1. GAMBARAN FEMINISME DALAM CERPEN ‘ARIADNE’
DAN ‘АGAFYA’ KARYA ANTON PAVLOVICH CHEKHOV
(Suatu Tinjauan Feminis Ideologis)
Oleh :
AHMAD ILHAM DANIAL
180710080007
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI SASTRA RUSIA
BANDUNG
AGUSTUS, 2012
2. GAMBARAN FEMINISME DALAM CERPEN ‘ARIADNE’
DAN ‘АGAFYA’ KARYA ANTON PAVLOVICH CHEKHOV
Oleh :
Ahmad Ilham Danial *
180710080007
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Gambaran Feminisme dalam Cerpen ‘Ariadne’ dan
‘Agafya’ Karya Anton Pavlovich Chekhov. Tujuannya adalah untuk menyingkap
ideologi feminisme serta ekspresi pengarang tentang feminisme yang terdapat
pada kedua cerpen tersebut.
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori naratologi
Tzvetan Todorov (1985), serta kritik sastra feminis Djajanegara (2003). Sumber
data yang digunakan diperoleh dari cerpen Ариадна „Ariadne‟ (1895) dan cerpen
Агафья „Agafya' (1886) karya Anton Pavlovich Chekhov.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ideologi feminisme serta ekspresi
pengarang tentang feminisme dalam cerpen Ariadne dan Agafya dapat dilihat dari
aspek semantik, aspek sintaksis, dan aspek verbalnya. Perempuan berusaha untuk
diakui dan mencapai kedudukan yang setara dengan laki-laki.
Kata Kunci : Feminisme, Chekhov, Agafya, Ariadne, Naratologi, Todorov,
Kritik Sastra Feminis, Jender
*Penulis merupakan mahasiswa Program Studi Sastra Rusia, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Padjadjaran dan telah dinyatakan lulus dalam sidang sarjana
Program Studi Sastra Rusia tanggal 20 Juli 2012.
3. ABSTRACT
The title of this undergraduate thesis is Image of Feminism in Ariadne and
Agafya short stories written by Anton Pavlovich Chekhov. The purpose is to
disclose the ideology of feminism and expression of the author about feminism
contained of those both short stories.
Theories used in this research is naratology theory was taken from Tzvetan
Todorov (1985) and feminist literary criticism from Djajanegara (2003). The
sources of data was taken from Ариадна „Ariadne‟ (1895) and Агафья „Agafya‟
(1886) short stories written by Anton Pavlovich Chekhov.
The result of this undergraduate thesis showed that the ideology of feminism
and expression of the author about feminism in Ariadne and Agafya short stories
that is seen from semantic analysis, syntactic analysis, and verbal analysis.
Women trying to be recognized and reached the equal position to the man.
Keywords : Feminism, Chekhov, Agafya, Ariadne, Naratology, Todorov,
Feminist Literary Criticism, Gender
4. I.
PENDAHULUAN
Dalam ilmu sastra, kajian mengenai perempuan dikenal sebagai kritik sastra
feminis. Ratna (2011 : 184) menyatakan bahwa kritik sastra feminis merupakan
suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang berusaha mendeskripsikan dan
menafsirkan
pengalaman
perempuan
dalam
karya
sastra.
Kritik
ini
mempermasalahkan prasangka dan praduga terhadap kaum perempuan. Kritik
sastra feminis dilakukan untuk menunjukkan citra perempuan dalam karya para
penulis laki-laki yang menampilkan perempuan sebagai makhluk yang dengan
berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarkhal
yang dominan.
Namun, kajian tentang perempuan dalam tulisan laki-laki mungkin saja
menunjukkan tokoh perempuan yang kuat dan justru mendukung perjuangan
gerakan feminis. Selain itu, gambaran feminisme dapat dilihat melalui tokoh lakilaki yang berada dalam keadaan lemah. Gambaran feminisme yang diwakilkan
oleh tokoh perempuan yang kuat serta tokoh laki-laki yang lemah dapat dilihat
dalam cerpen „Ariadne‟ dan „Agafya‟ karya sastrawan Rusia, Anton Pavlovich
Chekhov.
