SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  33
KEBEBASAN KEHAKIMAN DAN
PROBLEMATIK SISTEM
PERADILAN INDONESIA
Oleh:
Muhamad ljebra Aliksan Rauf
Sub bahasan materi kuliah ini akan
menimbulkan pertanyaan: Apakah sistem
peradilan Indonesia belum bebas dan mandiri,
sehingga perlu ditelaah? Kalau kita bicara
tentang " sistem peradilan" maka itu berarti
bahwa sistem peradilannya belum bebas dan
mandiri, tetapi perlu ditingkatkan agar bisa
bebas dan mandiri. Di sinipun dapat timbul
pertanyaan: Apakah benar bahwa sistem
peradilan Indonesia belum bebas dan mandiri?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka
perlu diketahui dan didiskusikan hal-hal
sebagai berikut.
SISTEM PERADILAN
1. Sistem adalah suatu kesatuan yang
terdiri dari unsur-unsur yang berkaitan
erat satu sama lain, yang tidak
menghendaki adanya konflik di dalam
sistem itu, dan kalau terjadi konflik
maka konflik itu tidak akan dibiarkan
berlarut-larut, namun akan dipecahkan
oleh dan di dalam sistem itu sendiri.
2. Sistem peradilan yang erat
hubungannya dengan sistem-sistem
lain dalam sistem hukum nasional,
sehingga dalam menilai atau
memantapkan sistem peradilan, kita
tidak boleh lepas dari sistem-sistem lain
dalam sistem hukum nasional.
3. Sistem peradilan itu tidak berdiri sendiri dan
mengingat pula keadaan umum dewasa ini,
maka tidak dapat terlalu diharapkan
sepenuhnya hasil yang maksimal dari usaha
pemantapan sistem peradilan ini. Dalam
pembentukan undang-undang misalnya,
karena tidak terkoordinasi, karena tidak
memperhatikan sistem lain dalam sistem
hukum nasional, maka hasilnya tidak
memuaskan, karena isinya ada yang
bertentangan dengan undang-undang lain.
4. Meskipun demikian keadaan peradilan kita
sudah cukup mengkhawatirkan untuk hanya
bertopang dagu bersikap pesimistis dan tidak
berbuat apa-apa.
Maka kita harus sangat arif dalam usaha kita
memantapkan sistem peradilan kita dengan
selalu memperhatikan sistem-sistem lain
dalam sistem hukum nasional. Kita harus
berfIkir dalam sistem dan tidak partial.
PERADILAN BEBAS
1. Kebebasan hakim merupakan asas utama
peradilan. Hal ini diatur dalam Undang-undang
Kekuasaan Kehakiman menyatakan: "Kekuasaan
Kehakiman adalah kekuasaan Negara yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia".
2. Selanjutnya penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman diserahkan kepada badan-badan
peradilan, yang tugas pokoknya adalah untuk
menerima, memeriksa dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan
kepadanya, sedangkan pasal 4 ayat 3
mengatakan, bahwa segala campur tangan
dalam urusan peradilan oleh pihak-pihak lain
di luar Kekuasaan Kehakiman dilarang
3. Jadi hakim bebas untuk dan dalam
memeriksa serta mengadili (bebas untuk
menilai pembuktian, bebas dalam
menemukan hukumnya, bebas dalam
mengambil keputusan) serta bebas dari
campur tangan pihak ekstra yudisiil.
Kebebasan hakim merupakan asas universal
yang terdapat di seluruh dunia, merupakan
dambaan semua bangsa. Kebebasan hakim ini
tidaklah mutlak Hal ini dapat dilihat secara
makro dan mikro:
a. Secara makro kebebasan hakim dibatasi oleh
sistem pemerintahan, sistem politik, sistem
ekonomi dan sebagainya .
b. Secara mikro di Indonesia kebebasan hakim
dibatasi oleh Pancasila, Undang-undang
Dasar, undang-undang, ketertiban umum,
kesusilaan, kepentingan atau kehendak para
pihak (dalam perkara perdata).
PROBLEMATIK PERADILAN
1. Hakim tidaklah bebas dengan pembatasan
seperti yang diketengahkan dimuka. Tidak
sedikit terjadi campur tangan dari pihak luar
kekuasaan kehakiman. Campur tangan dari
pihak ekstra yudisiil yang berupa tekanan-
tekanan, provokasi, surat sakti dan
sebagainya dalam memeriksa dan mengadili
suatu perkara, membuat hakim tidak tenang
dalam menjalankan tugasnya.
2. Jaminan ketenangan atau keamanan bagi
hakim kiranya sangat diperlukan agar hakim
sungguh-sungguh dapat menjalankan
tugasnya dengan bebas tanpa dipengaruhi
pihak ekstra yudisiil berdasarkan hati
nuraninya dan keyakinannya. Ia harus
dijamin perlindungannya terhadap tekanan,
ancaman atau teror.
SANKSI DAN PENGHARGAAN
1. Diperlukan pengaturan mengenai sanksi lebih
lanjut terhadap campur tangan dari pihak
ekstra yudisiil. Larangan campur tangan tidak
hanya berlaku bagi pihak di luar kekuasaan
kehakiman saja, tetapi ketentuan larangan
campur tangan itu kiranya juga berlaku bagi
hakim, yang berarti bahwa hakim wajib
menolak campur tangan dari luar kekuasaan
kehakiman.
2. Jaminan berupa rumah, kendaraan atau gaji
tinggi tidaklah cukup untuk menjamin
ketenangan menghadapi campur tangan
pihak ekstra yudisiil. Larangan campur
tangan saja kiranya belumlah cukup kalau
tidak disertai dengan sanksi, terutama bagi
hakim. Sanksi, terutama bagi hakim, dalam
hal ini secara tidak langsung akan melindungi
hakim terhadap campur tangan pihak luar
kekuasaan kehakiman, karena ia dapat
berlindung di belakang sanksi, untuk menolak
campur tangan.
3. Dapat juga terjadi, bahwa pribadi hakim yang
bersangkutan memang sengaja mau
"dicampuri" atau dipengaruhi (suap). Hal ini
tidak dapat sepenuhnya dipersalahkan
kepada hakim, karena peradilan merupakan
sistem yang melibatkan banyak pihak: hakim,
panitera, pengacara, para pihak, jaksa.
4. Kalau tidak ada yang menawarkan (para
pencari keadilan, pengacara dan sebagainya)
tidak akan terjadi suap, kecuali apabila hakim
yang minta, itupun masih tergantung kepada
yang dimintai mau atau tidak. Baik atas
permintaan hakim maupun atas tawaran
pihak lain, kalau hakim akhirnya mau
menerimanya (disuap), kedua perbuatan itu
merupakan perbuatan tercela
5. Teringat pada ungkapan dari Sidney Smith yang
sangat memprihatinkan mengingat keadaan
sekarang, yang berbunyi: Nations fall when
judges are injust, because there is nothing which
