SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  17
Penggambaran
Media terhadap
Bencana
Hanifah Islamiyah
Etika Jurnalistik V IAIN SNJ 2021
Jenis Bencana dalam Peliputan Media
Bencana Alam
Erupsi gunung, banjir,
gempa, kebakaran
hutan
1
Disease
Pandemi COVID 19,
H1N1, H1N5, SARS,
DBD, dll
4
Kecelakaan
Kecelakaan pesawat,
kecelakaan lalin
2
Kriminal
Pembunuhan,
perampokan, begal, dll
5
Insiden
Kebakaran, gas
meledak, bom, teror,
perang, genosida
3
Lainnya
Sakit kronis, kematian
tidak wajar, kematian
wajar, dll
6
Ada beberapa jenis pengemasan berita bencana
Human interest
Cara paling mudah
untuk mendapatkan
simpati dan perhatian
audience
01
Kronologi -
perkembangan
Menjelaskan kronologi
kejadian dan perkembangan
yang terjadi
02
Penanganan
Hal yang harus
dilakukan saat gempa,
sistem keselamatan
04
Pemaparan Data
Jumlah korban, usia, jenis
kelamin, faktor penyebab, jumlah
kecelakaan selama 1 tahun
03
Human Interest dan Problematisnya Dalam peliputan peristiwa mendadak,
seperti kecelakaan, memang ada dua
cara. Pertama, berkaitan dengan
informasi-informasi dasar mengenai
kecelakaan itu sendiri. Dari hal-hal
berkaitan dengan penyebab kecelakaan
sampai tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh pengambil kebijakan dalam
merespon sebuah peristiwa.
Cara kedua, adalah liputan human interest seperti
artikel The Guardian di atas. Dalam berkisah, ia lebih
mengandalkan penggambaran orang secara
emosional daripada data-data keras.
Jurnalisme human interest ini seringkali dikritik
sebagai manipulatif dan sensasionalistik. Bob Franklin
(1997) pernah menyebut bahwa berita-berita
dengan human interest yang tinggi justru bisa
melemahkan peran media dalam demokrasi.
Pangkalnya, dengan fokus pada cerita-cerita yang
menarik dan ringan, ia lebih fokus pada apa yang kira-
kira akan menjadi perhatian publik alih-alih apa yang
menjadi kepentingan publik.
“Cara (peliputan) yang
mengeksploitasi tragedi
personal sebagai tontonan
publik sekarang semakin jamak
terjadi,” keluh Franklin.
Peliputan tentang kebijakan
pemerintahan yang lebih
serius dan faktual, di sisi lain,
menunjukkan penurunan.
Franklin menyalahkan
komersialisasi berlebihan
sebagai alasan dari regresi ini.
Kritik atas Pemberitaan Tidak Etis Media Indonesia terhadap Bencana
https://www.abc.net.au/news/2018-11-01/indonesia-media-warned-over-unethical-coverage-of-accidents/10447868
Dalam mengangkat aspek-
aspek manusia dalam
berbagai bencana, banyak
media nasional masih
menggunakan konsep human
interest yang kasar dan
sensasionalistik.
Tanpa sensitivitas trauma,
beberapa media mencoba
menggali cerita-cerita
personal dari korban maupun
keluarga korban, dan dalam
beberapa hal sumber yang
sama sekali tidak berkaitan
dengan korban.
Berita-berita hasil daur ulang dari
postingan-postingan pelaku atau
korban di media sosial, misalnya,
menjadi ceruk modal media untuk
membuat liputan. Bukannya
berfokus pada aspek pengalaman
manusiawi, representasi ini malah
mengobjektivikasi korban.
Entah apa yang dibayangkan oleh
wartawan ketika mereka mengulik-
ulik akun media sosial orang-orang
yang baru wafat. Namun dari sana
kita bisa menilai bahwa media lebih
memilih mengabaikan etika dan
tetap memilih berkiblat pada logika
