SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  28
Decomposition and Smoothing
Time-Series Data Analysis
Muhammad Rafi Al-Hariri Nasution
12812035
Pendahuluan
 Prosedur dekomposisi digunakan dalam suatu time-series untuk memisahkan suatu sinyal seperti
trend dan seasonal dalam time-series itu sendiri. Lebih luas lagi, dekomposisi juga termasuk dalam
siklus panjang, mingguan, atau harian, dsb. Namun pada modul ini kita akan fokus pada trend dan
seasonal decomposition.
 Tujuan utama dalam dekomposisi adalah mengestimasi efek musiman yang digunaan untuk
membuat dan menyajikan nilai musiman yang disesuaikan. Nilai musiman yang telah disesuaikan
akan menghilangkan efek musman dari suatu nilai sehingga trend dapat terlihat lebih jelas.
Moving Average/Running Mean
Smoothing data-series adalah teknik biasa
dalam sains, banyak textbook yang
menjelaskan tentang beberapa pendekatan
untuk Smoothing ini. Banyaknya data pada
suatu data-series, akan menjadikannya sulit
untuk direpresentasikan karena terlihat seperti
noise atau gangguan. Banyaknya data yang
serupa dalam data Geofisika seperti
Meteorologi dan Klimatologi, menjadikan
Smoothing atau filtering menjadi penting
sehingga kita dapat merepresentasikan
confusing data tersebut.
(Source: https://bobtisdale.files.wordpress.com/2012/04/figure-31.png)
𝑀𝐴 𝑛 =
𝑖=1
𝑛
𝐷𝑖
𝑛
Dimana,
n = Periode yang dibutuhkan dalam moving average
Di = Data dalam periode i
1 1 3 2 2 4 3 3 5 4 4 6
5/3 2 7/3 8/3 3 10/3 11/3 4 13/3 14/3
9/5 12/5 14/5 14/5 17/5 19/5 19/5 22/5
Empirical Mode Decomposition (EMD)
 Empirical Mode Decomposition (EMD) adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh Norden Huang di
NASA sebagai bagian dari Hilbert-Huang Transformasi. Aslinya, EMD dikembangkan untuk menghitung
frekuensi yang terukur saat itu juga dari suatu data non-stasioner dan non-linear (Huang, 1998). Namun,
dikarenakan banyaknya fenomena alam yang juga merupakan proses nonstasioner dan non-stationary,
metode ini mulai digunakan untuk banyak data sains termasuk data-data Meteorologi dan Iklim (Peel 2005
dan McMahon 2008)
 Jika dibandingkan dengan teknik dekomposisi lain seperti Fourier analisis, Wavelet atau bahkan Principle
Componen Analysis (PCA), EMD memiliki lebih banyak keunggulan karena ini dapat menangani suatu data
time-series yang nonstasioner dan non-linear. Dikarenakan dekomosisi didasarkan pada karakteristik skala
waktu lokal dari data, EMD dapat mengkomputasi proposi dari suatu variasi dalam time-series yang dapat
dikaitkan pada fluktuasi (baik rendah ataupun frekuensi yang tinggi) pada skala waktu yang berbeda
(McMahon, 2008).
Contoh Keluaran EMD
 Dengan menggunakan metode EMD, suatu time
series data akan didekomposisi kedalam
beberapa komponen yang independen dan tidak
berkolerasi satu dengan lainnya. Komponen ini
biasa disebut sebagai Intrinstic Mode Functions
(IMFs). Bagian akhir IMF merupakan sisa atau
trend dari seluruh time-series. Jika semua IMF
dan semua sisanya dijumlahkan kembali, maka
data asli akan terbentuk kembali.
 Secara teoritis, tiap-tiap IMF merupakan
orthogonal dan tidak berkorelasi.
 (Huang, 2005), prosedur untuk memperoleh IMF
dengan EMD terdiri dari beberapa step
Harmonik Analisis
 Harmonik Analisis terdiri dari representasi
fluktuasi atau variasi dalam suatu time-
series data yang muncul dari berbagai
fungsi sinus dan kosinus suatu data. Fungsi
Trigonometri ini merupakan sesuatu yang
harmonic dalam arti bahwa mereka terpilih
karena mereka memiliki frekuensi yang
menunjukkan adanya kelipatan suatu
bilangan bulat pada frekuensi yang
ditentukan pada pengambilan suatu ukuran
sampel data-series.
Konsep Dasar – Ubah Unit Sudut ke Waktu
 Fungsi trigonometri menggunakan sudut, sedangkan data dalam bentuk time-series
Solusi: 𝛼 =
3600
𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠
=
𝑡
𝑛
3600
=
𝑡
𝑛
2𝜋
 Adapun frekuensi dasar dapat didefinisikan sebagai
𝜔1 =
2𝜋
𝑛
 Kuantitas ini merupakan frekuensi angular, yang memiliki dimensi fisis dalam radian per satuan
waktu. Frekuensi angular ini menggambarkan siklus penuh dan jumlah unit n dalam satuan waktu.
Konsep Dasar – Jika Amplitudo data > 1 dan <
-1
 Solusi: Pada suatu fungsi sinus dan kosinus, kita dapat menambah besar amplitude yang akan
membuat range nilai semakin tinggi. Jika amplitude A = 5, maka nilai sinus dan kosinus akan
berada disekitar -5 dan +5 variatif berdasarkan besar sudut ataupun waktu. Adapun kita dapat
menambahkan nilai 𝑦 yang merupakan nilai rata-rata time-series data. Sehingga, kita akan
mendapatkan bahwa
𝑌𝑡 = 𝑦 + 𝐶1 𝑐𝑜𝑠
2𝜋𝑡
𝑛
Konsep Dasar - Fasa
 Fungsi sinus dan kosinus berada pada nilai α
= 0 dan α = 2π. Namun, bagaimana jika
kondisi ini tidak cocok terhadap kondisi
aslinya?
 Solusi: Penambahan fasa sangat perlu
dilakukan ketika suatu fungsi ternyata tidak
cocok untuk mendekati nilai tersebut,
sehingga kita dapat menuliskan suatu fungsi
baru dengan suatu penambahan besar fasa ф1
sebagai berikut.
𝑌𝑡 = 𝑦 + 𝐶1 𝑐𝑜𝑠
2𝜋𝑡
𝑛
− ф1
Contoh bagaimana pengurangan atau penambahan fasa
dapat mengestimasi suatu nilai dengan baik.
LANGKAH KERJA
MOVING AVERAGE (MA)
Running Mean
Sintesis dan Normalisasi data sintesis dengan periode 5, 10, 15 dan jumlah
bilangan gelombang untuk setiap Periode.
Dekomposisi masing-masing sinyal sesuai dengan periode yang telah
didefinisikan, plot gambar
Terlihat bahwa terdapat transfer
energy yang tidak merata
dalam mendekati nilai-nilai
aslinya.
Dengan MA periode 5, terlihat
hasil under-estimate
Dengan MA periode 10 karena
merupakan periode tengah,
terlihat bahwa hasil kurang
baik. Akibat transfer energy
yang tidak merata di 5 dan 15.
Dengan MA periode 15, terlihat
hasil yang cenderung
Overestimate. Namun ketika
digabungkan lagi, MA dapat
membentuk data asli
LANGKAH KERJA
EMPIRICAL MODE DECOMPOSITION
1. Sintesis dan Normalisasi data yang sama
clear all; close all; clc
%Data sintetis dengan bilangan gelombang yang berbeda
t=[1:120]';n=length(t);
P=[5 10 15]; %periode
K=n./P; %bilangan gelombang (jumlah gelombang)
%time series
y5=4*sin(2*pi*K(1)*t/n);
y10=2*sin(2*pi*K(2)*t/n);
y15=3*sin(2*pi*K(3)*t/n);
y=y5+y10+y15;
y=y';
%NORMALISASI!
n=length(y);
t=(1:n)';
ybar=nanmean(y);
y=y-ybar;
3. Gunakan fungsi EMD.m dan plot hasil IMFnya
%Menggunakan EMD
imf = emd2(y);
figure;
subplot(7,1,1);
plot(y,'LineWidth',3); hold on;
title('Data Empirical Mode Decomposition');
subplot(7,1,2);
plot(imf(1,:),'red','LineWidth',2);
title('IMF 1');
subplot(7,1,3);
plot(imf(2,:),'black','LineWidth',2);
title('IMF 2');
subplot(7,1,4);
plot(imf(3,:),'yellow','LineWidth',2);
title('IMF 3');
subplot(7,1,5);
plot(imf(4,:),'green','LineWidth',2);
title('IMF 4');
subplot(7,1,6);
plot(imf(5,:),'cyan','LineWidth',2);
title('IMF 5');
feelingsomething=imf(3,:)+imf(4,:)+imf(5,:)
;
subplot(7,1,7);
plot(feelingsomething,'black','LineWidth',2
);
title('IMF 3+4+5');
saveas(gcf,'IMF.jpg')
Karena data sintetis kita
dibangun dari fungsi sinus-
kosinus yang stasioner,
pendekatan menggunakan EMD
kurang cocok karena pendekatan
metode ini menggunakan suatu
fungsi non-stasioner. Sehingga
tidak kita temukan suatu sinyal
gelombang berperiode 10.
Kita dapat mendekati
gelombang tersebut dengan
menjumlah gelombang/IMF
yang ada
LANGKAH KERJA
HARMONIC ANALYSIS
1. Buatlah data sintetis dan Normalisasi data tersebut
clear all; close all; clc
t=[1:120]';n=length(t);
P=[5 10 15]; %periode
K=n./P; %bilangan gelombang (jumlah gelombang)
%time series
y5=4*sin(2*pi*K(1)*t/n);
y10=2*sin(2*pi*K(2)*t/n);
y15=3*sin(2*pi*K(3)*t/n);
y=y5+y10+y15;
y=y;
%NORMALISASI!
n=length(y);
t=(1:n)';
%Kenapa nanmean? Karena Nanmean membantu merata-ratakan data tanpa
%memperhatikan NaN. Kalau kalian punya data NaN dan pake fungsi mean biasa,
