SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  37
1




                                       BAB I

                               PENDAHULUAN




A       Tujuan dan Ruang Lingkup

    Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi

    kewajiban meliputi saat pengakuan, penentuan nilai tercatat, amortisasi, dan

    biaya pinjaman yang dibebankan terhadap kewajiban tersebut.

    Pernyataan Standar ini diterapkan untuk seluruh unit pemerintahan yang

    menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum dan mengatur tentang

    perlakuan akuntansinya, termasuk pengakuan, pengukuran, penyajian, dan

    pengungkapan yang diperlukan.

    Pernyataan Standar ini mengatur:

    a    Akuntansi Kewajiban Pemerintah termasuk kewajiban jangka pendek dan

         kewajiban jangka panjang yang ditimbulkan dari Utang Dalam Negeri

         dan Utang Luar Negeri.

    b    Perlakuan akuntansi untuk transaksi pinjaman dalam mata uang asing.

    c    Perlakuan akuntansi untuk transaksi yang timbul dari restrukturisasi

         pinjaman.

    d    Perlakuan akuntansi untuk biaya yang timbul dari utang pemerintah.
2

   Huruf (b), (c), dan (d) diatas berlaku sepanjang belum ada pengaturan khusus

   dalam pernyataan tersendiri mengenai hal-hal tersebut.

   Pernyataan Standar ini tidak mengatur:

   a   Akuntansi Kewajiban Diestimasi dan Kewajiban Kontinjensi.

   b   Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai.

   c   Transaksi dalam mata uang asing yang timbul atas transaksi selain dari

       transaksi pinjaman yang didenominasi dalam suatu mata uang asing.

   Huruf (a) dan (b) diatur dalam pernyataan standar tersendiri.




B Definisi Istilah

   Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam Pernyataan Standar

   dengan pengertian:

   1   Amortisasi utang adalah alokasi sistematis dari premium atau diskonto

       selama umur utang pemerintah.

   2   Aset Tertentu yang memenuhi syarat (Qualifying Asset), selanjutnya

       disebut Aset Tertentu adalah aset yang membutuhkan waktu yang cukup

       lama agar siap untuk dipergunakan atau dijual sesuai dengan tujuannya.

   3   Biaya Pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang harus ditanggung

       oleh pemerintah sehubungan dengan peminjaman dana.

   4   Debitur adalah pihak yang menerima utang dari kreditur.
3

5    Diskonto adalah jumlah selisih kurang antara nilai kini kewajiban

     (present value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) dari

     suatu utang karena tingkat bunga nominal lebih rendah dari tingkat bunga

     efektif.

6    Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau

     lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan

     peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan

     pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

7    Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang

     penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi

     pemerintah.

8    Kreditur adalah pihak yang memberikan utang kepada debitur.

9    Kewajiban diestimasi adalah kewajiban yang waktu dan jumlahnya

     belum pasti.

10         Kewajiban kontinjensi adalah:

     1   kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan

         keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya

         suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya

         berada dalam kendali suatu entitas; atau

     2   kewajiban kini yang timbul sebagai akibat masa lalu, tetapi tidak

         diakui karena:
4

         a     tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) bahwa suatu

               entitas mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat

               ekonomi untuk menyelesaikan kewajibannya; atau

         b     jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.

11 Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang.

   12        Metode garis lurus adalah metode alokasi premium atau diskonto

        dengan jumlah yang sama sepanjang periode sekuritas utang

        pemerintah.

   13        Nilai nominal adalah nilai kewajiban pemerintah pada saat

        pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada

        lembar surat utang pemerintah.

   14        Nilai tercatat (carrying amount) kewajiban adalah nilai buku

        kewajiban yang dihitung dari nilai nominal setelah dikurangi atau

        ditambah diskonto atau premium yang belum diamortisasi.

   15        Obligasi Negara adalah Surat Utang Negara yang berjangka waktu

        lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan

        pembayaran bunga secara diskonto.

   16        Perhitungan Fihak Ketiga, selanjutnya disebut PFK, merupakan

        utang pemerintah kepada pihak lain yang disebabkan kedudukan

        pemerintah sebagai pemotong pajak atau pungutan lainnya, seperti

        Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), iuran

        Askes, Taspen, dan Taperum.
5

17      Premium adalah jumlah selisih lebih antara nilai kini kewajiban

     (present value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value)

     karena tingkat bunga nominal lebih tinggi dari tingkat bunga efektif.

18      Restrukturisasi Utang adalah kesepakatan antara kreditur dan

     debitur untuk memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan atau

     tanpa pengurangan jumlah utang.

19      Sekuritas utang pemerintah adalah surat berharga berupa surat

     pengakuan utang oleh pemerintah yang dapat diperjualbelikan dan

     mempunyai nilai jatuh tempo atau nilai pelunasan pada saat

     diterbitkan, misalnya Surat Utang Negara (SUN).

20      Surat Perbendaharaan Negara adalah Surat Utang Negara yang

     berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan

     pembayaran bunga secara diskonto.

21      Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat

     pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang

     dijamin pembayaran pokok utang dan bunganya oleh Negara Republik

     Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.

22      Tunggakan adalah jumlah kewajiban terutang karena

     ketidakmampuan entitas membayar pokok utang dan/atau bunganya

     sesuai jadwal.
6




                                   BAB II

                       DEFINISI DAN KLASIFIKASI




A     Pengertian Kewajiban

    Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang

    penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi

    pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain

    karena penggunaan sumber pembiayaan yang berasal dari pinjaman.
7

   Pinjaman tersebut dapat berasal dari masyarakat, lembaga keuangan,

   pemerintah lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga

   terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah,

   kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi,

   ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban

   dengan pemberi jasa lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul dari

   pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga yang belum dibayar pemerintah

   pada akhir tahun anggaran.

   Sebagai contoh Pemerintah daerah membangun gedung untuk kantor yang

   dikerjakan oleh PT Jauhari. Pembangunan tersebut telah selesai. Sampai

   akhir akhir tahun anggaran pemerintah daerah tersebut belum melakukan

   pembayaran. Pemerintah daerah harus mencatat kewajiban tersebut di neraca

   sebesar utang yang belum dibayar.

   Disamping kewajiban-kewajiban di atas, ada juga kewajiban-kewajiban yang

   jumlah dan waktu pembayarannya belum pasti yang disebut kewajiban

   kontinjensi. Kewajiban kontinjensi adalah kewajiban potensial yang timbul

   dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya

   atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak

   sepenuhnya berada dalam kendali suatu entitas. Misalnya Pemerintah

   memberikan penjaminan atas tabungan masyarakat di lembaga perbankan,

   informasi ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.




B Karekteristik Kewajiban
8

   Karakteristik utama kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai

   kewajiban sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan

   pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang.

   Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau

   tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan,

   kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pendanaan

   pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau

   lembaga internasional. Kewajiban pemerintah dapat juga terjadi karen

   perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada

   masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, kelebihan

   setoran pajak dari wajib pajak, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas

   lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa lainnya.

   Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari

   kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.




C Klasifikasi Kewajiban

   Kewajiban pemerintah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kewajiban jangka

   pendek dan kewajiban jangka panjang.

   1   Kewajiban Jangka Pendek

       Batasan yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan kewajiban

       adalah jangka waktu pembayaran dari utang-utang tersebut. Apabila

       utang diharapkan akan dibayar dalam jangka waktu satu tahun maka
9

diklasifikasikan sebagai utang jangka pendek. Jadi kewajiban jangka

pendek atau kewajiban lancar adalah kewajiban yang diharapkan dapat

dibayar atau jatuh tempo dalam jangka waktu satu tahun anggaran atau

dua belas bulan setelah tanggal pencatatan. Pengertian lain mengenai

kewajiban jangka pendek adalah apabila suatu kewajiban akan dilunasi

dengan menggunakan sumber-sumber aset lancar atau dengan

menimbulkan utang jangka pendek yang baru.




Jenis-jenis kewajiban jangka pendek pemerintah dapat terdiri dari:

a Bagian Lancar Utang Jangka Panjang.

    Jenis kewajiban ini merupakan hasil reklasifikasi utang jangka

    panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan

    setelah tanggal pelaporan. Nilai ini dicantumkan dalam laporan

    keuangan sebesar nilai yang jatuh tempo.

b      Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

    Jenis kewajiban ini merupakan utang yang timbul dari potongan atau

    pungutan yang dilakukan pemerintah yang harus disetorkan lagi

    kepada pihak lain yang berhak atas dana yang dipotong atau dipungut

    tersebut, misalnya potongan Pph pasal 21, Taspen, Askes, Taperum

    dan jenis-jenis asuransi lainnya. Jumlah pungutan atau potongan PFK

    harus disetorkan kepada pihak yang berhak menerimanya sebesar
10

    jumlah yang dipotong atau dipungut. Pada akhir periode anggaran,

    masih tersisa jumlah potongan atau pungutan yang belum disetorkan

    dan harus dicantumkan dalam laporan keuangan sebesar jumlah yang

    masih harus disetorkan.

c Utang kepada Pihak Ketiga (Account Payable)

    Jenis kewajiban ini timbul bila pemerintah telah menerima hak atas

    barang, termasuk barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya.

    Nilai kewajiban dicatat sebesar jumlah yang belum dibayarkan. Jika

    tagihan tidak tersedia pada saat penyusunan laporan keuangan maka

    jumlah kewajiban harus diestimasikan atau dihitung berdasarkan

    kontrak yang ada. Jumlah kewajiban kepada kontraktor yang

    membangun fasilitas atau peralatan sesuai spesifikasi yang telah

    ditetapkan, diukur berdasarkan realisasi fisik kemajuan pekerjaan

    menurut berita acara kemajuan pekerjaan yang dibuat.

d      Utang Biaya Pinjaman

    Jenis kewajiban yang termasuk dalam utang biaya pinjaman

    merupakan kewajiban jangka pendek yang timbul dari adanya biaya-

    biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah sehubungan dengan

    dilakukannya peminjaman dan baik jangka pendek maupun jangka

    panjang atau adanya penerbitan obligasi seperti: perhitungan bunga

    pinjaman yang jatuh tempo, pengenaan denda karena menunggak

    pelunasan pokok pinjaman, amortisasi diskonto atau premium yang

    berhubungan dengan pinjaman, amortisasi atas biaya-biaya yang
11

      terkait dengan diperolehnya pinjaman seperti biaya konsultan & ahli

      hukum, dan biaya- biaya lainnya seperti jasa bank, yang masih harus

      dibayar pada akhir tahun anggaran.

      Bunga yang di accrued, karena telah jatuh tempo, merupakan

      kewajiban yang timbul dari adanya penerimaan dana pinjaman

      kepada pemerintah, yang besarnya dan jatuh tempo pembayarannya

      diatur dalam persyaratan pinjaman. Utang bunga dicatat berdasarkan

      biaya bunga yang telah terjadi dan belum dilakukan pembayaran oleh

      pemerintah yang bersangkutan.




    e Kewajiban Jangka Pendek Lainnya.

      Jenis kewajiban ini adalah kewajiban selain yang termasuk dalam

      kelompok kewajiban di atas, misalnya utang atas pembayaran gaji,

      penerimaan pembayaran dimuka atas penyerahan barang atau jasa

      oleh pemerintah. Pengukuran jenis kewajiban ini disesuaikan dengan

      karateristik masing-masing, misalnya utang kepada karyawan dinilai

      dengan jumlah gaji yang belum dibayarkan, penerimaan pembayaran

      dimuka dinilai sebesar nilai nominal pembayaran tersebut.