“klik”. Ini adalah contoh pertunjukan
paling gamblang dari sebuah media
yang mengeksploitasi korban
kecelakaan untuk mendapatkan
panen klik dari pembaca
Konsep human interest yang banyak
dianut media lokal, adalah tentang
mengeksploitasi aspek-aspek
kemanusiaan hanya untuk hiburan
dan keterpaparan. Hasilnya, ia hanya
melayani insting-insting paling dasar
dari manusia: hasrat mengintip yang
berujung pada masalah etik
wartawan yang mengobrak-abrik
akun media sosial korban, narasi-
narasi firasat yang terus dipaksakan
untuk dramatisasi, serta narasi-narasi
“pramugari cantik” yang tentunya
dihadirkan untuk melayani keinginan
pembaca laki-laki.
Dalam human interest jenis ini, yang
dihadirkan bukanlah benar-benar
perspektif dan suara dari manusia-
manusia di seputar kecelakaan ini.
Yang dihadirkan adalah suara-suara
yang dianggap media ingin didengar
oleh pembacanya. Yang dirugikan
bukan hanya pembaca yang tidak
belajar apa-apa, tetapi juga korban
yang dihilangkan suaranya.
Hal lain yang mesti
diperhatikan adalah
bagaimana beberapa
media berusaha
menampilkan berita
atau informasi yang
sama sekali tidak
berhubungan dengan
kecelakaan namun
tetap dilekatkan
dengan peristiwa
tersebut agar nilai
beritanya—atau
tepatnya, nilai kliknya—
tetap ada. Satu sisi
buruk potensial
dari human interest,
adalah titik beratnya
pada “ketokohan”, yang
kerap mereduksi
peliputan menjadi
terfokus pada
selebritas dan figur-
figur “penting”.
Media dalam Bencana Pandemi/Endemi
Informasi Terbuka
Keterbukaan
informasi publik
Berbasis Data dan Riset
Menyediakan
Panggilan Darurat
Layanan COVID atau
bantuan serupa
Bersifat Instruktif,
bukan deliberatif
Melepaskan media dari
both-sideism
Keterbukaan Informasi
John M. Barry, sejarawan yang menulis buku tentang
Flu Spanyol, dalam wawancaranya di The Listening
Post mengatakan bahwa lebih baik “menyampaikan
kebenaran” ketimbang “mengatur kebenaran”—frase
yang dikatakan Juru Bicara Penanganan Covid-19
Achmad Yurianto.
“Manusia jauh lebih mampu berhadapan dengan
realitas ketimbang dengan imajinasi,” ujar Barry.
“Seperti ketika kita menonton film horor, momen
paling seram adalah sebelum monsternya muncul,
sebab imajinasilah yang mengendalikan. Namun
ketika monsternya muncul, kita tidak setakut seperti
yang kita imajinasikan.
“Jadi, sampaikanlah kebenaran, apapun itu. Biarkan
orang menyiapkan diri,” kata Barry.
Bantuan Media dalam Bencana
x
Meski tampak baik dan menampilkan
wajah media yang dermawan,
keterlibatanmedia dalam menarik
dan menyalurkanbantuan
kemanusiaan, seperti Indonesia
Menangis maupun Satu Untuk Negeri
berisiko menjinakkanprinsip
independensi media.
v
Media memastikanbantuan sampai
kepada sasarannya,media juga bisa
memberikan bantuan dalam bentuk
narahubung bantuan darurat atau
instruksipencegahan dan
penyelamatandiri
Donasi Industri Media
Umum saat ini bagi kita melihat
media membuka layanan
donasi saat bencana terjadi
Peran Media saat Bencana
DISKUSI
Produk
jurnalistik apa
yang melanggar
etika
jurnalistik?
?
Mampukah
media bekerja
dalam etika
kepedulian?
?
Media tidak
sensitif pada
duka korban?
?
Perilaku
jurnalis yang
melanggar etis?
?
Etika Jurnalistik materi 3 pertemuan ke 6.pptx
Etika Jurnalistik materi 3 pertemuan ke 6.pptx

