’an dan Hadits. v) Memiliki akhlak yang baik dan tidak tercela di mata masyarakat. vi) Suaranya jelas dan dapat dipahami oleh jamaah. vii) Berpenampilan rapi dan sopan. c) Syarat-syarat Dua Khutbah; i) Khutbah Shalat Jum’at dilaksanakan sesudah masuk waktu Dhuhur. Selesai khutbah, dilanjutkan dengan shalat. Berbeda dengan Khutbah Shalat ‘Idain, Shalat Khusuf dan Shalat Kusuf, serta Shalat Istisqa yang dilaksanakan setelah selesai shalat. ii) Khutbah dilakukan dengan berdiri. Namun, jika tidak mampu, boleh dilakukan dengan duduk. iii) Duduk sebentar di antara dua khutbah. iv) Suara khutbah harus jelas dan dapat didengar oleh jamaah. Saat sekarang ini, pengurus masjid dapat menggunakan pengeras suara, televisi, atau monitor sehingga jamaah yang berada jauh atau di ruangan lain dapat melihat dan mendengar sang khatib. v) Tertib, yakni dimulai khutbah pertama, dilanjutkan ke khutbah kedua. d) Rukun Khutbah; i) Membaca Hamdalah pada kedua Khutbah. ii) Membaca
  • 21. 21 Syahadatain (2 kalimat syahadat). iii) Membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. iv) Berwasiat kepada diri dan jamaah, berisi ajakan untuk meningkatkan iman, taqwa, ibadah, serta memperbanyak amal shaleh, sebaliknya menjauhi dosa dan kemaksiatan, agar hidupnya bahagia dunia dan akhirat. v) Membaca satu atau beberapa ayat suci al-Qur’an, ayat yang dibaca biasanya disesuaikan dengan topik yang akan disampaikan. vi) Berdoa pada khutbah kedua untuk memohon ampunan, kesejahteraan, dan keselamatan bagi kaum muslimin dan muslimat baik di dunia maupun akhirat. e) Sunnah Khutbah ; i) Khatib memberi salam pada awal khutbah, dan menghadap ke arah jamaah. ii) Khutbah disampaikan di tempat yang lebih tinggi (di atas mimbar). iii) Khutbah disampaikan dengan kalimat yang jelas, sistematis dan temanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi aktual yang saat itu terjadi. iv) Khatib hendaklah memperpendek khutbahnya, jangan terlalu panjang, sebaliknya Shalat Jum’atnya saja yang diperpanjang. v) Khatib disunnahkan membaca Q.S. al-Ikhlas saat duduk di antara dua khutbah. vi) Khatib menertibkan rukun-rukun khutbah, yaitu dimulai membaca hamdalah sampai rukun yang terakhir, yakni berdoa untuk kaum muslimin. f) Adab Shalat Jum’at; i) Menyegerakan berangkat ke masjid lebih awal.ii) Membiasakan mengisi shaf terdepan yang masih kosong, lalu lakukan shalat “Tahiyatul Masjid” atau Shalat Qabliah Jum’at sebanyak dua rakaat. iii) Memperbanyak dzikir dan doa, membaca shalawat Nabi Saw. atau membaca al- Qur’an dengan suara pelan,sebelum khatib naik mimbar iv)Mendengarkan khutbah dengan seksama. Jangan berbicara, termasuk menegur jamaah lain, apalagi mengantuk atau tidur, akibatnya jum’atnya menjadi sia-sia, termasuk tidak memahami isi khutbah. g) Adab Shalat ‘Idain; i) Waktu Shalat ‘Idain dimulai saat matahari setinggi tombak, sampai waktu zawāl (matahari bergeser ke arah barat). ii) Pelaksanaan shalat, lebih utama berada di tanah lapang, jika tidak ada halangan. iii) Sebelum berangkat, disunnahkan untuk mandi dan memakai pakaian terbaik. iv) Disunnahkan makan atau sarapan terlebih dahulu sebelum Shalat Idhul Fitri, dan tidak makan atau sarapan sebelum Shalat Idhul Adha. v) Memperbanyak bacaan takbir saat menuju tempat shalat. h) Praktik Khutbah I (Pertama): Urutan khutbah sebagai berikut. i) Khatib berdiri di
  • 22. 22 mimbar yang diawali dengan ucapan salam. ii) Khatib duduk kembali saat dikumandangkan adzan. iii) Selesai adzan, khatib berdiri dan membaca rangkaian dari rukun-rukun khutbah secara tertib (berurutan yang dimulai hamdalah, syahadat, shalawat, dan seterusnya iv)Materi khutbah, hendaklah disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sedang aktual atau terkini, yang diperkuat dengan rujukan atau dalil yang kuat, khususnya yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits. v) Penutup khutbah I (Pertama) i) Praktik Khutbah II (Kedua): i) Selesai khutbah pertama, khatib duduk sebentar (sambil berdoa mohon ampun untuk diri dan kedua orang tua), lalu berdiri untuk khutbah kedua. ii) Khutbah kedua ini, boleh diisi dengan kesimpulan materi khutbah I (pertama), dengan tetap tidak mengabaikan rukun-rukun khutbah, atau dapat juga langsung membaca rukun-rukun dari khutbah mulai hamdalah sampai berdoa. iii)Setelah itu diakhiri dengan membaca doa iv) Kalimat penutup khutbah kedua. 2. Tablig 1) Pengertian Tablig Jika ditelaah menurut bahasa, kata tabligh berasal dari kata “ Balago -Yuballigu - Tabliigon”yang berarti menyampaikan atau memberitahukan pesan atau ceramah secara lisan atau perkataan. Bisa juga bermakna ceramah yang tidak disertai dengan rukun seperti khutbah. Bukan sekadar ceramah atau pesan biasa, tetapi sebuah ceramah yang sumbernya dari ajaaran islam yang disampaikan kepada satu orang atau banyak orang, agar mengamalkan pesan tersebut. Namun, jika ditelaah dari pengertian istilah, tabligh memiliki beberapa makna, antara lain sebagai berikut: a) Menyampaikan ajaran Islam baik dari al-Qur’an maupun Hadits yang ditujukan kepada umat manusia. b) Menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. c) Da’wah Islamiyah dalam bentuk khusus (lisan dan tulisan) untuk menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain. d) Menyampaikan ‘pesan’ Allah Swt. secara lisan kepada satu orang Islam atau lebih untuk diketahui dan diamalkan isinya. e) Suatu pekerjaan yang dilakukan untuk menyampaikan atau menyiarkan agama Islam kepada umat. Berdasarkan pengertian tersebut, tabligh merupakan bagian dari dakwah. Tabligh lebih banyak berisi pesan atau ceramah lisan dan perkataan, sementara dakwah lebih
  • 23. 23 luas, seluas aspek kehidupan muslim. Khusus di Indonesia, konsep tabligh menjadi agak rancu, karena adanya kegiatan Tabligh Akbar yang biasanya tempat dan pesertanya lebih besar, serta diisi dengan dzikir bersama, sehingga terjadi perbedaan konsep yang tertanam pada benak masyarakat umum. 2) Dalil Adanya Tabligh Artinya: (yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah risalah Allah), mereka takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada siapa pun selain kepadaAllah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan (Q.S. al-Ahzab/33: 39). Perhatikan juga isi kandungan dari beberapa Q.S. alMāidah/5: 99, Q.S. ar-Ra’d/13: 40, dan Q.S. an-Nahl/16: 35 yang isinya tentang tabligh. 3) Ketentuan Tabligh Berikut ini ada beberapa ketentuan dan tara cata yang harus diperhatikan, terkait dengan pelaksanaan tabligh. a) Ketentuan Tabligh i) Tabligh dilakukan dengan cara yang sopan, lemah lembut, tidak kasar, dan tidak merusak. ii) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh jamaahnya. iii) Mengutamakan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh kesepakatan bersama. iv) Materi tabligh yang disampaikan harus mempunyai rujukan yang kuat dan jelas sumbernya. v) Disampaikan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, sejalan dengan situasi dan kondisi yang mengitarinya, termasuk aspek psikologis dan sosiologis para jamaahnya. vi) Tidak menghasut orang lain untuk bermusuhan, berselisih, merusak, dan mencari-cari kesalahan orang lain. b) Tata Cara Tata cara/strategi tabligh harus merujuk dari teladan Rasulullah Saw. dan para sahabatnya dalam melaksanakan dakwah atau tabligh. Jika tidak, tabligh yang bertujuan baik, malah berubah menjadikan citra Islam semakin menurun, tidak bagus, bahkan merusak citra, tentu semua itu harus menjadi kesadaran bersama agar tidak terjadi. Sejarah Islam memberi teladan dalam bertabligh, yaitu sebagai berikut;