2   Kewajiban Jangka Panjang

    Kewajiban jangka panjang adalah utang-utang yang diharapkan dapat

    dibayar atau jatuh tempo lebih dari dua belas bulan setelah tanggal
12

pencatatan, atau dapat juga diartikan bahwa kewajiban jangka panjang

adalah kewajiban yang akan dilunasi dari sumber-sumber yang bukan

dari kelompok aset lancar. Termasuk dalam kategori kewajiban jangka

panjang adalah pokok utang jangka panjang. Utang jangka panjang

biasanya timbul karena pemerintah hendak membangun suatu investasi

dalam aset tetap untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat atau

untuk tujuan pembiayaan, misalnya untu menutupi defisit anggaran yang

terjadi.




Penilaian utang jangka panjang dimungkinkan dengan berbagai bentuk:

a      Utang Pemerintah yang Tidak Dapat Diperjualbelikan.

    Nilai nominal atas utang jenis ini merupakan kewajiban pemerintah

    kepada pemberi utang yaitu sebesar pokok dan bunganya seperti yang

    diatur dalam kontrak perjanjian dan belum diselesaikan pada tanggal

    pelaporan keuangan, misalnya pinjaman yang diperoleh dari lembaga

    keuangan internasional sepert Bank Dunia, IMF (International

    Monetary Fund), ADB (Asian Development Bank, atau yang

    diperoleh dari dalam negeri, termasuk dari BUMN/BUMD.

    Jenis utang yang menggunakan tarif bunga tetap, penilaian dapat

    menggunakan skedul pembayaran. Sedangkan bila tarif bunganya
13

    variabel, penilaian utang menggunakan metode yang sama dengan

    tarif bunga tetap kecuali tarif bunganya dapat diestimasikan secara

    wajar berdasarkan data-data sebelumnya dan observasi atas instrumen

    keuangan yang ada.

b      Utang Pemerintah yang Dapat Diperjualbelikan.

    Utang ini dapat berbentuk sekuritas utang pemerintah berupa surat

    utang negara atau obligasi yang memuat ketentuan mengenai nilai

    utang pada saat jatuh tempo. Utang sekuritas pemerintah dinilai

    dengan menggunakan nilai par atau nilai nominal utang. Sekuritas

    utang pemerintah dapat dijual sebesar nilai par tanpa diskonto atau

    premium atau dapat dijual dengan harga diskonto atau premium.

    Apabila surat utang dijual dengan diskonto atau premium, perlu

    dilakukan amortisasi atas diskonto atau premium yang dapat

    menggunakan metode garis lurus. Amortisasi dilakukan untuk

    memperlakukan diskonto atau premium agar tidak dibebankan

    sekaligus sebagai pendapatan atau biaya.

Contoh: pada 1 Juli 2010, Pemerintah Kota Jauhari mempunyai utang

jangka panjang sebesar Rp 10.000.000 yang harus diangsur setiap tahun

sebesar 1.000.000, Pemerintah Kota Jauhari harus melakukan

reklasifikasi atas kewajiban tersebut menjadi Kewajiban Jangka Pendek

pada akhir tahun 2005 sebesar Rp 1.000.000, sehingga Kewajiban Jangka

panjang akan disajikan di neraca sebesar Rp 9.000.000.
14

Dalam hal terjadi kesulitan likuiditas pemerintah dapat melakukan

restrukturisasi atau pendanaan kembali terhadap utang-utangnya yang

akan jatuh tempo. Apabila hal ini terjadi, entitas pelaporan dapat

memasukkan kewajiban jatuh temponya dalam waktu 12 bulan setelah

tanggal pelaporan ke dalam klasifikasi kewajiban jangka panjang, jika:

1   jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)

    bulan; dan

2   entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban

    tersebut atas dasar jangka panjang; dan

3   maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian

    pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali

    terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan

    disetujui.

Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka pendek

menjadi kewajiban jangka panjang seperti yang disebutkan di atas

diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun

berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau

digulirkan (roll over) oleh entitas pelaporan. Kewajiban yang demikian

dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka

panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun

dalam situasi di mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada
15

otoritas entitas, maka kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos jangka

pendek, kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan kembali sebelum

persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa substansi kewajiban

pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang.

Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu

(covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi

kewajiban jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu

yang terkait dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan

demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka

panjang hanya jika:

1   pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan

    sebagai konsekuensi adanya pelanggaran, dan

2   terdapat jaminan bahwa tidak akan terjadi pelanggaran berikutnya

    dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.

Sebagai contoh, Pemkot Jauhari meminjam uang dari lembaga asing,

                sebesar Rp 500 milyar untuk program pembangunan

                listrik daerah, dengan ketentuan bahwa pinjaman ini

                tidak dapat digunakan untuk membiayai program lain.

                Kalau pinjaman ini tidak dapat digunakan untuk program

                tersebut harus dikembalikan. Pinjaman ini telah ditarik

                pada tahun 2003. Pinjaman ini akan dibayar secara

                angsuran selama 20 tahun mulai tahun 2008. Sampai

                dengan tahun 2006 ternyata program tersebut macet, dan
16

                tidak dapat dilanjutkan. Oleh karena pinjaman ini harus

                disajikan sebagai kewajiban jangka pendek.




                           BAB III

        PENGAKUAN DAN PENGUKURAN KEWAJIBAN




A   Pengakuan
17

Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya

ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai

saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai

penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.

Keberadaan peristiwa masa lalu (dalam hal ini meliputi transaksi) sangat

penting dalam pengakuan kewajiban. Suatu peristiwa adalah terjadinya suatu

konsekuensi keuangan terhadap suatu entitas. Suatu peristiwa mungkin dapat

berupa suatu kejadian internal dalam suatu entitas seperti perubahan bahan

baku menjadi suatu produk, ataupun dapat berupa kejadian eksternal yang

melibatkan interaksi antara suatu entitas dengan lingkungannya seperti

transaksi dengan entitas lain, bencana alam, pencurian, perusakan, kerusakan

karena ketidaksengajaan.

Suatu transaksi melibatkan transfer sesuatu yang mempunyai nilai. Transaksi

mungkin berupa transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran.

Pembedaan antara transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran sangat

penting untuk menentukan saat pengakuan kewajiban.

Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima oleh pemerintah atau

dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan, dan/atau pada saat

kewajiban timbul.

Kewajiban dapat timbul dari:

1         transaksi dengan pertukaran (exchange transactions);
18

2          transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions), sesuai

    hukum yang berlaku dan kebijakan yang diterapkan, yang belum dibayar

    lunas sampai dengan saat tanggal pelaporan;

3          kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related

    events);

4          kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged

    events).

Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing-masing pihak dalam

transaksi tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai sebagai gantinya.

Terdapat dua arus timbal balik atas sumber daya atau janji untuk

menyediakan sumber daya. Dalam transaksi dengan pertukaran, kewajiban

diakui ketika satu pihak menerima barang atau jasa sebagai ganti janji untuk

memberikan uang atau sumber daya lain di masa depan.

Satu contoh dari transaksi dengan pertukaran adalah saat pegawai pemerintah

memberikan jasa sebagai penukar/ganti dari kompensasi yang diperolehnya

yang terdiri dari gaji dan manfaat pegawai lainnya. Suatu transaksi pertukaran

timbul karena kedua belah pihak (pemberi kerja dan penerima kerja)

menerima dan mengorbankan suatu nilai. Kewajiban kompensasi meliputi

gaji yang belum dibayar dan jasa telah diserahkan dan biaya manfaat pegawai

lainnya yang berhubungan dengan jasa periode berjalan.

Contoh kewajiban yang timbul dari transaksi dengan pertukaran.
19

     Pada tanggal 10 Oktober 2005, Pemkot Lampung melakukan

     pengadaan personal computer (PC) dengan PT Smart Teknik dengan

     nilai Rp 60.000.000. Pemkot Lampung dan PT Smart Teknik sepakat

     untuk pembayaran komputer tersebut dilakukan pada 1 Maret 2012.

     Atas transaksi tersebut, Pemkot Lampung akan mencatat dan

     melaporkan di neracanya kewajiban jangka pendek sebesar

     Rp 60.000.000 pada tanggal 10 Oktober 2012, ketika komputer tersebut

     diterima.

Suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak dalam suatu

transaksi menerima nilai tanpa secara langsung memberikan atau menjanjikan

nilai sebagai gantinya. Dalam hal ini, hanya ada satu arah arus sumber daya

atau janji. Untuk transaksi tanpa pertukaran, suatu kewajiban harus diakui

atas jumlah terutang yang belum dibayar pada tanggal pelaporan.

Beberapa jenis hibah dan program bantuan umum dan khusus kepada entitas

pelaporan lainnya merupakan transaksi tanpa pertukaran. Ketika pemerintah

pusat membuat program pemindahan kepemilikan atau memberikan hibah

atau mengalokasikan dananya ke pemerintah daerah, persyaratan pembayaran

ditentukan oleh peraturan dan hukum yang ada dan bukan melalui transaksi

dengan pertukaran.

Kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah adalah kejadian yang tidak

didasari transaksi namun berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah dan

lingkungannya. Kejadian tersebut mungkin berada di luar kendali pemerintah.

Secara umum suatu kewajiban diakui, dalam hubungannya dengan kejadian
20

yang berkaitan dengan Pemerintah, dengan basis yang sama dengan kejadian

yang timbul dari transaksi dengan pertukaran.

Pada saat pemerintah secara tidak sengaja menyebabkan kerusakan pada

kepemilikan pribadi maka kejadian tersebut menciptakan kewajiban,

sepanjang hukum yang berlaku dan kebijakan yang ada memungkinkan

bahwa pemerintah akan membayar kerusakan, dan sepanjang jumlah

pembayarannya dapat diestimasi dengan andal. Contoh kejadian ini adalah

kerusakan tak sengaja terhadap kepemilikan pribadi yang disebabkan

pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pemerintah.

Kejadian yang diakui Pemerintah adalah kejadian-kejadian yang tidak

didasarkan pada transaksi namun kejadian tersebut mempunyai konsekuensi

keuangan bagi pemerintah karena pemerintah memutuskan untuk merespon

kejadian tersebut. Pemerintah mempunyai tanggung jawab luas untuk

menyediakan kesejahteraan publik. Untuk itu, Pemerintah sering diasumsikan

bertanggung jawab terhadap satu kejadian yang sebelumnya tidak diatur

dalam peraturan formal yang ada. Konsekuensinya, biaya yang timbul dari

berbagai kejadian, yang disebabkan oleh entitas nonpemerintah dan bencana

alam, pada akhirnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Namun biaya-biaya

tersebut belum dapat memenuhi definisi kewajiban sampai pemerintah secara

formal mengakuinya sebagai tanggung jawab keuangan pemerintah, dan atas

biaya yang timbul sehubungan dengan kejadian tersebut telah terjadi transaksi

dengan pertukaran atau tanpa pertukaran.
21

Sebagai contoh dalam kasus bencana kerusuhan di Lampung Selatan, bagi

setiap keluarga yang rumahnya hancur akan diberikan ganti rugi Rp 50 juta.

Apabila sudah dicantumkan dalam peraturan (surat ketetapan) yang sah,

tetapi belum dibayar.

Dengan kata lain pemerintah seharusnya mengakui kewajiban dan biaya

untuk kondisi ketika keduanya memenuhi dua kriteria berikut: (1) Badan

Legislatif telah menyetujui atau mengotorisasi sumber daya yang akan

digunakan, (2) transaksi dengan pertukaran timbul (misalnya saat kontraktor

melakukan perbaikan) atau jumlah transaksi tanpa pertukaran belum dibayar

pada tanggal pelaporan (misalnya pembayaran langsung ke korban bencana).

