SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  13
Télécharger pour lire hors ligne
MATERI KAJIAN KHUSUS TIAP SENIN BAKDA MAGHRIB
AKHLAQ QUR’ANI
MASJID BETENG BINANGUN KADIPATEN WETAN YOGYAKARTA
Tafsîr QS Luqmân/31:13
Nasihat ‘Pertama dan Utama’ Luqmân Untuk Buah Hatinya
Nash (Teks) Ayat al-Quran
ۖ
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS Luqmân/31:13).
Tafsîr al-Mufradât
: Ia memberi pelajaran kepadanya. Kata ya’izhu, berasal dari wa’azha –
ya’izhu – wa’zhan wa ‘izhatan, yang bermakna: “mengajari atayu
menasihati”. Dalam ayat ini, Luqman berperan sebagai pengajar atau
penasihat bagi anaknya, yang berarti dia ‘tengah memberikan’ petuah
yang diharapkan dapat dipahami, disikapi dan diamalkan oleh anaknya,
demi kebaikan dirinya.
: Janganlah kamu mempersekutukan Allah. Luqman, dalam hal ini,
memberikan pelajaran dan nasihat pertama dan utama bagi anaknya
agar menjauhi perilaku syirik (memertuhankan sesuatu selain Allah).
Nasihat yang berisi larangan ini bermakna agar anaknya memiliki
‘upaya preventif’ agar tidak tejebak pada perilaku syirik dalam pelbagai
bentuknya. Sebaliknya, tersirat di dalamnya nasihat Luqman agar
anaknya bisa menjaga sikap tauhidnya.
: Benar-benar kezaliman yang besar. Perilaku syirik itu merupakan
kezaliman yang besar. Dalam pengertian, merupakan perilaku yang
sangat menyimpang dari kaedah tauhid yang seharusnya dipegang erat
oleh setiap orang, termasuk di dalamnnya bagi anak Luqman.
Al-Îdhâh (Penjelasan)
1. Siapakah Luqmân itu?
Terdapat perselisihan ulama dalam masalah penamaan ayah dan nasabnya,
kenabian dan profesi serta sifat-sifat fisiknya.1
,
1
Lihat: Ath-Thabari, Jâmi' al-Bayân 'an Ta'wîl Âyi al-Qur`ân, XXI/78-80, Al-
Al-Hâfizh Ibnu Katsîr menjelaskan, bahwa ia adalah Luqmân bin 'Anqâ bin
Sadûn.2
Sebagian besar ulama Salaf menyatakan, Luqmân bukanlah nabi dan tidak
pula mendapatkan wahyu, melainkan ia seorang wali Allah yang taat, shâlih, dan
bijaksana, yang telah dikaruniakan oleh Allah berbagai keutamaan, berupa
kecerdasan akal, kedalaman pemahaman terhadap Islam, sifat pendiam dan tenang,
serta hikmah dalam berkata-kata.3
Adapun mengenai profesi Luqman, di antara para ulama terjadi perpedaan
pendapat. Ada yang mengatakan, ia seorang budak hitam yang berprofesi sebagai
tukang kayu. Ada pula yang mengatakan sebagai penjahit. Ada pula yang
mengatakan sebagai penggembala. Dan ada pula yang mengatakan sebagai Qadhi
(hakim) di masyarakat Bani Israil.4
Sedangkan mengenai sifat-sifat fisik beliau,
banyak para ulama yang menjelaskan, ia adalah seorang budak Habasyah yang
hitam, berbibir tebal, dan berkaki pecah-pecah.5
2. Syirik Merupakan Kezaliman Yang Amat Besar
Pada ayat di atas, Luqmân menasihati anaknya, Tsarân6
agar tidak berbuat
syirik. Sebagai seorang ayah yang telah dikaruniai Allah sifat bijaksana dan
kemampuan berkata-kata dengan kedalaman makna dan penuh hikmah,7
Luqmân
memberi sebuah nasihat sangat berharga untuk buah hatinya yang sangat ia sayangi.
Dia menasihati anaknya agar tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu
apapun, karena syirik merupakan kezaliman yang amat besar. Karena dalam
perbuatan syirik ini tidak ada suatu pun perbuatan dosa yang paling besar dan buruk
daripada dosa menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya, dosa menyamakan
derajat Allah yang Maha Sempurna dan Yang Maha berhak untuk disembah karena
Qurthubi, Al-Jâmi' li Ahkâm al-Qur`ân, XIV, 56-57, Ibn al-Jauzi, Zâd al-Masîr , VI/317-318
dan Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm, VI/333-335.
2
Lihat; Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm, VI/336. Terdapat pendapat lain soal
nasab beliau, seperti termaktub dalam dikemukakan oleh al-Qurthubi, Al-Jâmi' li Ahkâm al-
Qur`ân, XIV/56). Di antaranya, Luqmân bin Ba'urâ bin Nahûr bin Târah. Dan Târah adalah
Azar, ayah Nabi Ibrahim.
3
Lihat: Al-Qurthubi, Al-Jâmi' li Ahkâm al-Qur`ân, XIV/56), Ibn al-Jauzi, Zâd al-
Masîr, VI//318), Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm , VI/334-335) dan Ath-Thabari, Jâmi'
al-Bayân 'an Ta'wîl Âyi al-Qur`ân, XXI//80.
4
Keterangan-keterangan tentang ini dapat dilihat di Ath-Thabari, Jâmi' al-Bayân 'an
Ta'wîl Âyi al-Qur`ân, XXI/79), dan Ibn al-Jauzi, Zâd al-Masîr, VI/317-318.
5
Lihat: Ath-Thabari, Jâmi' al-Bayân 'an Ta'wîl Âyi al-Qur`ân, XXI/79), Al-Qurthubi,
Al-Jâmi' li Ahkâm al-Qur`ân, XIV/56), Ibn al-Jauzi, Zâdul-Masîr, VI/318) dan Ibnu Katsir,
Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm, VI/33.
6
Disebutkan oleh Al-Qurthubi dan Ibnu Katsir, bahwa namanya adalah Tsarân.
Lihat: Al-Jâmi' li Ahkâm al Qur'ân, XIV/58 dan Tafsîr al-Qur'ân al-'Azhîm, VI/336.
7
QS Luqmân/31: 12.
kesempurnaan sifat-sifat-Nya; dengan makhluk-Nya yang sarat kekurangan dan
kelemahan.8
Oleh sebab itu, Allah tidak akan mengampuni dosa seseorang yang berbuat
syirik, jika ia sampai mati dalam keadaan belum bertaubat dari perbuatan syiriknya.
Allah berfirman:
ۚ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan barang siapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS an-Nisâ`/4:
48).
Syirik merupakan kezaliman yang sangat besar; dan keimanan seorang
muslim tidak mungkin lurus dan benar jika, masih tercampur dengan kezaliman ini,
karena tidak mungkin sebuah keimanan dan tauhid bercampur dengan kesyirikan
dan kekufuran.
Ayat di atas juga memberikan isyarat yang jelas kepada para ayah atau
orang tua, para guru, pengajar dan pembimbing secara umum, agar mereka
menasihati anak-anaknya sejak dini. Yaitu dengan menanamkan dan memahamkan
serta mengajarkan prinsip-prinsip dasar ke-Islaman dan keimanan, berupa aqidah
atau tauhid. Hal ini pun telah dicontohkan oleh seorang ayah, pembimbing, dan
guru yang terbaik, yaitu Rasulullah SAW , tatkala beliau menasihati sepupunya,
'Abdullah bin 'Abbâs r.a. yang saat itu umurnya masih sangat belia.9
'Abdullah bin 'Abbâs r.a. berkata,
8
Lihat: Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm, VI/336) dan As-Sa’di, Taisîr al-Karîm
ar-Rahmân, II/424.
9
Umur beliau saat itu kurang dari 15 tahun. Lihat: Al-‘Utsaimin, Syarh al-Arba'în an-
Nawawiyyah, hal. 201.
“Pada suatu hari, aku pernah dibonceng oleh Rasulullah SAW, dan beliau bersabda: "Wahai
anak, sesungguhnya aku ingin mengajarkan kepadamu beberapa kalimat; 'Jagalah Allah,
niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati-Nya di
depanmu. Jika kamu ingin meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan jika kamu ingin
memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya
jika seluruh umat bergabung untuk memberikan sebuah manfaat kepadamu, mereka semua
tidak akan bisa memberikan manfaat itu kecuali jika Allah telah menetapkannya untukmu.
Dan jika mereka semua bergabung untuk memberikan sebuah madharrat/bahaya kepadamu,
mereka semua tidak akan bisa memberikan madharrat/bahaya itu kecuali jika Allah telah
menetapkannya (pula) untukmu. Pena telah diangkat, dan buku catatan (amal) telah
kering'."10
3. Setiap Anak Wajib Berbakti dan Taat Kepada Orang Tua Selama Perintahnya
Tidak Menyalahi Syariat
ۖۖۚ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS Luqmân/31:14-15].
10
HR at-Tirmidzi dari Abdullah bin Abbas, Sunan at-Tirmidzi, IV/667, hadits no.
2516. Hadits ini – menurut At-Tirmidzi, “hasan-shahîh”. Muhammad Nashiruddin al-Albani
menyatakan bahwa hadits ini ‘shahîh’. Lihat: Al-Jâmi’ ash-Shaghîr wa Ziyâdatuh, I/1392, hadits