  • 24. 24 i)Mengajak orang-orang terdekatnya agar menjadi muslim yang baik, pro l muslim yang menyatu antara kata dan perbuatan, lalu mengajak kepada keluarga dan menyebar kepada masyarakat secara luas. Sebab, keluarga merupakan kunci sukses, karena pihak lain akan melihat dulu pribadi dan keluarga. Jadi, keluarga menjadi cermin kepribadian seseorang (Q.S. ashShaf/61: 2--3, Q.S. Luqmān/31: 12--19) ii)Mendekati pihak lain sesuai dengan kapasitas ilmu dan martabatnya. Karena itu, perlu pendekatan dan strategi yang beragam, apalagi kondisi saat ini yang serba cepat, praktis, dan canggih. Semua itu mengharuskan adanya perubahan dalam tabligh (Q.S. al-Muddatstsir/74: 1--7). iii) Mengajak diri dan pihak lain agar berkerja sama dan saling membantu akan terlaksananya tabligh secara baik, bertahap, berkesinambungan, menjangkau semua lapisan masyarakat, serta adanya segmen tabligh yang jelas antara mubaligh satu dengan yang lain, sehingga semua lapisan masyarakat terkena sasaran tabligh (Q.S. al-Māidah/5: 2). c) Peragaan/Praktik Bertabligh Sebagai bagian dari peragaan atau praktik bertabligh, maka ada tahapan langkah-langkah yang harus diikuti, antara lain sebagai berikut: i) Tahap persiapan Rujuklah dan pelajari materi tabligh, agar sesuai dengan kebutuhan jamaah atau audiens ii. Tahap pelaksanaan Sejalan dengan ciri-ciri masyarakat modern, maka informasi yang disampaikan harus yang praktis, singkat dan serba cepat, dengan tetap mengedepankan bahasa yang sederhana, mengajak jamaah berdiskusi dan mengandalkan logika dan akal sehat, melibatkan juga mata hati, serta menghindari gaya yang menggurui, menekan, apalagi memaksa. iii) Tahap konsolidasi Sebagai tahap akhir, upayakan adanya pemantapan pemahaman materi tabligh dalam bentuk kesimpulan atau resume, dan hal-hal apa saja yang harus ditindaklanjuti, biasanya dikenal dengan RTL (Rencana Tindak Lanjut). Hal ini perlu dilakukan agar setiap jamaah ada kesadaran diri untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas amal, dan tidak kalah pentingnya tidak terjadi bias pemahaman bagi jamaah atau audiens, sebelum mengakhiri kegiatan tabligh.
  • 25. 25 3. Dakwah a. Pengertian Dakwah Jika ditelaah menurut arti bahasa, kata “dakwah” berasal merupakan masdar (kata dasar) dari bahasa Arab, yaitu: kata”Da`a - Yadu`u - Da`watan” (yang mempunyai arti mengajak, memanggil, dan menyeru untuk hal tertentu. Orang yang melakukan pekerjaan dakwah disebut dai (laki-laki) dan daiyah (perempuan) Sementara, jika ditinjau dari makna istilah, ada beberapa pengertian dakwah, antara lain sebagai berikut: a) Setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil orang atau kelompok orang untuk beriman kepada Allah Swt. sesuai dengan ajaran akidah (keimanan), syariah (hukum) dan akhlak Islam. b) Kegiatan untuk mengajak orang lain ke jalan Allah Swt. secara lisan atau perbuatan untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari supaya mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat. c) Kegiatan mengajak orang-orang untuk mengamalkan ajaran Islam di dalam kehidupan sehari-hari. d) Seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha untuk mengubah agar keadaannya lebih baik lagi, baik kepada pribadi maupun masyarakat. b. Dalil Perlunya Dakwah Artinya: Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (Q.S. Ali Imrān/3: 104). Perhatikan juga isi kandungan dari beberapa Q.S. Q.S. anNahl/16: 125, Q.S. al- Hajj/22: 67, Q.S. al-Qashash/28: 87 yang isinya tentang dakwah. c. Adab dalam Berdakwah Ada beberapa adab atau etika dakwah yang harus diperhatikan, antara lain: i) Dakwah harus dilakukan dengan hikmah, yaitu ucapan yang jelas, tegas, dan sikap yang bijaksana. ii) Dakwah harus dilaksanakan dengan mauidzatul hasanah atau nasihat yang baik, yaitu cara-cara persuasif (damai dan menenteramkan, tanpa
  • 26. 26 kekerasan) dan edukatif (memberikan pengajaran, i’tibar dan pelajaran hidup). iii) Dakwah harus dilakukan dengan memberi teladan yang baik (uswatun hasanah). iv) Dakwah harus dilaksanakan dengan mujadalah, yaitu diskusi atau tukar pikiran yang berjalan secara dinamis dan santun dengan menghargai pendapat orang lain. d. Sasaran dan Tujuan Dakwah 1)Sasaran Dakwah a) Memberi semangat kepada manusia agar selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas amalnya, dari perilaku baik menjadi terbaik, dan yang sudah banyak amalnya agar diperbanyak lagi, serta dari yang sekadar mengejar formalitas menuju ke substansi sehingga prol mukmin yang sejati dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. b) Mengubah jalan hidup yang tidak baik menjadi baik, serta yang menyimpang dari aturan Allah Swt. agar kembali ke jalan-Nya (melalui taubatan nashūhā), sehingga derajat, harkat, dan martabat manusia yang sudah terpuruk dan jatuh ke lembah nista dapat terangkat kembali, dan menjalani kehidupan secara benar. 2) Tujuan Dakwah Jika merujuk kepada Q.S. an-Nūr/24: 55, maka tujuan dakwah adalah menyeru dan mengajak segenap manusia agar konsisten/istiqamah dalam: i) beriman hanya kepada Allah Swt. dan tidak melakukan kemusyrikan (tauhid/akidah); ii). menjadikan seluruh aktivitasnya hanya beribadah kepada Allah Swt. (ikhlas/syariah); iii). mengerjakan amal shaleh dalam arti yang seluasluasnya (amal ibadah/muamalah); iv). berakhlak mulia yang tolak ukurnya dari akhlak Rasulullah Saw (akhlak/ihsan). 3) Syarat dan Metode Dakwah Seorang dai jika ingin sukses harus memenuhi syarat seperti yang telah dilakukan oleh para Rasul, yaitu sebagai berikut: i) Satunya kata dengan perbuatan, sikap dan tingkah lakunya benar-benar menjadi teladan (uswatun hasanah). ii) Paham tentang objek dakwahnya sehingga tepat dengan sasaran dakwah yang dituju (Q.S. Ibrāhīm/14: 4). Hal ini diperkuat juga dengan sabda Rasulullah Saw. yakni: “Berbicaralah kepada manusia sesuai kadar akal mereka.” iii) Memiliki keberanian dan ketegasan, namun tetap bijak dan santun dalam berdakwah. Jalan yang dipilih adalah jalan tengah (tawasuth), damai, dan menenteramkan, meski tidak hilang ketegasannya pada kondisi tertentu. iv) Memiliki ketabahan dan kesabaran yang
