Bab 1 membahas pengertian etika dan jenis-jenis etika serta teori-teori etika yang meliputi etika teleologi dan deontologi. Bab 2 membahas mitos bahwa bisnis bersifat amoral, keutamaan penerapan etika bisnis, sasaran dan lingkup etika bisnis, serta prinsip-prinsip utama etika bisnis seperti otonomi, kejujuran, keadilan, dan saling menguntungkan.
1. BAB 1
Pendahuluan Teoritika Etika Bisnis
A. PENGERTIAN ETIKA
Etika berasal dari kata Yunani „Ethos‟ (jamak – ta etha), berarti adat istiadat.
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang
maupun pada suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg
baik, aturan hidup yang baik dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari
satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain.
Moralitas berasal dari kata Latin Mos (jamak – Mores) berarti adat istiadat
atau kebiasaan.
Pengertian harfiah dari etika dan moralitas, sama-sama berarti sistem nilai tentang
bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia yang telah
diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang kemudian terwujud dalam
pola perilaku yang ajek dan terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana
laiknya sebuah kebiasaan.
Etika sebagai filsafat moral tidak langsung memberi perintah konkret sebagai
pegangan siap pakai.
Istilah etika memiliki beragam makna berbeda. Ada yang menyebutkan
bahwa etika adalah semacam penelaahan, baik aktivitas penelaahan maupun hasil
penelaahan itu sendiri. Pendapat lain menyebutkan bahwa etika adalah kajian
moralitas. Sedangkan moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau
kelompok mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan jahat.
Meskipun etika berkaitan dengan moralitas, namun tidak sama persis
dengan moralitas. Etika merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya
adalah menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang
baik, dan dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang
benar dan salah, dan moral yang baik dan jahat
Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi
pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi,
teknologi, transaksi, aktivitas dan usaha yang kita sebut bisnis. Etika bisnis
merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam
system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan
mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada
didalam organisasi.
Dalam masyarakat tanpa etika, seperti ditulis filsuf Hobbes,
ketidakpercayaan dan kepentingan diri yang tidak terbatas akan menciptakan
“perang antar manusia terhadap manusia lain”, dan dalam situasi seperti itu hidup
akan menjadi “kotor, brutal, dan dangkal”. Karenanya dalam masyarakat seperti itu,
tidak mungkin dapat melakukan aktivitas bisnis, dan bisnis akan hancur. Karena
bisnis tidak dapat bertahan hidup tanpa etika, maka kepentingan bisnis yang paling
utama adalah mempromosikan prilaku etika kepada anggotanya dan juga
masyarakat luas.
2. Etika hendaknya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukan bahwa etika
konsisten dengan tujuan bisnis, khususnya dalam mencari keuntungan. Contoh
merck dikenal karena budaya etisnya yang sudah lama berlangsung, namun ia tetap
merupakan perusahaan yang secara spektakuler mendapatkan paling banyak
keuntungan sepanjang masa.
Sebagian besar orang akan menilai perilaku etis dengan menghukum siapa
saja yang mereka persepsi berprilaku tidak etis, dan menghargai siapa saja yang
mereka persepsi berprilaku etis. Pelanggan akan melawan perusahaan jika mereka
mempersepsi ketidakadilan yang dilakukan perusahaan dalam bisnis lainnya, dan
mengurangi minat mereka untuk membeli produknya. Karyawan yang merasakan
ketidakadilan, akan menunjukkan absentisme lebih tinggi, produktivitas lebih rendah,
dan tuntutan upah yang tinggi. Sebaliknya, ketika karyawan percaya bahwa
organisasi adil, akan senang mengikuti manajer. Melakukan apapun yang dikatakan
manajer, dan memandang keputusan manajer sah. Ringkasnya, etika merupakan
komponen kunci manajemen yang efektif. Dengan demikian, ada sejumlah argument
yang kuat, yang mendukung pandangan bahwa etika hendaknya diterapkan dalam
bisnis.
B. MACAM ETIKA
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan
buruknya perilaku manusia, yaitu:
ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikerjar oleh manusia dalam hidup
ini sebagai suatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar
untuk mengambil keputusan tentang perilaku/sikap yang akan diambil.
ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai
dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Secara umum Etika dapat dibagi menjadi:
ETIKA UMUM berbicara mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi
manusia untuk bertindak secara etis,bagaimana manusia mengambil keputusan etis,
teori-teori etika, lembaga-lembaga normatif dan semacamnya.