%yang terjadi adalah, rata-rata kalian bakal NaN :)
ybar=nanmean(y);
y=y-ybar;
3. Definisikan Himpunan X, yang akan diisi oleh pendekatan fungsi sinus
kosinus untuk setiap bilangan gelombang (total n/2 gelombang)
%BUAT MATRIKS X-nya Dulu
X=[];
%Pendekatan Harmonik Analysis dengan fungsi Sinus dan Kosinus di tiap
%bilangan gelombang
for k=1:fix(n/2)
x1=cos(2*pi*k*t/n);
x2=sin(2*pi*k*t/n);
X=[X x1 x2];
end
 4. Dengan pendekatan Multiple stasioner Regression (MLR), akan didekati
nilai Amplitudo dan fasa gelombang
%Multiple Linear Regression
warning('off','all');
b=regress(y,X);
A=b(1:2:end);
B=b(2:2:end);
%Amplitude (C)
C=sqrt(A.^2+B.^2);
%Sudut fasa (THETA)
theta=ones(length(A),1);
theta(A>0.0)=atan(B(A>0.0)./A(A>0.0));
theta(A<0.0)=atan(B(A<0.0)./A(A<0.0))+pi;
theta(A==0.0)=pi/2;
5. Estimasi nilai Yi dengan jumlah bilangan gelombang (n/2); Plot gambar dengan menggunakan script berikut.
%Estimasi Yi
for k=1:fix(n/2);
yi(:,k)=(C(k)*cos(2*pi*k*t/n - theta(k)))';
end
% gambar dua harmonik pertama data sintetik
figure;hold all;grid on;
plot([y yi(:,[8])],'linestyle','-','linewidth',1.5);
plot(sum(yi(:,[8]),1),'--k','linewidth',3);
legend('data','bilangan gelombang 8','location','best');
title ('Contoh hasil analisa harmonik dengan data sintetis');
saveas(gcf,'HA_bilangan_gelombang8.jpg');
% C=[];theta=[];yi=[];
figure;hold all;grid on;
plot([y yi(:,[12])],'linestyle','-','linewidth',1.5);
plot(sum(yi(:,[12]),1),'--k','linewidth',3);
legend('data','bilangan gelombang 12','location','best');
title ('Contoh hasil analisa harmonik dengan data sintetis');
saveas(gcf,'HA_bilangan_gelombang12.jpg');
Masih plotting!
figure;hold all;grid on;
plot([y yi(:,[24])],'linestyle','-','linewidth',1.5);
plot(sum(yi(:,[24]),1),'--k','linewidth',3);
legend('data','bilangan gelombang 24','location','best');
title ('Contoh hasil analisa harmonik dengan data sintetis');
saveas(gcf,'HA_bilangan_gelombang24.jpg');
figure;hold all;grid on;
plot([y yi(:,[1:7,9,10])],'linestyle','-','linewidth',1.5);
plot(sum(yi(:,[1:7,9,10]),9),'--k','linewidth',3);
legend('data','harmonik 1','harmonik 2','harmonik 3','harmonik
4','harmonik 5','harmonik 6','harmonik7','harmonik 9','harmonik
10','location','best');
title ('Contoh hasil analisa harmonik dengan data sintetis');
saveas(gcf,'HA_bilangangelombang1-10.jpg');
Pada kasus ini, Dekomposisi atau
pemisahan sinyal yang terbaik
ditunjukkan oleh Harmonic
Analisis karena dapat
menggambarkan gelombang
penyusun data pada tiap
periodenya dengan amplitude
yang sesuai.
TUGAS!
 Download 10 tahun data satu stasiun (Data primer atau observasi langsung). Stasiun tiap kelompok tidak boleh
berada dalam 1 provinsi
 Pilih 2 parameter Meteorologi (Contoh: Temperatur x Tekanan atau Temperatur x Kelembaban, Tekanan x
Kecepatan Angin)
 Lakukan normalisasi terhadap data terlebih dahulu
 Lakukan dekomposisi dengan Moving Average pada kedua parameter, untuk menghilangkan:
1. Efek Diurnal,
2. Efek Semi-annual, dan
3. Efek Annual
 Lakukan dekomposisi dengan Harmonic Analisis dan EMD. Bandingkan hasil keluaran keduanya!
 Analisis fenomena fisis apa saja yang menjadi faktor pembangun kedua parameter tersebut berdasarkan tiap-tiap
keluaran Harmonic Analisis, EMD, dan Moving Average!
 Berdasarkan tiap-tiap metode, apakah terdapat kesamaan pola antara Parameter 1 dengan lainnya?
DEADLINE DAN FORMAT PENGUMPULAN
TUGAS
 Laporan dikerjakan sesuai dengan format berikut.
1. Cover
2. Kata Pengantar
3. Pendahuluan
4. Tujuan Praktikum
5. Algoritma pengerjaan tugas
6. Analisis dan Pembahasan
7. Kesimpulan dan Saran
8. Daftar Pustaka
 Lampirkan Papers atau jurnal ilmiah yang digunakan untuk analisis, jika diambil dari Buku, sebutkan halaman kajian
pustakanya
 Lampirkan pula script yang digunakan dalam pengerjaan
 DEADLINE : Minggu, 06 Maret 2016, 18.00 