  • 27. 27 tinggi dalam menghadapi segala tantangan dan rintangan yang boleh jadi muncul dari dakwah yang dilakukan. v) Sadar sepenuhnya bahwa tugasnya hanyalah menyampaikan, mengajak, dan menyeru, terkait hasilnya diserahkan sepenuhnya hanya kepada Allah Swt. (Q.S. an-An’ām/6: 159). vi) Terus berdoa dan memohon kepada Allah Swt. agar dakwah yang dilakukan mencapai keberhasilan. Sementara itu, perihal metode dakwah yang harus dilaksanakan oleh dai, jika mengacu kepada Q.S. anNahl/16: 125, maka metode dakwah yang harus dilakukan, antara lain: i)Meluruskan niat, bahwa dakwah itu harus demi dan bertujuan hanya kepada Allah Swt., bukan untuk kepentingan siapa pun, tetapi hanya mencari ridha- Nya.ii)Dakwah itu harus bijak (hikmah) (bijaksana), mengetahui betul kondisi jamaahnya sehingga materi dan metode yang disampaikan tepat mengenai sararan. iii). Menghindari cara-cara yang memaksa, menakutkan, apalagi cara terror dan radikal, tetapi kedepankan cara mau’idhah hasanah, yaitu cara yang damai, indah, santun, menenteramkan, dan menyenangkan sehingga materi dakwah tanpa terasa dapat masuk dalam relung hati yang paling dalam. Hal ini, tentu tidak mudah, namun dengan bertambahnya pengalaman diri dan orang lain, serta selalu memperbaharui rujukan atau bacaan, maka capaian tersebut bukan hal yang mustahil. iv). Lakukan dakwah dengan cara ber-mujadalah, yakni dakwah melalui dialog, diskusi, bahkan boleh juga berdebat, tetapi tetap menggunakan cara yang beradab, berlandaskan etika diskusi yang baik, serta tidak melakukan debat kusir, apalagi mau menang sendiri. e. Metode Al-Qur’an dalam Menyajikan Materi Dakwah Disebabkan objek dakwah itu manusia, yang memiliki unsur jasmani, akal dan jiwa, maka pendekatan dakwah yang dilakukan juga harus memperlakukan manusia secara utuh, serempak, dan terpadu. Karena itu, Al-Qur’an memiliki ciri-ciri sebagai berikut. i) Saat manusia mendapatkan puncak kesucian (saat menerima wahyu, atau hasil olah batin), al-Qur’an membawa yang bersangkutan dalam situasi yang bersifat material (Perhatikan Q.S. Thāhā/20: 17, Q.S. al-Qiyāmah/75: 16, dan Q.S. an-Najm/53: 17). ii) Menggunakan benda-benda alam, meski ukurannya kecil, sebagai penggubung antara manusia dengan Allah Swt. atau sebagai gambaran tentang sikap kejiwaannya (Perhatikan Q.S. az-Zumar/39: 5, Q.S. al-Baqarah/2: 264). iii) Menekankan bahwa segala sesuatu yang terjadi di bawah kekuasaan, pengetahuan, dan pengaturan Allah Swt. (Perhatikan Q.S. al-Anfāl/8: 17, Q.S. al-An’ām/6: 59, dan Q.S. ar-Ra’d/13: 15).
  • 28. 28 f. Media Dakwah Penggunaan media dakwah tentu menjadi hal yang niscaya, apalagi kondisi masyarakat modern yang ingin serba cepat, canggih, dan mudah. Sebab itu, media dakwah yang digunakan mencirikan anak zamannya, tidak konvensional, apalagi hanya sekadar ceramah dan mengumpulkan massa dalam jumlah yang besar, setelah itu bubar tanpa bekas. Selanjutnya, media dakwah untuk masa kini dapat menggunakan: (a) Media elektronik, beragam media sosial, TV, radio dan internet. (b) Media cetak, antara lain: buku, jurnal, surat kabar, majalah, spanduk, brosur , pamplet, dll. g. Manajemen Dakwah Faktor lain dari kesuksesan seorang dai, sangat tergantung dengan manajemen dan pola yang digunakan, yang namanya manajemen tidak terlepas dari perencanan, pelaksanakan, dan evaluasi, ditambah prinsip-prinsip lain yang mendukung keberhasilan dakwah. Jika ingin berhasil, setiap dai harus mengacu kepada teladan yang sudah diterapkan oleh Rasulullah Saw. baik ketika di Periode Makkah maupun Madinah, yang dikenal dengan istilah Sirah Nabawiyah. Pemahaman Sirah harus lengkap dan utuh, karena jika tidak! Akibatnya menjadi fatal. Saat berdakwah Rasulullah Saw menerapkan hal-hal sebagai berikut. i) Lemah lembut dalam menjalankan dakwah ii) Bermusyawarah dalam segala urusan, termasuk urusan dakwah iii) Menyampaikan dakwah sesuai dengan objek dakwah iv) Lapang dada dan sabar v) Kebulatan tekad vi) Bertawakal. h. Strategi Dakwah Pada prinsipnya, dakwah itu dapat menggunakan strategi yang beraneka ragam, sesuai dengan objek dakwah. Berdakwah harus berpatokan kepada Q.S. an-Nahl/16: 125. Adapun dakwah (secara formal) menggunakan aturan-aturan (ini tidak baku), sebagai berikut. i)Pembukaan, antara lain: - Mengucapkan salam yang dibarengi dengan membaca hamdalah. - Membaca Shalawat kepada Nabi Saw.
  • 29. 29 ii)Isi, terdiri dari: - Maksud dan tujuan dakwah - Sasaran dakwah: Objek dakwah adalah orang yang didakwahi. Artinya, orang yang diajak kepada agama Allah Swt., agar meningkatkan kualitas iman dan taqwanya, serta kembali ke jalan kebenaran dan kebaikan. - Materi dakwah: Umumnya, materi dakwah mencakup 4 (empat) hal, yaitu: akidah (keimanan); syariah (hukum); akhlak (perilaku); dan muamalah (hubungan sosial); yang kesemuanya berlandaskan Al-Qur’an, Hadits, dan rujukan lain yang memiliki dasar hukum yang kuat dan jelas sumbernya. - Penutup G. Kerangka Berpikir  Masalah a. peserta didik kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran b. Media yang digunakan tidak relevan c. Sebagian besar hasil belajar peserta didik pada materi Prinsip-prinsip dan Praktik Khutbah, Tablig dan Dakwah di bawah KKM  Penyebab munculnya masalah Rendahnya hasil belajar disebabkan karena penyampaian materi terlalu cepat, guru tidak menggunakan media pembelajaran, peserta didik bosan dan tidak tertarik dengan penjelasan guru, dan metode yang digunakan kurang tepat.  Tindakan yang dilakukan Menerapkan model Problem Based Learning dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar.  Hasil Setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning diharapkan: 1) Rencana Pelaksanaan 2) Aktifitas belajar peserta didik meningkat 3) Hasil belajar peserta didik kelas XI SMK Widya Mukti dalam materi Khutbah, Tablig dan Dakwah meningkat, sebagian besar mencapai KKM yang ditetapan yaitu 75.
  • 30. 30 Monitoring peserta didik dan kemajuan proyek ANALISIS SILABUS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH Tanya Jawab Evaluasi Presentasi Menarik Kesimpulan Penilaian hasil Menjawab pemasalahan yang diberikan guru Mengerjakan Lembar kerja Mencari Strategi Yang Tepat Menyusun jadwal Mengerjakan Latihan soal Memahami Masalah Menyusun perencanaan proyek Membuat Resume Kerangka Pemikiran dapat dilihat pada kerangka berikut ini : Tabel : 2.2 Kerangka Pemikiran PROBLEM BASED LEARNING KHUTBAH, TABLIG, DAKWAH Aktivitas peserta didik Perhitungan Konseptual Indikator Kemampuan Pemecahan Menyelesaikan Masalah Penentuan Pertanyaan mendasar Menonton Video dan membaca Teks Artikel pada LKPD Tahap Problem Based Learning
  • 31. 31 H. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian kerangka teoritik yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut: “Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah terhadap peserta didik kelas XI di SMK Widya Mukti Desa Sirnagalih Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat.
