Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg. Dokumen ini membahas definisi, patofisiologi, etiologi, faktor risiko, gejala klinis, dan manajemen terapi hipertensi."
4. DEFINISI
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah peningkatan tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik
>90 mmHg pada dua kali pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/ tenang
(Kemenkes, 2018).
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu
hipertensi primer yang tidak diketahui sebabnya atau idiopatik dan hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Susalit, 2001).
5. Berdasarkan pengukuran TDS dan TDD di klinik, pasien digolongkan
menjadi sesuai dengan tabel berikut:
KATEGORI TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal <130 dan 85
Normal-tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi derajat 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi derajat 2 >160 dan/atau >100
TDS=tekanan darah sistolik; TDD=tekanan darah diastolik.
Dikutip dari 2020 International Society of Hypertension Global
Hypertension Practice Guidelines.
7. hasil data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) pada tahun 2018 menunjukkan
angka prevalensi hipertensi pada penduduk > 18 tahun berdasarkan
pengukuran secara nasional sebesar 34,11%.
9. Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh
Angiotensin I Converting Enzyme (ACE) yang memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya hormone renin akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II (Sylvestris, 2014).
Selama angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua pengaruh utama yang dapat
meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh pertama yaitu vasokonstriksi, timbul dengan cepat. Cara kedua
dimana angiotensin II meningkatkan tekanan arteri adalah dengan bekerja pada ginjal untuk menurunkan
ekskresi garam dan air.
Aldosteron yang disekresikan oleh sel-sel zona glomerulosa pada korteks adrenal. Mekanisme dimana
aldosterone meningkatkan reabsorpsi natrium sementara pada saat yang sama meningkatkan sekresi
kalium adalah merangsang pompa natrium kalium ATPase pada sisi basolateral dari membran tubulus
koligentes kortikalis. Aldosteron juga meningkatkan permeabilitas natrium pada sisi luminal membran.
(John E. Hall, 1997)
PATOFIOLOGI HIPERTENSI
12. ETIOLOGI HIPERTENSI
Hipertensi esensial merupakan jenis
hipertensi yang paling banyak terjadi.
Penyebab hipertensi esensial tidak
diketahui atau idiopatik.
Hipertensi Primer Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi
yang penyebabnya diketahui. Hipertensi
sekunder meliputi sekitar 5–10% kasus
hipertensi.
13. HIPERTENSI SEKUNDER
Hipertensi sekunder didapatkan pada sekitar 5% populasi hipertensi.
•Penyebab hipertensi sekunder meliputi:
Penyakit ginjal (parenkimal2-3%, renovaskular1-2%), endokrin 0,3-1% (aldosteronisme
primer, feokromositoma, sindrom Cushing, akromegali),
vascular (koarktasio aorta,aortoarteritis non-spesifik),
obat-obat 0,5% (kontrasepsioral, NSAID, steroid, siklosporin)
dan Iain-lain 0,5%
15. Faktor Resiko
Menurut (Elsanti, 2009), faktor risiko yang mempengaruhi
hipertensi yaitu :
Tidak Dapat Dikontrol Dapat Dikontrol
1. Jenis Kelamin 1. Obesitas
2. Umur 2. Kurang Olahraga
3. Faktor Genetik atau Keturunan 3. Kebiasaan Merokok
4. Mengkonsumsi Garam Berlebih
5. Minum Alkohol
6. Stres
17. Penyakit hipertensi dikenal sebagai the silent killer atau
pembunuh secara diam-diam karena jarang memiliki gejala
yang jelas, sehingga penderita tidak mengetahui dirnya
menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi
komplikasi (Kemenkes, 2018).
20. GEJALA KLINIS (lazim terjadi)
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan, tengkuk terasa pegal.
21. GEJALA KLINIS (pada kasus tertentu)
Penglihatan kabur Akibat kerusakan retina akibat hipertensi
Ayunan langkah yang
tidak mantap
Karena kerusakan susunan saraf pusat.
Nokturia Karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus
Edema dependen dan
pembengkakan
Karena peningkatan tekanan kapiler
23. MANAJEMEN TERAPI HIPERTENSI
Usaha untuk mengurangi faktor
risikoterjadinya peningkatan
tekanan darah, tanpa
menggunakan obat-obatan.