the multitude think worth defending. Betapa
besar dosa kita kalau hal ini nanti benar-benar
terjadi. Ini menyangkut integritas hakim yang
memerlukan peningkatan integritas sumber daya
manusia, yang dapat berupa pendidikan,
penataran, eksaminasi putusan, lebih selektif
dalam pengangkatan, promosi, evaluasi dan
mutasi hakim serta sanksi yang lebih berat
dalam hal terjadi pelanggaran oleh hakim.
6. Untuk meningkatkan integritas, kecuali apa
yang telah dikemukakan di atas, perlu kiranya
meningkatkan juga kewaspadaan, aktivitas
pengawasan dan pengetahuan para
pengawas (hakim pengawas) serta secara
konsisten menindak setiap pelanggaran.
Jangan terlalu gegabah menganggap suatu
pelanggaran sebagai "hanya penyimpangan
prosedur" saja.
ASAS PERADILAN CEPAT
1. Speedy administration of justice atau
peradilan cepat selalu didambakan oleh
setiap pencari keadilan. Pada umumnya
setiap pencari keadilan menginginkan
penyelesaian perkara yang cepat dan tuntas
walaupun akhirnya dikalahkan dari pada
pemeriksaan yang bertele-tele, tertunda-
tunda, sekalipun akhirnya dimenangkan juga
perkaranya.
2. Sudahlah wajar kalau para pencari keadilan
menghendaki penyelesaian perkara yang
cepat, kecuali ingin lekas tahu mengenai
kepastian (hukum) hak-haknya dalam suatu
perkara, pemeriksaan yang bertele-tele atau
tertunda-tunda berarti mengeluarkan banyak
beaya dan waktu. Ada ungkapan yang
berbunyi: justice delayed is justice denied.
Asas peradilan cepat ini diatur dalam
UndangUndang Kekuasaan Kehakiman .
PENYEBAB LAMBANNYA JALANNYA PERADILAN
1. Banyak penyebab lambannya jalannya peradilan
mengingat babwa sistem peradilan melibatkan banyak
pihak: hakim, panitera, para pihak, pengacara, jaksa
dan sebagainya. Hakim dapat menunda sidang karena
pelbagai alasan, karena sakit gigi, atas permintaan
para pihak, para pihak atau pengacaranya tidak
datang tanpa pemberitahuan atau pengacaranya
minta ditunda sidang dengan alasan ada sidang di
tempat lain dan pada umumnya itu semuanya
hanyalah bertujuan untuk mengulur -ulur waktu saja,
untuk "menunda eksekusi".
2. Permohonan banding dan kasasi seringkali
hanyalah untuk mengulur-ulur waktu saja.
Barangkali tidak jauh dari kenyataan kalau
dikatakan bahwa (di Indonesia) perkara
perdata bukanlah perkara perdata kalau tidak
banding. Banding dan kasasi memang
merupakan upaya hukum memperoleh
putusan yang lebih tinggi.
3. Akan tetapi kalau setiap perkara (perdata)
dimintakan banding berarti bahwa kesadaran
menurun karena permohoman banding hanya
digunakan untuk mengulur-ulur waktu saja, atau
putusannya tidak memuaskan karena tidak
bermutu. Dalam masalah banding di dalam
praktek seringkali tidak ditepati peraturannya,
terutama mengenai tenggang waktunya: ini
sudah menyangkut penyimpangan prosedur.
4. Kedua hal tersebut di atas hakim harus
berani menegur pihak yang bersangkutan,
pengacara atau jaksa dan peraturan tentang
hukum acara harus lebih ketat dijalankan.
Berlarut-Iarutnya jalannya peradilan karena
sering ditunda-tunda dan juga proses
permohonan banding yang tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku mengurangi
kepercayaan para pencari keadilan kepada
pengadilan.
PEMUTAKHIRAN ADMINISTRASI PERADILAN
1. Untuk lebih memperlancar jalannya peradilan
perlu kiranya diadakan pemutakhiran
(memodernisasi) administrasi peradilan
seperti komputerisasi putusan dan arsip, alat
fotokopi dan sebagainya. Penyelesaian
perkara (terutama yang kondemnatoir) tidak
jarang yang tidak tuntas.
2. Tidak tuntasnya penyelesaian perkara
disebabkan karena putusannya terlalu formal:
yuridis formal tepat, tetapi tidak dapat
dilaksanakan, sehingga tidak bermanfaat
terutama bagi yang berkepentingan. Putusan
semacam ini jelas tidak akan memuaskan
pihak yang dimenangkan karena kecuali tidak
dapat melaksanakan putusannya ia misalnya
harus mengajukan gugatan lagi.
3. Di samping itu tidak jarang pula suatu
putusan tidak menyelesaikan perkara dengan
tuntas, akan tetapi justru menimbulkan
perkara baru. Yang dapat merupakan
penyebab di sini ialah kurangnya alat bukti
dan atau kurangnya penguasaan hukum
materiil dan hukum formil.
4. Dalam hal ini hakim harus berani melakukan
penemuan hukum bebas, penemuan hukum
yang tidak hanya bersifat system oriented
saja tetapi juga problem oriented. Hukum
materiil dan hukum formil Pada umumnya di
dalam praktek orang mudah terjebak dalam
"sleur" atau rutinitas pekerjaan. .
5. Tidak terkecuali dengan hakim, sehingga akhimya
yang dikuasai mengenai hukum materiil dan formil
hanyalah itu-itu saja atau bahkan tidak menguasai,
sehingga putusan-putusannya sering tidak bermutu.
Dalam menemukan hukumnya ajaran mengenai
penemuan hukum sering diabaikan atau tidak tahu,
bahkan sering menyimpang dari sistem hukum.
Sebagai contoh misalnya ada hakim yang minta agar
akta notaris itu dilegalisasi.
6. Pertimbangan dalam putusan sering terlalu
langsung atau sumir. Selama ini untuk
kepentingan itu telah diadakan lokakarya-
Iokakarya oleh Mahkamah Agung. Di
samping lokakarya-Iokakarya perlu adanya
refreshing atau penyegaran dalam bentuk
pendidikan
KESIMPULAN
1. Sistem peradilan tidak sepenuhnya berfungsi
berhubung ada peraturan-peraturan yang
tidak dijalankan sebagaimana semestinya
dan ada yang memerlukan sanksi untuk lebih
menjamin kebebasan hakim dalam
menjalankan tugasnya.
2. Kepercayaan masyarakat kepada peradilan
harus dipulihkan. Untuk memantapkan sistem
peradilan hakim perlu lebih dijamin
kebebasannya. Sumber daya manusianya
perlu ditingkatkan baik integritasnya maupun
penguasaan pengetahuannya (hukum
materiil maupun formil).
3. Modernisasi administrasi peradilan akan lebih
memperlancar jalannya peradilan yang akan
menumbuhkan kembali kepercayaan kepada
peradilan

