SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  10
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada Mata Kuliah “Akuntansi Syariah”




Disusun Oleh :

                 ÷   Dedi Iskandar (081400

                 ÷   Sifa faujiah (081400146)

                 ÷   Yana mulyana (081400139)




                                             1
AR-RAHN
                                              (Pinjaman dengan Jaminan)


    1. Pengertian

                       Ar-Rahn merupakan mashdar dari rahana–yarhanu–rahnan; bentuk pluralnya
         rihân[un], ruhûn[un] dan ruhun[un]. Secara bahasa artinya adalah ats-tsubût wa ad-
         dawâm (tetap dan langgeng); juga berarti al-habs (penahanan). Secara syar‘i, ar-rahn
         (agunan) adalah harta yang dijadikan jaminan utang (pinjaman) agar bisa dibayar dengan
         harganya oleh pihak yang wajib membayarnya, jika dia gagal (berhalangan)
         menunaikannya.

             Akad rahn juga diartikan sebagai sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan atau
         dengan melakukan penahanan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman
         yang diterimanya1.

    2. Tujuan Akad AR-Rahn

                        Manusia hidup di dunia ini pasti tidak sendirian, untuk memenuhi kebutuhan-
         kebutuhannya pasti ada yang bias dipenuhi sendiri dan ada juga kebutuhan yang tidak
         bias dipenuhi sendiri. Untuk kebutuhan yng tidak bisa dipenuhi sendiri pasti
         membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Akad Ar-Rahn ada karena
         adanya kebutuhan-kebutuhan manusia yang harus dipenuhi yang tidak bisa dipeenuhi
         sendiri. Tujuan dari akad Ar-Rahn tersebut adalah agar pemberi pinjaman lebih
         memprcayai pihak yang berhutang. Pemeliharaan dan penyimpanan barang pegadaian
         pada hakikatnya adalah kewajiban pihak yang menggadaikan, namun dapat juga
         dilakukan oleh pihak yang menerima barang gadai dan biayanya harus ditanggung pihak
         yang menggadaikan. Besarnya biaya                         ini tidak boleh ditentukan berdasarkan besar
         pinjaman2.




    3. Dasar Hukum Ar-Rahn


1
    http://hizbut-tahrir.or.id/2007/06/01/ar-rahn-agunan/
2
    Sri Nurhayati-Wasilah.Akuntansi Syariah di Indonesia.2011.Salemba Empat, Jakarta

                                                                    2
Al-Qur’an


                                    ‫وإ ك ت عل سفر ول تجد ك تب فره ن م ب ضة‬
                                    ٌ َ ‫َِنْ ُنْ ُمْ ََى َ َ ٍ ََمْ َ ِ ُوا َا ِ ًا َ ِ َا ٌ َقْ ُو‬
  Jika kalian dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai), sementara kalian
  tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang
  dipegang (oleh yang berpiutang). (TQS al-Baqarah [2]: 283).


  Hadits

  Aisyah ra. menuturkan:


  ‫عل ه َسلم تر ِ يه ِ طع إل أج ورهنه‬
  ُ َ َ َ َ ٍ‫»َنّ َ ُولَ الِ َّى الُ ََيْ ِ و َّ َ اشْ َ َى منْ َ ُوديّ َ َامًا َِى َ َل‬
                                                                      ‫صل‬        ‫أ رس‬
                                                                               «ٍ ‫ِرْ ًا ِنْ َ ِي‬
                                                                                ‫د ع م حد د‬
  Rasulullah saw. pernah membeli makanan dari orang Yahudi dengan tempo (kredit) dan
  beliau mengagunkan baju besinya. (HR Bukhari dan Muslim).

  Anas ra. juga pernah menuturkan:


   ‫ل ه ب مد نة ع ذ ي ُ د وأخذ م ْ ه‬
   ُ ‫» ََ َدْ َ َ َ ال ّ ِ ُ َّى الُ ََي ِ و َّمَ ِرْعًا َ ُ ِالْ َ ِيْ َ ِ ِنْ َ َهوْ ِيّ ََ َ َ ِن‬
                                                      ‫عل ْ ه َ سل د‬       ‫ولق ره ن نب ي صل‬
                                                                                  «ِ ِْ‫َ ِيْ ًا ِ َه‬
                                                                                   ‫شع ر ل له‬
  Sesungguhnya Nabi saw. pernah mengagunkan baju besinya di Madinah kepada orang
  Yahudi, sementara Beliau mengambil gandum dari orang tersebut untuk memenuhi
  kebutuhan keluarga Beliau. (HR al-Bukhari).

             Ar-Rahn boleh dilakukan baik ketika safar maupun mukim. Firman Allah, in
   kuntum ‘alâ safarin (jika kalian dalam keadaan safar), bukanlah pembatas, tetapi
   sekadar penjelasan tentang kondisi. Riwayat Aisyah dan Anas di atas jelas menunjukkan
   bahwa Nabi saw. melakukan ar-rahn di Madinah dan beliau tidak dalam kondisi safar,
   tetapi sedang mukim.

4. Beberapa Ketentuan Ar-Rahn (Agunan)

   •   Rukun Ar-Rahn



                                                3
Ar-rahn mempunyai tiga rukun (ketentuan pokok), yaitu:

    o   shighat (ijab dan qabul),
    o   al-‘aqidan (dua orang yang melakukan akad ar-rahn), yaitu pihak yang
        mengagunkan (ar-râhin) dan yang menerima agunan (al-murtahin),
    o   al-ma’qud ‘alaih (yang menjadi obyek akad), yaitu barang yang diagunkan (al-
        marhun) dan utang (al-marhun bih).