Cerpen „Ariadne‟ menceritakan tentang seorang perempuan bernama
Ariadne yang berusaha untuk keluar dari budaya patrialkhal. Pada masa itu
perempuan diharuskan untuk tinggal di desa dan menerima pinangan dari laki-laki
yang menyukainya. Di desa, perempuan bekerja sebagai petani bahkan pada masa
kehamilan hingga menjelang persalinan. Namun, Ariadne memiliki sikap
sebaliknya. Menurutnya, perempuan-perempuan yang hanya tinggal di desa dan
membiarkan dirinya menjadi petani adalah perempuan-perempuan yang lemah.
Sementara itu, cerpen „Agafya‟ menceritakan tentang sosok Agafya yang
kuat karena mampu membuat seorang laki-laki menggantungkan hidup
kepadanya. Sementara itu, Ariadne adalah seorang istri yang kesepian karena
seringkali ditinggalkan suaminya yang bekerja sebagai pengirim sinyal kereta api.
Karena kesepian Agafya berselingkuh dengan Savka. Namun, dalam hal ini Savka
5. berada posisi yang disalahkan. Dalam cerpen ini dapat dilihat bahwa
perselingkuhan yang dilakukan Agafya tidak semata-mata terjadi karena
kemauannya. Savka dan suami Ariadne juga berperan dalam kesalahan yang
dilakukan oleh Agafya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mengidentifikasi dua masalah, yaitu
bagaimana ekspresi jender pengarang yang dituangkan dalam cerpen „Ariadne‟
dan „Agafya‟ serta bagaimana ideologi feminisme tercermin dalam cerpen
„Ariadne‟ dan „Agafya‟.
II.
PEMBAHASAN
2.1
Aspek Semantik
Aspek semantik merupakan salah satu aspek dalam teori naratologi Todorov
yang berhubungan dengan pengungkapan makna atau simbol yang ingin
disampaikan pengarang. Analisis aspek semantik melihat makna atau simbol yang
dilakukan tokoh-tokoh perempuan dalam cerpen „Ariadne‟ dan „Agafya‟.
2.1.1 Tokoh-tokoh Perempuan dalam Karya Sastra Rusia
Dalam novel „Ibunda‟ karya Maksim Gorky, tokoh perempuan digambarkan
sebagai sosok yang awalnya dianggap lemah karena selalu berada dalam bayangbayang suaminya. Namun, akhirnya tokoh Pelagia sadar atas kelemahannya dan
berusaha mengubah keadaaan. Pelagia berhasil keluar dari posisinya yang lemah
hingga akhirnya diakui eksistensinya
Tokoh Pelagia memiliki pandangan yang sejalan dengan tokoh Ariadne.
Kedua tokoh perempuan tersebut berusaha untukkeluar dari dominasi laki-laki
hingga akhirnya diakui keberadaannya. Pelagia dan Ariadne mewakili
kepentingan perempuan yang tidak ingin terus menerus berada dalam posisi yang
lemah jika dibandingkan dengan laki-laki.
Sementara itu, tokoh perempuan dalam karya sastra Rusia juga terdapat
pada karya L.N. Tolstoy yang berjudul „Anna Karenina‟. „Anna Karenina‟
6. bercerita tentang pernikahan Anna dan Karenin yang dilakukan semata-mata
untuk mendapatkan status sosial. Pernikahan Anna dan Karenin yang terjadi tanpa
dilandasi cinta, membuat Anna berselingkuh dengan laki-laki lain. Akhirnya,
konflik batin dalam diri Anna membuatnya memutuskan untuk bunuh diri. Tokoh
Anna menggambarkan sosok perempuan yang seringkali disalahkan karena
perbuatannya. Padahal, suaminya ikut berperan dalam kesalahan yang dilakukan
Anna.