no, 31931.
Pada ayat ke-14 dan ke-15 surat Luqmân ini, setelah Allah memerintahkan
kita untuk memenuhi hak-Nya dengan beribadah hanya kepada-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, kemudian Allah memerintahkan kita
untuk memenuhi hak orang tua, dengan berbakti dan taat kepadanya selama
perintah mereka tidak menyelisihi syariat. Kita diperintah untuk berbuat baik dan
berbakti kepada kedua orang tua, karena merekalah yang menyebabkan kita ada di
dunia ini dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala ; dan terlebih lagi berbakti kepada
ibu, karena, ibu telah mengandung kita, merasakan payahnya ketika kita masih
berada di dalam perutnya. Hingga akhirnya melahirkan kita dengan menahan rasa
sakit yang luar biasa. Ibu mempertaruhkan nyawa demi keselamatan kita. Tidak
hanya sampai di situ, ibu juga menyusui kita, mengurus dengan sabar, hingga
menyapih kita dalam jangka waktu dua tahun. Sampai akhirnya kita tumbuh
berkembang, kuat dan dewasa.11
Demikian pula dengan ayah, ia telah membanting
tulang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan kita dan ibu.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika taat dan berbakti kepada orang tua
merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap anak. Tentunya, kewajiban
tersebut berlaku selama bakti dan ketaatan terhadap perintah mereka berdua tidak
menyelisihi atau menyalahi syariat. Hal ini banyak diterangkan dalam al-Qur`ân
maupun hadits-hadits shahîh, di antaranya seperti firman-Nya berikut:
ۖ
ۚ
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-
lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS al-
'Ankabût/29: 8).
Konkretnya, seperti yang telah diperankan oleh Sa'ad bin Abi Waqqâsh
Radhiyallahu anhu, ketika sang ibu memaksanya murtad dari Islam. Para ulama
berpendapat, ayat ke-8 surat al-'Ankabût, dan ayat ke-14 dan ke-15 surat Luqmân ini
di atas turun dengan sebab kisah Sa'ad bin Abi Waqqâsh r.a..12
Dalam Shahîh Muslim, dari Sa'ad bin Abi Waqqâsh, beliau berkata:
11
Lihat: As-Sa’di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân, II/424-426.
12
Ath-Thabari, Jâmi' al-Bayân 'an Ta'wîl Âyi al-Qur`ân, XXI/82, Al-Qurthubi, Al-
Jâmi' li Ahkâm al-Qur`ân, XIV/60, Ibn al-Jauzi, Zâd al-Masîr, VI/319) dan Ibnu Katsir, Tafsîr
al-Qur`ân al-'Azhîm, VI/337.
“Ibu Sa'ad (bin Abi Waqqâsh)13
bersumpah untuk tidak berbicara dengannya selama-
lamanya sampai Sa'ad kufur (keluar) dari agamanya (yaitu, Islam). Dia pun bersumpah
untuk tidak mau makan dan minum. Dia berkata: "Kamu telah katakan bahwa Allah
memerintahkanmu untuk taat/berbakti kepada kedua orang tuamu, sedangkan aku adalah
ibumu, dan aku memerintahkanmu untuk kufur (dari Islam)". Ibu Sa'ad pun bertahan (tidak
makan dan minum) selama tiga hari, hingga ia pingsan karena kepayahan. Maka salah satu
anaknya yang bernama 'Umarah memberinya minum. Ibu Sa'ad pun mendoakan keburukan
untuk Sa'ad, maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan dalam al-Qur`ân ayat ini: "Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-
Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik…"14
.
Oleh karena itu, bagaimana pun keadaan orang tua, kita diwajibkan oleh
Allah untuk taat dan berbakti kepada mereka,15
selama bukan merupakan perkara
maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sehingga, jika orang tua memerintahkan kita
untuk bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajiban untuk
mentaati perintah mereka. Rasulullah SAW telah bersabda:
13
Namanya Hamnah binti Abi Sufyân bin Umayyah. Lihat: Al-Qurthubi, Al-Jâmi' li
Ahkâm al-Qur`ân, XIV/61.
14
HR Muslim dari Sa'ad bin Abi Waqqâsh, Shahîh Muslim, VII/125, hadits no.
6391.
15
Al-Qurthubi - dalam kitab tafsirnya Al-Jâmi' li Ahkâm al-Qur`ân, XIV/61) --
berkata: "Pada ayat di atas (QS Luqmân/31: 15) terdapat dalil atas wajibnya berbakti kepada
kedua orang tua walaupun mereka kafir. Berbakti dengan membantu memberikan harta (kita)
jika mereka fakir dan miskin, dan berkata-kata lemah lembut serta mendoakan mereka agar
mendapatkan hidayah Islam".
“Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Alllah, sesungguhnya ketaatan hanya dalam
hal yang baik.”16
Beliau (Nabi Muhammad) SAW juga bersabda:
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Pencipta (Allah).”17
4. Luqmân Menanamkan Aqidah Kepada Putranya Tentang Kekuasaan Allah
Yang Mutlak dan Adanya Hari Pembalasan
ۚ
(Luqmân berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi,
dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.” (QS Luqmân/31: 16).
Pada QS Luqmân/31: 16, Luqmân kembali menasihati putranya, bahwa
sekecil apa pun perbuatan seseorang, baik berupa ketaatan maupun kemaksiatan,
pasti Allah akan membalasnya. Perbuatan baik, maka balasan dari Allah pun baik.
Jika perbuatan tersebut buruk, maka balasan dari Allah pun demikian.18
Allah juga berfirman:
16
HR al-Bukhâri, Shahîh al-Bukhâriy, IX/109, hadits no. 7257, (6/2612, 2649 no.
6726, 6830) dan HR Muslim, Shahîh Muslilm, VI/15, hadits 4871 dari Ali bin Abi Thalib.
17
HR Ath-Thabarni dari Imran bin Hushain, Al-Mu’jam al-Kabîr, XIII/60, hadits
no. 14795. Muhammad Nashiruddin al-Albai menyatakan bahwa hadist ini ‘shahih’. Lihat:
As-Silsilah ash-Shahîhah, I/178.
18
Lihat: Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm, VI/337-338 dan As-Sa’di, Taisîr al-
Karîm ar-Rahmân, II/426.
ۖ
ۗ
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan
seseorang barang sedikitpun, dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami
mendatangkan (pahala)nya, dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS al-
Anbiyâ`/21: 47)
Maka, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari pandangan Allah. Oleh
karena itu, di akhir ayat ke-16 (surat Luqmân) ini, berfirman:
“Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
5. Luqmân Memerintahkan Kepada Puteranya Untuk Menegakkan Shalat,
Beramar Ma'ruf-Nahi Munkar dan Bersabar Terhadap Musibah
Allah berfirman,
ۖ
“(Luqmân berkata): Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).” (QS Luqmân/31: 17)
Luqmân memerintahkan si anak untuk (menegakkan) shalat, karena
merupakan (shalat) ibadah fisik yang paling penting. Selanjutnya, memerintahkan
untuk beramar ma'ruf nahi mungkar. Aktivitas ini menuntut pengenalan akan
perkara-perkara yang ma'ruf dan kemungkaran, serta sifat pendukungnya, yaitu
kelembutan dan kesabaran. Lantaran pasti akan menghadapi cobaan saat
menjalankan amar ma'ruf dan nahi munkar, Luqmân memerintahkan supaya
bersabar. Perkara-perkara ini termasuk 'azmil-umûr (perkara besar lagi menyedot
perhatian lebih), hingga tidak ada yang memperoleh taufik untuk menjalankannya
kecuali orang-orang yang bertekad baja.19
19
As-Sa’di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân, hal. 648
Secara khusus, mengenai pembinaan anak-anak untuk mengerjakan shalat
sejak dini, Rasulullah SAW bersabda:
.
“Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun,
dan pukullah mereka (jika tidak mau melakukan shalat) ketika mereka berumur sepuluh
tahun, dan pisahkan mereka dalam tempat tidur.”20
6. Luqman Rahimahullah Mengajarkan Kepada Puteranya Agar Tidak Sombong,
Angkuh dan Tidak Membanggakan Diri
ۖ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqmân/31: 18)
Dalam ayat lain, Allah berfirman:
ۖ
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai
setinggi gunung.” (QS al-Isrâ`/17: 37)