  • 32. 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau bisa dikenal dengan classroom action research.Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegaiatn yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas (Arikunto, 2006). Harjodiputro dalam Muslihuddin (2009) menjelaskan bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap parktik tersebut dan agar mau mengubahnya. Menurut Muslihuddin (2009), yang dimaksud PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupakegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkankualitas pendidikan atau pengajaranyang diselenggarakan oleh guru atau penelitiitu sendiri, yang dampaknya tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas. Berikut merupakan bagan alur penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model PTK Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2006:97). Selanjutnya Arikunto (2006) memapaparkan bahwa tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas seperti dideskripsikan melalui tahapan sebagai berikut: a. Siklus 1 1) Tahap Menyusun rancangan Hal-hal yang dilakukan, anatara lain: a) Meminta izin dari kepala sekolah SMK Widya Mukti b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP) berkaitan denganmateri Khutbah, Tablig dan Dakwah menggunakan model Problem Based Learning c) Merumuskan media pembelajaran yang akan digunakan d) Menentukan teknik pengamatan untuk mengamati situasi dan kondisiselama
  • 33. 33 berlangsungnya kegiatan belajar mengajar (KBM) pada setiaptindakan. e) Peneliti mendesain alat evaluasi f) Merancang jadwal penelitian 2) Tahap Pelaksanaan tindakan 1) Perencanaan Peneliti menyiapkan rencana pembelajaran yang dilengkapi dengan skenario tindakan. Skenario tindakan ini berisi langkah-langkah yang harus ditempuh guru dan peserta didik. 2) Pelaksanaan Implementasi Tindakan dilaksanakan sesuai dengan persiapan- persiapan yang telah dilakukan sebelumnya. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari proses kegiatan belajar mengajar, evaluasi dan refleksiyang dilakukan pada akhir siklus. Pada siklus I peneliti melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengenai Khutbah, Tablig dan Dakwah menggunakan model Problem Based Learning. 3) Pengamatan/ Observasi Observasi pada penelitian ini dilakukan terhadap proses aktivitas peserta didik dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Sasarannnya kepada aktivitas peserta didik secara individual dalam pembelajaran fungsi atau peranan organ peredaran darah manusia. Peneliti dibantu oleh rekan guru (observer) yang akan mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar dalam setiap siklusnya. Hasil dari pengamatan observer didiskusikan sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan pada siklus selanjutnya. Evaluasi pada siklus I dilakukandengan cara memberikan tes soal kepada peserta didik untuk dikerjakan secara individu. Evaluasi dilaksanakan di akhir pertemuan pada setiaptindakan. 4) Refleksi Refleksi pada siklus I dilaksanakan segera setelah tahap implementasi tindakan dan observasi diakhir siklus selesai. Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil yang telah dilaksanakan dalam tindakan pada siklus I. Hasil refleksi dijadikan dasar untuk perbaikan pada siklus (tindakan) selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes siklus I, jika hasil belajar peserta didik meningkat dalam pembelajaran fungsi atau
  • 34. 34 peranan organ peredaran darah manusia dengan menggunakan model picture and picture maka penelitian dilanjutkan ke siklus II. Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinyasesudah tahap keempat, lalu kembali ke tahap satu dan seterusnya,sampai penelitian dirasa cukup. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran, 2 kali pertemuan dilaksanakan dalam 2 siklus. Apabila pada siklus I belum memperlihatkan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya (siklus II). Tindakan pada siklus II merupakan perbaikan dan penyempurnaan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus I. Oleh karena itu tindakan siklus II dilakukan dengan melihat hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar serta hasil belajar peserta didik pada siklus I. b. Siklus II 1) Perencanaan Peneliti menyiapkan rencana pembelajaran yang dilengkapi dengan skenario tindakan. Skenario tindakan ini berisi langkah-langkah yang harus ditempuh guru dan peserta didik. 2) Pelaksanaan Implementasi Tindakan dilaksanakan sesuai dengan persiapan-persiapan yang telah dilakukan sebelumnya. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari proses kegiatan belajar mengajar, evaluasi dan refleksi yang dilakukan padaakhir siklus. Pada siklus II peneliti melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengenai fungsi atau peranan organ peredaran darah dengan menggunakan model picture and picture dengan focus perbaikan hasil refleksi siklus I. 3) Pengamatan/observasi Observasi pada siklus II dilakukan sama seperti pada siklus I. Hasil dari pengamatan observer didiskusikan sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan pada siklus selanjutnya. Evaluasi pada siklus II dilakukan dengan cara memberikan tes soal kepada peserta didik untuk dikerjakan secara individu. Evaluasi dilaksanakan di akhir pertemuan pada setiap tindakan.
  • 35. 35 4) Refleksi Refleksi pada siklus II dilaksanakan segera setelah tahap implementasi tindakan dan observasi selesai. Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil yang telah dilaksanakan dalam tindakan pada siklus II. Hasil refleksi dijadikan dasar untuk perbaikan pada siklus (tindakan)selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes siklus II, jika hasil belajar peserta didik meningkat dalam pembelajaran prinsip-prinsip dan praktik Ekonomi dalam Islam menggunakan metode Jigsaw maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Berdasarkan tahapan penelitian di atas maka prosedur Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat pada gambar berikut: B. Subyek Penelitian Penulisan ini merupakan penulisan tindakan kelas berdasarkan permasalahan dalam hasil belajar pada materi Khutbah, Tablig dan Dakwah di SMK Widya Mukti kelas XI. Subjek pelaku tindakan 1 adalah guru PAI. Subjek penerima tindakan adalah 36 peserta didik kelas XI SMK Widya Mukti Desa Sirnagalih Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya tahun ajaran 2022/2023. C. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Dalam penelitian ini untuk mendapat perbaikan rencana tindakan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, peneliti menggunakan tes tertulis, lembar observasi,
  • 36. 36 lembar wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah perangkat pembelajaran yang harus dibuat sebelum melaksanakan pembelajaran. RPP yang dibuat disesuaikan dengan materi dan metode dan model pembelajaran. 2. Tes Tertulis Tes tertulis adalah prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas- tugas tertulis yang distandardisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok untuk dikerjakan, dijawab atau direspon. Tes tertulis dalampenelitian ini meliputi lembar kerja peserta didik (LKPD) dan lembarevaluasi. 3. Lembar Observasi Lembar observasi adalah alat pengumpul data yang digunakan untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi dan mengukur aktivitaspeserta didik dan guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara sebagai berikut : 1) observasi, 2) tes, 3) dokumentasi, dan 4) catatan lapangan. 1) Observasi Observasi yang dilaksanakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran dengan penggunaan model Problem Based Learning Kelas XI, baik pada aktifitas guru dan murid serta pada penilaian hasil belajar kognitif. Jenis observasi dalam penelitian ini adalah observasi terstruktur, yaitu observasi yang pelaksanaannya telah dirancang secara sistematis dengan menggunakan instrumen lembar observasi. Lembar observasi yang berbentuk skala likert akan berisi catatan pengamatan pada saat pelaksanaan penelitian yang didapat selama kegiatan proses pembelajaran di kelas berlangsung. Kegiatan observasi juga dilaksanakan pada saat pelaksanaan diskusi untuk menilai hasil belajar peserta didik dalam bidang psikomotor. 2) Tes Tes yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah tes tulis dalam bentuk Post-test yang dilaksanakan pada akhir setiap siklus. Post-test dilaksanakan untuk mengukur pemahaman peserta didik terhadap materi puasa wajib dan sunah dengan melihat hasil
