SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  21
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 22
Pajak Penghasilan Pasal 22

Pajak penghasilan pasal 22, merupakan pajak yang dipungut
oleh bendaharawan pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan
lembaga-lembaga negara lain,berkenaan dengan pembayaran
atas penyerahan barang dan badan-badan tertentu baik badan
pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di
bidang impor aTau kegiatan usaha di bidang lain.
Pemungut Pajak

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
154/PMK.03/2010 .
Pemungut PPh pasal 22 adalah:
 Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea Cukai,atas impor
barang
 Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
 Bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan
dengan mekanisme uang persediaan (UP)
 Kuasa pengguna anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat
Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh KPA
 Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri
semen, industri kertas, industri baja dan industri otomotif
 Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas dan pelumas
 Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan pertanian dan perikanan
Kegiatan yang Dikenakan PPH Pasal 22

• Impor barang
• Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan
oleh bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA)
• Pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang
persediaan (UP) oleh bendahara pengeluaran
• Pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan
dengan mekanisme pembayaran langsung (LS) oleh
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat
penerbit surat perintah membayar
Kegiatan yang Dikenakan PPH Pasal 22

• Industri baja dan industri otomotif
• Penjualan bahan bakar minyak, gas dan
pelumas
• Penjualan hasil industri dalam negeri
• Pembelian bahan-bahan untuk keperluan
industri atau ekspor dari pedagang pengumpul
oleh industri dan ekspotir
Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pasal 22

 Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang dilaksanakan
dengan cara penyetoran oleh importir yang bersangkutan atau
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ke kas negara melalui Kantor
Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
 Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang oleh
Pemungut
Pajak
(bendahara
pemerintah,
KPA,
bendahara
pengeluaran, pejabat penerbit spm) wajib disetor oleh pemungut ke
kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang
telah di isi atas nama rekanan serta ditandatangani oleh pemungut
pajak.
 Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan bahan bakar
minyak, gas dan pelumas, dan penjualan hasil produksi industri
semen, industri kertas, industri baja dan industri otomotif, wajib
disetor oleh pemungut ke kas negara malalui Kantor Pos, bank
devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak.
Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pasal 22

 Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan
untuk keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau
eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan wajib disetor oleh
pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos , bank devisa, atau bank
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak.
 Penyetoran PPH Pasal 22 oleh importir, Direktorat Jendral Bea dan
Cukai dan pemungut menggunakan formulir Surat Setoran Pajak yang
berlaku sebagai bukti pemungutan pajak.
 Pemungutan pajak wajib menerbitkan bukti Pemungutan PPH Pasal 22
dalam rangka 3 (tiga),yaitu:
a. Lembar kesatu untuk wajib pajak(pembeli/pedagang pengumpul)
b. Lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor
Pelayanan Pajak(dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Masa PPh
Pasal 22)
c. Lembar ketiga sebagai arsip pemungut pajak yang bersangkutan.
Sifat Pemungut

Pemungutan pajak
bersifat final

Pemungutan pajak
bersifat tidak final
Pemungutan pajak bersifat final

Artinya bahwa pajak yang telah dibayar oleh Wajib
Pajak melalui pemungutan oleh pihak lain dalam tahun
berjalan tersebut tidak dapat dikreditkan pada total
PPh yang terutang pada akhir suatu tahun tahun pada
saat pengisian SPT Tahunan PPh.
Pemungutan pajak bersifat tidak final

Berarti pajak yang sudah di pungut oleh pemungut
atau dibayarkan dapat dikreditkan/diperhitungkan
sebagai pembayaran pajak penghasilan dalam tahun
berjalan oleh wajib pajak yang dipungut.
Dasar Pemungutan

1. Nilai impor, yaitu nilai
berupa uang yang menjadi
dasar perhitungan Bea
Masuk yang terdiri atas
cost insurance and freight
(CIF) ditambah dengan Bea
Masuk dan pungutan
lainnya yang dikenakan
berdasarkan ketentuan
peraturan perundangundangan kepabeanan di
bidang impor;