Contoh berikut mengilustrasikan pengakuan kewajiban dari kejadian yang

diakui pemerintah. Suatu kerusakan akibat bencana alam di kota kota

Indonesia dan DPR mengotorisasi pengeluaran untuk menanggulangi bencana

tersebut. Kejadian ini merupakan konsekuensi keuangan dari pemerintah

karena memutuskan untuk menyediakan bantuan bencana bagi kota-kota

tersebut. Transaksi yang berhubungan dengan hal tersebut, meliputi

sumbangan pemerintah ke masing-masing individu dan pekerjaan kontraktor

yang dibayar oleh pemeritah, diakui sebagai transaksi dengan pertukaran atau

tanpa pertukaran. Dalam kasus transaksi dengan pertukaran, jumlah terutang

untuk barang dan jasa yang disediakan untuk pemerintah diakui saat barang

diserahkan atau pekerjaan diselesaikan. Dalam kasus transaksi tanpa

pertukaran, suatu kewajiban harus diakui sebesar jumlah terutang yang belum

dibayar pada tanggal pelaporan. Kewajiban tersebut meliputi jumlah tagihan
22

  ke pemerintah untuk membayar manfaat, barang atau jasa yang telah

  disediakan sesuai persyaratan program yang ada pada tanggal pelaporan

  pemerintah.




B Pengukuran

  Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing

  dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang

  asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.

  Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban pemerintah pada

  saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar

  surat utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi

  pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta asing,

  dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan

  menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.

  Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban mengikuti karakteristik

  dari masing-masing pos.

  1   Utang kepada Pihak Ketiga (Account Payable)

      Terhadap barang/jasa yang telah diterima pemerintah dan belum dibayar,

      termasuk barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya,

      pemerintah mengakui kewajiban tersebut sebagai utang di neraca.

      Contoh: Kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai dengan

                spesifikasi yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah.
23

            Kontraktor tersebut sudah menyelesaikan porsi pekerjaan tahap I

            dan telah menyerahkan kepada pemerintah. Jumlah tagihan

            termin I tersebut sampai akhir tahun belum dibayar. Oleh karena

            itu, jumlah tersebut merupakan utang yang harus disajikan di

            neraca.

            Apabila dalam jumlah kewajiban terdapat utang yang

            disebabkan adanya transaksi antar unit pemerintahan,

            penyajiannya harus dipisahkan dari kewajiban kepada unit

            nonpemerintahan.

2   Utang Bunga (Accrued Interest)

    Utang bunga pinjaman pemerintah dicatat sebesar biaya bunga yang telah

    terjadi dan belum dibayar. Bunga dimaksud dapat berasal dari utang

    pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri. Utang bunga pinjaman

    pemerintah yang belum dibayar harus diakui pada setiap akhir periode

    pelaporan sebagai bagian dari kewajiban jangka pendek.

    Pengukuran dan penyajian utang bunga di atas juga berlaku untuk

    sekuritas pemerintah yang diterbitkan pemerintah pusat dalam bentuk

    Surat Utang Negara (SUN) dan yang diterbitkan oleh pemerintah daerah

    (provinsi, kota, dan kabupaten) dalam bentuk dan substansi yang sama

    dengan SUN.

3   Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
24

    Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan untuk PFK yang

    belum disetorkan kepada yang berhak harus disajikan sebagai utang di

    neraca sebesar jumlah yang masih harus disetorkan.

    Jumlah pungutan/potongan PFK yang dilakukan pemerintah harus

    diserahkan kepada pihak lain sejumlah yang sama dengan jumlah yang

    dipungut/dipotong. Pada akhir periode pelaporan biasanya masih terdapat

    saldo pungutan/potongan yang belum disetorkan kepada pihak lain.

    Jumlah saldo pungutan/potongan tersebut harus disajikan di neraca

    sebesar jumlah yang masih harus disetorkan sebagai utang PFK.

    Contoh: Pada Tahun 2011, Pemprov Lampung memungut iuran Askes,

            tabungan perumahan, Pajak Penghasilan atas Gaji dari pegawai

            pemerintah provinsi tersebut sebesar Rp 10 juta. Pada 31

            Desember 2011, diketahui jumlah pungutan yang telah disetor

            ke PT Askes, Perum Perumnas dan Kantor Pelayanan

            Perbendaharaan Negara (KPPN) adalah sebesar Rp 8 juta.

            Atas transaksi tersebut, Pemprov Lampung seharusnya menyetor

            jumlah PFK (iuran Askes, Tabungan Perumahan dan Pajak

            Penghasilan) sebesar yang dipungut yaitu Rp 10 Juta. Tetapi

            pemda tersebut baru menyetor hanya sebesar Rp 8 juta, oleh

            sebab itu Pemprov Lampung harus mencatat Hutang PFK di

            Neraca Per 31 Desember 2011 sebesar Rp 2 Juta.

4   Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
25

    Nilai yang dicantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian lancar

    utang jangka panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu

    12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Contohnya Pinjaman

    obligasi yang jatuh tempo tahun yang akan datang sebesar Rp 1 Milyar

    disajikan sebesar nilai nominal.

5   Kewajiban Lancar Lainnya (Other Current Liabilities)

    Kewajiban lancar lainnya merupakan kewajiban lancar yang tidak

    termasuk dalam kategori utang jangka pendek di atas. Termasuk dalam

    kewajiban lancar lainnya tersebut adalah biaya yang masih harus dibayar

    pada saat laporan keuangan disusun. Pengukuran untuk masing-masing

    item disesuaikan dengan karakteristik masing-masing pos tersebut,

    misalnya utang gaji kepada pegawai dinilai berdasarkan jumlah gaji yang

    masih harus dibayar atas jasa yang telah diserahkan oleh pegawai

    tersebut.

6   Utang Pemerintah yang tidak Diperjualbelikan dan yang

    Diperjualbelikan

    Penilaian utang pemerintah disesuaikan dengan karakteristik utang

    tersebut yang dapat berbentuk:

    a   Utang Pemerintah yang tidak diperjualbelikan (Non-traded

        Debt)

        Nilai nominal atas utang pemerintah yang tidak diperjualbelikan

        (non-traded debt) merupakan kewajiban entitas kepada pemberi
26

    utang sebesar pokok utang dan bunga sesuai yang diatur dalam

    kontrak perjanjian dan belum diselesaikan pada tanggal pelaporan.

    Contoh dari utang pemerintah yang tidak dapat diperjualbelikan

    adalah pinjaman bilateral, multilateral, dan lembaga keuangan

    international seperti IMF, World Bank, ADB dan lainnya. Bentuk

    hukum dari pinjaman ini biasanya dalam bentuk perjanjian pinjaman

    (loan agreement).

    Untuk utang pemerintah dengan tarif bunga tetap, penilaian dapat

    menggunakan skedul pembayaran (payment schedule) menggunakan

    tarif bunga tetap. Untuk utang pemerintah dengan tarif bunga

    variabel, misalnya tarif bunga dihubungkan dengan satu instrumen

    keuangan atau dengan satu indeks lainnya, penilaian utang

    pemerintah menggunakan prinsip yang sama dengan tarif bunga

    tetap, kecuali tarif bunganya diestimasikan secara wajar berdasarkan

    data sebelumnya dan observasi atas instrumen keuangan yang ada.

b   Utang Pemerintah yang Diperjualbelikan (Traded Debt)

    Akuntansi untuk utang pemerintah dalam bentuk yang dapat

    diperjualbelikan, misalnya obligasi atau Surat Utang Negara

    seharusnya dapat mengidentifikasi jumlah sisa kewajiban dari

    pemerintah pada suatu waktu tertentu beserta bunganya untuk suatu

    periode akuntansi. Untuk penilaian surat utang ini perlu data hasil

    penjualan, dan nilai pada saat jatuh tempo atas jumlah yang akan

    dibayarkan kepada pemegangnya.
27

Utang pemerintah yang dapat diperjualbelikan biasanya dalam

bentuk sekuritas utang pemerintah (government debt securities) yang

dapat memuat ketentuan mengenai nilai utang pada saat jatuh tempo.

Jenis surat utang pemerintah ini dinilai sebesar nilai pari (original

face value) dengan memperhitungkan diskonto atau premium yang

belum diamortisasi. Surat utang pemerintah yang dijual sebesar nilai

pari (face) tanpa diskonto ataupun premium harus dinilai sebesar

nilai pari (face). Surat utang yang dijual dengan diskonto akan

bertambah nilainya selama periode penjualan dan jatuh tempo;

sedangkan surat utang yang dijual dengan harga premium nilainya

akan berkurang.

Amortisasi atas diskonto atau premium dapat menggunakan metode

garis lurus.

Sebagai contoh : Pemerintah menerbitkan obligasi retail seri 001

sebanyak 1.000.000 lembar dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per

lembar. Pada tanggal 2 Januari 2006 hasil penjualan bersih obligasi

ini adalah Rp 1.100.000.000.000 Obligasi ini jatuh tempo 2 Januari

2011. Metode amortisasi yang digunakan adalah garis lurus.

Nilai obligasi yang disajikan di neraca per 31 Desember 2006

adalah:

Nilai Nominal                                   Rp 1.000.000.000.000

Premium
28

        Rp 100.000.000.000-(1/5X100.000.000000)= Rp          (20.000.000.000)

                                                       = Rp 1.080.000.000.000




7   Perubahan Valuta Asing

    Utang pemerintah dalam mata uang asing dicatat dengan menggunakan

    kurs tengah bank sentral saat terjadinya transaksi. Kurs tunai yang

    berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs spot (spot rate). Untuk

    alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi sering

    digunakan, misalnya rata-rata kurs tengah bank sentral selama seminggu

    atau sebulan digunakan untuk seluruh transaksi pada periode tersebut.

    Namun, jika kurs berfluktuasi secara signifikan, penggunaan kurs rata-

    rata untuk suatu periode tidak dapat diandalkan.

    Pada setiap tanggal neraca pos kewajiban moneter dalam mata uang

    asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs

    tengah bank sentral pada tanggal neraca. Selisih penjabaran pos

    kewajiban moneter dalam mata uang asing antara tanggal transaksi dan

    tanggal neraca dicatat sebagai kenaikan atau penurunan ekuitas dana

    periode berjalan.

    Konsekuensi atas pencatatan dan pelaporan kewajiban dalam mata uang

    asing akan mempengaruhi pos pada Neraca untuk kewajiban yang

    berhubungan dan ekuitas dana pada entitas pelaporan.
29

Apabila suatu transaksi dalam mata uang asing timbul dan diselesaikan

dalam periode yang sama, maka seluruh selisih kurs tersebut diakui pada

periode tersebut. Namun jika timbul dan diselesaikannya suatu transaksi

berada dalam beberapa periode akuntansi yang berbeda, maka selisih

kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan

memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.

Contoh:

Utang dalam US $ 1.000 equivalen dengan Rp 10.000.000 tercatat di

buku besar. Pada tanggal 31 Desember 2011 kurs tengah BI untuk US $ 1

adalah Rp 9.200,- Penyajian di neraca adalah Rp 9.200.000. ( US $ 1.000

X Rp 9.200)
30




                                      BAB IV

        PENYELESAIAN KEWAJIBAN SEBELUM JATUH TEMPO




Untuk sekuritas utang pemerintah yang diselesaikan sebelum jatuh tempo karena

adanya fitur untuk ditarik oleh penerbit dari sekuritas tersebut atau karena

memenuhi persyaratan untuk penyelesaian oleh permintaan pemegangnya maka

perbedaan antara harga perolehan kembali dan nilai tercatat netonya harus

diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos

kewajiban yang berkaitan.

