SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  7
Télécharger pour lire hors ligne
22 Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut..(Aisyah dkk)
KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA EKSTRAK RUMPUT LAUT COKLAT
SARGASSUM DUPLICATUM MENGGUNAKAN BERBAGAI PELARUT DAN
METODE EKSTRAKSI
Aisyah Tri Septiana1)
dan Ari Asnani2)
1
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian.
2
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
ABSTRACT
Sargassum duplicatum contain bioactive component has different polarity. The
research was aimed to know the effect solvent types and extraction method toward the
psychochemical characteristic of S. duplicatum extract. The result of qualitative analysis
showed that all S. duplicatum extract samples contained flavonoid, tannin, saponin, and
terpenoid. The best treatment were obtained from methanol treatment using one-step extraction
method that gave solubility in ethanol was 39.450 percent, solubility in distilled water
(aquadest) was 28.283 percent, and total phenol was 297.170 mg/g.
Key words : physiochemistry characteristics, Sargassum duplicatum, extraction method
PENDAHULUAN
Indonesia telah dikenal luas sebagai
negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah
lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang
di dunia yaitu ± 80.791,42 Km. Salah satu
mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang
di laut adalah rumput laut. Rumput laut coklat
Sargassum sp tumbuh menempati hampir
disepanjang pantai pulau-pulau di Indonesia
dan pada saat “bloming” setelah musim
ombak, pertumbuhan tanaman tersebut dapat
membentuk padang rumput laut coklat yang
cukup luas terutama pada pantai yang
dasarnya lempengan karang mati seperti yang
dijumpai di perairan pantai selatan pulau
Jawa. Rumput laut tersebut belum banyak
dimanfaatkan bahkan seringkali merupakan
sampah yang berserakan dan pengganggu bagi
pelayaran kapal nelayan meskipun dapat
dimanfaatkan sebagai sumber alginat maupun
produk minuman kesehatan karena kandungan
komponen bioaktifnya yang cukup tinggi
(Yulianto, 2007).
Sargassum sp mengandung fucoidan
(Yunizal, 2003a
), dan komponen fenolik (Lim
et al, 2002). Jenis komponen fenolik yang
banyak dijumpai pada rumput laut coklat
adalah phlorotanin yang berkisar antara
0,74% sampai 5,06% (Samee et al., 2009).
Kandungan kimia S. duplicatum
dapat diperoleh dengan cara ekstraksi pelarut.
Prinsip dari ekstraksi ini adalah memisahkan
komponen yang ada dalam bahan yang
diekstraksi dengan menggunakan pelarut
tertentu. Ekstraksi dengan pelarut dilakukan
dengan mempertemukan bahan yang akan
diekstrak dengan pelarut selama waktu
tertentu, diikuti pemisahan filtrat terhadap
residu bahan yang diekstrak (Houghton dan
Raman, 1998).
Ekstraksi dengan menggunakan
pelarut seperti etanol, metanol, etil asetat,
heksana dan air mampu memisahkan
senyawa-senyawa yang penting dalam suatu
bahan. Pemilihan pelarut yang akan dipakai
dalam proses ekstraksi harus memperhatikan
sifat kandungan senyawa yang akan diisolasi.
Sifat yang penting adalah polaritas dan gugus
polar dari suatu senyawa. Pada prinsipnya
suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut
yang sama polaritasnya (Sudarmadji et al.,
1989) sehingga akan mempengaruhi sifat
fisikokimia ekstrak yang dihasilkan.
Metode ekstraksi yang digunakan
diduga juga mempengaruhi sifat fisikokimia
dari ekstrak tersebut. Ekstraksi dapat
dilakukan dengan satu tahap ekstraksi maupun
bertingkat. Pada ekstraksi satu tahap hanya
digunakan satu pelarut untuk ekstraksi, sedang
pada ekstraksi bertingkat digunakan dua atau
AGROINTEK Volume 6, No.1 Maret 2012 23
lebih pelarut. Penelitian dari Matanjun et al.,
(2008) membuktikan bahwa rumput laut
memiliki kadar senyawa fenolik (total fenol)
yang berbeda-beda tergantung jenis pelarut
dan metode ekstraksi serta spesies rumput laut
itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut di atas
telah dilakukan penelitian dengan tujuan
mengetahui pengaruh jenis pelarut dan
metode ekstraksi terhadap sifat fisikokimia
ekstrak rumput laut S. duplicatum.
METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rumput laut Sargassum
duplicatum yang diperoleh dari pantai Ranca
Babakan Nusakambangan Cilacap, etanol,
metanol, heksana, etil asetat, akuades, air
bebas ion, folin ciocalteau, Na2CO3, asam
galat, H2SO4 pekat, FeCl3, HCl, asam asetat
anhidrat, dan gas N2.
Alat yang digunakan antara lain
cabinet dryer, pisau, blender, timbangan
digital (Bibby), spektrofotometer UV-Vis
(Shimadzu 1240), rotary evaporator (Bibby),
vorteks, shaker (Selecta), pipet mikro, pipet
ukur, pipet tetes, gelas ukur, gelas piala, labu
takar, erlenmeyer, spatula, tabung reaksi,
kertas saring, penangas air, pH meter,
alumunium foil, dan alat-alat analisis.
Ekstraksi pelarut dengan metode satu
tahap
Sebanyak 10 gram bubuk rumput
laut S. duplicatum dilarutkan dalam 150 ml
salah satu pelarut yang akan digunakan yaitu
etanol, metanol, hexana, etil asetat dan air (1 :
15 b/v). Kemudian dikocok menggunakan
sheker 150 rpm selama 24 jam dan disaring
sehingga akan didapatkan ekstrak dan ampas.
Ekstrak yang masih mengandung pelarut
dipisahkan dengan pelarutnya dengan cara
penguapan pelarutnya menggunakan rotary
evaporator. Sisa pelarut dihilangkan dengan
gas nitrogen sehingga didapat ekstrak kental.
Ekstraksi pelarut secara bertingkat
Sebanyak 10 gram bubuk rumput
laut Sargassum dilarutkan dalam 150 ml
heksana (1 : 15 b/v), dikocok dengan
kecepatan 150 rpm selama 24 jam dan
selanjutnya disaring sehingga akan didapatkan
ekstrak dan ampas. Ampas diekstrak kembali
dengan etil asetat dan disaring. Dengan cara
yang sama ampas diekstrak kembali berturut-
turut dengan metanol dan air. Ekstrak yang
dihasilkan masing-masing pelarut dipisahkan
dengan pelarutnya menggunakan rotary
evaporator. Sisa pelarut dihilangkan dengan
gas nitrogen sehingga didapat ekstrak kental.
Kadar total fenol
Kadar total fenol ekstrak rumput laut
Sargassum diuji menggunakan metode
Matanjun et al., (2008) dengan asam galat
sebagai standard.
Kelarutan ekstrak dalam etanol atau air
(Sudarmadji, et al., 1989)
Sampel sekitar 0,2 gram dilarutkan
dalam 10 ml etanol 96 persen atau dalam
akuades yang dipanaskan sampai suhu 76ºC
sambil diaduk kemudian disaring dengan
kertas yang telah diketahui beratnya. Kertas
saring selanjutnya dikeringkan. Kelarutan
dihitung berdasarkan rumus:
Kelarutan (%bb) =
S − (K2 − K1)
S
× 100%
Keterangan:
S = berat basah sampel (gram)
K1 = berat kertas saring sebelum untuk
menyaring (gram)
K2 = berat kertas saring setelah untuk
menyaring (gram)
Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan untuk
mengetahui adanya komponen fitokimia dari
ekstrak rumput laut coklat S. duplicatum yang
meliputi flavonoid, tanin, saponin, dan
terpenoid (Harbone, 1996).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis kualitatif
Senyawa-senyawa yang diperiksa
keberadaannya adalah flavonoid, tanin,
saponin dan terpenoid. Hasil dari analisis
kualitatif menunjukkan bahwa semua sampel
ekstrak rumput laut S. duplicatum
mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan
terpenoid (Tabel 1). Hasil uji kualitatif
menunjukkan bahwa metode ekstraksi dan
jenis pelarut tidak mempengaruhi kandungan
flavonoid, saponin, maupun terpenoid. Hal ini
diduga karena dalam berdasarkan strukturnya,
flavonoid maupun saponin mempunyai bagian
24
yang bersifat polar maupun non polar
bagian yang hampir sama.
flavonoid dan saponin, terpenoid
bagian polar dan non polar, tetapi bagian non
polar pada terpenoid jauh lebih banyak
dibandingkan bagian polar sehingga terpenoid
cenderung lebih mudah larut dalam pelarut
non polar. Diduga terpenoid dalam pelarut
polar berada dalam bentuk globu
bagian luar komponen ekstrak yang bersifat
polar. Struktur dasar flavonoid
terpenoid disajikan pada Gambar 1.
Kandungan tanin tertinggi
berdasarkan analisis kualitatif adalah ekstrak
etanol dan ekstrak metanol masing
hasil ekstraksi metode satu tahap dan jenis
ekstrak etanol menggunakan metode ekstraksi
bertingkat. Tanin adalah senyawa
Tabel 1. Analisis kualitatif ekstrak rumput laut
Kombinasi Perlakuan
Ekstrak heksan metode satu tahap