Dan sungguh, nasihat Luqmân ini pun telah diajarkan Rasulullah SAW
untuk kita, seperti ditunjukkan beberapa hadits berikut.
'Abdullah bin Mas'ûd r.a. menyatakan bahwa Rasulullah SAW pernah
bersabda:
20
HR Abu Dawud dari Sabrah bin Ma'bad bin 'Awsajah, Sunan Abî Dâwud, I/133,
hadits no. 495. Muhammad Nashiruddin al-Albani menyatakan bahwa hadits ini’shahih’.
Lihat: Irwâ’ al-Ghalîl, I/266.,
"Tidak (akan) masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sekecil dzarrah dari
kesombongan". (Kemudian) ada seorang yang berkata: "Sesungguhnya seseorang senang jika
bajunya bagus dan sendalnya bagus," (maka) Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah itu
indah, dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan
orang lain."21
Abu Hurairah r.a. menyataka bahwa Rasulullah SAW bersabda:
.
“Tatkala seorang berjalan dengan angkuh/sombong dengan mengenakan dua lapis
pakaiannya, maka Allah benamkan dia ke dalam bumi. Dia pun terus demikian naik turun
di dalam bumi sampai hari kiamat.”22
Hâritsah bin Wahb al-Khuzâ'i r.a. pernah mendengar SAW bersabda:
....
"… Maukah aku beritahu kalian; siapakah penghuni neraka?" Mereka menjawab: "Tentu".
Rasulullah bersabda: "Setiap orang yang kasar, tamak/serakah dan sombong."23
7. Luqmân Mengajarkan Kepada Puteranya Agar Bersikap Tawâdhu', Tenang
dan Tidak Meninggikan Suara
ۚ
21
HR Muslim dari Abdullah bin Mas’ud, Shahîh Muslim, I/65, hadits no. 275.
22
HR Muslim dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, VI/148, hadits no. 5588.
23
HR al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, VI/198, hadits no. 4918 dan HR Muslim,
Shahîh Muslim, VIII/154, hadits 7566, dari Hâritsah bin Wahb al-Khuzâ'i r.a.
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-
buruk suara ialah suara keledai.” (QS Luqmân/31: 19)
Pada ayat ke-19, Luqmân juga menasihati putranya untuk tawâdhu' (rendah
hati), tenang, tidak tergesa-gesa dan tidak terlalu lambat dalam berjalan. Dia juga
menasihati anaknya untuk tidak berlebih-lebihan dalam berbicara, dan tidak
meninggikan suara untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya pada pembicaraan
tersebut. Sampai-sampai Luqman mengumpamakannya dengan suara keledai yang
buruk.
Ibnu Katsîr berkata: "Seburuk-buruk perumpamaan orang yang
meninggikan suaranya adalah bagaikan keledai dalam ringkikannya. Selain itu,
suara ini pun dibenci oleh Allah."24
8. Pesan dan Nasihat IbnuQayyim al-Jauziyah Untuk Para Ayah, Orang Tua dan
Pendidik Secara Umum
Sebelum merenungkan nasihat Ibnu Qayyim al-Jauziyah, marilah kita
renungi dan pahami terlebih dahulu sabda Rasulullah berikut:
... .
“Tidak ada seorang (bayi pun) yang dilahirkan, melainkan ia dilahirkan dalam keadaan
fithrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani, dan
Majusi…”25
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata:26
Sebagian Ulama berkata:
Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada ayah -pada hari Kiamat nanti- (tentang)
apa yang telah dilakukannya terhadap anaknya, sebelum Allah bertanya kepada
anak, (tentang) apa yang telah dilakukannya terhadap ayahnya.
Karena, sebagaimana ayah memiliki hak yang wajib dipenuhi oleh
anaknya, maka anak pun memiliki hak yang harus di penuhi oleh ayahnya. Dan
sebagaimana Allah berfirman:
...
24
Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm, VI/339.
25
HR al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, II/118, hadits no. 1358 dan HR Muslim,
Shahîh Muslim, VIII/52, hadits no. 6926, dari Abu Hurairah.
26
Lihat: Abu 'Abdillah Muhammad bin Abu Bakr bin Ayyûb az-Zar'i, Tuhfah al-
Maudûd bi Ahkâm al-Maulûdh. 386-387.
“Dan kami wajibkan manusia (berbuat) baik kepada dua orang ibu-bapaknya ...” (QS -al-
'Ankabut/29: 8), maka Allah pun berfirman:
...
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu...” (QS at-Tahrim/66: 6), dan 'Ali bin Abi
Thalib r.a. berkata: "Yaitu, ajarilah dan didiklah anak-anak kalian!".27
Sehingga, perintah Allah kepada ayah untuk memperhatikan dan
memenuhi hak-hak anaknya, lebih Allah dahulukan daripada perintah-Nya kepada
anak untuk memperhatikan dan memenuhi hak-hak ayahnya. (Sebagaimana) firman
Allah:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan...” (QS al-
Isrâ`/17: 31), sehingga barang siapa melalaikan pendidikan anaknya agar
mengetahui hal-hal yang bermanfaat untuknya, dan menyia-nyiakannya; maka
sungguh ia telah berbuat keburukan terhadap anaknya dengan seburuk-buruknya.
Dan mayoritas anak, tidaklah mereka menjadi rusak melainkan karena ayahnya.
Ayahnyalah yang lalai mendidik anaknya, dan lalai menanamkan serta
memahamkan prinsip-prinsip dasar agama dan sunnah-sunnahnya. Akhirnya, (ayah
seperti inilah yang) telah menyia-nyiakan anaknya (sendiri) sejak kecil, dan tidak
memberinya manfaat. Sehingga ketika ia telah dewasa, ia pun tidak (bisa)
memberikan manfaat apapun kepada ayahnya. Seperti yang pernah terjadi pada
sebagian anak yang mencela ayahnya (karena kelalaiannya), ia berkata: "Wahai
ayahku, sebagaimana engkau tidak mendidikku saat masa kecilku, maka kini saat
aku telah dewasa mendurhakaimu! Wahai ayahku, sebagaimana engkau telah
menyia-nyiakan diriku (dahulu) ketika aku bayi, maka kini aku pun menyia-
nyiakanmu ketika engkau menjadi seorang kakek tua".
Kesimpulan dan ‘Ibrah (Pelajaran Yang Dapat Dipetik) Dari Ayat ini28
Dari pembahasan di atas, dapat diperoleh beberapa kesimpulan dan ‘ibrah.
1. Ayat ini (QS Luqmân/31: 13) menerangkan bahwa ‘pendidikan’ anak harus
dimulai dengan penanaman nilai tauhid. Karena nilai tauhid inilah yang akan
mengarahkan anak itu menjadi orang yang berakhlak mulia. Sebaliknya,
27
Atsar ini dishahîhkan oleh Syaikh Salim bin 'Id al-Hilâli dalam tahqîq beliau
terhadap kitab Tuhfat al-Maudûd bi Ahkâm al-Maulûd, hal. 375.
28
Lihat: Al-Jazairi, Aisar at-Tafâsîr li Kalâm al-'Aliyyil-Kabîr, II/993-994.
ketika anak dibiarkan untuk mencerap nilai-nilai syirik, maka kelak ‘dia’ akan
cenderung memiliki akhlak (yang) tercela.
2. Disamping itu, ayat ini juga menjelaskan arti pendidikan akhlak, yang
dimulai dengan penanaman sikap syukur atas nikmat Allah, yaitu bersyukur
kepada Allah dengan cara membangun ketaatan kepada-Nya dan selalu ingat
kepada-Nya.
3. Ayat ini juga menerangkan kewajiban anak untuk berbakti dan berbuat baik
kepada kedua orang tua, dengan penetapan kaedah: "tidak ada ketaatan
kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Pencipta (Allah)". Yaitu dengan
tidak menaati (perintah) orang tua dalam hal-hal yang tidak baik (menurut
syariat).
4. Kepada orang tua, disarankan agar selalu memantau perkembangan anak-
anaknya, agar anak-anaknya menjadi anak-anak yang saleh.
5. Kepada mereka (para orang tua) dianjurkan agar membimbing anak-anaknya
untuk menegakkan shalat, beramar ma'ruf dan nahi munkar, dan bersabar
terhadap apa-apa pun musibah yang dialaminya.
6. Ayat ini juga mengajarkan kepada para orang tua (dan juga para pendidik)
agar berkesediaan untuk menanamkan nilai-nilai akhlak mulia kepada anak-
anak mereka, antara lain dengan memberikan teladan kepada anak-anaknya
untuk tidak bersikap angkuh dan sombong, serta membangun sikap rendah
hati dan mengarahkan anak-anak agar tidak bersikap angkuh dan sombong,
dengan cara melatih anak-anak untuk membiasakan diri: “bersikap rendah
hati” kepada siapa pun, di mana pun kapan pun kita berada.
Wallâhu A'lamu bish-Shawâb.

