SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  30
Pengertian batubara

Batu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah
yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di
rawa dan lahan gambut.

Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama
dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai
pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut
yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat
dalam. Dengan penimbunan tersebut, material
tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang
tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut
menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses
perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah
tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian
batu bara.

Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous
Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara)
– dikenal sebagai zaman batu bara pertama – yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun
yang lalu.
Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh
suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan,
yang disebut sebagai ‗maturitas organik‘. Proses
awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara
muda) atau ‗brown coal (batu bara coklat)‘ – Ini adalah
batu bara dengan jenis maturitas organik rendah.
Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu
bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari
hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.
Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus
menerus selama jutaan tahun, batu bara muda
mengalami perubahan yang secara bertahap

menambah maturitas organiknya dan mengubah batu
bara muda menjadi batu bara ‗sub-bitumen‘.
Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya
lebh hitam dan membentuk ‗bitumen‘ atau ‗antrasit‘.
Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas
organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga
membentuk antrasit.
Jenis-jenis Batu Bara
Tingkat perubahan yang dialami batu bara, dari
gambut sampai menjadi antrasit – disebut sebagai
pengarangan – memiliki hubungan yang penting dan
hubungan tersebut disebut sebagai ‗tingkat mutu‘
batu bara.
Batu bara dengan mutu yang rendah, seperti batu
bara muda dan sub-bitumen biasanya lebih lembut
dengan materi yang rapuh dan berwarna suram
seperti tanah. Baru bara muda memilih tingkat
kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon
yang rendah, dan dengan demikian kandungan
energinya rendah.
Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya
lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam
cemerlang seperti kaca. Batu bara dengan mutu yang
lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih
banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan
menghasilkan energi yang lebih banyak. Antrasit

adalah batu bara dengan mutu yang paling baik dan
dengan demikian memiliki kandungan karbon dan
energi yang lebih tinggi serta tingkat kelembaban
yaBatu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah
yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di
rawa dan lahan gambut.

Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama
dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai
pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut
yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat
dalam. Dengan penimbunan tersebut, material
tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang
tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut
menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses
perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah
tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian
batu bara.

Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous
Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara)
– dikenal sebagai zaman batu bara pertama – yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun
yang lalu.
Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh
suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan,
yang disebut sebagai ‗maturitas organik‘. Proses
awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara
muda) atau ‗brown coal (batu bara coklat)‘ – Ini adalah
batu bara dengan jenis maturitas organik rendah.
Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu
bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari
hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.
Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus
menerus selama jutaan tahun, batu bara muda
mengalami perubahan yang secara bertahap

menambah maturitas organiknya dan mengubah batu
bara muda menjadi batu bara ‗sub-bitumen‘.
Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya
lebh hitam dan membentuk ‗bitumen‘ atau ‗antrasit‘.
Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas
organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga
membentuk antrasit.
Jenis-jenis Batu Bara
Tingkat perubahan yang dialami batu bara, dari
gambut sampai menjadi antrasit – disebut sebagai
pengarangan – memiliki hubungan yang penting dan
hubungan tersebut disebut sebagai ‗tingkat mutu‘
batu bara.
Batu bara dengan mutu yang rendah, seperti batu
bara muda dan sub-bitumen biasanya lebih lembut
dengan materi yang rapuh dan berwarna suram
seperti tanah. Baru bara muda memilih tingkat
kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon
yang rendah, dan dengan demikian kandungan
energinya rendah.
Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya
lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam
cemerlang seperti kaca. Batu bara dengan mutu yang
lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih
banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan
menghasilkan energi yang lebih banyak. Antrasit

adalah batu bara dengan mutu yang paling baik dan
dengan demikian memiliki kandungan karbon dan
energi yang lebih tinggi serta tingkat kelembaban
yang lebih rendah

Umur batu bara

Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era
tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl),
adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu
bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.

Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang
ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke
Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.

[sunting] Materi pembentuk batu bara

Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk
batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

       Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit
       endapan batu bara dari perioda ini.
       Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit
       endapan batu bara dari perioda ini.
       Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara
       berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji,
       berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
       Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
       Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar
       getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah
       penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
       Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang
       menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding
       gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

[sunting] Penambangan




Tambang batu bara di Bihar, India.