•   Syarat Ar-Rahn

Syarat dari Ar-Rahn adalah Cuma satu yaitu qabdh (serah terima). Harus serah terima
maksudnya adalah harus melalui pihak-pihak yang bersangkutan yaitu Ar-Rahin dan Al-
Murtahin. Tidak boleh diwakilkan.

             Jika semua ketentuan tadi terpenuhi, sesuai dengan ketentuan syariah, dan
dilakukan oleh orang yang layak melakukan tasharruf, maka akad ar-rahn tersebut sah.

Harta yang diagunkan disebut al-marhûn (yang diagunkan). Harta agunan itu harus
diserahterimakan oleh ar-râhin kepada al-murtahin pada saat dilangsungkan akad rahn
tersebut. Dengan serah terima itu, agunan akan berada di bawah kekuasaan al-murtahin.
Jika harta agunan itu termasuk harta yang bisa dipindah-pindah seperti TV dan barang
elektronik, perhiasan, dan semisalnya, maka serah terimanya adalah dengan melepaskan
barang agunan tersebut kepada penerima agunan (al-murtahin). Bisa juga yang
diserahterimakan adalah sesuatu dari harta itu, yang menandakan berpindahnya
kekuasaan atas harta itu ke tangan al-murtahin, jika harta tersebut merupakan barang tak
bergerak, seperti rumah, tanah dan lain-lain.

             Harta agunan itu haruslah harta yang secara syar‘i boleh dan sah dijual.
Karenanya tidak boleh mengagunkan khamr, patung, babi, dan sebagainya. Harta hasil
curian dan gasab juga tidak boleh dijadikan agunan. Begitu pula harta yang bukan atau
belum menjadi milik ar-râhin karena Rasul saw. telah melarang untuk menjual sesuatu
yang bukan atau belum menjadi milik kita.

                                          4
Dalam akad jual-beli kredit, barang yang dibeli dengan kredit tersebut tidak boleh
dijadikan agunan. Tetapi, yang harus dijadikan agunan adalah barang lain, selain barang
yang dibeli (al-mabî’) tadi.

         Akad ar-rahn (agunan) merupakan tawtsîq bi ad-dayn, yaitu agar al-murtahin
percaya untuk memberikan utang (pinjaman) atau bermuamalah secara tidak tunai
dengan ar-râhin. Tentu saja itu dilakukan pada saat akad utang (pinjaman) atau
muamalah kredit. Jika utang sudah diberikan dan muamalah kredit sudah dilakukan, baru
dilakukan ar-rahn, maka tidak lagi memenuhi makna tawtsîq itu. Dengan demikian, ar-
rahn dalam kondisi ini secara syar‘i tidak ada maknanya lagi.

Pada masa Jahiliah, jika ar-râhin tidak bisa membayar utang (pinjaman) atau harga
barang yang dikredit pada waktunya, maka barang agunan langsung menjadi milik al-
murtahin. Lalu praktik Jahiliah itu dibatalkan oleh Islam. Rasul saw. bersabda:


             «ُ ُ ‫» َ ُغَْ ُ ال ّ ُ ُ ِنْ َا ِ ِ ِ اّ ِيْ َ َ َ ُ، َ ُ َ َ ُ ُ و ََيْ ِ َر‬
              ‫ل ي لق رهن م ص حبه لذ رهنه له غنمه َعل ه غ َمه‬
Agunan itu tidak boleh dihalangi dari pemiliknya yang telah mengagunkannya. Ia
berhak atas kelebihan (manfaat)-nya dan wajib menanggung kerugian (penyusutan)-
nya. (HR as-Syafii, al-Baihaqi, al-Hakim, Ibn Hibban dan ad-Daraquthni)

       Karena itu, syariat Islam menetapkan, al-murtahin boleh menjual barang agunan
dan mengambil haknya (utang atau harga kredit yang belum dibayar oleh ar-râhin) dari
hasil penjualan tersebut. Lalu kelebihannya harus dikembalikan kepada pemiliknya,
yakni ar-râhin. Sebaliknya, jika masih kurang, kekurangan itu menjadi kewajiban ar-
râhin. Hanya saja, Imam al-Ghazali, menegaskan bahwa hak al-murtahin untuk menjual
tersebut harus dikembalikan kepada hakim, atau izin ar-râhin, tidak serta-merta boleh
langsung menjualnya, begitu ar-râhin gagal membayar utang pada saat jatuh temponya.

Atas dasar ini, muamalah kredit motor, mobil, rumah, barang elektronik, dsb saat ini—
yang jika pembeli (debitor) tidak bisa melunasinya, lalu motor, mobil, rumah atau barang
itu diambil begitu saja oleh pemberi kredit (biasanya perusahaan pembiayaan, bank atau
yang lain), jelas menyalahi syariah. Muamalah yang demikian adalah batil, karenanya
tidak boleh dilakukan.




                                           5
5. Pemanfaatan al-marhun oleh al-Murtahin


          Setelah serah terima, agunan berada di bawah kekuasaan al-murtahin. Namun, itu
   bukan berarti al-murtahin boleh memanfaatkan harta agunan itu. Sebab, agunan hanyalah
   tawtsîq, sedangkan manfaatnya, sesuai dengan hadis di atas, tetap menjadi hak
   pemiliknya, yakni ar-râhin. Karena itu, ar-râhin berhak memanfaatkan tanah yang dia
   agunkan; ia juga berhak menyewakan barang agunan, misal menyewakan rumah atau
   kendaraan yang dia agunkan, baik kepada orang lain atau kepada al-murtahin, tentu
   dengan catatan tidak mengurangi manfaat barang yang diagunkan (al-marhun). Ia juga
   boleh menghibahkan manfaat barang itu, atau mengizinkan orang lain untuk
   memanfaatkannya, baik orang tersebut adalah al-murtahin (yang mendapatkan agunan)
   maupun bukan.