Contenu connexe

Tendances

Beberapa nasehat-untuk-keluarga-muslim
Beberapa nasehat-untuk-keluarga-muslimBeberapa nasehat-untuk-keluarga-muslim
Beberapa nasehat-untuk-keluarga-muslimKomar Udin
 
! Orasi sang nabi
! Orasi sang nabi! Orasi sang nabi
! Orasi sang nabiNano Nani
 
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslimasnin_syafiuddin
 
! Meng ingat akherat - www.islamterbuktibenar.net
! Meng ingat akherat - www.islamterbuktibenar.net! Meng ingat akherat - www.islamterbuktibenar.net
! Meng ingat akherat - www.islamterbuktibenar.netNano Nani
 
! Adab doa agar mustajab
! Adab doa agar mustajab! Adab doa agar mustajab
! Adab doa agar mustajabNano Nani
 
Kajian Surat Luqman
Kajian Surat LuqmanKajian Surat Luqman
Kajian Surat Luqmanhery68
 
! La tahzan dr. aidh al-qarni
! La tahzan   dr. aidh al-qarni! La tahzan   dr. aidh al-qarni
! La tahzan dr. aidh al-qarniNano Nani
 
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail FiqhiyahPernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail FiqhiyahAZA Zulfi
 
Makalah hukum pernikahan beda agama
Makalah hukum pernikahan beda agamaMakalah hukum pernikahan beda agama
Makalah hukum pernikahan beda agamaRachman B. Prasetyo
 
Memaknai arti seorang ibu
Memaknai arti seorang ibuMemaknai arti seorang ibu
Memaknai arti seorang ibuAufiya Tsalitsa
 
Presentasi Pernikahan Beda Agama
Presentasi Pernikahan Beda AgamaPresentasi Pernikahan Beda Agama
Presentasi Pernikahan Beda AgamaRachman B. Prasetyo
 
Pandangan islam tentang nikah beda agama
Pandangan islam tentang nikah beda agamaPandangan islam tentang nikah beda agama
Pandangan islam tentang nikah beda agamadharma negara (DNBS)
 
Hadits - كبائر الذنوب (Dosa-Dosa Besar)
Hadits - كبائر الذنوب (Dosa-Dosa Besar)Hadits - كبائر الذنوب (Dosa-Dosa Besar)
Hadits - كبائر الذنوب (Dosa-Dosa Besar)Lola Nurhidayaty
 
Hadits tentang hormat kepada orang tua dan guru
Hadits tentang hormat kepada orang tua dan guruHadits tentang hormat kepada orang tua dan guru
Hadits tentang hormat kepada orang tua dan guruMabsus Abu Fatih
 

Tendances (20)

Beberapa nasehat-untuk-keluarga-muslim
Beberapa nasehat-untuk-keluarga-muslimBeberapa nasehat-untuk-keluarga-muslim
Beberapa nasehat-untuk-keluarga-muslim
 
! Orasi sang nabi
! Orasi sang nabi! Orasi sang nabi
! Orasi sang nabi
 
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
 
! Meng ingat akherat - www.islamterbuktibenar.net
! Meng ingat akherat - www.islamterbuktibenar.net! Meng ingat akherat - www.islamterbuktibenar.net
! Meng ingat akherat - www.islamterbuktibenar.net
 
! Adab doa agar mustajab
! Adab doa agar mustajab! Adab doa agar mustajab
! Adab doa agar mustajab
 
Kajian Surat Luqman
Kajian Surat LuqmanKajian Surat Luqman
Kajian Surat Luqman
 
! La tahzan dr. aidh al-qarni
! La tahzan   dr. aidh al-qarni! La tahzan   dr. aidh al-qarni
! La tahzan dr. aidh al-qarni
 
! Ikhlas
! Ikhlas! Ikhlas
! Ikhlas
 
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail FiqhiyahPernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
 
Hadits Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Hadits Berbakti Kepada Kedua Orang TuaHadits Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Hadits Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
 
Khotbah Tahun Baru Islam 1435 H
Khotbah Tahun Baru Islam 1435 HKhotbah Tahun Baru Islam 1435 H
Khotbah Tahun Baru Islam 1435 H
 
Makalah hukum pernikahan beda agama
Makalah hukum pernikahan beda agamaMakalah hukum pernikahan beda agama
Makalah hukum pernikahan beda agama
 
2. persiapan pernikahan 1
2. persiapan pernikahan 12. persiapan pernikahan 1
2. persiapan pernikahan 1
 
Memaknai arti seorang ibu
Memaknai arti seorang ibuMemaknai arti seorang ibu
Memaknai arti seorang ibu
 
Presentasi Pernikahan Beda Agama
Presentasi Pernikahan Beda AgamaPresentasi Pernikahan Beda Agama
Presentasi Pernikahan Beda Agama
 
Pandangan islam tentang nikah beda agama
Pandangan islam tentang nikah beda agamaPandangan islam tentang nikah beda agama
Pandangan islam tentang nikah beda agama
 
Saling Menasehati
Saling MenasehatiSaling Menasehati
Saling Menasehati
 
Pernikahan beda agama
Pernikahan beda agamaPernikahan beda agama
Pernikahan beda agama
 
Hadits - كبائر الذنوب (Dosa-Dosa Besar)
Hadits - كبائر الذنوب (Dosa-Dosa Besar)Hadits - كبائر الذنوب (Dosa-Dosa Besar)
Hadits - كبائر الذنوب (Dosa-Dosa Besar)
 
Hadits tentang hormat kepada orang tua dan guru
Hadits tentang hormat kepada orang tua dan guruHadits tentang hormat kepada orang tua dan guru
Hadits tentang hormat kepada orang tua dan guru
 

En vedette

Jadilah pemberani yang cerdas
Jadilah pemberani yang cerdasJadilah pemberani yang cerdas
Jadilah pemberani yang cerdasMuhsin Hariyanto
 
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalat
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalatSelesaikan masalah dengan sabar dan shalat
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalatMuhsin Hariyanto
 
Kontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihadKontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihadMuhsin Hariyanto
 
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihadMenggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihadMuhsin Hariyanto
 
Mengambil ‘ibrah dari kehancuran kaum saba'
Mengambil ‘ibrah dari kehancuran kaum saba'Mengambil ‘ibrah dari kehancuran kaum saba'
Mengambil ‘ibrah dari kehancuran kaum saba'Muhsin Hariyanto
 
Klasifikasi orang islam 01
Klasifikasi orang islam 01Klasifikasi orang islam 01
Klasifikasi orang islam 01Muhsin Hariyanto
 
Tafsir qs al jumu’ah, 62 ayat 5
Tafsir qs al jumu’ah, 62 ayat 5Tafsir qs al jumu’ah, 62 ayat 5
Tafsir qs al jumu’ah, 62 ayat 5Muhsin Hariyanto
 
Menjadi sukses dengan tabungan energi positif
Menjadi sukses dengan tabungan energi positifMenjadi sukses dengan tabungan energi positif
Menjadi sukses dengan tabungan energi positifMuhsin Hariyanto
 
Larangan bersikap curang dalam menimbang dan menakar
Larangan bersikap curang dalam menimbang dan menakarLarangan bersikap curang dalam menimbang dan menakar
Larangan bersikap curang dalam menimbang dan menakarMuhsin Hariyanto
 
Tafsir qs al hujurât, 9 ayat 6 - mengapa tabayyun diperlukan
Tafsir qs al hujurât, 9 ayat 6 - mengapa tabayyun diperlukanTafsir qs al hujurât, 9 ayat 6 - mengapa tabayyun diperlukan
Tafsir qs al hujurât, 9 ayat 6 - mengapa tabayyun diperlukanMuhsin Hariyanto
 
Tafsir al quran qs al-hujurat ayat 9 (ishlah)
Tafsir al quran qs al-hujurat ayat  9 (ishlah)Tafsir al quran qs al-hujurat ayat  9 (ishlah)
Tafsir al quran qs al-hujurat ayat 9 (ishlah)Muhsin Hariyanto
 
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13Muhsin Hariyanto
 
Kata pengantar dan daftar isi supleman buku ajar aqidah akhlak
Kata pengantar dan daftar isi supleman buku ajar aqidah akhlakKata pengantar dan daftar isi supleman buku ajar aqidah akhlak
Kata pengantar dan daftar isi supleman buku ajar aqidah akhlakMuhsin Hariyanto
 