Apabila harga perolehan kembali adalah sama dengan nilai tercatat (carrying

value) maka penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo dianggap sebagai

penyelesaian utang secara normal, yaitu dengan menyesuaikan jumlah kewajiban

dan ekuitas dana yang berhubungan. Apabila harga perolehan kembali tidak sama

dengan nilai tercatat (carrying value) maka, selain penyesuaian jumlah kewajiban

dan ekuitas dana yang terkait, jumlah perbedaan yang ada juga diungkapkan pada

Catatan atas Laporan Keuangan.
31




A      Tunggakan

    Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan dalam bentuk

    Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas Laporan Keuangan

    sebagai bagian pengungkapan kewajiban.

    Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah jatuh tempo

    namun pemerintah tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau

    bunganya sesuai jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah mungkin jatuh

    tempo sesuai jadwal pada satu tanggal yang mengharuskan debitur untuk

    melakukan pembayaran kewajiban kepada kreditur.

    Praktik akuntansi biasanya tidak memisahkan jumlah tunggakan dari jumlah

    utang yang terkait dalam lembar muka (face) laporan keuangan. Namun

    informasi tunggakan pemerintah menjadi salah satu informasi yang menarik

    perhatian pembaca laporan keuangan sebagai bahan analisis kebijakan dan

    solvabilitas satu entitas.

    Untuk keperluan tersebut, informasi tunggakan harus diungkapkan dalam

    Catatan atas Laporan Keuangan dalam bentuk Daftar Umur Utang.




B Restrukturisasi Utang

    Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan utang, debitur

    harus mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif sejak saat

    restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah nilai tercatat utang
32

pada saat restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat tersebut melebihi jumlah

pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dengan persyaratan baru.

Informasi restrukturisasi ini harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan

Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang terkait.

Jumlah bunga harus dihitung dengan menggunakan tingkat bunga efektif

konstan dikalikan dengan nilai tercatat utang pada awal setiap periode antara

saat restrukturisasi sampai dengan saat jatuh tempo. Tingkat bunga efektif

yang baru adalah sebesar tingkat diskonto yang dapat menyamakan nilai tunai

jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam

persyaratan baru (tidak temasuk utang kontinjen) dengan nilai tercatat.

Berdasarkan tingkat bunga efektif yang baru akan dapat menghasilkan

jadwal pembayaran yang baru dimulai dari saat restrukturisasi sampai dengan

jatuh tempo.

Informasi mengenai tingkat bunga efektif yang lama dan yang baru harus

disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan .

Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam

persyaratan baru utang termasuk pembayaran untuk bunga maupun untuk

pokok utang lebih rendah dari nilai tercatat, maka debitur harus mengurangi

nilai tercatat utang ke jumlah yang sama dengan jumlah pembayaran kas

masa depan sebagaimana yang ditentukan dalam persyaratan baru. Hal

tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan sebagai

bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang berkaitan.
33

  Suatu entitas tidak boleh mengubah nilai tercatat utang sebagai akibat dari

  restrukturisasi utang yang menyangkut pembayaran kas masa depan yang

  tidak dapat ditentukan, selama pembayaran kas masa depan maksimum tidak

  melebihi nilai tercatat utang.

  Jumlah bunga atau pokok utang menurut persyaratan baru dapat merupakan

  kontinjen, tergantung peristiwa atau keadaan tertentu. Sebagai contoh, debitur

  mungkin dituntut untuk membayar jumlah tertentu jika kondisi keuangannya

  membaik sampai tingkat tertentu dalam periode tertentu. Untuk menentukan

  jumlah tersebut maka harus mengikuti prinsip-prinsip yang diatur pada

  akuntansi kontinjensi yang tidak diatur dalam pernyataan ini. Prinsip yang

  sama berlaku untuk pembayaran kas masa depan yang seringkali harus

  diestimasi.




C Penghapusan Utang

  Penghapusan utang adalah pembatalan secara sukarela tagihan oleh kreditur

  kepada debitur, baik sebagian maupun seluruhnya, jumlah utang debitur

  dalam bentuk perjanjian formal diantara keduanya. Atas penghapusan utang

  mungkin diselesaikan oleh debitur ke kreditur melalui penyerahan aset kas

  maupun nonkas dengan nilai utang di bawah nilai tercatatnya.

  Jika penyelesaian satu utang yang nilai penyelesaiannya di bawah nilai

  tercatatnya dilakukan dengan aset kas, maka ketentuan pada restrukturisasi

  utang di pragaraf sebelumnya berlaku.
34

    Jika penyelesaian suatu utang yang nilai penyelesaiannya di bawah nilai

    tercatatnya dilakukan dengan aset nonkas maka entitas sebagai debitur harus

    melakukan penilaian kembali atas aset nonkas dahulu ke nilai wajarnya dan

    kemudian menerapkan ketentuan pada resktrusturisasi paragraf sebelumnya,

    serta mengungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian

    dari pos kewajiban dan aset nonkas yang berhubungan.

    Informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan

    jumlah perbedaan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi kewajiban

    tersebut yang merupakan selisih lebih antara:

    Nilai tercatat utang yang diselesaikan (jumlah nominal dikurangi atau

    ditambah dengan bunga terutang dan premi, diskonto, biaya keuangan atau

    biaya penerbitan yang belum diamortisasi), dengan Nilai wajar aset yang

    dialihkan ke kreditur.




D        Biaya-Biaya Yang Berhubungan Dengan Utang Pemerintah

     Biaya-biaya yang berhubungan dengan utang pemerintah adalah biaya

     bunga dan biaya lainnya yang timbul dalam kaitan dengan peminjaman

     dana. Biaya-biaya dimaksud meliputi:

     1         Bunga atas penggunaan dana pinjaman, baik pinjaman jangka

          pendek maupun jangka panjang;

     2         Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman,
35

3         Amortisasi biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti

    biaya konsultan, ahli hukum, commitment fee, dan sebagainya.

4         Perbedaan nilai tukar pada pinjaman dengan mata uang asing

    sejauh hal tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga.

Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan

atau produksi suatu aset tertentu (qualifying asset) harus dikapitalisasi

sebagai bagian dari biaya perolehan aset tertentu tersebut.

Apabila bunga pinjaman dapat diatribusikan secara langsung dengan aset

tertentu, maka biaya pinjaman tersebut harus dikapitalisasi terhadap aset

tertentu tersebut. Apabila biaya pinjaman terebut tidak dapat diatribusikan

secara langsung dengan aset tertentu, maka kapitalisasi biaya pinjaman

ditentukan berdasarkan penjelasan pada paragraf dibawah ini.

Dalam keadaan tertentu sulit untuk mengidentifikasikan adanya hubungan

langsung antara pinjaman tertentu dengan perolehan suatu aset tertentu dan

untuk menentukan bahwa pinjaman tertentu tidak perlu ada apabila

perolehan aset tertentu tidak terjadi. Misalnya, apabila terjadi sentralisasi

pendanaan lebih dari satu kegiatan/proyek pemerintah. Kesulitan juga dapat

terjadi bila suatu entitas menggunakan beberapa jenis sumber pembiayaan

dengan tingkat bunga yang berbeda-beda. Dalam hal ini, sulit untuk

menentukan jumlah biaya pinjaman yang dapat secara langsung

diatribusikan, sehingga diperlukan pertimbangan profesional (professional

judgement) untuk menentukan hal tersebut.
36

     Apabila suatu dana dari pinjaman yang tidak secara khusus digunakan untuk

     perolehan aset maka biaya pinjaman yang harus dikapitalisasi ke aset

     tertentu harus dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang (weighted average)

     atas akumulasi biaya seluruh aset tertentu yang berkaitan selama periode

     pelaporan.




                                    BAB V

                   PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN




Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul

utang untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemakainya.

Untuk meningkatkan kegunaan analisis, informasi-informasi yang harus disajikan

dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah:

A      Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang

    diklasifikasikan berdasarkan pemberi pinjaman;

B Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas

    utang pemerintah dan jatuh temponya;
37

C Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga yang

    berlaku;

D       Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo;

E Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:

    1          Pengurangan pinjaman;

    2          Modifikasi persyaratan utang;

    3          Pengurangan tingkat bunga pinjaman;

    4          Pengunduran jatuh tempo pinjaman;

    5          Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan

    6          Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode

        pelaporan.

F Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang

    berdasarkan kreditur.

G       Biaya pinjaman:

    1          Perlakuan biaya pinjaman;

    2          Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang

        bersangkutan; dan

    3          Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.

Contenu connexe

Tendances

Ringkasan teori akuntansi Suwardjono
Ringkasan teori akuntansi SuwardjonoRingkasan teori akuntansi Suwardjono
Ringkasan teori akuntansi Suwardjonoxyrces
 
Merancang pengujian atas rincian saldo ppt
Merancang pengujian atas rincian saldo pptMerancang pengujian atas rincian saldo ppt
Merancang pengujian atas rincian saldo pptRina Limiati
 
Psak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahPsak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahcitra Joni
 
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2Ratih Anjilni
 
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjonoHerna Ferari
 
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoHerna Ferari
 
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2iyandri tiluk wahyono
 
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaAudit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaNony Saraswati Gendis
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiFransisco Laben
 
6. transaksi mata uang asing dan kontrak berjangka
6. transaksi mata uang asing dan kontrak berjangka6. transaksi mata uang asing dan kontrak berjangka
6. transaksi mata uang asing dan kontrak berjangkaIndra Tugus
 
KERANGKA KONSEPTUAL FASB
KERANGKA KONSEPTUAL FASBKERANGKA KONSEPTUAL FASB
KERANGKA KONSEPTUAL FASBmas ijup
 
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)Eka Wahyuliana
 
Penentuan Harga Transfer
Penentuan Harga TransferPenentuan Harga Transfer
Penentuan Harga TransferMuhammad Fajar
 
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1EnvaPya
 
tanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan audittanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan auditIndah Dwi Lestari
 
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...Adi Jauhari
 

Tendances (20)

Ringkasan teori akuntansi Suwardjono
Ringkasan teori akuntansi SuwardjonoRingkasan teori akuntansi Suwardjono
Ringkasan teori akuntansi Suwardjono
 
Merancang pengujian atas rincian saldo ppt
Merancang pengujian atas rincian saldo pptMerancang pengujian atas rincian saldo ppt
Merancang pengujian atas rincian saldo ppt
 
Psak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahPsak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabah
 
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
 
Perbedaan Agen dan cabang
Perbedaan Agen dan cabangPerbedaan Agen dan cabang
Perbedaan Agen dan cabang
 
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
 
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
 
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2
 
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaAudit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
 
Auditing 1
Auditing 1Auditing 1
Auditing 1
 
TEORI AKUNTANSI KEWAJIBAN
TEORI AKUNTANSI KEWAJIBANTEORI AKUNTANSI KEWAJIBAN
TEORI AKUNTANSI KEWAJIBAN
 
Kerangka konseptual akuntansi sektor publik
Kerangka konseptual akuntansi sektor publikKerangka konseptual akuntansi sektor publik
Kerangka konseptual akuntansi sektor publik
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasi
 
6. transaksi mata uang asing dan kontrak berjangka
6. transaksi mata uang asing dan kontrak berjangka6. transaksi mata uang asing dan kontrak berjangka
6. transaksi mata uang asing dan kontrak berjangka
 
KERANGKA KONSEPTUAL FASB
KERANGKA KONSEPTUAL FASBKERANGKA KONSEPTUAL FASB
KERANGKA KONSEPTUAL FASB
 
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
 
Penentuan Harga Transfer
Penentuan Harga TransferPenentuan Harga Transfer
Penentuan Harga Transfer
 
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
 
tanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan audittanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan audit
 
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
 

Similaire à Akuntansi kewajiban

Akuntansi Kewajiban Dan Ekuitas Dana.pptx
Akuntansi Kewajiban Dan Ekuitas Dana.pptxAkuntansi Kewajiban Dan Ekuitas Dana.pptx
Akuntansi Kewajiban Dan Ekuitas Dana.pptxAlthafariqMDhafa1
 
