Dokumen tersebut membahas tentang konsep Merdeka Belajar dan peran guru dalam menerapkannya. Ada 3 poin utama dari dokumen tersebut:
1) Guru harus mampu memahami karakteristik setiap murid dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang fleksibel dan inovatif sesuai konsep Merdeka Belajar.
2) Pendidikan seharusnya dapat memenuhi kebutuhan lahir dan batin murid agar mereka dapat mencapai ke
5. Sekolah dan pendidikan merupakan bekal
untuk murid kita mengisi masa depan.
Guru harus mampu mewujudkan dan
mengembangkan 3 (tiga) aspek dalam diri
anak:
Daya Cipta (Kognitif)
Daya Rasa (Afektif)
Daya Karsa (Konatif)
3 (tiga) aspek tersebut dapat memberikan
Pendidikan menyeluruh untuk menjadi
manusia seutuhnya.
• Mewariskan nilai dan
budaya masyarakat yang
relevan dengan masa kini.
• Mengembangkan sesuatu
yang dibutuhkan saat ini
dan masa depan.
• Menilai dan memilih
sesuatu yang relevan atau
kontekstual sebagai kontrol
sosial.
Manusia memilki dua kebutuhan
dasar yaitu kebutuhan lahir dan
batin. Pendidikan seyogyanya
dapat memenuhi kebutuhan
tersebut.
Dibutuhkan peran guru dalam
memenuhi kebutuhan lahir dan
batin murid mencapai selamat
dan bahagia.
Sudahkah?
6. Tidak ada individu yang sama dan zaman selalu bergerak dinamis. Hampir setiap kita menyadari kedua hal tersebut.
Menyadari keunikan setiap dan semua murid merupakan satu hal. Bagaimana penerapan kelas yang memfasilitasi setiap
kodrat individu merupakan hal lainnya. Pendidikan seyogyanya bukan sesuatu yang rigid dan pakem. Penyesuaian sesuai
konteks merupakan pendekatan yang perlu kita usahakan setiap waktunya sebagai pendidik.
Kodrat keadaan terdiri dari 2 hal, yaitu:
1. Kodrat Alam
Merupakan bagian dari dasar Pendidikan murid
yang berkaitan dengan sifat dan bentuk
lingkungan dimana mereka berada.
2. Kodrat Zaman
Merupakan bagian dari dasar Pendidikan murid
yang berkaitan dengan isi dan irama.
Kodrat keadaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
dasar Pendidikan murid.
Pendidikan bergerak dinamis menyesuaikan keadaan yang terus
bergerak begitu cepat. Sebagai guru perlu mengantisipasi dan
membaca arah perubahan tersebut.
Asas Trikon dianggap menjadi jawaban yang tepat menuju pembelajaran yang
berpihak kepada murid. Dengan Trikon (kontinyu, konvergen dan konsentris) guru
dapat merancang pembelajaran yang berkelanjutan, terbuka dan berdasarkan
kebudayaan bangsa
7. Kecerdasan berpikir murid harus dapat mengembangkan budi pekerti atau watak
murid yang tidak hanya dibentuk di sekolah, tetapi dalam keluarga dan
lingkungannya.
Teori Tabularasa – Kodrat anak ibarat kertas kosong yang
dapat diisi dan ditulis oleh pendidik dengan pengetahuan dan
wawasan yang diinginkan pendidik
Teori Negatif – Kodrat anak ibarat kertas yang sudah terisi
penuh dengan berbagai macam coretan dan tulisan.
Budi pekerti (watak) merupakan hasil dari bersatunya gerak
pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan, sehingga
menimbulkan suatu tenaga.
8. Mewujudkan fungsi pendidikan dimana guru tidak hanya mengajarkan
materi pelajaran, tetapi mendorong murid untuk menemukan pemahaman
bermakna yang relevan dengan kehidupannya untuk membantu murid
mencapai “Selamat dan Bahagia”.
Memberikan contoh tentang baik dan buruk tanpa harus mengambil hak murid
agar bisa tumbuh dan berkembang dalam suasana batin yang mwerdeka sesuai
dengan dasarnya.
Menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Kompetensi abad 21 menjadi kompetensi yang perlu dimiliki murid untuk
menghadapi tantanga-tantangan ke depan. Untuk mencapai itu,
pendidikan yang memerdekakan murid menjadi salah satu cara, murid
merdeka dalam belajar, menggali keingintahuannya dengan bimbingan
guru. Guru harus memahami bagiamana murid merdeka belajar untuk
mencapai kpmptensi abad 21.
9.
10. Pendidikan bertujuan untuk menuntun
segala kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
Ki Hajar Dewantara