  • 37. 37 belajar peserta didik setelah menggunakan model problem based learning. 3) Dokumentasi Dokumentasi adalah data yang bersumber dari dokumen-dokumen yang terdapat pada saat pelaksanaan penelitian berlangsung. Data dokumentasi pada penelitian ini berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaraan (RPP), video proses pembelajaran berlangsung sebagai bukti pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan., hasil tes peserta didik, dan hasil observasi selama kegiatan penelitian berlangsung. 4) Catatan Lapangan Catatan lapangan ini digunakan untuk melengkapi data yang tidak tercatat dalam instrumen penilaian lainnya. Catatan lapangan diisi oleh peneliti selama proses pembelajaran model Problem Based Learning dilaksanakan E. Teknik Analisis Data, Evaluasi dan Refleksi 1. Analis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis ini bertujuan untuk menampung data-data yang diperoleh, mengungkapakan data-data yang diperoleh dan mencari kembali data-data yang belum lengkap dan perlu diperbaiki, serta mengetahui hasil yang didapat dari adanya penelitian tindakan kelas dengan cara observasi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan peningkatan yang dicapai. Sedangkan analisis data kuantitatif menggunakan skala likert dan rumus untuk mengukur ketepatan dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran dengan penerapan model problem based learning dan mengukur hasil belajar peserta didik. Berikut adalah penjelasan analisis data pada penelitian ini: a) Analis Data Kualitatif Analisis data lapangan model Miles and Huberman dalam penelitian kualitatif ada tiga tahap yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Berikut adalah penjelasannya (Sugiyono, 2011: 246) ; i)Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data adalah suatu kegiatan penyeleksian, pemfokusan, dan penyederhanaan data yang dimulai sejak pengumpulan data sampai penyusunan laporan penelitian,. data yang dimaksud meliputi hasil
  • 38. 38 observasi, tes, dan catatan lapangan. Kegiatan penyederhanaan data yang terkumpul dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang jelas dan bermakna, yang kemudian disusun lebih sistematis dengan ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih tajam tentang hasil pengamatan dan dapat mempermudah peneliti untuk mencatat kembali. ii) Penyajian Data (Data Display) Penyajian data dilakukan dengan menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami bagi siapa saja yang membacanya baik dalam bentuk naratif, tabel, grafik atau perwujudan lainnya dari informasi-informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi sehingga dapat diberikan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan selanjutnya. iii) Kesimpulan (Consulusion) Kesimpulan dilakukan setelah melakukan reduksi data dan penyajian data. Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dalam bentuk deskripsi atau gambaran tentang subyek yang diteliti. Dengan adanya kesimpulan data dapat disajikan lebih jelas. b) Analis Data Kuantitatif Analisis data kuantitatif pada penelitian in didapat dari hasil observasi atau pengamatan observer selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil belajar peserta didik setelah mengerjakan post test di setiap akhir siklus. Kegiatan observasi merupakan obervasi terstruktur yang akan disajikan dalam lembar observasi dengan pengukuran menggunakan skala likert. Keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Problem based learning dalam Kegiatan Pembelajaran. Kriteria penilaian keterlaksanaan penerapan model problem based learning dihitung dengan melihat setiap munculnya indikator pada lembar observasi dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari lima kategori. Menurut Sugiyono (2011: 93) lima kategori pilihan skala likert adalah sebagai berikut: sangat setuju/selalu (5), setuju/sering (4), kurang setuju/kadang-kadang (3), tidak setuju/tidak pernah (2), dan sangat tidak setuju (1). Pengamatan ketepatan keterlaksanaan aktivitas guru dan peserta didik dalam penerapan model problem based learning sebagai penunjang kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam lembar observasi berbeda. Penghitungan hasil observasi masing-masing indikator dihitung
  • 39. 39 menggunakan rumus berikut : Ketercapaian penerapan model problem based learning sebagai penunjang kegiata pembelajaran kemudian dibandingkan antara siklus I dan II untuk melihat keberhasilan tindakan. Kualifikasi keberhasilan tindakan ditunjukkan dengan keterangan pada table 3.2 berikut: Teknik Kategorisasi Standar Nilai dari Departemen Pendidikan Nasional NO NILAI/SKOR KATEGORI 1 85 - 100 Sangat Tinggi 2 65 - 84 Tinggi 3 55 - 64 Sedang 4 35 - 54 Rendah 5 0 - 34 Sangat Rendah Tabel : 3.1 Tabel Teknik Kategorisasi Standar Nilai c) Hasil Belajar Bidang Kognitif Hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari bidang kognitif ditentukan dari perolehan skor nilai post test. Untuk perhitungan hasil belajar pada bidang kognitif antara siklus I dan siklus II menggunakan rata-rata skor kelas dari Post-test yang diberikan dan persentase peserta didik yang melampui KKM (>=75). Nilai KKM yang ditetapkan untuk Mata Animasi adalah tujuh puluh lima. Hasil belajar bidang kognitif pada penelitian ini akan dihitung rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal setiap siklusnya. Menurut Gantini dan Suhendar (2017: 28), rumus menghitung nilai rata-rata kelas adalah:
  • 40. 40 Ketuntasan belajar klasikal menurut Daryanto (2011:191) merupakan ketuntasan belajar dalam kelas. Kelas dikatakan tuntas apabila dalam suatu pembelajaran apabila hasil belajar seluruh peserta didik yang melampui KKM dalam kelas tersebut mencapai 80%. Berikut rumus menghitung ketuntasan klasikal: Kualifikasi nilai hasil belajar bidang kognitif peserta didik dapat dilihat pada tabel 3.2. No Konversi nilai Rentang skor Kualitas 1 91-100 Sangat Baik A 80-90 Baik B 70-79 cukup C <70 Kurang D Tabel 3.2 Kualifikasi Hasil Belajar peserta didik Bidang Kognitif d) Evaluasi dan Refleksi Evaluasi merupakan suatu tindakan yang dirancang untuk mengetahui keefektifitasan tindakan pembelajaran yang telah dilakukan di dalam kelas. Refleksi adalah kegiatan untuk mengkaji tindakan perbaikan yang telah dilakukan, tentang apa yang telah dihasilkan atau yang belum dituntaskan atas tindakan perbaikan tersebut. Hasil dari kegiatan evaluasi dan refleksi adalah menentukan tindakan atau langkah lebih lanjut untuk upaya mencapai tujuan dari penelitian. e) Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apabila skor rata-rata belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti melalui pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dari subyek penelitian terjadi peningkatan. Sebagai data tambahan, keaktifan belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti peserta didik kelas XI SMK Widya Mukti mengalami peningkatan.
  • 41. 41 F. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di SMK Widya Mukti Tasikmalaya. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember tahun 2022.
  • 42. 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti malakukan observasi dan wawancara kepada guru mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas XI khususnya di kelas XI OTKP 1 SMK Widya Mukti Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka ditentukan terdapat beberapa peserta didik-siswi yang kurang begitu tertarik terhadap mata pelajaran PAI, kurangnya konsentrasi dalam proses belajar mengajar ditambah kemampuan pendidik dalam mengembangkan materi pelajaran cenderung bersifat monoton dan tidak bervariasi. Pembelajaran yang dilakukan hanya berorientasi pada aktivitas guru saja dengan tidak melibatkan peserta didik aktif. Metode yang digunakan hanya dengan metode ceramah, sehingga peserta didik kurang berminat dan tidak terlihat aktif dalam pembelajaran. Ditemukan pula yang tidak bisa memahami konsep-konsep yang abstrak dimana diperlukan benda-benda konkrit atau nyata, sebagai perantara alat visualisasinya misalnya dengan menggunakan media atau alat peraga yang membantu peserta didik untuk lebih memahami konsep. Sehubungan dengan permasalahan di atas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan berupa sebuah model pembelajaran PAI yang mudah-mudahan dapat menjadi solusi untuk masalah-masalah di atas dengan memperoleh hasil belajar yang maksimal yakni “Penggunaan Model Problem Based Learning pada Mata Pelajaran PAI. 1. Gambaran Sekilas Tentang Setting Pelaksanaan penelitian tindakan kelas telah dilaksanakan dalam 1 siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu terdiri dari tahap (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (acting), (3) Pengamatan (observing), (4) Refleksi (reflecting). Data yang ditulis dan dianalisis dalam bab ini diambil dari 34 orang peserta didik SMK Widya Mukti, pada siklus I yangmengikuti pembelajaran.
