Makalah ini membahas tentang literasi media digital dalam menangkal hoax. Literasi digital adalah pengetahuan dan kemampuan menggunakan media digital dan alat komunikasi untuk menemukan, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi secara bijak. Hoax adalah berita bohong yang disebarkan di media sosial. Literasi digital memainkan peran penting dalam menangkal hoax dengan mengajarkan cara mendeteksi dan memverifikasi kebenaran informasi secara kritis.
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Literasi Media Digital dalam Menangkal Hoaks
1. LITERASI MEDIA DIGITAL DALAM MENANGKAL HOAX
Dosen Pengampu: Muh. Sahid, S. I. Kom., M. I. Kom.
Disusun Oleh:
KELOMPOK V
SITI HALISA (50300119031)
MUNAWWARAH (50300119033)
MUDFAINNA (50300119034)
LUCY ALFRIANA RAUF (50300119039)
FEBRI ANNISA ( 50300119053)
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (KELAS B)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TA 2021/2022
2. i
KATA PENGANTAR
Teriring rasa syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang
telah mencurahkan rahmat, hidayah, taufiq dan inayah-Nya kepada seluruh hamba
tanpa terkecuali. Semoga kita dikuatkan oleh-Nya untuk tetap selalu bersabar dan
bersyukur atas segala karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan atas nabi Muhammad SAW sebaik-baik makhluk yang pernah
diciptakan yang sangat lembut hatinya, yang kasih sayangnya kepada kita tidak
bisa diungkapkan lagi dengan kata-kata. Makalah ini kami buat dengan tujuan
untuk memenuhi tugas dari mata kuliah “Tekhnologi Komunikasi dan Informasi”
yang berjudul “Literasi Media Digital dalam Menangkal Hoax”
Berkat rahmat Allah, penulis telah berhasil menyelesaikan makalah ini.
Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itulah, kami mengharapkan kritik dan saran
yangbersifatmembangundemisempurnanyamakalahkami.
Samata,17Desember2021
Penulis
Kelompok V
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan ......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................3
A. Pengertian Literasi Digital .......................................................................3
B. Pengertian Hoax.......................................................................................4
C. Hoax Di Media Sosial ..............................................................................5
D. Peran Literasi Media Digital Dalam Menangkal Hoax............................6
BAB III PENUTUP ....................................................................................................9
A. Kesimpulan...............................................................................................9
B. Saran.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................10
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi digital merupakan kebutuhan manusia pada zaman yang serba
cepat. Setiap manusia dapat mengirimkan informasi yang dianggap benar dan
bermanfaat. Khususnya pada kaum milenial muda. Namun semua informasi
lebih cenderung “ Hoax”. Terminologi digital native mengandung pengertian
bahwa generasi muda saat ini hidup pada era digital, yakni internet menjadi
bagian dari keseharian dalam hidupnya. Kondisi para peserta didik saat ini,
khususnya siswa menengah atas, sangat bergantung pada mesin pencarian
seperti Yahoo, Amazon dll, dalam informasi. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya penggunaan sumber daya berkualitas yang tersedia di
perpustakaan sekolah serta perubahan perilaku peserta didik dalam
memanfaatkan dan mengelola informasi. Keragaman bentuk dan tipe
informasi ini seharusnya mendorong peserta didik agar lebih selektif dan
mampu memaksimalkan penggunaan hasil kemajuan teknologi informasi.
Banyaknya hoax yang tersebar di zaman sekarang ini, setiap individu perlu
memahami bahwa literasi digital merupakan hal penting yang dibutuhkan
untuk dapat berpartisipasi di dunia modern ini. Literasi digital sama
pentingnya dengan membaca, menulis, berhitung, dan disiplin ilmu lainnya.
Oleh karenanya pemberdayaan media literasi oleh masyarakat sangat
diperlukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan potensi komunikasi dan
berita yang tersebar di masyarakat, sehinga efek komunikasi yang
ditimbulkan menjadi bermanfaat pada kemajuan masyarakat.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian literasi digital?
2. Apa yang dimaksud dengan hoax?
3. Bagaimana hoax di media sosial?
4. Apa peran literasi media digital dalam menangkal hoax?
5. 2
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian literasi digital.
2. Untuk memahami apa itu hoax.
3. Untuk mengetahui bagaimana hoax di media sosial.
4. Untuk mengetahui peran literasi media digital dalam menangkal hoax.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Literasi Digital
Paul Giltser (1997) di dalam bukunya yang berjudul
“Definitoin of Digital Literacy”, melihat adanya pertumbuhan
persetujuan umum yang sangat beragam mengenai istilah “digital
literacy”. Literasi digital timbul dari perubahan perilaku pencarian
informasi masyarakaat saat ini yang sangat bergantung dari media digital.