Ekstrak etil asetat metode satu tahap
Ekstrak methanol metode satu tahap
Ekstrak etanol metode satu tahap
Ekstrak air metode satu tahap
Ekstrak heksan metode bertingkat
Ekstrak etil asetat metode bertingkat
Ekstrak methanol metode bertingkat
Ekstrak etanol metode bertingkat
Ekstrak air metode bertingkat
Keterangan: + = menunjukkan intensitas warna pada analisis flavonoid, tanin, dan terpenoid; pada
analisis saponin menunjukkan tinggi buih yang terbentuk.
(a)
(c)
Gambar 1. Struktur kimia
Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut..(Aisyah dkk)
yang bersifat polar maupun non polar dengan
. Seperti halnya
flavonoid dan saponin, terpenoid mempunyai
bagian polar dan non polar, tetapi bagian non
polar pada terpenoid jauh lebih banyak
dibandingkan bagian polar sehingga terpenoid
larut dalam pelarut
non polar. Diduga terpenoid dalam pelarut
polar berada dalam bentuk globula dengan
bagian luar komponen ekstrak yang bersifat
Struktur dasar flavonoid, saponin dan
disajikan pada Gambar 1.
Kandungan tanin tertinggi
berdasarkan analisis kualitatif adalah ekstrak
etanol dan ekstrak metanol masing-masing
hasil ekstraksi metode satu tahap dan jenis
ekstrak etanol menggunakan metode ekstraksi
Tanin adalah senyawa yang
cenderung polar sehingga ekstraksi dengan
pelarut polar, seperti metanol dan etanol, aka
mengestrak tanin secara optimal.
etanol dan metanol dapat mengekstrak
senyawa tanin dengan sama optimalnya. Hal
ini diduga karena besarnya konstanta
dielektrik dari etanol dan metanol tidak
berbeda jauh.
Kandungan tanin
pada perlakuan jenis pelarut heksana dengan
metode ekstraksi satu tahap (
pelarut air dengan metode ekstraksi satu tahap
(P5M1), dan jenis pelarut air dengan metode
ekstraksi bertingkat (P5M2)
dimungkinkan karena tanin bersifat semi polar
sehingga kurang terekstrak oleh pelarut non
polar (heksana) maupun pelarut yang polar
(air).
. Analisis kualitatif ekstrak rumput laut S. duplicatum
Kombinasi Perlakuan Flavonoid Tanin Saponin
metode satu tahap +++ + +++
Ekstrak etil asetat metode satu tahap +++ ++ +++
Ekstrak methanol metode satu tahap +++ +++ +++
Ekstrak etanol metode satu tahap +++ +++ +++
Ekstrak air metode satu tahap +++ + +++
bertingkat +++ ++ +++
Ekstrak etil asetat metode bertingkat +++ ++ +++
Ekstrak methanol metode bertingkat +++ +++ +++
Ekstrak etanol metode bertingkat +++ ++ +++
Ekstrak air metode bertingkat +++ + +++
+ = menunjukkan intensitas warna pada analisis flavonoid, tanin, dan terpenoid; pada
analisis saponin menunjukkan tinggi buih yang terbentuk.
(b)
(d)
. Struktur kimia flavonoid (a), saponin (b), terpenoid (c), dan
Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut..(Aisyah dkk)
polar sehingga ekstraksi dengan
pelarut polar, seperti metanol dan etanol, akan
mengestrak tanin secara optimal. Pelarut
etanol dan metanol dapat mengekstrak
senyawa tanin dengan sama optimalnya. Hal
ini diduga karena besarnya konstanta
dielektrik dari etanol dan metanol tidak
Kandungan tanin terendah adalah
jenis pelarut heksana dengan
metode ekstraksi satu tahap (P1M1), jenis
pelarut air dengan metode ekstraksi satu tahap
dan jenis pelarut air dengan metode
P5M2). Hal ini
dimungkinkan karena tanin bersifat semi polar
ga kurang terekstrak oleh pelarut non
polar (heksana) maupun pelarut yang polar
Terpenoid
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+ = menunjukkan intensitas warna pada analisis flavonoid, tanin, dan terpenoid; pada
flavonoid (a), saponin (b), terpenoid (c), dan tanin (d)
AGROINTEK Volume 6, No.1 Maret
Gambar 2. Pengaruh jenis pelarut terhadap kelarutan dalam etanol ekstrak rumput laut
duplicatum
Kelarutan ekstrak S. duplicatum
etanol
Kelarutan ekstrak
dalam etanol berbeda-beda tergantung jenis
pelarut yang digunakan untuk mengekstrak
bubuk S. duplicatum. Kelarutan tertinggi
adalah ekstrak etanol sedangkan kelarutan
terendah diperoleh dari ekstrak air.
etanol lebih mudah larut dalam pelarut etanol.
Sebaliknya, ekstrak air bersifat
sehingga kurang larut dalam etanol
penelitian juga menunjukkan bahwa ekstra
heksana memberikan kelarutan dalam etanol
yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak air.
Kelarutan ekstrak dalam etanol
perbedaan konstanta dielektrik
pelarut ekstrak. Konstanta dielektrik
dan air berturut-turut adalah
sedangkan konstanta dielektrik dari etanol
adalah 24,3 rentang. Perbedaan konstanta
dielektrik etanol-heksan lebih rendah sehingga
kelarutan ekstrak heksan dalam etanol lebih
tinggi dibandingkan ekstrak air dalam etanol.
Berbeda dengan perbedaan
perbedaan metode ekstraksi tidak
nyata terhadap kelarutan dalam etanol
S. duplicatum. Nilai rata-rata
etanol ekstrak S. duplicatum
metode ekstraksi satu tahap
adalah 35,690 persen dan 35,84
Kelarutan ekstrak S. duplicatum
akuades
Sesuai dengan kelarutannya,
kelarutan ekstrak S. duplicatum
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
kelarutan(%)
.1 Maret 2012
. Pengaruh jenis pelarut terhadap kelarutan dalam etanol ekstrak rumput laut
S. duplicatum dalam
Kelarutan ekstrak S. duplicatum
beda tergantung jenis
pelarut yang digunakan untuk mengekstrak
Kelarutan tertinggi
ekstrak etanol sedangkan kelarutan
terendah diperoleh dari ekstrak air. Ekstrak
etanol lebih mudah larut dalam pelarut etanol.
bersifat sangat polar
larut dalam etanol. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa ekstrak
heksana memberikan kelarutan dalam etanol
yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak air.
dalam etanol dipengaruhi
konstanta dielektrik etanol dan
onstanta dielektrik heksan
turut adalah 1,89 dan 80,4
konstanta dielektrik dari etanol
Perbedaan konstanta
heksan lebih rendah sehingga
kelarutan ekstrak heksan dalam etanol lebih
tinggi dibandingkan ekstrak air dalam etanol.
dengan perbedaan pelarut,
tidak berpengaruh
kelarutan dalam etanol ekstrak
rata kelarutan dalam
S. duplicatum dari perlakuaan
satu tahap dan bertingkat
dan 35,847 persen.
S. duplicatum dalam
Sesuai dengan kelarutannya,
S. duplicatum dalam
akuades tertinggi adalah ekstrak air sedangkan
kelarutan terendah adalah
Menurut Sudarmadji (1989), senyawa
bersifat polar larut dalam pelarut polar, dan
sebaliknya. Dibandingkan dengan ekstrak
enzimatis (Septiana dan Asnani, 2009),
kelarutan ekstrak air lebih rendah
enzimatis meskipun keduanya diekstrak
menggunakan air. Hal ini diduga karena
senyawa dalam ekstrak enzimatis
mengalami hidrolis menjadi komponen
komponen yang lebih sederhana sehingga
lebih larut dalam pelarut air.
Perbedaan metode ekstraksi tidak
berpengaruh terhadap kelarutan dalam
akuades ekstrak rumput laut
Nilai rata-rata kelarutan dalam
ekstrak rumput laut S. duplicatum
perlakuaan metode ekstraksi
bertingkat adalah 24,917 persen dan
persen.
Total fenol
Senyawa fenolik atau polifenolik
yang dapat berupa golongan flavonoid,
turunan asam sianat, kumarin, tokoferol, dan
asam-asam polifungsional dapat berfungsi
sebagai senyawa antioksidan (Pratt dan
Hudson, 1990). Fenol atau asam karbolat
merupakan senyawa dengan gugus hidroksil
(OH) yang terikat pada cincin aromatik
(Fessenden, 1990). Komponen f
menghambat oksidasi lipid dengan
menyumbangkan atom hidrogen kepada
radikal bebas.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
heksana etil asetat etanol metanol air
Jenis Pelarut
25
. Pengaruh jenis pelarut terhadap kelarutan dalam etanol ekstrak rumput laut S.
ekstrak air sedangkan
ekstrak heksana.
Menurut Sudarmadji (1989), senyawa yang
bersifat polar larut dalam pelarut polar, dan
Dibandingkan dengan ekstrak
enzimatis (Septiana dan Asnani, 2009),
kelarutan ekstrak air lebih rendah ekstrak
meskipun keduanya diekstrak
. Hal ini diduga karena
ekstrak enzimatis sudah
hidrolis menjadi komponen-
komponen yang lebih sederhana sehingga
erbedaan metode ekstraksi tidak
berpengaruh terhadap kelarutan dalam
ekstrak rumput laut S. duplicatum.
rata kelarutan dalam akuades
S. duplicatum dari
perlakuaan metode ekstraksi satu tahap dan
persen dan 25,773
Senyawa fenolik atau polifenolik
yang dapat berupa golongan flavonoid,
turunan asam sianat, kumarin, tokoferol, dan
asam polifungsional dapat berfungsi
sebagai senyawa antioksidan (Pratt dan
Hudson, 1990). Fenol atau asam karbolat
