SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  31
TETANUS
PSIK 6A- KELOMPOK 9
DEFINISI
KLASIFIKASI
Secara klinis tetanus ada 3 macam:
Tetanus umum
Tetanus lokal
Tetanus cephalic.
Klasifikasi-Tetanus umum
1. paling sering dijumpai.
2. Bergantung luas dan dalamnya luka seperti luka bakar
yang luas, luka tusuk yang dalam, furunkulosis, ekstraksi
gigi, ulkus dekubitus dan suntikan hipodermis.
3. Kekakuan otot rahang menyebabkan mulut sukar dibuka.
4. pada muka juga terjadi kekakuan otot muka sehingga
muka menyerupai muka meringis kesakitan yang disebut
“Rhisus Sardonicus” (alis tertarik ke atas, sudut mulut
tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada
gigi), akibat kekakuan otot-otot leher bagian belakang
menyebabkan nyeri waktu melakukan fleksi leher dan
tubuh sehingga memberikan gejala kaku kuduk sampai
opisthotonus.
Cont...
5. Kejang menyebabkan lengan fleksi dan
adduksi serta tangan mengepal kuat dan kaki
dalam posisi ekstensi.
6. Pada kasus yang berat mudah terjadi
overaktivitas simpatis berupa takikardi,
hipertensi yang labil, berkeringat banyak,
panas yang tinggi dan aritmia jantung
Cole dan youngman (1969)
membagi tetanus umum atas:
A. Grade I:ringan
Masa inkubasi lebih dari 14 hari.
Period of onset >6 hari
Trismus positif tetapi tidak berat
Sukar makan dan minum tetapi disfagia tidak ada.
Lokalisasi kekakukan dekat dengan luka berupa
spasme di sekitar luka dan kekakuan umum terjadi
beberapa jam atau hari.
Cont...
B. Grade II: sedang
Masa inkubasi 10-14 hari
Period of onset 3 hari atau kurang
Trismus ada dan disfagia ada
Kekakuan umum terjadi dalam beberapa hari tetapi dispnoe dan sianosis tidak
ada.
c. Grade III: berat
Masa inkubasi <10 hari
Period of onset 3 hari atau kurang
Trismus berat
Disfagia berat
Kekakuan umum dan gangguan pernafasan asfiksia, ketakutan, keringat banyak
dan takikardia.
Klasifikasi-Tetanus Lokal
- Bentuk tetanus ini berupa nyeri, kekakuan
otot-otot pada bagian proksimal dari tempat
luka. Tetanus lokal adalah bentuk ringan
dengan angka kematian 1% kadang-kadang
bentuk ini dapat berkembang menjadi
tetanus umum.
Klasifikasi-Tetanus Cephalic
 Merupakan salah satu varian tetanus lokal.
Terjadinya bentuk ini bila luka mengenai
daerah mata, kulit kepala, muka, telinga,
leher, otitis media kronis dan jarang akibat
tonsilectomi. Gejala berupa disfungsi saraf
kranial antara lain: n. III, IV, VII, IX, X, XI,
dapat berupa gangguan sendiri-sendiri maupun
kombinasi dan menetap dalam beberapa hari
bahkan berbulan-bulan.
 Tetanus cephalic dapat berkembang menjadi
tetanus umum. Pada umumnya prognosa
bentuk tetanus cephalic jelek.
ETIOLOGI
 Clostridium tetani adalah suatu batang gram positif obligat
anaerob yang bergerak dan mudah membentuk endospora ujung
tunggal, berbentuk sferis yang menggembung pada ujung
organisme dan menghasilkan bentuk seperti “pentungan”.
 Clostridium tetani berukuran 2-5 x 0,4-0,5 millimikron.
 Kuman ini menghasilkan eksotoksin yang kuat dan mampu
membentuk spora (terminal spore) yang mampu bertahan dalam
suhu tinggi, kekeringan dan desinfektans.
 Spora ini dapat bertahan selama bertahun-tahun pada lingkungan
tertentu, tahan terhadap sinar matahari dan bersifat resisten
terhadap berbagai desinfektan dan pendidihan selama 20 menit,
dalam lingkungan anaerob dapat berubah menjadi bentuk vegetatif
yang akan menghasilkan eksotoksin.
 Sel yang terinfeksi oleh bakteri ini dengan mudah dapat