Intervensi Pola Hidup Inisiasi Obat
Penatalaksanaan hipertensi dengan
obat-obatan
Prinsip manajemen terapi adalah menurunkan tekanan darah sampai normal, atau sampai
level paling rendah yang masih dapat ditoleransi oleh penderita dan mencegah komplikasi
yang mungkin timbul
24. Diet rendah natrium Diet rendah lemak
Hindari Alkohol Menurunkan berat badan
Intevensi Pola Hidup
Tidak merokok
Olahraga
25. Inisiasi Obat
Lima golongan obat antihipertensi utama yang
rutin direkomendasikan yaitu:
• ACEi
• ARB
• beta bloker
• CCB
• diuretik.
26. Pemilihan Obat Terapi Hipertensi
1. Inisiasi pengobatan pada sebagian besar pasien dengan kombinasi dua obat.
2. Kombinasi dua obat yang sering digunakan adalah RAS blocker (Renin-angiotensin
system blocker), yakni ACEi atau ARB, dengan CCB atau diuretic
3. Kombinasi beta bloker dengan diuretik ataupun obat golongan lain dianjurkan bila
ada indikasi spesifik, misalnya angina, pasca IMA, gagal jantung dan untuk kontrol
denyut jantung
4. Pertimbangkan monoterapi bagi pasien hipertensi derajat 1 dengan risiko rendah
(TDS <150mmHg), pasien dengan tekanan darah normal-tinggi dan berisiko sangat
tinggi, pasien usia sangat lanjut (≥80 tahun) atau ringkih.
27. Pemilihan Obat Terapi Hipertensi
5. Penggunaan kombinasi tiga obat yang terdiri dari RAS blocker (ACEi atau ARB),
CCB, dan diuretik
jika TD tidak terkontrol oleh kombinasi duaobat.
6. Penambahan spironolakton untuk pengobatan hipertensi resisten, kecuali ada
kontraindikasi.
7. Penambahan obat golongan lain pada kasus tertentu bila TD belum terkendali
dengan kombinasi obat golongan di atas.
Kombinasi dua penghambat RAS tidak direkomendasikan.
28. Panduan Penatalaksanaan Hipertensi
KONSENSUS
PENATALAKSANAAN
HIPERTENSI 2021 yang berbasis
pada
“2020 ISH Global Hypertension
Practice Guidelines“ juga berbasis
pada ESC/ESH 2018 namun lebih
sederhana, singkat, praktis dan
fleksibel yang disesuaikan dengan
kondisi dan keadaan.
Panduan ini membagi terminologi
“ESSENSIAL” yaitu standard pelayanan
kesehatan minimal yang harus tersedia,
umumnya di negara dengan sumber daya
terbatas atau belum adanya data klinis
berbasis penelitian tapi hanya berdasarkan
opini para ahli, dan “OPTIMAL” yang mana
standard pelayanan kesehatan yang ideal
“ESSENSIAL”
“OPTIMAL”
29. Alur Panduan Inisiasi Terapi
Obat Sesuai dengan
Klasifikasi Hipertensi
Dikutip dari
2020
International
Society of
Hypertensio
n Global
Hypertensio
n Practice
Guidelines
30. Strategi Penatalaksanaan Hipertensi Tanpa Komplikasi
Dikutip dari
2020
International
Society of
Hypertensio
n Global
Hypertensio
n Practice
Guidelines
31. Target Pengobatan Hipertensi
Pada Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi2021, disepakati target tekanan darah seperti
tercantum pada diagram berikut ini:
Dikutip dari 2020 International Society of Hypertension Global
Hypertension Practice Guidelines
34. KASUS
Ny. K datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit
kepala dengan kepala terasa berat, nyeri di
tengkuk dan sulit tidur. Ny. K mengaku suka makan
makananan berlemak dan gurih, dan belum
pernah periksa ke dokter. Kemudian Ny. K diminta
untuk melakukan pengecekan laboratorium dan
didapatkan hasil sebagai berikut:
LDL : 250 mg/dL
Trigliserida : 210 mg/dL
GDP : 100 mg/Dl
Pemeriksaan tanda vital:
TD 150/90 mmHg
Suhu 36℃
RR 15x/menit
Nadi 70x/menit
Terapi yang diberikan oleh dokter:
Amlodipin 5 mg 1x sehari 1 tab (pagi)
Simvastatin 10 mg 1x sehari 1 tab (malam)
35. ANALISA SOAP
Subjective Objective Assasment Plan
Px mengalami keluhan sakit
kepala dengan kepala terasa
berat, nyeri di tengkuk dan
sulit tidur. Px mengaku suka
makan makananan berlemak
dan gurih, dan belum pernah
periksa ke dokter.