Tokoh Anna memiliki kemiripan dengan tokoh Agafya yang juga
disalahkan karena berselingkuh. Padahal, Anna dan Agafya berselingkuh karena
peran dari suami mereka yang tidak dapat menjadi suami yang baik bagi mereka.
2.1.2 Tokoh Perempuan dalam Cerpen ‘Ariadne’
Ariadne adalah perempuan yang miskin. Namun dia berusaha mengubah
nasibnya dengan pergi ke luar negeri.
(a) “Была она сестрой моего соседа, помещика Котловича,
прогоревшего барина, у которого в имении были ананасы,
замечательные персики, громоотводы, фонтан посреди двора и в то
же время ни копейки денег.” (Ariadne, 3 : 16)
“Ia adalah adik perempuan tetanggaku, si tuan tanah Kotlovich, yang
telah jatuh miskin, pemilik kebun nanas, kebun persik yang indah,
penangkal petir, air mancur di tengah pekarangannya, yang pada saat itu
tidak menghasilkan uang sama sekali.”
(b) “Однажды за ужином она, не обращаясь ко мне, стала говорить о
том, что если бы она была мужчиной, то не кисла бы в деревне, а
поехала бы путешествовать, жила бы зимой где-нибудь за
границей, например, в Италии.” (Ariadne, 9 : 41)
“Suatu hari di saat makan malam, ia tidak berpaling ke arahku, ia mulai
berkata bahwa jika ia adalah seorang laki-laki, ia tidak akan membusuk
di desa, dan akan berpergian ke suatu tempat dan tinggal di luar negeri
selama musim dingin, misalnya, Italia.”
Melalui dua kutipan tersebut dapat dilihat bahwa tokoh Ariadne tidak ingin
pasrah menerima keadaannya yang miskin. Dia memiliki keinginan yang kuat
untuk mengubah nasibnya, yang diwujudkan dengan pergi ke luar negeri. Oleh
7. karena itu dapat dikatakan bahwa tokoh Ariadne mewakili kepentinngan
perempuan untuk hidup sebagai sosok yang kuat dan setara dengan laki-laki serta
mampu mengubah nasibnya sendiri.
2.1.3 Tokoh Perempuan dalam Cerpen ‘Ariadne’
Agafya merupakan sosok perempuan yang memiliki kepekaan terhadap
perempuan.
“имела влияние на женщин также еще и трогательная роль Савки как
всеми признанного неудачника и несчастного изгнанника из родной
избы в огороды.” (Agafya, 12 : 72)”
“posisi Savka sebagai seorang laki-laki yang gagal dan diasingkan secara
menyedihkan dari pondoknya ke kebun juga berpengaruh terhadap
perempuan.”
2.2
Aspek Sintaksis
Aspek sintaksis merupakan aspek dalam teori naratologi Todorov yang
berhubungan dengan struktur teks. Aspek sintaksis memperlihatkan bahwa setiap
karya dapat diuraikan dalam unsur-unsur terkecil. Struktur teks dilihat dari
hubungan antar unsur yang terdapat di dalamnya. Pada aspek sintaksis dilakukan
analisis terhadap hubungan atau relasi tokoh dengan latar, alur serta tokoh lainnya
yang terdapat di dalam cerpen.
2.2.1 Analisis Aspek Sintaksis dalam Cerpen ‘Ariadne’
2.2.1.1 Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Tempat
Ariadne tinggal di desa. Menurut Ariadne, jika dia tetap tinggal di desa
maka itu menandakan bahwa dirinya menerima keadaan yang terus memburuk.