ETIKA KHUSUS adalah penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar
dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud: Bagaimana
saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan
khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak
etis: cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan/tindakan, dan teori serta
prinsip moral dasar yang ada akibatnya. Etika Khusus dibagi lagi menjadi 3:
1. Etika Individual lebih menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
2. Etika Sosial berbicara mengenai kewajiban dan hak, sikap dan pola perilaku
manusia sebagai makhluk sosial dalam interaksinya dengan sesamanya.
3. 3. Etika Lingkungan Hidup, menjelaskan hubungan antara manusia dengan
lingkungan sekitarnya dan juga hubungan antara manusia yang satu dengan
manusia yang lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak
pada lingkungan hidup secara keseluruhan.
C. TEORI ETIKA
a. Etika teleologi
Etika teleologi yaitu etika yang mengukur baik buruknya suatu tindakan
berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan
akibatnya yang ditimbulkan atas tindakan yang dilakukan. Suatu tindakan dinilai
baik, jika bertujuan mencapai sesuatu yang baik,atau akibat yang ditimbulkannya
baik dan bermanfaat. Misalnya : mencuri sebagai etika teleology tidak dinilai baik
atau buruk. berdasarkan tindakan itu sendiri, melainkan oleh tujuan dan akibat dari
tindakan itu. Jika tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik. Contoh seorang
anak mencuri untuk membiayai berobat ibunya yang sedang sakit, tindakan ini baik
untuk moral kemanusian tetapi dari aspek hukum jelas tindakan ini melanggar
hukum. Sehingga etika teologi lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya
suatu tindakan bisa sangat bergantung pada situasi khusus tertentu. Karena itu
setiap norma dan kewajiban moral tidak bisa berlaku begitu saja dalam situasi
sebagaimana dimaksudkan.
Filosofinya:
·
Egoism
Perilaku yang dapat diterima tergantung pada konsekuensinya. Inti pandangan
egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk
mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Satu-satunya tujuan tindakan moral
setiap orang adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya.Egoisme
ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadihedonistis, yaitu ketika
kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai
kenikmatan fisik yg bersifat vulgar. Memaksimalkan kepentingan kita terkait erat
dengan akibat yang kita terima.
·
Utilitarianism
Semakin tinggi kegunaannya maka semakin tinggi nilainya. Berasal dari bahasa
latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik
jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua
orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Dalam rangka pemikiran
utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah “the
greatest happiness of the greatest number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang
yang terbesar.
b. Teori Deontologi
Teori Deontologi yaitu : berasal dari bahasa Yunani , “Deon“ berarti tugas dan
“logos” berarti pengetahhuan. Sehingga Etika Deontologi menekankan kewajiban
manusia untuk bertindak secara baik. Suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan
4. dibenarkan berdasarkan akibatnya atau tujuan baik dari tindakanyang dilakukan,
melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada diri sendiri. Dengan
kata lainnya, bahwa tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan
terlepas dari tujuan atau akibat dari tindkan itu. Contoh : jika seseorang diberi tugas
dan melaksanakanny sesuai dengan tugas maka itu dianggap benar, sedang
dikatakan salah jika tidak melaksanakan tugas.
Bab 2
BISNIS DAN ETIKA
1.
Mitos Bisnis Amoral
Bisnis jangan dicampuradukkan dengan etika. Inilah ungkapan-ungkapan
menurut De George yang disebut sebagai Mitos Bisnis Amoral. Mitos ini
mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan moralitas atau etika tidak
ada hubungannya sama sekali. Keduanya adalah dua bidang yang terpisah satu
sama lain. Bisnis hanya bisa dinilai dengan kategori dan norma-norma bisnis, bukan
dengan kategori dan norma etika.
Menurut mitos ini, tujuan dari bisnis adalah mendatangkan keuntungan sebesarbesarnya, tanpa mengindahkan etika dan moral. Aturan yang dipakai dalam bisnis
berbeda dengan aturan dalam kehidupan sosial.
2.
Keutamaannya
etika
bisnis.
Etika
sebagai
filsafat
moral
tidak
langsung memberi perintah konkret sebagai pegangan siap pakai. Etika sebagai
sebuah ilmu yang terutama menitikberatkan refleksi kritis dan rasional.
Manfaat etika bisnis antara lain :
1. Jika jujur dalam berbisnis, maka bisnisnya akan maju
2. Timbulnya kepercayaan
3. Kemajuan terjaga, jika perilaku etis terjaga
4. Perolehan laba akan meningkat
5. Bisnis akan terjaga eksistensi dan kesinambungannya
3.
