Dokumen tersebut membahas konsep 'Multisektoral Rencana Aksi Nasional Resistensi Antimikroba 2020-2024' yang mengambil pendekatan 'One Health' untuk menangani masalah resistensi antimikroba secara holistik dan multi-sektoral. Dokumen tersebut juga membahas strategi global dan regional serta kerangka kerja yang relevan seperti Global Action Plan, resolusi WHO, FAO, OIE, dan Codex Alimentarius.
Konsep Multisektor Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba 2020-2024 - Kementerian Kesehatan, 9 April 2019
1. Konsep ‘Multisektoral
Rencana Aksi Nasional
Resistensi Antimikroba
2020-2024’
The Writing Team
Center for Indonesian Veterinary
Analytical Studies (CIVAS)
Rapat Persiapan Penyusunan Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba
Kementerian Kesehatan – 9 April 2019
2. • Salah satu ancaman terbesar
kesehatan masyarakat dan risiko
keamanan utama kesehatan global
• Mempengaruhi manusia, hewan,
pertanian, dan lingkungan
Resistensi antimikroba (AMR)
Morbiditas dan mortalitas berkepanjangan
Dampak fisiologis dan finansial
Sistim kesehatan terbebani
Kehilangan produktivitas
Penurunan produksi pangan dan pangan
yang tidak aman
Potensi dampak ke depan terhadap
perjalanan, migrasi, perdagangan dan
pariwisata
KonsekuensidariAMR
Sumber: Joshi – USAID (2017). The
Antimicrobial Resistance Challenge: No
Room for Complacency.
3. Masalah Global yang terus menjadi perhatian
Dampak kematian & ekonomi
• Pada 2050, menyebabkan
10 juta meninggal/tahun
• 2-3,5 persen reduksi GDP
• Total kerugian dunia sampai
$100 triliun
Kematian disebabkan AMR setiap
tahun di 2050
Sumber: J. O'Neil, 2014. Antimicrobial Resistance:
Tackling a crisis for the health and wealth of nations.
4. Kematian disebabkan AMR sampai 2050
Tetanus
60.000
Kecelakaan
lalu lintas di
jalan
1,2 juta
Tetanus 60.000
Campak
130.000
Penyakit
diarrhea
1,4 juta
Tetanus
60.000
Diabetes
1,5 juta
Cholera
100.000-
120.000
Cancer
8,2 juta
AMR di 2050
10 juta
AMR saat ini
700.00
(estimasi
rendah)
Sumber: J. O'Neil, 2014.
Antimicrobial Resistance:
Tackling a crisis for the health
and wealth of nations.
6. • Penggunaan antibiotik yang ekstensif
➢ pengobatan sendiri, peresepan
berlebih, kesalahan advis/peresepan,
penggunaan yang luas dari antibiotik
broad-spectrum, penggunaan
profilaktik..…
• Penggunaan yang tidak tepat
➢ ketidakpatuhan, ketidaktahuan, akses
yang tidak bisa diandalkan terhadap
pengobatan, obat-obatan yang tidak
aman, aspek finansial…
• Penggunaan antibiotik dan obat-
obatan antimikroba di peternakan,
kedokteran hewan dan pertanian –
resistensi di lingkungan.
Pemicu utama AMR
Perawatan
kesehatan
Pertanian
Peternakan/
Kedokteran hewan
8. Global Health Security Agenda
• Kemitraan dari lebih 50 negara, organisasi internasional, dan stakeholder
non-pemerintah.
• Tujuan untuk membangun kapasitas negara-negara dalam menciptakan
suatu dunia yang aman dari ancaman penyakit, termasuk AMR.
PaketaksiAMRGHSA:
Dukungan kerja oleh
WHO/FAO/OIE melalui
pendekatan One Health
Pengembangan/implementasi NAP
on AMR
Penguatan surveilans dan
kapasitas laboratorium
Perbaikan konservasi dari
pengobatan saat ini dan ke depan
Pengembangan antibiotik baru dan
teknologi lainnya
Diukur dengan:
# NAP yang disetujui dan
diimplementasikan di tingkat negara
Pelaporan tahunan mengenai
kemajuan pelaksanaan
# negara yang berpartisipasi dalam
kerangka ‘twining’
9. • ‘Global Action Plan on Antimicrobial
Resistance’ disahkan pada pertemuan ‘68th
World Health Assembly’ pada bulan Mei
2015 (Resolusi 68.7), untuk menangani
resistensi antimikroba, termasuk resistensi
antibiotik, obat yang kecenderungannya
mengalami resistensi paling mendesak.