diinaktivasi dan bersifat sensitif terhadap beberapa antibiotik
(metronidazol, penisilin dan lainnya).
MANIFESTASI KLINIS
Dalam waktu 48 jam penyakit ini
menjadi nyata dengan:
1. Trismus (kesukaran membuka mulut) karena spasme otot-otot
mastikatoris.
2. Kuduk kaku sampai opistotonus (karena ketegangan otot-otot erektor
trunki)
3. Ketegangan otot dinding perut (harus dibedakan dari abdomen akut).
4. Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin yang terdapat di
kornuanterior.
5. Risus sardonikus karena spasme otot muka (alis tertarik ke atas), sudut
mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi).
6. Kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri kepala, nyeri
anggota badan sering merupakan gejala dini.
7. Spasme yang khas, yaitu badan kaku dengan opistotonus,
ekstermitas inferior dalam keadaan ekstensi, lengan kaku
dan tangan mengepal kuat. Anak tetap sadar. Spasme
mula-mula intermiten diselingi periode relaksasi.
Kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertai
rasa nyeri. Kadang-kadang terjadi perdarahan
intramuskulus karena kontraksi yang kuat.
8. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot
pernafasan dan laring. Retensi urin dapat terjadi karena
spasme otot uretral. Fraktura kolumna vertebralis dapat
pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat.
9. Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium
akhir.
10. Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang
peninggian tekanan cairan otak.
PATOFISIOLOGI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik
 Trismus
 Risus sardonicus
 Opistotonus
 Otot dinding perut kaku sehingga dinding
perut seperti papan.
 kejang umum
 Pada tetanus yang berat akan terjadi
gangguan pernafasan sebagai akibat kejang
yang terus menerus.
Pemeriksaan Laboratorium
 Hasil pemeriksaan laboratorik tidak khas, likuor serebrospinal
normal, jumlah leukosit normal atau sedikit meningkat. Biakan
kuman memerlukan prosedur khusus untuk kuman anaerobik.
 Granulositosis terlihat pada sekitar sepertiga penderita, tetapi
jarang ditemukan anemia. Kimia darah pada awalnya hampir
selalu normal, tetapi berbagai gangguan cairan dan elektrolit
dapat timbul dalam perjalanan penyakit. Biasanya
elektrokardiogram hanya menunjukkan takikardi sinus, tetapi
kadang-kadang terlihat inversi gelombang-T. Roentgenogram
tidak membantu kecuali dalam mengevaluasi komplikasi.
PENATALAKSANAAN
Perawatan umum
 Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi
 Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat
perlu trakeostomi.
 Memberikan tambahan O2 dengan sungkup (masker)
 Mengurangi spasme dan mengatasi kejang.
- Kejang harus segera dihentikan dengan pemberian diazepam 5
mg intravena untuk meonatus dan diazepam 10 mg intravena
atau perrektal untuk anak (dosis diazepam untuk anak 0,3
mg/kgBB/kali
- Pada tetanus sedang, dosis anti konvulsan dimulai dengan 1/2-
2/3 dari dosis maksimal dan 2/5 dosis maksimal untuk tetanus
ringan.
Cont...
- Pada tetanus berat, tatalaksana dibagi
 Tetanus neonatorum, pertama diazepam diberikan 5 mg intravena
perlahan-lahan, kemudian dilanjutkan dengan dosis 90-120 mg/24
jam bila mungkin mempergunakan pompa semprit (syringe
pump), tetapi jika pompa semprit tidak ada diazepam diberikan
tiap 2 jam (12 kali perhari).
 Tetanus anak, setelah pemberian diazepam 10 mg intravena