Contenu connexe

Tendances

Hukum acara pidana
Hukum acara pidanaHukum acara pidana
Hukum acara pidanayudikrismen1
 
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...Idik Saeful Bahri
 
Definisi hukum acara pidana
Definisi hukum acara pidanaDefinisi hukum acara pidana
Definisi hukum acara pidanaAbi Zakaria N
 
LEMBAGA PERADILAN INDONESIA
LEMBAGA PERADILAN INDONESIALEMBAGA PERADILAN INDONESIA
LEMBAGA PERADILAN INDONESIAShauqina Saraya
 
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di IndonesiaAlifia Putri Yudanti
 
Sistem hukum dan peradilan indonesia
Sistem hukum dan peradilan indonesiaSistem hukum dan peradilan indonesia
Sistem hukum dan peradilan indonesiaAisyahFatimah1
 
Sistem hukum dan peradilan di indonesia
Sistem hukum dan peradilan di indonesiaSistem hukum dan peradilan di indonesia
Sistem hukum dan peradilan di indonesiaadindarizqy
 
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTMateri kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTAndhika Pratama
 
SUSUNAN BADAN KEKUASAAN PERADILAN PERDATA DI INDONESIA
SUSUNAN BADAN KEKUASAAN PERADILAN PERDATA DI INDONESIASUSUNAN BADAN KEKUASAAN PERADILAN PERDATA DI INDONESIA
SUSUNAN BADAN KEKUASAAN PERADILAN PERDATA DI INDONESIAAldy Arfan Nugraha
 
Peran kejaksaan republik indonesia
Peran kejaksaan republik indonesiaPeran kejaksaan republik indonesia
Peran kejaksaan republik indonesiailham_fajar_ramadhan
 
