Dokumen tersebut membahas gangguan pembekuan darah pada masa hamil yang meliputi DIC, ATP, dan penyakit Von Willebrand. DIC adalah pembekuan darah difus yang mengkonsumsi faktor pembekuan dan menyebabkan perdarahan luas. ATP merupakan gangguan autoimun dimana antibodi menurunkan umur trombosit. Penyakit Von Willebrand adalah hemofilia yang disebabkan defisiensi faktor VIII.
2. Pembekuan Normal
• Proses pembekuan darah atau koagulasi adalah proses di mana darah membentuk
gumpalan (bekuan darah) guna menutup dan memulihkan luka serta menghentikan
perdarahan.
• Koagulasi dan antikoagulasi merupakan mekanisme keseimbangan (homeostatis) tubuh
dalam sistem hemostatis dan sistem fibrinolysis, yang bekerja secara timbal balik.
• System hemostatis merupakan mekanisme tubuh untuk menghentikan aliran darah dari pembuluh
darah yang cedera, dengan pembentukan fibrin yang berperan sebagai plak thrombosis hemostatis,
dengan melibatkan faktor koagulasi lainnya.
• System fibrinolys bekerja dengan degradasi fibrin (FDP) dan perbaikan sirkulasi.
• Jika proses pembekuan darah mengalami kelainan, maka dapat terjadi perdarahan
berlebihan atau sebaliknya terjadi pembekuan darah terlalu banyak sehingga
mengganggu sirkulasi darah.
• Riwayat perdarahan abnormal, kecendrungan perdarahan yang tidak lazim, dan
penyimpangna temuan laboratorium mengindikasikan adanya perdarahan atau masalah
pembekuan.
3. Sistim Pembekuan Darah Normal
• Proses pembekuan darah merupakan suatu proses yang kompleks, dan terjadi
sebagai berikut:
1. Trombosit membentuk sumbatan:
• Ketika pembuluh darah rusak atau luka, maka trombosit akan menempel pada daerah yang luka untuk
membentuk sumbatan guna menutup bagian yang rusak, agar menghentikan darah yang keluar.
2. Pembentukan Bekuan Darah:
• Pada saat terjadinya luka, faktor-faktor pembekuan memberikan sinyal satu sama lain untuk memberikan
reaksi berantai yang cepat yang dikenal dengan kaskade koagulasi.
• Faktor koagulasi yang disebut trombin mengubah fibrinogen menjadi helai-helai fibrin.
• Fibrin bekerja dengan cara menempel pada trombosit untuk membuat jaring yang memerangkap lebih
banyak tromosit dan sel. Hal ini mengakibatkan Gumpalan (bekuan) menjadi lebih kuat dan lebih tahan
lama.
3. Penghentian proses pembekuan darah
• Setelah bekuan darah terbentuk dan perdarahan terkendali, protein-protein lain akan menghentikan
faktor pembekuan, agar gumpalan tidak berlanjut lebih jauh dari yang diperlukan
4. Tubuh perlahan-lahan membuang sumbatan
• Ketika jaringan kulit yang rusak sembuh, otomatis sumbatan tidak diperlukan lagi. Helai fibrin akan
hancur, dan darah mengembalikan trombosit dan sel-sel dari bekuan darah.
5. Pengertian DIC
• Disseminated Intravascular coagulation (DIC) adalah bentuk patologis
pembekuan darah yang difus (menyebar, tidak terbatas) dan mengkonsumsi
(menekan) sejumlah besar faktor pembekuan dan menyebabkan perdarahan
interna/eksterna yang luas.
• Pemeriksaan fisik pada perempuan usia reproduksi menunjukan perdarahan yang
tidak lazim, seperti:
• Perdarahan hidung dan gusi, petekie yang muncul pada lengan disekeliling manset
pengukur tekanan darah.
• Perdarahan berlebihan dapat terjadi pada tempat trauma (mis. Pada tempat pungsi vena,
tempat injeksi, torehan pada tempat pencukuran perineum, dsbnya).
• Gejala lain pada ibu meliputi takikardi dan diaforesis.
• Pemeriksaan laboratorium menunjukan penurunan trombosit, fibrinogen dan
protrombin.
6. • Pemecahan fibrin meningkatkan akumulasi produk degradasi fibrin (pemisahan
fibrin) di dalam darah. Produk degradasi fibrin mengandung materi-materi
antikoagulan sehingga masa protrombin menjadi lama.
• Waktu perdarahan normal, waktu koagulasi memperlihatkan tidak ada bekuan,
waktu retraksi bekuan menunjukan tidak ada bekuan, dan protrombine time (PTT)
meningkat.
7. Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan Primer untuk semua kasus DIC:
• Perbaikan penyebab dasar: misalnya pengangkatan janin yang mati, terapi infeksi yang ada
atau terapi preeklamsia-eklampsi, atau pengangkatan abrupsio plasenta.
• Tranfusi Sel Darah Merah untuk memperbaiki anemia.
• Pemberian plasma beku segar yang bercampur dengan konsentrat trombin untuk mengatasi
defisiensi SDM (Sel Darah Merah) akibat DIC terutama trombosit, factor V dan Viii, fibrinogen
dan prothrombin.
• Pantau haluaran urin, karena DIC dapat mengakibatkan gagal ginjal.
• Pemberian Oksigen melalui masker pernafasan dengan kecepatan hinggal 10-12 l/mnt.
• Berikan emosional support pada pasien dan/atau keluarga
• Ansietas, rasa duka dan perubahan konsep diri muncul akibat kehilangan dan kehilangan janin.
• Prognosis ibu dan janin bergantung kepada derajat dan luas ganguan penyebab
dan respon ibu terhadap terapi yang tepat dan cepat.
• Resiko maternal meningkat jika janin meninggal di dalam uterus.
9. Puerpera Trombositopenia Autoimun (ATP)
• Puerpera Trombositopenia Autoimun (ATP) merupakan gangguan autoimun di mana
antibodi antitrombosit menurunkan rentang hidup trombosit
• Normalnya umur trombosit 10 hari, dan pada kasus ATP umur Trombosit memendek menjadi 2-3
hari atau bahkan hanya beberapa menit.
• Gejala klinis ATP: Trombositopenia yang menyebabkan pasien mudah memar,
kerentanan kapiler, dan peningkatan waktu perdarahan.
• Bahaya ATP:
1. Menyebabkan perdarahan setelah operasi sesaria atau akibat laserasi jalan lahir.
2. Perdarahan pascapartum di uterus atau hematoma di vagina.
3. Terjadinya trombositopenia pada neonatus akibat penyakit maternal (50% kasus meniggal).
• Penatalaksanaan:
1. Tranfusi trombosit (untuk mempertahankan hitung trombosit 100.000/mm3.
2. Pemberian kortikosteroid.
3. Splenektomi jika dibutuhkan, dilakukan setelah masa nifas.
10. Penyakit Von Willebrand
• Penyakit von Willebrand merupakan suatu tipe hemofilia, yang merupakan
gangguan perdarahan turunan yang paling umum terjadi, akibat difisiensi faktor
VIII dan disfungsi trombosit.
• Pada kehamilan normal, faktor VIII meningkat, sehingga dapat menghindari bahaya
perdarahan selama melahirkan.
• Penyakit Von Willebrand merupakan penyakit congenital
• Intervensi Perawatan:
• Observasi pasien hingga satu minggu postpartum.
• Memberikan (kolaborasi) pengantian faktor VIII melalui plasma beku segar.