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13Muhsin Hariyanto
 

En vedette (20)

1001 kisah teladan
1001 kisah teladan1001 kisah teladan
1001 kisah teladan
 
Jadilah pemberani yang cerdas
Jadilah pemberani yang cerdasJadilah pemberani yang cerdas
Jadilah pemberani yang cerdas
 
Antara wahn dan zuhud
Antara wahn dan zuhudAntara wahn dan zuhud
Antara wahn dan zuhud
 
Apa itu nlp
Apa itu nlpApa itu nlp
Apa itu nlp
 
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalat
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalatSelesaikan masalah dengan sabar dan shalat
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalat
 
Kontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihadKontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihad
 
Sakînah
SakînahSakînah
Sakînah
 
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihadMenggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
 
Istidraj 01
Istidraj 01Istidraj 01
Istidraj 01
 
Jihad di jalan allah
Jihad di jalan allahJihad di jalan allah
Jihad di jalan allah
 
Mengambil ‘ibrah dari kehancuran kaum saba'
Mengambil ‘ibrah dari kehancuran kaum saba'Mengambil ‘ibrah dari kehancuran kaum saba'
Mengambil ‘ibrah dari kehancuran kaum saba'
 
Klasifikasi orang islam 01
Klasifikasi orang islam 01Klasifikasi orang islam 01
Klasifikasi orang islam 01
 
Tafsir qs al jumu’ah, 62 ayat 5
Tafsir qs al jumu’ah, 62 ayat 5Tafsir qs al jumu’ah, 62 ayat 5
Tafsir qs al jumu’ah, 62 ayat 5
 
Menjadi sukses dengan tabungan energi positif
Menjadi sukses dengan tabungan energi positifMenjadi sukses dengan tabungan energi positif
Menjadi sukses dengan tabungan energi positif
 
Larangan bersikap curang dalam menimbang dan menakar
Larangan bersikap curang dalam menimbang dan menakarLarangan bersikap curang dalam menimbang dan menakar
Larangan bersikap curang dalam menimbang dan menakar
 
Tafsir qs al hujurât, 9 ayat 6 - mengapa tabayyun diperlukan
Tafsir qs al hujurât, 9 ayat 6 - mengapa tabayyun diperlukanTafsir qs al hujurât, 9 ayat 6 - mengapa tabayyun diperlukan
Tafsir qs al hujurât, 9 ayat 6 - mengapa tabayyun diperlukan
 
Tafsir al quran qs al-hujurat ayat 9 (ishlah)
Tafsir al quran qs al-hujurat ayat  9 (ishlah)Tafsir al quran qs al-hujurat ayat  9 (ishlah)
Tafsir al quran qs al-hujurat ayat 9 (ishlah)
 
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
 
Kata pengantar dan daftar isi supleman buku ajar aqidah akhlak
Kata pengantar dan daftar isi supleman buku ajar aqidah akhlakKata pengantar dan daftar isi supleman buku ajar aqidah akhlak
Kata pengantar dan daftar isi supleman buku ajar aqidah akhlak
 
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
 

Similaire à Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya

Bab 5 Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa Syukur
Bab 5 Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa SyukurBab 5 Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa Syukur
Bab 5 Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa SyukurTeukuMahawira
 
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur Adinda917803
 
Kandungan Surat Al-Kautsar, Al-Maun dan Memahami Hadist Keutamaan Belajar Alq...
Kandungan Surat Al-Kautsar, Al-Maun dan Memahami Hadist Keutamaan Belajar Alq...Kandungan Surat Al-Kautsar, Al-Maun dan Memahami Hadist Keutamaan Belajar Alq...
Kandungan Surat Al-Kautsar, Al-Maun dan Memahami Hadist Keutamaan Belajar Alq...QueenDaresa
 
E book Panduan MENYAMBUT CAHAYA MATA
E book Panduan MENYAMBUT CAHAYA MATAE book Panduan MENYAMBUT CAHAYA MATA
E book Panduan MENYAMBUT CAHAYA MATAkriptonium
 
30 langkah dalam_mendidik_anak
30 langkah dalam_mendidik_anak30 langkah dalam_mendidik_anak
30 langkah dalam_mendidik_anakHelmon Chan
 
Pembangunan mampan dalam islam
Pembangunan mampan dalam islamPembangunan mampan dalam islam
Pembangunan mampan dalam islam1D313
 
pptx_20220921_113430_0000.pptx
pptx_20220921_113430_0000.pptxpptx_20220921_113430_0000.pptx
pptx_20220921_113430_0000.pptxAdindaNda1
 
GPI 1083
GPI 1083GPI 1083
GPI 1083Inbmy
 
Hormat dan patuh kepada orangtua dan guru.pptx
Hormat dan patuh kepada orangtua dan guru.pptxHormat dan patuh kepada orangtua dan guru.pptx
Hormat dan patuh kepada orangtua dan guru.pptxEritracker
 
Nasihat luqmanul hakim
Nasihat luqmanul hakimNasihat luqmanul hakim
Nasihat luqmanul hakimMohd Zawawi
 
Lmcp 1602 projek akhir a164477
Lmcp 1602 projek akhir   a164477Lmcp 1602 projek akhir   a164477
Lmcp 1602 projek akhir a164477AfiqZulkifli5
 
Lmcp 1522 pembangunan mapan dalam islam(sosial)
Lmcp 1522 pembangunan mapan dalam islam(sosial)Lmcp 1522 pembangunan mapan dalam islam(sosial)
Lmcp 1522 pembangunan mapan dalam islam(sosial)NurHaziqah35
 
Seminar parenting paud tunas mulia
Seminar parenting paud tunas muliaSeminar parenting paud tunas mulia
Seminar parenting paud tunas muliaElin Dzikrillah
 
KHUTBAH - Birrul Walidain (MC)-converted.pdf
KHUTBAH - Birrul Walidain (MC)-converted.pdfKHUTBAH - Birrul Walidain (MC)-converted.pdf
KHUTBAH - Birrul Walidain (MC)-converted.pdfAbuNaufa2
 

Similaire à Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya (20)

Bab 5 Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa Syukur
Bab 5 Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa SyukurBab 5 Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa Syukur
Bab 5 Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa Syukur
 
Saling menasehati
Saling menasehatiSaling menasehati
Saling menasehati
 
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur
 
Pendidikan anak
Pendidikan anakPendidikan anak
Pendidikan anak
 
Kandungan Surat Al-Kautsar, Al-Maun dan Memahami Hadist Keutamaan Belajar Alq...
Kandungan Surat Al-Kautsar, Al-Maun dan Memahami Hadist Keutamaan Belajar Alq...Kandungan Surat Al-Kautsar, Al-Maun dan Memahami Hadist Keutamaan Belajar Alq...
Kandungan Surat Al-Kautsar, Al-Maun dan Memahami Hadist Keutamaan Belajar Alq...
 
E book Panduan MENYAMBUT CAHAYA MATA
E book Panduan MENYAMBUT CAHAYA MATAE book Panduan MENYAMBUT CAHAYA MATA
E book Panduan MENYAMBUT CAHAYA MATA
 
30 langkah dalam_mendidik_anak
30 langkah dalam_mendidik_anak30 langkah dalam_mendidik_anak
30 langkah dalam_mendidik_anak
 
Pembangunan mampan dalam islam
Pembangunan mampan dalam islamPembangunan mampan dalam islam
Pembangunan mampan dalam islam
 
pptx_20220921_113430_0000.pptx
pptx_20220921_113430_0000.pptxpptx_20220921_113430_0000.pptx
pptx_20220921_113430_0000.pptx
 
GPI 1083
GPI 1083GPI 1083
GPI 1083
 
Hormat dan patuh kepada orangtua dan guru.pptx
Hormat dan patuh kepada orangtua dan guru.pptxHormat dan patuh kepada orangtua dan guru.pptx
Hormat dan patuh kepada orangtua dan guru.pptx
 
Nasihat luqmanul hakim
Nasihat luqmanul hakimNasihat luqmanul hakim
Nasihat luqmanul hakim
 
Tugasan elm3101
Tugasan elm3101Tugasan elm3101
Tugasan elm3101
 
Lmcp 1602 projek akhir a164477
Lmcp 1602 projek akhir   a164477Lmcp 1602 projek akhir   a164477
Lmcp 1602 projek akhir a164477
 
Paduan agamanya ila
Paduan agamanya ilaPaduan agamanya ila
Paduan agamanya ila
 
Paduan agamanya ila
Paduan agamanya ilaPaduan agamanya ila
Paduan agamanya ila
 
Lmcp 1522 pembangunan mapan dalam islam(sosial)
Lmcp 1522 pembangunan mapan dalam islam(sosial)Lmcp 1522 pembangunan mapan dalam islam(sosial)
Lmcp 1522 pembangunan mapan dalam islam(sosial)
 