Contenu connexe

Similaire à (FIXED) Decomposition and Smoothing Data Analysis

Quantitative approaches to forecasting
Quantitative approaches to forecastingQuantitative approaches to forecasting
Quantitative approaches to forecastingMeilissaD
 
Penyelesaian Raytracing dengan Bantuan Inversi Simulated Annealing
Penyelesaian Raytracing dengan Bantuan Inversi Simulated AnnealingPenyelesaian Raytracing dengan Bantuan Inversi Simulated Annealing
Penyelesaian Raytracing dengan Bantuan Inversi Simulated AnnealingFajar Perdana
 
4 pendahuluan
4 pendahuluan4 pendahuluan
4 pendahuluanIntercoil
 
Aminullah Assagaf_Regresi Data Panel_EVIEWS_8 November 2023.pptx
Aminullah Assagaf_Regresi Data Panel_EVIEWS_8 November 2023.pptxAminullah Assagaf_Regresi Data Panel_EVIEWS_8 November 2023.pptx
Aminullah Assagaf_Regresi Data Panel_EVIEWS_8 November 2023.pptxAminullah Assagaf
 
Bab i1 kohonen (recovered)
Bab i1 kohonen (recovered)Bab i1 kohonen (recovered)
Bab i1 kohonen (recovered)Eka Suryadana
 
Pengertian distribusi lognormal
Pengertian distribusi lognormalPengertian distribusi lognormal
Pengertian distribusi lognormalNurul Lailyah
 
Undip paper 2-penerapan metode optimasi exponential smoothing
Undip paper 2-penerapan metode optimasi exponential smoothingUndip paper 2-penerapan metode optimasi exponential smoothing
Undip paper 2-penerapan metode optimasi exponential smoothingZulyy Astutik
 
Interpolasi lagrange dan newton
Interpolasi lagrange dan newtonInterpolasi lagrange dan newton
Interpolasi lagrange dan newtonYuni Dwi Utami
 
Definisi Statistika dan Penyajian Data
Definisi Statistika dan Penyajian DataDefinisi Statistika dan Penyajian Data
Definisi Statistika dan Penyajian DataPutri Aulia
 
Modul mte3114 bab 4
Modul mte3114 bab 4Modul mte3114 bab 4
Modul mte3114 bab 4cikg
 
Model regresi-non-linear
Model regresi-non-linearModel regresi-non-linear
Model regresi-non-linearGifard Narut
 
64 119-1-sm
64 119-1-sm64 119-1-sm
64 119-1-smfitrimn
 
PRK - Pertemuan 3-4 - Distributed.pdf
PRK - Pertemuan 3-4 - Distributed.pdfPRK - Pertemuan 3-4 - Distributed.pdf
PRK - Pertemuan 3-4 - Distributed.pdfMiqdadRobbani3
 
Solusi persamaan difusi neutron pada teras reaktor nuklir dengan metode itera...
Solusi persamaan difusi neutron pada teras reaktor nuklir dengan metode itera...Solusi persamaan difusi neutron pada teras reaktor nuklir dengan metode itera...
Solusi persamaan difusi neutron pada teras reaktor nuklir dengan metode itera...Frans Wau
 
pert 8
pert 8pert 8
pert 8t34ra
 
James philip montolalu 13021106048
James philip montolalu   13021106048James philip montolalu   13021106048
James philip montolalu 13021106048James Montolalu
 
Kelompok 8 analisis struktur (metode gauss jordan)
Kelompok 8 analisis struktur (metode gauss jordan)Kelompok 8 analisis struktur (metode gauss jordan)
Kelompok 8 analisis struktur (metode gauss jordan)Debora Elluisa Manurung
 

Similaire à (FIXED) Decomposition and Smoothing Data Analysis (20)

Noeryanti 15454
Noeryanti 15454Noeryanti 15454
Noeryanti 15454
 
Quantitative approaches to forecasting
Quantitative approaches to forecastingQuantitative approaches to forecasting
Quantitative approaches to forecasting
 