2. Dasar pengenaan pajak
pertambahan nilai (DPP
PPN) yang dapat
berupa harga
pembelian/penjualan.
Tarif Pemungut

•

Tarif 2,5% dari nilai impor diterapkan untuk impor yang menggunakan
Angka Pengenal Impor (API)

•

Tarif 0,5% dari nilai impor diterapkan untuk impor
kedelai, gandum, dan tepung terigu yang menggunakan Angka
Pengenal Impor (API)

•

Tarif 7,5% dari nilai impor diterapkan untuk impor yang tidak
menggunakan Angka Pengenal Impor (API)

•

Tarif 7,5% dari harga jual lelang diterapkan untuk impor yang
dikuasai.
•

Tarif 1,5% dari harga pembelian untuk pembelian barang yang
dilakukan oleh bendahara pemerintah, bendahara
pengeluaran, Kuasa Pengguna Anggaran, dan pejabat penerbit Suarat
Perintah Membayar

•

Tarif 0,25% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan
bahan bakar minyak kepada SPBU Pertamina

•

Tarif 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan bahan
bakar minyak kepada SPBU bukan pertamina dan Non SPBU

•

Tarif 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan bahan
bakar gas

•

Tarif 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan
pelumas
•

Tarif 0,1% dari DPP PPN untuk penjualan kertas hasil produksi di
dalam negeri oleh industri kertas

•

Tarif 0,25% dari DPP PPN untuk penjualan semua jenis semen hasil
produksi di dalam negeri oleh industri semen

•

Tarif 0,45% dari DPP PPN untuk penjualan semua jenis kendaraan
bermotor beroda dua atau lebih didalam negeri oleh industry
otomotif

•

Tarif 0,3% dari DPP PPN untuk penjualan baja di dalam negeri oleh
industry baja

•

Tarif 0,25% dari harga pembelian tidak termasuk PPN untuk
pembelian bahan-bahan untuk keperluan industry atau ekspor oleh
badan usaha industry atau eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan.
Berdasarkan tarif pungutan yang diterapkan
terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 100% (seratus
persen) dari pada tarif yang diterapkan terhadap
Wajib Pajak yang dapat menunjukan Nomor
Pokok Wajib Pajak.
Contoh Perhitungan

Contoh 1: Menghitung PPh Pasal 22 atas impor
PT Perdana adalah importir barang-barang elektrik yang
mempunyai API, pada bulan Mei 2011 melakukan impor
barang Jepang dengan harga faktur US $100,000.00. Biaya
asuransi yang dibayar diluar negeri dan biaya angkut
pengapalan barang dari Jepang ke dalam daerah pabean
(Indonesia) masing-masing sebesar 2% dan 5% dari harga
faktur. Tarif bea masuk dan bea msuk tambahan masingmasing sebesar 20% dan 10% dari CIF. Kurs yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah US $1.00 = Rp
8.500,00. Hitunglah PPh pasal 22!
a) Menentukan Nilai Impor
-Harga faktur (cost)
-Biaya asuransi (insurance):
2% x US $100,000,00
-Biaya angkut (freight):
5% x US $ 100,000.00
CIF (cost,insurance,freight)

US $

100,000.00

US $

2,000.00

US $

5,000.00

US $

107,000.00

Kurs US $1,00 = Rp8.500,00
CIF (dalam rupiah):
US $107,000.00 x Rp8.500,00 =
Ditambah:
- Bea masuk:
20% x Rp 909.500.000,00
- Bea masuk tambahan:
10% x Rp909.500.000,00
Nilai impor

Rp 909.500.000,00

Rp 181.900.000,00
Rp 90.950.000,00
Rp1.182.350.000,00
b) Menghitung PPh pasal 22-impor
2,5% x Rp1.182.350.000,00 =