dengan gugus hidroksil
(OH) yang terikat pada cincin aromatik
Komponen fenolik dapat
menghambat oksidasi lipid dengan
menyumbangkan atom hidrogen kepada
26
Gambar 3. Pengaruh jenis pelarut te
Gambar 4. Pengaruh jenis pelarut terhadap total fenol ekstrak rumput laut
Gambar 5. Pengaruh metode ekstraksi terhadap total fenol ekstrak rumput laut
Total fenol tertinggi diperoleh dari
ekstrak etil asetat. Total fenol tersebut
berbeda nyata dengan total fenol dari ekstrak
etanol. Hal ini diduga karena
pada S. duplicatum bersifat semipolar
sehingga mudah terekstrak
dengan kisaran polaritas yang luas yaitu
antara etil asetat (konstanta dielektrik 6,02)
dan etanol (konstanta dielektrik 24,30).
0
5
10
15
20
25
30
35
kelarutan(%)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
TotalFenol(mg/g)
210
220
230
240
250
260
270
280
TotalFenol(mg/g)
Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut..(Aisyah dkk)
Gambar 3. Pengaruh jenis pelarut terhadap kelarutan dalam akuades ekstrak rumput laut
Duplicatum
. Pengaruh jenis pelarut terhadap total fenol ekstrak rumput laut
. Pengaruh metode ekstraksi terhadap total fenol ekstrak rumput laut
Total fenol tertinggi diperoleh dari
Total fenol tersebut tidak
nyata dengan total fenol dari ekstrak
karena senyawa fenol
ersifat semipolar
h terekstrak dalam pelarut
dengan kisaran polaritas yang luas yaitu
(konstanta dielektrik 6,02)
l (konstanta dielektrik 24,30).
Sheikh et al (2009) melaporkan bahwa
fenol ekstrak heksana
baccularia lebih tinggi dibandingkan
metanol. Hal ini menunjukkan
kelarutan fenol tertinggi tidak selalu
dalam ekstrak polar, namun tergantung dari
struktur senyawa fenol itu se
Kadar total fenol e
rendah dibandingkan total fenol ekstrak
0
5
10
15
20
25
30
35
heksana etil asetat etanol metanol air
Jenis Pelarut
heksana etil asetat etanol metanol air
Jenis Pelarut
271,81 a
235,63 b
satu tahap bertingkat
Metode Ekstraksi
Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut..(Aisyah dkk)
ekstrak rumput laut S.
. Pengaruh jenis pelarut terhadap total fenol ekstrak rumput laut S. duplicatum
. Pengaruh metode ekstraksi terhadap total fenol ekstrak rumput laut S. duplicatum
melaporkan bahwa total
ekstrak heksana dari Sargassum
dibandingkan ekstrak
menunjukkan bahwa
tertinggi tidak selalu terdapat
namun tergantung dari
senyawa fenol itu sendiri.
otal fenol ekstrak air paling
total fenol ekstrak yang
air
air
AGROINTEK Volume 6, No.1 Maret 2012 27
lain. Pelarut air merupakan senyawa yang
paling polar dibandingkan pelarut lainnya,
sehingga komponen yang bersifat polar
seperti karbohidrat ikut terekstrak dan
menyebabkan total fenol per berat sampel
menjadi rendah. Menurut Yunizal (2004),
Sargassum sp yang diperoleh dari kepulauan
Seribu mengandung karbohidrat 19,06 %, air
11,71 %, abu 34,57 %, serat kasar 28,39 %
yang masing-masing bersifat polar dengan
hanya 0,74 % lemak yang bersifat non polar.
Pada umumnya senyawa fenolik lebih mudah
diekstrak oleh pelarut organik yang bersifat
semi polar (Septiana et al, 2002).
Rerata total fenol hasil ekstraksi satu
tahap lebih tinggi dibandingkan ekstraksi
bertingkat. Hal ini diduga karena pada
ekstraksi bertingkat, satu sampel bahan yang
sama diekstraksi oleh semua pelarut secara
berurutan (fraksinasi) yaitu heksana, etil
asetat, etanol, metanol dan air, sehingga
senyawa tertentu akan terekstrak secara
spesifik pada tiap pelarut yang digunakan.
Berbeda pada ekstraksi satu tahap, tiap pelarut
menggunakan satu bahan yang berbeda
sehingga senyawa yang terekstrak merupakan
ekstrak total yang mampu terekstraksi dengan
pelarut tersebut.
Kadar total fenol terendah
dihasilkan oleh ekstrak air hasil ekstraksi
secara bertingkat yaitu sebesar 14,17 mg/g,
sedangkan kadar total fenol tertinggi
dihasilkan oleh ekstrak etil asetat hasil
ekstraksi satu tahap yaitu 398,67 mg/g. Kadar
total fenol ekstrak etil asetat lebih tinggi
dibanding ekstrak yang lain dan kadar total
fenol hasil ekstraksi satu tahap juga lebih
tinggi daripada ekstraksi bertingkat.
KESIMPULAN
Komponen bioaktif dalam rumput
laut S. duplicatum dapat diekstrak
menggunakan pelarut yang mempunyai
polaritas yang berbeda, sehingga ekstrak yang
dihasilkan juga memiliki sifat fisiko kimia
yang berbeda. Secara kualitatif, semua ekstrak
mengandung flavonoid, saponin dan terpenoid
dalam jumlah yang hampir sama tetapi ekstrak
heksan dan ekstrak air mengandung tanin
yang lebih rendah dibandingkan ekstrak
etanol, metanol dan ekstrak etil asetat.
Ekstrak etil asetat mempunyai kadar
total fenol tertinggi yaitu 377,250 mg/g., yang
tidak berbeda dengan ekstrak etanol. Sesuai
dengan pelarutnya, kelarutan tertinggi dalam
air adalah ekstrak air dan kelarutan dalam
etanol tertinggi adalah ekstrak etanol.
Perlakuan metode ekstraksi satu tahap
menghasilkan ekstrak yang mempunyai
kelarutan dalam akuades dan total fenol yang
lebih tinggi dibandingkan dengan metode
ekstraksi bertingkat, tetapi metode ekstraksi
satu tahap menghasilkan kelarutan dalam
etanol yang lebih rendah dibandingkan
metode ekstraksi bertingkat.
Ekstrak metanol hasil ekstraksi
menggunakan metode satu tahap mempunyai
sifat fisikokimia terbaik. Ekstrak tersebut
mempunyai kelarutan dalam etanol sebesar
39,450 persen, kelarutan dalam akuades
sebesar 28,283 persen dan total fenol sebesar
297,170 mg/g.
DAFTAR PUSTAKA
Estiasih T dan DA. Kurniawan. 2006.
Aktivitas antioksidan ekstrak umbi akar
Gingseng Jawa (Talinum triangulare
Willd.). Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan 17(3): 166-175.
Fessenden J dan JS. Fessenden. 1990.
Fundamentals of Organic Chemistry.
New York: Harper and Row
Harbone JB. 1996. Metode Fitokimia:
Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Bandung : ITB.
Houghton PJ and Raman. 1998. Laboratory
Handbook for The Fractination of
Natural Extract. Chapman and Hall,
London, UK. 199 Pp.
Lim SN, PC Cheung, VE Ooi, and PO Ang.
2002. Evaluation of antioxidative
activity of extracts from a brown
seaweed, Sargassum siliquastrum. J
Agric Food Chem. 50 (13) : 3862-3866.
Matanjun P, S Mohamed, NM Mustapha, K
Muhammad and CH Ming. 2008.
Antioxidant activities and phenolic
content of eight species of seawed from
north borneo. Journal Applied
Phycology. 20:367-373.
Pratt DE and BJF Hudson. 1990. Natural
antioxidant not exploited commercially.
Pp. 171-189. In : B.J.F. Hudson (Ed),
Food Antioxidant. Elsevier Applied
Science, London and New York. 317
hal.
28 Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut..(Aisyah dkk)
Samee H, ZX Li, H Lin, J Khalid and YC
Guo. 2009. Antiallergic effects of
ethanol extracts from brown seaweeds.
Journal of Zhejiang University Science
B. 10(2):147-153.
Septiana AT, D Muchtadi, dan FR Zakaria.
2002. Aktivitas antioksidan ekstrak
dikhlorometana dan air jahe pada asam
linoleat. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan XIII (2): 105-110.
Septiana AT, dan A Asnani. 2009. Kajian
ekstraksi rumput laut coklat Sargassum
sp sebagai penghambat oksidasi LDL
dan akumulasi kolesterol makrofag.
[Laporan Penelitian UNSOED.
Purwokerto]
Sheikh TZB, CL Yong and MS Lian. 2009.
In vitro antioxidant activity of the
hexane and methanolic extracts of
Sargassum baccularia and Cladophora
patentiramea. Journal of Applied
Sciences. 13(9): 2490-2493.
Sudarmadji S, B Haryono, dan Suhardi. 1989.
Analisis untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty. 171
hal.
Yulianto K. 2007. Penelitian isolasi alginat
algae laut coklat dan prospeknya
menuju industri. Prosiding Seminar
Riptek Kelautan Nasional. Jakarta (2) :
104-108.
Yuliasih. 2006. Perbedaan Jenis Sargassum
dan Konsentrasi Na2CO3 Terhadap
Rendemen Alginat. [Skripsi yang tidak
dipublikasikan, Fakultas Biologi
UNSOED, Purwokerto]
Yunizal. 2003. Minuman sari rumput laut
coklat alginat. Dalam: Utomo, B.S.B.,
J. Basmal, Yunizal, Mulyasari, R.
Peranginangin, T.D. Suryaningrum,
Murdinah, dan S. Koeshendradjana.
2003. Teknologi Pemanfaatan Rumput
Laut. Jakarta: Pusat Riset Pengolahan
Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan
dan Perikanan. Jakarta.
Yunizal. 2004. Teknik Pengolahan Alginat.
Jakarta: Pusat Riset PengolahanProduk
dan Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan.