Penyelesaian Raytracing dengan Bantuan Inversi Simulated Annealing
Penyelesaian Raytracing dengan Bantuan Inversi Simulated AnnealingPenyelesaian Raytracing dengan Bantuan Inversi Simulated Annealing
Penyelesaian Raytracing dengan Bantuan Inversi Simulated Annealing
 
4 pendahuluan
4 pendahuluan4 pendahuluan
4 pendahuluan
 
Aminullah Assagaf_Regresi Data Panel_EVIEWS_8 November 2023.pptx
Aminullah Assagaf_Regresi Data Panel_EVIEWS_8 November 2023.pptxAminullah Assagaf_Regresi Data Panel_EVIEWS_8 November 2023.pptx
Aminullah Assagaf_Regresi Data Panel_EVIEWS_8 November 2023.pptx
 
Bab i1 kohonen (recovered)
Bab i1 kohonen (recovered)Bab i1 kohonen (recovered)
Bab i1 kohonen (recovered)
 
Pengertian distribusi lognormal
Pengertian distribusi lognormalPengertian distribusi lognormal
Pengertian distribusi lognormal
 
Undip paper 2-penerapan metode optimasi exponential smoothing
Undip paper 2-penerapan metode optimasi exponential smoothingUndip paper 2-penerapan metode optimasi exponential smoothing
Undip paper 2-penerapan metode optimasi exponential smoothing
 
Efisiensi algoritma
Efisiensi algoritmaEfisiensi algoritma
Efisiensi algoritma
 
Interpolasi lagrange dan newton
Interpolasi lagrange dan newtonInterpolasi lagrange dan newton
Interpolasi lagrange dan newton
 
Artikel finite elemen
Artikel finite elemen Artikel finite elemen
Artikel finite elemen
 
Definisi Statistika dan Penyajian Data
Definisi Statistika dan Penyajian DataDefinisi Statistika dan Penyajian Data
Definisi Statistika dan Penyajian Data
 
Modul mte3114 bab 4
Modul mte3114 bab 4Modul mte3114 bab 4
Modul mte3114 bab 4
 
Model regresi-non-linear
Model regresi-non-linearModel regresi-non-linear
Model regresi-non-linear
 
64 119-1-sm
64 119-1-sm64 119-1-sm
64 119-1-sm
 
PRK - Pertemuan 3-4 - Distributed.pdf
PRK - Pertemuan 3-4 - Distributed.pdfPRK - Pertemuan 3-4 - Distributed.pdf
PRK - Pertemuan 3-4 - Distributed.pdf
 
Solusi persamaan difusi neutron pada teras reaktor nuklir dengan metode itera...
Solusi persamaan difusi neutron pada teras reaktor nuklir dengan metode itera...Solusi persamaan difusi neutron pada teras reaktor nuklir dengan metode itera...
Solusi persamaan difusi neutron pada teras reaktor nuklir dengan metode itera...
 
pert 8
pert 8pert 8
pert 8
 
James philip montolalu 13021106048
James philip montolalu   13021106048James philip montolalu   13021106048
James philip montolalu 13021106048
 
Kelompok 8 analisis struktur (metode gauss jordan)
Kelompok 8 analisis struktur (metode gauss jordan)Kelompok 8 analisis struktur (metode gauss jordan)
Kelompok 8 analisis struktur (metode gauss jordan)
 

Plus de Muhammad Rafi Al-Hariri Nasution (7)

Proyeksi_2
Proyeksi_2Proyeksi_2
Proyeksi_2
 
Proyeksi_1__
Proyeksi_1__Proyeksi_1__
Proyeksi_1__
 
AYO MENGENAL Perubahan Iklim - Sosmas
AYO MENGENAL Perubahan Iklim - SosmasAYO MENGENAL Perubahan Iklim - Sosmas
AYO MENGENAL Perubahan Iklim - Sosmas
 
Proposal DCME
Proposal DCMEProposal DCME
Proposal DCME
 
PPT Modul 5
PPT Modul 5PPT Modul 5
PPT Modul 5
 
Pre-Study Service on Feasibility of Wind Energy Potential 1.2
Pre-Study Service on Feasibility of Wind Energy Potential 1.2Pre-Study Service on Feasibility of Wind Energy Potential 1.2
Pre-Study Service on Feasibility of Wind Energy Potential 1.2
 