perlahan-lahan, dilanjutkan dengan dosis 180-200 mg/24jam
dengan pompa semprit atau 2 jam atau 12 kali perhari.
 Perawatan luka sangat penting, dilakukan eksisi jaringan yang
cukup luas guna membersihkan jaringan anaerob, terutama bila
ada benda asing.
 Jika karies dentis atau OMSK dicurigai sebagai port d’entree,
maka diperlukan konsultasi dengan dokter gigi/THT.
Pengobatan Khusus
 Antibiotik.
Untuk membunuh kuman C.tetani (vegetatif) diberikan penisilin prokain
50.000-100.000/kgBB/hari selama 7-10 hari, jika terdapat hipersensitif
terhadap penisilin dapt diberikan tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari (untuk
anak berumur lebih dari 8 tahun).
 Anti serum.
Terdapat beberapa pendapat mengenai besar dosis ATS yang sesuai. Dapat
digunakan ATS 5.000 unit intra muskular, tetapi pusat rujukan lain
mempergunakan dosis 40.000 unit diberikan separuh intravena dan
separuhnya intramuskular atau bila fasilitas tersedia dapat diberikan
HTIG (Human Tetanus Immune Globulin) 500-3000 IU. Pada pemberian
ATS harus berhati-hati akan reaksi anafilaksis. Pada tetanus anak
pemberian anti serum dapat disertai dengan imunisasi aktif DT setelah
pulang dari rumah sakit.
Pencegahan
 Perawatan luka.
 ATS profilaksis. Profilaksis dengan
pemberian ATS hanya efektif pada luka baru
(kurang dari 6 jam) dan harus segera
dilanjutkan dengan imunisasi aktif.
 Imunisasi aktif.
Imunisasi aktif yang diberikan yaitu DPT,DT,
atau toksoid tetanus.
 Kebersihan pada waktu persalinan.
Di indonesia dikenal program eliminasi tetanus
neonatorum 3 bersih yaitu minimal bersih
tangan, alas tempat bersalin dan alat
pemotong tali pusat.
KOMPLIKASI
 Pada saluran pernafasan.
 Pada kardiovaskuler  takikardia, hipertensi, vasokontriksi perifer dan
rangsangan miokardium.
 Pada tulang dan otot
Pada otot  perdarahan dalam otot.
Pada tulang  fraktur columna vertebralis akibat kejang yang terus-menerus
terutama pada anak dan orang dewasa.
 Komplikasi yang lain:
a. Laserasi lidah akibat kejang;
b. Dekubitus karena penderita berbaring dalam satu posisi saja
c. Panas yang tinggi karena infeksi sekunder atau toksin yang menyebar luas
dan mengganggu pusat pengatur suhu.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d
spasme jalan napas
2. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari
kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan
makanan.
3. Kekurangan volume cairan b.d kegagalan
mekanisme regulasi.
4. Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum
5. Hipertermia b.d infeksi.
NIC NOC
DAFTAR PUSTAKA
 Braunwald. 1991. Kelainan karena Agen Biologik dan Lingkungan. Jakarta:EGC.
 Bulechek, Gloria M, dkk.2008.Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth
Edition. St. Louis, Missouri:Mosby Elsevier.
 Hassan, Rusepno, dkk. 2007. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta:Infomedika Jakarta.
 Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta:EGC.
 Moorhead, Sue, dkk. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition.
St. Louis, Missouri:Mosby Elsevier.
 Noer, H.M Sjaifoellah, dkk. 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
 Rampengan, T.H, L.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.
Jakarta:EGC.
 Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo, dkk. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
 Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Pusat
Penerbitan IPD FKUI.
TERIMA KASIH   