“Однажды за ужином она, не обращаясь ко мне, стала говорить о том,
что если бы она была мужчиной, то не кисла бы в деревне, а поехала
бы путешествовать, жила бы зимой где-нибудь за границей, например,
в Италии.” (Ariadne, 9 : 41)
“Suatu hari di saat makan malam, ia tidak berpaling ke arahku, ia mulai
berkata bahwa jika ia adalah seorang laki-laki, ia tidak akan membusuk di
8. desa, dan akan berpergian ke suatu tempat dan tinggal di luar negeri selama
musim dingin, misalnya, Italia.”
Melalui
kutipan
tersebut
dapat
dilihat
keinginan
Ariadne
untuk
mendapatkan posisi yang setara dengan laki-laki. Menurut Ariadne, perempuan
harus bisa mengubah nasibnya sendiri sepertihalnya yang biasa dilakukan oleh
laki-laki. Perempuan tidak harus selalu tinggal di desa dan membiarkan dirinya
terus-menerus berada dalam kondisi yang buruk. Salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah dengan pergi dari desa. Oleh karena itu, jika seseorang,
khususnya perempuan ingin maju dan diakui, maka perempuan harus keluar dari
desa hidup di kota atau luar negeri yang identik dengan kemakmuran.
2.2.1.2 Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Waktu
Suasana di dalam cerita berlangsung saat musim dingin
“Он писал, что Ариадна Григорьевна такого-то числа отбыла за
границу с намерением прожить там всю зиму.” (Ariadne, 11 : 53)
“Ia menulis bahwa Ariadne Grigoryevna telah berangkat ke luar negeri
untuk menghabiskan seluruh waktu musim dingin.”
Melalui kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Ariadne berusaha
menunjukkan bahwa perempuan adalah sosok yang kuat. Meskipun keadaan saat
itu sedang musim dingin, Ariadne tetap pergi dari desa untuk mengubah nasibnya.
Tindakan Ariadne merupakan simbol perempuan yang siap menghadapi segala
situasi seperti halnya laki-laki serta perempuan yang ingin melepaskan hidupnya
dari keburukan karena selalu berada di bawah dominasi laki-laki.
2.2.1.3 Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Sosial
Ariadne hidup dalam keluarga miskin.
“дела становились всѐ хуже, так что уже ей не на что было покупать
себе платья и шляпки и приходилось хитрить и изворачиваться, чтобы
скрывать свою бедность.” (Ariadne, 5 : 20)
“keadaan semakin memburuk, bahkan ia tidak mempunyai apa-apa untuk
membeli pakaian dan topi, bahkan ia harus menipu dan mencari akal, untuk
menutupi kemiskinannya.”
9. Kehidupannya sebagai orang miskin yang menderita mempengaruhi
tindakan Ariadne. Sehingga Aridne memutuskan untuk pergi ke luar negeri untuk
mengubah keadaannya. Sikap Ariadne yang ingin mengubah keadaannya adalah
sikap perempuan yang tidak ingin pasrah terhadap keadaan.
2.2.1.4 Relasi Tokoh Perempuan dengan Alur
Tokoh Ariadne memulai konflik ketika waktu makan malam.
“Однажды за ужином она, не обращаясь ко мне, стала говорить о том,
что если бы она была мужчиной, то не кисла бы в деревне, а поехала
бы путешествовать, жила бы зимой где-нибудь за границей, например,
в Италии.” (Ariadne, 9 : 41)
“Suatu hari di saat makan malam, ia tidak berpaling ke arahku, ia mulai
berkata bahwa jika ia adalah seorang laki-laki, ia tidak akan membusuk di
desa, dan akan berpergian ke suatu tempat dan tinggal di luar negeri selama
musim dingin, misalnya, Italia.”
Melalui kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Ariadne memegang peran
penting dalam membentuk alur cerita. Jika Ariadne tidak mengatakan bahwa dia
ingin pergi ke luar negeri maka perjuangan perempuan untuk mengubah
keadaannya tidak akan dimulai.