*kita asumsikan Px <60 th
dan tidak sedang hamil
LDL : 250 mg/dL
Trigliserida : 210 mg/dL
GDP : 100 mg/Dl
Pemeriksaan tanda
vital:
TD 150/90 mmHg
Suhu 36℃
RR 15x/menit
Nadi 70x/menit
Sakit kepala, kepala terasa
berat merupakan gejala
yang biasa timbul pada px
hipertensi
Nyeri di tengkuk merupakan
gejala khas koleterol tinggi
Dari hasil lab diketahui Px
mengalami hipertensi stage
1 dan hiperlipidemia yang
disebabkan gaya hidup tidak
sehat
Mulai perubahan gaya hidup
(turunkan BB, kurangi garam, diet
sehat, olahraga, stop merokok)
Merujuk pada guide line
penatalaksaan hipertensi ISH
2020, untuk px HT stage 1 resiko
rendah, first line tx tunggal ACEI
atau ARB - direkomendasikan
Captopril 25 mg 2-3x sehari 1 jam
a.c
Jika ada ESO batuk, ganti
Lisinopril 10 mg 1x sehari
Jika Px alergi ACEI bisa
menggunakan ARB
36. PLAN (Lanjutan)
Jika penggunaan terapi tunggal tidak memungkinkan, gunakan kombinasi ACEI/ARB + DHP-CCB
dosis rendah.
Merujuk pada panduan pengelolaan dislipidemia PERKENI 2021, pilihan terapi untuk px
hiperkolesterolemia, Statin direkomendasikan sebagai pilihan utama untuk mencapai target K-
LDL berdasarkan hasil berbagai penelitian tentang efektivitas obat ini dalam menurunkan
angka kematian dan mortalitas kardiovaskular.
Merujuk pada guide line dyslipidemia ACC/AHA 2018, Px dengan K-LDL ≥190 mg/dl termasuk
dalam kelompok px yang memerlukan tx statin high intensity, merekomendasikan Atorvastatin
40 – 80 mg 1x sehari.
37. PLAN (Lanjutan)
Tambahkan ezetimibe bila penurunan K-LDL <50% dengan tx statin atau kadar K-LDL masih tetap
≥100 mg/dl
Tambahkan bile acid sequestrant jika penurunan K-LDL <50% dengan statin dan ezetimibe.
Tidak perlu penambahan Fibrat. Pada px hipertrigliserida dengan risiko KV yang tinggi, maka statin
tetap merupakan pilihan pertama umtuk menurunkan tingkat risiko KV.
Fibrat, hanya direkomendasikan sebagai tx lini pertama pada px dengan kadar TG >500 mg/dl dengan
tujuan utama untuk mencegah pankreatitis.
Boleh ditambahkan Paracetamol prn untuk mengurangi rasa tidak nyaman akibat sakit kepala. Nyeri
kepala akan hilang jika TD terkontrol.
38. MONITORING DAN EVALUASI
• Tindak lanjut pasien hipertensi terdiri dari pemantauan efektivitas pengobatan,
kepatuhan dalam berobat, serta deteksi dini HMOD (hypertension mediated
organ damage)
• Setelah inisiasi pengobatan hipertensi, tekanan darah seharusnya turun dalam 1-
2 minggu dan target tercapai dalam 3 bulan.
• Jika tekanan darah sudah mencapai target, frekuensi kunjungan dapat dikurangi
hingga 3-6 bulan sekali.
39. RUJUKAN
1. American College of Cardiology (ACC)/American Heart Association (AHA) tahun 2017
2. American College of Cardiology (ACC)/American Heart Association (AHA) Guideline on the
Management of Blood Cholesterol tahun 2018
3. European Society of Cardiology (ESC)/European Society of Hypertension (ESH) tahun 2018
4. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PerHI) tahun
2019
5. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PerHI) tahun
2021
6. International Society of Hypertension (ISH) Global Hypertension Practice Guidelines tahun
2020
7. Panduan Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia oleh Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(PERKENI) tahun 2021