  • 43. 43 2. Pra Siklus Pra-siklus merupakan kegiatan sebelum melakukan suatu tindakan. Kegiatan pra-siklus dilakukan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas sebelum melakukan tindakan. Pada kegiatan pra-siklus ini, peneliti mengambil data hasil belajar pada materi bahasa Indonesia. Peneliti mengambil data secara murni hasil proses pembelajaran siswa. Berikut data hasil pada kegiatan pra-siklus ini. Perolehan Nilai Pra Siklus NO NAMA Nilai KKM 75 1 ABDURAHMAN 65 Belum Tuntas 2 ACEP NUGRAHA 70 Belum Tuntas 3 ADI SUWANDI 70 Belum Tuntas 4 ALDO SAPUTRA 75 Tuntas 5 Alisa Saskila 65 Belum Tuntas 6 ARYA DESTA PERMANA 70 Belum Tuntas 7 BABUL HUDA 55 Belum Tuntas 8 BUDI PRASETIO 75 Tuntas 9 CAHYANA 75 Tuntas 10 Deani Nur Angraeni 50 Belum Tuntas 11 DEDE SAEPUDIN 65 Belum Tuntas 12 Dedih 78 Tuntas 13 DESTA PUTRA PRATAMA 65 Belum Tuntas 14 Euis Rohmawati 70 Belum Tuntas 15 GIA ANGGIANI 70 Belum Tuntas 16 Kania Marwah 50 Belum Tuntas 17 LAILA MULYA ASMARA 60 Belum Tuntas 18 MUHAMAD RAMDAN HAMDANI 70 Belum Tuntas 19 MUHAMAD RIZKI 78 Tuntas 20 MUHAMAD SAEFUL AL FIKRI 70 Belum Tuntas 21 Pemi Mutia 70 Belum Tuntas 22 Pitria Rahma 70 Belum Tuntas 23 RAHMAN 70 Belum Tuntas 24 RIDWAN SYAM 78 Tuntas 25 RISKA RAHAYU 78 Tuntas 26 Rizwan Rizkuloh 70 Belum Tuntas 27 ROMI FEBRIAN 50 Belum Tuntas 28 ROSAD PERMANA 50 Belum Tuntas 29 SAEPUL ANWAR 70 Belum Tuntas 30 SANTI YULIANI 70 Belum Tuntas 31 Sarah Sopian 50 Belum Tuntas 32 SUNTANA 70 Belum Tuntas 33 SYAHIRA LESTARI 70 Belum Tuntas 34 YUNI KIKI NURHAYATI 77 Belum Tuntas Jumlah 2345 Rata-rata 68.97 Tuntas >75 7 Belum Tuntas <75 27 Berdasarkan tabel diketahui bahwa kemampuan awal siswa pada materi Khutbah Tabligh dan Dakwah kelas XI OTKP SMK Widya Mukti yang berjumlah 34
  • 44. 44 siswa, yang diketahui tuntas hanya 7 siswa atau 6,4% dari jumlah siswa. Kemudian yang belum tuntas ada 27 siswa atau 93,6%. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa, yaitu 70, dan yang memperoleh nilai paling rendah 50. Berdasarkan hasil observasi pra- siklus, dapat disimpulkan bahwa peneliti akan melakukan tindakan siklus I untuk mengetahui Keterampilan Berfikir Kritis pada materi Khutbah Tabligh dan Dakwah Pendidikan Agama Islam. 3. Deskripsi Hasil Kegiatan a. Siklus I (1) Perencanaan (Planing) Pada tahap perencanaan ini peneliti sebelumnya melakukan persiapan-persiapan untuk melaksanakan tindakan siklus I. Persiapan-persiapan yang dilakukan diantaranya : a) Menelaah kurikulum pembelajaran b) Membuat dan merancang silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Model PBL agar pembelajaran lebih terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran. c) Mempersiapkan kegiatan pembelajaran terlebih dahulu misalnya buku sumber, alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam model PBL dalam pembelajaran PAI. d) Membuat LKPD, soal pretes dan postes. e) Menyusun pedoman observasi aktivitas mengajar guru dan observasi aktivitas peserta didik. f) Merencanakan pembentukan kelompok belajar peserta didik secara heterogen. (2) Pelaksanaan (Action) Tindakan siklus I ini dilaksanakan pada hari senin 6 Oktober 2022, dimulai pada pukul 10.00 dan direncanakan berakhir pada pukul 12.15. Sebelum melakukan tindakan, guru (peneliti) memberikan lembar observasi aktivitas guru kepada observer untuk melakukan penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru (peneliti). a) Pendahuluan Pada tahap pendahuluan dalam siklus I, pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam, peserta didik secara serempak menjawab
  • 45. 45 wa’alaikum salam. guru (peneliti) menyiapkan dan merapikan tempat duduk peserta didik kemudian mengabsen peserta didik, seluruh peserta didik hadir sehingga kelompok yang telah ditentukan pada tahap perencanaan dapat digunakan pada pelaksanaan tindakan siklus I. Selanjutnya ketua kelas memimpin berdoa dan peserta didik lain mengikuti berdoa dalam hati sesuai yang diinstruksikan ketua kelas. b) Kegiatan Inti Kegiatan selanjutnya yang dilakukan guru (peneliti) yaitu menginformasikan tujuan pembelajaran untuk pencapaian indikator hasil belajar peserta didik tentang Khutbah, Tablig. Pada saat guru (peneliti) sedang menginformasikan materi, peserta didik mendengarkan dan tidak ada yang ribut, agar dalam penyampaian informasi berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kemudian guru (peneliti) memberikan soal pretes dengan lama waktu 10 menit tujuannya untuk mengetahui peningkatan hasil belajar sebelum menjelaskan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Setelah memberikan soal pretes, guru (peneliti) menjelaskan materi yang akan diajarkan yaitu tentang Pengertian Khutbah dan Syarat rukunnya, pada saat penyampaian materi peserta didik tidak ada yang ribut semua memperhatikan penjelasan yang diberikan guru (peneliti). Selanjutnya, guru mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Guru menayangkan berbagai gambar/video yang berbentuk Khutbah dan Tablig yang dikemas dalam sebuah video yang sesuai dengan materi Khutbah, Tablig dan Dakwah. Menonton Video; https://youtu.be/ol94Llcba2c
  • 46. 46 Gambar 4.3 Kegiatan menyaksikan tayangan Khutbah Pada kegiatan ini guru menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu tentang Khutbah, Tablig selanjutnya guru membagi peserta didik menjadi 3 kelompok dan masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 anak. Gambar : 4.4 Kelompok diskusi pada Siklus I kemudian guru menayangkan sebuah video yang bersifat kontroversi dengan materi pembelajaran Khutbah, Tablig dan Dakwah; https://youtu.be/LehWMxs2JCU
  • 47. 47 Gambar ; 4.5 Kegiatan menyaksikan Video Anak kecil yang pintar berceramah Kemudian guru memberikan permasalahan. peserta didik diminta menyelesaikan permasalahan yang telah diberikan oleh guru, kemudian peserta didik bersama kelompoknya memecahkan permasalahan yang telah diberiakn oleh guru, peserta didik bekerjasama dengan kelompok. Selanjutnya peserta didik berusaha untuk menemukan masalah dan mengidentifikasi permasalahan yang diberikan oleh guru. Dan guru memberi batas waktu diskusi, lanjut kelompok yang sudah selesai maju ke depan kelas membacakan hasil diskusinya, begitu juga dengan kelompok yang lain. . c) Kegiatan Penutup. Akhir dari pembelajaran, guru dan peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari secara bersama- sama. peserta didik diminta untuk bertanya agar peserta didik dapat lebih memahami materi yang diberikan oleh guru. peserta didik mengerjakan soal postest yang dilaksanakan apada akhir pembelajaran untuk mengukur sejauh mana hasil belajar setelah dilakukan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL).