          Hanya saja, pemanfaatan barang oleh al-murtahin tersebut hukumnya berbeda
   dengan orang lain. Jika akad ar-rahn itu untuk utang dalam bentuk al-qardh, yaitu utang
   yang harus dibayar dengan jenis dan sifat yang sama, bukan nilainya. Misalnya,
   pinjaman uang sebesar 50 juta rupiah, atau beras 1 ton (dengan jenis tertentu), atau kain
   3 meter (dengan jenis tertentu). Pengembaliannya harus sama, yaitu 50 juta rupiah, atau 1
   ton beras dan 3 meter kain dengan jenis yang sama.6 Dalam kasus utang jenis qardh ini,
   al-murtahin tidak boleh mamanfaatkan barang agunan sedikitpun, karena itu merupakan
   tambahan manfaat atas qardh. Tambahan itu termasuk riba dan hukumnya haram.7

          Jika ar-rahn itu untuk akad utang dalam bentuk dayn, yaitu utang barang yang
   tidak mempunyai padanan dan tidak bisa dicarikan padanannya, seperti hewan, kayu
   bakar, properti dan barang sejenis yang hanya bisa dihitung berdasarkan nilainya,8 maka
   al-murtahin boleh memanfaatkan barang agunan itu dengan izin dari ar-râhin. Sebab,
   manfaat barang agunan itu tetap menjadi milik ar-râhin. Tidak terdapat nash yang
   melarang hal itu karena tidak ada nash yang mengecualikan al-murtahin dari kebolehan
   itu.

          Ketentuan di atas berlaku, jika pemanfaatan barang agunan itu tidak disertai
   dengan kompensasi. Namun, jika disertai kompensasi, seperti ar-râhin menyewakan
   agunan itu kepada al-murtahin, maka al-murtahin boleh memanfaatkannya baik dalam
   akad al-qardh maupun dayn. Karena dia memanfaatkannya bukan karena statusnya
   sebagai agunan al-qardhu tetapi karena dia menyewanya dari ar-rahin. Dengan

                                            6
ketentuan, sewanya tersebut tidak dihadiahkan oleh ar-râhin kepada al-murtahin.
        Namun, jika sewanya tersebut dihadiahkan, maka statusnya sama dengan pemanfaatan
        tanpa disertai kompensasi, sehingga tetap tidak boleh dalam kasus al-qardh, dan
        sebaliknya boleh dalam kasus dayn3.

6. Perlakuan Akuntansi Ar-Rahn

         •     Bagi pihak yang Menerima Gadai (Murtahin)

               Pada saat menerima Gadai tidak dijurnal tetapi membuat tanda terima atas barang




                o Pada saat menyerahkan uang pinjaman


                      Jurnal:

                      Dr. Piutang                                     xxx

                                             Kr. Kas
                                 xxx

                o Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan


                      Jurnal:

                      Dr. Kas                                                xxx

                                             Kr. Pendapatan
                                 xxx

                o Pada saat mengeluarkan biaya untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan


                      Jurnal:

                      Dr. Beban                                       xxx

3
    http://hizbut-tahrir.or.id/2007/06/01/ar-rahn-agunan/




                                                              7
Kr. Kas
                   xxx

      o Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan
         membuat tanda serah terima barang

         Jurnal:

         Dr. Kas                                                  xxx

                    Kr. Piutang                                                 xxx

      o Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian barang
         gadai dijual oleh pihak yang menggadaikan

         Jurnal:

         Dr. Kas                                                  xxx

                         Kr. Piutang
                   xxx

           Jika kurang maka piutangnya masih tersisa sejumlah selisih antara nilai
    penjualan dengan saldo piutang.

•    Bagi Pihak yang Menggadaikan (Ar-Rahin)

     Pada saat menyerahkan asset tidak dijurnal, tetapi menerima tanda terima atas
     penyerahan asset serta membuat penjelasan atas catatan akuntansi atas barang yang
     digadaikan.

    o Pada saat menerima uang pinjaman


        Jurnal:

        Dr. Kas                                                 xxx




                                        8
Kr. Utang
             xxx




o Bayar uang untuk pemeliharaan dan penyimpanan


   Jurnal:

   Dr. Beban                                               xxx

                   Kr. Kas
             xxx

o Ketika dilakukan pelunasan atas utang


   Jurnal:

   Dr. Utang                                               xxx

                   Kr. Kas
             xxx

o Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi sehingga barang gadai
   dijual pada saat penjualan barang gadai

   Jurnal:

   Dr. Kas                                                 xxx

   Dr. Akumulasi Penyusutan (Apabila Aset Tetap)     xxx

   Dr. Kerugian (Apabila Rugi)                       xxx

                   Kr. Keuntungan (Apabila Untung)
             xxx

                   Kr. Aset


                                     9
Pelunasan utang atas barang yang djual pihak yang menggadai

Jurnal:

Dr. Utang                                               xxx

                Kr. Kas
          xxx

Jika masih ada kekurangan pembayaran hutang setelah penjualan barang gadai
tersebut, maka berarti pihak yang menggadaikan masih memiliki saldo utang
kepada pihak yang menerima gadai