2.2.1.5 Relasi Tokoh Perempuan dengan Tokoh Lain
Penerima : Kaum
Perempuan
Pengirim : Status Sosial
Subjek : Ariadne
Objek : Kedudukan
Penolong : Lubkov
Gambar 2.1. Skema Aktan Greimas dalam cerpen
„Ariadne‟.
Penghalang : Shamokhin
10. Melalui skema di atas, dapat dilihat bahwa Ariadne digerakkan oleh
keadaannya yang miskin dan berada dalam status sosial yang lemah dan rendah.
Oleh karena itu, Ariande berusaha mencapai kedudukan yang diinginkannya, yaitu
setara hidup sebagai orang kaya dan setara dengan laki-laki. Keinginan Ariadne
didukung oleh Lubkov yang berada dalam status sosial yang sama dengannya.
Dalam usahanya mencapai cita-cita, Ariadne menjadikan Shamokhin yang berasal
dari golongan bangsawan sebagai media untuk menolongnya.
Karena merasa dipermainkan dan hanya dijadikan alat untuk memenuhi
keinginan Ariadne, Shamokhin berusaha menghalangi keinginan Ariadne untuk
mencapai keadaan yang lebih baik. Perbuatan Ariadne yang mempermainkan
Shamokhin menjadikan citra perempuan sebagai sosok yang negatif dalam
kehidupan masyarakat, khususnya dalam pandangan laki-laki.
2.2.2 Analisis Aspek Sintaksis dalam Cerpen ‘Agafya’
2.2.2.1 Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Tempat
Keadaan Savka yang hidup sengsara di kebun memberikan pengaruh
terhadap Agafya.
(a) “имела влияние на женщин также еще и трогательная роль Савки
как всеми признанного неудачника и несчастного изгнанника из
родной избы в огороды.” (Agafya, 12 : 72)”
“posisi Savka sebagai seorang laki-laki yang gagal dan diasingkan
secara menyedihkan dari pondoknya ke kebun juga berpengaruh
terhadap perempuan.”
(b) “Принесла что-то... — продолжал Савка, …………... А, пирог и
картошка...” (Agafya, 8 : 44)
“Kau (Agafya) membawakanku sesuatu… - lanjut Savka, ………….
Ah, kue pai dan kentang…”
Melalui dua kutipan di atas dapat dilihat bahwa keadaan Savka yang
menyedihkan
karena
diasingkan
di kebun
yang
jauh dari keramaian
mempengaruhi tindakan Agafya untuk membawakan makanan padanya. Tindakan
Agafya yang membawakan makanan untuk Savka merupakan perlawanan dari
11. pandangan masyarakat yang menganggap bahwa perempuan hanya berharap dan
hidup atas bantuan laki-laki. Namun, dalam cerpen „Agafya‟ yang terjadi adalah
sebaliknya. Tokoh perempuan-tidak bergantung pada laki-laki bahkan sebaliknya.
2.2.2.2 Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Waktu
Latar waktu pertemuan Agafya dan savka berlangsung pada malam hari.
“Он и без того знает, от кого это Агашка идет …. На огород по ночам
бабы не за капустой ходят ” (Agafya, 16 : 99)
“Dia sudah tahu Agashka pergi menemui siapa….Para perempuan tidak ada
yang mengambil kubis di kebun pada malam hari”
Kutipan di atas memperlihatkan awal pertemuan Agafya dengan Savka yang
berlangsung pada malam hari. Pada pertemuan malam itu, Savka menawarkan
vodka kepada Agafya hingga akhirnya Agafya pun mabuk dan tidur di tempat
Savka hingga pagi hari. Dalam hal ini, tidak hanya Agafya yang salah karena
bertemu laki-laki yang bukan suaminya di malam hari. Seharusnya Savka juga
patut disalahkan karena bertemu dengan istri orang lain di malam hari serta
menawarkan vodka kepada Agafya. Namun, kenyataannya Savka merasa bahwa
hanya Agafya yang salah.