Lampiran-2
Lampiran-2Lampiran-2
Lampiran-2
 

(FIXED) Decomposition and Smoothing Data Analysis

  • 1. Decomposition and Smoothing Time-Series Data Analysis Muhammad Rafi Al-Hariri Nasution 12812035
  • 2. Pendahuluan  Prosedur dekomposisi digunakan dalam suatu time-series untuk memisahkan suatu sinyal seperti trend dan seasonal dalam time-series itu sendiri. Lebih luas lagi, dekomposisi juga termasuk dalam siklus panjang, mingguan, atau harian, dsb. Namun pada modul ini kita akan fokus pada trend dan seasonal decomposition.  Tujuan utama dalam dekomposisi adalah mengestimasi efek musiman yang digunaan untuk membuat dan menyajikan nilai musiman yang disesuaikan. Nilai musiman yang telah disesuaikan akan menghilangkan efek musman dari suatu nilai sehingga trend dapat terlihat lebih jelas.
  • 3. Moving Average/Running Mean Smoothing data-series adalah teknik biasa dalam sains, banyak textbook yang menjelaskan tentang beberapa pendekatan untuk Smoothing ini. Banyaknya data pada suatu data-series, akan menjadikannya sulit untuk direpresentasikan karena terlihat seperti noise atau gangguan. Banyaknya data yang serupa dalam data Geofisika seperti Meteorologi dan Klimatologi, menjadikan Smoothing atau filtering menjadi penting sehingga kita dapat merepresentasikan confusing data tersebut. (Source: https://bobtisdale.files.wordpress.com/2012/04/figure-31.png)
  • 4. 𝑀𝐴 𝑛 = 𝑖=1 𝑛 𝐷𝑖 𝑛 Dimana, n = Periode yang dibutuhkan dalam moving average Di = Data dalam periode i 1 1 3 2 2 4 3 3 5 4 4 6 5/3 2 7/3 8/3 3 10/3 11/3 4 13/3 14/3 9/5 12/5 14/5 14/5 17/5 19/5 19/5 22/5
  • 5. Empirical Mode Decomposition (EMD)  Empirical Mode Decomposition (EMD) adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh Norden Huang di NASA sebagai bagian dari Hilbert-Huang Transformasi. Aslinya, EMD dikembangkan untuk menghitung frekuensi yang terukur saat itu juga dari suatu data non-stasioner dan non-linear (Huang, 1998). Namun, dikarenakan banyaknya fenomena alam yang juga merupakan proses nonstasioner dan non-stationary, metode ini mulai digunakan untuk banyak data sains termasuk data-data Meteorologi dan Iklim (Peel 2005 dan McMahon 2008)  Jika dibandingkan dengan teknik dekomposisi lain seperti Fourier analisis, Wavelet atau bahkan Principle Componen Analysis (PCA), EMD memiliki lebih banyak keunggulan karena ini dapat menangani suatu data time-series yang nonstasioner dan non-linear. Dikarenakan dekomosisi didasarkan pada karakteristik skala waktu lokal dari data, EMD dapat mengkomputasi proposi dari suatu variasi dalam time-series yang dapat dikaitkan pada fluktuasi (baik rendah ataupun frekuensi yang tinggi) pada skala waktu yang berbeda (McMahon, 2008).
  • 6. Contoh Keluaran EMD  Dengan menggunakan metode EMD, suatu time series data akan didekomposisi kedalam beberapa komponen yang independen dan tidak berkolerasi satu dengan lainnya. Komponen ini biasa disebut sebagai Intrinstic Mode Functions (IMFs). Bagian akhir IMF merupakan sisa atau trend dari seluruh time-series. Jika semua IMF dan semua sisanya dijumlahkan kembali, maka data asli akan terbentuk kembali.  Secara teoritis, tiap-tiap IMF merupakan orthogonal dan tidak berkorelasi.  (Huang, 2005), prosedur untuk memperoleh IMF dengan EMD terdiri dari beberapa step
  • 7. Harmonik Analisis  Harmonik Analisis terdiri dari representasi fluktuasi atau variasi dalam suatu time- series data yang muncul dari berbagai fungsi sinus dan kosinus suatu data. Fungsi Trigonometri ini merupakan sesuatu yang harmonic dalam arti bahwa mereka terpilih karena mereka memiliki frekuensi yang menunjukkan adanya kelipatan suatu bilangan bulat pada frekuensi yang ditentukan pada pengambilan suatu ukuran sampel data-series.