                                10

Contenu connexe

Tendances

Makalah perpajakan
Makalah perpajakanMakalah perpajakan
Makalah perpajakanErwin Syah
 
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.ppt
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.pptAKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.ppt
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.pptsumiyati84
 
transaksi dan akad dalam bank syariah
transaksi dan akad dalam bank syariahtransaksi dan akad dalam bank syariah
transaksi dan akad dalam bank syariahkhanif1234
 
Basis akuntansi
Basis akuntansiBasis akuntansi
Basis akuntansiadaaje
 
Psak 104 istshina
Psak 104 istshinaPsak 104 istshina
Psak 104 istshinacitra Joni
 
Akad mudharabah (Pengelola Dana). kel 5
Akad mudharabah (Pengelola Dana). kel 5Akad mudharabah (Pengelola Dana). kel 5
Akad mudharabah (Pengelola Dana). kel 5NunungSetiani
 
Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah
Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariahKerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah
Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariahNamla Elfa Syariati
 
PENJUALAN ANGSURAN.pptx
PENJUALAN ANGSURAN.pptxPENJUALAN ANGSURAN.pptx
PENJUALAN ANGSURAN.pptxdefinur1
 
Sejarah akuntansi syariah
Sejarah akuntansi syariahSejarah akuntansi syariah
Sejarah akuntansi syariahayupratama3
 
Akuntansi sewa_Muhammad Afif_DR. Afdal S.pd, M.pd_Persada Bunda
Akuntansi sewa_Muhammad Afif_DR. Afdal S.pd, M.pd_Persada BundaAkuntansi sewa_Muhammad Afif_DR. Afdal S.pd, M.pd_Persada Bunda
Akuntansi sewa_Muhammad Afif_DR. Afdal S.pd, M.pd_Persada BundaNadia Nurul
 
Konsep produk bank_islam
Konsep produk bank_islamKonsep produk bank_islam
Konsep produk bank_islamcitra Joni
 
5 aspek syariah di bmt
5 aspek syariah di bmt5 aspek syariah di bmt
5 aspek syariah di bmtyanu11
 
Translasi valuta asing dan inflasi ppt
Translasi valuta asing dan inflasi pptTranslasi valuta asing dan inflasi ppt
Translasi valuta asing dan inflasi pptRodinda Prasetiani
 

Tendances (20)

Ar rahn (gadai)
Ar rahn (gadai)Ar rahn (gadai)
Ar rahn (gadai)
 
Makalah perpajakan
Makalah perpajakanMakalah perpajakan
Makalah perpajakan
 
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.ppt
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.pptAKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.ppt
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.ppt
 
transaksi dan akad dalam bank syariah
transaksi dan akad dalam bank syariahtransaksi dan akad dalam bank syariah
transaksi dan akad dalam bank syariah
 
Basis akuntansi
Basis akuntansiBasis akuntansi
Basis akuntansi
 
Psak 104 istshina
Psak 104 istshinaPsak 104 istshina
Psak 104 istshina
 
PPT Ijarah kelompok 7
PPT Ijarah kelompok 7PPT Ijarah kelompok 7
PPT Ijarah kelompok 7
 
Akad mudharabah (Pengelola Dana). kel 5
Akad mudharabah (Pengelola Dana). kel 5Akad mudharabah (Pengelola Dana). kel 5
Akad mudharabah (Pengelola Dana). kel 5
 
Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah
Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariahKerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah
Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah
 
PENJUALAN ANGSURAN.pptx
PENJUALAN ANGSURAN.pptxPENJUALAN ANGSURAN.pptx
PENJUALAN ANGSURAN.pptx
 
Sejarah akuntansi syariah
Sejarah akuntansi syariahSejarah akuntansi syariah
Sejarah akuntansi syariah
 
Akuntansi sewa_Muhammad Afif_DR. Afdal S.pd, M.pd_Persada Bunda
Akuntansi sewa_Muhammad Afif_DR. Afdal S.pd, M.pd_Persada BundaAkuntansi sewa_Muhammad Afif_DR. Afdal S.pd, M.pd_Persada Bunda
Akuntansi sewa_Muhammad Afif_DR. Afdal S.pd, M.pd_Persada Bunda
 
MUSYARAKAH
MUSYARAKAHMUSYARAKAH
MUSYARAKAH
 
Konsep produk bank_islam
Konsep produk bank_islamKonsep produk bank_islam
Konsep produk bank_islam
 
3. aspek syariah pms
3. aspek syariah pms3. aspek syariah pms
3. aspek syariah pms
 
5 aspek syariah di bmt
5 aspek syariah di bmt5 aspek syariah di bmt
5 aspek syariah di bmt
 
07 HUKUM RAHN (GADAI)
07 HUKUM RAHN (GADAI)07 HUKUM RAHN (GADAI)
07 HUKUM RAHN (GADAI)
 
Mudharabah
MudharabahMudharabah
Mudharabah
 
Translasi valuta asing dan inflasi ppt
Translasi valuta asing dan inflasi pptTranslasi valuta asing dan inflasi ppt
Translasi valuta asing dan inflasi ppt
 
IJARAH
IJARAH IJARAH
IJARAH
 

Similaire à Kel.13 ar rahn

Ar-Rahn (Agunan).pdf
Ar-Rahn (Agunan).pdfAr-Rahn (Agunan).pdf
Ar-Rahn (Agunan).pdfArwan Amin
 
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptxRIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptxMikaMee
 
