SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  6
AGAMA DAN MANUSIA
....Ialah ( Allah ) yang mengutus ( Nabi Muhammad ) dengan petunjuk yang nyata dan agama yang
benar ( sejati ), supaya ia memenangkan agama itu ( islam ) diatas segala agama yang yang lainnya,
walaupun orang2 musyrik membencinya.
( As-shaf : 9 )
Sejak adanya manusia dimuka bumi ini, sejak itu pula mulailah orang membuat sesembahan,
tempat yang dipuja dan dipuji, tempat yang dianggap suci, karena manusia tahu, bahwa diluar dia ada
berdiri satu kekuatan dan kekuasaan yang lebih besar, lebih sempurna dari pada kekuatan dan
kekuasaan yang ada pada dirinya. Orang menyembah batu dan kayu, menyembah tanah dan air,
menyembah api dan angin, singkatnya macam-macam akal dan daya upaya manusia untuk mencari
perlindungan, mencari keselamatan bagi dirinya semasa hidupnya.
Zaman jahiliyah yang kuno itu sudah lampau. Diganti dengan jahiliyah modern, yang pada
hakekatnya pun tidak beda dengan kegelapan pada zaman dahulu kala itu. Berpuluh–puluh, beratus–
ratus, bahkan beribu kali Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan utusan–utusannyaNya ( rasul ) dan
Nabi–NabiNya ( pembawa berita dari Allah ), untuk memperbaiki keadaan manusia, didalam hidup dan
pergaulannya.
Tiap–tiap utusan Allah itu diturunkan, tiap–tiap kalinya ia mendapat tantangan dari kaum
jahilin dengan kekerasan dan kekejaman. Oleh sebab itu tidak jarang ada nabi yang terbunuh ataupun
yang di usir dari tempat tinggalnya. Hanya karena menyiarkan berita–berita atau agama dari pada yang
esa. Satu–satunya Dzat yang wajib disembah oleh tiap–tiap makhluk.
Dari pada berpuluh–puluh, dari sekian banyaknya nabi Allah itu, yang paling terakhir, yang
penutup ialah Nabi Muhammad Rosulullah Saw. Nabi kesudahan yang menutup dan mencukupkan
serta menyempurnakan segala nabuwah dari pada Allah. Nabi ialah seorang yang membawa benih
kesejahteraan, benih kesentosaan, sekalian peraturan–peraturan ( addin–agama ) karena karunia dan
kasih dari pada Allah jua. Hal ini dengan nyata disebutkan di dalam Al–Quran, Surat Al–Anbiya ayat
107, sebagai berikut :
Dan tidaklah Allah mengirimkan kamu kedunia, melainkan untuk memberikan rahmat bagi sekalian
alam.
Perkataan ’alam’ disini ditujukan kepada sekalian makhluk, sekalian bangsa manusia, bahkan
berarti pula segala apapun, yang ghaib dan yang nyata. Ayat yang kita kutipkan diatas ini cukuplah
kiranya menjadi bukti kenyataan, bahwa agama yang diataskan oleh Allah atas sekalian Agama yang
lainnya ( yang lebih dulu–>sebab kemudian dari itu tidak ada Rasullullah lagi–ialah Agama islam.
Lebih tegas lagi didalam Al–Quran Surat Ali–Imran ayat 18 :
,,,, Bahwasanya agama yang sempurna dalam pandangan Allah ialah agama islam….”
Dalam kitab yang sekecil ini bukanlah maksud kita membicarakan masalah agama dan manusia
dengan seluas–luasnya, melainkan hanyalah sekedar yang mengenai garis–garis besarnya, dengan
harapan, mudah-mudahan dengan sepatah dua patah perkataan yang tuiliskan atau berkenanlah
hendaknya Allah membukakan mata–hati kita, hingga kita mengetahui akan maksud dan tujuan hidup
yang sempurna, sebagai yang diajarkan oleh penghulu besar, Nabi Muhammad SAW.
1. KHALIQ DAN MAKHLUK
Allah SWT memerintahkan sekalian alam ini, yang gaib dan yang nampak, sepanjang atau
sependek penyelidikan mufasirin yang terbanyak, bolehlah dibagi menjadi dua bagian :
a. Takwin
Takwin itu artinya, bahwa sesungguhnya Allah membuat sekalian alam ini dengan satu
cara, yang sekali–kali tidak dapat diselidiki atau diketahui oleh panca inderanya manusia, satu
cara yang mengatas segala penyelidikan dan pengetahuan makhluknya.
Af’a-oellah ( perbuatan–perbuatan Allah ) ini tidak bersangkut–paut dengan sesuatu
makhluk. Tidak ada gantungan atau hubungan dengan tangan manusia, tidak pula ada satu
usaha manusia yang mencampurkan diri padanya. semuanya ituterjadi dan dijadikan, karena
kehendak ( iradat ) dan kekuasaan ( Qudrat ) Allah semata.
b. Tasjri’
Selain dari pada itu ada pula perbuatan–perbuatan Allah, yang seolah–olah tergantung,
atau seakan–akan dilekatkan dengan usaha manusia. Satu perkara yang tampaknya terikat oleh
waktu dan tempat di dalam alam ini.
Maka tumbuhlah di dalam ilmu pengetahuan manusia berbagai–bagai teori, yang
berkenaan dengan fisafat, tasawuf dan syariat agama, misalnya: teori asbabun-nuzul, satu teori
yang menerangkan sebab–sebab turunnya ayat–ayat Al –Quran.
Bagian ini lazimnya dinamakan orang bagian Tasjri, artinya sesuatu perkara, yang
menghendaki dan menuntut berlakunya syariat, bersangkutan dan berhubungan langsung
dengan adanya atau dengan perantaraan syariat.
Maka dengan jalan Tasjri’ inilah–demikianlah cara manusia–Allah Ta’ala menurunkan
Agamanya kepada sekalian makhluknya. Agama yang di dalamnya terdapat segala peraturan
bagi manusia, bagian duniawi maupun ukhrowi, hidup seorang diri atau hidup bersama–sama,
bagi satu bangsa dan segenap peri-kemanusiaan, bagi kemuliaan di dunia dan bahagia di
akhirat. Pendek panjangnya, sekalian peraturan yang menjadi keperluan ala mini, dlohir dan
bathinya, semuanya dapat kita temukan di dalam Agama ( Din ) islam, mulai yang sekecil–
kecilnya hingga yang sebesar-besarnya.
2. MAKSUD DAN TUJUAN HIDUP MANUSIA
Adapun maksud dan tujuan hidup manusia, yang ber illahkan kepada Allah dan bernabikan
kepada Nabi Muhammad, tidak ada lain, melainkan; melakukan’amal’ ibadah terhadap Allah
dengan khusu’dalam arti kata yang sesempurnanya, dengan cara dan laku yang di contohkan oleh
junjungan nabi kita Nabi Rosulullah SAW.
Kita yakin dengan penuh–penuh, bahwa tidak ada contoh yang paling mulia, paling utama,
paling tinggi dan paling luhur harkat derajatnya, melainkan contoh dan tauladan dari pada penghulu
besar kita itu tentang keindahan budi pekerti ( akhlak ) , kekuatan ruhani ( batin ) dan keutamaan
perjalanan. Itu tidak seorangpun yang dapat menolaknya, walau lawan dan musuh islam sekalipun.
Berkenaan dengan perkataan'Ibadah', baiklah disini kita terangkan dengan singkat akan arti dan
maksud perkataan ini. Adapun hal ‘ibadah ini–sepanjang garis-garis besarnya—bolehlah dibagi
menjadi dua bagian : (1) ‘Ibadah Khususiyah, yang mengenai keperluan manusia seorang diri, dan
(2) ‘Ibadah Umumiyah, yang bersangkutan dengan keperluan manusia menghadapi sekalian alam
diluar dirinya.