ALAT PENEGAK HUKUM - LEMBAGA NEGARA (ADVOKAT , KEPOLISIAN , KEJAKSAAN , HAKIM...
ALAT PENEGAK HUKUM - LEMBAGA NEGARA (ADVOKAT , KEPOLISIAN , KEJAKSAAN , HAKIM...ALAT PENEGAK HUKUM - LEMBAGA NEGARA (ADVOKAT , KEPOLISIAN , KEJAKSAAN , HAKIM...
ALAT PENEGAK HUKUM - LEMBAGA NEGARA (ADVOKAT , KEPOLISIAN , KEJAKSAAN , HAKIM...Lamria Agnes Meilani
 
Mencermati Sistem Lembaga Peradilan di Indonesia
Mencermati Sistem Lembaga Peradilan di IndonesiaMencermati Sistem Lembaga Peradilan di Indonesia
Mencermati Sistem Lembaga Peradilan di IndonesiaMuhamad Yogi
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaMicrosoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaFarah Ramafitri
 

Tendances (20)

UPAYA PAKSA
UPAYA PAKSAUPAYA PAKSA
UPAYA PAKSA
 
Banjir
BanjirBanjir
Banjir
 
Hukum acara pidana
Hukum acara pidanaHukum acara pidana
Hukum acara pidana
 
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
 
Definisi hukum acara pidana
Definisi hukum acara pidanaDefinisi hukum acara pidana
Definisi hukum acara pidana
 
Peradilan
Peradilan Peradilan
Peradilan
 
LEMBAGA PERADILAN INDONESIA
LEMBAGA PERADILAN INDONESIALEMBAGA PERADILAN INDONESIA
LEMBAGA PERADILAN INDONESIA
 
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia
 
Sistem hukum dan peradilan indonesia
Sistem hukum dan peradilan indonesiaSistem hukum dan peradilan indonesia
Sistem hukum dan peradilan indonesia
 
Hukum & kemandirian yudisial
Hukum & kemandirian yudisial Hukum & kemandirian yudisial
Hukum & kemandirian yudisial
 
Sistem hukum dan peradilan di indonesia
Sistem hukum dan peradilan di indonesiaSistem hukum dan peradilan di indonesia
Sistem hukum dan peradilan di indonesia
 
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTMateri kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
 
Uu 04 2004
Uu 04 2004Uu 04 2004
Uu 04 2004
 
SUSUNAN BADAN KEKUASAAN PERADILAN PERDATA DI INDONESIA
SUSUNAN BADAN KEKUASAAN PERADILAN PERDATA DI INDONESIASUSUNAN BADAN KEKUASAAN PERADILAN PERDATA DI INDONESIA
SUSUNAN BADAN KEKUASAAN PERADILAN PERDATA DI INDONESIA
 
Peran kejaksaan republik indonesia
Peran kejaksaan republik indonesiaPeran kejaksaan republik indonesia
Peran kejaksaan republik indonesia
 
ALAT PENEGAK HUKUM - LEMBAGA NEGARA (ADVOKAT , KEPOLISIAN , KEJAKSAAN , HAKIM...
ALAT PENEGAK HUKUM - LEMBAGA NEGARA (ADVOKAT , KEPOLISIAN , KEJAKSAAN , HAKIM...ALAT PENEGAK HUKUM - LEMBAGA NEGARA (ADVOKAT , KEPOLISIAN , KEJAKSAAN , HAKIM...
ALAT PENEGAK HUKUM - LEMBAGA NEGARA (ADVOKAT , KEPOLISIAN , KEJAKSAAN , HAKIM...
 
Mencermati Sistem Lembaga Peradilan di Indonesia
Mencermati Sistem Lembaga Peradilan di IndonesiaMencermati Sistem Lembaga Peradilan di Indonesia
Mencermati Sistem Lembaga Peradilan di Indonesia
 
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANAPROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
 
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaMicrosoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
 

Similaire à Kebebasan hakim & sistem peradilan

Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukumAliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukumDian Permata Sari
 
Peranan advokat kaitanya pemberian bantuan hukum dalam penegakan hukum pidana
Peranan advokat kaitanya pemberian bantuan hukum dalam penegakan hukum pidanaPeranan advokat kaitanya pemberian bantuan hukum dalam penegakan hukum pidana
Peranan advokat kaitanya pemberian bantuan hukum dalam penegakan hukum pidanayahyaanto
 
sedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilansedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilanDawat Christian
 
KODE ETIK HAKIM.Dasar Hukum UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas ...
KODE ETIK HAKIM.Dasar Hukum UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas ...KODE ETIK HAKIM.Dasar Hukum UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas ...
KODE ETIK HAKIM.Dasar Hukum UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas ...GhifranMalik
 
Bab 6. sis. hukum & perad. nas
Bab 6. sis. hukum & perad. nas Bab 6. sis. hukum & perad. nas
Bab 6. sis. hukum & perad. nas Pyo Jihoon
 
SIstem Hukum Indonesia
SIstem Hukum IndonesiaSIstem Hukum Indonesia
SIstem Hukum Indonesiafeggyernes
 