Penambangan batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu bara digunakan
sebagai bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk pembuatan
baja.[1]

Tambang batu bara tertua terletak di Tower Colliery di Inggris.
[sunting] Kelas dan jenis batu bara

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu
bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.

       Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
       metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari
       8%.
       Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari
       beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
       Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi
       sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
       Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-
       75% dari beratnya.
       Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling
       rendah.

[sunting] Pembentukan batu bara

Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah
pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:

       Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi
       hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah
       kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses
       pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
       Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi
       bituminus dan akhirnya antrasit.

[sunting] Batu bara di Indonesia
Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang
terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada
umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara berumur
Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar
Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.

Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip
dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka
air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini
terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke
dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan
menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya,
endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur
endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip
dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian
besar Kalimantan.[2]

[sunting] Endapan batu bara Eosen

Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar Tersier Bawah
atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan.

Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari sebelah barat Sulawesi,
Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera. Dari batuan sedimen yang pernah
ditemukan dapat diketahui bahwa pengendapan berlangsung mulai terjadi pada Eosen Tengah.
Pemekaran Tersier Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada tatanan
busur dalam, yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-Australia.[3]
Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-marin, terutama fluviatil, kipas
aluvial dan endapan danau yang dangkal.

Di Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batu bara terjadi sekitar Eosen Tengah - Atas
namun di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas hingga Oligosen Bawah. Di
Sumatera bagian tengah, endapan fluvial yang terjadi pada fasa awal kemudian ditutupi oleh
endapan danau (non-marin).[3] Berbeda dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara
dimana endapan fluvial kemudian ditutupi oleh lapisan batu bara yang terjadi pada dataran pantai
yang kemudian ditutupi di atasnya secara transgresif oleh sedimen marin berumur Eosen Atas.[4]

Endapan batu bara Eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan berikut: Pasir dan
Asam-asam (Kalimantan Selatan dan Timur), Barito (Kalimantan Selatan), Kutai Atas
(Kalimantan Tengah dan Timur), Melawi dan Ketungau (Kalimantan Barat), Tarakan
(Kalimantan Timur), Ombilin (Sumatera Barat) dan Sumatera Tengah (Riau).

Dibawah ini adalah kualitas rata-rata dari beberapa endapan batu bara Eosen di Indonesia.

                              Kadar Kadar
                                             Kadar Zat
                                air    air                 Belerang                Nilai energi
 Tambang Cekungan Perusahaan                   abu terbang
                               total inheren                (%ad)                 (kkal/kg)(ad)
                                             (%ad) (%ad)
                              (%ar) (%ad)
           Asam-   PT Arutmin
Satui                         10.00 7.00     8.00 41.50 0.80                      6800
           asam    Indonesia
                   PT Arutmin
Senakin    Pasir              9.00 4.00      15.00 39.50 0.70                     6400
                   Indonesia
                   PT BHP
Petangis   Pasir   Kendilo    11.00 4.40     12.00 40.50 0.80                     6700
                   Coal
                   PT Bukit                                0.50 -
Ombilin    Ombilin            12.00 6.50     <8.00 36.50                          6900
                   Asam                                    0.60
                   PT Allied                 10.00 37.30
Parambahan Ombilin            4.00 -                       0.50 (ar)              6900 (ar)
                   Indo Coal                 (ar)  (ar)
(ar) - as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998

[sunting] Endapan batu bara Miosen

Pada Miosen Awal, pemekaran regional Tersier Bawah - Tengah pada Paparan Sunda telah
berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal Miosen ini terjadi transgresi marin pada kawasan
yang luas dimana terendapkan sedimen marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen
batugamping. Pengangkatan dan kompresi adalah kenampakan yang umum pada tektonik
Neogen di Kalimantan maupun Sumatera. Endapan batu bara Miosen yang ekonomis terutama
terdapat di Cekungan Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur), Cekungan Barito (Kalimantan
Selatan) dan Cekungan Sumatera bagian selatan. Batu bara Miosen juga secara ekonomis
ditambang di Cekungan Bengkulu.