Bagian yang pertama seringkali disebut juga bagian,anniyah ( individu ), dan bagian kedua
dinamakan orang nahniyah ( universal )
Maka kewajiban tiap–tiap manusia beribadah atau bakti kepada Allah itu, termaktub di dalam
berpuluh–puluh ayat Al–Quran dan ternyata didalam segenap sunah Rosulullah SAW. Antara lain
disebutkan di dalam Kitabullah yang suci itu :
Hai sekalian bangsa manusia! Baktilah kepada Robbmu, ( Robb ) yang menjadikan kamu dan
menjadikan orang–orang sebelum kamu, agar supaya kamu bertakwa . ( Al–Baqarah-21 )
Dan lagi :
,, Dan tidaklah diperintahkan kepada manusia,melainkan agar supaya berbakti kepada Robb yang
esa: tiada Robb ( lain ), melainkan dia……………….. ( At – Taubah-31)
Di dalam zaman sekarang ini kita alami ini sungguh sangat perlu manusia tahu, sadar dan insyaf
akan kewajibannya, Bakti’’Jika ia tidak bakti kepada Allah, tentulah ia akan bakti kepada selain
dan diluar dari pada Allah.’’Maka mudah sekali manusia jatuh dalam kekufuran, hanya karena
tidak tahu kepada siapa ia wajib bakti.
Selain dari pada itu, perbuatan Bakti itu pun harus pula dilakukan dengan khusu’ dan dengan
hati yang suci serta ikhlas, seperti yang diajarkan didalam Al-Quran:
,, Tiadalah diperintahkan kepada manusia, melainkan bagi berbuat bakti kepada Allah, dengan
ikhlas dan setia hati…..”( Al–Bayinah–5 )
Dan lagi :
,,Bahwasanya kami ( Allah ) menurunkan kitab ini (Al –Quran) dengan kebenaran, maka
berbaktilah kepada Allah denga ikhlas dan tulus hati”,ingatlah bahwa sesungguhnya bakti yang
ikhlas itu hanya bagi Allah semata …… ( Az–Zumar : 2–3 )
Lagi pula, perbuatan bakti atau ibadah itu tidak boleh dilakukan sekehendak kita, yang mudah
terhinggapi penyakit segan dan bosen, tetapi bakti sampai kepada akhir hayat kita, bakti yang
diperbuat sampai kepada nafas yang penghabisan seperti yang dinyatakn di dalam Al–Quran Surat
Al-Hijr ayat 99
,, Baktilah kepada Robbmu,hingga datang kepadamu yang diyakini ( ajal )
Selain dari pada itu , Bakti kepada Allah yang esa itu Bakti yang diajarkan oleh Agama ( Din )
islam, bukanlah Bakti yang setengah–setengah, yang tanggung–tanggung, Bakti menurut sesuka
nafsu manusia, melainkan ialah Bakti yang penuh–penuh, Bakti yang genap-lengkap, enteng atau
beratnya, seperti yang dimaktubkan di dalam Al–Quran :
,,Hai sekalian orang–orang yang beriman ! masuklah kepada Agama (Din ) islam segenapnya
( kaffah ). ( Al–Baqarah : 208 )
Mengingat keterangan di atas cukuplah kiranya sekadar untuk memberi gambaran, apakah
‘ibadah atau Bakti itu. Berhubung dengan pembagian ‘ibadah tersebut, maka kewajiban bakti kita
itu pun terbagi pula atas dua bagian, yang tidak boleh ditinggalkan salah satunya, melainkan kedua
kewajiban itu harus berlaku bersama –sama.
(a) Al – Hadits ‘ alal – Qadim’
Dengan perkataan ini dimaksudkan kewajiban manusia kepada Allah yang langsung,
Kewajiban Makhluk kepada Khaliq, yang tiada sangkutan atau hubungan dengan makhluk di
luarnya. Jadi yang termasuk bagian kewajiban Hadist terhadap kepada Qadim itu pada
khususnya ialah kewajiban Ruh manusia terhadap kepada Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kewajiban ini timbul dari pada ajaran yang terkandung dalam kalimat tauhid : La ilaha
illallah. Dan oleh karena itu maka bagian ini sering kali juga disebut bagian Rububiyah”atau
ilahiyah”, yang artinya,, ke-esaan.”
(b) Al – Hadist ‘alal – Hadist
Selain dari pada kewajiban (a) yang tidak terbatas dan tidak dapat diukur oleh manusia atau
makhluk yang mana pun juga ( absolute ), pun ada pula kewajiban kita sebagai makhluk kepada
makhluk lainnya ( relative ). Kewajiban ini ada hubungannya, ada sangkutannya, ada
peraturannya, dan ada pula ketentuan–ketentuan yang tetap.
Berbedaan dengan wajib (a) yang mengurung sekalian bakti yang khusus, maka bagian (b)
ini mengandung Bakti yang ‘umum sifatnya, karena bakti ini dilakukan di dalam dan diantara
pergaulan hidup bersama. Menurut aliran sifat hidup bersama, bagian ini pun boleh pula
dipecah –pecah lagi menjadi berbagai–bagai tingkat atau lapisan, misalnya:
::Dalam pergaulan antara laki –laki dengan laki-laki, antara perempuan dengan perempuan
antara laki-laki denga perempuan,didalam perikatan rumah tangga dan diluarnya.
::Dalam pergaulan berkampung dan bernegeri yang berkenaan dengan maslahat umum / sosial
::Dalam urusan pembagian rizki ( ekonomi ) antara seorang dengan seorang lainnya, antara
segolongan dengan golongan lainnya, seagama dan berbedaan agamanya.
::Dalam hidup bersama, yang mengenai cara–cara melakukan dan mengatur sesuatu negeri
( politik )
Sjahdan, maka semuanya itu oleh Allah SWT dengan risalah disampaikan kepada sekalian
makhluknya dan Rosulullah ( utusan Allah ), inilah yang wajib menyampaikan lebih jauh
kepada sekalian ummat, serta memberi contoh dan tauladan akan bukti ‘amal yang
dimaksudkan di dalam amanat–amanat Allah itu.
3. BANGUNAN, SIFAT DAN CARA HIDUP
Didalam riwayat perjalanan manusia kita mengenal hidup manusia bermacam–macam. Menurut
bangunan, sifat dan cara yang terdapat di dalamnya, bolehlah hidup manusia itu menjadi tiga bagian
1) Hidup Hiss
Setengah manusia hidup hanya untuk keperluan dirinya sendiri. Yang selalu dikejar–kejar
ialah hanya kepentingan yang berkenaan dengan dirinya, dengan rumah tangganya. Kadang-
kadang ia bergerak juga di medan umum, tetapi bergeraknya yaitu hanyalah untuk keperluan
diri, keperluan kasar, keperluan wadag ( material life ).
Orang yang demikian itu sesungguhnya mempunyai sifat,,diam”. Bukan ,,diam’ karena ia
tidak kuasa berjalan, bukan pula diam, karena ia tidak pandai bergerak. Tetapi ia disebut diam,
karena tidak pandai menjalankan hukum-hukum Allah.
Hidup yang demikian itu boleh di ibaratkan hidup secara tumbuh-tumbuhan, hidup dengan tidak
sadar dan insyaf akan arti dan harga hidupnya! Maka hidup inilah yang dinamakan orang Hidup
Hissy”, hidup hanya karena tidak mati belaka.
2) Hidup Ma’nawy
Selain dari pada golongan orang yang hidup seperti bagian (1), ada pula setengah orang
yang sudah mulai mempergunakan hidupnya untuk menjalankan hukum2 Allah; tetapi belum
mempunyai kesadaran yang cukup, belum mempunyai keyakinan yang kuat dan teguh, dan
belum pula mempunyai kepercayaan yang sentausa. Ia mudah berubah, mudah digoyangkan
dan dijatuhkan, mudah pula ia pindah haluan dan sikap, hanya karena ada sangkutan dengan
salah satu kepentingan kedunian belaka. Ia belum mempunyai pendirian yang kuat dan teguh.