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara PidanaHukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara PidanaAgung Vixon
 
EtikaProfesi-Hakim-Tugas.pptx
EtikaProfesi-Hakim-Tugas.pptxEtikaProfesi-Hakim-Tugas.pptx
EtikaProfesi-Hakim-Tugas.pptxPutraYudhaPurnama
 
Peradilan Administrasi.pptx
Peradilan Administrasi.pptxPeradilan Administrasi.pptx
Peradilan Administrasi.pptxMuchammadHaitami
 
Perlindungan dan penegakan ham
Perlindungan dan penegakan hamPerlindungan dan penegakan ham
Perlindungan dan penegakan hamrayhanf
 
10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasinurul khaiva
 
peradilan khusus pemilu
peradilan khusus pemiluperadilan khusus pemilu
peradilan khusus pemiluIr. Soekarno
 
Sistem Hukum di Indonesia.ppt
Sistem Hukum di Indonesia.pptSistem Hukum di Indonesia.ppt
Sistem Hukum di Indonesia.pptProfesorSaran
 
Pendampingan hukum
Pendampingan hukumPendampingan hukum
Pendampingan hukum18kartika
 

Similaire à Kebebasan hakim & sistem peradilan (20)

Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukumAliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
 
Peranan advokat kaitanya pemberian bantuan hukum dalam penegakan hukum pidana
Peranan advokat kaitanya pemberian bantuan hukum dalam penegakan hukum pidanaPeranan advokat kaitanya pemberian bantuan hukum dalam penegakan hukum pidana
Peranan advokat kaitanya pemberian bantuan hukum dalam penegakan hukum pidana
 
sedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilansedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilan
 
Makalah rule of law
Makalah rule of lawMakalah rule of law
Makalah rule of law
 
Makalah PPKN Bab Hukum
Makalah PPKN Bab HukumMakalah PPKN Bab Hukum
Makalah PPKN Bab Hukum
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
 
KODE ETIK HAKIM.Dasar Hukum UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas ...
KODE ETIK HAKIM.Dasar Hukum UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas ...KODE ETIK HAKIM.Dasar Hukum UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas ...
KODE ETIK HAKIM.Dasar Hukum UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas ...
 
Bab 6. sis. hukum & perad. nas
Bab 6. sis. hukum & perad. nas Bab 6. sis. hukum & perad. nas
Bab 6. sis. hukum & perad. nas
 
SIstem Hukum Indonesia
SIstem Hukum IndonesiaSIstem Hukum Indonesia
SIstem Hukum Indonesia
 
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara PidanaHukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
 
EtikaProfesi-Hakim-Tugas.pptx
EtikaProfesi-Hakim-Tugas.pptxEtikaProfesi-Hakim-Tugas.pptx
EtikaProfesi-Hakim-Tugas.pptx
 
Peradilan Administrasi.pptx
Peradilan Administrasi.pptxPeradilan Administrasi.pptx
Peradilan Administrasi.pptx
 
Aspek hukum dalam praktek kebidanan
Aspek hukum dalam praktek kebidananAspek hukum dalam praktek kebidanan
Aspek hukum dalam praktek kebidanan
 
Aspek hukum dalam praktek kebidanan
Aspek hukum dalam praktek kebidananAspek hukum dalam praktek kebidanan
Aspek hukum dalam praktek kebidanan
 
Perlindungan dan penegakan ham
Perlindungan dan penegakan hamPerlindungan dan penegakan ham
Perlindungan dan penegakan ham
 
10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi
 
peradilan khusus pemilu
peradilan khusus pemiluperadilan khusus pemilu
peradilan khusus pemilu
 
Sistem Hukum di Indonesia.ppt
Sistem Hukum di Indonesia.pptSistem Hukum di Indonesia.ppt
Sistem Hukum di Indonesia.ppt
 
Nur Sania Dasopang
Nur Sania DasopangNur Sania Dasopang
Nur Sania Dasopang
 
Pendampingan hukum
Pendampingan hukumPendampingan hukum
Pendampingan hukum
 

Plus de Muhamad Aljebra Aliksan Rauf

Plus de Muhamad Aljebra Aliksan Rauf (20)

Perbandingan hukum 1
Perbandingan hukum 1Perbandingan hukum 1
Perbandingan hukum 1
 
Paradigma Hukum 1
Paradigma Hukum 1Paradigma Hukum 1
Paradigma Hukum 1
 
Wawasan kebijakan pembangunan hukum
Wawasan kebijakan pembangunan hukum Wawasan kebijakan pembangunan hukum
Wawasan kebijakan pembangunan hukum
 
Strategi pembangunan hukum 3
Strategi pembangunan hukum 3Strategi pembangunan hukum 3
Strategi pembangunan hukum 3
 
Pembangunan hukum 1
Pembangunan hukum 1Pembangunan hukum 1
Pembangunan hukum 1
 
Konsep Dasar Pembangunan hukum nasional
Konsep Dasar Pembangunan hukum nasionalKonsep Dasar Pembangunan hukum nasional
Konsep Dasar Pembangunan hukum nasional
 