The National Curriculum Framework for All (NCF 2012) melihat
literasi digital sebagai sebuah tema lintas kurikulum dimana siswa dapat
memperoleh keterampilan penggunaan teknologi informasi untuk
berkomunikasi, bekerja, dan mengisi waktu luang secara yakin dan
kritis.
Hal ini senada dengan definisi literasi digital yang
diungkapkan oleh Sukirman literasi digital adalah pengetahuan dan
kecakapan menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau
jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggun akan, membuat
informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat,
tepat dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan
interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pengertian diatas literasi digital mengandung makna
yang lebih luas. Literasi digital tidak hanya berkaitan dengan kemampuan
teknis dalam mengoperasikan alat-alat komunikasi berbentuk digital
saja tetapi juga kemampuan untuk mengelola informasi yang
dihasilkan dan diterima dari alat-alat komunikasi tersebut. Terdapat dua
komponen utama dalam definisi literasi digital seperti yang telah
dikemukakan oleh para ahli yakni media digital dan alat-alat
komunikasi.
Media digital adalah produk dan layanan yang diberikan oleh
media, hiburan dan industri informasi serta subsektornya. Media digital
7. 4
mencakup platform digital (e.g. websites dan aplikasi), konten digital
(e.g. text, audio, video, dan gambar) dan layanan (e.g. informasi,
hiburan dan komunikasi) yang dapat diakses dan dinikmati melalui
peralatan digital.
Selain media literasi digital digital juga mencakup alat
komunikasi. Alat komunikasi adalah semua media yang
digunakan untuk menyebarkan atau menyampaikan informasi, baik itu
informasi kepada satu orang saja atau epada banyak orang. Alat
komunikasi ini bukan hanya menyampaikan informasi tetapi juga
menghasilkan informasi. Beberapa contoh dari alat komunikasi digital
seperti televisi, komputer, gadget dan lain sebagainya.
B. Pengertian Hoaks
Secara bahasa hoax (synonyms: practical joke, joke, jest, prank,
trick) adalah lelucon, cerita bohong, kenakalan, olokan, membohongi,
menipu, mempermainkan, memperdaya, dan memperdayakan. Dalam
Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), hoax diterjemahkan
menjadi hoaks yang diartikan dengan “berita bohong”.
Menurut David Harley dalam buku Common Hoaks es and Chain
Letters bahwa ada beberapa aturan praktis yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi hoaks secara umum. Pertama, hoaks biasanya memiliki
karakteristik surat berantai dengan menyertakan kalimat seperti
"Sebarkan ini ke semua orang yang Anda tahu, jika tidak, sesuatu
yang tidak menyenangkan akan terjadi”. Kedua, hoaks biasanya tidak
menyertakan tanggal kejadian atau tidak memiliki tanggal yang
realistis atau bisa diverifikasi, misalnya "kemarin" atau "dikeluarkan
oleh..." pernyataan-pernyataan yang tidak menunjukkan sebuah
kejelasan. Ketiga, hoaks biasanya tidak memiliki tanggal kadaluwarsa
pada peringatan informasi, meskipun sebenarnya kehadiran tanggal
tersebut juga tidak akan membuktikan apa-apa, tetapi dapat
menimbulkan efek keresahan yang berkepanjangan. Keempat, tidak
ada organisasi yang dapat diidentifikasi yang dikutip sebagai sumber
8. 5
informasi atau menyertakan organisasi tetapi biasanya tidak terkait
dengan informasi.
C. Hoaks di Media Sosial
Dewasa ini, media sosial menjadi satu kekuatan baru dalam proses
berkomunikasi dan bersosialiasai. Media sosial telah membentuk dan
mempengaruhi sikap serta cara berpikir individu dalam menjalani
kehidupan bermasyarakat. Menurut Zarella, media sosial adalah bentuk
perkembangan mutakhir dari teknologi-teknologi web baru berbasis
internet, yang memudahkan semua orang untuk dapat berkomunikasi,
berpartisipasi, saling berbagi dan membentuk sebuah jaringan secara
online, sehingga dapat menyebarluaskan konten mereka sendiri. Dengan
media sosial, individu lebih mudah berkomunikasi tanpa dibatasi sekat-
sekat wilayah, bahkan negara sekalipun. Mereka terbentuk karena
kesamaan tujuan yang akan dicapai. Beragam bentuk media sosial tersedia
di dunia. Yang paling mewabah di dunia, termasuk di Indoonesia adalah
twitter, facebook, dan blog.