Batu bara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai yang mirip
dengan daerah pembentukan gambut saat ini di Sumatera bagian timur. Ciri utama lainnya adalah
kadar abu dan belerang yang rendah. Namun kebanyakan sumberdaya batu bara Miosen ini
tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga kurang ekonomis kecuali jika sangat tebal (PT
Adaro) atau lokasi geografisnya menguntungkan. Namun batu bara Miosen di beberapa lokasi
juga tergolong kelas yang tinggi seperti pada Cebakan Pinang dan Prima (PT KPC), endapan
batu bara di sekitar hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi di dekat
Tanjungenim, Cekungan Sumatera bagian selatan.

Tabel dibawah ini menunjukan kualitas rata-rata dari beberapa endapan batu bara Miosen di
Indonesia.

                             Kadar Kadar
                                            Kadar Zat
                               air    air                 Belerang                  Nilai energi
Tambang Cekungan Perusahaan                   abu terbang
                              total inheren                (%ad)                   (kkal/kg)(ad)
                                            (%ad) (%ad)
                             (%ar) (%ad)
                  PT Kaltim
Prima    Kutai               9.00   -       4.00 39.00    0.50                    6800 (ar)
                  Prima Coal
                  PT Kaltim
Pinang   Kutai               13.00 -        7.00 37.50    0.40                    6200 (ar)
                  Prima Coal
Roto              PT Kideco
         Pasir               24.00 -        3.00 40.00    0.20                    5200 (ar)
South             Jaya Agung
                  PT Berau
Binungan Tarakan             18.00 14.00    4.20 40.10    0.50                    6100 (ad)
                  Coal
                  PT Berau
Lati     Tarakan             24.60 16.00    4.30 37.80    0.90                    5800 (ad)
                  Coal
         Sumatera
                  PT Bukit
Air Laya bagian              24.00 -        5.30 34.60    0.49                    5300 (ad)
                  Asam
         selatan
Paringin Barito   PT Adaro   24.00 18.00    4.00 40.00    0.10                    5950 (ad)
(ar) - as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998

[sunting] Sumberdaya batu bara

Potensi sumberdaya batu bara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan
Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara walaupun dalam jumlah
kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua,
dan Sulawesi.

Di Indonesia, batu bara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel) yang telah umum
digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batu bara jauh lebih hemat dibandingkan
solar, dengan perbandingan sebagai berikut: Solar Rp 0,74/kilokalori sedangkan batu bara hanya
Rp 0,09/kilokalori, (berdasarkan harga solar industri Rp. 6.200/liter).

Dari segi kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi Indonesia.
Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini sebenarnya cukup untuk
memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke depan. Sayangnya, Indonesia tidak
mungkin membakar habis batu bara dan mengubahnya menjadi energis listrik melalui PLTU.
Selain mengotori lingkungan melalui polutan CO2, SO2, NOx dan CxHy cara ini dinilai kurang
efisien dan kurang memberi nilai tambah tinggi.

Batu bara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan efisien jika dikonversi
menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai ekonomi tinggi. Dua cara yang
dipertimbangkan dalam hal ini adalah likuifikasi (pencairan) dan gasifikasi (penyubliman) batu
bara.

Membakar batu bara secara langsung (direct burning) telah dikembangkan teknologinya secara
continue, yang bertujuan untuk mencapai efisiensi pembakaran yang maksimum, cara-cara
pembakaran langsung seperti: fixed grate, chain grate, fluidized bed, pulverized, dan lain-lain,
masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahannya.




[sunting] Gasifikasi batu bara
Coal gasification adalah sebuah proses untuk merubah batu bara padat menjadi gas batu bara
yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian gas-gas ini karbon
monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen (N2) – dapat
digunakan sebagai bahan bakar. hanya menggunakan udara dan uap air sebagai reacting-gas
kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara nyata mempunyai tingkat
emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.

Tetapi, batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Terikat didalamnya adalah sulfur dan
nitrogen, bila batu bara ini terbakar kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke udara, bila
mengapung di udara zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air (seperti contoh kabut) dan
tetesan yang jatuh ke tanah seburuk bentuk asam sulfurik dan nitrit, disebut sebagai "hujan
asam" ―acid rain‖. Disini juga ada noda mineral kecil, termasuk kotoran yang umum tercampur
dengan batu bara, partikel kecil ini tidak terbakar dan membuat debu yang tertinggal di coal
combustor, beberapa partikel kecil ini juga tertangkap di putaran combustion gases bersama
dengan uap air, dari asap yang keluar dari cerobong beberapa partikel kecil ini adalah sangat
kecil setara dengan rambut manusia.