Kebijakan pembangunan hukum
Kebijakan pembangunan hukum Kebijakan pembangunan hukum
Kebijakan pembangunan hukum
 
Tindakan guru ditinjau dari ham
Tindakan guru ditinjau dari hamTindakan guru ditinjau dari ham
Tindakan guru ditinjau dari ham
 
Kewarganegraan sebagai ham
Kewarganegraan sebagai hamKewarganegraan sebagai ham
Kewarganegraan sebagai ham
 
Kebebasan pers vs ham
Kebebasan pers vs hamKebebasan pers vs ham
Kebebasan pers vs ham
 
Ham dan kurikulum nasional
Ham dan kurikulum nasionalHam dan kurikulum nasional
Ham dan kurikulum nasional
 
Hak asasi manusia
Hak asasi manusiaHak asasi manusia
Hak asasi manusia
 
Hukum & kemandirian yudisial
Hukum & kemandirian yudisial Hukum & kemandirian yudisial
Hukum & kemandirian yudisial
 
Hukum dan kemandirian yudisial
Hukum dan kemandirian yudisialHukum dan kemandirian yudisial
Hukum dan kemandirian yudisial
 
Filsafat hukum
Filsafat hukumFilsafat hukum
Filsafat hukum
 
Teori2 keadilan
Teori2 keadilanTeori2 keadilan
Teori2 keadilan
 
Filsafat hukum dan Teori Hukum
Filsafat hukum  dan Teori HukumFilsafat hukum  dan Teori Hukum
Filsafat hukum dan Teori Hukum
 
Teori ilmu-hukum
Teori ilmu-hukumTeori ilmu-hukum
Teori ilmu-hukum
 
Penelitian hukum (mph)
Penelitian hukum (mph)Penelitian hukum (mph)
Penelitian hukum (mph)
 
M P H
M P HM P H
M P H
 

Dernier

Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxAudyNayaAulia
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIdillaayuna
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum ViktimologiSaktaPrwt
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANharri34
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxmuhammadarsyad77
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 

Dernier (10)

Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 

Kebebasan hakim & sistem peradilan

  • 1. KEBEBASAN KEHAKIMAN DAN PROBLEMATIK SISTEM PERADILAN INDONESIA Oleh: Muhamad ljebra Aliksan Rauf
  • 2. Sub bahasan materi kuliah ini akan menimbulkan pertanyaan: Apakah sistem peradilan Indonesia belum bebas dan mandiri, sehingga perlu ditelaah? Kalau kita bicara tentang " sistem peradilan" maka itu berarti bahwa sistem peradilannya belum bebas dan mandiri, tetapi perlu ditingkatkan agar bisa bebas dan mandiri. Di sinipun dapat timbul pertanyaan: Apakah benar bahwa sistem peradilan Indonesia belum bebas dan mandiri? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka perlu diketahui dan didiskusikan hal-hal sebagai berikut.
  • 3. SISTEM PERADILAN 1. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang berkaitan erat satu sama lain, yang tidak menghendaki adanya konflik di dalam sistem itu, dan kalau terjadi konflik maka konflik itu tidak akan dibiarkan berlarut-larut, namun akan dipecahkan oleh dan di dalam sistem itu sendiri.
  • 4. 2. Sistem peradilan yang erat hubungannya dengan sistem-sistem lain dalam sistem hukum nasional, sehingga dalam menilai atau memantapkan sistem peradilan, kita tidak boleh lepas dari sistem-sistem lain dalam sistem hukum nasional.
  • 5. 3. Sistem peradilan itu tidak berdiri sendiri dan mengingat pula keadaan umum dewasa ini, maka tidak dapat terlalu diharapkan sepenuhnya hasil yang maksimal dari usaha pemantapan sistem peradilan ini. Dalam pembentukan undang-undang misalnya, karena tidak terkoordinasi, karena tidak memperhatikan sistem lain dalam sistem hukum nasional, maka hasilnya tidak memuaskan, karena isinya ada yang bertentangan dengan undang-undang lain.
  • 6. 4. Meskipun demikian keadaan peradilan kita sudah cukup mengkhawatirkan untuk hanya bertopang dagu bersikap pesimistis dan tidak berbuat apa-apa. Maka kita harus sangat arif dalam usaha kita memantapkan sistem peradilan kita dengan selalu memperhatikan sistem-sistem lain dalam sistem hukum nasional. Kita harus berfIkir dalam sistem dan tidak partial.
  • 7. PERADILAN BEBAS 1. Kebebasan hakim merupakan asas utama peradilan. Hal ini diatur dalam Undang-undang Kekuasaan Kehakiman menyatakan: "Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia".
  • 8. 2. Selanjutnya penyelenggaraan kekuasaan kehakiman diserahkan kepada badan-badan peradilan, yang tugas pokoknya adalah untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, sedangkan pasal 4 ayat 3 mengatakan, bahwa segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak-pihak lain di luar Kekuasaan Kehakiman dilarang
  • 9. 3. Jadi hakim bebas untuk dan dalam memeriksa serta mengadili (bebas untuk menilai pembuktian, bebas dalam menemukan hukumnya, bebas dalam mengambil keputusan) serta bebas dari campur tangan pihak ekstra yudisiil.
  • 10. Kebebasan hakim merupakan asas universal yang terdapat di seluruh dunia, merupakan dambaan semua bangsa. Kebebasan hakim ini tidaklah mutlak Hal ini dapat dilihat secara makro dan mikro: a. Secara makro kebebasan hakim dibatasi oleh sistem pemerintahan, sistem politik, sistem ekonomi dan sebagainya . b. Secara mikro di Indonesia kebebasan hakim dibatasi oleh Pancasila, Undang-undang Dasar, undang-undang, ketertiban umum, kesusilaan, kepentingan atau kehendak para pihak (dalam perkara perdata).
  • 11. PROBLEMATIK PERADILAN 1. Hakim tidaklah bebas dengan pembatasan seperti yang diketengahkan dimuka. Tidak sedikit terjadi campur tangan dari pihak luar kekuasaan kehakiman. Campur tangan dari pihak ekstra yudisiil yang berupa tekanan- tekanan, provokasi, surat sakti dan sebagainya dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara, membuat hakim tidak tenang dalam menjalankan tugasnya.
  • 12. 2. Jaminan ketenangan atau keamanan bagi hakim kiranya sangat diperlukan agar hakim sungguh-sungguh dapat menjalankan tugasnya dengan bebas tanpa dipengaruhi pihak ekstra yudisiil berdasarkan hati nuraninya dan keyakinannya. Ia harus dijamin perlindungannya terhadap tekanan, ancaman atau teror.
  • 13. SANKSI DAN PENGHARGAAN 1. Diperlukan pengaturan mengenai sanksi lebih lanjut terhadap campur tangan dari pihak ekstra yudisiil. Larangan campur tangan tidak hanya berlaku bagi pihak di luar kekuasaan kehakiman saja, tetapi ketentuan larangan campur tangan itu kiranya juga berlaku bagi hakim, yang berarti bahwa hakim wajib menolak campur tangan dari luar kekuasaan kehakiman.
  • 14. 2. Jaminan berupa rumah, kendaraan atau gaji tinggi tidaklah cukup untuk menjamin ketenangan menghadapi campur tangan pihak ekstra yudisiil. Larangan campur tangan saja kiranya belumlah cukup kalau tidak disertai dengan sanksi, terutama bagi hakim. Sanksi, terutama bagi hakim, dalam hal ini secara tidak langsung akan melindungi hakim terhadap campur tangan pihak luar kekuasaan kehakiman, karena ia dapat berlindung di belakang sanksi, untuk menolak campur tangan.
  • 15. 3. Dapat juga terjadi, bahwa pribadi hakim yang bersangkutan memang sengaja mau "dicampuri" atau dipengaruhi (suap). Hal ini tidak dapat sepenuhnya dipersalahkan kepada hakim, karena peradilan merupakan sistem yang melibatkan banyak pihak: hakim, panitera, pengacara, para pihak, jaksa.
  • 16. 4. Kalau tidak ada yang menawarkan (para pencari keadilan, pengacara dan sebagainya) tidak akan terjadi suap, kecuali apabila hakim yang minta, itupun masih tergantung kepada yang dimintai mau atau tidak. Baik atas permintaan hakim maupun atas tawaran pihak lain, kalau hakim akhirnya mau menerimanya (disuap), kedua perbuatan itu merupakan perbuatan tercela