Rp 29.558.750,00

Jika importir yang bersangkutan tidak mempunyai
API, besarnya PPh Pasal22 adalah:
7,5%x Rp1.182.350.000,00 =
Rp 88.676.250,00
Contoh 2:
Menghitung pph pasal 22 atas penjualan hasil produksi
oleh produsen atau importir bahan baku dan pelumas

PT Pertamina adalah produsen dan importir bahan bakar
minyak, gas dan pelumas, pada bulan Agustus 2011 melakukan
penyerahan sebagai baerikut:
a) Penyerahan bahan bakar minyak senilai Rp816.000.000,00
kepada SPBU pertamina;
b) Penyerahan bahan bakar minyak senilai Rp523.000.000,00
kepada non SPBU;
c) Penyerahan bahan bakar gas senilai Rp179.800.000,00
kepada Blue Gas Distributor
d) Penyerahan pelumas senilai Rp278.900.000,00 Kepada PT Oil
Besar PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Pertamina atas
penyerahan tersebut adalah:

 Atas penyerahan bahan bakar minyak kepada SPBU:
0,25% x Rp816.000.000,00
Rp 2.040.000,00
 Atas penyerahan bahan bakar minyak kepada non SPBU:
0,3% x Rp523.000.000,00
Rp 1.569.000,00
 Atas penyerahan bahan bakar gas kepada Blue Gas
Distributor:
0,3% x Rp179.800.000,00
Rp 539.400,00
 Atas penyerahan pelumas kepada PT Oil:
0,3% x Rp278.900.000,00
Rp

836.400,00
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH :D

Contenu connexe

Tendances

NPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKPNPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKP
Ariza Ekky
 
Contoh pengisian spt p ph op 1770 s & 1770ss
Contoh pengisian spt p ph op 1770 s & 1770ssContoh pengisian spt p ph op 1770 s & 1770ss
Contoh pengisian spt p ph op 1770 s & 1770ss
Fergieta Prahasdhika
 
Psak 46 pajak penghasilan 25032015
Psak  46 pajak penghasilan 25032015Psak  46 pajak penghasilan 25032015
Psak 46 pajak penghasilan 25032015
PPA FEUI
 

Tendances (20)

Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBM
 
Akuntansi Kewajiban PEMDA
Akuntansi Kewajiban PEMDAAkuntansi Kewajiban PEMDA
Akuntansi Kewajiban PEMDA
 
Pph badan
Pph badanPph badan
Pph badan
 
NPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKPNPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKP
 
pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26
 
Contoh pengisian spt p ph op 1770 s & 1770ss
Contoh pengisian spt p ph op 1770 s & 1770ssContoh pengisian spt p ph op 1770 s & 1770ss
Contoh pengisian spt p ph op 1770 s & 1770ss
 
PPh Pasal 26
PPh Pasal 26PPh Pasal 26
PPh Pasal 26
 
Tentang KUP
Tentang KUPTentang KUP
Tentang KUP
 
PPN objek
PPN objekPPN objek
PPN objek
 
akuntasi PPH potong pungut
akuntasi PPH potong pungutakuntasi PPH potong pungut
akuntasi PPH potong pungut
 
aset tetap & properti investasi
aset tetap & properti investasiaset tetap & properti investasi
aset tetap & properti investasi
 
Pph Potong Pungut PPT
Pph Potong Pungut PPTPph Potong Pungut PPT
Pph Potong Pungut PPT
 
Pertemuan 7
Pertemuan 7Pertemuan 7
Pertemuan 7
 
Penagihan pajak
Penagihan pajakPenagihan pajak
Penagihan pajak
 
Penagihan pajak
Penagihan pajakPenagihan pajak
Penagihan pajak
 
Akuntansi Investasi PEMDA
Akuntansi Investasi PEMDAAkuntansi Investasi PEMDA
Akuntansi Investasi PEMDA
 
Akuntansi persediaan - PEMDA
Akuntansi persediaan - PEMDAAkuntansi persediaan - PEMDA
Akuntansi persediaan - PEMDA
 