[sunting] Bagaimana membuat batu bara bersih
Ada beberapa cara. Contoh sulfur, sulfur adalah zat kimia kekuningan yang ada sedikit di batu
bara, pada beberapa batu bara yang ditemukan di Ohio, Pennsylvania, West Virginia dan eastern
states lainnya, sulfur terdiri dari 3 sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu bara yang
ditemukan di Wyoming, Montana dan negara-negara bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya
sekitar 1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat batu bara. Penting bahwa sebagian besar sulfur
ini dibuang sbelum mencapai cerobong asap.

Satu cara untuk membersihkan batu bara adalah dengan cara mudah memecah batu bara ke
bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai bintik kecil di
batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk
iron pyrite, selain itu dikenal sebagai "fool's gold‖ dapat dipisahkan dari batu bara. Secara
khusus pada proses satu kali, bongkahan batu bara dimasukkan ke dalam tangki besar yang terisi
air , batu bara mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian
ini dinamakan "coal preparation plants" yang membersihkan batu bara dari pengotor-
pengotornya.

Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada batu bara adalah
secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur ini disebut "organic
sulfur," dan pencucian tak akan menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk
mencampur batu bara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari molekul batu
bara, tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih bekerja untuk
mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.

Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun setelah 1978
— telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk membuang sulfur dari
gas hasil pembakaran batu bara sebelum gas ini naik menuju cerobong asap. Alat ini sebenarnya
adalah "flue gas desulfurization units," tetapi banyak orang menyebutnya "scrubbers" — karena
mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar dari asap yang dikeluarkan oleh tungku pembakar
batu bara.

[sunting] Membuang NOx dari batu bara

Nitrogen secara umum adalah bagian yang besar dari pada udara yang dihirup, pada
kenyataannya 80% dari udara adalah nitrogen, secara normal atom-atom nitrogen mengambang
terikat satu sama lainnya seperti pasangan kimia, tetapi ketika udara dipanaskan seperti pada
nyala api boiler (3000 F=1648 C), atom nitrogen ini terpecah dan terikat dengan oksigen, bentuk
ini sebagai nitrogen oksida atau kadang kala itu disebut sebagai NOx. NOx juga dapat dibentuk
dari atom nitrogen yang terjebak didalam batu bara.
Di udara, NOx adalah polutan yang dapat menyebabkan kabut coklat yang kabur yang kadang
kala terlihat di seputar kota besar, juga sebagai polusi yang membentuk ―acid rain‖ (hujan asam),
dan dapat membantu terbentuknya sesuatu yang disebut ―ground level ozone‖, tipe lain dari pada
polusi yang dapat membuat kotornya udara.

Salah satu cara terbaik untuk mengurangi NOx adalah menghindari dari bentukan asalnya,
beberapa cara telah ditemukan untuk membakar barubara di pemabakar dimana ada lebih banyak
bahan bakar dari pada udara di ruang pembakaran yang terpanas. Di bawah kondisi ini
kebanyakan oksigen terkombinasikan dengan bahan bakar daripada dengan nitrogen. Campuran
pembakaran kemudian dikirim ke ruang pembakaran yang kedua dimana terdapat proses yang
mirip berulang-ulang sampai semua bahan bakar habis terbakar. Konsep ini disebut "staged
combustion" karena batu bara dibakar secara bertahap. Kadang disebut juga sebagai "low-NOx
burners" dan telah dikembangkan sehingga dapat mengurangi kangdungan Nox yang terlepas di
uadara lebih dari separuh. Ada juga teknologi baru yang bekerja seperti "scubbers" yang
membersihkan NOX dari flue gases (asap) dari boiler batu bara. Beberapa dari alat ini
menggunakan bahan kimia khusus yang disebut katalis yang mengurai bagian NOx menjadi gas
yang tidak berpolusi, walaupun alat ini lebih mahal dari "low-NOx burners," namun dapat
menekan lebih dari 90% polusi Nox.

                                   Pembentukan Batubara

Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang
mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung
selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil.
Adapun proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan
(coalification).

Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi dan lokasi
tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan (sedimentasi)
tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung
kemudian, akan menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh
karena itu, karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field) dan
lapisannya (coal seam).