Hidup manusia yang demikian itu, bernama Hidup Ma’nawy”.
3) Hidup Ma’any
Ialah hidup yang dipergunakan untuk melakukan amal kebaikan yang sebanyak-banyaknya
amal yang timbul dari pada keyakinan yang kuat dan iman yang teguh; amal yang dilakukannya,
hanya karena mengharapkan Rahmat dan Ridlo dari pada Allah SWT belaka! Dan tidak kerana
ataupun harapan yang diluarnya.
Hidup sadar dan hidup insyaf ini tidak mudah tercapai, kecuali dengan karena kemurahan dan
karunia Allah semata. Orang yang duduk dalam kehidupan ma’any itu, tidak lagi mengenal sukar
dan sulit, berat dan susah, takut dan was2, dan lain–lain yang boleh mencegah manusia bagi
melakukan amal yang sempurna.
4. SANDARAN HIDUP
Didalam mengadapi berbagai–bagai kewajiban, dan didalam usaha menyempurnakan amal
bakti kepada Allah itu, maka sedikitnya kita harus mengingati akan dua sandaran hidup yang nyata
1) Taqwa
Seorang yang muttaqien tahu akan hukum–hukum syariat Agama islam dan batas-batasnya,
dan ia tidak suka melampaui batas-batas itu. Dengan hati–hati, tertib dan teliti ia menjalankan
kewajibannya. Berjaga-jaga di dalam menghadapi tiap2 perkara dan pada tiap2 waktu, di mana-
mana tempat, itulah sifatnya yang terutama.
Selain dari pada mengetahui dan pandai menjalankan wajib yang nyata, ia pun selalu ingin
dan berdaya upaya untuk menjalankan yang sunahnya, ialah sunah yang menguatkan dan
menyempurnakan yang wajib. Dan tiap-tiap yang dibolehkan oleh Agama ( mubah ) pun tidak
pula ditinggalkan, asal semuanya itu boleh menjadi syarat akan kesempurnaan amal yang sejati
kepada yang esa.
Sebaliknya, ia tidak hanya menjauhi tiap-tiap yang diharamkan oleh Agama, melainkan
tiap-tiap sesuatu yang boleh menimbulkan atau boleh menjadi sebab akan tumbuhnya perbuatan
haram, ini pun dijauhi dan dicegahnya pula.
2) Tawakkal ‘alallah
Sandaran amal yang kedua ini tidak pula kurang pentingnya. Tawakkal berarti penyerahan diri.
Bukan penyerahan diri kepada siapa pun juga yang disukai, tetapi penyerahan diri kepada Allah,
dan bukan yang diluar dia. Bukan pula satu penyerahan diri, yang tidak disertai dengan amal,
melainkan Tawakkal ialah penyerahan diri di dalam melakukan usaha, langkah, gerak, dan ikhtiar.
Tidak dapat Tawakal dipisahkan dari pada taqwa, jika manusia menghendaki hidup yang
sempurna, hidup yang di ridhoi oleh yang esa, hidup yang mengharapkan rahmat Allah.
Dan jika orang hanya berpegangan kepada taqwa dengan tidak ber–tawakal, pun tidak akan
sempurna pula amalnya. Sebab taqwa yang tidak dilakukan bersama2 Tawakkal itu gampang sekali
menumbuhkan hati was-was, gelisah dan lain-lain penyakit dalam Iman dan Tauhid, sehingga
segala amalnya itu akan lebih banyak menimbulkan rugi dari pada untung, sepanjang ajaran syariat
Agama islam. Oleh sebab itu, jika kita tidak suka amal tanggung2 dan tidak menghendaki untung
yang setengah2 di dalam amal–ibadah kita itu, hendaklah kita selalu mengingati akan kedua
sandaran hidup tersebut, agar supaya jangan sampai kita mendapat rugi di dunia dan celaka di
akhirat.
belum pula mempunyai kepercayaan yang sentausa. Ia mudah berubah, mudah digoyangkan
dan dijatuhkan, mudah pula ia pindah haluan dan sikap, hanya karena ada sangkutan dengan
salah satu kepentingan kedunian belaka. Ia belum mempunyai pendirian yang kuat dan teguh.
Hidup manusia yang demikian itu, bernama Hidup Ma’nawy”.
3) Hidup Ma’any
Ialah hidup yang dipergunakan untuk melakukan amal kebaikan yang sebanyak-banyaknya
amal yang timbul dari pada keyakinan yang kuat dan iman yang teguh; amal yang dilakukannya,
hanya karena mengharapkan Rahmat dan Ridlo dari pada Allah SWT belaka! Dan tidak kerana
ataupun harapan yang diluarnya.
Hidup sadar dan hidup insyaf ini tidak mudah tercapai, kecuali dengan karena kemurahan dan
karunia Allah semata. Orang yang duduk dalam kehidupan ma’any itu, tidak lagi mengenal sukar
dan sulit, berat dan susah, takut dan was2, dan lain–lain yang boleh mencegah manusia bagi
melakukan amal yang sempurna.
4. SANDARAN HIDUP
Didalam mengadapi berbagai–bagai kewajiban, dan didalam usaha menyempurnakan amal
bakti kepada Allah itu, maka sedikitnya kita harus mengingati akan dua sandaran hidup yang nyata
1) Taqwa
Seorang yang muttaqien tahu akan hukum–hukum syariat Agama islam dan batas-batasnya,
dan ia tidak suka melampaui batas-batas itu. Dengan hati–hati, tertib dan teliti ia menjalankan
kewajibannya. Berjaga-jaga di dalam menghadapi tiap2 perkara dan pada tiap2 waktu, di mana-
mana tempat, itulah sifatnya yang terutama.
Selain dari pada mengetahui dan pandai menjalankan wajib yang nyata, ia pun selalu ingin
dan berdaya upaya untuk menjalankan yang sunahnya, ialah sunah yang menguatkan dan
menyempurnakan yang wajib. Dan tiap-tiap yang dibolehkan oleh Agama ( mubah ) pun tidak
pula ditinggalkan, asal semuanya itu boleh menjadi syarat akan kesempurnaan amal yang sejati
kepada yang esa.
Sebaliknya, ia tidak hanya menjauhi tiap-tiap yang diharamkan oleh Agama, melainkan
tiap-tiap sesuatu yang boleh menimbulkan atau boleh menjadi sebab akan tumbuhnya perbuatan
haram, ini pun dijauhi dan dicegahnya pula.
2) Tawakkal ‘alallah
Sandaran amal yang kedua ini tidak pula kurang pentingnya. Tawakkal berarti penyerahan diri.
Bukan penyerahan diri kepada siapa pun juga yang disukai, tetapi penyerahan diri kepada Allah,
dan bukan yang diluar dia. Bukan pula satu penyerahan diri, yang tidak disertai dengan amal,
melainkan Tawakkal ialah penyerahan diri di dalam melakukan usaha, langkah, gerak, dan ikhtiar.
Tidak dapat Tawakal dipisahkan dari pada taqwa, jika manusia menghendaki hidup yang
sempurna, hidup yang di ridhoi oleh yang esa, hidup yang mengharapkan rahmat Allah.
Dan jika orang hanya berpegangan kepada taqwa dengan tidak ber–tawakal, pun tidak akan
sempurna pula amalnya. Sebab taqwa yang tidak dilakukan bersama2 Tawakkal itu gampang sekali
menumbuhkan hati was-was, gelisah dan lain-lain penyakit dalam Iman dan Tauhid, sehingga
segala amalnya itu akan lebih banyak menimbulkan rugi dari pada untung, sepanjang ajaran syariat
Agama islam. Oleh sebab itu, jika kita tidak suka amal tanggung2 dan tidak menghendaki untung
yang setengah2 di dalam amal–ibadah kita itu, hendaklah kita selalu mengingati akan kedua
sandaran hidup tersebut, agar supaya jangan sampai kita mendapat rugi di dunia dan celaka di
akhirat.