Contenu connexe

Similaire à Etika Jurnalistik materi 3 pertemuan ke 6.pptx

Sepuluh elemen jurnalisme
Sepuluh elemen jurnalismeSepuluh elemen jurnalisme
Sepuluh elemen jurnalismebahanamahasiswa
 
Sepuluh Elemen Jurnalisme
Sepuluh Elemen JurnalismeSepuluh Elemen Jurnalisme
Sepuluh Elemen JurnalismeAndreas Harsono
 
pemerintah dan masyaerakat terhadap public shepere
pemerintah dan masyaerakat terhadap public sheperepemerintah dan masyaerakat terhadap public shepere
pemerintah dan masyaerakat terhadap public sheperepenugasanupn
 
Keberpihakan media pada kepentingan publik
Keberpihakan media pada kepentingan publikKeberpihakan media pada kepentingan publik
Keberpihakan media pada kepentingan publikWahyu Dhyatmika
 
Dasar_dasar_Jurnalistik.ppt
Dasar_dasar_Jurnalistik.pptDasar_dasar_Jurnalistik.ppt
Dasar_dasar_Jurnalistik.pptFahriizulFahmi
 
Kredibilitas MediaDigital
Kredibilitas MediaDigitalKredibilitas MediaDigital
Kredibilitas MediaDigitaliwan setiawan
 
2. Identifiaki Sport Journalism.pptx
2. Identifiaki Sport Journalism.pptx2. Identifiaki Sport Journalism.pptx
2. Identifiaki Sport Journalism.pptxAdePutraTunggali
 
Media Online dan Inspiring Journalism
Media Online dan Inspiring JournalismMedia Online dan Inspiring Journalism
Media Online dan Inspiring JournalismYudha P Sunandar
 
Peran jurnalis dalam kasus pemberantasan terorisme
Peran jurnalis dalam kasus pemberantasan terorismePeran jurnalis dalam kasus pemberantasan terorisme
Peran jurnalis dalam kasus pemberantasan terorismeUNIVERSITAS DIPONEGORO
 
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_dunia
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_duniaIndepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_dunia
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_duniaSatuDunia Foundation
 
Teknik penulisan berita dan Feature bagi Praktisi Humas
Teknik penulisan berita dan Feature bagi Praktisi HumasTeknik penulisan berita dan Feature bagi Praktisi Humas
Teknik penulisan berita dan Feature bagi Praktisi HumasIndiwan Seto wahyu wibowo
 
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1Diana Amelia Bagti
 
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1Diana Amelia Bagti
 

Similaire à Etika Jurnalistik materi 3 pertemuan ke 6.pptx (20)

Sepuluh elemen jurnalisme
Sepuluh elemen jurnalismeSepuluh elemen jurnalisme
Sepuluh elemen jurnalisme
 
Sepuluh Elemen Jurnalisme
Sepuluh Elemen JurnalismeSepuluh Elemen Jurnalisme
Sepuluh Elemen Jurnalisme
 
pemerintah dan masyaerakat terhadap public shepere
pemerintah dan masyaerakat terhadap public sheperepemerintah dan masyaerakat terhadap public shepere
pemerintah dan masyaerakat terhadap public shepere
 
Soalan
SoalanSoalan
Soalan
 
Keberpihakan media pada kepentingan publik
Keberpihakan media pada kepentingan publikKeberpihakan media pada kepentingan publik
Keberpihakan media pada kepentingan publik
 
Dasar_dasar_Jurnalistik.ppt
Dasar_dasar_Jurnalistik.pptDasar_dasar_Jurnalistik.ppt
Dasar_dasar_Jurnalistik.ppt
 
Kredibilitas MediaDigital
Kredibilitas MediaDigitalKredibilitas MediaDigital
Kredibilitas MediaDigital
 
2. Identifiaki Sport Journalism.pptx
2. Identifiaki Sport Journalism.pptx2. Identifiaki Sport Journalism.pptx
2. Identifiaki Sport Journalism.pptx
 
Media Online dan Inspiring Journalism
Media Online dan Inspiring JournalismMedia Online dan Inspiring Journalism
Media Online dan Inspiring Journalism
 
3_BAB II.pdf
3_BAB II.pdf3_BAB II.pdf
3_BAB II.pdf
 
Berita news
Berita newsBerita news
Berita news
 
John Parlyn Halomoan Sinaga
John Parlyn Halomoan SinagaJohn Parlyn Halomoan Sinaga
John Parlyn Halomoan Sinaga
 