Contenu connexe

Tendances

Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengah
Yohanita Tengku
 

Tendances (20)

Epistaksis
EpistaksisEpistaksis
Epistaksis
 
Luka
LukaLuka
Luka
 
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
Refrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSISRefrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSIS
 
Peri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltratPeri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltrat
 
Tumor parotis ppt
Tumor parotis pptTumor parotis ppt
Tumor parotis ppt
 
128974523 fimosis-parafimosis
128974523 fimosis-parafimosis128974523 fimosis-parafimosis
128974523 fimosis-parafimosis
 
Penatalaksanaan Gangguan Jalan Napar
Penatalaksanaan Gangguan Jalan NaparPenatalaksanaan Gangguan Jalan Napar
Penatalaksanaan Gangguan Jalan Napar
 
147325776 case-report-omsk
147325776 case-report-omsk147325776 case-report-omsk
147325776 case-report-omsk
 
Teknik komunikasi
Teknik komunikasiTeknik komunikasi
Teknik komunikasi
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengah
 
Torsio Testis.pdf
Torsio Testis.pdfTorsio Testis.pdf
Torsio Testis.pdf
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)
 
Atresia ileum dr rivai
Atresia ileum   dr rivaiAtresia ileum   dr rivai
Atresia ileum dr rivai
 
Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
 
Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
 
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo Bullosa
 

En vedette (16)

Thypoid
ThypoidThypoid
Thypoid
 
Gastroenteritis
GastroenteritisGastroenteritis
Gastroenteritis
 
Atresia ani
Atresia aniAtresia ani
Atresia ani
 
Difteri pada anak
Difteri pada anakDifteri pada anak
Difteri pada anak
 
Ppt hiperbilirubin
Ppt hiperbilirubinPpt hiperbilirubin
Ppt hiperbilirubin
 
Leaflet thypoid
Leaflet thypoidLeaflet thypoid
Leaflet thypoid
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
Etika batuk
Etika batukEtika batuk
Etika batuk
 
Penyakit Rabies
Penyakit RabiesPenyakit Rabies
Penyakit Rabies
 
Dhf
DhfDhf
Dhf
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAI
Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAIBuku Pedoman Pelayanan Medis IDAI
Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAI
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 
Contoh Powerpoint ppt PRESENTASI SIDANG UJIAN SKRIPSI
Contoh Powerpoint ppt PRESENTASI SIDANG UJIAN SKRIPSIContoh Powerpoint ppt PRESENTASI SIDANG UJIAN SKRIPSI
Contoh Powerpoint ppt PRESENTASI SIDANG UJIAN SKRIPSI
 
Ppt sidang skripsi
Ppt sidang skripsiPpt sidang skripsi
Ppt sidang skripsi
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 

Similaire à Tetanus

Tetanus anak
Tetanus anakTetanus anak
Tetanus anak
Kindal
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 

Similaire à Tetanus (20)

Tetanus anak
Tetanus anakTetanus anak
Tetanus anak
 
kuliah-TETANUS.ppt
kuliah-TETANUS.pptkuliah-TETANUS.ppt
kuliah-TETANUS.ppt
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanusAskep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
 
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Clostridium tetani
Clostridium tetaniClostridium tetani
Clostridium tetani
 
d.-TETANUS.ppt
d.-TETANUS.pptd.-TETANUS.ppt
d.-TETANUS.ppt
 
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 
Tetanus=
Tetanus=Tetanus=
Tetanus=
 
Tetanus ommm
Tetanus ommmTetanus ommm
Tetanus ommm
 
Askep tetanus
Askep tetanusAskep tetanus
Askep tetanus
 
bebefapa bakteri penyebab penyakit
bebefapa bakteri penyebab penyakitbebefapa bakteri penyebab penyakit
bebefapa bakteri penyebab penyakit
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
 