Contenu connexe

Tendances

fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassum
fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassumfisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassum
fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassum
Irham Maladi
 
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
qlp
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
Fransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
Fransiska Puteri
 
Bab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitianBab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitian
DianaEP
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cair
Iffa M.Nisa
 
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Fendi Pradana
 
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pareIsolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Puspita Eka Rohmah
 
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...
Repository Ipb
 

Tendances (20)

fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassum
fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassumfisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassum
fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassum
 
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
 
Review Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi GasReview Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi Gas
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
 
Jurnal review alkaloid
Jurnal review alkaloidJurnal review alkaloid
Jurnal review alkaloid
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
 
Bagian 1 metabolit sekunder
Bagian 1 metabolit sekunderBagian 1 metabolit sekunder
Bagian 1 metabolit sekunder
 
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
 
Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)
 
Laporan Pembuatan coffeine dari teh
Laporan Pembuatan coffeine dari teh Laporan Pembuatan coffeine dari teh
Laporan Pembuatan coffeine dari teh
 
Bab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitianBab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitian
 
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cair
 
Bagian 2 klasifikasi alkaloid
Bagian 2 klasifikasi alkaloidBagian 2 klasifikasi alkaloid
Bagian 2 klasifikasi alkaloid
 
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
 
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pareIsolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
 
PPT Isolasi Benalu Teh
PPT Isolasi Benalu TehPPT Isolasi Benalu Teh
PPT Isolasi Benalu Teh
 
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...
 