Contenu connexe

Tendances

Ahlak Kepada Allah dan Rasullulah
Ahlak Kepada Allah dan RasullulahAhlak Kepada Allah dan Rasullulah
Ahlak Kepada Allah dan RasullulahMuhamad Yogi
 
Tugas maridha
Tugas maridhaTugas maridha
Tugas maridhaKulai Wan
 
Kemukjizatan alquran dari sastra dan segi bahasa
Kemukjizatan alquran dari sastra dan segi bahasaKemukjizatan alquran dari sastra dan segi bahasa
Kemukjizatan alquran dari sastra dan segi bahasaNur Fuanto
 
Aquran dan hadis adalah pedoman hidup
Aquran dan hadis adalah pedoman hidupAquran dan hadis adalah pedoman hidup
Aquran dan hadis adalah pedoman hidupNamaku Merah
 
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas 8
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas 8Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas 8
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas 8Insan Cendikia6f
 
Bukti kebenaran al qur'an
Bukti kebenaran al qur'anBukti kebenaran al qur'an
Bukti kebenaran al qur'anArifuddin Ali.
 
Majmuaatur Rasail (Risalah Pergerakan), Hasan Al Bana
Majmuaatur Rasail (Risalah Pergerakan), Hasan Al BanaMajmuaatur Rasail (Risalah Pergerakan), Hasan Al Bana
Majmuaatur Rasail (Risalah Pergerakan), Hasan Al BanaDian Herpadiana, S.T.
 

Tendances (16)

Presentation BBQ 'mengenal ALLAH'
Presentation BBQ 'mengenal ALLAH'Presentation BBQ 'mengenal ALLAH'
Presentation BBQ 'mengenal ALLAH'
 
Ahlak Kepada Allah dan Rasullulah
Ahlak Kepada Allah dan RasullulahAhlak Kepada Allah dan Rasullulah
Ahlak Kepada Allah dan Rasullulah
 
Tugas maridha
Tugas maridhaTugas maridha
Tugas maridha
 
Iman kepada rasul allah swt
Iman  kepada  rasul  allah  swtIman  kepada  rasul  allah  swt
Iman kepada rasul allah swt
 
Wawancara i
Wawancara iWawancara i
Wawancara i
 
E valuasi 1
E valuasi 1E valuasi 1
E valuasi 1
 
Kemukjizatan alquran dari sastra dan segi bahasa
Kemukjizatan alquran dari sastra dan segi bahasaKemukjizatan alquran dari sastra dan segi bahasa
Kemukjizatan alquran dari sastra dan segi bahasa
 
Pendidikan agama islam
Pendidikan agama islamPendidikan agama islam
Pendidikan agama islam
 
Aquran dan hadis adalah pedoman hidup
Aquran dan hadis adalah pedoman hidupAquran dan hadis adalah pedoman hidup
Aquran dan hadis adalah pedoman hidup
 
Masa keemasan. indonesian. bahasa indonesia
Masa keemasan. indonesian. bahasa indonesiaMasa keemasan. indonesian. bahasa indonesia
Masa keemasan. indonesian. bahasa indonesia
 
HARUN YAHYA : MASA KEEMASAN
HARUN YAHYA : MASA KEEMASANHARUN YAHYA : MASA KEEMASAN
HARUN YAHYA : MASA KEEMASAN
 
Romadhan membentuk sifat ihsan
Romadhan membentuk sifat ihsanRomadhan membentuk sifat ihsan
Romadhan membentuk sifat ihsan
 
Training Motivasi
Training MotivasiTraining Motivasi
Training Motivasi
 
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas 8
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas 8Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas 8
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas 8
 
Bukti kebenaran al qur'an
Bukti kebenaran al qur'anBukti kebenaran al qur'an
Bukti kebenaran al qur'an
 
Majmuaatur Rasail (Risalah Pergerakan), Hasan Al Bana
Majmuaatur Rasail (Risalah Pergerakan), Hasan Al BanaMajmuaatur Rasail (Risalah Pergerakan), Hasan Al Bana
Majmuaatur Rasail (Risalah Pergerakan), Hasan Al Bana
 

En vedette

Torneio De Voleibol Definitivo
Torneio De Voleibol DefinitivoTorneio De Voleibol Definitivo
Torneio De Voleibol Definitivoheldersilva3
 
SíNtese Ii Workshop
SíNtese Ii WorkshopSíNtese Ii Workshop
SíNtese Ii WorkshopAlourenco
 
Educação Ambiental
Educação AmbientalEducação Ambiental
Educação Ambientalgeneraladm81
 
0201398605.User Centered Web Design.9780201398601.33994
0201398605.User Centered Web Design.9780201398601.339940201398605.User Centered Web Design.9780201398601.33994
0201398605.User Centered Web Design.9780201398601.33994F Blanco
 
Nazi control in 1933
Nazi control in 1933Nazi control in 1933
Nazi control in 1933Pete Lee
 

En vedette (7)

Formação word
Formação wordFormação word
Formação word
 
La nutrición humana
La nutrición humanaLa nutrición humana
La nutrición humana
 
Torneio De Voleibol Definitivo
Torneio De Voleibol DefinitivoTorneio De Voleibol Definitivo
Torneio De Voleibol Definitivo
 