Melalui uraian di atas dapat dilihat pandangan laki-laki yang masih
menganggap bahwa dirinya superior jika dibandingkan dengan perempuan Lakilaki merasa bahwa dirinya tidak pernah berbuat kesalahan.
2.2.2.3 Relasi Tokoh Perempuan dengan Latar Sosial
Agafya adalah seorang istri pengirim sinyal kereta api.
(a) “Нет... Нынче новая просилась... Агафья Стрельчиха. (Agafya, 4 :
17
“Bukan….Baru-baru ini ada yang memintaku bertemu…Agafya, istri
tukang pengirim sinyal (kereta api).”
(b) “Жила она на деревне, а муж ходил ночевать к ней с линии каждую
ночь.” (Agafya, 4 : 18)
12. “Dia (Agafya) tinggal di desa, sementara suaminya pulang untuk
istirahat setiap malam.”
Melalui dua kutipan di atas, dapat dilihat tokoh Agafya yang kesepian
karena hanya bertemu suaminya pada malam hari. Oleh karena itu, ketika
suaminya tidak ada, Agafya menghabiskan waktunya bersama Savka. Terkait
hubungannya dengan gambaran feminisme, dapat dilihat bahwa Agafya tidak
sepenuhnya bersalah ketika berselingkuh dengan Savka. Harus dilihat penyebab
atau alasan yang membuat Agafya melakukan perselingkuhan, yaitu karena
suaminya yang jarang di rumah.
2.2.2.4 Relasi Tokoh Perempuan dengan Alur
Tokoh Agafya merupakan seorang perempuan yang sudah menikah.
“Стрельчиху Агафью я знал... Это была совсем еще молодая бабенка,
лет 19—20, не далее как год тому назад вышедшая замуж за
железнодорожного стрелочника, (Agafya, 14 : 18)
“Aku tahu Agafya istri si pengirim sinyal (kereta api)….Dia adalah
perempuan yang masih cukup muda, berusia antara 19 sampai 20 tahun,
tidak lebih dari setahun yang lalu telah menikah dengan seorang pengirim
sinyal kereta api.”
Posisi Agafya menjadi sangat penting di dalam cerita karena dia merupakan
perempuan yang sudah bersuami. Sebagai seorang yang sudah menikah Agafya
harus menjaga kesucian pernikahannya. Namun, dia berselingkuh dengan Savka.
Keadaan Agafya yang berselingkuh menimbulkan konflik di dalam cerita. Agafya
telah melanggar nilai-nilai moral dan kesucian pernikahan. Oleh karena itu, posisi
Agafya menjadi sangat penting dalam membentuk alur cerita.
13. 2.2.2.5 Relasi Tokoh Perempuan dengan Tokoh Lain
Penerima : Masyarakat
Umum
Pengirim : Kesepian
Subjek : Agafya
Objek : Kesenangan
Penolong : Savka
Penghalang : Nilai Moral
Gambar 2. Skema Aktan Greimas dalam cerpen „Agafya‟.
Melalui skema di atas, dapat dilihat bahwa tindakan Agafya berselingkuh
digerakkan oleh keadaannya yang kesepian karena jarang bertemu suaminya. Oleh
karena itu, Agafya berusaha mecari kesenangan dengan laki-laki lain. Akhirnya
Agafya pun berselingkuh dengan Savka. Tokoh „aku‟ hadir sebagai penjaga nilai
moral. Tokoh „aku‟ berusaha untuk menasehati Agafya dan Savka agar
menghentikan perselingkuhan tersebut karena akan berakibat buruk pada mereka
berdua serta kehidupan masyarakat secara lebih luas.
Dalam pandangan kritik sastra feminis, sikap Agafya menggambarkan sikap
seorang perempuan yang butuh perhatian. Oleh karena itu, merupakan hal yang
wajar jika perempuan ingin mendapatkan perhatian lebih, terutama dari laki-laki,
meskipun cara yang ditempuh adalah salah. Pokok permasalahan tidak boleh
ditimpakan sepenuhya kepada perempuan, karena laki-laki juga terlibat dalam
kesalahan yang dibuat oleh perempuan.