Menjadi Jurnalis
Menjadi JurnalisMenjadi Jurnalis
Menjadi Jurnalis
 
Peran jurnalis dalam kasus pemberantasan terorisme
Peran jurnalis dalam kasus pemberantasan terorismePeran jurnalis dalam kasus pemberantasan terorisme
Peran jurnalis dalam kasus pemberantasan terorisme
 
Astina edisi 1
Astina edisi 1Astina edisi 1
Astina edisi 1
 
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_dunia
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_duniaIndepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_dunia
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_dunia
 
jurnalistik per2.ppt
jurnalistik per2.pptjurnalistik per2.ppt
jurnalistik per2.ppt
 
Teknik penulisan berita dan Feature bagi Praktisi Humas
Teknik penulisan berita dan Feature bagi Praktisi HumasTeknik penulisan berita dan Feature bagi Praktisi Humas
Teknik penulisan berita dan Feature bagi Praktisi Humas
 
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
 
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
 

Etika Jurnalistik materi 3 pertemuan ke 6.pptx

  • 2.
  • 3.
  • 4.
  • 5. Jenis Bencana dalam Peliputan Media Bencana Alam Erupsi gunung, banjir, gempa, kebakaran hutan 1 Disease Pandemi COVID 19, H1N1, H1N5, SARS, DBD, dll 4 Kecelakaan Kecelakaan pesawat, kecelakaan lalin 2 Kriminal Pembunuhan, perampokan, begal, dll 5 Insiden Kebakaran, gas meledak, bom, teror, perang, genosida 3 Lainnya Sakit kronis, kematian tidak wajar, kematian wajar, dll 6
  • 6. Ada beberapa jenis pengemasan berita bencana Human interest Cara paling mudah untuk mendapatkan simpati dan perhatian audience 01 Kronologi - perkembangan Menjelaskan kronologi kejadian dan perkembangan yang terjadi 02 Penanganan Hal yang harus dilakukan saat gempa, sistem keselamatan 04 Pemaparan Data Jumlah korban, usia, jenis kelamin, faktor penyebab, jumlah kecelakaan selama 1 tahun 03
  • 7. Human Interest dan Problematisnya Dalam peliputan peristiwa mendadak, seperti kecelakaan, memang ada dua cara. Pertama, berkaitan dengan informasi-informasi dasar mengenai kecelakaan itu sendiri. Dari hal-hal berkaitan dengan penyebab kecelakaan sampai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pengambil kebijakan dalam merespon sebuah peristiwa. Cara kedua, adalah liputan human interest seperti artikel The Guardian di atas. Dalam berkisah, ia lebih mengandalkan penggambaran orang secara emosional daripada data-data keras. Jurnalisme human interest ini seringkali dikritik sebagai manipulatif dan sensasionalistik. Bob Franklin (1997) pernah menyebut bahwa berita-berita dengan human interest yang tinggi justru bisa melemahkan peran media dalam demokrasi. Pangkalnya, dengan fokus pada cerita-cerita yang menarik dan ringan, ia lebih fokus pada apa yang kira- kira akan menjadi perhatian publik alih-alih apa yang menjadi kepentingan publik.
  • 8. “Cara (peliputan) yang mengeksploitasi tragedi personal sebagai tontonan publik sekarang semakin jamak terjadi,” keluh Franklin. Peliputan tentang kebijakan pemerintahan yang lebih serius dan faktual, di sisi lain, menunjukkan penurunan. Franklin menyalahkan komersialisasi berlebihan sebagai alasan dari regresi ini.
  • 9. Kritik atas Pemberitaan Tidak Etis Media Indonesia terhadap Bencana https://www.abc.net.au/news/2018-11-01/indonesia-media-warned-over-unethical-coverage-of-accidents/10447868