• Sasaran ‘global action plan’ (GAP) adalah
untuk memastikan, sepanjang
memungkinkan, kelanjutan keberhasilan
pengobatan dan pencegahan terhadap
penyakit-penyakit infeksius dengan obat-
obatan yang efektif dan aman yang telah
dijamin kualitasnya, digunakan secara
bertanggung jawab, dan terjangkau oleh
semua yang memerlukannya.
Global Action Plan (GAP)
https://www.who.int/antimicrobial-
resistance/global-action-plan/en/
10. • ‘High-level meeting of the United Nation (UN)’ menyetujui suatu
dokumen yang berdasarkan pada empat area yang lebih luas:
a) pengakuan dan persetujuan terhadap GAP sebagai ‘cetak biru’ primer
dari perencanaan nasional;
b) suatu panggilan kepada Pemerintahan untuk memungkinkan dan
memfasilitasi suatu pendekatan mutisektoral terhadap AMR;
c) Suatu panggilan kepada Pemerintahan, bank-bank pembangunan
utama dan kelembagaan-kelembagaan teknis dan mitranya untuk
menyediakan sumberdaya yang diperlukan oleh negara-negara untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan rencana-rencana
nasional dan sub-nasional; dan
d) Pembentukan suatu mekanisme monitoring multi-sektoral untuk
mengkaji ulang dan menilai kemajuan dalam implementasi GAP dan
tingkat dan kecenderungan AMR.
11. • Isu AMR juga terkait dengan:
– SDG 1 (akhiri kemiskinan)
– SDG 2 (ketahanan pangan,
pertanian berkelanjutan)
– SDG 6 (air dan sanitasi)
– SDG 8 (pertumbuhan
ekonomi berkelanjutan)
AMR – Suatu tantangan terhadap jalannya
Sustainable Development Goals (SDGs)
Sumber: WHO, OIE, FAO. Antimicrobial resistance (AMR).
http://www.who.int/antimicrobial-resistance/policy-package-july2016.pdf?ua=1
Development dialogue paper, No.16 , April 2016
http://www.daghammarskjold.se/wp-content/uploads/2016/04/dd-paper_no16_ABR_web.pdf
AMR mengancam kemajuan
SDG 3 (kesehatan)
12. AMR – Suatu tantangan terhadap jalannya
Universal Health Coverage (UHC)
Membuat antimikroba line ke-1 dan ke-2 tidak efektif,
berdampak pada rantai suplai, akses dan efikasi
Sulit mengalihkan sumberdaya langka, berdampak
pada rantai suplai & keterjangkauan sistim kesehatan
Sangat mahal untuk mengobati, menyebabkan isu
kesanggupan dan kesulitan finansial bagi pasien
Membuat pengobatan sulit dan komplek, berdampak
pada kualitas dan efektivitas pelayanan
CONTOH:
Pengobatan MDR-TB:
• Sampai 200 kali
lebih mahal
• Lebih banyak efek
samping
• Tingkat pengobatan
lebih rendah (<50%)
• Lama pengobatan
20 bulan atau lebih
Sumber: Joshi MP. 2016. Containing Antimicrobial Resistance to Realize the Goals
of Universal Health Coverage. http://siapsprogram.org/publication/containing-
antimicrobial-resistance-to-realize-the-goals-of-universal-health-coverage/
13. Area kunci – Global Action Plan
1. Peningkatan
pengetahuan &
pemahaman
tentang AMR
2. Penguatan
pengetahuan
dan kajian
berdasarkan
bukti
3. Pengurangan
insidensi infeksi
melalui
efektivitas
higiene dan
tindakan PPI
4. Optimasi
penggunaan
antimikroba pada
kesehatan
hewan dan
manusia
5. Pastikan
investasi
berkelanjutan
melalui penelitian
& pengembangan
Komunikasi
Risiko
Pendidikan
Surveilans
Nasional
AMR
Peningkatan
kapasitas
laboratorium
Penelitian dan
Pengembangan
PPI di fasiltas
perawatan
kesehatan
Pencegahan
di tingkat
masyarakat
Kesehatan
Hewan:
Pencegahan dan
Pengendalian
Akses
terhadap
antimikroba
berkualitas
dan sistim
regulasi
Penggunaan
di Veteriner
dan Pertanian
Pengukuran
beban AMR
Evaluasi
investasi yang
diperlukan
Kembangkan
prosedur
partisipasi
14. • “Global Action Plan” (GAP) mengamanatkan bagi setiap
negara untuk mengembangkan ‘national action plans’ (NAP).