PPT_BAB_9_PENGELOLAAN_PIUTANG_DAN_HUTANG.pptx
PPT_BAB_9_PENGELOLAAN_PIUTANG_DAN_HUTANG.pptxPPT_BAB_9_PENGELOLAAN_PIUTANG_DAN_HUTANG.pptx
PPT_BAB_9_PENGELOLAAN_PIUTANG_DAN_HUTANG.pptxSiivenShirokaji
 
pptwesel-180612000802 (2).pdf
pptwesel-180612000802 (2).pdfpptwesel-180612000802 (2).pdf
pptwesel-180612000802 (2).pdfRehanOgie
 
13. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN.pdf 13. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN.pdf
13. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN.pdf 13. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN.pdf13. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN.pdf 13. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN.pdf
13. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN.pdf 13. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN.pdfsikhwan
 
PPT TUGAS PSAK IFRS.pptx
PPT TUGAS PSAK IFRS.pptxPPT TUGAS PSAK IFRS.pptx
PPT TUGAS PSAK IFRS.pptxJeniferChandra2
 
Liabilities & Equity
Liabilities & EquityLiabilities & Equity
Liabilities & EquityIndra Yu
 
Sap pp71 sesi 4 perbedaan psap 08,09,10,11
Sap pp71 sesi 4 perbedaan psap 08,09,10,11Sap pp71 sesi 4 perbedaan psap 08,09,10,11
Sap pp71 sesi 4 perbedaan psap 08,09,10,11WEST NUSA TENGGARA
 
Meet 1-Current Liabilities-DYP (1).pdf
Meet 1-Current Liabilities-DYP (1).pdfMeet 1-Current Liabilities-DYP (1).pdf
Meet 1-Current Liabilities-DYP (1).pdfMasnaAbdulBaqi
 
Long term Liabilities editen
Long term Liabilities editenLong term Liabilities editen
Long term Liabilities editenHana Rosmawati
 
Hutang lancar
Hutang lancarHutang lancar
Hutang lancardkadani
 
Akuntansi Kewajiban berdasarkan SAP Akrual
Akuntansi Kewajiban berdasarkan SAP AkrualAkuntansi Kewajiban berdasarkan SAP Akrual
Akuntansi Kewajiban berdasarkan SAP AkrualNoor Shiddiq
 

Similaire à Akuntansi kewajiban (20)

Akuntansi Kewajiban Dan Ekuitas Dana.pptx
Akuntansi Kewajiban Dan Ekuitas Dana.pptxAkuntansi Kewajiban Dan Ekuitas Dana.pptx
Akuntansi Kewajiban Dan Ekuitas Dana.pptx
 
PPT_BAB_9_PENGELOLAAN_PIUTANG_DAN_HUTANG.pptx
PPT_BAB_9_PENGELOLAAN_PIUTANG_DAN_HUTANG.pptxPPT_BAB_9_PENGELOLAAN_PIUTANG_DAN_HUTANG.pptx
PPT_BAB_9_PENGELOLAAN_PIUTANG_DAN_HUTANG.pptx
 
Rangkuman piutang
Rangkuman piutangRangkuman piutang
Rangkuman piutang
 
Ppt wesel
Ppt weselPpt wesel
Ppt wesel
 
pptwesel-180612000802 (2).pdf
pptwesel-180612000802 (2).pdfpptwesel-180612000802 (2).pdf
pptwesel-180612000802 (2).pdf
 
Teori Akuntansi - Liabilities
Teori Akuntansi - LiabilitiesTeori Akuntansi - Liabilities
Teori Akuntansi - Liabilities
 
13. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN.pdf 13. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN.pdf
13. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN.pdf 13. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN.pdf13. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN.pdf 13. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN.pdf
13. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN.pdf 13. KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN.pdf
 
Kewajiban dan ekuitas
Kewajiban dan ekuitasKewajiban dan ekuitas
Kewajiban dan ekuitas
 
Ch 07 kas & piutang
Ch 07 kas & piutangCh 07 kas & piutang
Ch 07 kas & piutang
 
HUTANG LANCAR d3.ppt
HUTANG LANCAR d3.pptHUTANG LANCAR d3.ppt
HUTANG LANCAR d3.ppt
 
Kewajiban / Hutang Lancar
Kewajiban / Hutang LancarKewajiban / Hutang Lancar
Kewajiban / Hutang Lancar
 
PPT TUGAS PSAK IFRS.pptx
PPT TUGAS PSAK IFRS.pptxPPT TUGAS PSAK IFRS.pptx
PPT TUGAS PSAK IFRS.pptx
 
Liabilities & Equity
Liabilities & EquityLiabilities & Equity
Liabilities & Equity
 
Piutang
PiutangPiutang
Piutang
 
Sap pp71 sesi 4 perbedaan psap 08,09,10,11
Sap pp71 sesi 4 perbedaan psap 08,09,10,11Sap pp71 sesi 4 perbedaan psap 08,09,10,11
Sap pp71 sesi 4 perbedaan psap 08,09,10,11
 
Meet 1-Current Liabilities-DYP (1).pdf
Meet 1-Current Liabilities-DYP (1).pdfMeet 1-Current Liabilities-DYP (1).pdf
Meet 1-Current Liabilities-DYP (1).pdf
 
Long term Liabilities editen
Long term Liabilities editenLong term Liabilities editen
Long term Liabilities editen
 
Hutang lancar
Hutang lancarHutang lancar
Hutang lancar
 
Pajak bab 12 13 fix
Pajak bab 12 13 fixPajak bab 12 13 fix
Pajak bab 12 13 fix
 
Akuntansi Kewajiban berdasarkan SAP Akrual
Akuntansi Kewajiban berdasarkan SAP AkrualAkuntansi Kewajiban berdasarkan SAP Akrual
Akuntansi Kewajiban berdasarkan SAP Akrual
 

Plus de Adi Jauhari

Managemen strategi
Managemen strategiManagemen strategi
Managemen strategiAdi Jauhari
 
Akuntansi investasi
Akuntansi investasiAkuntansi investasi
Akuntansi investasiAdi Jauhari
 
AKL 2 Pemilikan Tidak Langsung
AKL 2 Pemilikan Tidak LangsungAKL 2 Pemilikan Tidak Langsung
AKL 2 Pemilikan Tidak LangsungAdi Jauhari
 
Akuntansi aset tetap
Akuntansi aset tetapAkuntansi aset tetap
Akuntansi aset tetapAdi Jauhari
 
Laporan arus kas
Laporan arus kasLaporan arus kas
Laporan arus kasAdi Jauhari
 
Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuanganCatatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuanganAdi Jauhari
 
Akuntansi persediaan
Akuntansi persediaanAkuntansi persediaan
Akuntansi persediaanAdi Jauhari
 
Akuntansi investasi
Akuntansi investasiAkuntansi investasi
Akuntansi investasiAdi Jauhari
 
Sistem Biaya Taksirn
Sistem Biaya TaksirnSistem Biaya Taksirn
Sistem Biaya TaksirnAdi Jauhari
 

Plus de Adi Jauhari (11)

Managemen strategi
Managemen strategiManagemen strategi
Managemen strategi
 
Akuntansi investasi
Akuntansi investasiAkuntansi investasi
Akuntansi investasi
 
AKL 2 Pemilikan Tidak Langsung
AKL 2 Pemilikan Tidak LangsungAKL 2 Pemilikan Tidak Langsung
AKL 2 Pemilikan Tidak Langsung
 
Akuntansi aset tetap
Akuntansi aset tetapAkuntansi aset tetap
Akuntansi aset tetap
 
Perpajakan
PerpajakanPerpajakan
Perpajakan
 
Laporan arus kas
Laporan arus kasLaporan arus kas
Laporan arus kas
 
Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuanganCatatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan
 
Akuntansi persediaan
Akuntansi persediaanAkuntansi persediaan
Akuntansi persediaan
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
Akuntansi investasi
Akuntansi investasiAkuntansi investasi
Akuntansi investasi
 
Sistem Biaya Taksirn
Sistem Biaya TaksirnSistem Biaya Taksirn
Sistem Biaya Taksirn
 

Dernier

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 

Dernier (20)