AAD Fiqh Utang (2) SS.pdf
AAD Fiqh Utang (2) SS.pdfAAD Fiqh Utang (2) SS.pdf
AAD Fiqh Utang (2) SS.pdfDjula1
 
ppt fiqih (gadai dan hiwalah).pptx
ppt fiqih (gadai dan hiwalah).pptxppt fiqih (gadai dan hiwalah).pptx
ppt fiqih (gadai dan hiwalah).pptxRayenElrahman
 
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)Marhamah Saleh
 
01.6 HUKUM GADAI SYARIAH
01.6 HUKUM GADAI SYARIAH01.6 HUKUM GADAI SYARIAH
01.6 HUKUM GADAI SYARIAHfissilmikaffah1
 
Pengertian wakaf
Pengertian wakafPengertian wakaf
Pengertian wakafAbdul Aziz
 
Kafalah , rahn, wakalah
Kafalah , rahn, wakalahKafalah , rahn, wakalah
Kafalah , rahn, wakalahansyori ajid
 
PPT KEL 9 RAHN (GADAI).pdf
PPT KEL 9 RAHN (GADAI).pdfPPT KEL 9 RAHN (GADAI).pdf
PPT KEL 9 RAHN (GADAI).pdfAdnanRosadiElzyn
 
Nota konsep pinjaman dalam islam
Nota konsep pinjaman dalam islamNota konsep pinjaman dalam islam
Nota konsep pinjaman dalam islamNajwa Norizam
 
Pengelolaan Wakaf
Pengelolaan WakafPengelolaan Wakaf
Pengelolaan WakafBayu Adi
 
wakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalahwakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalahMarhamah Saleh
 
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalahHiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalahAhmad Zainal Arifin
 
ppt fmuamalah.pdf
ppt fmuamalah.pdfppt fmuamalah.pdf
ppt fmuamalah.pdfEkisUnu
 

Similaire à Kel.13 ar rahn (20)

Ar-Rahn (Agunan).pdf
Ar-Rahn (Agunan).pdfAr-Rahn (Agunan).pdf
Ar-Rahn (Agunan).pdf
 
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptxRIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
 
09 hukum rahn (gadai)
09 hukum  rahn (gadai)09 hukum  rahn (gadai)
09 hukum rahn (gadai)
 
AAD Fiqh Utang (2) SS.pdf
AAD Fiqh Utang (2) SS.pdfAAD Fiqh Utang (2) SS.pdf
AAD Fiqh Utang (2) SS.pdf
 
Qardh dan Ariyah
Qardh dan AriyahQardh dan Ariyah
Qardh dan Ariyah
 
ppt fiqih (gadai dan hiwalah).pptx
ppt fiqih (gadai dan hiwalah).pptxppt fiqih (gadai dan hiwalah).pptx
ppt fiqih (gadai dan hiwalah).pptx
 
Makalah tentang ar rahn
Makalah tentang ar rahnMakalah tentang ar rahn
Makalah tentang ar rahn
 
Makalah pegadaian
Makalah pegadaianMakalah pegadaian
Makalah pegadaian
 
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
 
Qardh dalam islam
Qardh dalam islamQardh dalam islam
Qardh dalam islam
 
01.6 HUKUM GADAI SYARIAH
01.6 HUKUM GADAI SYARIAH01.6 HUKUM GADAI SYARIAH
01.6 HUKUM GADAI SYARIAH
 
Pengertian wakaf
Pengertian wakafPengertian wakaf
Pengertian wakaf
 
Gadaianpim3114
Gadaianpim3114Gadaianpim3114
Gadaianpim3114
 
Kafalah , rahn, wakalah
Kafalah , rahn, wakalahKafalah , rahn, wakalah
Kafalah , rahn, wakalah
 
PPT KEL 9 RAHN (GADAI).pdf
PPT KEL 9 RAHN (GADAI).pdfPPT KEL 9 RAHN (GADAI).pdf
PPT KEL 9 RAHN (GADAI).pdf
 
Nota konsep pinjaman dalam islam
Nota konsep pinjaman dalam islamNota konsep pinjaman dalam islam
Nota konsep pinjaman dalam islam
 
Pengelolaan Wakaf
Pengelolaan WakafPengelolaan Wakaf
Pengelolaan Wakaf
 
wakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalahwakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalah
 
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalahHiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
 
ppt fmuamalah.pdf
ppt fmuamalah.pdfppt fmuamalah.pdf
ppt fmuamalah.pdf
 

Plus de Mulyanah

Kel.15 zakat
Kel.15 zakatKel.15 zakat
Kel.15 zakatMulyanah
 
Kel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahKel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahMulyanah
 
Kel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanKel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanMulyanah
 
Kel.10 al kafalah
Kel.10 al  kafalahKel.10 al  kafalah
Kel.10 al kafalahMulyanah
 
Kel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahKel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahMulyanah
 
Kel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ahKel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ahMulyanah
 
Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’Mulyanah
 
Kel.6 ijarah
Kel.6 ijarahKel.6 ijarah
Kel.6 ijarahMulyanah
 
Kel.3 murabahah
Kel.3 murabahahKel.3 murabahah
Kel.3 murabahahMulyanah
 
Kel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahKel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahMulyanah
 
Kel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahKel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahMulyanah
 
Kel.16 wakaf
Kel.16 wakafKel.16 wakaf
Kel.16 wakafMulyanah
 
Kel.14 jualah
Kel.14 jualahKel.14 jualah
Kel.14 jualahMulyanah
 

Plus de Mulyanah (15)