National Action Plan (NAP)
Amanat tersebut mendesak “setiap Negara Anggota […]
untuk memiliki suatu draf NAP mengenai AMR, dalam
waktu 2 tahun, yang disetujui oleh Health Assembly, dan
NAP tersebut sejalan dengan the GAP. […] NAP harus
menyediakan dasar-dasar untuk penilaian sumberdaya
yang diperlukan, dengan mempertimbangkan prioritas
nasional dan regional, dan penanganan tata pemerintahan
nasional dan lokal yang relevan”.
Sumber: World Health Organization - WHO. Global Action Plan on Antimicrobial Resistance
[Internet]. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 2015 [cited 2016 Jan 11]. Available from:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/193736/1/9789241509763_eng.pdf?ua=1
15. • Resolusi No. 26: “Perangi AMR dan Promosikan Penggunaan
Agen Antimikroba yang bijak pada Hewan”
▪ Negara-negara Anggota OIE mengikuti panduan ‘WHO Global
Action Plan (GAP) on AMR’, dikembangkan dengan dukungan
OIE dalam spirit pendekatan “One Health”, khususnya dalam
mengembangkan National Action Plan (NAP)…
▪ OIE mengembangkan suatu prosedur dan standar untuk kualitas
data untuk pengumpulan data per tahun dari Negara-negara
Anggota OIE dalam penggunaan agen antimikroba pada hewan
produksi pangan dengan tujuan menciptakan suatu global
database OIE...
• Resolusi No. 36: “Perangi AMR melalui Pendekatan One Health:
Aksi-aksi dan Strategi OIE”
▪ Aksi-aksi OIE yang dikompilasi dalam ‘OIE Strategy on AMR’
termasuk pengembangan dan manajemen suatu database untuk
pengumpulan data dan penggunaan agen antimikroba pada
hewan dan juga pengembangan interpretasi indikator-indikator.
Resolusi OIE No. 26 (2015) & No. 36 (2016)
16. Resolusi FAO No. 4 (2015)
Resolusi No. 4 (2015)
• Resolusi mengenai AMR ini diadopsi pada Konferensi FAO
ke-39 pada bulan Juni 2015, dimana FAO mengakui bahwa
AMR merupakan ancaman serius yang meningkat terhadap
kesehatan masyarakat dan produksi pangan berkelanjutan,
dan diperlukan suatu respon efektf yang melibatkan semua
sektor di pemerintahan dan masyarakat.
• Resolusi secara kuat mendukung kerja FAO yang
berkelanjutan untuk menilai bukti-bukti resistensi antimikroba
pada sistim pangan dan pertanian, identifikasi gap
pengetahuan dan memberikan rekomendasi-rekomendasi
untuk memerangi AMR secara efektif.
• Resolusi menyatakan lebih lanjut bahwa FAO secara aktif
mendukung dan menyediakan penguatan kapasitas yang
tepat di area-area yang dapat memerangi AMR dan
mendukung implementasi GAP on AMR.
http://www.fao.org/antimicrobial-resistance/en/
17. • Sesi Codex Alimentarius Commission
ke-39 (Juni 2016)
• Publikasi spesial ini dipersiapkan untuk
mendukung GAP on AMR yang
dikembangkan oleh WHO bekerja sama
dengan FAO dan OIE.
• Teks utama:
– Code of Practice to Minimize and
Contain Antimicrobial Resistance
(CAC/RCP 61-2005)
– Guidelines for Risk Analysis of
Foodborne Antimicrobial Resistance
(CAC/GL 77-2011)
Codex Alimentarius
Sumber: Antimicrobial Resistance: A One Health Challenge for Joint Action. Lubroth J. FAO (2016).