2.3
Aspek Verbal
Analisis aspek verbal dilakukan untuk mengungkapkan sudut pandang
pengarang dan sudut pandang budaya patrialkal terhadap tokoh-tokoh di dalam
cerita. Melalui analisis ini, dapat dilihat motivasi pengarang dalam menempatkan
tokoh perempuan pada sudut pandang tertentu.
14. 2.3.1 Analisis Aspek Verbal Cerpen ‘Ariadne’
Usaha perempuan untuk mendapatkan keadilan masih dianggap sebagi
penghambat kemajuan laki-laki.
“в своем регрессивном движении она старается увлечь за собой
мужчину и задерживает его движение вперед.” (Ariadne, 23 : 107)
“Perempuan mencoba memenangkan hati seorang laki-laki dan
membawanya ke dalam sebuah gerakan kemunduran serta menghambat
kemajuannya.”
Melalui kutipan di atas dapat dilihat bahwa dalam budaya patrialkal, usaha
perempuan untuk mendapatkan kesetaraan masih dianggap sebagai penghambat
kemajuan laki-laki.
2.3.2 Analisis Aspek Verbal Cerpen ‘Agafya’
Perempuan masih menjadi objek permainan laki-laki.
”когда представлялся случай сделать какое-нибудь быстрое,
порывистое движение : ухватить бегущую собаку за хвост, сорвать с
бабы платок, перескочить широкую яму.” (Agafya, 1 : 1)
ketika ada kesempatan dia memperlihatkan beberapa tindakan yang cepat
dan mendadak : menangkap ekor anjing yang sedang berlari, melucuti
kerudung perempuan, melompati lubang yang lebar.
Melalui kutipan di atas dapat dilihat bahwa perempuan menjadi objek
permainan laki-laki. Perempuan disamakan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat
dan hanya bersifat senang-senang.
III. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis terhadap cerpen „Ariadne‟ dan „Agafya‟, maka
dapat disimpulkan bahwa
1.
Gambaran feminisme dalam cerpen „Ariadne‟ dapat dilihat dari perjuangan
tokoh Ariadne dalam mencari pengakuan atas dirinya. Sementara itu,
gambaran feminisme dalam cerpen „Agafya‟ dapat dilihat dari lemahnya
sosok Savka sebagai seorang laki-laki sehingga disamakan dengan
15. perempuan. Kemudian, dapat dilihat pandangan bahwa perselingkuhan
Agafya tidak hanya terjadi karena kesalahannya semata, namun disebabkan
oleh laki-laki yang menelantarkannya.
2.
Cerpen „Ariadne‟ dan „Agafya‟ menggambarkan pandangan Chekhov
bahwa manusia, khususnya laki-laki harus adil dalam memandang
perempuan. Perjuangan perempuan untuk mendapatkan keadilan harus
didukung sepenuhnya karena perempuan semata-mata berjuang untuk
mendapatkan keadilan. Kemudian, apabila perempuan berbuat kesalahan,
maka harus dicari penyebab utamanya. Perempuan tidak bisa begitu saja
ditempatkan dalam posisi yang salah karena ada peran laki-laki dalam setiap
kesalahan yang dibuat perempuan.
IV.
DAFTAR SUMBER
Djajanegara, Soenarjati. 2003. Kritik Sastra Feminis, Sebuah Pengantar. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Pogadaev, Victor. 2010. Kamus Rusia-Indonesia, Indonesia-Rusia. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Prabasmoro, Tisna. 2011. Kenangan Cinta (Kumpulan Cerpen Anton Chekhov).
Bandung : Serambi.
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari
Strukturalisme hingga Poststrukturalime Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.
Todorov, Tzvetan. 1985. Tata Sastra (Terj.). Jakarta : Djambatan
www.lib.ru