Kel.15 zakat
Kel.15 zakatKel.15 zakat
Kel.15 zakat
 
Kel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahKel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalah
 
Kel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanKel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasan
 
Kel.10 al kafalah
Kel.10 al  kafalahKel.10 al  kafalah
Kel.10 al kafalah
 
Kel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahKel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalah
 
Kel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ahKel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ah
 
Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’
 
Kel.7 sharf
Kel.7 sharfKel.7 sharf
Kel.7 sharf
 
Kel.6 ijarah
Kel.6 ijarahKel.6 ijarah
Kel.6 ijarah
 
Kel.4 salam
Kel.4 salamKel.4 salam
Kel.4 salam
 
Kel.3 murabahah
Kel.3 murabahahKel.3 murabahah
Kel.3 murabahah
 
Kel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahKel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokah
 
Kel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahKel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabah
 
Kel.16 wakaf
Kel.16 wakafKel.16 wakaf
Kel.16 wakaf
 
Kel.14 jualah
Kel.14 jualahKel.14 jualah
Kel.14 jualah
 

Dernier

aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 

Dernier (20)

aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 

Kel.13 ar rahn

  • 1. Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada Mata Kuliah “Akuntansi Syariah” Disusun Oleh : ÷ Dedi Iskandar (081400 ÷ Sifa faujiah (081400146) ÷ Yana mulyana (081400139) 1
  • 2. AR-RAHN (Pinjaman dengan Jaminan) 1. Pengertian Ar-Rahn merupakan mashdar dari rahana–yarhanu–rahnan; bentuk pluralnya rihân[un], ruhûn[un] dan ruhun[un]. Secara bahasa artinya adalah ats-tsubût wa ad- dawâm (tetap dan langgeng); juga berarti al-habs (penahanan). Secara syar‘i, ar-rahn (agunan) adalah harta yang dijadikan jaminan utang (pinjaman) agar bisa dibayar dengan harganya oleh pihak yang wajib membayarnya, jika dia gagal (berhalangan) menunaikannya. Akad rahn juga diartikan sebagai sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan atau dengan melakukan penahanan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya1. 2. Tujuan Akad AR-Rahn Manusia hidup di dunia ini pasti tidak sendirian, untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhannya pasti ada yang bias dipenuhi sendiri dan ada juga kebutuhan yang tidak bias dipenuhi sendiri. Untuk kebutuhan yng tidak bisa dipenuhi sendiri pasti membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Akad Ar-Rahn ada karena adanya kebutuhan-kebutuhan manusia yang harus dipenuhi yang tidak bisa dipeenuhi sendiri. Tujuan dari akad Ar-Rahn tersebut adalah agar pemberi pinjaman lebih memprcayai pihak yang berhutang. Pemeliharaan dan penyimpanan barang pegadaian pada hakikatnya adalah kewajiban pihak yang menggadaikan, namun dapat juga dilakukan oleh pihak yang menerima barang gadai dan biayanya harus ditanggung pihak yang menggadaikan. Besarnya biaya ini tidak boleh ditentukan berdasarkan besar pinjaman2. 3. Dasar Hukum Ar-Rahn 1 http://hizbut-tahrir.or.id/2007/06/01/ar-rahn-agunan/ 2 Sri Nurhayati-Wasilah.Akuntansi Syariah di Indonesia.2011.Salemba Empat, Jakarta 2
  • 3. Al-Qur’an ‫وإ ك ت عل سفر ول تجد ك تب فره ن م ب ضة‬ ٌ َ ‫َِنْ ُنْ ُمْ ََى َ َ ٍ ََمْ َ ِ ُوا َا ِ ًا َ ِ َا ٌ َقْ ُو‬ Jika kalian dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai), sementara kalian tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). (TQS al-Baqarah [2]: 283). Hadits Aisyah ra. menuturkan: ‫عل ه َسلم تر ِ يه ِ طع إل أج ورهنه‬ ُ َ َ َ َ ٍ‫»َنّ َ ُولَ الِ َّى الُ ََيْ ِ و َّ َ اشْ َ َى منْ َ ُوديّ َ َامًا َِى َ َل‬ ‫صل‬ ‫أ رس‬ «ٍ ‫ِرْ ًا ِنْ َ ِي‬ ‫د ع م حد د‬ Rasulullah saw. pernah membeli makanan dari orang Yahudi dengan tempo (kredit) dan beliau mengagunkan baju besinya. (HR Bukhari dan Muslim). Anas ra. juga pernah menuturkan: ‫ل ه ب مد نة ع ذ ي ُ د وأخذ م ْ ه‬ ُ ‫» ََ َدْ َ َ َ ال ّ ِ ُ َّى الُ ََي ِ و َّمَ ِرْعًا َ ُ ِالْ َ ِيْ َ ِ ِنْ َ َهوْ ِيّ ََ َ َ ِن‬ ‫عل ْ ه َ سل د‬ ‫ولق ره ن نب ي صل‬ «ِ ِْ‫َ ِيْ ًا ِ َه‬ ‫شع ر ل له‬ Sesungguhnya Nabi saw. pernah mengagunkan baju besinya di Madinah kepada orang Yahudi, sementara Beliau mengambil gandum dari orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarga Beliau. (HR al-Bukhari). Ar-Rahn boleh dilakukan baik ketika safar maupun mukim. Firman Allah, in kuntum ‘alâ safarin (jika kalian dalam keadaan safar), bukanlah pembatas, tetapi sekadar penjelasan tentang kondisi. Riwayat Aisyah dan Anas di atas jelas menunjukkan bahwa Nabi saw. melakukan ar-rahn di Madinah dan beliau tidak dalam kondisi safar, tetapi sedang mukim. 4. Beberapa Ketentuan Ar-Rahn (Agunan) • Rukun Ar-Rahn 3