18. Pelaporan ke ‘Session of the United Nations’ ke-73 – Juni 2019
• Kegiatan pemetaan terhadap ‘Global Action Plan for Tripartite’,
‘UN agencies’ lain, dan stakeholder masyarakat yang lebih luas
(LSM, sektor swasta)
• Monitoring kerangka untuk GAP dan NAPs
• Sistim manajemen stakeholder dalam menyediakan saluran
untuk diseminasi informasi dan koordinasi kegiatan
• Advokasi efektif untuk menahan kesadaran tentang AMR di
tingkat politik internasional dan nasional yang paling tinggi
19. Pesan kunci
• Di banyak negara, tantangan paling besar adalah bukan dalam menulis suatu NA,
tetapi mengimplementasikannya dan mendemonstrasikan aksi yang berkelanjutan.
• Lima faktor utama yang membuat NAP menjadi suatu tantangan di banyak
negara: kesadaran dan kemauan politik, keuangan, koordinasi, monitoring dan
data, serta kapasitas teknis.
• Aksi AMR cenderung untuk diperpanjang dan dipertahankan jika diarusutamakan
ke dalam proyek-proyek kesehatan, pertanian dan lingkungan yang lebih luas.
• Dalam jangka panjang, mengarusutamakan AMR berarti pemerintah harus
mengimplementasikan sumberdaya dari NAP, mengembangkannya ke dalam
anggaran nasional dan lokal, dan siklus perencanaan untuk memastikan
keberlanjutan.
• Menempatkan sumberdaya untuk menghentikan AMR saat ini adalah satu dari
investasi yang memberikan hasil tertinggi yang dapat dibuat oleh negara-negara.
• Peningkatan kerjasama regional dapat memperbaiki efisiensi dan efektivitas
implementasi NAP dan adalah esensial untuk memastikan bahwa ada kekurangan
dalam aksi di satu area tidak akan merusak kemajuan di lainnya.
24. • Indonesia mengadopsi ‘National Action
Plan on Antimicrobial Resistance’ (NAP
AMR) pada bulan Mei 2017.
• Proses dimulai pada Desember 2016,
berdasarkan analisis situasi pada Mei
2016, yang disusun oleh WHO bersama
dengan Antimicrobial Resistance Control
Committee (ARCC), yang menyediakan
suatu ikhtisar dari situasi resistensi
antimikroba, dan gap kapasitas negara.
• Bantuan teknis diberikan oleh WHO
Indonesia dan kantor regional dan
konsultan independen, melalui suatu seri
dialog yang melibatkan stakeholder kunci
dari Kementerian Kesehatan.
NAP Indonesia
http://www.searo.who.int/entity/antimicrobial_resistance/documents/amr-ino-jee.pdf?ua=1
25. Area kunci – National Action Plan
1. Peningkatan
kesadaran
tentang AMR &
perubahan
kebiasaan
masyarakat
2. Pelaksanaan
surveilans
berbasis bukti
3. Program
hygiene dan
sanitasi dan PPI
4. Peningkatan
penggunaan
antimikroba dan
menekan
percepatan
perkembangan
AMR
5. Penekanan
kebutuhan
investasi
berkelanjutan
(pengobatan,
metoda
diagnostik,
vaksin)
Komunikasi
Pendidikan
dan
pelatihan
Surveilans
AMR
Nasional
sistem
surveilans
multisenter
nasional
Peningkatan
kemampuan
laboratorium
PPI di
fasiltas RS,
peternakan,
perikanan
dan rantai
pangan
Penurunan
perkemba-
ngan dan
penyebaran
di komunitas
Penyusunan
kebijakan dan
pedoman
nasional
Penguatan
regulasi
surveilans
pasca pasar
Melibatkan
sektor swasta
Penurunan
HAI
Monitoring
AMR di tingkat
nasional
26. • Belum ada data AMR di
Indonesia berdasarkan
studi yang dilakukan oleh
rumah sakit maupun
universitas; dan
• Belum ada jejaring
laboratorium nasional yang
dibentuk untuk dapat
menyediakan data nasional
yang representatif.