Tetanus abil
Tetanus abilTetanus abil
Tetanus abil
 
Tetanus kelompok 4
Tetanus kelompok 4Tetanus kelompok 4
Tetanus kelompok 4
 
Abses peritonsilar
Abses peritonsilarAbses peritonsilar
Abses peritonsilar
 
Askep indera pendengaran
Askep indera pendengaranAskep indera pendengaran
Askep indera pendengaran
 

Plus de Mayah M4y

Plus de Mayah M4y (6)

Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
 
KPD
KPDKPD
KPD
 
Partus kasep
Partus kasepPartus kasep
Partus kasep
 
Plasenta previa
Plasenta previaPlasenta previa
Plasenta previa
 
Hidramnion
HidramnionHidramnion
Hidramnion
 

Dernier

KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 

Dernier (20)

KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 

Tetanus

  • 3.
  • 4.
  • 6. Secara klinis tetanus ada 3 macam: Tetanus umum Tetanus lokal Tetanus cephalic.
  • 7. Klasifikasi-Tetanus umum 1. paling sering dijumpai. 2. Bergantung luas dan dalamnya luka seperti luka bakar yang luas, luka tusuk yang dalam, furunkulosis, ekstraksi gigi, ulkus dekubitus dan suntikan hipodermis. 3. Kekakuan otot rahang menyebabkan mulut sukar dibuka. 4. pada muka juga terjadi kekakuan otot muka sehingga muka menyerupai muka meringis kesakitan yang disebut “Rhisus Sardonicus” (alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi), akibat kekakuan otot-otot leher bagian belakang menyebabkan nyeri waktu melakukan fleksi leher dan tubuh sehingga memberikan gejala kaku kuduk sampai opisthotonus.
  • 8. Cont... 5. Kejang menyebabkan lengan fleksi dan adduksi serta tangan mengepal kuat dan kaki dalam posisi ekstensi. 6. Pada kasus yang berat mudah terjadi overaktivitas simpatis berupa takikardi, hipertensi yang labil, berkeringat banyak, panas yang tinggi dan aritmia jantung
  • 9. Cole dan youngman (1969) membagi tetanus umum atas: A. Grade I:ringan Masa inkubasi lebih dari 14 hari. Period of onset >6 hari Trismus positif tetapi tidak berat Sukar makan dan minum tetapi disfagia tidak ada. Lokalisasi kekakukan dekat dengan luka berupa spasme di sekitar luka dan kekakuan umum terjadi beberapa jam atau hari.
  • 10. Cont... B. Grade II: sedang Masa inkubasi 10-14 hari Period of onset 3 hari atau kurang Trismus ada dan disfagia ada Kekakuan umum terjadi dalam beberapa hari tetapi dispnoe dan sianosis tidak ada. c. Grade III: berat Masa inkubasi <10 hari Period of onset 3 hari atau kurang Trismus berat Disfagia berat Kekakuan umum dan gangguan pernafasan asfiksia, ketakutan, keringat banyak dan takikardia.
  • 11. Klasifikasi-Tetanus Lokal - Bentuk tetanus ini berupa nyeri, kekakuan otot-otot pada bagian proksimal dari tempat luka. Tetanus lokal adalah bentuk ringan dengan angka kematian 1% kadang-kadang bentuk ini dapat berkembang menjadi tetanus umum.
  • 12. Klasifikasi-Tetanus Cephalic  Merupakan salah satu varian tetanus lokal. Terjadinya bentuk ini bila luka mengenai daerah mata, kulit kepala, muka, telinga, leher, otitis media kronis dan jarang akibat tonsilectomi. Gejala berupa disfungsi saraf kranial antara lain: n. III, IV, VII, IX, X, XI, dapat berupa gangguan sendiri-sendiri maupun kombinasi dan menetap dalam beberapa hari bahkan berbulan-bulan.  Tetanus cephalic dapat berkembang menjadi tetanus umum. Pada umumnya prognosa bentuk tetanus cephalic jelek.