Sasaran dan lingkup etika bisnis
Etika bisnis mencakup hubungan antara perusahaan dengan orang yang
menginvestasi uangnya dalam perusahaan, dengan konsumen, pegawai, kreditur
dan pesaing.
Orang yang menanam uang atau investor menginginkan manajemen dapat
mengelola perusahaan secara berhasil, sehingga dapat menghasilkan
keuntungan bagi mereka.
Konsumen menginginkan agar perusahaan menghasilkan produk bermutu
yang dapat dipercaya dan dengan harga yang layak.
5. Para karyawan menginginkan agar perusahaan mampu membayar balas jasa
yang layak bagi kehidupan mereka, memberi kesempatan naik pangkat atau
promosi jabatan.
Pihak kreditur mengharapkan agar semua hutang perusahaan dapat dibayar
tepat pada waktunya dan membuat laporan keuangan yang dapat dipercaya
dan dibuat secara teratur.
Pihak pesaing mengharapkan agar dalam persaingan dilakukan secara baik,
tidak merugikan dan menghancurkan pihak lain.
4.
Prinsip-prinsip etika bisnis
Orang-orang
bisnis
diharapkan
bertindak
secara
etis
dalam
berbagai aktivitasnya di masyarakat. Harus ada etik dalam menggunakan sumber
daya yang terbatas di masyarakat, apa akibat dari pemakaian sumber daya tersebut
dan apa akibat dari proses produksi yang dilakukan.
Etika bisnis menyangkut usaha membangun kepercayaan antara masyarakat
dengan perusahaan,dan ini merupakan elemen sangat penting buat suksesnya
suatu bisnis dalam jangka panjang.
Jadi prinsipnya seorang wirausaha lebih baik merugi daripada melakukan
perbuatan tidak terpuji.
Menjaga etika adalah suatu hal yang sangat penting untuk melindungi reputasi
perusahaan. Masalah etika ini selalu dihadapi oleh para manajer dalam keseharian
kegiatan bisnis, namun harus dijaga terus menerus, sebab reputasi
sebuah perusahaan yang etis tidak dibentuk dalam waktu pendek tapi akan
terbentuk dalam jangka panjang. Dan ini merupakanaset tak ternilai sebagai good
will bagi sebuah perusahaan.
5.
Prinsip utama etika bisnis
1. Otonomi
Sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya sendiri.
2. Kejujuran
Kejujuran dalam memenuhi syarat-syarat perjanjian, kejujuran dalam penawaran
barang dan jasa dengan mutu dan harga yang sebanding, kejujuran dalam
hubungan kerja intern.
3. Keadilan
Memperlakukan setiap orang sesuai dengan haknya masing-masing, baik dalam
relasi eksternal maupun internal perusahaan.
4. Saling menguntungkan
Bisnis dijalankan sedemikian rupa agar semua pihak menikmati keuntungan.
5. Integritas moral
Tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis.
6. Etos kerja
6. Etos Kerja sebenarnya istilah populer untuk “selera bekerja” yang terdiri dari :
- Semangat (spirit)
- Self esteem (harga diri)
- Trust (keyakinan)
Beberapa prinsip etos kerja :
•
Kerja adalah Rahmat
•
Kerja adalah Amanah
•
Kerja adalah Panggilan
•
Kerja adalah Aktualisasi
•
Kerja adalah Ibadah
•
Kerja adalah Seni
•
Kerja adalah Kehormatan
•
Kerja adalah Pelayanan
7.
Realisasi Moral Bisnis
Etika merupakan ilmu tentang norma-norma, nilai-nilai dan ajaran moral,
sedangkan moral adalah rumusan sistematik terhadap anggapan-anggapan tentang
apa yang bernilai serta kewajiban-kewajiban manusia.
Untuk menjadi masyarakat abad ke-21, ada dua agenda yang harus kita
lakukan. Pertama, mencari strategi penyebaran tindakan etis agar etika bisnis
menjadi konsensus nasional. Kedua, merekayasa budaya etika bisnis Indonesia,
yang mencakup kepentingan pengusaha, konsumen, pengguna jasa, pekerja, dan
lingkungan demi masa depan yang cerah.
Bisnis tidak bisa dinilai berdasarkan tolok ukur etika moralitas, karena
pertimbangan-pertimbangan moral dan etika tidak tepat untuk bisnis. Dengan
demikian, etika bisnis perlu berperan sebagai mitos baru bukan sekedar ramburambu moralitas.