380 855-1-sm
380 855-1-sm380 855-1-sm
380 855-1-sm
 
PPT Isolasi alkaloid dari biji kopi
PPT Isolasi alkaloid dari biji kopiPPT Isolasi alkaloid dari biji kopi
PPT Isolasi alkaloid dari biji kopi
 

Similaire à Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum

PPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxPPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptx
Irenee9
 
47674-75676649216-2-PB.pdf
47674-75676649216-2-PB.pdf47674-75676649216-2-PB.pdf
47674-75676649216-2-PB.pdf
FaridMajedi1
 
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurtAplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Sawarni H
 

Similaire à Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum (20)

Alasan pelrut etanol 96
Alasan pelrut etanol 96Alasan pelrut etanol 96
Alasan pelrut etanol 96
 
PPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxPPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptx
 
PP KOMPRE.pptx
PP KOMPRE.pptxPP KOMPRE.pptx
PP KOMPRE.pptx
 
9. ririn.pdf
9. ririn.pdf9. ririn.pdf
9. ririn.pdf
 
Parameter spesifik.pptx
Parameter spesifik.pptxParameter spesifik.pptx
Parameter spesifik.pptx
 
Kromatografi vakum cair
Kromatografi vakum cairKromatografi vakum cair
Kromatografi vakum cair
 
P 6-7 Parameter spesifik.pptx
P 6-7 Parameter spesifik.pptxP 6-7 Parameter spesifik.pptx
P 6-7 Parameter spesifik.pptx
 
Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027
 
PP HASIL SARI-ok.pptx
PP HASIL SARI-ok.pptxPP HASIL SARI-ok.pptx
PP HASIL SARI-ok.pptx
 
1884 3673-1-sm
1884 3673-1-sm1884 3673-1-sm
1884 3673-1-sm
 
47674-75676649216-2-PB.pdf
47674-75676649216-2-PB.pdf47674-75676649216-2-PB.pdf
47674-75676649216-2-PB.pdf
 
FLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptxFLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptx
 
Daun kemuning
Daun kemuningDaun kemuning
Daun kemuning
 
Laporan praktikum kimia organik triterpen dan steroid
Laporan praktikum kimia organik triterpen dan steroidLaporan praktikum kimia organik triterpen dan steroid
Laporan praktikum kimia organik triterpen dan steroid
 
Review materi jurnal kimia
Review materi jurnal kimiaReview materi jurnal kimia
Review materi jurnal kimia
 
Farmakognosi
Farmakognosi Farmakognosi
Farmakognosi
 
Pembahasan dan kesimpulan percobaan 1
Pembahasan dan kesimpulan percobaan 1Pembahasan dan kesimpulan percobaan 1
Pembahasan dan kesimpulan percobaan 1
 
Mklah isolasi dan degradasi piperin dari lada hi ta m
Mklah isolasi dan degradasi piperin dari lada hi ta mMklah isolasi dan degradasi piperin dari lada hi ta m
Mklah isolasi dan degradasi piperin dari lada hi ta m
 
297839843
297839843297839843
297839843
 
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurtAplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
 

Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum

  • 1. 22 Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut..(Aisyah dkk) KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA EKSTRAK RUMPUT LAUT COKLAT SARGASSUM DUPLICATUM MENGGUNAKAN BERBAGAI PELARUT DAN METODE EKSTRAKSI Aisyah Tri Septiana1) dan Ari Asnani2) 1 Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian. 2 Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto ABSTRACT Sargassum duplicatum contain bioactive component has different polarity. The research was aimed to know the effect solvent types and extraction method toward the psychochemical characteristic of S. duplicatum extract. The result of qualitative analysis showed that all S. duplicatum extract samples contained flavonoid, tannin, saponin, and terpenoid. The best treatment were obtained from methanol treatment using one-step extraction method that gave solubility in ethanol was 39.450 percent, solubility in distilled water (aquadest) was 28.283 percent, and total phenol was 297.170 mg/g. Key words : physiochemistry characteristics, Sargassum duplicatum, extraction method PENDAHULUAN Indonesia telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km. Salah satu mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang di laut adalah rumput laut. Rumput laut coklat Sargassum sp tumbuh menempati hampir disepanjang pantai pulau-pulau di Indonesia dan pada saat “bloming” setelah musim ombak, pertumbuhan tanaman tersebut dapat membentuk padang rumput laut coklat yang cukup luas terutama pada pantai yang dasarnya lempengan karang mati seperti yang dijumpai di perairan pantai selatan pulau Jawa. Rumput laut tersebut belum banyak dimanfaatkan bahkan seringkali merupakan sampah yang berserakan dan pengganggu bagi pelayaran kapal nelayan meskipun dapat dimanfaatkan sebagai sumber alginat maupun produk minuman kesehatan karena kandungan komponen bioaktifnya yang cukup tinggi (Yulianto, 2007). Sargassum sp mengandung fucoidan (Yunizal, 2003a ), dan komponen fenolik (Lim et al, 2002). Jenis komponen fenolik yang banyak dijumpai pada rumput laut coklat adalah phlorotanin yang berkisar antara 0,74% sampai 5,06% (Samee et al., 2009). Kandungan kimia S. duplicatum dapat diperoleh dengan cara ekstraksi pelarut. Prinsip dari ekstraksi ini adalah memisahkan komponen yang ada dalam bahan yang diekstraksi dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi dengan pelarut dilakukan dengan mempertemukan bahan yang akan diekstrak dengan pelarut selama waktu tertentu, diikuti pemisahan filtrat terhadap residu bahan yang diekstrak (Houghton dan Raman, 1998). Ekstraksi dengan menggunakan pelarut seperti etanol, metanol, etil asetat, heksana dan air mampu memisahkan senyawa-senyawa yang penting dalam suatu bahan. Pemilihan pelarut yang akan dipakai dalam proses ekstraksi harus memperhatikan sifat kandungan senyawa yang akan diisolasi. Sifat yang penting adalah polaritas dan gugus polar dari suatu senyawa. Pada prinsipnya suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya (Sudarmadji et al., 1989) sehingga akan mempengaruhi sifat fisikokimia ekstrak yang dihasilkan. Metode ekstraksi yang digunakan diduga juga mempengaruhi sifat fisikokimia dari ekstrak tersebut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan satu tahap ekstraksi maupun bertingkat. Pada ekstraksi satu tahap hanya digunakan satu pelarut untuk ekstraksi, sedang pada ekstraksi bertingkat digunakan dua atau
  • 2. AGROINTEK Volume 6, No.1 Maret 2012 23 lebih pelarut. Penelitian dari Matanjun et al., (2008) membuktikan bahwa rumput laut memiliki kadar senyawa fenolik (total fenol) yang berbeda-beda tergantung jenis pelarut dan metode ekstraksi serta spesies rumput laut itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut di atas telah dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh jenis pelarut dan metode ekstraksi terhadap sifat fisikokimia ekstrak rumput laut S. duplicatum. METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut Sargassum duplicatum yang diperoleh dari pantai Ranca Babakan Nusakambangan Cilacap, etanol, metanol, heksana, etil asetat, akuades, air bebas ion, folin ciocalteau, Na2CO3, asam galat, H2SO4 pekat, FeCl3, HCl, asam asetat anhidrat, dan gas N2. Alat yang digunakan antara lain cabinet dryer, pisau, blender, timbangan digital (Bibby), spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1240), rotary evaporator (Bibby), vorteks, shaker (Selecta), pipet mikro, pipet ukur, pipet tetes, gelas ukur, gelas piala, labu takar, erlenmeyer, spatula, tabung reaksi, kertas saring, penangas air, pH meter, alumunium foil, dan alat-alat analisis. Ekstraksi pelarut dengan metode satu tahap Sebanyak 10 gram bubuk rumput laut S. duplicatum dilarutkan dalam 150 ml salah satu pelarut yang akan digunakan yaitu etanol, metanol, hexana, etil asetat dan air (1 : 15 b/v). Kemudian dikocok menggunakan sheker 150 rpm selama 24 jam dan disaring sehingga akan didapatkan ekstrak dan ampas. Ekstrak yang masih mengandung pelarut dipisahkan dengan pelarutnya dengan cara penguapan pelarutnya menggunakan rotary evaporator. Sisa pelarut dihilangkan dengan gas nitrogen sehingga didapat ekstrak kental. Ekstraksi pelarut secara bertingkat Sebanyak 10 gram bubuk rumput laut Sargassum dilarutkan dalam 150 ml heksana (1 : 15 b/v), dikocok dengan kecepatan 150 rpm selama 24 jam dan selanjutnya disaring sehingga akan didapatkan ekstrak dan ampas. Ampas diekstrak kembali dengan etil asetat dan disaring. Dengan cara yang sama ampas diekstrak kembali berturut- turut dengan metanol dan air. Ekstrak yang dihasilkan masing-masing pelarut dipisahkan dengan pelarutnya menggunakan rotary evaporator. Sisa pelarut dihilangkan dengan gas nitrogen sehingga didapat ekstrak kental. Kadar total fenol Kadar total fenol ekstrak rumput laut Sargassum diuji menggunakan metode Matanjun et al., (2008) dengan asam galat sebagai standard. Kelarutan ekstrak dalam etanol atau air (Sudarmadji, et al., 1989) Sampel sekitar 0,2 gram dilarutkan dalam 10 ml etanol 96 persen atau dalam akuades yang dipanaskan sampai suhu 76ºC sambil diaduk kemudian disaring dengan kertas yang telah diketahui beratnya. Kertas saring selanjutnya dikeringkan. Kelarutan dihitung berdasarkan rumus: Kelarutan (%bb) = S − (K2 − K1) S × 100% Keterangan: S = berat basah sampel (gram) K1 = berat kertas saring sebelum untuk menyaring (gram) K2 = berat kertas saring setelah untuk menyaring (gram) Analisis Kualitatif Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui adanya komponen fitokimia dari ekstrak rumput laut coklat S. duplicatum yang meliputi flavonoid, tanin, saponin, dan terpenoid (Harbone, 1996). HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis kualitatif Senyawa-senyawa yang diperiksa keberadaannya adalah flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid. Hasil dari analisis kualitatif menunjukkan bahwa semua sampel ekstrak rumput laut S. duplicatum mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan terpenoid (Tabel 1). Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa metode ekstraksi dan jenis pelarut tidak mempengaruhi kandungan flavonoid, saponin, maupun terpenoid. Hal ini diduga karena dalam berdasarkan strukturnya, flavonoid maupun saponin mempunyai bagian