Proses Terbentuknya Batubara :
Kutipan:



Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period) –
dikenal sebagai zaman batu bara pertama– yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta
tahun yang lalu. Kualitas dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta
lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‗maturitas organik‘. Proses awalnya, endapan
tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah menjadi batu bara muda
(lignite) atau disebut pula batu bara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batu bara dengan
jenis maturitas organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, maka
batu bara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas
organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batu bara sub-bituminus (sub-bituminous).
Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan
warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite).
Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung
hingga membentuk antrasit.

Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya menggambarkan perubahan
konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara. Berikut ini ditunjukkan contoh analisis
dari masing –masing unsur yang terdapat dalam setiap tahapan pembatubaraan.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pembatubaraan,maka kadar
karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena tingkat
pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau kualitas batubara, maka
batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah –disebut pula batubara bermutu rendah– seperti
lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram
seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang
rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya
akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu,
kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga
kandungan energinya juga semakin besar.

Metode penambangan batubara

Metode penambang batubara sangat tergantung pada :
- Keadaan geologi daerah antara lain sifat lapisan batuan penutup, batuan lantai batubara dan
struktur geologi.
- Keadaan lapisan batubaradan bentuk deposit.
Pada dasarnya dikenal dua cara penambangan batubara yaitu :
Cara tambang dalam, dilakukan pertama-tama dengan jalan membuat lubang persiapan baik
berupa lubang sumuran ataupun berupa lubang mendatar atau menurun menuju ke lapisan
batubara yang akan ditambang. Selanjutnya dibuat lubang bukaan pada lapisan batubaranya
sendiri.
Cara penambangnnya dapat dilakukan :
a. Secara manual, yaitu menggunakan banyak alat yang memakai kekuatan tenaga
manusia.
b. Secara mekanis, yaitu mempergunakan alat sederhana sampai menggunakan sistem
elektronis dengan pengendalian jarak jauh.
Cara tambang terbuka, dilakukan pertama-tama dengan mengupas tanah penutup. Pada saat ini
metode penambangan mana yang akan digunakan dipilih dan kemungkinan mendapatkan
peralatan tidak mengalami masalah. Peralatan yang ada sekarang dapat dimodifikasikan sehingga
berfungsi ganda . Perlu diketahui pula bahwa berbagai jenis batubara memerlukan jenis dan
peralatan yang berbeda pula. Mesin-mesin tambang modern sudah dapat digunakan untuk
pekaerjaan kegiatan penambangan dengan jangkauan kerja yang lebih luas dan mampu
melaksanakan berbagai macam pekerjaan tanpa perlu dilakukan perubahan atau modifikasi yang
besar.
Pemilihan metode penambangan batubara baik yang akan ditambang secara tambang dalam
ataupun tambang terbuka.