8.
Pendekatan-pendekatan Stockholder
Perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas dan terutama yang akan atau
telah "go public" haruslah menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari
bisnisnya kepada para investor atau calon investornya. Informasi yang tidak jujur
akan menjerumuskan untuk mengambil keputusan yang keliru.
Dalam hal ini perlu mendapat perhatian yang serius karena dewasa ini di Indonesia
sedang mengalami lonjakan kegiatan pasar modal. Banyak permintaan dari para
pengusaha yang ingin menjadi emiten yang akan menjual sahamnya (mengemisi
sahamnya) kepada masyarakat. Di pihak lain masyarakat juga sangat berkeinginan
untuk menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian saham ataupun surat-surat
berharga yang lain yang diemisi oleh perusahaan di pasar modal. Oleh karena itu
masyarakat calon pemodal yang ingin membeli saham haruslah diberikan informasi
secara lengkap dan benar mengenai prospek perusahaan yang go public tersebut.
Janganlah sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap informsi atas
hal ini
7. Bab 3
ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS
1.
Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme
Aliran utilitarianisme ini berakar pada ajaran tentang kegunaan atau utility,
yangmenyatakan, bahwa : baik atau buruk sebuah tindakan diukur dari apakah
tindakan itu menghasilkan tingkat kesenangan atau kebahagian yang terbanyak,
dengan pengorbanan yang paling sedikit.
Istilah utilitarianisme sebagai suatu nama aliran yang berasal dari kata latin
utilis yang berarti berguna. Aliran utilitarianisme ini terbagi antara lain aliran act
utilitarianism serta rule utilirianism yang sering diterjemahkan sebagai „Utilitarianisme
tindakan” dan „Utilitarianisme peraturan‟
Prinsip- prinsip aliran utilitarianisme, menurut Jeremy Bentham (1748-1832)
didasarkan kepada dua prinsip, yaitu :
-
asosiasi (association principle) serta
kebahagiaan terbesar (greatest happiness principle).
Bagi Bentham, prinsip kebahagiaan terbesar secara singkat terjadi jika :
1. “An action is right from an ethnical point of view if and only if the sum total of
utilitiesproduced by the act is greater than tha sum of total utilities produced
by nay other act the agent could have performed in its place”.
2. Apa-apa “yang baik” merupakan kesenangan buruk” adalah rasa sakit.
Tindakan “yang baik” secara etika mengacu pada kebijakan dan
kebahagiaan, sedangkan “yangmenghasilkan kebahagiaan terbesar.
3. Bentham berkeinginan untuk mencari kesamaan mendasar guna mampu
memberikan landasan objektif atas semua norma yang berlaku secara umum
serta yang daopat dietrima oleh masyarakat luas. Caranya ialah dengan
menimbang
segi-segi
manfaat
dibandingkan
dengan
kerugian
setiap tindakan.
Tokoh lain dari aliran utulitarianesme adalah John Stuart Mill (1806-1973),
seorangpengikut sekaligus pewaris yang meneruskan pemikiran Bentham. Tema
sentral daripemikiran Mill ialah, bahwa tugas utama seseorang adalah untuk
tidak menimbulkanderita bagi sesama manusia.
Mill menyatakan, bahwa akumulasi asset perlu diikuti oleh distribusi asset pula
demi kebaikan masyarakat. Jika diperlukan, distribusi asset dapat dipaksakan
olehmasyarakat melalui penggunaan pajak, atau penyitaan asset sekalipun. Hanya
Mill tidak menerangkan hubungan antara distribusi dengan produksi, khususnya alatalat produksi, yang kemudian dikembangkan oleh Karl Marx. Terlepas dari
8. kekurangan ataupun kekeliruannya, Mill merupakan pemikir yang secara tegas
meghubungkan (dalamPrinciples) utilitarianisme.
Apabila aliran utilitarianisme hedonis menitikberatkan ajaran mereka pada
kesenangan dan kebahagian perorangan sebagai tolak ukur, maka aliran
utilitarianesme Bentham, Mill dan kemudian Henry Sidgwick (1838-1900),
menggeluti pemikiran mereka tentang Kebahagian individu?. Mereka berpendapat
bahwa merupakan tugas individu, atauperorangan, untuk meningkatkan kebahagian
masyarakat secara universal, bukan hanya kebahagian perorangan saja.
