Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik yang dalam konsentrasi rendah (<1nM) dapat mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Terdapat lima jenis utama zat pengatur tumbuh pada tanaman yaitu auksin, sitokinin, giberalin, asam absisat, dan etilen, yang memiliki berbagai fungsi seperti mempengaruhi pertumbuhan akar dan batang, pembungaan, pematangan bu
2. ZAT PENGATUR TUMBUH PADA TUMBUHAN
Oleh :
Marlina Febriany Siagian
8126173014
A-1
3. Fitohormon
merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam
jumlah kecil (<1nM)yang disintesis pada bagian tertentu, pada
umumnya ditranslokasikan ke bagian lain tanaman
dimanasenyawa tersebut, menghasilkan suatu tanggapan
secara biokimia, fisiologi dan morfologis
Zat Pengatur Tumbuh
Merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang dalam
konsentrasi rendah (<1nM) mendorong, menghambat atau
secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan
perkembangan tanaman
4. Lima tipe utama zat pengatur
tumbuh pada tanaman
Auksin
Sitokinin
Giberalin
Asam
Absisat
Etilen
5. Beberapa hormon tumbuhan lain berupa hormon sintetik,
Brasinosteroid Asam Jasmonat
Asam salisilat Oligosakarin
Poliamina
6. Tempat
dihasilkannya dan
ZPT Fungsi utama
lokasi ditemukan
pada tumbuhan
Auksin Mempengaruhi pertambahan panjang Meristem apikal
batang, pertumbuhan, diferensiasi dan tunas ujung, daun
percabangan pada akar; perkembangan muda, embrio dalam
buah; dominannsi apikal; fototropisme biji.
dan geotropisme
Sitokinin Mempengaruhi pertumbuhan dan Pada akar, embrio
diferensiasi akar; mendorong dan buah, berpindah
pembelahan sel, dan pertumbuhan dari akar ke organ
secara umum, mendorong lain
perkecambahan dan menunda
penuaaan
7. Tempat
dihasilkannya dan
ZPT Fungsi utama lokasi ditemukan
pada tumbuhan
Giberalin Mendorong perkembangan biji, perkembangan Meristem apikal
kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan tunas ujung dan
daun; mendorong pembungaan dan akar; daun muda;
perkembangan buah; mempengaruhi embrio.
pertumbuhan dan diferensiasi akar.
Asam Menghambat pertumbuhan; merangsang Daun; batang, akar,
absisat penutupan stomata pada waktu kekurangan buah berwarna
(ABA) air,memper-tahankan dormansi hijau.
Etilen Mendorong pematangan; memberikan pengaruh Buah yang matang,
yang berlawanan dengan beberapa pengaruh buku pada batang,
auksin; mendorong atau menghambat daun yang sudah
pertumbuhan dan? perkembangan akar, daun, menua.
batang dan bunga.
8. Peranan Asam Absisat (ABA)
a. Dormansi Biji
Dormansi biji, mempunyai nilai kelangsungan hidup yang
besar; karena dia
menjamin bahwa biji akan berkecambah; hanya apabila
ada kondisi yang optimal dari :
cahaya, temperatur, dan kelembaban.
9. Mutan jagung, yang mempunyai biji yang sudah
berkecambah saat masih pada tongkolnya, tidak
mempunyai faktor transkripsi fungsional yang
diperlukan oleh ABA untuk menginduksi ekspresi gen
tertentu
Gambar 7. Perkecambahan Sebelum Waktunya pada Biji Jagung Mutan
10. b. Cekaman Kekeringan
ABA, adalah sinyal internal utama, yang memungkinkan
tumbuhan, untuk menahan kekeringan. Apabila suatu
tumbuhan memulai layu, maka ABA berakumulasi di
dalam daun, dan menyebabkan stomata menutup dengan
cepat, untuk mengurangi transpirasi, dan mencegah
kehilangan air berikutnya.
11. Asam
Giberalin Antagonis
Absisat
membantu
pertumbuhan pada
perkecambahan
Menghambart
dengan
pertumbuhan pada
menstimulasi
enzim pencernaan
>< perkecambahan
dan menyebabkan
α-amilaseyang
dormansi biji
memobilisasi
cadangan
makanan
12. Peranan Etilen
a. Ethylene sebagai hormon
pematangan
Aplikasi C2H2 (Ethylene) pada buah-buahan klimakterik,
makin besar konsentrasi C2H2 sampai tingkat kritis
makin cepat stimulasi respirasinya. Ethylene tersebut
bekerja paling efektif pada waktu tahap klimakerik,
sedangkan penggunaan C2H2 pada tahap post
klimakerik tidak merubah laju respirasi. Pada buah-
buahan non klimakterik respon terhadap penambahan
ethylene baik pada buah pra panen maupun pasca
panen, karena produksi ethylene pada buah non
klimakterik hanya sedikit.
13. b. Ethylene Pada Absisi Daun
Kehilangan daun pada setiap musim gugur merupakan
suatu adaptasi untuk menjaga agar tumbuhan yang berganti
daun, selama musim dingin tetap hidup ketika akar tidak
bisa mengabsorpsi air dari tanah yang membeku. Sebelum
daun itu mengalami absisi, beberapa elemen essensial
diselamatkan dari daun yang mati, dan disimpan di dalam
sel parenkhim batang. Nutrisi ini dipakai lagi untuk
pertumbuhan daun pada musim semi berikutnya.
14. Gambar 8. Absisi pada Daun Maple (Sumber : Campbell dan
Reece, 2002 : 816)
15. c. Ethylene dan Permeablitas
Membran
Ethylene adalah senyawa yang larut di dalam lemak
sedangkan memban dari sel terdiri dari senyawa lemak.
Oleh karena itu ethylene dapat larut dan menembus ke
dalam membran mitochondria. Apabila mitochondria pada
fase pra klimakterik diekraksi kemdian ditambah ethylene,
ternyata terjadi pengembangan volume yang akan
meningkatkan permeablitas sel sehingga bahan-bahan dari
luar mitochondria akan dapat masuk. Dengan perubahan-
perubahan permeabilitas sel akan memungkinkan interaksi
yang lebih besar antara substrat buah dengan enzym-
enzym pematangan.
16. d. Ethylene dan Aktiitas ATP-ase
Ethylene mempunyai peranan dalam merangsang
aktiitas ATP-ase dalam penyediaan energi yang
dibutuhkan dalam metabolisme. ATP-ase adalah
suatu enzym yang diperlukan dalam pembuatan
enegi dari ATP yang ada dalam buah. Adapun
reaksinya adalah sebagai berikut:
ATP ------------ ADP + P ----------- Energi ATP-ase
17. e. Ethylene sebagai “Genetic
Derepression”
Pada reaksi biolgis ada dua faktor yang mengontrol
jalannya reaksi. Yang pertama adalah “Gene
repression” yang menghambat jalannya reaksi yang
berantai untuk dapat berlangsung terus. Yang kedua
adalah “Gene Derepression” yaitu faktor yang dapat
menghilangkan hambatan tersebut sehingga reaksi
dapat berlangsung.Selain itu ethylene mempengaruhi
proses-proses yang tejadi dalam tanaman termasuk
dalam buah, melalui perubahan pada RNA dan hasilya
adalah perubahan dalam sintesis protein yang diatur
RNA sehingga pola-pola enzym-enzymnya mengalami
perubahan pula.