  • 48. 48 Gambar : 4.7 peserta didik sedang melaksanakan Pos tes Guru menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan yang akan datang dan menghimbau kepada seluruh peserta didik untuk mempelajari materi selanjutnya. Agar pertemuan yang akan datang peserta didik lebih mudah dalam memahami materi. Guru meminta ketua kelas menyiapkan doa, guru menutup pembelajaran mengucap salam. (3) Pengamatan (Observing) a. Hasil Perhitungan Pretes dan Postes Hasil perhitungan kemampuan skor pretes dan postes hasil belajar peserta didik siklus I, pada pertemuan ke-1, diperoleh data sebagai berikut : Perolehan Nilai Preetes Siklus I NO NAMA Pree test KKM 75 1 ABDURAHMAN 65 Belum Tuntas 2 ACEP NUGRAHA 78 Tuntas 3 ADI SUWANDI 78 Tuntas 4 ALDO SAPUTRA 75 Tuntas 5 Alisa Saskila 65 Belum Tuntas 6 ARYA DESTA PERMANA 70 Belum Tuntas 7 BABUL HUDA 55 Belum Tuntas 8 BUDI PRASETIO 75 Tuntas 9 CAHYANA 75 Tuntas 10 Deani Nur Angraeni 50 Belum Tuntas 11 DEDE SAEPUDIN 65 Belum Tuntas 12 Dedih 78 Tuntas 13 DESTA PUTRA PRATAMA 65 Belum Tuntas 14 Euis Rohmawati 78 Tuntas 15 GIA ANGGIANI 78 Tuntas 16 Kania Marwah 50 Belum Tuntas 17 LAILA MULYA ASMARA 60 Belum Tuntas 18 MUHAMAD RAMDAN HAMDANI 70 Belum Tuntas
  • 49. 49 19 MUHAMAD RIZKI 78 Tuntas 20 MUHAMAD SAEFUL AL FIKRI 70 Belum Tuntas 21 Pemi Mutia 78 Tuntas 22 Pitria Rahma 78 Tuntas 23 RAHMAN 70 Belum Tuntas 24 RIDWAN SYAM 78 Tuntas 25 RISKA RAHAYU 78 Tuntas 26 Rizwan Rizkuloh 70 Belum Tuntas 27 ROMI FEBRIAN 50 Belum Tuntas 28 ROSAD PERMANA 50 Belum Tuntas 29 SAEPUL ANWAR 78 Tuntas 30 SANTI YULIANI 70 Belum Tuntas 31 Sarah Sopian 50 Belum Tuntas 32 SUNTANA 70 Belum Tuntas 33 SYAHIRA LESTARI 70 Belum Tuntas 34 YUNI KIKI NURHAYATI 77 Belum Tuntas Jumlah 2345 Rata-rata 68.97 Tuntas >75 15 Belum Tuntas <75 19 Tabel 4.10 hasiTabTabel : 4.l0 Hasil Preetes Siklus I Dari tabel data diatas menunjukan bahwa peserta didik yang belum tuntas mencapai KKM 19 orang dan peserta didik yang sudah tuntas KKM hanya 15 orang peserta didik dari jumlah keseluruhan 34 Orang. Perolehan Nilai Hasil Postes Siklus I NO NAMA Postes KKM 75 1 ABDURAHMAN 65 Belum Tuntas 2 ACEP NUGRAHA 78 Tuntas 3 ADI SUWANDI 78 Tuntas 4 ALDO SAPUTRA 75 Tuntas 5 Alisa Saskila 65 Belum Tuntas 6 ARYA DESTA PERMANA 70 Belum Tuntas 7 BABUL HUDA 55 Belum Tuntas 8 BUDI PRASETIO 75 Tuntas 9 CAHYANA 75 Tuntas 10 Deani Nur Angraeni 50 Belum Tuntas 11 DEDE SAEPUDIN 65 Belum Tuntas 12 Dedih 78 Tuntas 13 DESTA PUTRA PRATAMA 65 Belum Tuntas 14 Euis Rohmawati 78 Tuntas 15 GIA ANGGIANI 78 Tuntas 16 Kania Marwah 50 Belum Tuntas 17 LAILA MULYA ASMARA 60 Belum Tuntas 18 MUHAMAD RAMDAN HAMDANI 70 Belum Tuntas 19 MUHAMAD RIZKI 78 Tuntas 20 MUHAMAD SAEFUL AL FIKRI 70 Belum Tuntas 21 Pemi Mutia 78 Tuntas 22 Pitria Rahma 78 Tuntas 23 RAHMAN 70 Belum Tuntas 24 RIDWAN SYAM 78 Tuntas 25 RISKA RAHAYU 78 Tuntas 26 Rizwan Rizkuloh 70 Belum Tuntas
  • 50. 50 27 ROMI FEBRIAN 50 Belum Tuntas 28 ROSAD PERMANA 50 Belum Tuntas 29 SAEPUL ANWAR 78 Tuntas 30 SANTI YULIANI 70 Belum Tuntas 31 Sarah Sopian 50 Belum Tuntas 32 SUNTANA 80 Tuntas 33 SYAHIRA LESTARI 77 Tuntas 34 YUNI KIKI NURHAYATI 77 Tuntas Jumlah 2362 Rata-rata 69.47 Tuntas >75 17 Belum Tuntas <75 17 Tabel 4.11 hasil Postes Siklus I Dari tabel data diatas menunjukan bahwa peserta didik yang belum tuntas mencapai KKM 17 orang dan peserta didik yang sudah tuntas KKM hanya 17 orang peserta didik. Dari perhitungan skor Preetes dan Postes hasil belajar peserta didik siklus I, pada pertemuan ke-1; 1) Nilai preetes tertinggi 78 dan yang sudah mencapai KKM hanya sejumlah 15 orang, dan yang belum mencapai KKM sebanyak 19 orang dari keseluruhan jumlah Peserta dididk 34 orang peserta didik yang hadir mengikuti proses pembelajaran. 2) Nilai Postes tertinggi 80 dan yang sudah mencapai KKM hanya sejumlah 17 orang, dan yang belum mencapai KKM sebanyak 17 orang dari keseluruhan jumlah Peserta dididk 34 orang peserta didik yang hadir mengikuti proses pembelajaran. 3) Gain (peningkatan hasil belajar), setelah dilakukan Postes ada peningkatan jumlah peserta didik yang mencapai KKM sebanyak 17 orang dan berkurang jumlah peserta didik yang belum mencapai KKM yaitu sebanyak 17 orang. Berdasarkan hasil penilaian di atas pada siklus I, dapat dilihat melalui tabel penilaian peserta didik secara keseluruhan sesuai dengan aspek yang diamati dalam penilaian observasi. Hasil pengolahan data observasi aktivitas peserta didik siklus I menunjukan bahwa aktivitas peserta didik pada siklus I dalam aspek kemampuan, masih kurang, hal ini ditunjukkan oleh jumlah peserta didik yang sudah mencapai KKM hanya sejumlah 17 dari jumlah peserta didik 34 orang. keaktifan dalam belajar masih belum maksimal karena peserta didik masih belum terbiasa untuk bertanya dan
  • 51. 51 mengeluarkan pendapat. Dengan demikian hasil observasi aktivitas peserta didik yang belum maksimal pada siklus I ini. (4) Refleksi (Reflection) Berdasarkan pada pengamatan tindakan siklus I, bahwa pelaksanaan tindakan dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) belum optimal dalam pembelajarannya. Pada kegiatan pendahuluan guru (peneliti) kurang begitu jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, sehingga banyak peserta didik yang tidak paham apa yang akan mereka pelajari dan informasi apa saja yang harus mereka dapatkan pada pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dalam penyampaian materi yang terlalu singkat dan tidak kondusif selama pembelajaran berlangsung, sehingga peserta didik masih tidak paham tentang materi pembelajaran yang telah diberikan oleh guru (peneliti). Pembagian kelompok dan pelaksanaan diskusi masih dianggap asing bagi peserta didik, sehingga kelas menjadi ribut dan tidak terkontrol. Informasi yang diterima peserta didik selama diskusi masih minim, sehingga beberapa LKPD dikerjakan dengan jawaban yang kurang tepat. Pada saat presentasi kelompok peserta didik juga belum paham apa yang harus ditanggapi dari hasil diskusi temannya, peserta didik masih merasa canggung untuk dapat mengungukapkan pendapat sehingga diskusi kurang efektif. Dari serangkaian kegiatan yang terdapat kekurangannya pada pelaksanaan tindakan siklus I, seperti yang diuraikan di atas peneliti melakukan analisa dan diskusi dengan guru lainnya untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang akan terjadi pada pelaksanaan tindakan siklus II serta membahas tentang persiapan- persiapan dengan mantap untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.