Akuntansi Untuk Pajak Penghasilan
Akuntansi Untuk Pajak PenghasilanAkuntansi Untuk Pajak Penghasilan
Akuntansi Untuk Pajak Penghasilan
 
Akuntansi pajak
Akuntansi pajakAkuntansi pajak
Akuntansi pajak
 
Psak 46 pajak penghasilan 25032015
Psak  46 pajak penghasilan 25032015Psak  46 pajak penghasilan 25032015
Psak 46 pajak penghasilan 25032015
 

En vedette

Contoh Kasus PPh Pasal 22
Contoh Kasus PPh Pasal 22Contoh Kasus PPh Pasal 22
Contoh Kasus PPh Pasal 22
Muhammad Amri
 

En vedette (20)

PPh Pasal 22
PPh Pasal 22PPh Pasal 22
PPh Pasal 22
 
PPh Pasal 22
PPh Pasal 22PPh Pasal 22
PPh Pasal 22
 
Makalah PPh pasal 22
Makalah PPh pasal 22Makalah PPh pasal 22
Makalah PPh pasal 22
 
Penjelasan PPh pasal 22
Penjelasan PPh pasal 22Penjelasan PPh pasal 22
Penjelasan PPh pasal 22
 
KB 2 - Pengusaha Kena Pajak
KB 2 - Pengusaha Kena PajakKB 2 - Pengusaha Kena Pajak
KB 2 - Pengusaha Kena Pajak
 
Contoh Kasus PPh Pasal 22
Contoh Kasus PPh Pasal 22Contoh Kasus PPh Pasal 22
Contoh Kasus PPh Pasal 22
 
Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26
 
PPN Dibebaskan Atas BKP Tertentu
PPN Dibebaskan Atas BKP TertentuPPN Dibebaskan Atas BKP Tertentu
PPN Dibebaskan Atas BKP Tertentu
 
KB 1 - Dasar-dasar PPN
KB 1 - Dasar-dasar PPNKB 1 - Dasar-dasar PPN
KB 1 - Dasar-dasar PPN
 
PPh Pasal 21 + soal
PPh Pasal 21 + soalPPh Pasal 21 + soal
PPh Pasal 21 + soal
 
PPN Atas RS dan RSS
PPN Atas RS dan RSSPPN Atas RS dan RSS
PPN Atas RS dan RSS
 
Akunt pajak i iii
Akunt pajak i iiiAkunt pajak i iii
Akunt pajak i iii
 
PP Nomor 93 Tahun 2010
PP Nomor 93 Tahun 2010PP Nomor 93 Tahun 2010
PP Nomor 93 Tahun 2010
 
Pasal 22
Pasal 22Pasal 22
Pasal 22
 
Putusan Mahkamah Agung No.70 P/HUM/2013 atas uji materi PP No.31 Tahun 2007
Putusan Mahkamah Agung No.70 P/HUM/2013 atas uji materi PP No.31 Tahun 2007Putusan Mahkamah Agung No.70 P/HUM/2013 atas uji materi PP No.31 Tahun 2007
Putusan Mahkamah Agung No.70 P/HUM/2013 atas uji materi PP No.31 Tahun 2007
 
PP Nomor 94 tahun 2010
PP Nomor 94 tahun 2010PP Nomor 94 tahun 2010
PP Nomor 94 tahun 2010
 
PPh Pasal 23
PPh Pasal 23PPh Pasal 23
PPh Pasal 23
 
3.KUP...Surat Pemberitahuan (SPTt)
3.KUP...Surat Pemberitahuan (SPTt)3.KUP...Surat Pemberitahuan (SPTt)
3.KUP...Surat Pemberitahuan (SPTt)
 
Slide PPh Pasal 21
Slide PPh Pasal 21Slide PPh Pasal 21
Slide PPh Pasal 21
 
Pajak penghasilan pasal 26
Pajak penghasilan pasal 26Pajak penghasilan pasal 26
Pajak penghasilan pasal 26
 