SíNtese Ii Workshop
SíNtese Ii WorkshopSíNtese Ii Workshop
SíNtese Ii Workshop
 
Educação Ambiental
Educação AmbientalEducação Ambiental
Educação Ambiental
 
0201398605.User Centered Web Design.9780201398601.33994
0201398605.User Centered Web Design.9780201398601.339940201398605.User Centered Web Design.9780201398601.33994
0201398605.User Centered Web Design.9780201398601.33994
 
Nazi control in 1933
Nazi control in 1933Nazi control in 1933
Nazi control in 1933
 

Similaire à Agama dan manusia

Aqidah agama.islam-1 a-pbi
Aqidah agama.islam-1 a-pbiAqidah agama.islam-1 a-pbi
Aqidah agama.islam-1 a-pbiHendun Budiyani
 
Laporan praktikum akhlak tasawuf
Laporan praktikum akhlak tasawufLaporan praktikum akhlak tasawuf
Laporan praktikum akhlak tasawufAznil Muhammad
 
PPT PAI Kelompok 3 Hakekat Islam dan Perpspektif terkait.pptx
PPT PAI Kelompok 3 Hakekat Islam dan Perpspektif terkait.pptxPPT PAI Kelompok 3 Hakekat Islam dan Perpspektif terkait.pptx
PPT PAI Kelompok 3 Hakekat Islam dan Perpspektif terkait.pptxTiaraPutriMasthurine1
 
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah SawAhlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah SawMuhamad Yogi
 
2 islam agama rahmatan lil alamin
2 islam agama rahmatan lil alamin2 islam agama rahmatan lil alamin
2 islam agama rahmatan lil alaminayub99
 
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq TasawufKonsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawufade orreo
 
presentasiaik-finalrahmat-160411055607.pdf
presentasiaik-finalrahmat-160411055607.pdfpresentasiaik-finalrahmat-160411055607.pdf
presentasiaik-finalrahmat-160411055607.pdfpuskesmas74
 
Mahasiswa Islam: Erti Seorang Muslim
Mahasiswa Islam: Erti Seorang MuslimMahasiswa Islam: Erti Seorang Muslim
Mahasiswa Islam: Erti Seorang MuslimKaizan Nazlan
 
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP )
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP ) BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP )
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP ) downloadbukumafahim
 
Teologi Pendidikan: Kewajiban Manusia dan Implikasinya Pada Pendidikan Islam
Teologi Pendidikan: Kewajiban Manusia dan Implikasinya Pada Pendidikan IslamTeologi Pendidikan: Kewajiban Manusia dan Implikasinya Pada Pendidikan Islam
Teologi Pendidikan: Kewajiban Manusia dan Implikasinya Pada Pendidikan IslamEndi Suhendi
 
Hakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab IHakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab Iarvant
 
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zamanKarakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zamanAndi Mutmainnah Salam
 

Similaire à Agama dan manusia (20)

Pp agama
Pp agamaPp agama
Pp agama
 
Tauhid ppt
Tauhid pptTauhid ppt
Tauhid ppt
 
Wahyu
WahyuWahyu
Wahyu
 
Syumuliyatul islam
Syumuliyatul islamSyumuliyatul islam
Syumuliyatul islam
 
Aqidah agama.islam-1 a-pbi
Aqidah agama.islam-1 a-pbiAqidah agama.islam-1 a-pbi
Aqidah agama.islam-1 a-pbi
 
Agama , haris
Agama , harisAgama , haris
Agama , haris
 
Laporan praktikum akhlak tasawuf
Laporan praktikum akhlak tasawufLaporan praktikum akhlak tasawuf
Laporan praktikum akhlak tasawuf
 
PPT PAI Kelompok 3 Hakekat Islam dan Perpspektif terkait.pptx
PPT PAI Kelompok 3 Hakekat Islam dan Perpspektif terkait.pptxPPT PAI Kelompok 3 Hakekat Islam dan Perpspektif terkait.pptx
PPT PAI Kelompok 3 Hakekat Islam dan Perpspektif terkait.pptx
 
Manusia copy
Manusia   copyManusia   copy
Manusia copy
 
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah SawAhlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw
 
2 islam agama rahmatan lil alamin
2 islam agama rahmatan lil alamin2 islam agama rahmatan lil alamin
2 islam agama rahmatan lil alamin
 
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq TasawufKonsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
 
presentasiaik-finalrahmat-160411055607.pdf
presentasiaik-finalrahmat-160411055607.pdfpresentasiaik-finalrahmat-160411055607.pdf
presentasiaik-finalrahmat-160411055607.pdf
 
Makalah pai kel 2
Makalah pai kel 2Makalah pai kel 2
Makalah pai kel 2
 
Mahasiswa Islam: Erti Seorang Muslim
Mahasiswa Islam: Erti Seorang MuslimMahasiswa Islam: Erti Seorang Muslim
Mahasiswa Islam: Erti Seorang Muslim
 
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP )
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP ) BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP )
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP )
 
Teologi Pendidikan: Kewajiban Manusia dan Implikasinya Pada Pendidikan Islam
Teologi Pendidikan: Kewajiban Manusia dan Implikasinya Pada Pendidikan IslamTeologi Pendidikan: Kewajiban Manusia dan Implikasinya Pada Pendidikan Islam
Teologi Pendidikan: Kewajiban Manusia dan Implikasinya Pada Pendidikan Islam
 
Hakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab IHakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab I
 
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zamanKarakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
 
Klasifikasi orang islam
Klasifikasi orang islamKlasifikasi orang islam
Klasifikasi orang islam
 