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 

Akuntansi kewajiban

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A Tujuan dan Ruang Lingkup Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi kewajiban meliputi saat pengakuan, penentuan nilai tercatat, amortisasi, dan biaya pinjaman yang dibebankan terhadap kewajiban tersebut. Pernyataan Standar ini diterapkan untuk seluruh unit pemerintahan yang menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum dan mengatur tentang perlakuan akuntansinya, termasuk pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan yang diperlukan. Pernyataan Standar ini mengatur: a Akuntansi Kewajiban Pemerintah termasuk kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang yang ditimbulkan dari Utang Dalam Negeri dan Utang Luar Negeri. b Perlakuan akuntansi untuk transaksi pinjaman dalam mata uang asing. c Perlakuan akuntansi untuk transaksi yang timbul dari restrukturisasi pinjaman. d Perlakuan akuntansi untuk biaya yang timbul dari utang pemerintah.
  • 2. 2 Huruf (b), (c), dan (d) diatas berlaku sepanjang belum ada pengaturan khusus dalam pernyataan tersendiri mengenai hal-hal tersebut. Pernyataan Standar ini tidak mengatur: a Akuntansi Kewajiban Diestimasi dan Kewajiban Kontinjensi. b Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai. c Transaksi dalam mata uang asing yang timbul atas transaksi selain dari transaksi pinjaman yang didenominasi dalam suatu mata uang asing. Huruf (a) dan (b) diatur dalam pernyataan standar tersendiri. B Definisi Istilah Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam Pernyataan Standar dengan pengertian: 1 Amortisasi utang adalah alokasi sistematis dari premium atau diskonto selama umur utang pemerintah. 2 Aset Tertentu yang memenuhi syarat (Qualifying Asset), selanjutnya disebut Aset Tertentu adalah aset yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar siap untuk dipergunakan atau dijual sesuai dengan tujuannya. 3 Biaya Pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang harus ditanggung oleh pemerintah sehubungan dengan peminjaman dana. 4 Debitur adalah pihak yang menerima utang dari kreditur.
  • 3. 3 5 Diskonto adalah jumlah selisih kurang antara nilai kini kewajiban (present value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) dari suatu utang karena tingkat bunga nominal lebih rendah dari tingkat bunga efektif. 6 Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. 7 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. 8 Kreditur adalah pihak yang memberikan utang kepada debitur. 9 Kewajiban diestimasi adalah kewajiban yang waktu dan jumlahnya belum pasti. 10 Kewajiban kontinjensi adalah: 1 kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali suatu entitas; atau 2 kewajiban kini yang timbul sebagai akibat masa lalu, tetapi tidak diakui karena:
  • 4. 4 a tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) bahwa suatu entitas mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi untuk menyelesaikan kewajibannya; atau b jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal. 11 Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. 12 Metode garis lurus adalah metode alokasi premium atau diskonto dengan jumlah yang sama sepanjang periode sekuritas utang pemerintah. 13 Nilai nominal adalah nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar surat utang pemerintah. 14 Nilai tercatat (carrying amount) kewajiban adalah nilai buku kewajiban yang dihitung dari nilai nominal setelah dikurangi atau ditambah diskonto atau premium yang belum diamortisasi. 15 Obligasi Negara adalah Surat Utang Negara yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan pembayaran bunga secara diskonto. 16 Perhitungan Fihak Ketiga, selanjutnya disebut PFK, merupakan utang pemerintah kepada pihak lain yang disebabkan kedudukan pemerintah sebagai pemotong pajak atau pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), iuran Askes, Taspen, dan Taperum.
  • 5. 5 17 Premium adalah jumlah selisih lebih antara nilai kini kewajiban (present value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) karena tingkat bunga nominal lebih tinggi dari tingkat bunga efektif. 18 Restrukturisasi Utang adalah kesepakatan antara kreditur dan debitur untuk memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan atau tanpa pengurangan jumlah utang. 19 Sekuritas utang pemerintah adalah surat berharga berupa surat pengakuan utang oleh pemerintah yang dapat diperjualbelikan dan mempunyai nilai jatuh tempo atau nilai pelunasan pada saat diterbitkan, misalnya Surat Utang Negara (SUN). 20 Surat Perbendaharaan Negara adalah Surat Utang Negara yang berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. 21 Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran pokok utang dan bunganya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya. 22 Tunggakan adalah jumlah kewajiban terutang karena ketidakmampuan entitas membayar pokok utang dan/atau bunganya sesuai jadwal.
  • 6. 6 BAB II DEFINISI DAN KLASIFIKASI A Pengertian Kewajiban Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan yang berasal dari pinjaman.
  • 7. 7 Pinjaman tersebut dapat berasal dari masyarakat, lembaga keuangan, pemerintah lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul dari pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga yang belum dibayar pemerintah pada akhir tahun anggaran. Sebagai contoh Pemerintah daerah membangun gedung untuk kantor yang dikerjakan oleh PT Jauhari. Pembangunan tersebut telah selesai. Sampai akhir akhir tahun anggaran pemerintah daerah tersebut belum melakukan pembayaran. Pemerintah daerah harus mencatat kewajiban tersebut di neraca sebesar utang yang belum dibayar. Disamping kewajiban-kewajiban di atas, ada juga kewajiban-kewajiban yang jumlah dan waktu pembayarannya belum pasti yang disebut kewajiban kontinjensi. Kewajiban kontinjensi adalah kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali suatu entitas. Misalnya Pemerintah memberikan penjaminan atas tabungan masyarakat di lembaga perbankan, informasi ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. B Karekteristik Kewajiban
  • 8. 8 Karakteristik utama kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pendanaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah dapat juga terjadi karen perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, kelebihan setoran pajak dari wajib pajak, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa lainnya. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan. C Klasifikasi Kewajiban Kewajiban pemerintah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. 1 Kewajiban Jangka Pendek Batasan yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan kewajiban adalah jangka waktu pembayaran dari utang-utang tersebut. Apabila utang diharapkan akan dibayar dalam jangka waktu satu tahun maka
  • 9. 9 diklasifikasikan sebagai utang jangka pendek. Jadi kewajiban jangka pendek atau kewajiban lancar adalah kewajiban yang diharapkan dapat dibayar atau jatuh tempo dalam jangka waktu satu tahun anggaran atau dua belas bulan setelah tanggal pencatatan. Pengertian lain mengenai kewajiban jangka pendek adalah apabila suatu kewajiban akan dilunasi dengan menggunakan sumber-sumber aset lancar atau dengan menimbulkan utang jangka pendek yang baru. Jenis-jenis kewajiban jangka pendek pemerintah dapat terdiri dari: a Bagian Lancar Utang Jangka Panjang. Jenis kewajiban ini merupakan hasil reklasifikasi utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Nilai ini dicantumkan dalam laporan keuangan sebesar nilai yang jatuh tempo. b Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Jenis kewajiban ini merupakan utang yang timbul dari potongan atau pungutan yang dilakukan pemerintah yang harus disetorkan lagi kepada pihak lain yang berhak atas dana yang dipotong atau dipungut tersebut, misalnya potongan Pph pasal 21, Taspen, Askes, Taperum dan jenis-jenis asuransi lainnya. Jumlah pungutan atau potongan PFK harus disetorkan kepada pihak yang berhak menerimanya sebesar
  • 10. 10 jumlah yang dipotong atau dipungut. Pada akhir periode anggaran, masih tersisa jumlah potongan atau pungutan yang belum disetorkan dan harus dicantumkan dalam laporan keuangan sebesar jumlah yang masih harus disetorkan. c Utang kepada Pihak Ketiga (Account Payable) Jenis kewajiban ini timbul bila pemerintah telah menerima hak atas barang, termasuk barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya. Nilai kewajiban dicatat sebesar jumlah yang belum dibayarkan. Jika tagihan tidak tersedia pada saat penyusunan laporan keuangan maka jumlah kewajiban harus diestimasikan atau dihitung berdasarkan kontrak yang ada. Jumlah kewajiban kepada kontraktor yang membangun fasilitas atau peralatan sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan, diukur berdasarkan realisasi fisik kemajuan pekerjaan menurut berita acara kemajuan pekerjaan yang dibuat. d Utang Biaya Pinjaman Jenis kewajiban yang termasuk dalam utang biaya pinjaman merupakan kewajiban jangka pendek yang timbul dari adanya biaya- biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah sehubungan dengan dilakukannya peminjaman dan baik jangka pendek maupun jangka panjang atau adanya penerbitan obligasi seperti: perhitungan bunga pinjaman yang jatuh tempo, pengenaan denda karena menunggak pelunasan pokok pinjaman, amortisasi diskonto atau premium yang berhubungan dengan pinjaman, amortisasi atas biaya-biaya yang
  • 11. 11 terkait dengan diperolehnya pinjaman seperti biaya konsultan & ahli hukum, dan biaya- biaya lainnya seperti jasa bank, yang masih harus dibayar pada akhir tahun anggaran. Bunga yang di accrued, karena telah jatuh tempo, merupakan kewajiban yang timbul dari adanya penerimaan dana pinjaman kepada pemerintah, yang besarnya dan jatuh tempo pembayarannya diatur dalam persyaratan pinjaman. Utang bunga dicatat berdasarkan biaya bunga yang telah terjadi dan belum dilakukan pembayaran oleh pemerintah yang bersangkutan. e Kewajiban Jangka Pendek Lainnya. Jenis kewajiban ini adalah kewajiban selain yang termasuk dalam kelompok kewajiban di atas, misalnya utang atas pembayaran gaji, penerimaan pembayaran dimuka atas penyerahan barang atau jasa oleh pemerintah. Pengukuran jenis kewajiban ini disesuaikan dengan karateristik masing-masing, misalnya utang kepada karyawan dinilai dengan jumlah gaji yang belum dibayarkan, penerimaan pembayaran dimuka dinilai sebesar nilai nominal pembayaran tersebut. 2 Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban jangka panjang adalah utang-utang yang diharapkan dapat dibayar atau jatuh tempo lebih dari dua belas bulan setelah tanggal
  • 12. 12 pencatatan, atau dapat juga diartikan bahwa kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang akan dilunasi dari sumber-sumber yang bukan dari kelompok aset lancar. Termasuk dalam kategori kewajiban jangka panjang adalah pokok utang jangka panjang. Utang jangka panjang biasanya timbul karena pemerintah hendak membangun suatu investasi dalam aset tetap untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat atau untuk tujuan pembiayaan, misalnya untu menutupi defisit anggaran yang terjadi. Penilaian utang jangka panjang dimungkinkan dengan berbagai bentuk: a Utang Pemerintah yang Tidak Dapat Diperjualbelikan. Nilai nominal atas utang jenis ini merupakan kewajiban pemerintah kepada pemberi utang yaitu sebesar pokok dan bunganya seperti yang diatur dalam kontrak perjanjian dan belum diselesaikan pada tanggal pelaporan keuangan, misalnya pinjaman yang diperoleh dari lembaga keuangan internasional sepert Bank Dunia, IMF (International Monetary Fund), ADB (Asian Development Bank, atau yang diperoleh dari dalam negeri, termasuk dari BUMN/BUMD. Jenis utang yang menggunakan tarif bunga tetap, penilaian dapat menggunakan skedul pembayaran. Sedangkan bila tarif bunganya
  • 13. 13 variabel, penilaian utang menggunakan metode yang sama dengan tarif bunga tetap kecuali tarif bunganya dapat diestimasikan secara wajar berdasarkan data-data sebelumnya dan observasi atas instrumen keuangan yang ada. b Utang Pemerintah yang Dapat Diperjualbelikan. Utang ini dapat berbentuk sekuritas utang pemerintah berupa surat utang negara atau obligasi yang memuat ketentuan mengenai nilai utang pada saat jatuh tempo. Utang sekuritas pemerintah dinilai dengan menggunakan nilai par atau nilai nominal utang. Sekuritas utang pemerintah dapat dijual sebesar nilai par tanpa diskonto atau premium atau dapat dijual dengan harga diskonto atau premium. Apabila surat utang dijual dengan diskonto atau premium, perlu dilakukan amortisasi atas diskonto atau premium yang dapat menggunakan metode garis lurus. Amortisasi dilakukan untuk memperlakukan diskonto atau premium agar tidak dibebankan sekaligus sebagai pendapatan atau biaya. Contoh: pada 1 Juli 2010, Pemerintah Kota Jauhari mempunyai utang jangka panjang sebesar Rp 10.000.000 yang harus diangsur setiap tahun sebesar 1.000.000, Pemerintah Kota Jauhari harus melakukan reklasifikasi atas kewajiban tersebut menjadi Kewajiban Jangka Pendek pada akhir tahun 2005 sebesar Rp 1.000.000, sehingga Kewajiban Jangka panjang akan disajikan di neraca sebesar Rp 9.000.000.