Prinsip utilitarianisme pun dapat menjelaskan mengapa perbuatan seperti
membunuh, berdusta, selingkuh dianggap secara moral adalah salah, sedang
beberapa tindakan lain seperti berterus-terang, kesetiaan, tepat janji merupakan halhal yang benar.Jika orang berdusta ia merugikan masyarakat karena menebarkan
rasa saling tidak percaya diantara masyarakat sedangkan jika ia berbuat benar
maka terciptalah iklim saling percaya, saling membantu yang mampu memperbaiki
kualitas hidup manusia dalam sebuah masyarakat yang tertib serta rapih.
Utilitarianisme sangat berperan dalam Ilmu ekonomi dan bisnis, sejak awal
abad keXIX, banyak pakar ekonomi berpendapat perilaku ekonomi dapat dijelaskan
melaluiasumsi, bahwa manusia senantiasa berusaha untuk memaksimalkan manfaat
dirinyasendiri maupun kinerjanya, sedangkan nilai manfaat diukur dari harga yang
diperoleh.
Prinsip Utilitarianisme juga sangat cocok dengan konsep yang sering
terjadi dalam tujuan bisnis yaitu efisiensi. Efisiensi terjadi jika maksimalisasi produksi
dapat dicapai lewat pemanfaatan sumber daya yang ada tanpa memerlukan
penambahan asset apapun.Kegiatan dinilai efisien apabila hasilnya sesuai dengan
yang telah direncanakan dengan mengunakan sumber daya yang ada seminimal
mungkin. Dengan menggunakan semboyan kelompok utilitarianisme, efisiensi
merupakan hasil berupa manfaat (benefit) yang sebesar-besarnya dengan
menggunakan cost yang serendah-rendahannya, seperti yang dijabarkan oleh ilmu
ekonomi secara umum.
2.
Nilai Positif Etika Utilitarianisme
Maksud Asas Manfaat atau Kegunaan, kata Bentham, ialah asas yang menyuruh
setiap orang untuk melakukan apa yang menghasilkan kebahagiaan atau
kenikmatan terbesar yang diinginkan oleh semua orang untuk sebanyak mungkin
orang atau untuk masyarakat seluruhnya. Oleh karena itu, menurut pandangan
utilitarian, tujuan akhir manusia, mestilah juga merupakan ukuran moralitas. Dari
sini, muncul ungkapan „tujuan menghalalkan cara‟.Nilai Positif Etika
Utilitarianisme antara lain :
•
Pertama, Rasionalitas.
9. Prinsip moral yang diajukan etika utilitarianisme tidak didasarkan
pada aturan-aturan kaku yang tidak dipahami atau tidak diketahui
keabsahannya. Etika utilitarianisme memberikan kriteria yang
objektif dan rasional.
•
Kedua, Utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku
moral.
Tidak ada paksaan bahwa orang harus bertindak dengan cara
tertentu yang tidak diketahui alasannya.
•
Ketiga, Universalitas.
Mengutamakan manfaat atau akibat dari suatu tindakan bagi
banyak orang. Suatu tindakan dinilai bermoral apabila tindakan
tersebut memberi manfaat terbesar bagi banyak orang.
3.
Utilitarianisme Sebagai Proses dan standar Penilaian
1. sebuah penilaian mengenai kesejahteraan manusia, atau utiliti, dan
2. sebuah petunjuk untuk memaksimalkan kesejahteraan (utiliti),
yang didefinisikan sebagai, memberikan bobot yang sama pada
kesejahteraan orang per-orang.
4.
Analisa keuntungan dan kerugian
Utilitarianisme mengatakan bahwa tindakan yang benar adalah yang
memaksimalkan utiliti, yaitu memuaskan preferensi yang berpengetahuan
sebanyak mungkin.
Dalam
pandangan
kaum
utilitarian-aturan,
perilaku
tak
adil
dalam mendeskriminasi
kelompok-kelompok
minoritas
menyebabkan
meningkatnya ketakutan pihak lain dengan mengalami aturan yang mengijinkan
diskriminasi.
Keuntungan dan kerugian, cost and benefits, yang dianalisis tidak dipusatkan
pada keuntungan dan kerugian perusahaan. Analisis keuntungan dan kerugian
tidak ditempatkan dalam kerangka uang dan untuk jangka panjang.
5.
Kelemahan Etika Utilitarianisme
•
Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam
kenyataan praktis akan menimbulkan kesulitan yamg tidak sedikit.
10. •
•
•
•
Tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya
sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh
berkaitan dengan akibatnya.
Tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang
Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat dikualifikasi.
Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarisme saling
bertentangan, maka akan ada kesulitan dalam menentukan
prioritas di antara ketiganya.