Agama dan manusia

  • 1. AGAMA DAN MANUSIA ....Ialah ( Allah ) yang mengutus ( Nabi Muhammad ) dengan petunjuk yang nyata dan agama yang benar ( sejati ), supaya ia memenangkan agama itu ( islam ) diatas segala agama yang yang lainnya, walaupun orang2 musyrik membencinya. ( As-shaf : 9 ) Sejak adanya manusia dimuka bumi ini, sejak itu pula mulailah orang membuat sesembahan, tempat yang dipuja dan dipuji, tempat yang dianggap suci, karena manusia tahu, bahwa diluar dia ada berdiri satu kekuatan dan kekuasaan yang lebih besar, lebih sempurna dari pada kekuatan dan kekuasaan yang ada pada dirinya. Orang menyembah batu dan kayu, menyembah tanah dan air, menyembah api dan angin, singkatnya macam-macam akal dan daya upaya manusia untuk mencari perlindungan, mencari keselamatan bagi dirinya semasa hidupnya. Zaman jahiliyah yang kuno itu sudah lampau. Diganti dengan jahiliyah modern, yang pada hakekatnya pun tidak beda dengan kegelapan pada zaman dahulu kala itu. Berpuluh–puluh, beratus– ratus, bahkan beribu kali Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan utusan–utusannyaNya ( rasul ) dan Nabi–NabiNya ( pembawa berita dari Allah ), untuk memperbaiki keadaan manusia, didalam hidup dan pergaulannya. Tiap–tiap utusan Allah itu diturunkan, tiap–tiap kalinya ia mendapat tantangan dari kaum jahilin dengan kekerasan dan kekejaman. Oleh sebab itu tidak jarang ada nabi yang terbunuh ataupun yang di usir dari tempat tinggalnya. Hanya karena menyiarkan berita–berita atau agama dari pada yang esa. Satu–satunya Dzat yang wajib disembah oleh tiap–tiap makhluk. Dari pada berpuluh–puluh, dari sekian banyaknya nabi Allah itu, yang paling terakhir, yang penutup ialah Nabi Muhammad Rosulullah Saw. Nabi kesudahan yang menutup dan mencukupkan serta menyempurnakan segala nabuwah dari pada Allah. Nabi ialah seorang yang membawa benih kesejahteraan, benih kesentosaan, sekalian peraturan–peraturan ( addin–agama ) karena karunia dan kasih dari pada Allah jua. Hal ini dengan nyata disebutkan di dalam Al–Quran, Surat Al–Anbiya ayat 107, sebagai berikut : Dan tidaklah Allah mengirimkan kamu kedunia, melainkan untuk memberikan rahmat bagi sekalian alam. Perkataan ’alam’ disini ditujukan kepada sekalian makhluk, sekalian bangsa manusia, bahkan berarti pula segala apapun, yang ghaib dan yang nyata. Ayat yang kita kutipkan diatas ini cukuplah kiranya menjadi bukti kenyataan, bahwa agama yang diataskan oleh Allah atas sekalian Agama yang lainnya ( yang lebih dulu–>sebab kemudian dari itu tidak ada Rasullullah lagi–ialah Agama islam. Lebih tegas lagi didalam Al–Quran Surat Ali–Imran ayat 18 : ,,,, Bahwasanya agama yang sempurna dalam pandangan Allah ialah agama islam….” Dalam kitab yang sekecil ini bukanlah maksud kita membicarakan masalah agama dan manusia dengan seluas–luasnya, melainkan hanyalah sekedar yang mengenai garis–garis besarnya, dengan harapan, mudah-mudahan dengan sepatah dua patah perkataan yang tuiliskan atau berkenanlah hendaknya Allah membukakan mata–hati kita, hingga kita mengetahui akan maksud dan tujuan hidup yang sempurna, sebagai yang diajarkan oleh penghulu besar, Nabi Muhammad SAW.
  • 2. 1. KHALIQ DAN MAKHLUK Allah SWT memerintahkan sekalian alam ini, yang gaib dan yang nampak, sepanjang atau sependek penyelidikan mufasirin yang terbanyak, bolehlah dibagi menjadi dua bagian : a. Takwin Takwin itu artinya, bahwa sesungguhnya Allah membuat sekalian alam ini dengan satu cara, yang sekali–kali tidak dapat diselidiki atau diketahui oleh panca inderanya manusia, satu cara yang mengatas segala penyelidikan dan pengetahuan makhluknya. Af’a-oellah ( perbuatan–perbuatan Allah ) ini tidak bersangkut–paut dengan sesuatu makhluk. Tidak ada gantungan atau hubungan dengan tangan manusia, tidak pula ada satu usaha manusia yang mencampurkan diri padanya. semuanya ituterjadi dan dijadikan, karena kehendak ( iradat ) dan kekuasaan ( Qudrat ) Allah semata. b. Tasjri’ Selain dari pada itu ada pula perbuatan–perbuatan Allah, yang seolah–olah tergantung, atau seakan–akan dilekatkan dengan usaha manusia. Satu perkara yang tampaknya terikat oleh waktu dan tempat di dalam alam ini. Maka tumbuhlah di dalam ilmu pengetahuan manusia berbagai–bagai teori, yang berkenaan dengan fisafat, tasawuf dan syariat agama, misalnya: teori asbabun-nuzul, satu teori yang menerangkan sebab–sebab turunnya ayat–ayat Al –Quran. Bagian ini lazimnya dinamakan orang bagian Tasjri, artinya sesuatu perkara, yang menghendaki dan menuntut berlakunya syariat, bersangkutan dan berhubungan langsung dengan adanya atau dengan perantaraan syariat. Maka dengan jalan Tasjri’ inilah–demikianlah cara manusia–Allah Ta’ala menurunkan Agamanya kepada sekalian makhluknya. Agama yang di dalamnya terdapat segala peraturan bagi manusia, bagian duniawi maupun ukhrowi, hidup seorang diri atau hidup bersama–sama, bagi satu bangsa dan segenap peri-kemanusiaan, bagi kemuliaan di dunia dan bahagia di akhirat. Pendek panjangnya, sekalian peraturan yang menjadi keperluan ala mini, dlohir dan bathinya, semuanya dapat kita temukan di dalam Agama ( Din ) islam, mulai yang sekecil– kecilnya hingga yang sebesar-besarnya. 2. MAKSUD DAN TUJUAN HIDUP MANUSIA Adapun maksud dan tujuan hidup manusia, yang ber illahkan kepada Allah dan bernabikan kepada Nabi Muhammad, tidak ada lain, melainkan; melakukan’amal’ ibadah terhadap Allah dengan khusu’dalam arti kata yang sesempurnanya, dengan cara dan laku yang di contohkan oleh junjungan nabi kita Nabi Rosulullah SAW. Kita yakin dengan penuh–penuh, bahwa tidak ada contoh yang paling mulia, paling utama, paling tinggi dan paling luhur harkat derajatnya, melainkan contoh dan tauladan dari pada penghulu besar kita itu tentang keindahan budi pekerti ( akhlak ) , kekuatan ruhani ( batin ) dan keutamaan perjalanan. Itu tidak seorangpun yang dapat menolaknya, walau lawan dan musuh islam sekalipun. Berkenaan dengan perkataan'Ibadah', baiklah disini kita terangkan dengan singkat akan arti dan maksud perkataan ini. Adapun hal ‘ibadah ini–sepanjang garis-garis besarnya—bolehlah dibagi menjadi dua bagian : (1) ‘Ibadah Khususiyah, yang mengenai keperluan manusia seorang diri, dan (2) ‘Ibadah Umumiyah, yang bersangkutan dengan keperluan manusia menghadapi sekalian alam diluar dirinya. Bagian yang pertama seringkali disebut juga bagian,anniyah ( individu ), dan bagian kedua dinamakan orang nahniyah ( universal ) Maka kewajiban tiap–tiap manusia beribadah atau bakti kepada Allah itu, termaktub di dalam berpuluh–puluh ayat Al–Quran dan ternyata didalam segenap sunah Rosulullah SAW. Antara lain disebutkan di dalam Kitabullah yang suci itu :