Data tentang situasi AMR masih
sedikit di Indonesia
• Prevalensi resistensi tetrasiklin terhadap
Streptococcus pneumoniae 46% di Jakarta
(2001).
• Prevalensi resistensi kotrimoksasol terhadap
Streptococcus pneumoniae sebesar 45% dan
resistensi penicillin 24% di Semarang tahun
2010.
• Isolat E coli dari pasien diarwat di RS minimal
5 hari, meningkat cukup tinggi dibanding saat
masuk, yakni terhadap ampisilin (73%),
kotrimoksasol (56%), dan siprofloksasin
(22%).
• Angka E. coli penghasil ESBL cukup tinggi
(71%) dan Klebsiella penghasil ESBL (64%);
lebih dari seperempat sampel yang juga positif
MRSA (28%).
• Resistensi karbapenem yang tinggi pada
Enterobacteriaceae, yaitu 6%.
Sumber: Rencana Aksi Nasional
Pengendalian Resistensi Antimikroba
Indonesia Tahun 2017-2019.
28. Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Tidak ada NAP NAP sedang
dikembangkan
NAP sudah
dikembangkan
NAP disetujui oleh
pemerintah yang
merefleksikan tujuan GAP,
dengan Rencana
Operasional dan
Pengaturan Manajemen
NAP telah mengidentifikasi
sumber anggaran, sedang
diimplementasikan dan
melibatkan sektor-sektor yang
relevan dengan suatu proses
M&E yang sedang berjalan
Monitoring perkembangan global
dalam penanganan AMR
• Indonesia dikategorikan ke dalam
level 4 pada tahun 2017, artinya
tersedia Rencana Operasional dan
Pengaturan Manajemen
30. • Bangun mekanisme di pemerintahan
– bentuk kelompok kerja koordinasi multisektoral (KKM) yang
fungsional
– bentuk kelompok kerja teknis (KKT) sesuai kebutuhan
– pastikan partisipasi dari ‘focal points on AMR’ nasional dari
sektor kesehatan manusia dan hewan dan sektor pertanian
• Lakukan analisis situasi
– pengumpulan data and informasi yang tersedia
– analisis data
– akses kapasitas dan identifikasi gap, kesempatan dan ancaman
• Perencanaan
– tentukan prioritas strategis
– elaborasi suatu rencana operasional dan anggaran
– siapkan suatu rencana untuk monitoring dan evaluasi (M&E).
• Inisiasi implementasi
– sampaikan dokumen inti untuk divalidasi oleh otoritas nasional
yang sesuai
– lakukan kegiatan
• Lakukan kaji ulang secara periodik, dan gabungkan
dengan pembelajaran
Proses untuk pengembangan dan
implementasi NAP
https://apps.who.int/iris/bitstream/han
dle/10665/204470/9789241549530_e
ng.pdf?sequence=1&isAllowed=y
31. • Kegiatan terkait AMR yang sedang berjalan dan struktur di negara tersebut;
• Kapasitas dan struktur untuk melakukan AMU dan AMR;
• Tingkat yang diketahui, seperti: beban AMR, resistensi terhadap obat-obatan
antiretroviral, MDR tuberculosis;
• Persepsi dan perilaku terkait dengan pemicu timbulnya AMR;
• Penggunaan antimikroba pada kesehatan manusia, kesehatan hewan, produksi
hewan, produksi dan kesehatan tumbuhan, situasi lingkungan, dan situasi lainnya;
• Ketersediaan alternatif untuk antimikroba, termasuk vaksin dan lainnya;
• Status dari faktor-faktor yang diketahui mempromosikan timbulnya AMR;
• Kapasitas negara saat ini dalam meregulasi dan menerapkan regulasi
penggunaan antimikroba, termasuk untuk infeksi HIV, tuberculosis, malaria, di
kedokteran hewan dan di produksi tanaman;
• Keberadaan dan penerapan kebijakan dan kerangka legal penggunaan dan
resistensi terhadap agen antimikroba di kesehatan manusia, kesehatan hewan,
produksi tanaman, lingkungan, perdagangan dan niaga;
• Stakeholder yang relevan, termasuk donor aktif dan mitra implementasi.