  • 4. Ar-rahn mempunyai tiga rukun (ketentuan pokok), yaitu: o shighat (ijab dan qabul), o al-‘aqidan (dua orang yang melakukan akad ar-rahn), yaitu pihak yang mengagunkan (ar-râhin) dan yang menerima agunan (al-murtahin), o al-ma’qud ‘alaih (yang menjadi obyek akad), yaitu barang yang diagunkan (al- marhun) dan utang (al-marhun bih). • Syarat Ar-Rahn Syarat dari Ar-Rahn adalah Cuma satu yaitu qabdh (serah terima). Harus serah terima maksudnya adalah harus melalui pihak-pihak yang bersangkutan yaitu Ar-Rahin dan Al- Murtahin. Tidak boleh diwakilkan. Jika semua ketentuan tadi terpenuhi, sesuai dengan ketentuan syariah, dan dilakukan oleh orang yang layak melakukan tasharruf, maka akad ar-rahn tersebut sah. Harta yang diagunkan disebut al-marhûn (yang diagunkan). Harta agunan itu harus diserahterimakan oleh ar-râhin kepada al-murtahin pada saat dilangsungkan akad rahn tersebut. Dengan serah terima itu, agunan akan berada di bawah kekuasaan al-murtahin. Jika harta agunan itu termasuk harta yang bisa dipindah-pindah seperti TV dan barang elektronik, perhiasan, dan semisalnya, maka serah terimanya adalah dengan melepaskan barang agunan tersebut kepada penerima agunan (al-murtahin). Bisa juga yang diserahterimakan adalah sesuatu dari harta itu, yang menandakan berpindahnya kekuasaan atas harta itu ke tangan al-murtahin, jika harta tersebut merupakan barang tak bergerak, seperti rumah, tanah dan lain-lain. Harta agunan itu haruslah harta yang secara syar‘i boleh dan sah dijual. Karenanya tidak boleh mengagunkan khamr, patung, babi, dan sebagainya. Harta hasil curian dan gasab juga tidak boleh dijadikan agunan. Begitu pula harta yang bukan atau belum menjadi milik ar-râhin karena Rasul saw. telah melarang untuk menjual sesuatu yang bukan atau belum menjadi milik kita. 4
  • 5. Dalam akad jual-beli kredit, barang yang dibeli dengan kredit tersebut tidak boleh dijadikan agunan. Tetapi, yang harus dijadikan agunan adalah barang lain, selain barang yang dibeli (al-mabî’) tadi. Akad ar-rahn (agunan) merupakan tawtsîq bi ad-dayn, yaitu agar al-murtahin percaya untuk memberikan utang (pinjaman) atau bermuamalah secara tidak tunai dengan ar-râhin. Tentu saja itu dilakukan pada saat akad utang (pinjaman) atau muamalah kredit. Jika utang sudah diberikan dan muamalah kredit sudah dilakukan, baru dilakukan ar-rahn, maka tidak lagi memenuhi makna tawtsîq itu. Dengan demikian, ar- rahn dalam kondisi ini secara syar‘i tidak ada maknanya lagi. Pada masa Jahiliah, jika ar-râhin tidak bisa membayar utang (pinjaman) atau harga barang yang dikredit pada waktunya, maka barang agunan langsung menjadi milik al- murtahin. Lalu praktik Jahiliah itu dibatalkan oleh Islam. Rasul saw. bersabda: «ُ ُ ‫» َ ُغَْ ُ ال ّ ُ ُ ِنْ َا ِ ِ ِ اّ ِيْ َ َ َ ُ، َ ُ َ َ ُ ُ و ََيْ ِ َر‬ ‫ل ي لق رهن م ص حبه لذ رهنه له غنمه َعل ه غ َمه‬ Agunan itu tidak boleh dihalangi dari pemiliknya yang telah mengagunkannya. Ia berhak atas kelebihan (manfaat)-nya dan wajib menanggung kerugian (penyusutan)- nya. (HR as-Syafii, al-Baihaqi, al-Hakim, Ibn Hibban dan ad-Daraquthni) Karena itu, syariat Islam menetapkan, al-murtahin boleh menjual barang agunan dan mengambil haknya (utang atau harga kredit yang belum dibayar oleh ar-râhin) dari hasil penjualan tersebut. Lalu kelebihannya harus dikembalikan kepada pemiliknya, yakni ar-râhin. Sebaliknya, jika masih kurang, kekurangan itu menjadi kewajiban ar- râhin. Hanya saja, Imam al-Ghazali, menegaskan bahwa hak al-murtahin untuk menjual tersebut harus dikembalikan kepada hakim, atau izin ar-râhin, tidak serta-merta boleh langsung menjualnya, begitu ar-râhin gagal membayar utang pada saat jatuh temponya. Atas dasar ini, muamalah kredit motor, mobil, rumah, barang elektronik, dsb saat ini— yang jika pembeli (debitor) tidak bisa melunasinya, lalu motor, mobil, rumah atau barang itu diambil begitu saja oleh pemberi kredit (biasanya perusahaan pembiayaan, bank atau yang lain), jelas menyalahi syariah. Muamalah yang demikian adalah batil, karenanya tidak boleh dilakukan. 5