  • 3. Hai sekalian bangsa manusia! Baktilah kepada Robbmu, ( Robb ) yang menjadikan kamu dan menjadikan orang–orang sebelum kamu, agar supaya kamu bertakwa . ( Al–Baqarah-21 ) Dan lagi : ,, Dan tidaklah diperintahkan kepada manusia,melainkan agar supaya berbakti kepada Robb yang esa: tiada Robb ( lain ), melainkan dia……………….. ( At – Taubah-31) Di dalam zaman sekarang ini kita alami ini sungguh sangat perlu manusia tahu, sadar dan insyaf akan kewajibannya, Bakti’’Jika ia tidak bakti kepada Allah, tentulah ia akan bakti kepada selain dan diluar dari pada Allah.’’Maka mudah sekali manusia jatuh dalam kekufuran, hanya karena tidak tahu kepada siapa ia wajib bakti. Selain dari pada itu, perbuatan Bakti itu pun harus pula dilakukan dengan khusu’ dan dengan hati yang suci serta ikhlas, seperti yang diajarkan didalam Al-Quran: ,, Tiadalah diperintahkan kepada manusia, melainkan bagi berbuat bakti kepada Allah, dengan ikhlas dan setia hati…..”( Al–Bayinah–5 ) Dan lagi : ,,Bahwasanya kami ( Allah ) menurunkan kitab ini (Al –Quran) dengan kebenaran, maka berbaktilah kepada Allah denga ikhlas dan tulus hati”,ingatlah bahwa sesungguhnya bakti yang ikhlas itu hanya bagi Allah semata …… ( Az–Zumar : 2–3 ) Lagi pula, perbuatan bakti atau ibadah itu tidak boleh dilakukan sekehendak kita, yang mudah terhinggapi penyakit segan dan bosen, tetapi bakti sampai kepada akhir hayat kita, bakti yang diperbuat sampai kepada nafas yang penghabisan seperti yang dinyatakn di dalam Al–Quran Surat Al-Hijr ayat 99 ,, Baktilah kepada Robbmu,hingga datang kepadamu yang diyakini ( ajal ) Selain dari pada itu , Bakti kepada Allah yang esa itu Bakti yang diajarkan oleh Agama ( Din ) islam, bukanlah Bakti yang setengah–setengah, yang tanggung–tanggung, Bakti menurut sesuka nafsu manusia, melainkan ialah Bakti yang penuh–penuh, Bakti yang genap-lengkap, enteng atau beratnya, seperti yang dimaktubkan di dalam Al–Quran : ,,Hai sekalian orang–orang yang beriman ! masuklah kepada Agama (Din ) islam segenapnya ( kaffah ). ( Al–Baqarah : 208 ) Mengingat keterangan di atas cukuplah kiranya sekadar untuk memberi gambaran, apakah ‘ibadah atau Bakti itu. Berhubung dengan pembagian ‘ibadah tersebut, maka kewajiban bakti kita itu pun terbagi pula atas dua bagian, yang tidak boleh ditinggalkan salah satunya, melainkan kedua kewajiban itu harus berlaku bersama –sama. (a) Al – Hadits ‘ alal – Qadim’ Dengan perkataan ini dimaksudkan kewajiban manusia kepada Allah yang langsung, Kewajiban Makhluk kepada Khaliq, yang tiada sangkutan atau hubungan dengan makhluk di luarnya. Jadi yang termasuk bagian kewajiban Hadist terhadap kepada Qadim itu pada khususnya ialah kewajiban Ruh manusia terhadap kepada Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  • 4. Kewajiban ini timbul dari pada ajaran yang terkandung dalam kalimat tauhid : La ilaha illallah. Dan oleh karena itu maka bagian ini sering kali juga disebut bagian Rububiyah”atau ilahiyah”, yang artinya,, ke-esaan.” (b) Al – Hadist ‘alal – Hadist Selain dari pada kewajiban (a) yang tidak terbatas dan tidak dapat diukur oleh manusia atau makhluk yang mana pun juga ( absolute ), pun ada pula kewajiban kita sebagai makhluk kepada makhluk lainnya ( relative ). Kewajiban ini ada hubungannya, ada sangkutannya, ada peraturannya, dan ada pula ketentuan–ketentuan yang tetap. Berbedaan dengan wajib (a) yang mengurung sekalian bakti yang khusus, maka bagian (b) ini mengandung Bakti yang ‘umum sifatnya, karena bakti ini dilakukan di dalam dan diantara pergaulan hidup bersama. Menurut aliran sifat hidup bersama, bagian ini pun boleh pula dipecah –pecah lagi menjadi berbagai–bagai tingkat atau lapisan, misalnya: ::Dalam pergaulan antara laki –laki dengan laki-laki, antara perempuan dengan perempuan antara laki-laki denga perempuan,didalam perikatan rumah tangga dan diluarnya. ::Dalam pergaulan berkampung dan bernegeri yang berkenaan dengan maslahat umum / sosial ::Dalam urusan pembagian rizki ( ekonomi ) antara seorang dengan seorang lainnya, antara segolongan dengan golongan lainnya, seagama dan berbedaan agamanya. ::Dalam hidup bersama, yang mengenai cara–cara melakukan dan mengatur sesuatu negeri ( politik ) Sjahdan, maka semuanya itu oleh Allah SWT dengan risalah disampaikan kepada sekalian makhluknya dan Rosulullah ( utusan Allah ), inilah yang wajib menyampaikan lebih jauh kepada sekalian ummat, serta memberi contoh dan tauladan akan bukti ‘amal yang dimaksudkan di dalam amanat–amanat Allah itu. 3. BANGUNAN, SIFAT DAN CARA HIDUP Didalam riwayat perjalanan manusia kita mengenal hidup manusia bermacam–macam. Menurut bangunan, sifat dan cara yang terdapat di dalamnya, bolehlah hidup manusia itu menjadi tiga bagian 1) Hidup Hiss Setengah manusia hidup hanya untuk keperluan dirinya sendiri. Yang selalu dikejar–kejar ialah hanya kepentingan yang berkenaan dengan dirinya, dengan rumah tangganya. Kadang- kadang ia bergerak juga di medan umum, tetapi bergeraknya yaitu hanyalah untuk keperluan diri, keperluan kasar, keperluan wadag ( material life ). Orang yang demikian itu sesungguhnya mempunyai sifat,,diam”. Bukan ,,diam’ karena ia tidak kuasa berjalan, bukan pula diam, karena ia tidak pandai bergerak. Tetapi ia disebut diam, karena tidak pandai menjalankan hukum-hukum Allah. Hidup yang demikian itu boleh di ibaratkan hidup secara tumbuh-tumbuhan, hidup dengan tidak sadar dan insyaf akan arti dan harga hidupnya! Maka hidup inilah yang dinamakan orang Hidup Hissy”, hidup hanya karena tidak mati belaka. 2) Hidup Ma’nawy Selain dari pada golongan orang yang hidup seperti bagian (1), ada pula setengah orang yang sudah mulai mempergunakan hidupnya untuk menjalankan hukum2 Allah; tetapi belum mempunyai kesadaran yang cukup, belum mempunyai keyakinan yang kuat dan teguh, dan