Pedoman data/informasi untuk
Analisis situasi
Sumber: Antimicrobial Resistance. A Manual for developing national action plans
32. 1. Peningkatan pengetahuan dan
kesadaran tentang AMR
2. Pencegahan dan pengendalian
infeksi (IPC)
3. Surveilans resistensi antibiotik
4. Monitor konsumsi antibiotik
5. Penggunaan antibiotik yang
rasional
6. Akses terhadap antibiotik
7. Pertimbangan lingkungan
Elemen NAP
https://www.reactgroup.org/toolbox/policy/elements-of-a-national-action-plan/
33. Ringkasan Eksekutif
1. Latar Belakang
1.1. Pengaturan konteks AMR: Dari Rencana Aksi Global ke Nasional
1.2. Analisis dan penilaian situasi AMR
1.3. Koheren AMR dengan Kebijakan Nasional
2. Sasaran, Tujuan dan Prinsip-prinsip Panduan
3. Rencana Aksi Nasional 2020-2024
3.1. Tata pemerintahan
3.2. Rencana Strategis
3.3. Rencana Operasional dan Anggaran
3.4. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Referensi
Lampiran
DRAF SISTEMATIKA NAP AMR INDONESIA
Sumber: SAMPLE TEMPLATE National action plan on antimicrobial
resistance . https://www.who.int/antimicrobial-resistance/national-
action-plans/sample-template.pdf?ua=1
34. GAP tujuan strategis 1: Peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang AMR melalui
komunikasi, edukasi dan training.
Peningkatan kesadaran dan Komunikasi risiko
Tujuan 1 Peningkatan Kesadaran Nasional AMR
Intervensi strategi Kegiatan
1.1. Kembangkan program
komunikasi publik berbasis bukti
dengan target audiens di praktik
kesehatan manusia.
Target: Januari 2017
1.1.1. Estimasi kesadaran dan pengetahuan
melalui studi perilaku di kelompok-kelompok
sosial dan profesional yang berbeda.
1.1.2. …
1.1.3. …
1.2. … 1.2.1. …
Edukasi
Tujuan 2 Perbaikan pengetahuan AMR dan topik-topik terkait
Intervensi strategi Kegiatan
2.1. Masukkan AMR dan topik-topik
terkait sebagai suatu komponen inti
dari edukasi, training dan sertifikasi
dan pengembangan profesional.
Target; Program edukasi direvisi dan
disetujui Juni 2017
2.1.1. Masukkan AMR dan topik-topik terkait
dalam kurikulum mahasiswa untuk profesional
kesehatan manusia, kesehatan hewan dan
industri pangan, dan pertanian.
2.1.2. …
2.1.3. …
2.2. … 2.2.1. …
Tujuan 3 ….
RencanaStrategis2020-2024
Sumber: Sample template. National action plans on antimicrobial resistance.
35. Rencana Operasional dan Anggaran
Sub-kegiatan Unit Jumlah Waktu Lokasi Entitas
bertanggung
jawab
Biaya Sumber
anggaran
Indikator
Intervensi strategi 1.1. Kembangkan program komunikasi publik berbasis bukti dengan target audiens di praktik
kesehatan manusia.
Kegiatan 1.1.1. Estimasi kesadaran dan pengetahuan melalui studi perilaku di kelompok-kelompok sosial dan
profesional yang berbeda.
Sub-kegiatan
1.1.1.1
Pengukuan
kesadaran
masyarakat AMR
pada tenaga
perawatan
kesehatan di
sector
pemerintah
Survei
kesadaran
2 Maret
2016 –
Maret
2018
Seluruh
wilayah
negara
Departemen
Ilmu Perilaku
dan Sosial,
Sekolah
Kesehatan
Masyarakat
Nasional
50,000 Kemenkes Kesadaran
dasar
Post
intervensi
Kegiatan 1.1.1.2. …. …. …. …. …. …. … …
Sumber: WHO. Sample template. National action plans on antimicrobial resistance.