  • 6. 5. Pemanfaatan al-marhun oleh al-Murtahin Setelah serah terima, agunan berada di bawah kekuasaan al-murtahin. Namun, itu bukan berarti al-murtahin boleh memanfaatkan harta agunan itu. Sebab, agunan hanyalah tawtsîq, sedangkan manfaatnya, sesuai dengan hadis di atas, tetap menjadi hak pemiliknya, yakni ar-râhin. Karena itu, ar-râhin berhak memanfaatkan tanah yang dia agunkan; ia juga berhak menyewakan barang agunan, misal menyewakan rumah atau kendaraan yang dia agunkan, baik kepada orang lain atau kepada al-murtahin, tentu dengan catatan tidak mengurangi manfaat barang yang diagunkan (al-marhun). Ia juga boleh menghibahkan manfaat barang itu, atau mengizinkan orang lain untuk memanfaatkannya, baik orang tersebut adalah al-murtahin (yang mendapatkan agunan) maupun bukan. Hanya saja, pemanfaatan barang oleh al-murtahin tersebut hukumnya berbeda dengan orang lain. Jika akad ar-rahn itu untuk utang dalam bentuk al-qardh, yaitu utang yang harus dibayar dengan jenis dan sifat yang sama, bukan nilainya. Misalnya, pinjaman uang sebesar 50 juta rupiah, atau beras 1 ton (dengan jenis tertentu), atau kain 3 meter (dengan jenis tertentu). Pengembaliannya harus sama, yaitu 50 juta rupiah, atau 1 ton beras dan 3 meter kain dengan jenis yang sama.6 Dalam kasus utang jenis qardh ini, al-murtahin tidak boleh mamanfaatkan barang agunan sedikitpun, karena itu merupakan tambahan manfaat atas qardh. Tambahan itu termasuk riba dan hukumnya haram.7 Jika ar-rahn itu untuk akad utang dalam bentuk dayn, yaitu utang barang yang tidak mempunyai padanan dan tidak bisa dicarikan padanannya, seperti hewan, kayu bakar, properti dan barang sejenis yang hanya bisa dihitung berdasarkan nilainya,8 maka al-murtahin boleh memanfaatkan barang agunan itu dengan izin dari ar-râhin. Sebab, manfaat barang agunan itu tetap menjadi milik ar-râhin. Tidak terdapat nash yang melarang hal itu karena tidak ada nash yang mengecualikan al-murtahin dari kebolehan itu. Ketentuan di atas berlaku, jika pemanfaatan barang agunan itu tidak disertai dengan kompensasi. Namun, jika disertai kompensasi, seperti ar-râhin menyewakan agunan itu kepada al-murtahin, maka al-murtahin boleh memanfaatkannya baik dalam akad al-qardh maupun dayn. Karena dia memanfaatkannya bukan karena statusnya sebagai agunan al-qardhu tetapi karena dia menyewanya dari ar-rahin. Dengan 6
  • 7. ketentuan, sewanya tersebut tidak dihadiahkan oleh ar-râhin kepada al-murtahin. Namun, jika sewanya tersebut dihadiahkan, maka statusnya sama dengan pemanfaatan tanpa disertai kompensasi, sehingga tetap tidak boleh dalam kasus al-qardh, dan sebaliknya boleh dalam kasus dayn3. 6. Perlakuan Akuntansi Ar-Rahn • Bagi pihak yang Menerima Gadai (Murtahin) Pada saat menerima Gadai tidak dijurnal tetapi membuat tanda terima atas barang o Pada saat menyerahkan uang pinjaman Jurnal: Dr. Piutang xxx Kr. Kas xxx o Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan Jurnal: Dr. Kas xxx Kr. Pendapatan xxx o Pada saat mengeluarkan biaya untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan Jurnal: Dr. Beban xxx 3 http://hizbut-tahrir.or.id/2007/06/01/ar-rahn-agunan/ 7
  • 8. Kr. Kas xxx o Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan membuat tanda serah terima barang Jurnal: Dr. Kas xxx Kr. Piutang xxx o Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian barang gadai dijual oleh pihak yang menggadaikan Jurnal: Dr. Kas xxx Kr. Piutang xxx Jika kurang maka piutangnya masih tersisa sejumlah selisih antara nilai penjualan dengan saldo piutang. • Bagi Pihak yang Menggadaikan (Ar-Rahin) Pada saat menyerahkan asset tidak dijurnal, tetapi menerima tanda terima atas penyerahan asset serta membuat penjelasan atas catatan akuntansi atas barang yang digadaikan. o Pada saat menerima uang pinjaman Jurnal: Dr. Kas xxx 8
  • 9. Kr. Utang xxx o Bayar uang untuk pemeliharaan dan penyimpanan Jurnal: Dr. Beban xxx Kr. Kas xxx o Ketika dilakukan pelunasan atas utang Jurnal: Dr. Utang xxx Kr. Kas xxx o Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi sehingga barang gadai dijual pada saat penjualan barang gadai Jurnal: Dr. Kas xxx Dr. Akumulasi Penyusutan (Apabila Aset Tetap) xxx Dr. Kerugian (Apabila Rugi) xxx Kr. Keuntungan (Apabila Untung) xxx Kr. Aset 9
  • 10. Pelunasan utang atas barang yang djual pihak yang menggadai Jurnal: Dr. Utang xxx Kr. Kas xxx Jika masih ada kekurangan pembayaran hutang setelah penjualan barang gadai tersebut, maka berarti pihak yang menggadaikan masih memiliki saldo utang kepada pihak yang menerima gadai 10