1. METODE PENAMBANGAN SECARA TAMBANG DALAM
Pada penambangan batubara dengan metode penambangan dalam yang peting adalah bagaimana
mempertahankan lubang buka seaman mungkin agar terhindar dari kemungkinan :
- Keruntuhan atap batuan
- Ambruknya dinding lubang (rib spalling)
- Penggelembungan lantai lapisan batubara (floor heave)
Kejadian tersebut diatas disebabkan oleh terlepasnya energi yang tersimpan secara alamiah
dalam endapan batubara. Energi yang terpendam tersebut merupakan akibat terjadinya
perubahan atau deformasi bentuk endapan batubara selama berlangsungnya pembentukan deposit
tersebut. Pelepasan energi tersebut disebabkan oleh adanya perubahan keseimbangan tegangan
yang terdapat pada massa batuan akibat dilakukannya kegiatan pembuatan lubang-lubang bukaan
tambang. Disamping itu kegagalan yang disebabkan batuan dan batubara itu tidak mempunyai
daya penyanggaa di samping faktor-faktor alami dari keadaan geologi endapan batubara tersebut.
Penambangan batubara secara tambang dalam kenyatannnya sangat ditentukan oleh cara
mengusahakan agar lubang bukaan dapat dipertahankan selama mungkin pada saat
berlangsungnya penambangan batubara dengan biaya rendah atau seekonomis mungkin.
Untuk mencapai keinginan tersebut maka pada pembuatan lubang bukaan selalu diusahankan
agar :
- Kemampuan penyangga dari atap lapisan
- Kekuatan lantai lapisan batubara
- Kemampuan daya dukung pilar penyangga.
Namun apabila cara manfaat sifat alamiah tersebut sulit untuk dicapai, maka beberapa cara
penyanggan buatan telah diciptakan oleh ahli tambang.
Metode penambangan secara tambang dalam pada garis besarnya dapat dibedakan yaitu :
a. Room and Pillar atau disebut Bord and Pillar
b. Longwall
Kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri terutama pada
keadaan endapan batubara yang dihadapi di samping faktor lainnya yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan metode penambangan tersebut.
a. Metode Room and Pillar
Cara penambangan ini mengandalkan endapan batubara yang tidak diambil sebagai penyangga
dan endapan batubara yang diambil sebagai room. Pada metode ini penambangan batubara sudah
dilakukan sejak pada saat pembuatan lubang maju. Selanjutnya lubang maju tersebut dibesarkan
menjadi ruangan–ruangan dengan meninggalkan batubara sebagai tiang penyagga. Besar bentuk
dan ruangan sebagai akibat pengambilan batubaranya harus diusahakan agar penyangga yang
dipakai cukup memadai kuat mempertahankan ruangan tersebut tetap aman sampai saatnya
dilakukan pengambilan penyangga yang sebenarnya yaitu tiang penyangga batubara (coal pillar).
Metode ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam besaran jumlah batubara yang dapat
diambil dari suatu cadangan batubara karena tidak semua tiang penyangga batubara dapat
diambil secara ekonomis maupun teknik.
Dari seluruh total cadangan terukur batubara yang dapat diambil dengan cara penambangan
metode Room and Pillar ini paling besar lebih kurang 30-40% saja. Hal ini disebabkan banyak
batubara tertinggal sebagi tiang-tiang pengaman yang tidak dapat diambil. (Gambar…Sketsa
sistem penambangan dengan cara Room and Pillar.)
b. Metode Longwall
Ada dua cara penambangan dengan menggunakan metode Longwall yaitu :
- Cara maju (advancing)
- Cara mundur (retreating)
Pada penambangan dengan metode advancing Longwall terlebih dahulu dibuat lubang maju yang
nantinya akan berfungsi sebagi lubang utama (main gate) dan lubang pengiring (tail gate), dibuat
bersamaan pada pengambilan batubara dari lubang buka tersebut.
Kedua lubang bukaan tersebut digunakan sebagai saluran udara yang diperlukan untuk
menyediakan udara bersih pada lubang bukaannya di samping untuk keperluan transportasi
batubaranya dan keperluan penyediaan material untuk lubang bukannya.
Metode ini akan memberikan hasil lebih cepat karena tidak memerlukan waktu menunggu
lubang yang diperlukan yaitu lubang utama dan lubang pengiring.
Pada metode retreating Longwall merupakan kebalikan dari metode advancing longwall karena
pengambilan batubara belum dapat dilakukan sebelum selesai dibuat suatu panel yang akan
memberikan batasan lapisan batubara yang akan diekstraksi (diambil)
Pemilihan salah satu metode tersebut harus memperhatikan keadaan dan kondisi alami yang
diremukan pada endapan batubara itu sendiri agar nantinya tidak menghadapi kesulitan-kesulitan
selama dilakukan ekstraksi yang pada akhirnya tentu bertujuan mencari biaya serendah mungkin.
(gambar ….Skema sistem penambangna Longwall)
Selain kedua metode tersebut terdapat pula beberapa variasi metode penambangan yang dapat
diterapkan. Hal ini tergantung pada macam dan jenis serta ketebalan lapisan disamping
kemiringan lapisan batubara yang perlu juga diperhatikan.
Peralatan yang digunakan pada penambangan tambang dalam dapat dibagi dalam dua kategori
yaitu :
- Peralatan untuk pekerjaan persiapan
- Peralatan untuk pengambilan batubara.
Pada saat ini kemampuan peralatan tambang dalam sudah demikian maju sehingga seluruih
kegiatan pekerjaan fisik yang dilakukan oleh manusia, praktis sudah dapat digantikan oleh mesin
atau alat batu mekanis.