Menurut Didik Purwanto, salah satu alasan kenapa masyarakat
tertarik media sosial karena desain multiplatform, yaitu dapat diakses dan
terhubung pada berbagai perangkat digital. Dengan menggunakan internet,
masyarakat bisa chatting, juga mampu mengakses berbagai situs yang
tersaji di internet, termasuk mengunduh informasi. Beberapa nilai positif
penggunaan media sosial di antaranya bisa menambah kawan baru. Berapa
pengguna lain memanfatkan media sosial untuk kepentingan bisnis. Media
sosial juga mampu menghibur menjalin sosialisasi dan bermain game
online. Media sosial juga menemukan fungsi utamanya dengan
kemudahan menyampaikan pesan sekaligus memberi komentar.
Data Kominfo bahwa berita hoaks atau tidak benar tumbuh subur
di media sosial bisa dipengaruhi berbagai hal. Salah satunya, kebiasaan
pengguna media sosial yang ingin sesegera mungkin menyampaikan
informasi kepada khalayak. Celakanya, pengguna media sosial tidak punya
kepekaan mengoreksi kebenaran informasi yang dia terima. Dari mana
9. 6
asal usulnya dan siapa yang menyampaikan. Hal ini terjadi secara simultan
dari satu individu pengguana ke individu lain. Tanpa proses koreksi yang
terus menerus, pesan tidak benar tersebut bisa menjadi sebuah kebenaran
yang diterima masyarakat yang pada akhirnya mampu mempengaruhi
masyarakat secara luas. Hunt Allcott dan Matthew Gentzkow,
menyebutkan beberapa alasan mengapa platform media sosial menjadi
lahan subur maraknya berita-berita palsu (hoax). Pertama, biaya yang
dikeluarkan saat menggunakan media sosial sangat murah. Hanya
bermodal data internet, pembuat berita palsu dengan mudah menyebarkan
informasinya. Kedua, format media sosial memang menyulitkan untuk
mengungkap kebenaran informasi yang tersaji selain pengguna yang
berusaha mencari sendiri. Belakangan flatform media sosial seperti
facebook sudah mulai mengkampanyekan anti hoaks. Bahkan Facebook
berhak menghapus pesan atau informasi yang dianggap bertentangan
dengan nilai-nilai kemanusian universal, seperti SARA. Ketiga, faktor
ideologis. Jaringan pertemanan media sosial seperti twitter atau facebook
memungkinkan terjadi komunikasi dengan indivisu yang selaras dengan
posisi ideologi mereka. Kesamaan ideologi memungkinkan seseorang
percaya pada satu informasi tanpa harus melakukan koreksi terlebih
dahulu.
D. Peran Literasi Media Digital Dalam Menangkal Hoaks
Salah satu hal terpenting dalam menghadapi peredaran informasi
palsu (hoax) di era post-truth adalah meningkatkan literasi digital. Tujuan
memiliki kemampuan literasi digital ialah untuk memberikan kontrol lebih
pada khalayak dalam memaknai pesan yang berlalu-lalang di media digital.
Perbedaan tingkat literasi tentu saja akan berdampak pada perbedaan
kontrol individu dalam proses interpretasi informasi yang ada, terutama
informasi yang beredar di media sosial.
Di satu sisi, media sosial dapat dilihat sebagai satu langkah lebih
dekat dengan demokrasi pada internet, dan menutup kesenjangan digital
antara negara berkembang dan negara maju. Akses pada informasi dan
10. 7
dukungan sosial dapat meningkat. Namun di sisi lain, beberapa kasus
negatif ditemukan dalam ranah kebebasan berpendapat seiring intensnya
penggunaan media sosial di masyarakat. Berdasarkan data dari
Diskominfo Jabar 2012, saluran penyebaran berita hoax sebanyak 92,4%
ditemukan melalui media sosial. Oleh sebab itu, relasi literasi digital
dengan upaya mengatasi kasus hoax perlu lebih banyak digali terutama
pada golongan media sosial dengan kasus hoax terbanyak yaitu jenis
mikroblog (Twitter) dan SNS (Facebook dan Instagram).