  • 8. Konsep Dasar – Ubah Unit Sudut ke Waktu  Fungsi trigonometri menggunakan sudut, sedangkan data dalam bentuk time-series Solusi: 𝛼 = 3600 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 = 𝑡 𝑛 3600 = 𝑡 𝑛 2𝜋  Adapun frekuensi dasar dapat didefinisikan sebagai 𝜔1 = 2𝜋 𝑛  Kuantitas ini merupakan frekuensi angular, yang memiliki dimensi fisis dalam radian per satuan waktu. Frekuensi angular ini menggambarkan siklus penuh dan jumlah unit n dalam satuan waktu.
  • 9. Konsep Dasar – Jika Amplitudo data > 1 dan < -1  Solusi: Pada suatu fungsi sinus dan kosinus, kita dapat menambah besar amplitude yang akan membuat range nilai semakin tinggi. Jika amplitude A = 5, maka nilai sinus dan kosinus akan berada disekitar -5 dan +5 variatif berdasarkan besar sudut ataupun waktu. Adapun kita dapat menambahkan nilai 𝑦 yang merupakan nilai rata-rata time-series data. Sehingga, kita akan mendapatkan bahwa 𝑌𝑡 = 𝑦 + 𝐶1 𝑐𝑜𝑠 2𝜋𝑡 𝑛
  • 10. Konsep Dasar - Fasa  Fungsi sinus dan kosinus berada pada nilai α = 0 dan α = 2π. Namun, bagaimana jika kondisi ini tidak cocok terhadap kondisi aslinya?  Solusi: Penambahan fasa sangat perlu dilakukan ketika suatu fungsi ternyata tidak cocok untuk mendekati nilai tersebut, sehingga kita dapat menuliskan suatu fungsi baru dengan suatu penambahan besar fasa ф1 sebagai berikut. 𝑌𝑡 = 𝑦 + 𝐶1 𝑐𝑜𝑠 2𝜋𝑡 𝑛 − ф1 Contoh bagaimana pengurangan atau penambahan fasa dapat mengestimasi suatu nilai dengan baik.
  • 12. Running Mean Sintesis dan Normalisasi data sintesis dengan periode 5, 10, 15 dan jumlah bilangan gelombang untuk setiap Periode.
  • 13. Dekomposisi masing-masing sinyal sesuai dengan periode yang telah didefinisikan, plot gambar
  • 14.
  • 15. Terlihat bahwa terdapat transfer energy yang tidak merata dalam mendekati nilai-nilai aslinya. Dengan MA periode 5, terlihat hasil under-estimate Dengan MA periode 10 karena merupakan periode tengah, terlihat bahwa hasil kurang baik. Akibat transfer energy yang tidak merata di 5 dan 15. Dengan MA periode 15, terlihat hasil yang cenderung Overestimate. Namun ketika digabungkan lagi, MA dapat membentuk data asli
  • 17. 1. Sintesis dan Normalisasi data yang sama clear all; close all; clc %Data sintetis dengan bilangan gelombang yang berbeda t=[1:120]';n=length(t); P=[5 10 15]; %periode K=n./P; %bilangan gelombang (jumlah gelombang) %time series y5=4*sin(2*pi*K(1)*t/n); y10=2*sin(2*pi*K(2)*t/n); y15=3*sin(2*pi*K(3)*t/n); y=y5+y10+y15; y=y'; %NORMALISASI! n=length(y); t=(1:n)'; ybar=nanmean(y); y=y-ybar;
  • 18. 3. Gunakan fungsi EMD.m dan plot hasil IMFnya %Menggunakan EMD imf = emd2(y); figure; subplot(7,1,1); plot(y,'LineWidth',3); hold on; title('Data Empirical Mode Decomposition'); subplot(7,1,2); plot(imf(1,:),'red','LineWidth',2); title('IMF 1'); subplot(7,1,3); plot(imf(2,:),'black','LineWidth',2); title('IMF 2'); subplot(7,1,4); plot(imf(3,:),'yellow','LineWidth',2); title('IMF 3'); subplot(7,1,5); plot(imf(4,:),'green','LineWidth',2); title('IMF 4'); subplot(7,1,6); plot(imf(5,:),'cyan','LineWidth',2); title('IMF 5'); feelingsomething=imf(3,:)+imf(4,:)+imf(5,:) ; subplot(7,1,7); plot(feelingsomething,'black','LineWidth',2 ); title('IMF 3+4+5'); saveas(gcf,'IMF.jpg')
  • 19. Karena data sintetis kita dibangun dari fungsi sinus- kosinus yang stasioner, pendekatan menggunakan EMD kurang cocok karena pendekatan metode ini menggunakan suatu fungsi non-stasioner. Sehingga tidak kita temukan suatu sinyal gelombang berperiode 10. Kita dapat mendekati gelombang tersebut dengan menjumlah gelombang/IMF yang ada
  • 21. 1. Buatlah data sintetis dan Normalisasi data tersebut clear all; close all; clc t=[1:120]';n=length(t); P=[5 10 15]; %periode K=n./P; %bilangan gelombang (jumlah gelombang) %time series y5=4*sin(2*pi*K(1)*t/n); y10=2*sin(2*pi*K(2)*t/n); y15=3*sin(2*pi*K(3)*t/n); y=y5+y10+y15; y=y; %NORMALISASI! n=length(y); t=(1:n)'; %Kenapa nanmean? Karena Nanmean membantu merata-ratakan data tanpa %memperhatikan NaN. Kalau kalian punya data NaN dan pake fungsi mean biasa, %yang terjadi adalah, rata-rata kalian bakal NaN :) ybar=nanmean(y); y=y-ybar;