  • 3. 24 yang bersifat polar maupun non polar bagian yang hampir sama. flavonoid dan saponin, terpenoid bagian polar dan non polar, tetapi bagian non polar pada terpenoid jauh lebih banyak dibandingkan bagian polar sehingga terpenoid cenderung lebih mudah larut dalam pelarut non polar. Diduga terpenoid dalam pelarut polar berada dalam bentuk globu bagian luar komponen ekstrak yang bersifat polar. Struktur dasar flavonoid terpenoid disajikan pada Gambar 1. Kandungan tanin tertinggi berdasarkan analisis kualitatif adalah ekstrak etanol dan ekstrak metanol masing hasil ekstraksi metode satu tahap dan jenis ekstrak etanol menggunakan metode ekstraksi bertingkat. Tanin adalah senyawa Tabel 1. Analisis kualitatif ekstrak rumput laut Kombinasi Perlakuan Ekstrak heksan metode satu tahap Ekstrak etil asetat metode satu tahap Ekstrak methanol metode satu tahap Ekstrak etanol metode satu tahap Ekstrak air metode satu tahap Ekstrak heksan metode bertingkat Ekstrak etil asetat metode bertingkat Ekstrak methanol metode bertingkat Ekstrak etanol metode bertingkat Ekstrak air metode bertingkat Keterangan: + = menunjukkan intensitas warna pada analisis flavonoid, tanin, dan terpenoid; pada analisis saponin menunjukkan tinggi buih yang terbentuk. (a) (c) Gambar 1. Struktur kimia Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut..(Aisyah dkk) yang bersifat polar maupun non polar dengan . Seperti halnya flavonoid dan saponin, terpenoid mempunyai bagian polar dan non polar, tetapi bagian non polar pada terpenoid jauh lebih banyak dibandingkan bagian polar sehingga terpenoid larut dalam pelarut non polar. Diduga terpenoid dalam pelarut polar berada dalam bentuk globula dengan bagian luar komponen ekstrak yang bersifat Struktur dasar flavonoid, saponin dan disajikan pada Gambar 1. Kandungan tanin tertinggi berdasarkan analisis kualitatif adalah ekstrak etanol dan ekstrak metanol masing-masing hasil ekstraksi metode satu tahap dan jenis ekstrak etanol menggunakan metode ekstraksi Tanin adalah senyawa yang cenderung polar sehingga ekstraksi dengan pelarut polar, seperti metanol dan etanol, aka mengestrak tanin secara optimal. etanol dan metanol dapat mengekstrak senyawa tanin dengan sama optimalnya. Hal ini diduga karena besarnya konstanta dielektrik dari etanol dan metanol tidak berbeda jauh. Kandungan tanin pada perlakuan jenis pelarut heksana dengan metode ekstraksi satu tahap ( pelarut air dengan metode ekstraksi satu tahap (P5M1), dan jenis pelarut air dengan metode ekstraksi bertingkat (P5M2) dimungkinkan karena tanin bersifat semi polar sehingga kurang terekstrak oleh pelarut non polar (heksana) maupun pelarut yang polar (air). . Analisis kualitatif ekstrak rumput laut S. duplicatum Kombinasi Perlakuan Flavonoid Tanin Saponin metode satu tahap +++ + +++ Ekstrak etil asetat metode satu tahap +++ ++ +++ Ekstrak methanol metode satu tahap +++ +++ +++ Ekstrak etanol metode satu tahap +++ +++ +++ Ekstrak air metode satu tahap +++ + +++ bertingkat +++ ++ +++ Ekstrak etil asetat metode bertingkat +++ ++ +++ Ekstrak methanol metode bertingkat +++ +++ +++ Ekstrak etanol metode bertingkat +++ ++ +++ Ekstrak air metode bertingkat +++ + +++ + = menunjukkan intensitas warna pada analisis flavonoid, tanin, dan terpenoid; pada analisis saponin menunjukkan tinggi buih yang terbentuk. (b) (d) . Struktur kimia flavonoid (a), saponin (b), terpenoid (c), dan Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut..(Aisyah dkk) polar sehingga ekstraksi dengan pelarut polar, seperti metanol dan etanol, akan mengestrak tanin secara optimal. Pelarut etanol dan metanol dapat mengekstrak senyawa tanin dengan sama optimalnya. Hal ini diduga karena besarnya konstanta dielektrik dari etanol dan metanol tidak Kandungan tanin terendah adalah jenis pelarut heksana dengan metode ekstraksi satu tahap (P1M1), jenis pelarut air dengan metode ekstraksi satu tahap dan jenis pelarut air dengan metode P5M2). Hal ini dimungkinkan karena tanin bersifat semi polar ga kurang terekstrak oleh pelarut non polar (heksana) maupun pelarut yang polar Terpenoid +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ + = menunjukkan intensitas warna pada analisis flavonoid, tanin, dan terpenoid; pada flavonoid (a), saponin (b), terpenoid (c), dan tanin (d)
  • 4. AGROINTEK Volume 6, No.1 Maret Gambar 2. Pengaruh jenis pelarut terhadap kelarutan dalam etanol ekstrak rumput laut duplicatum Kelarutan ekstrak S. duplicatum etanol Kelarutan ekstrak dalam etanol berbeda-beda tergantung jenis pelarut yang digunakan untuk mengekstrak bubuk S. duplicatum. Kelarutan tertinggi adalah ekstrak etanol sedangkan kelarutan terendah diperoleh dari ekstrak air. etanol lebih mudah larut dalam pelarut etanol. Sebaliknya, ekstrak air bersifat sehingga kurang larut dalam etanol penelitian juga menunjukkan bahwa ekstra heksana memberikan kelarutan dalam etanol yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak air. Kelarutan ekstrak dalam etanol perbedaan konstanta dielektrik pelarut ekstrak. Konstanta dielektrik dan air berturut-turut adalah sedangkan konstanta dielektrik dari etanol adalah 24,3 rentang. Perbedaan konstanta dielektrik etanol-heksan lebih rendah sehingga kelarutan ekstrak heksan dalam etanol lebih tinggi dibandingkan ekstrak air dalam etanol. Berbeda dengan perbedaan perbedaan metode ekstraksi tidak nyata terhadap kelarutan dalam etanol S. duplicatum. Nilai rata-rata etanol ekstrak S. duplicatum metode ekstraksi satu tahap adalah 35,690 persen dan 35,84 Kelarutan ekstrak S. duplicatum akuades Sesuai dengan kelarutannya, kelarutan ekstrak S. duplicatum 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 kelarutan(%) .1 Maret 2012 . Pengaruh jenis pelarut terhadap kelarutan dalam etanol ekstrak rumput laut S. duplicatum dalam Kelarutan ekstrak S. duplicatum beda tergantung jenis pelarut yang digunakan untuk mengekstrak Kelarutan tertinggi ekstrak etanol sedangkan kelarutan terendah diperoleh dari ekstrak air. Ekstrak etanol lebih mudah larut dalam pelarut etanol. bersifat sangat polar larut dalam etanol. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ekstrak heksana memberikan kelarutan dalam etanol yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak air. dalam etanol dipengaruhi konstanta dielektrik etanol dan onstanta dielektrik heksan turut adalah 1,89 dan 80,4 konstanta dielektrik dari etanol Perbedaan konstanta heksan lebih rendah sehingga kelarutan ekstrak heksan dalam etanol lebih tinggi dibandingkan ekstrak air dalam etanol. dengan perbedaan pelarut, tidak berpengaruh kelarutan dalam etanol ekstrak rata kelarutan dalam S. duplicatum dari perlakuaan satu tahap dan bertingkat dan 35,847 persen. S. duplicatum dalam Sesuai dengan kelarutannya, S. duplicatum dalam akuades tertinggi adalah ekstrak air sedangkan kelarutan terendah adalah Menurut Sudarmadji (1989), senyawa bersifat polar larut dalam pelarut polar, dan sebaliknya. Dibandingkan dengan ekstrak enzimatis (Septiana dan Asnani, 2009), kelarutan ekstrak air lebih rendah enzimatis meskipun keduanya diekstrak menggunakan air. Hal ini diduga karena senyawa dalam ekstrak enzimatis mengalami hidrolis menjadi komponen komponen yang lebih sederhana sehingga lebih larut dalam pelarut air. Perbedaan metode ekstraksi tidak berpengaruh terhadap kelarutan dalam akuades ekstrak rumput laut Nilai rata-rata kelarutan dalam ekstrak rumput laut S. duplicatum perlakuaan metode ekstraksi bertingkat adalah 24,917 persen dan persen. Total fenol Senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sianat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam polifungsional dapat berfungsi sebagai senyawa antioksidan (Pratt dan Hudson, 1990). Fenol atau asam karbolat merupakan senyawa dengan gugus hidroksil (OH) yang terikat pada cincin aromatik (Fessenden, 1990). Komponen f menghambat oksidasi lipid dengan menyumbangkan atom hidrogen kepada radikal bebas. 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 heksana etil asetat etanol metanol air Jenis Pelarut 25 . Pengaruh jenis pelarut terhadap kelarutan dalam etanol ekstrak rumput laut S. ekstrak air sedangkan ekstrak heksana. Menurut Sudarmadji (1989), senyawa yang bersifat polar larut dalam pelarut polar, dan Dibandingkan dengan ekstrak enzimatis (Septiana dan Asnani, 2009), kelarutan ekstrak air lebih rendah ekstrak meskipun keduanya diekstrak . Hal ini diduga karena ekstrak enzimatis sudah hidrolis menjadi komponen- komponen yang lebih sederhana sehingga erbedaan metode ekstraksi tidak berpengaruh terhadap kelarutan dalam ekstrak rumput laut S. duplicatum. rata kelarutan dalam akuades S. duplicatum dari perlakuaan metode ekstraksi satu tahap dan persen dan 25,773 Senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sianat, kumarin, tokoferol, dan asam polifungsional dapat berfungsi sebagai senyawa antioksidan (Pratt dan Hudson, 1990). Fenol atau asam karbolat dengan gugus hidroksil (OH) yang terikat pada cincin aromatik Komponen fenolik dapat menghambat oksidasi lipid dengan menyumbangkan atom hidrogen kepada