. Relasi literasi digital dalam memberantas berita palsu ini terletak
pada peran kemampuan kognitif khalayak dalam proses verifikasi
informasi. Bahkan, pada tingkatan yang lebih tinggi, literasi digital dapat
membantu individu memberikan informasi alternatif atas informasi yang
sudah terkonfirmasi kepalsuannya. Bila kontrol konten media sosial
rasanya sulit dilakukan oleh pemilik media, pemerintah, maupun
kelompok lainnya, literasi digital adalah salah satu solusinya. Dengan
menggalakkan literasi digital, pengendalian diri terhadap penggunaan
media sosial dapat dilakukan secara optimal. Peningkatan literasi digital
sebagai bentuk self control menjadi solusi untuk mencegah kasus
peredaran informasi palsu (hoax) menjadi berulang dan semakin banyak.
Literasi digital dapat menjadi cara yang efektif untuk menanggulangi
informasi palsu (hoax) di era post-truth, dengan mengenalkan tanda- tanda
berita palsu, prosedur verifikasi informasi, hingga menindaklanjuti
informasi yang kiranya masuk kategori hoax.
Untuk menumbuhkan literasi digital pada level individu, kita
bisa melakukan upaya dalam beberapa cara. Pertama, mengembangkan
kesadaran akurat akan paparan informasi dengan memilah sumber yang
kredibel. Kedua, terus memperkaya diri dengan ilmu agar struktur
pengetahuan yang kita bangun menjadi lebih kuat. Ketiga,
membandingkan informasi yang sama dari satu platform media ke media
lainnya agar bisa mendapatkan banyak sudut pandang. Keempat,berkaca
pada opini pribadi atas sebuah isu, apakah opini tersebut sudah cukup
11. 8
rasional dengan segala sumber informasi yang kita punya.
Terakhir,menumbuhkan budaya verifikasi dan aktif mengoreksi
informasi palsu yang beredar. Upaya literasi digital hingga saat ini
merupakan cara terbaik untuk menanggulangi hoaxsebagai salah satu
bentuk kebebasan berpendapat yang tidak bertanggung jawab. Perlu
sosialisasi secara menyeluruh agar dapat tercipta ketahanan sosial,
warganet yang cerdas dan selektif dalam memilih informasi, demi iklim
media sosial yang lebih cepat.
12. 9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Literasi digital mengandung makna yang lebih luas. Literasi digital
tidak hanya berkaitan dengan kemampuan teknis dalam mengoperasikan
alat-alat komunikasi berbentuk digital saja tetapi juga kemampuan
untuk mengelola informasi yang dihasilkan dan diterima dari alat-alat
komunikasi tersebut. Dan pengertian hoax bahasa adalah lelucon, cerita
bohong, kenakalan, olokan, membohongi, menipu, mempermainkan,
memperdaya, dan memperdayakan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia
(KBBI), hoax diterjemahkan menjadi hoaks yang diartikan dengan “berita
bohong”.
Media sosial menjadi satu kekuatan baru dalam proses
berkomunikasi dan bersosialiasai. Media sosial telah membentuk dan
mempengaruhi sikap serta cara berpikir individu dalam menjalani
kehidupan bermasyarakat. Data Kominfo bahwa berita hoaks atau tidak
benar tumbuh subur di media sosial bisa dipengaruhi berbagai hal. Salah
satunya, kebiasaan pengguna media sosial yang ingin sesegera mungkin
menyampaikan informasi kepada khalayak. Celakanya, pengguna media
sosial tidak punya kepekaan mengoreksi kebenaran informasi yang dia
terima. Dari mana asal usulnya dan siapa yang menyampaikan.
Salah satu hal terpenting dalam menghadapi peredaran informasi
palsu (hoax) di era post-truth adalah meningkatkan literasi digital. Tujuan
memiliki kemampuan literasi digital ialah untuk memberikan kontrol lebih
pada khalayak dalam memaknai pesan yang berlalu-lalang di media digital.
B. Saran
Saran kami dalam menghadapi berita hoax yaitu jangan mudah
percaya dahulu, periksa faktanya seperti sumbernya, lihat sumber
pengirimnya, cari informasi yang relevan dan terpercaya, cermati keaslian
dari berita palsu yang disebarkan, dan jangan lupa untuk saring sebelum
sharing.
13. 10
DAFTAR PUSTAKA
Ramayanti, R. (2017). Peranan Literasi Media Digital Dalam Mencegah
Penyebaran Hoaks. Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 1. 4-5.
Bahr, S. (2021). Literasi Digital Menangkal Hoaks COVID-19 di Media
Sosial. Jurnal Ilmu Komunikasi, 10(1), 21-22.
Sabrina, AR. Literasi Digital Sebagai Upaya Preventif Menanggulangi Hoax.
Jurnal of Communicatuion Studies. 5(2), 41-42.