Seminar parenting paud tunas mulia
Seminar parenting paud tunas muliaSeminar parenting paud tunas mulia
Seminar parenting paud tunas mulia
 
Bersyukur kepada allah swt
Bersyukur kepada allah swtBersyukur kepada allah swt
Bersyukur kepada allah swt
 
KHUTBAH - Birrul Walidain (MC)-converted.pdf
KHUTBAH - Birrul Walidain (MC)-converted.pdfKHUTBAH - Birrul Walidain (MC)-converted.pdf
KHUTBAH - Birrul Walidain (MC)-converted.pdf
 

Plus de Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

Plus de Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya

  • 1. MATERI KAJIAN KHUSUS TIAP SENIN BAKDA MAGHRIB AKHLAQ QUR’ANI MASJID BETENG BINANGUN KADIPATEN WETAN YOGYAKARTA Tafsîr QS Luqmân/31:13 Nasihat ‘Pertama dan Utama’ Luqmân Untuk Buah Hatinya Nash (Teks) Ayat al-Quran ۖ “Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS Luqmân/31:13). Tafsîr al-Mufradât : Ia memberi pelajaran kepadanya. Kata ya’izhu, berasal dari wa’azha – ya’izhu – wa’zhan wa ‘izhatan, yang bermakna: “mengajari atayu menasihati”. Dalam ayat ini, Luqman berperan sebagai pengajar atau penasihat bagi anaknya, yang berarti dia ‘tengah memberikan’ petuah yang diharapkan dapat dipahami, disikapi dan diamalkan oleh anaknya, demi kebaikan dirinya. : Janganlah kamu mempersekutukan Allah. Luqman, dalam hal ini, memberikan pelajaran dan nasihat pertama dan utama bagi anaknya agar menjauhi perilaku syirik (memertuhankan sesuatu selain Allah). Nasihat yang berisi larangan ini bermakna agar anaknya memiliki ‘upaya preventif’ agar tidak tejebak pada perilaku syirik dalam pelbagai bentuknya. Sebaliknya, tersirat di dalamnya nasihat Luqman agar anaknya bisa menjaga sikap tauhidnya. : Benar-benar kezaliman yang besar. Perilaku syirik itu merupakan kezaliman yang besar. Dalam pengertian, merupakan perilaku yang sangat menyimpang dari kaedah tauhid yang seharusnya dipegang erat oleh setiap orang, termasuk di dalamnnya bagi anak Luqman. Al-Îdhâh (Penjelasan) 1. Siapakah Luqmân itu? Terdapat perselisihan ulama dalam masalah penamaan ayah dan nasabnya, kenabian dan profesi serta sifat-sifat fisiknya.1 , 1 Lihat: Ath-Thabari, Jâmi' al-Bayân 'an Ta'wîl Âyi al-Qur`ân, XXI/78-80, Al-
  • 2. Al-Hâfizh Ibnu Katsîr menjelaskan, bahwa ia adalah Luqmân bin 'Anqâ bin Sadûn.2 Sebagian besar ulama Salaf menyatakan, Luqmân bukanlah nabi dan tidak pula mendapatkan wahyu, melainkan ia seorang wali Allah yang taat, shâlih, dan bijaksana, yang telah dikaruniakan oleh Allah berbagai keutamaan, berupa kecerdasan akal, kedalaman pemahaman terhadap Islam, sifat pendiam dan tenang, serta hikmah dalam berkata-kata.3 Adapun mengenai profesi Luqman, di antara para ulama terjadi perpedaan pendapat. Ada yang mengatakan, ia seorang budak hitam yang berprofesi sebagai tukang kayu. Ada pula yang mengatakan sebagai penjahit. Ada pula yang mengatakan sebagai penggembala. Dan ada pula yang mengatakan sebagai Qadhi (hakim) di masyarakat Bani Israil.4 Sedangkan mengenai sifat-sifat fisik beliau, banyak para ulama yang menjelaskan, ia adalah seorang budak Habasyah yang hitam, berbibir tebal, dan berkaki pecah-pecah.5 2. Syirik Merupakan Kezaliman Yang Amat Besar Pada ayat di atas, Luqmân menasihati anaknya, Tsarân6 agar tidak berbuat syirik. Sebagai seorang ayah yang telah dikaruniai Allah sifat bijaksana dan kemampuan berkata-kata dengan kedalaman makna dan penuh hikmah,7 Luqmân memberi sebuah nasihat sangat berharga untuk buah hatinya yang sangat ia sayangi. Dia menasihati anaknya agar tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, karena syirik merupakan kezaliman yang amat besar. Karena dalam perbuatan syirik ini tidak ada suatu pun perbuatan dosa yang paling besar dan buruk daripada dosa menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya, dosa menyamakan derajat Allah yang Maha Sempurna dan Yang Maha berhak untuk disembah karena Qurthubi, Al-Jâmi' li Ahkâm al-Qur`ân, XIV, 56-57, Ibn al-Jauzi, Zâd al-Masîr , VI/317-318 dan Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm, VI/333-335. 2 Lihat; Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm, VI/336. Terdapat pendapat lain soal nasab beliau, seperti termaktub dalam dikemukakan oleh al-Qurthubi, Al-Jâmi' li Ahkâm al- Qur`ân, XIV/56). Di antaranya, Luqmân bin Ba'urâ bin Nahûr bin Târah. Dan Târah adalah Azar, ayah Nabi Ibrahim. 3 Lihat: Al-Qurthubi, Al-Jâmi' li Ahkâm al-Qur`ân, XIV/56), Ibn al-Jauzi, Zâd al- Masîr, VI//318), Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm , VI/334-335) dan Ath-Thabari, Jâmi' al-Bayân 'an Ta'wîl Âyi al-Qur`ân, XXI//80. 4 Keterangan-keterangan tentang ini dapat dilihat di Ath-Thabari, Jâmi' al-Bayân 'an Ta'wîl Âyi al-Qur`ân, XXI/79), dan Ibn al-Jauzi, Zâd al-Masîr, VI/317-318. 5 Lihat: Ath-Thabari, Jâmi' al-Bayân 'an Ta'wîl Âyi al-Qur`ân, XXI/79), Al-Qurthubi, Al-Jâmi' li Ahkâm al-Qur`ân, XIV/56), Ibn al-Jauzi, Zâdul-Masîr, VI/318) dan Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm, VI/33. 6 Disebutkan oleh Al-Qurthubi dan Ibnu Katsir, bahwa namanya adalah Tsarân. Lihat: Al-Jâmi' li Ahkâm al Qur'ân, XIV/58 dan Tafsîr al-Qur'ân al-'Azhîm, VI/336. 7 QS Luqmân/31: 12.
  • 3. kesempurnaan sifat-sifat-Nya; dengan makhluk-Nya yang sarat kekurangan dan kelemahan.8 Oleh sebab itu, Allah tidak akan mengampuni dosa seseorang yang berbuat syirik, jika ia sampai mati dalam keadaan belum bertaubat dari perbuatan syiriknya. Allah berfirman: ۚ “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS an-Nisâ`/4: 48). Syirik merupakan kezaliman yang sangat besar; dan keimanan seorang muslim tidak mungkin lurus dan benar jika, masih tercampur dengan kezaliman ini, karena tidak mungkin sebuah keimanan dan tauhid bercampur dengan kesyirikan dan kekufuran. Ayat di atas juga memberikan isyarat yang jelas kepada para ayah atau orang tua, para guru, pengajar dan pembimbing secara umum, agar mereka menasihati anak-anaknya sejak dini. Yaitu dengan menanamkan dan memahamkan serta mengajarkan prinsip-prinsip dasar ke-Islaman dan keimanan, berupa aqidah atau tauhid. Hal ini pun telah dicontohkan oleh seorang ayah, pembimbing, dan guru yang terbaik, yaitu Rasulullah SAW , tatkala beliau menasihati sepupunya, 'Abdullah bin 'Abbâs r.a. yang saat itu umurnya masih sangat belia.9 'Abdullah bin 'Abbâs r.a. berkata, 8 Lihat: Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm, VI/336) dan As-Sa’di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân, II/424. 9 Umur beliau saat itu kurang dari 15 tahun. Lihat: Al-‘Utsaimin, Syarh al-Arba'în an- Nawawiyyah, hal. 201.
  • 4. “Pada suatu hari, aku pernah dibonceng oleh Rasulullah SAW, dan beliau bersabda: "Wahai anak, sesungguhnya aku ingin mengajarkan kepadamu beberapa kalimat; 'Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati-Nya di depanmu. Jika kamu ingin meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan jika kamu ingin memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya jika seluruh umat bergabung untuk memberikan sebuah manfaat kepadamu, mereka semua tidak akan bisa memberikan manfaat itu kecuali jika Allah telah menetapkannya untukmu. Dan jika mereka semua bergabung untuk memberikan sebuah madharrat/bahaya kepadamu, mereka semua tidak akan bisa memberikan madharrat/bahaya itu kecuali jika Allah telah menetapkannya (pula) untukmu. Pena telah diangkat, dan buku catatan (amal) telah kering'."10 3. Setiap Anak Wajib Berbakti dan Taat Kepada Orang Tua Selama Perintahnya Tidak Menyalahi Syariat ۖۖۚ “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS Luqmân/31:14-15]. 10 HR at-Tirmidzi dari Abdullah bin Abbas, Sunan at-Tirmidzi, IV/667, hadits no. 2516. Hadits ini – menurut At-Tirmidzi, “hasan-shahîh”. Muhammad Nashiruddin al-Albani menyatakan bahwa hadits ini ‘shahîh’. Lihat: Al-Jâmi’ ash-Shaghîr wa Ziyâdatuh, I/1392, hadits no, 31931.