  • 5. 26 Gambar 3. Pengaruh jenis pelarut te Gambar 4. Pengaruh jenis pelarut terhadap total fenol ekstrak rumput laut Gambar 5. Pengaruh metode ekstraksi terhadap total fenol ekstrak rumput laut Total fenol tertinggi diperoleh dari ekstrak etil asetat. Total fenol tersebut berbeda nyata dengan total fenol dari ekstrak etanol. Hal ini diduga karena pada S. duplicatum bersifat semipolar sehingga mudah terekstrak dengan kisaran polaritas yang luas yaitu antara etil asetat (konstanta dielektrik 6,02) dan etanol (konstanta dielektrik 24,30). 0 5 10 15 20 25 30 35 kelarutan(%) 0 50 100 150 200 250 300 350 400 TotalFenol(mg/g) 210 220 230 240 250 260 270 280 TotalFenol(mg/g) Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut..(Aisyah dkk) Gambar 3. Pengaruh jenis pelarut terhadap kelarutan dalam akuades ekstrak rumput laut Duplicatum . Pengaruh jenis pelarut terhadap total fenol ekstrak rumput laut . Pengaruh metode ekstraksi terhadap total fenol ekstrak rumput laut Total fenol tertinggi diperoleh dari Total fenol tersebut tidak nyata dengan total fenol dari ekstrak karena senyawa fenol ersifat semipolar h terekstrak dalam pelarut dengan kisaran polaritas yang luas yaitu (konstanta dielektrik 6,02) l (konstanta dielektrik 24,30). Sheikh et al (2009) melaporkan bahwa fenol ekstrak heksana baccularia lebih tinggi dibandingkan metanol. Hal ini menunjukkan kelarutan fenol tertinggi tidak selalu dalam ekstrak polar, namun tergantung dari struktur senyawa fenol itu se Kadar total fenol e rendah dibandingkan total fenol ekstrak 0 5 10 15 20 25 30 35 heksana etil asetat etanol metanol air Jenis Pelarut heksana etil asetat etanol metanol air Jenis Pelarut 271,81 a 235,63 b satu tahap bertingkat Metode Ekstraksi Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut..(Aisyah dkk) ekstrak rumput laut S. . Pengaruh jenis pelarut terhadap total fenol ekstrak rumput laut S. duplicatum . Pengaruh metode ekstraksi terhadap total fenol ekstrak rumput laut S. duplicatum melaporkan bahwa total ekstrak heksana dari Sargassum dibandingkan ekstrak menunjukkan bahwa tertinggi tidak selalu terdapat namun tergantung dari senyawa fenol itu sendiri. otal fenol ekstrak air paling total fenol ekstrak yang air air
  • 6. AGROINTEK Volume 6, No.1 Maret 2012 27 lain. Pelarut air merupakan senyawa yang paling polar dibandingkan pelarut lainnya, sehingga komponen yang bersifat polar seperti karbohidrat ikut terekstrak dan menyebabkan total fenol per berat sampel menjadi rendah. Menurut Yunizal (2004), Sargassum sp yang diperoleh dari kepulauan Seribu mengandung karbohidrat 19,06 %, air 11,71 %, abu 34,57 %, serat kasar 28,39 % yang masing-masing bersifat polar dengan hanya 0,74 % lemak yang bersifat non polar. Pada umumnya senyawa fenolik lebih mudah diekstrak oleh pelarut organik yang bersifat semi polar (Septiana et al, 2002). Rerata total fenol hasil ekstraksi satu tahap lebih tinggi dibandingkan ekstraksi bertingkat. Hal ini diduga karena pada ekstraksi bertingkat, satu sampel bahan yang sama diekstraksi oleh semua pelarut secara berurutan (fraksinasi) yaitu heksana, etil asetat, etanol, metanol dan air, sehingga senyawa tertentu akan terekstrak secara spesifik pada tiap pelarut yang digunakan. Berbeda pada ekstraksi satu tahap, tiap pelarut menggunakan satu bahan yang berbeda sehingga senyawa yang terekstrak merupakan ekstrak total yang mampu terekstraksi dengan pelarut tersebut. Kadar total fenol terendah dihasilkan oleh ekstrak air hasil ekstraksi secara bertingkat yaitu sebesar 14,17 mg/g, sedangkan kadar total fenol tertinggi dihasilkan oleh ekstrak etil asetat hasil ekstraksi satu tahap yaitu 398,67 mg/g. Kadar total fenol ekstrak etil asetat lebih tinggi dibanding ekstrak yang lain dan kadar total fenol hasil ekstraksi satu tahap juga lebih tinggi daripada ekstraksi bertingkat. KESIMPULAN Komponen bioaktif dalam rumput laut S. duplicatum dapat diekstrak menggunakan pelarut yang mempunyai polaritas yang berbeda, sehingga ekstrak yang dihasilkan juga memiliki sifat fisiko kimia yang berbeda. Secara kualitatif, semua ekstrak mengandung flavonoid, saponin dan terpenoid dalam jumlah yang hampir sama tetapi ekstrak heksan dan ekstrak air mengandung tanin yang lebih rendah dibandingkan ekstrak etanol, metanol dan ekstrak etil asetat. Ekstrak etil asetat mempunyai kadar total fenol tertinggi yaitu 377,250 mg/g., yang tidak berbeda dengan ekstrak etanol. Sesuai dengan pelarutnya, kelarutan tertinggi dalam air adalah ekstrak air dan kelarutan dalam etanol tertinggi adalah ekstrak etanol. Perlakuan metode ekstraksi satu tahap menghasilkan ekstrak yang mempunyai kelarutan dalam akuades dan total fenol yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode ekstraksi bertingkat, tetapi metode ekstraksi satu tahap menghasilkan kelarutan dalam etanol yang lebih rendah dibandingkan metode ekstraksi bertingkat. Ekstrak metanol hasil ekstraksi menggunakan metode satu tahap mempunyai sifat fisikokimia terbaik. Ekstrak tersebut mempunyai kelarutan dalam etanol sebesar 39,450 persen, kelarutan dalam akuades sebesar 28,283 persen dan total fenol sebesar 297,170 mg/g. DAFTAR PUSTAKA Estiasih T dan DA. Kurniawan. 2006. Aktivitas antioksidan ekstrak umbi akar Gingseng Jawa (Talinum triangulare Willd.). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 17(3): 166-175. Fessenden J dan JS. Fessenden. 1990. Fundamentals of Organic Chemistry. New York: Harper and Row Harbone JB. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung : ITB. Houghton PJ and Raman. 1998. Laboratory Handbook for The Fractination of Natural Extract. Chapman and Hall, London, UK. 199 Pp. Lim SN, PC Cheung, VE Ooi, and PO Ang. 2002. Evaluation of antioxidative activity of extracts from a brown seaweed, Sargassum siliquastrum. J Agric Food Chem. 50 (13) : 3862-3866. Matanjun P, S Mohamed, NM Mustapha, K Muhammad and CH Ming. 2008. Antioxidant activities and phenolic content of eight species of seawed from north borneo. Journal Applied Phycology. 20:367-373. Pratt DE and BJF Hudson. 1990. Natural antioxidant not exploited commercially. Pp. 171-189. In : B.J.F. Hudson (Ed), Food Antioxidant. Elsevier Applied Science, London and New York. 317 hal.
  • 7. 28 Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut..(Aisyah dkk) Samee H, ZX Li, H Lin, J Khalid and YC Guo. 2009. Antiallergic effects of ethanol extracts from brown seaweeds. Journal of Zhejiang University Science B. 10(2):147-153. Septiana AT, D Muchtadi, dan FR Zakaria. 2002. Aktivitas antioksidan ekstrak dikhlorometana dan air jahe pada asam linoleat. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan XIII (2): 105-110. Septiana AT, dan A Asnani. 2009. Kajian ekstraksi rumput laut coklat Sargassum sp sebagai penghambat oksidasi LDL dan akumulasi kolesterol makrofag. [Laporan Penelitian UNSOED. Purwokerto] Sheikh TZB, CL Yong and MS Lian. 2009. In vitro antioxidant activity of the hexane and methanolic extracts of Sargassum baccularia and Cladophora patentiramea. Journal of Applied Sciences. 13(9): 2490-2493. Sudarmadji S, B Haryono, dan Suhardi. 1989. Analisis untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. 171 hal. Yulianto K. 2007. Penelitian isolasi alginat algae laut coklat dan prospeknya menuju industri. Prosiding Seminar Riptek Kelautan Nasional. Jakarta (2) : 104-108. Yuliasih. 2006. Perbedaan Jenis Sargassum dan Konsentrasi Na2CO3 Terhadap Rendemen Alginat. [Skripsi yang tidak dipublikasikan, Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto] Yunizal. 2003. Minuman sari rumput laut coklat alginat. Dalam: Utomo, B.S.B., J. Basmal, Yunizal, Mulyasari, R. Peranginangin, T.D. Suryaningrum, Murdinah, dan S. Koeshendradjana. 2003. Teknologi Pemanfaatan Rumput Laut. Jakarta: Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Yunizal. 2004. Teknik Pengolahan Alginat. Jakarta: Pusat Riset PengolahanProduk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.