36. • Global AMR Surveillance System
(GLASS)
• Global Database for Antimicrobial
Resistance Country Self Assessment
(https://amrcountryprogress.org/)
• OIE Annual Report on antimicrobial
agents intended for use in animals
(2016, 2017, 2018)
• FAO Assessment Tool for Laboratories
and AMR Surveillance Systems
(ATLASS)
Alat untuk seleksi indikator AMR
Sumber: Monitoring and and Evaluation of National Action Plans on AMR (2017)
37. Rencana Monitoring & Evaluasi
Perencanaan
Baseline
Input
Sumberdaya
dasar
Proses
Kegiatan
Output
Hasil di tingkat
program
Outcome
Hasil di tingkat
populasi
Dampak dan
sasaran
Dampak akhir
jangka panjang
Tujuan strategis 1 Penyiapan
program
komunikasi
dengan target
orang-orang di
praktik pangan.
Pembiayaan
untuk
mengembangkan
kit media AMR.
Partisipasi dalam
‘global antibiotic
awareness week’.
Kemitraan dengan
asosiasi
profesional, swsta
medikal, dan
kelompok
veteriner untuk
menangani AMR.
Proporsi tenaga
kerja dokter dan
dokter hewan di
sektor
pemerintah dan
swasta yang
telah menerima
edukasi AMR.
Tingkat
kesadaran
AMR di
populasi target.
Proporsi yang
diobati dengan
anitiobik yang
telah mengikuti
seluruh
pelajaran.
Akses diagnostik
dan pengobatan
di sektor
pemerintah dan
swasta.
Resistensi
penicillin
terhadap
Streptococcus
pneumoniae.
Tingkat ESBL
pada produksi
unggas.
Tujuan strategis 2 …… …… …… ……
Tujuan strategis 3 …… …… …… ……
Sumber: WHO. Sample conceptual monitoring and evaluation framework for national action plans on AMR.
38. • Pertemuan komisi dan kelompok kerja – sewa lokasi, makanan untuk
partisipan, akomodasi dan logistik perjalanan.
• Dukungan fasilitator dalam bentuk staf kementerian atau personil
konsultan eksternal untuk kegiatan spesifik atau kelompok kerja dan
fungsi.
• Biaya untuk tenaga ahli yang terlibat dalam Kelompok Kerja AMR atau
komisi sebagai akademisi atau dari dalam kementerian.
• Media dan biaya printing – penggunaan staf pemasaran yang
professional, pencetakan poster, posters, leaflets dan brochures
mengenai kesadaran AMR. Kampanye ini juga harus mencakup release
media, radio slots dan iklan atau billboards besar dan slot program TV.
• Analisis situasi dan studi yang diperlukan untuk memahami isu AMR
sebelum kegiatan dapat diimplementasikan – misalnya program
peningkatan kesadaran masyarakat atau PII ata praktik biosekuriti atau
status pelayanan laboratorium.
Penghitungan pengeluaran untuk
kegiatan AMR dalam NAP
https://www.reactgroup.org/news-and-views/news-and-opinions/year-2018/costing-national-action-plans-
on-amr-practical-suggestions-for-simplifying-the-process/
39. Proses pengembangan NAP
Tahapan kerja Workshop Waktu
1. Presentasi konsep dan sistematika NAP
2. Penyusunan ‘resources material’ NAP
3. Penyusunan daftar legislasi dan regulasi terkait AMR
4. Pengumpulan data/informasi untuk analisis situasi
5. Pengembangan metoda evaluasi NAP 2017-2019
2x Mei-April
1. Penetapan data baseline NAP 2020-2024
2. Penyusunan draf analisis dan penilaian situasi
3. Pengumpulan data/informasi untuk Rencana Strategis
(tujuan, intervensi strategi, kegiatan dan sub-kegiatan)
4. Penyusunan draf-1 NAP (matriks Rencana Strategis)
1x April-Mei
1. Penyelarasan dengan RPMJN 2020-2024
2. Penyusunan draf-2 NAP (matriks Rencana Strategis dan
draf-1 matriks Rencana Operasional dan Anggaran)
2x Juni-Juli
1. Penyusunan draf-3 NAP (termasuk draf-2 Rencana
Operasional dan Anggaran dan Rencana M&E)
Agustus
1. Penyusunan draf-4 NAP (finalisasi rencana M&E)
2. Penyusunan draf final NAP 2020-2024
2x Sept