  • 14.  Clostridium tetani adalah suatu batang gram positif obligat anaerob yang bergerak dan mudah membentuk endospora ujung tunggal, berbentuk sferis yang menggembung pada ujung organisme dan menghasilkan bentuk seperti “pentungan”.  Clostridium tetani berukuran 2-5 x 0,4-0,5 millimikron.  Kuman ini menghasilkan eksotoksin yang kuat dan mampu membentuk spora (terminal spore) yang mampu bertahan dalam suhu tinggi, kekeringan dan desinfektans.  Spora ini dapat bertahan selama bertahun-tahun pada lingkungan tertentu, tahan terhadap sinar matahari dan bersifat resisten terhadap berbagai desinfektan dan pendidihan selama 20 menit, dalam lingkungan anaerob dapat berubah menjadi bentuk vegetatif yang akan menghasilkan eksotoksin.  Sel yang terinfeksi oleh bakteri ini dengan mudah dapat diinaktivasi dan bersifat sensitif terhadap beberapa antibiotik (metronidazol, penisilin dan lainnya).
  • 16. Dalam waktu 48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan: 1. Trismus (kesukaran membuka mulut) karena spasme otot-otot mastikatoris. 2. Kuduk kaku sampai opistotonus (karena ketegangan otot-otot erektor trunki) 3. Ketegangan otot dinding perut (harus dibedakan dari abdomen akut). 4. Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin yang terdapat di kornuanterior. 5. Risus sardonikus karena spasme otot muka (alis tertarik ke atas), sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi). 6. Kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri kepala, nyeri anggota badan sering merupakan gejala dini.
  • 17. 7. Spasme yang khas, yaitu badan kaku dengan opistotonus, ekstermitas inferior dalam keadaan ekstensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat. Anak tetap sadar. Spasme mula-mula intermiten diselingi periode relaksasi. Kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertai rasa nyeri. Kadang-kadang terjadi perdarahan intramuskulus karena kontraksi yang kuat. 8. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernafasan dan laring. Retensi urin dapat terjadi karena spasme otot uretral. Fraktura kolumna vertebralis dapat pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat. 9. Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir. 10. Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan cairan otak.
  • 20. Pemeriksaan fisik  Trismus  Risus sardonicus  Opistotonus  Otot dinding perut kaku sehingga dinding perut seperti papan.  kejang umum  Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernafasan sebagai akibat kejang yang terus menerus.
  • 21. Pemeriksaan Laboratorium  Hasil pemeriksaan laboratorik tidak khas, likuor serebrospinal normal, jumlah leukosit normal atau sedikit meningkat. Biakan kuman memerlukan prosedur khusus untuk kuman anaerobik.  Granulositosis terlihat pada sekitar sepertiga penderita, tetapi jarang ditemukan anemia. Kimia darah pada awalnya hampir selalu normal, tetapi berbagai gangguan cairan dan elektrolit dapat timbul dalam perjalanan penyakit. Biasanya elektrokardiogram hanya menunjukkan takikardi sinus, tetapi kadang-kadang terlihat inversi gelombang-T. Roentgenogram tidak membantu kecuali dalam mengevaluasi komplikasi.
  • 23. Perawatan umum  Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi  Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat perlu trakeostomi.  Memberikan tambahan O2 dengan sungkup (masker)  Mengurangi spasme dan mengatasi kejang. - Kejang harus segera dihentikan dengan pemberian diazepam 5 mg intravena untuk meonatus dan diazepam 10 mg intravena atau perrektal untuk anak (dosis diazepam untuk anak 0,3 mg/kgBB/kali - Pada tetanus sedang, dosis anti konvulsan dimulai dengan 1/2- 2/3 dari dosis maksimal dan 2/5 dosis maksimal untuk tetanus ringan.