Similaire à Pph pasal 22

Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
Sidik Abdullah
 
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Maiya Maiya
 
Tax Planning Atas Kredit Pajak
Tax Planning Atas Kredit PajakTax Planning Atas Kredit Pajak
Tax Planning Atas Kredit Pajak
puspa
 

Similaire à Pph pasal 22 (20)

Pphpasal22
Pphpasal22Pphpasal22
Pphpasal22
 
Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
 
P ph pasal 22
P ph pasal 22P ph pasal 22
P ph pasal 22
 
Bagian 5 selvi
Bagian 5 selviBagian 5 selvi
Bagian 5 selvi
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran 22
Rencana pelaksanaan pembelajaran 22Rencana pelaksanaan pembelajaran 22
Rencana pelaksanaan pembelajaran 22
 
Pph psl 22
Pph psl 22Pph psl 22
Pph psl 22
 
Tabel PPh Pasal 22
Tabel PPh Pasal 22Tabel PPh Pasal 22
Tabel PPh Pasal 22
 
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
 
Tarif pajak penghasilan pasal 22 impor
Tarif pajak penghasilan pasal 22 imporTarif pajak penghasilan pasal 22 impor
Tarif pajak penghasilan pasal 22 impor
 
Tax Planning Atas Kredit Pajak
Tax Planning Atas Kredit PajakTax Planning Atas Kredit Pajak
Tax Planning Atas Kredit Pajak
 
PPh Pot-Put 22.pptx
PPh Pot-Put 22.pptxPPh Pot-Put 22.pptx
PPh Pot-Put 22.pptx
 
Pajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang MewahPajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang Mewah
 
Ppn & p pn bm
Ppn & p pn bmPpn & p pn bm
Ppn & p pn bm
 
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.SiPPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
 
Pph 22
Pph 22Pph 22
Pph 22
 
PPh 22, 23 dan 4 ayat (2)
PPh 22, 23 dan 4 ayat (2)PPh 22, 23 dan 4 ayat (2)
PPh 22, 23 dan 4 ayat (2)
 
PPH 22.pptx
PPH 22.pptxPPH 22.pptx
PPH 22.pptx
 
Mengenal pph pasal 23
Mengenal pph pasal 23Mengenal pph pasal 23
Mengenal pph pasal 23
 
Ukin
UkinUkin
Ukin
 
PERTEMUAN 4-5 PPH 24 DAN 25 .ppt
PERTEMUAN 4-5 PPH 24 DAN 25 .pptPERTEMUAN 4-5 PPH 24 DAN 25 .ppt
PERTEMUAN 4-5 PPH 24 DAN 25 .ppt
 

Plus de Maulina Sahara (7)

ERP (Enterprise Resource Planning)
ERP  (Enterprise Resource Planning)ERP  (Enterprise Resource Planning)
ERP (Enterprise Resource Planning)
 
BAPEPAM dan OJK
BAPEPAM dan OJKBAPEPAM dan OJK
BAPEPAM dan OJK
 
Uu apbn p 2013
Uu apbn p 2013Uu apbn p 2013
Uu apbn p 2013
 
Pajak bumi dan bangunan (pbb)
Pajak bumi dan bangunan (pbb)Pajak bumi dan bangunan (pbb)
Pajak bumi dan bangunan (pbb)
 
Perencanaan Laba
Perencanaan LabaPerencanaan Laba
Perencanaan Laba
 
Deret berkala dan peramalan
Deret berkala dan peramalanDeret berkala dan peramalan
Deret berkala dan peramalan
 
Pengendalian dan Akuntansi Biaya
Pengendalian dan Akuntansi BiayaPengendalian dan Akuntansi Biaya
Pengendalian dan Akuntansi Biaya
 

Dernier

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Dernier (20)