  • 52. 52 B. Pembahasan Berdasarkan tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I, maka berikut iniakan dipaparkan pembahasan berdasarkan hasil temuan esensial dari siklus dan tindakan. 1. Hasil Pembelajaran Siklus I Pada siklus I skor rata-rata pretes yang diperoleh peserta didik sebagian masih rendah, dikarenakan pada umumnya peserta didik belum memiliki penguasaan materi tentang Pengertian Khutbah, Tablig dan Dakwah dengan baik. Berdasarkan pada jawaban peserta didik saat dilakukan pretes, secara umum peserta didik sudah mengetahui beberapa pengertian Khutbah, Tablig dan Dakwah tetapi peserta didik belum dianggap bisa membedakan ciri-ciri Khutbah, Tablig dan Dakwah. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan Problem Based Learnin, hasil postes yang diperoleh peserta didik ada peningkatan, Akan tetapi hasil belajar peserta didik pada siklus I masih dianggap kurang baik, dikerenakan sebagian peserta didik belum memenuhi KKM yang ditetapkan yaitu 75. Selain itu materi pelajaran yang disampaikan kurang menggabarkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, dan pemanfaatan media pembelajaran belum optimal. 2. Aktivitas Guru Skor rata-rata yang dicapai setelah dilakukan pengolahan terhadap hasil observasi aktivitas guru pada siklus I dikatergorikan kurang. Skor rata-rata ini menggambarkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus I tidak terlaksana dengan baik. Hal ini disebabkan belum terbiasa peneliti melakukan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning, dan peserta didik merasakan bahwa penggunaan model Problem Based Learning adalah sesuatu yang baru dan membutuhkan waktu untuk memahami dan membiasakannya selama penelitian berlangsung. Akibat dari tidak terbiasanya peserta didik melaksanakan pembelajaran model Problem Based Learning dapat dilihat pengaruhnya pada hasil kerja kelompok dan skor postes yang minim. 3. Aktivitas peserta didik Berdasarkan hasil pengamatan observasi yang dilakukan peneliti dan observer, bahwa aktivitas peserta didik pada setiap siklusnya mengalami peningktan. Hal ini dapat dilihat pada proses pembelajaran yang dinilai dari berbagai aspek yaitu, kemampuan, keaktifan, kerjasama, dan cara kerja.
  • 53. 53 4. Wawancara Dari hasil wawancara yang dilakukan pada akhir tindakan siklus 1, dapat dikatakn bahwa seluruh peserta didik menyukai cara belajar dengan menggunakan Problem Based Learning dengan alasan bisa belajar secara berkelompok dengan teman dan bertukar pendapat sehingga jika mengalami kesulitan akan diajarkan oleh teman. Kemudahan yang dirasakan peserta didik dikarenakan dalam pembelajaran menggunkan model Problem Based Learning setiap peserta didik diwajibkan untuk mengajarkan kepada teman kelompok asalnya tentang informasi yang diperoleh dari kelompok ahli. sehingga peserta didik yang pintar tidak merasa diberatkan oleh temannya, karena itu merupakan tugas yang diberikan oleh kelompok dan sebaliknya peserta didik yang kurang pintar tidak merasa disepelekan karena setiap peserta didik memiliki tugas yang sama yaitu mengumpulkan informasi tentang tugas yang diberikan oleh kelompoknya. Penggunaan model Problem Based Learning juga mendapatkan positif dari observer.
  • 54. 54 A, Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Pelaksanaan model Problem Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XI SMK Widya Mukti sudah berjalan lancar. Hal ini ditandai dengan peningkatan keaktifan peserta didik yang sebelumnya cenderung pasif setelah diterapkan model pembelajaran ini mulai mengalami peningkatan dalam keaktifannya di dalam kelas saat pembelajaran sedang berlangsung akan tetapi harus di perlukan lagi Ptk siklus ke 2 supaya dapat meningkatkan lagi keterampilan belajar peserta didik. b. Penerapan model Problem Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat diketahui dari hasil belajar peserta didik yang mengalami peningkatan setelah diadakan tindakan siklus I tapi harus di lakukan kembali siklus ke 2 supaya lebih mengalami peningkatan B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : a. Bagi Sekolah Bagi sekolah yang ingin menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan inovasi untuk peningkatan pelaksanaan pembelajaran yang ada di kelas namun perlu dipertimbangkan kriteria mata pelajaran sebaiknya mata pelajaran tersebut sesuai karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning b. Bagi Guru Bagi guru yang ingin menggunakan model pembelajaran ini diharapkan mempertimbangkan beberapa hal yaitu , (a) untuk memperhatikan dalam penggunaan waktu agar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, (b) guru memilih materi yang sesuai karakteristik model Problem Based Learning (c) peran guru sangat dibutuhkan untuk memberi pengarahan pada peserta didik, agar peserta didik lebih percaya diri sehingga berdampak pada hasil belajar peserta
  • 55. 55 didik yang menjadi lebih baik. Dengan beberapa pertimbangan tersebut diharapkan pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. c. Bagi peserta didik Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada saat model Problem Based Learning perlu meningkatkan keaktifan dalam bertanya maupun berpendapat agar lebih memahami materi dan bisa menjadi inovasi pembelajaran peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar.
  • 56. 56 DAFTAR PUSTAKA Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran al-Ghazali tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Offset, 1998 Huda, Miftahul. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Isjoni. (2011). Cooperative learning: Mengembangkan kemampuan belajar berkelompok. Bandung: Alfabeta. Mulyani Sumantri (2016) Perkembangan peserta didik. Jakarta: Universitas Terbuka Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PTRineka Cipta Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik. Jakarta: PT. Bumi Aksara Dimyati dan Mujion. (1996). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Pendidikan tinggi Depdikbud. Rineka Cipta Gintings, Abdurarakhman. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora. Majid, Abdul, dan Andayani, Dian. (2004). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhaimin. (2002). Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Silberman, Melvin L. (2010). Active Learning. Bandung : Nusamedia
  • 57. LAMPIRAN - LAMPIRAN 1. Soal-soal Preetes 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) 4. Instrumen Penilaian 5. Lembar Observasi 6. Soal-soal Postes