  • 14. 14 Dalam hal terjadi kesulitan likuiditas pemerintah dapat melakukan restrukturisasi atau pendanaan kembali terhadap utang-utangnya yang akan jatuh tempo. Apabila hal ini terjadi, entitas pelaporan dapat memasukkan kewajiban jatuh temponya dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan ke dalam klasifikasi kewajiban jangka panjang, jika: 1 jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan; dan 2 entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas dasar jangka panjang; dan 3 maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui. Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka pendek menjadi kewajiban jangka panjang seperti yang disebutkan di atas diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau digulirkan (roll over) oleh entitas pelaporan. Kewajiban yang demikian dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun dalam situasi di mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada
  • 15. 15 otoritas entitas, maka kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos jangka pendek, kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan kembali sebelum persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa substansi kewajiban pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang. Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu (covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika: 1 pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai konsekuensi adanya pelanggaran, dan 2 terdapat jaminan bahwa tidak akan terjadi pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Sebagai contoh, Pemkot Jauhari meminjam uang dari lembaga asing, sebesar Rp 500 milyar untuk program pembangunan listrik daerah, dengan ketentuan bahwa pinjaman ini tidak dapat digunakan untuk membiayai program lain. Kalau pinjaman ini tidak dapat digunakan untuk program tersebut harus dikembalikan. Pinjaman ini telah ditarik pada tahun 2003. Pinjaman ini akan dibayar secara angsuran selama 20 tahun mulai tahun 2008. Sampai dengan tahun 2006 ternyata program tersebut macet, dan
  • 16. 16 tidak dapat dilanjutkan. Oleh karena pinjaman ini harus disajikan sebagai kewajiban jangka pendek. BAB III PENGAKUAN DAN PENGUKURAN KEWAJIBAN A Pengakuan
  • 17. 17 Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Keberadaan peristiwa masa lalu (dalam hal ini meliputi transaksi) sangat penting dalam pengakuan kewajiban. Suatu peristiwa adalah terjadinya suatu konsekuensi keuangan terhadap suatu entitas. Suatu peristiwa mungkin dapat berupa suatu kejadian internal dalam suatu entitas seperti perubahan bahan baku menjadi suatu produk, ataupun dapat berupa kejadian eksternal yang melibatkan interaksi antara suatu entitas dengan lingkungannya seperti transaksi dengan entitas lain, bencana alam, pencurian, perusakan, kerusakan karena ketidaksengajaan. Suatu transaksi melibatkan transfer sesuatu yang mempunyai nilai. Transaksi mungkin berupa transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran. Pembedaan antara transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran sangat penting untuk menentukan saat pengakuan kewajiban. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima oleh pemerintah atau dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan, dan/atau pada saat kewajiban timbul. Kewajiban dapat timbul dari: 1 transaksi dengan pertukaran (exchange transactions);
  • 18. 18 2 transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions), sesuai hukum yang berlaku dan kebijakan yang diterapkan, yang belum dibayar lunas sampai dengan saat tanggal pelaporan; 3 kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related events); 4 kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events). Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing-masing pihak dalam transaksi tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai sebagai gantinya. Terdapat dua arus timbal balik atas sumber daya atau janji untuk menyediakan sumber daya. Dalam transaksi dengan pertukaran, kewajiban diakui ketika satu pihak menerima barang atau jasa sebagai ganti janji untuk memberikan uang atau sumber daya lain di masa depan. Satu contoh dari transaksi dengan pertukaran adalah saat pegawai pemerintah memberikan jasa sebagai penukar/ganti dari kompensasi yang diperolehnya yang terdiri dari gaji dan manfaat pegawai lainnya. Suatu transaksi pertukaran timbul karena kedua belah pihak (pemberi kerja dan penerima kerja) menerima dan mengorbankan suatu nilai. Kewajiban kompensasi meliputi gaji yang belum dibayar dan jasa telah diserahkan dan biaya manfaat pegawai lainnya yang berhubungan dengan jasa periode berjalan. Contoh kewajiban yang timbul dari transaksi dengan pertukaran.
  • 19. 19 Pada tanggal 10 Oktober 2005, Pemkot Lampung melakukan pengadaan personal computer (PC) dengan PT Smart Teknik dengan nilai Rp 60.000.000. Pemkot Lampung dan PT Smart Teknik sepakat untuk pembayaran komputer tersebut dilakukan pada 1 Maret 2012. Atas transaksi tersebut, Pemkot Lampung akan mencatat dan melaporkan di neracanya kewajiban jangka pendek sebesar Rp 60.000.000 pada tanggal 10 Oktober 2012, ketika komputer tersebut diterima. Suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak dalam suatu transaksi menerima nilai tanpa secara langsung memberikan atau menjanjikan nilai sebagai gantinya. Dalam hal ini, hanya ada satu arah arus sumber daya atau janji. Untuk transaksi tanpa pertukaran, suatu kewajiban harus diakui atas jumlah terutang yang belum dibayar pada tanggal pelaporan. Beberapa jenis hibah dan program bantuan umum dan khusus kepada entitas pelaporan lainnya merupakan transaksi tanpa pertukaran. Ketika pemerintah pusat membuat program pemindahan kepemilikan atau memberikan hibah atau mengalokasikan dananya ke pemerintah daerah, persyaratan pembayaran ditentukan oleh peraturan dan hukum yang ada dan bukan melalui transaksi dengan pertukaran. Kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah adalah kejadian yang tidak didasari transaksi namun berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah dan lingkungannya. Kejadian tersebut mungkin berada di luar kendali pemerintah. Secara umum suatu kewajiban diakui, dalam hubungannya dengan kejadian
  • 20. 20 yang berkaitan dengan Pemerintah, dengan basis yang sama dengan kejadian yang timbul dari transaksi dengan pertukaran. Pada saat pemerintah secara tidak sengaja menyebabkan kerusakan pada kepemilikan pribadi maka kejadian tersebut menciptakan kewajiban, sepanjang hukum yang berlaku dan kebijakan yang ada memungkinkan bahwa pemerintah akan membayar kerusakan, dan sepanjang jumlah pembayarannya dapat diestimasi dengan andal. Contoh kejadian ini adalah kerusakan tak sengaja terhadap kepemilikan pribadi yang disebabkan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pemerintah. Kejadian yang diakui Pemerintah adalah kejadian-kejadian yang tidak didasarkan pada transaksi namun kejadian tersebut mempunyai konsekuensi keuangan bagi pemerintah karena pemerintah memutuskan untuk merespon kejadian tersebut. Pemerintah mempunyai tanggung jawab luas untuk menyediakan kesejahteraan publik. Untuk itu, Pemerintah sering diasumsikan bertanggung jawab terhadap satu kejadian yang sebelumnya tidak diatur dalam peraturan formal yang ada. Konsekuensinya, biaya yang timbul dari berbagai kejadian, yang disebabkan oleh entitas nonpemerintah dan bencana alam, pada akhirnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Namun biaya-biaya tersebut belum dapat memenuhi definisi kewajiban sampai pemerintah secara formal mengakuinya sebagai tanggung jawab keuangan pemerintah, dan atas biaya yang timbul sehubungan dengan kejadian tersebut telah terjadi transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran.
  • 21. 21 Sebagai contoh dalam kasus bencana kerusuhan di Lampung Selatan, bagi setiap keluarga yang rumahnya hancur akan diberikan ganti rugi Rp 50 juta. Apabila sudah dicantumkan dalam peraturan (surat ketetapan) yang sah, tetapi belum dibayar. Dengan kata lain pemerintah seharusnya mengakui kewajiban dan biaya untuk kondisi ketika keduanya memenuhi dua kriteria berikut: (1) Badan Legislatif telah menyetujui atau mengotorisasi sumber daya yang akan digunakan, (2) transaksi dengan pertukaran timbul (misalnya saat kontraktor melakukan perbaikan) atau jumlah transaksi tanpa pertukaran belum dibayar pada tanggal pelaporan (misalnya pembayaran langsung ke korban bencana). Contoh berikut mengilustrasikan pengakuan kewajiban dari kejadian yang diakui pemerintah. Suatu kerusakan akibat bencana alam di kota kota Indonesia dan DPR mengotorisasi pengeluaran untuk menanggulangi bencana tersebut. Kejadian ini merupakan konsekuensi keuangan dari pemerintah karena memutuskan untuk menyediakan bantuan bencana bagi kota-kota tersebut. Transaksi yang berhubungan dengan hal tersebut, meliputi sumbangan pemerintah ke masing-masing individu dan pekerjaan kontraktor yang dibayar oleh pemeritah, diakui sebagai transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran. Dalam kasus transaksi dengan pertukaran, jumlah terutang untuk barang dan jasa yang disediakan untuk pemerintah diakui saat barang diserahkan atau pekerjaan diselesaikan. Dalam kasus transaksi tanpa pertukaran, suatu kewajiban harus diakui sebesar jumlah terutang yang belum dibayar pada tanggal pelaporan. Kewajiban tersebut meliputi jumlah tagihan
  • 22. 22 ke pemerintah untuk membayar manfaat, barang atau jasa yang telah disediakan sesuai persyaratan program yang ada pada tanggal pelaporan pemerintah. B Pengukuran Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar surat utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut. Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban mengikuti karakteristik dari masing-masing pos. 1 Utang kepada Pihak Ketiga (Account Payable) Terhadap barang/jasa yang telah diterima pemerintah dan belum dibayar, termasuk barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya, pemerintah mengakui kewajiban tersebut sebagai utang di neraca. Contoh: Kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai dengan spesifikasi yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah.
  • 23. 23 Kontraktor tersebut sudah menyelesaikan porsi pekerjaan tahap I dan telah menyerahkan kepada pemerintah. Jumlah tagihan termin I tersebut sampai akhir tahun belum dibayar. Oleh karena itu, jumlah tersebut merupakan utang yang harus disajikan di neraca. Apabila dalam jumlah kewajiban terdapat utang yang disebabkan adanya transaksi antar unit pemerintahan, penyajiannya harus dipisahkan dari kewajiban kepada unit nonpemerintahan. 2 Utang Bunga (Accrued Interest) Utang bunga pinjaman pemerintah dicatat sebesar biaya bunga yang telah terjadi dan belum dibayar. Bunga dimaksud dapat berasal dari utang pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri. Utang bunga pinjaman pemerintah yang belum dibayar harus diakui pada setiap akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban jangka pendek. Pengukuran dan penyajian utang bunga di atas juga berlaku untuk sekuritas pemerintah yang diterbitkan pemerintah pusat dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) dan yang diterbitkan oleh pemerintah daerah (provinsi, kota, dan kabupaten) dalam bentuk dan substansi yang sama dengan SUN. 3 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
  • 24. 24 Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan untuk PFK yang belum disetorkan kepada yang berhak harus disajikan sebagai utang di neraca sebesar jumlah yang masih harus disetorkan. Jumlah pungutan/potongan PFK yang dilakukan pemerintah harus diserahkan kepada pihak lain sejumlah yang sama dengan jumlah yang dipungut/dipotong. Pada akhir periode pelaporan biasanya masih terdapat saldo pungutan/potongan yang belum disetorkan kepada pihak lain. Jumlah saldo pungutan/potongan tersebut harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang masih harus disetorkan sebagai utang PFK. Contoh: Pada Tahun 2011, Pemprov Lampung memungut iuran Askes, tabungan perumahan, Pajak Penghasilan atas Gaji dari pegawai pemerintah provinsi tersebut sebesar Rp 10 juta. Pada 31 Desember 2011, diketahui jumlah pungutan yang telah disetor ke PT Askes, Perum Perumnas dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) adalah sebesar Rp 8 juta. Atas transaksi tersebut, Pemprov Lampung seharusnya menyetor jumlah PFK (iuran Askes, Tabungan Perumahan dan Pajak Penghasilan) sebesar yang dipungut yaitu Rp 10 Juta. Tetapi pemda tersebut baru menyetor hanya sebesar Rp 8 juta, oleh sebab itu Pemprov Lampung harus mencatat Hutang PFK di Neraca Per 31 Desember 2011 sebesar Rp 2 Juta. 4 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
  • 25. 25 Nilai yang dicantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian lancar utang jangka panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Contohnya Pinjaman obligasi yang jatuh tempo tahun yang akan datang sebesar Rp 1 Milyar disajikan sebesar nilai nominal. 5 Kewajiban Lancar Lainnya (Other Current Liabilities) Kewajiban lancar lainnya merupakan kewajiban lancar yang tidak termasuk dalam kategori utang jangka pendek di atas. Termasuk dalam kewajiban lancar lainnya tersebut adalah biaya yang masih harus dibayar pada saat laporan keuangan disusun. Pengukuran untuk masing-masing item disesuaikan dengan karakteristik masing-masing pos tersebut, misalnya utang gaji kepada pegawai dinilai berdasarkan jumlah gaji yang masih harus dibayar atas jasa yang telah diserahkan oleh pegawai tersebut. 6 Utang Pemerintah yang tidak Diperjualbelikan dan yang Diperjualbelikan Penilaian utang pemerintah disesuaikan dengan karakteristik utang tersebut yang dapat berbentuk: a Utang Pemerintah yang tidak diperjualbelikan (Non-traded Debt) Nilai nominal atas utang pemerintah yang tidak diperjualbelikan (non-traded debt) merupakan kewajiban entitas kepada pemberi