  • 24. Cont... - Pada tetanus berat, tatalaksana dibagi  Tetanus neonatorum, pertama diazepam diberikan 5 mg intravena perlahan-lahan, kemudian dilanjutkan dengan dosis 90-120 mg/24 jam bila mungkin mempergunakan pompa semprit (syringe pump), tetapi jika pompa semprit tidak ada diazepam diberikan tiap 2 jam (12 kali perhari).  Tetanus anak, setelah pemberian diazepam 10 mg intravena perlahan-lahan, dilanjutkan dengan dosis 180-200 mg/24jam dengan pompa semprit atau 2 jam atau 12 kali perhari.  Perawatan luka sangat penting, dilakukan eksisi jaringan yang cukup luas guna membersihkan jaringan anaerob, terutama bila ada benda asing.  Jika karies dentis atau OMSK dicurigai sebagai port d’entree, maka diperlukan konsultasi dengan dokter gigi/THT.
  • 25. Pengobatan Khusus  Antibiotik. Untuk membunuh kuman C.tetani (vegetatif) diberikan penisilin prokain 50.000-100.000/kgBB/hari selama 7-10 hari, jika terdapat hipersensitif terhadap penisilin dapt diberikan tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari (untuk anak berumur lebih dari 8 tahun).  Anti serum. Terdapat beberapa pendapat mengenai besar dosis ATS yang sesuai. Dapat digunakan ATS 5.000 unit intra muskular, tetapi pusat rujukan lain mempergunakan dosis 40.000 unit diberikan separuh intravena dan separuhnya intramuskular atau bila fasilitas tersedia dapat diberikan HTIG (Human Tetanus Immune Globulin) 500-3000 IU. Pada pemberian ATS harus berhati-hati akan reaksi anafilaksis. Pada tetanus anak pemberian anti serum dapat disertai dengan imunisasi aktif DT setelah pulang dari rumah sakit.
  • 26. Pencegahan  Perawatan luka.  ATS profilaksis. Profilaksis dengan pemberian ATS hanya efektif pada luka baru (kurang dari 6 jam) dan harus segera dilanjutkan dengan imunisasi aktif.  Imunisasi aktif. Imunisasi aktif yang diberikan yaitu DPT,DT, atau toksoid tetanus.  Kebersihan pada waktu persalinan. Di indonesia dikenal program eliminasi tetanus neonatorum 3 bersih yaitu minimal bersih tangan, alas tempat bersalin dan alat pemotong tali pusat.
  • 27. KOMPLIKASI  Pada saluran pernafasan.  Pada kardiovaskuler  takikardia, hipertensi, vasokontriksi perifer dan rangsangan miokardium.  Pada tulang dan otot Pada otot  perdarahan dalam otot. Pada tulang  fraktur columna vertebralis akibat kejang yang terus-menerus terutama pada anak dan orang dewasa.  Komplikasi yang lain: a. Laserasi lidah akibat kejang; b. Dekubitus karena penderita berbaring dalam satu posisi saja c. Panas yang tinggi karena infeksi sekunder atau toksin yang menyebar luas dan mengganggu pusat pengatur suhu.
  • 28. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d spasme jalan napas 2. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan makanan. 3. Kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme regulasi. 4. Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum 5. Hipertermia b.d infeksi.
  • 30. DAFTAR PUSTAKA  Braunwald. 1991. Kelainan karena Agen Biologik dan Lingkungan. Jakarta:EGC.  Bulechek, Gloria M, dkk.2008.Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition. St. Louis, Missouri:Mosby Elsevier.  Hassan, Rusepno, dkk. 2007. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:Infomedika Jakarta.  Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012- 2014. Jakarta:EGC.  Moorhead, Sue, dkk. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. St. Louis, Missouri:Mosby Elsevier.  Noer, H.M Sjaifoellah, dkk. 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.  Rampengan, T.H, L.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta:EGC.  Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo, dkk. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.  Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Pusat Penerbitan IPD FKUI.
  • 31. TERIMA KASIH   