  • 17. 5. Teringat pada ungkapan dari Sidney Smith yang sangat memprihatinkan mengingat keadaan sekarang, yang berbunyi: Nations fall when judges are injust, because there is nothing which the multitude think worth defending. Betapa besar dosa kita kalau hal ini nanti benar-benar terjadi. Ini menyangkut integritas hakim yang memerlukan peningkatan integritas sumber daya manusia, yang dapat berupa pendidikan, penataran, eksaminasi putusan, lebih selektif dalam pengangkatan, promosi, evaluasi dan mutasi hakim serta sanksi yang lebih berat dalam hal terjadi pelanggaran oleh hakim.
  • 18. 6. Untuk meningkatkan integritas, kecuali apa yang telah dikemukakan di atas, perlu kiranya meningkatkan juga kewaspadaan, aktivitas pengawasan dan pengetahuan para pengawas (hakim pengawas) serta secara konsisten menindak setiap pelanggaran. Jangan terlalu gegabah menganggap suatu pelanggaran sebagai "hanya penyimpangan prosedur" saja.
  • 19. ASAS PERADILAN CEPAT 1. Speedy administration of justice atau peradilan cepat selalu didambakan oleh setiap pencari keadilan. Pada umumnya setiap pencari keadilan menginginkan penyelesaian perkara yang cepat dan tuntas walaupun akhirnya dikalahkan dari pada pemeriksaan yang bertele-tele, tertunda- tunda, sekalipun akhirnya dimenangkan juga perkaranya.
  • 20. 2. Sudahlah wajar kalau para pencari keadilan menghendaki penyelesaian perkara yang cepat, kecuali ingin lekas tahu mengenai kepastian (hukum) hak-haknya dalam suatu perkara, pemeriksaan yang bertele-tele atau tertunda-tunda berarti mengeluarkan banyak beaya dan waktu. Ada ungkapan yang berbunyi: justice delayed is justice denied. Asas peradilan cepat ini diatur dalam UndangUndang Kekuasaan Kehakiman .
  • 21. PENYEBAB LAMBANNYA JALANNYA PERADILAN 1. Banyak penyebab lambannya jalannya peradilan mengingat babwa sistem peradilan melibatkan banyak pihak: hakim, panitera, para pihak, pengacara, jaksa dan sebagainya. Hakim dapat menunda sidang karena pelbagai alasan, karena sakit gigi, atas permintaan para pihak, para pihak atau pengacaranya tidak datang tanpa pemberitahuan atau pengacaranya minta ditunda sidang dengan alasan ada sidang di tempat lain dan pada umumnya itu semuanya hanyalah bertujuan untuk mengulur -ulur waktu saja, untuk "menunda eksekusi".
  • 22. 2. Permohonan banding dan kasasi seringkali hanyalah untuk mengulur-ulur waktu saja. Barangkali tidak jauh dari kenyataan kalau dikatakan bahwa (di Indonesia) perkara perdata bukanlah perkara perdata kalau tidak banding. Banding dan kasasi memang merupakan upaya hukum memperoleh putusan yang lebih tinggi.
  • 23. 3. Akan tetapi kalau setiap perkara (perdata) dimintakan banding berarti bahwa kesadaran menurun karena permohoman banding hanya digunakan untuk mengulur-ulur waktu saja, atau putusannya tidak memuaskan karena tidak bermutu. Dalam masalah banding di dalam praktek seringkali tidak ditepati peraturannya, terutama mengenai tenggang waktunya: ini sudah menyangkut penyimpangan prosedur.
  • 24. 4. Kedua hal tersebut di atas hakim harus berani menegur pihak yang bersangkutan, pengacara atau jaksa dan peraturan tentang hukum acara harus lebih ketat dijalankan. Berlarut-Iarutnya jalannya peradilan karena sering ditunda-tunda dan juga proses permohonan banding yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengurangi kepercayaan para pencari keadilan kepada pengadilan.
  • 25. PEMUTAKHIRAN ADMINISTRASI PERADILAN 1. Untuk lebih memperlancar jalannya peradilan perlu kiranya diadakan pemutakhiran (memodernisasi) administrasi peradilan seperti komputerisasi putusan dan arsip, alat fotokopi dan sebagainya. Penyelesaian perkara (terutama yang kondemnatoir) tidak jarang yang tidak tuntas.
  • 26. 2. Tidak tuntasnya penyelesaian perkara disebabkan karena putusannya terlalu formal: yuridis formal tepat, tetapi tidak dapat dilaksanakan, sehingga tidak bermanfaat terutama bagi yang berkepentingan. Putusan semacam ini jelas tidak akan memuaskan pihak yang dimenangkan karena kecuali tidak dapat melaksanakan putusannya ia misalnya harus mengajukan gugatan lagi.
  • 27. 3. Di samping itu tidak jarang pula suatu putusan tidak menyelesaikan perkara dengan tuntas, akan tetapi justru menimbulkan perkara baru. Yang dapat merupakan penyebab di sini ialah kurangnya alat bukti dan atau kurangnya penguasaan hukum materiil dan hukum formil.
  • 28. 4. Dalam hal ini hakim harus berani melakukan penemuan hukum bebas, penemuan hukum yang tidak hanya bersifat system oriented saja tetapi juga problem oriented. Hukum materiil dan hukum formil Pada umumnya di dalam praktek orang mudah terjebak dalam "sleur" atau rutinitas pekerjaan. .
  • 29. 5. Tidak terkecuali dengan hakim, sehingga akhimya yang dikuasai mengenai hukum materiil dan formil hanyalah itu-itu saja atau bahkan tidak menguasai, sehingga putusan-putusannya sering tidak bermutu. Dalam menemukan hukumnya ajaran mengenai penemuan hukum sering diabaikan atau tidak tahu, bahkan sering menyimpang dari sistem hukum. Sebagai contoh misalnya ada hakim yang minta agar akta notaris itu dilegalisasi.
  • 30. 6. Pertimbangan dalam putusan sering terlalu langsung atau sumir. Selama ini untuk kepentingan itu telah diadakan lokakarya- Iokakarya oleh Mahkamah Agung. Di samping lokakarya-Iokakarya perlu adanya refreshing atau penyegaran dalam bentuk pendidikan
  • 31. KESIMPULAN 1. Sistem peradilan tidak sepenuhnya berfungsi berhubung ada peraturan-peraturan yang tidak dijalankan sebagaimana semestinya dan ada yang memerlukan sanksi untuk lebih menjamin kebebasan hakim dalam menjalankan tugasnya.
  • 32. 2. Kepercayaan masyarakat kepada peradilan harus dipulihkan. Untuk memantapkan sistem peradilan hakim perlu lebih dijamin kebebasannya. Sumber daya manusianya perlu ditingkatkan baik integritasnya maupun penguasaan pengetahuannya (hukum materiil maupun formil).
  • 33. 3. Modernisasi administrasi peradilan akan lebih memperlancar jalannya peradilan yang akan menumbuhkan kembali kepercayaan kepada peradilan