  • 22. 3. Definisikan Himpunan X, yang akan diisi oleh pendekatan fungsi sinus kosinus untuk setiap bilangan gelombang (total n/2 gelombang) %BUAT MATRIKS X-nya Dulu X=[]; %Pendekatan Harmonik Analysis dengan fungsi Sinus dan Kosinus di tiap %bilangan gelombang for k=1:fix(n/2) x1=cos(2*pi*k*t/n); x2=sin(2*pi*k*t/n); X=[X x1 x2]; end
  • 23.  4. Dengan pendekatan Multiple stasioner Regression (MLR), akan didekati nilai Amplitudo dan fasa gelombang %Multiple Linear Regression warning('off','all'); b=regress(y,X); A=b(1:2:end); B=b(2:2:end); %Amplitude (C) C=sqrt(A.^2+B.^2); %Sudut fasa (THETA) theta=ones(length(A),1); theta(A>0.0)=atan(B(A>0.0)./A(A>0.0)); theta(A<0.0)=atan(B(A<0.0)./A(A<0.0))+pi; theta(A==0.0)=pi/2;
  • 24. 5. Estimasi nilai Yi dengan jumlah bilangan gelombang (n/2); Plot gambar dengan menggunakan script berikut. %Estimasi Yi for k=1:fix(n/2); yi(:,k)=(C(k)*cos(2*pi*k*t/n - theta(k)))'; end % gambar dua harmonik pertama data sintetik figure;hold all;grid on; plot([y yi(:,[8])],'linestyle','-','linewidth',1.5); plot(sum(yi(:,[8]),1),'--k','linewidth',3); legend('data','bilangan gelombang 8','location','best'); title ('Contoh hasil analisa harmonik dengan data sintetis'); saveas(gcf,'HA_bilangan_gelombang8.jpg'); % C=[];theta=[];yi=[]; figure;hold all;grid on; plot([y yi(:,[12])],'linestyle','-','linewidth',1.5); plot(sum(yi(:,[12]),1),'--k','linewidth',3); legend('data','bilangan gelombang 12','location','best'); title ('Contoh hasil analisa harmonik dengan data sintetis'); saveas(gcf,'HA_bilangan_gelombang12.jpg');
  • 25. Masih plotting! figure;hold all;grid on; plot([y yi(:,[24])],'linestyle','-','linewidth',1.5); plot(sum(yi(:,[24]),1),'--k','linewidth',3); legend('data','bilangan gelombang 24','location','best'); title ('Contoh hasil analisa harmonik dengan data sintetis'); saveas(gcf,'HA_bilangan_gelombang24.jpg'); figure;hold all;grid on; plot([y yi(:,[1:7,9,10])],'linestyle','-','linewidth',1.5); plot(sum(yi(:,[1:7,9,10]),9),'--k','linewidth',3); legend('data','harmonik 1','harmonik 2','harmonik 3','harmonik 4','harmonik 5','harmonik 6','harmonik7','harmonik 9','harmonik 10','location','best'); title ('Contoh hasil analisa harmonik dengan data sintetis'); saveas(gcf,'HA_bilangangelombang1-10.jpg');
  • 26. Pada kasus ini, Dekomposisi atau pemisahan sinyal yang terbaik ditunjukkan oleh Harmonic Analisis karena dapat menggambarkan gelombang penyusun data pada tiap periodenya dengan amplitude yang sesuai.
  • 27. TUGAS!  Download 10 tahun data satu stasiun (Data primer atau observasi langsung). Stasiun tiap kelompok tidak boleh berada dalam 1 provinsi  Pilih 2 parameter Meteorologi (Contoh: Temperatur x Tekanan atau Temperatur x Kelembaban, Tekanan x Kecepatan Angin)  Lakukan normalisasi terhadap data terlebih dahulu  Lakukan dekomposisi dengan Moving Average pada kedua parameter, untuk menghilangkan: 1. Efek Diurnal, 2. Efek Semi-annual, dan 3. Efek Annual  Lakukan dekomposisi dengan Harmonic Analisis dan EMD. Bandingkan hasil keluaran keduanya!  Analisis fenomena fisis apa saja yang menjadi faktor pembangun kedua parameter tersebut berdasarkan tiap-tiap keluaran Harmonic Analisis, EMD, dan Moving Average!  Berdasarkan tiap-tiap metode, apakah terdapat kesamaan pola antara Parameter 1 dengan lainnya?
  • 28. DEADLINE DAN FORMAT PENGUMPULAN TUGAS  Laporan dikerjakan sesuai dengan format berikut. 1. Cover 2. Kata Pengantar 3. Pendahuluan 4. Tujuan Praktikum 5. Algoritma pengerjaan tugas 6. Analisis dan Pembahasan 7. Kesimpulan dan Saran 8. Daftar Pustaka  Lampirkan Papers atau jurnal ilmiah yang digunakan untuk analisis, jika diambil dari Buku, sebutkan halaman kajian pustakanya  Lampirkan pula script yang digunakan dalam pengerjaan  DEADLINE : Minggu, 06 Maret 2016, 18.00 