  • 5. Pada ayat ke-14 dan ke-15 surat Luqmân ini, setelah Allah memerintahkan kita untuk memenuhi hak-Nya dengan beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, kemudian Allah memerintahkan kita untuk memenuhi hak orang tua, dengan berbakti dan taat kepadanya selama perintah mereka tidak menyelisihi syariat. Kita diperintah untuk berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua, karena merekalah yang menyebabkan kita ada di dunia ini dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala ; dan terlebih lagi berbakti kepada ibu, karena, ibu telah mengandung kita, merasakan payahnya ketika kita masih berada di dalam perutnya. Hingga akhirnya melahirkan kita dengan menahan rasa sakit yang luar biasa. Ibu mempertaruhkan nyawa demi keselamatan kita. Tidak hanya sampai di situ, ibu juga menyusui kita, mengurus dengan sabar, hingga menyapih kita dalam jangka waktu dua tahun. Sampai akhirnya kita tumbuh berkembang, kuat dan dewasa.11 Demikian pula dengan ayah, ia telah membanting tulang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan kita dan ibu. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika taat dan berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap anak. Tentunya, kewajiban tersebut berlaku selama bakti dan ketaatan terhadap perintah mereka berdua tidak menyelisihi atau menyalahi syariat. Hal ini banyak diterangkan dalam al-Qur`ân maupun hadits-hadits shahîh, di antaranya seperti firman-Nya berikut: ۖ ۚ “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku- lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS al- 'Ankabût/29: 8). Konkretnya, seperti yang telah diperankan oleh Sa'ad bin Abi Waqqâsh Radhiyallahu anhu, ketika sang ibu memaksanya murtad dari Islam. Para ulama berpendapat, ayat ke-8 surat al-'Ankabût, dan ayat ke-14 dan ke-15 surat Luqmân ini di atas turun dengan sebab kisah Sa'ad bin Abi Waqqâsh r.a..12 Dalam Shahîh Muslim, dari Sa'ad bin Abi Waqqâsh, beliau berkata: 11 Lihat: As-Sa’di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân, II/424-426. 12 Ath-Thabari, Jâmi' al-Bayân 'an Ta'wîl Âyi al-Qur`ân, XXI/82, Al-Qurthubi, Al- Jâmi' li Ahkâm al-Qur`ân, XIV/60, Ibn al-Jauzi, Zâd al-Masîr, VI/319) dan Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm, VI/337.
  • 6. “Ibu Sa'ad (bin Abi Waqqâsh)13 bersumpah untuk tidak berbicara dengannya selama- lamanya sampai Sa'ad kufur (keluar) dari agamanya (yaitu, Islam). Dia pun bersumpah untuk tidak mau makan dan minum. Dia berkata: "Kamu telah katakan bahwa Allah memerintahkanmu untuk taat/berbakti kepada kedua orang tuamu, sedangkan aku adalah ibumu, dan aku memerintahkanmu untuk kufur (dari Islam)". Ibu Sa'ad pun bertahan (tidak makan dan minum) selama tiga hari, hingga ia pingsan karena kepayahan. Maka salah satu anaknya yang bernama 'Umarah memberinya minum. Ibu Sa'ad pun mendoakan keburukan untuk Sa'ad, maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan dalam al-Qur`ân ayat ini: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada- Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik…"14 . Oleh karena itu, bagaimana pun keadaan orang tua, kita diwajibkan oleh Allah untuk taat dan berbakti kepada mereka,15 selama bukan merupakan perkara maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sehingga, jika orang tua memerintahkan kita untuk bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajiban untuk mentaati perintah mereka. Rasulullah SAW telah bersabda: 13 Namanya Hamnah binti Abi Sufyân bin Umayyah. Lihat: Al-Qurthubi, Al-Jâmi' li Ahkâm al-Qur`ân, XIV/61. 14 HR Muslim dari Sa'ad bin Abi Waqqâsh, Shahîh Muslim, VII/125, hadits no. 6391. 15 Al-Qurthubi - dalam kitab tafsirnya Al-Jâmi' li Ahkâm al-Qur`ân, XIV/61) -- berkata: "Pada ayat di atas (QS Luqmân/31: 15) terdapat dalil atas wajibnya berbakti kepada kedua orang tua walaupun mereka kafir. Berbakti dengan membantu memberikan harta (kita) jika mereka fakir dan miskin, dan berkata-kata lemah lembut serta mendoakan mereka agar mendapatkan hidayah Islam".
  • 7. “Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Alllah, sesungguhnya ketaatan hanya dalam hal yang baik.”16 Beliau (Nabi Muhammad) SAW juga bersabda: “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Pencipta (Allah).”17 4. Luqmân Menanamkan Aqidah Kepada Putranya Tentang Kekuasaan Allah Yang Mutlak dan Adanya Hari Pembalasan ۚ (Luqmân berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS Luqmân/31: 16). Pada QS Luqmân/31: 16, Luqmân kembali menasihati putranya, bahwa sekecil apa pun perbuatan seseorang, baik berupa ketaatan maupun kemaksiatan, pasti Allah akan membalasnya. Perbuatan baik, maka balasan dari Allah pun baik. Jika perbuatan tersebut buruk, maka balasan dari Allah pun demikian.18 Allah juga berfirman: 16 HR al-Bukhâri, Shahîh al-Bukhâriy, IX/109, hadits no. 7257, (6/2612, 2649 no. 6726, 6830) dan HR Muslim, Shahîh Muslilm, VI/15, hadits 4871 dari Ali bin Abi Thalib. 17 HR Ath-Thabarni dari Imran bin Hushain, Al-Mu’jam al-Kabîr, XIII/60, hadits no. 14795. Muhammad Nashiruddin al-Albai menyatakan bahwa hadist ini ‘shahih’. Lihat: As-Silsilah ash-Shahîhah, I/178. 18 Lihat: Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm, VI/337-338 dan As-Sa’di, Taisîr al- Karîm ar-Rahmân, II/426.
  • 8. ۖ ۗ “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun, dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya, dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS al- Anbiyâ`/21: 47) Maka, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari pandangan Allah. Oleh karena itu, di akhir ayat ke-16 (surat Luqmân) ini, berfirman: “Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” 5. Luqmân Memerintahkan Kepada Puteranya Untuk Menegakkan Shalat, Beramar Ma'ruf-Nahi Munkar dan Bersabar Terhadap Musibah Allah berfirman, ۖ “(Luqmân berkata): Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS Luqmân/31: 17) Luqmân memerintahkan si anak untuk (menegakkan) shalat, karena merupakan (shalat) ibadah fisik yang paling penting. Selanjutnya, memerintahkan untuk beramar ma'ruf nahi mungkar. Aktivitas ini menuntut pengenalan akan perkara-perkara yang ma'ruf dan kemungkaran, serta sifat pendukungnya, yaitu kelembutan dan kesabaran. Lantaran pasti akan menghadapi cobaan saat menjalankan amar ma'ruf dan nahi munkar, Luqmân memerintahkan supaya bersabar. Perkara-perkara ini termasuk 'azmil-umûr (perkara besar lagi menyedot perhatian lebih), hingga tidak ada yang memperoleh taufik untuk menjalankannya kecuali orang-orang yang bertekad baja.19 19 As-Sa’di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân, hal. 648