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 

Pph pasal 22

  • 2. Pajak Penghasilan Pasal 22 Pajak penghasilan pasal 22, merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lain,berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan badan-badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor aTau kegiatan usaha di bidang lain.
  • 3. Pemungut Pajak Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 . Pemungut PPh pasal 22 adalah:  Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea Cukai,atas impor barang  Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)  Bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP)  Kuasa pengguna anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh KPA  Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja dan industri otomotif  Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas dan pelumas  Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan pertanian dan perikanan
  • 4. Kegiatan yang Dikenakan PPH Pasal 22 • Impor barang • Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) • Pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP) oleh bendahara pengeluaran • Pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS) oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit surat perintah membayar
  • 5. Kegiatan yang Dikenakan PPH Pasal 22 • Industri baja dan industri otomotif • Penjualan bahan bakar minyak, gas dan pelumas • Penjualan hasil industri dalam negeri • Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang pengumpul oleh industri dan ekspotir
  • 6. Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pasal 22  Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh importir yang bersangkutan atau Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.  Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang oleh Pemungut Pajak (bendahara pemerintah, KPA, bendahara pengeluaran, pejabat penerbit spm) wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang telah di isi atas nama rekanan serta ditandatangani oleh pemungut pajak.  Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak, gas dan pelumas, dan penjualan hasil produksi industri semen, industri kertas, industri baja dan industri otomotif, wajib disetor oleh pemungut ke kas negara malalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak.
  • 7. Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pasal 22  Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos , bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak.  Penyetoran PPH Pasal 22 oleh importir, Direktorat Jendral Bea dan Cukai dan pemungut menggunakan formulir Surat Setoran Pajak yang berlaku sebagai bukti pemungutan pajak.  Pemungutan pajak wajib menerbitkan bukti Pemungutan PPH Pasal 22 dalam rangka 3 (tiga),yaitu: a. Lembar kesatu untuk wajib pajak(pembeli/pedagang pengumpul) b. Lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor Pelayanan Pajak(dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 22) c. Lembar ketiga sebagai arsip pemungut pajak yang bersangkutan.
  • 8. Sifat Pemungut Pemungutan pajak bersifat final Pemungutan pajak bersifat tidak final
  • 9. Pemungutan pajak bersifat final Artinya bahwa pajak yang telah dibayar oleh Wajib Pajak melalui pemungutan oleh pihak lain dalam tahun berjalan tersebut tidak dapat dikreditkan pada total PPh yang terutang pada akhir suatu tahun tahun pada saat pengisian SPT Tahunan PPh.
  • 10. Pemungutan pajak bersifat tidak final Berarti pajak yang sudah di pungut oleh pemungut atau dibayarkan dapat dikreditkan/diperhitungkan sebagai pembayaran pajak penghasilan dalam tahun berjalan oleh wajib pajak yang dipungut.
  • 11. Dasar Pemungutan 1. Nilai impor, yaitu nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan Bea Masuk yang terdiri atas cost insurance and freight (CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan kepabeanan di bidang impor; 2. Dasar pengenaan pajak pertambahan nilai (DPP PPN) yang dapat berupa harga pembelian/penjualan.