  • 5. belum pula mempunyai kepercayaan yang sentausa. Ia mudah berubah, mudah digoyangkan dan dijatuhkan, mudah pula ia pindah haluan dan sikap, hanya karena ada sangkutan dengan salah satu kepentingan kedunian belaka. Ia belum mempunyai pendirian yang kuat dan teguh. Hidup manusia yang demikian itu, bernama Hidup Ma’nawy”. 3) Hidup Ma’any Ialah hidup yang dipergunakan untuk melakukan amal kebaikan yang sebanyak-banyaknya amal yang timbul dari pada keyakinan yang kuat dan iman yang teguh; amal yang dilakukannya, hanya karena mengharapkan Rahmat dan Ridlo dari pada Allah SWT belaka! Dan tidak kerana ataupun harapan yang diluarnya. Hidup sadar dan hidup insyaf ini tidak mudah tercapai, kecuali dengan karena kemurahan dan karunia Allah semata. Orang yang duduk dalam kehidupan ma’any itu, tidak lagi mengenal sukar dan sulit, berat dan susah, takut dan was2, dan lain–lain yang boleh mencegah manusia bagi melakukan amal yang sempurna. 4. SANDARAN HIDUP Didalam mengadapi berbagai–bagai kewajiban, dan didalam usaha menyempurnakan amal bakti kepada Allah itu, maka sedikitnya kita harus mengingati akan dua sandaran hidup yang nyata 1) Taqwa Seorang yang muttaqien tahu akan hukum–hukum syariat Agama islam dan batas-batasnya, dan ia tidak suka melampaui batas-batas itu. Dengan hati–hati, tertib dan teliti ia menjalankan kewajibannya. Berjaga-jaga di dalam menghadapi tiap2 perkara dan pada tiap2 waktu, di mana- mana tempat, itulah sifatnya yang terutama. Selain dari pada mengetahui dan pandai menjalankan wajib yang nyata, ia pun selalu ingin dan berdaya upaya untuk menjalankan yang sunahnya, ialah sunah yang menguatkan dan menyempurnakan yang wajib. Dan tiap-tiap yang dibolehkan oleh Agama ( mubah ) pun tidak pula ditinggalkan, asal semuanya itu boleh menjadi syarat akan kesempurnaan amal yang sejati kepada yang esa. Sebaliknya, ia tidak hanya menjauhi tiap-tiap yang diharamkan oleh Agama, melainkan tiap-tiap sesuatu yang boleh menimbulkan atau boleh menjadi sebab akan tumbuhnya perbuatan haram, ini pun dijauhi dan dicegahnya pula. 2) Tawakkal ‘alallah Sandaran amal yang kedua ini tidak pula kurang pentingnya. Tawakkal berarti penyerahan diri. Bukan penyerahan diri kepada siapa pun juga yang disukai, tetapi penyerahan diri kepada Allah, dan bukan yang diluar dia. Bukan pula satu penyerahan diri, yang tidak disertai dengan amal, melainkan Tawakkal ialah penyerahan diri di dalam melakukan usaha, langkah, gerak, dan ikhtiar. Tidak dapat Tawakal dipisahkan dari pada taqwa, jika manusia menghendaki hidup yang sempurna, hidup yang di ridhoi oleh yang esa, hidup yang mengharapkan rahmat Allah. Dan jika orang hanya berpegangan kepada taqwa dengan tidak ber–tawakal, pun tidak akan sempurna pula amalnya. Sebab taqwa yang tidak dilakukan bersama2 Tawakkal itu gampang sekali menumbuhkan hati was-was, gelisah dan lain-lain penyakit dalam Iman dan Tauhid, sehingga segala amalnya itu akan lebih banyak menimbulkan rugi dari pada untung, sepanjang ajaran syariat Agama islam. Oleh sebab itu, jika kita tidak suka amal tanggung2 dan tidak menghendaki untung yang setengah2 di dalam amal–ibadah kita itu, hendaklah kita selalu mengingati akan kedua sandaran hidup tersebut, agar supaya jangan sampai kita mendapat rugi di dunia dan celaka di akhirat.
  • 6. belum pula mempunyai kepercayaan yang sentausa. Ia mudah berubah, mudah digoyangkan dan dijatuhkan, mudah pula ia pindah haluan dan sikap, hanya karena ada sangkutan dengan salah satu kepentingan kedunian belaka. Ia belum mempunyai pendirian yang kuat dan teguh. Hidup manusia yang demikian itu, bernama Hidup Ma’nawy”. 3) Hidup Ma’any Ialah hidup yang dipergunakan untuk melakukan amal kebaikan yang sebanyak-banyaknya amal yang timbul dari pada keyakinan yang kuat dan iman yang teguh; amal yang dilakukannya, hanya karena mengharapkan Rahmat dan Ridlo dari pada Allah SWT belaka! Dan tidak kerana ataupun harapan yang diluarnya. Hidup sadar dan hidup insyaf ini tidak mudah tercapai, kecuali dengan karena kemurahan dan karunia Allah semata. Orang yang duduk dalam kehidupan ma’any itu, tidak lagi mengenal sukar dan sulit, berat dan susah, takut dan was2, dan lain–lain yang boleh mencegah manusia bagi melakukan amal yang sempurna. 4. SANDARAN HIDUP Didalam mengadapi berbagai–bagai kewajiban, dan didalam usaha menyempurnakan amal bakti kepada Allah itu, maka sedikitnya kita harus mengingati akan dua sandaran hidup yang nyata 1) Taqwa Seorang yang muttaqien tahu akan hukum–hukum syariat Agama islam dan batas-batasnya, dan ia tidak suka melampaui batas-batas itu. Dengan hati–hati, tertib dan teliti ia menjalankan kewajibannya. Berjaga-jaga di dalam menghadapi tiap2 perkara dan pada tiap2 waktu, di mana- mana tempat, itulah sifatnya yang terutama. Selain dari pada mengetahui dan pandai menjalankan wajib yang nyata, ia pun selalu ingin dan berdaya upaya untuk menjalankan yang sunahnya, ialah sunah yang menguatkan dan menyempurnakan yang wajib. Dan tiap-tiap yang dibolehkan oleh Agama ( mubah ) pun tidak pula ditinggalkan, asal semuanya itu boleh menjadi syarat akan kesempurnaan amal yang sejati kepada yang esa. Sebaliknya, ia tidak hanya menjauhi tiap-tiap yang diharamkan oleh Agama, melainkan tiap-tiap sesuatu yang boleh menimbulkan atau boleh menjadi sebab akan tumbuhnya perbuatan haram, ini pun dijauhi dan dicegahnya pula. 2) Tawakkal ‘alallah Sandaran amal yang kedua ini tidak pula kurang pentingnya. Tawakkal berarti penyerahan diri. Bukan penyerahan diri kepada siapa pun juga yang disukai, tetapi penyerahan diri kepada Allah, dan bukan yang diluar dia. Bukan pula satu penyerahan diri, yang tidak disertai dengan amal, melainkan Tawakkal ialah penyerahan diri di dalam melakukan usaha, langkah, gerak, dan ikhtiar. Tidak dapat Tawakal dipisahkan dari pada taqwa, jika manusia menghendaki hidup yang sempurna, hidup yang di ridhoi oleh yang esa, hidup yang mengharapkan rahmat Allah. Dan jika orang hanya berpegangan kepada taqwa dengan tidak ber–tawakal, pun tidak akan sempurna pula amalnya. Sebab taqwa yang tidak dilakukan bersama2 Tawakkal itu gampang sekali menumbuhkan hati was-was, gelisah dan lain-lain penyakit dalam Iman dan Tauhid, sehingga segala amalnya itu akan lebih banyak menimbulkan rugi dari pada untung, sepanjang ajaran syariat Agama islam. Oleh sebab itu, jika kita tidak suka amal tanggung2 dan tidak menghendaki untung yang setengah2 di dalam amal–ibadah kita itu, hendaklah kita selalu mengingati akan kedua sandaran hidup tersebut, agar supaya jangan sampai kita mendapat rugi di dunia dan celaka di akhirat.