  • 9. Secara khusus, mengenai pembinaan anak-anak untuk mengerjakan shalat sejak dini, Rasulullah SAW bersabda: . “Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika tidak mau melakukan shalat) ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkan mereka dalam tempat tidur.”20 6. Luqman Rahimahullah Mengajarkan Kepada Puteranya Agar Tidak Sombong, Angkuh dan Tidak Membanggakan Diri ۖ “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqmân/31: 18) Dalam ayat lain, Allah berfirman: ۖ “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS al-Isrâ`/17: 37) Dan sungguh, nasihat Luqmân ini pun telah diajarkan Rasulullah SAW untuk kita, seperti ditunjukkan beberapa hadits berikut. 'Abdullah bin Mas'ûd r.a. menyatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: 20 HR Abu Dawud dari Sabrah bin Ma'bad bin 'Awsajah, Sunan Abî Dâwud, I/133, hadits no. 495. Muhammad Nashiruddin al-Albani menyatakan bahwa hadits ini’shahih’. Lihat: Irwâ’ al-Ghalîl, I/266.,
  • 10. "Tidak (akan) masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sekecil dzarrah dari kesombongan". (Kemudian) ada seorang yang berkata: "Sesungguhnya seseorang senang jika bajunya bagus dan sendalnya bagus," (maka) Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah itu indah, dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain."21 Abu Hurairah r.a. menyataka bahwa Rasulullah SAW bersabda: . “Tatkala seorang berjalan dengan angkuh/sombong dengan mengenakan dua lapis pakaiannya, maka Allah benamkan dia ke dalam bumi. Dia pun terus demikian naik turun di dalam bumi sampai hari kiamat.”22 Hâritsah bin Wahb al-Khuzâ'i r.a. pernah mendengar SAW bersabda: .... "… Maukah aku beritahu kalian; siapakah penghuni neraka?" Mereka menjawab: "Tentu". Rasulullah bersabda: "Setiap orang yang kasar, tamak/serakah dan sombong."23 7. Luqmân Mengajarkan Kepada Puteranya Agar Bersikap Tawâdhu', Tenang dan Tidak Meninggikan Suara ۚ 21 HR Muslim dari Abdullah bin Mas’ud, Shahîh Muslim, I/65, hadits no. 275. 22 HR Muslim dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, VI/148, hadits no. 5588. 23 HR al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, VI/198, hadits no. 4918 dan HR Muslim, Shahîh Muslim, VIII/154, hadits 7566, dari Hâritsah bin Wahb al-Khuzâ'i r.a.
  • 11. “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk- buruk suara ialah suara keledai.” (QS Luqmân/31: 19) Pada ayat ke-19, Luqmân juga menasihati putranya untuk tawâdhu' (rendah hati), tenang, tidak tergesa-gesa dan tidak terlalu lambat dalam berjalan. Dia juga menasihati anaknya untuk tidak berlebih-lebihan dalam berbicara, dan tidak meninggikan suara untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya pada pembicaraan tersebut. Sampai-sampai Luqman mengumpamakannya dengan suara keledai yang buruk. Ibnu Katsîr berkata: "Seburuk-buruk perumpamaan orang yang meninggikan suaranya adalah bagaikan keledai dalam ringkikannya. Selain itu, suara ini pun dibenci oleh Allah."24 8. Pesan dan Nasihat IbnuQayyim al-Jauziyah Untuk Para Ayah, Orang Tua dan Pendidik Secara Umum Sebelum merenungkan nasihat Ibnu Qayyim al-Jauziyah, marilah kita renungi dan pahami terlebih dahulu sabda Rasulullah berikut: ... . “Tidak ada seorang (bayi pun) yang dilahirkan, melainkan ia dilahirkan dalam keadaan fithrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani, dan Majusi…”25 Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata:26 Sebagian Ulama berkata: Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada ayah -pada hari Kiamat nanti- (tentang) apa yang telah dilakukannya terhadap anaknya, sebelum Allah bertanya kepada anak, (tentang) apa yang telah dilakukannya terhadap ayahnya. Karena, sebagaimana ayah memiliki hak yang wajib dipenuhi oleh anaknya, maka anak pun memiliki hak yang harus di penuhi oleh ayahnya. Dan sebagaimana Allah berfirman: ... 24 Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm, VI/339. 25 HR al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, II/118, hadits no. 1358 dan HR Muslim, Shahîh Muslim, VIII/52, hadits no. 6926, dari Abu Hurairah. 26 Lihat: Abu 'Abdillah Muhammad bin Abu Bakr bin Ayyûb az-Zar'i, Tuhfah al- Maudûd bi Ahkâm al-Maulûdh. 386-387.
  • 12. “Dan kami wajibkan manusia (berbuat) baik kepada dua orang ibu-bapaknya ...” (QS -al- 'Ankabut/29: 8), maka Allah pun berfirman: ... “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu...” (QS at-Tahrim/66: 6), dan 'Ali bin Abi Thalib r.a. berkata: "Yaitu, ajarilah dan didiklah anak-anak kalian!".27 Sehingga, perintah Allah kepada ayah untuk memperhatikan dan memenuhi hak-hak anaknya, lebih Allah dahulukan daripada perintah-Nya kepada anak untuk memperhatikan dan memenuhi hak-hak ayahnya. (Sebagaimana) firman Allah: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan...” (QS al- Isrâ`/17: 31), sehingga barang siapa melalaikan pendidikan anaknya agar mengetahui hal-hal yang bermanfaat untuknya, dan menyia-nyiakannya; maka sungguh ia telah berbuat keburukan terhadap anaknya dengan seburuk-buruknya. Dan mayoritas anak, tidaklah mereka menjadi rusak melainkan karena ayahnya. Ayahnyalah yang lalai mendidik anaknya, dan lalai menanamkan serta memahamkan prinsip-prinsip dasar agama dan sunnah-sunnahnya. Akhirnya, (ayah seperti inilah yang) telah menyia-nyiakan anaknya (sendiri) sejak kecil, dan tidak memberinya manfaat. Sehingga ketika ia telah dewasa, ia pun tidak (bisa) memberikan manfaat apapun kepada ayahnya. Seperti yang pernah terjadi pada sebagian anak yang mencela ayahnya (karena kelalaiannya), ia berkata: "Wahai ayahku, sebagaimana engkau tidak mendidikku saat masa kecilku, maka kini saat aku telah dewasa mendurhakaimu! Wahai ayahku, sebagaimana engkau telah menyia-nyiakan diriku (dahulu) ketika aku bayi, maka kini aku pun menyia- nyiakanmu ketika engkau menjadi seorang kakek tua". Kesimpulan dan ‘Ibrah (Pelajaran Yang Dapat Dipetik) Dari Ayat ini28 Dari pembahasan di atas, dapat diperoleh beberapa kesimpulan dan ‘ibrah. 1. Ayat ini (QS Luqmân/31: 13) menerangkan bahwa ‘pendidikan’ anak harus dimulai dengan penanaman nilai tauhid. Karena nilai tauhid inilah yang akan mengarahkan anak itu menjadi orang yang berakhlak mulia. Sebaliknya, 27 Atsar ini dishahîhkan oleh Syaikh Salim bin 'Id al-Hilâli dalam tahqîq beliau terhadap kitab Tuhfat al-Maudûd bi Ahkâm al-Maulûd, hal. 375. 28 Lihat: Al-Jazairi, Aisar at-Tafâsîr li Kalâm al-'Aliyyil-Kabîr, II/993-994.
  • 13. ketika anak dibiarkan untuk mencerap nilai-nilai syirik, maka kelak ‘dia’ akan cenderung memiliki akhlak (yang) tercela. 2. Disamping itu, ayat ini juga menjelaskan arti pendidikan akhlak, yang dimulai dengan penanaman sikap syukur atas nikmat Allah, yaitu bersyukur kepada Allah dengan cara membangun ketaatan kepada-Nya dan selalu ingat kepada-Nya. 3. Ayat ini juga menerangkan kewajiban anak untuk berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua, dengan penetapan kaedah: "tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Pencipta (Allah)". Yaitu dengan tidak menaati (perintah) orang tua dalam hal-hal yang tidak baik (menurut syariat). 4. Kepada orang tua, disarankan agar selalu memantau perkembangan anak- anaknya, agar anak-anaknya menjadi anak-anak yang saleh. 5. Kepada mereka (para orang tua) dianjurkan agar membimbing anak-anaknya untuk menegakkan shalat, beramar ma'ruf dan nahi munkar, dan bersabar terhadap apa-apa pun musibah yang dialaminya. 6. Ayat ini juga mengajarkan kepada para orang tua (dan juga para pendidik) agar berkesediaan untuk menanamkan nilai-nilai akhlak mulia kepada anak- anak mereka, antara lain dengan memberikan teladan kepada anak-anaknya untuk tidak bersikap angkuh dan sombong, serta membangun sikap rendah hati dan mengarahkan anak-anak agar tidak bersikap angkuh dan sombong, dengan cara melatih anak-anak untuk membiasakan diri: “bersikap rendah hati” kepada siapa pun, di mana pun kapan pun kita berada. Wallâhu A'lamu bish-Shawâb.