  • 10. Dalam mengangkat aspek- aspek manusia dalam berbagai bencana, banyak media nasional masih menggunakan konsep human interest yang kasar dan sensasionalistik. Tanpa sensitivitas trauma, beberapa media mencoba menggali cerita-cerita personal dari korban maupun keluarga korban, dan dalam beberapa hal sumber yang sama sekali tidak berkaitan dengan korban. Berita-berita hasil daur ulang dari postingan-postingan pelaku atau korban di media sosial, misalnya, menjadi ceruk modal media untuk membuat liputan. Bukannya berfokus pada aspek pengalaman manusiawi, representasi ini malah mengobjektivikasi korban. Entah apa yang dibayangkan oleh wartawan ketika mereka mengulik- ulik akun media sosial orang-orang yang baru wafat. Namun dari sana kita bisa menilai bahwa media lebih memilih mengabaikan etika dan tetap memilih berkiblat pada logika “klik”. Ini adalah contoh pertunjukan paling gamblang dari sebuah media yang mengeksploitasi korban kecelakaan untuk mendapatkan panen klik dari pembaca Konsep human interest yang banyak dianut media lokal, adalah tentang mengeksploitasi aspek-aspek kemanusiaan hanya untuk hiburan dan keterpaparan. Hasilnya, ia hanya melayani insting-insting paling dasar dari manusia: hasrat mengintip yang berujung pada masalah etik wartawan yang mengobrak-abrik akun media sosial korban, narasi- narasi firasat yang terus dipaksakan untuk dramatisasi, serta narasi-narasi “pramugari cantik” yang tentunya dihadirkan untuk melayani keinginan pembaca laki-laki. Dalam human interest jenis ini, yang dihadirkan bukanlah benar-benar perspektif dan suara dari manusia- manusia di seputar kecelakaan ini. Yang dihadirkan adalah suara-suara yang dianggap media ingin didengar oleh pembacanya. Yang dirugikan bukan hanya pembaca yang tidak belajar apa-apa, tetapi juga korban yang dihilangkan suaranya. Hal lain yang mesti diperhatikan adalah bagaimana beberapa media berusaha menampilkan berita atau informasi yang sama sekali tidak berhubungan dengan kecelakaan namun tetap dilekatkan dengan peristiwa tersebut agar nilai beritanya—atau tepatnya, nilai kliknya— tetap ada. Satu sisi buruk potensial dari human interest, adalah titik beratnya pada “ketokohan”, yang kerap mereduksi peliputan menjadi terfokus pada selebritas dan figur- figur “penting”.
  • 11. Media dalam Bencana Pandemi/Endemi Informasi Terbuka Keterbukaan informasi publik Berbasis Data dan Riset Menyediakan Panggilan Darurat Layanan COVID atau bantuan serupa Bersifat Instruktif, bukan deliberatif Melepaskan media dari both-sideism
  • 12. Keterbukaan Informasi John M. Barry, sejarawan yang menulis buku tentang Flu Spanyol, dalam wawancaranya di The Listening Post mengatakan bahwa lebih baik “menyampaikan kebenaran” ketimbang “mengatur kebenaran”—frase yang dikatakan Juru Bicara Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto. “Manusia jauh lebih mampu berhadapan dengan realitas ketimbang dengan imajinasi,” ujar Barry. “Seperti ketika kita menonton film horor, momen paling seram adalah sebelum monsternya muncul, sebab imajinasilah yang mengendalikan. Namun ketika monsternya muncul, kita tidak setakut seperti yang kita imajinasikan. “Jadi, sampaikanlah kebenaran, apapun itu. Biarkan orang menyiapkan diri,” kata Barry.
  • 13. Bantuan Media dalam Bencana x Meski tampak baik dan menampilkan wajah media yang dermawan, keterlibatanmedia dalam menarik dan menyalurkanbantuan kemanusiaan, seperti Indonesia Menangis maupun Satu Untuk Negeri berisiko menjinakkanprinsip independensi media. v Media memastikanbantuan sampai kepada sasarannya,media juga bisa memberikan bantuan dalam bentuk narahubung bantuan darurat atau instruksipencegahan dan penyelamatandiri Donasi Industri Media Umum saat ini bagi kita melihat media membuka layanan donasi saat bencana terjadi
  • 14. Peran Media saat Bencana
  • 15. DISKUSI Produk jurnalistik apa yang melanggar etika jurnalistik? ? Mampukah media bekerja dalam etika kepedulian? ? Media tidak sensitif pada duka korban? ? Perilaku jurnalis yang melanggar etis? ?