  • 12. Tarif Pemungut • Tarif 2,5% dari nilai impor diterapkan untuk impor yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API) • Tarif 0,5% dari nilai impor diterapkan untuk impor kedelai, gandum, dan tepung terigu yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API) • Tarif 7,5% dari nilai impor diterapkan untuk impor yang tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API) • Tarif 7,5% dari harga jual lelang diterapkan untuk impor yang dikuasai.
  • 13. • Tarif 1,5% dari harga pembelian untuk pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara pemerintah, bendahara pengeluaran, Kuasa Pengguna Anggaran, dan pejabat penerbit Suarat Perintah Membayar • Tarif 0,25% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan bahan bakar minyak kepada SPBU Pertamina • Tarif 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan bahan bakar minyak kepada SPBU bukan pertamina dan Non SPBU • Tarif 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan bahan bakar gas • Tarif 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan pelumas
  • 14. • Tarif 0,1% dari DPP PPN untuk penjualan kertas hasil produksi di dalam negeri oleh industri kertas • Tarif 0,25% dari DPP PPN untuk penjualan semua jenis semen hasil produksi di dalam negeri oleh industri semen • Tarif 0,45% dari DPP PPN untuk penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda dua atau lebih didalam negeri oleh industry otomotif • Tarif 0,3% dari DPP PPN untuk penjualan baja di dalam negeri oleh industry baja • Tarif 0,25% dari harga pembelian tidak termasuk PPN untuk pembelian bahan-bahan untuk keperluan industry atau ekspor oleh badan usaha industry atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan.
  • 15. Berdasarkan tarif pungutan yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 100% (seratus persen) dari pada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukan Nomor Pokok Wajib Pajak.
  • 16. Contoh Perhitungan Contoh 1: Menghitung PPh Pasal 22 atas impor PT Perdana adalah importir barang-barang elektrik yang mempunyai API, pada bulan Mei 2011 melakukan impor barang Jepang dengan harga faktur US $100,000.00. Biaya asuransi yang dibayar diluar negeri dan biaya angkut pengapalan barang dari Jepang ke dalam daerah pabean (Indonesia) masing-masing sebesar 2% dan 5% dari harga faktur. Tarif bea masuk dan bea msuk tambahan masingmasing sebesar 20% dan 10% dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah US $1.00 = Rp 8.500,00. Hitunglah PPh pasal 22!
  • 17. a) Menentukan Nilai Impor -Harga faktur (cost) -Biaya asuransi (insurance): 2% x US $100,000,00 -Biaya angkut (freight): 5% x US $ 100,000.00 CIF (cost,insurance,freight) US $ 100,000.00 US $ 2,000.00 US $ 5,000.00 US $ 107,000.00 Kurs US $1,00 = Rp8.500,00 CIF (dalam rupiah): US $107,000.00 x Rp8.500,00 = Ditambah: - Bea masuk: 20% x Rp 909.500.000,00 - Bea masuk tambahan: 10% x Rp909.500.000,00 Nilai impor Rp 909.500.000,00 Rp 181.900.000,00 Rp 90.950.000,00 Rp1.182.350.000,00
  • 18. b) Menghitung PPh pasal 22-impor 2,5% x Rp1.182.350.000,00 = Rp 29.558.750,00 Jika importir yang bersangkutan tidak mempunyai API, besarnya PPh Pasal22 adalah: 7,5%x Rp1.182.350.000,00 = Rp 88.676.250,00
  • 19. Contoh 2: Menghitung pph pasal 22 atas penjualan hasil produksi oleh produsen atau importir bahan baku dan pelumas PT Pertamina adalah produsen dan importir bahan bakar minyak, gas dan pelumas, pada bulan Agustus 2011 melakukan penyerahan sebagai baerikut: a) Penyerahan bahan bakar minyak senilai Rp816.000.000,00 kepada SPBU pertamina; b) Penyerahan bahan bakar minyak senilai Rp523.000.000,00 kepada non SPBU; c) Penyerahan bahan bakar gas senilai Rp179.800.000,00 kepada Blue Gas Distributor d) Penyerahan pelumas senilai Rp278.900.000,00 Kepada PT Oil
  • 20. Besar PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Pertamina atas penyerahan tersebut adalah:  Atas penyerahan bahan bakar minyak kepada SPBU: 0,25% x Rp816.000.000,00 Rp 2.040.000,00  Atas penyerahan bahan bakar minyak kepada non SPBU: 0,3% x Rp523.000.000,00 Rp 1.569.000,00  Atas penyerahan bahan bakar gas kepada Blue Gas Distributor: 0,3% x Rp179.800.000,00 Rp 539.400,00  Atas penyerahan pelumas kepada PT Oil: 0,3% x Rp278.900.000,00 Rp 836.400,00