  • 26. 26 utang sebesar pokok utang dan bunga sesuai yang diatur dalam kontrak perjanjian dan belum diselesaikan pada tanggal pelaporan. Contoh dari utang pemerintah yang tidak dapat diperjualbelikan adalah pinjaman bilateral, multilateral, dan lembaga keuangan international seperti IMF, World Bank, ADB dan lainnya. Bentuk hukum dari pinjaman ini biasanya dalam bentuk perjanjian pinjaman (loan agreement). Untuk utang pemerintah dengan tarif bunga tetap, penilaian dapat menggunakan skedul pembayaran (payment schedule) menggunakan tarif bunga tetap. Untuk utang pemerintah dengan tarif bunga variabel, misalnya tarif bunga dihubungkan dengan satu instrumen keuangan atau dengan satu indeks lainnya, penilaian utang pemerintah menggunakan prinsip yang sama dengan tarif bunga tetap, kecuali tarif bunganya diestimasikan secara wajar berdasarkan data sebelumnya dan observasi atas instrumen keuangan yang ada. b Utang Pemerintah yang Diperjualbelikan (Traded Debt) Akuntansi untuk utang pemerintah dalam bentuk yang dapat diperjualbelikan, misalnya obligasi atau Surat Utang Negara seharusnya dapat mengidentifikasi jumlah sisa kewajiban dari pemerintah pada suatu waktu tertentu beserta bunganya untuk suatu periode akuntansi. Untuk penilaian surat utang ini perlu data hasil penjualan, dan nilai pada saat jatuh tempo atas jumlah yang akan dibayarkan kepada pemegangnya.
  • 27. 27 Utang pemerintah yang dapat diperjualbelikan biasanya dalam bentuk sekuritas utang pemerintah (government debt securities) yang dapat memuat ketentuan mengenai nilai utang pada saat jatuh tempo. Jenis surat utang pemerintah ini dinilai sebesar nilai pari (original face value) dengan memperhitungkan diskonto atau premium yang belum diamortisasi. Surat utang pemerintah yang dijual sebesar nilai pari (face) tanpa diskonto ataupun premium harus dinilai sebesar nilai pari (face). Surat utang yang dijual dengan diskonto akan bertambah nilainya selama periode penjualan dan jatuh tempo; sedangkan surat utang yang dijual dengan harga premium nilainya akan berkurang. Amortisasi atas diskonto atau premium dapat menggunakan metode garis lurus. Sebagai contoh : Pemerintah menerbitkan obligasi retail seri 001 sebanyak 1.000.000 lembar dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per lembar. Pada tanggal 2 Januari 2006 hasil penjualan bersih obligasi ini adalah Rp 1.100.000.000.000 Obligasi ini jatuh tempo 2 Januari 2011. Metode amortisasi yang digunakan adalah garis lurus. Nilai obligasi yang disajikan di neraca per 31 Desember 2006 adalah: Nilai Nominal Rp 1.000.000.000.000 Premium
  • 28. 28 Rp 100.000.000.000-(1/5X100.000.000000)= Rp (20.000.000.000) = Rp 1.080.000.000.000 7 Perubahan Valuta Asing Utang pemerintah dalam mata uang asing dicatat dengan menggunakan kurs tengah bank sentral saat terjadinya transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs spot (spot rate). Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi sering digunakan, misalnya rata-rata kurs tengah bank sentral selama seminggu atau sebulan digunakan untuk seluruh transaksi pada periode tersebut. Namun, jika kurs berfluktuasi secara signifikan, penggunaan kurs rata- rata untuk suatu periode tidak dapat diandalkan. Pada setiap tanggal neraca pos kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. Selisih penjabaran pos kewajiban moneter dalam mata uang asing antara tanggal transaksi dan tanggal neraca dicatat sebagai kenaikan atau penurunan ekuitas dana periode berjalan. Konsekuensi atas pencatatan dan pelaporan kewajiban dalam mata uang asing akan mempengaruhi pos pada Neraca untuk kewajiban yang berhubungan dan ekuitas dana pada entitas pelaporan.
  • 29. 29 Apabila suatu transaksi dalam mata uang asing timbul dan diselesaikan dalam periode yang sama, maka seluruh selisih kurs tersebut diakui pada periode tersebut. Namun jika timbul dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi yang berbeda, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode. Contoh: Utang dalam US $ 1.000 equivalen dengan Rp 10.000.000 tercatat di buku besar. Pada tanggal 31 Desember 2011 kurs tengah BI untuk US $ 1 adalah Rp 9.200,- Penyajian di neraca adalah Rp 9.200.000. ( US $ 1.000 X Rp 9.200)
  • 30. 30 BAB IV PENYELESAIAN KEWAJIBAN SEBELUM JATUH TEMPO Untuk sekuritas utang pemerintah yang diselesaikan sebelum jatuh tempo karena adanya fitur untuk ditarik oleh penerbit dari sekuritas tersebut atau karena memenuhi persyaratan untuk penyelesaian oleh permintaan pemegangnya maka perbedaan antara harga perolehan kembali dan nilai tercatat netonya harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos kewajiban yang berkaitan. Apabila harga perolehan kembali adalah sama dengan nilai tercatat (carrying value) maka penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo dianggap sebagai penyelesaian utang secara normal, yaitu dengan menyesuaikan jumlah kewajiban dan ekuitas dana yang berhubungan. Apabila harga perolehan kembali tidak sama dengan nilai tercatat (carrying value) maka, selain penyesuaian jumlah kewajiban dan ekuitas dana yang terkait, jumlah perbedaan yang ada juga diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
  • 31. 31 A Tunggakan Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan dalam bentuk Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan kewajiban. Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah jatuh tempo namun pemerintah tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau bunganya sesuai jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah mungkin jatuh tempo sesuai jadwal pada satu tanggal yang mengharuskan debitur untuk melakukan pembayaran kewajiban kepada kreditur. Praktik akuntansi biasanya tidak memisahkan jumlah tunggakan dari jumlah utang yang terkait dalam lembar muka (face) laporan keuangan. Namun informasi tunggakan pemerintah menjadi salah satu informasi yang menarik perhatian pembaca laporan keuangan sebagai bahan analisis kebijakan dan solvabilitas satu entitas. Untuk keperluan tersebut, informasi tunggakan harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan dalam bentuk Daftar Umur Utang. B Restrukturisasi Utang Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan utang, debitur harus mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif sejak saat restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah nilai tercatat utang
  • 32. 32 pada saat restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat tersebut melebihi jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dengan persyaratan baru. Informasi restrukturisasi ini harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang terkait. Jumlah bunga harus dihitung dengan menggunakan tingkat bunga efektif konstan dikalikan dengan nilai tercatat utang pada awal setiap periode antara saat restrukturisasi sampai dengan saat jatuh tempo. Tingkat bunga efektif yang baru adalah sebesar tingkat diskonto yang dapat menyamakan nilai tunai jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan baru (tidak temasuk utang kontinjen) dengan nilai tercatat. Berdasarkan tingkat bunga efektif yang baru akan dapat menghasilkan jadwal pembayaran yang baru dimulai dari saat restrukturisasi sampai dengan jatuh tempo. Informasi mengenai tingkat bunga efektif yang lama dan yang baru harus disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan . Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan baru utang termasuk pembayaran untuk bunga maupun untuk pokok utang lebih rendah dari nilai tercatat, maka debitur harus mengurangi nilai tercatat utang ke jumlah yang sama dengan jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana yang ditentukan dalam persyaratan baru. Hal tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang berkaitan.
  • 33. 33 Suatu entitas tidak boleh mengubah nilai tercatat utang sebagai akibat dari restrukturisasi utang yang menyangkut pembayaran kas masa depan yang tidak dapat ditentukan, selama pembayaran kas masa depan maksimum tidak melebihi nilai tercatat utang. Jumlah bunga atau pokok utang menurut persyaratan baru dapat merupakan kontinjen, tergantung peristiwa atau keadaan tertentu. Sebagai contoh, debitur mungkin dituntut untuk membayar jumlah tertentu jika kondisi keuangannya membaik sampai tingkat tertentu dalam periode tertentu. Untuk menentukan jumlah tersebut maka harus mengikuti prinsip-prinsip yang diatur pada akuntansi kontinjensi yang tidak diatur dalam pernyataan ini. Prinsip yang sama berlaku untuk pembayaran kas masa depan yang seringkali harus diestimasi. C Penghapusan Utang Penghapusan utang adalah pembatalan secara sukarela tagihan oleh kreditur kepada debitur, baik sebagian maupun seluruhnya, jumlah utang debitur dalam bentuk perjanjian formal diantara keduanya. Atas penghapusan utang mungkin diselesaikan oleh debitur ke kreditur melalui penyerahan aset kas maupun nonkas dengan nilai utang di bawah nilai tercatatnya. Jika penyelesaian satu utang yang nilai penyelesaiannya di bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset kas, maka ketentuan pada restrukturisasi utang di pragaraf sebelumnya berlaku.
  • 34. 34 Jika penyelesaian suatu utang yang nilai penyelesaiannya di bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset nonkas maka entitas sebagai debitur harus melakukan penilaian kembali atas aset nonkas dahulu ke nilai wajarnya dan kemudian menerapkan ketentuan pada resktrusturisasi paragraf sebelumnya, serta mengungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos kewajiban dan aset nonkas yang berhubungan. Informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan jumlah perbedaan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi kewajiban tersebut yang merupakan selisih lebih antara: Nilai tercatat utang yang diselesaikan (jumlah nominal dikurangi atau ditambah dengan bunga terutang dan premi, diskonto, biaya keuangan atau biaya penerbitan yang belum diamortisasi), dengan Nilai wajar aset yang dialihkan ke kreditur. D Biaya-Biaya Yang Berhubungan Dengan Utang Pemerintah Biaya-biaya yang berhubungan dengan utang pemerintah adalah biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul dalam kaitan dengan peminjaman dana. Biaya-biaya dimaksud meliputi: 1 Bunga atas penggunaan dana pinjaman, baik pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang; 2 Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman,
  • 35. 35 3 Amortisasi biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti biaya konsultan, ahli hukum, commitment fee, dan sebagainya. 4 Perbedaan nilai tukar pada pinjaman dengan mata uang asing sejauh hal tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga. Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan atau produksi suatu aset tertentu (qualifying asset) harus dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tertentu tersebut. Apabila bunga pinjaman dapat diatribusikan secara langsung dengan aset tertentu, maka biaya pinjaman tersebut harus dikapitalisasi terhadap aset tertentu tersebut. Apabila biaya pinjaman terebut tidak dapat diatribusikan secara langsung dengan aset tertentu, maka kapitalisasi biaya pinjaman ditentukan berdasarkan penjelasan pada paragraf dibawah ini. Dalam keadaan tertentu sulit untuk mengidentifikasikan adanya hubungan langsung antara pinjaman tertentu dengan perolehan suatu aset tertentu dan untuk menentukan bahwa pinjaman tertentu tidak perlu ada apabila perolehan aset tertentu tidak terjadi. Misalnya, apabila terjadi sentralisasi pendanaan lebih dari satu kegiatan/proyek pemerintah. Kesulitan juga dapat terjadi bila suatu entitas menggunakan beberapa jenis sumber pembiayaan dengan tingkat bunga yang berbeda-beda. Dalam hal ini, sulit untuk menentukan jumlah biaya pinjaman yang dapat secara langsung diatribusikan, sehingga diperlukan pertimbangan profesional (professional judgement) untuk menentukan hal tersebut.
  • 36. 36 Apabila suatu dana dari pinjaman yang tidak secara khusus digunakan untuk perolehan aset maka biaya pinjaman yang harus dikapitalisasi ke aset tertentu harus dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang (weighted average) atas akumulasi biaya seluruh aset tertentu yang berkaitan selama periode pelaporan. BAB V PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul utang untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemakainya. Untuk meningkatkan kegunaan analisis, informasi-informasi yang harus disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah: A Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan berdasarkan pemberi pinjaman; B Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas utang pemerintah dan jatuh temponya;
  • 37. 37 C Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga yang berlaku; D Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo; E Perjanjian restrukturisasi utang meliputi: 1 Pengurangan pinjaman; 2 Modifikasi persyaratan utang; 3 Pengurangan tingkat bunga pinjaman; 4 Pengunduran jatuh tempo pinjaman; 5 Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan 6 Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode pelaporan. F Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang berdasarkan kreditur. G Biaya pinjaman: 1 Perlakuan biaya pinjaman; 2 Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang bersangkutan; dan 3 Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.