2. METODE PENAMBANGAN SECARA TAMBANG TERBUKA
Kelebihan dari tambang terbuka dibandingkan dengan tambang dalam adalah :
- Relatif lebih aman
- Relatif lebih sederhana
- Mudah pengawasannya
Pada saat ini sebagian besar penambangan batubara dilakukan dengan metode tambang terbuka,
lebih-lebih setelah digunakannya alat-alat besar yang mempunyai kapasitas muat dan angkut
yang besar untuk membuang lapisan penutup batubara menjadi lebih murah dan menekan biaya
ekstraksi batubara.
Selain itu prosentase batubara yang diambil jauh lebih besar dibandingkan dengan batubara yang
dapat diekstraksi dengan cara tambang dalam. Penambangan batubara dengan metode tambang
terbuka saat ini diperoleh 85% dari total mineable reserve, sedang dengan metode tambang
dalam paling besar hanya 50% saja.
Walaupun demikian penambangan secara tambang terbuka mempunyai keterbatasan yaitu :
- Dengan peralatan yang ada pada saat sekarang ini keterbatasan kedalaman lapisan batubara
yang dapat ditambang.
- Pertimbangan ekonomi antara biaya pembuangan batuan penutup dengan biaya pengambilan
batubara.
Beberapa tipe tambang terbuka :
Tipe penambangan batubara dengan metode tambang terbuka tergantung pada letak dan
kemiringan serta banyaknya lapisan batubara dalan satu cadangan. Disamping itu metode
tambang terbuka dapat dibedakan juga dari cara pemakain alat dan mesin yang digunakan dalam
penambangan.
Beberapa tipe penambangan batubara dengan metode tambang terbuka adalah :
a. Contour Mining
Tipe penambangan ini pada umumnya dilakukan pada endapan batubara yang terdapat di
pegunungan atau perbukitan. Penambangan batubara dimulai pada suatu singkapan lapisan
batubara dipermukaan atau crop line dan selanjutnya mengikuti garis kontur sekeliling bukit atau
pegunungan tersebut.
Lapisan batuan penutup batubara dibuang kearah lereng bukit dan selanjutnya batuan yang telah
tersingkap diambil dan diangkut. Kegiatan penambangan berikutnya dimulai lagi seperti tersebut
diatas pada lapisan batubara yang lain sampai pada suatu ketebalan lapisan penutup batubara
yang menentukan batas limit ekonominya atau sampai batas maksimum ke dalaman dimana
peralatan tambang tersebut dapat bekerja. Batas ekonomi ini ditentukan oleh beberapa variabel
antara lain :
- Ketebalan lapisan batubara
- Kualitas
- Pemasaran
- Sifat dan keadaan lapisan batuan penutup
- Kemampuan peralatan yang digunakan
- Persyaratan reklamasi
(gambar tambang terbuka tipe Contour Mining ….)
Peralatan yang digunakan untuk cara penambangan ini pada umumnya memakai peralatan yang
mempunyai mobilitas tinggi atau dikenal sebagai mobil equipment.
Alat-alat besar seperti :
- Sebagai alat muat : Wheel Loader
Track Loader
Face Shovel
Backhoe
- Sebagai alat angkut jarak jauh : Off Highway Dump Truck
- Sebagai alat angkut jarak dekat : Scraper
Alat-alat tersebut dipergunakan untuk pekerjaan pembuangan lapisan penutup batubara
sedangkan untuk pengambilan batubaranya dapat digunakan alat yang sama atau yang lebih kecil
tergantung tingkat produksinya. Kapasitas alat angkut berupa Off Highway Dump Truck antara
18 ton sampai 170 ton.
Mengingat batuan penutupnya sangat keras maka digunakan sistem peledakan ( Blasting
system), dengan menggunakan beberapa unit alat bor drill blasthole Machine yang mempunyai
kemampuan bor berdiameter sampai 6 inches, sedangkan bahan peledaknya digunakan
Ammonium Nitrate dan Solar ANFO.
b. Open Pit Mining
Open Pit Mining adalah penambangan secara terbuka dalam pengertian umum. Apabila hal ini
diterapkan pada endapan batubara dilakukan dengan jalan membuang lapisan batuan penutup
sehingga lapisan batubaranya tersingkap dan selanjutnya siap untuk diekstraksi. Peralatan yang
dipakai pada penambangan secara open pit dapat bermacam-macam tergantung pada jenis dan
keadaan batuan penutup yang akan dibuang. Dalam pemilihan peralatan perlu dipertimbangkan :



- Kemiringan lapisan batubara
Pada lapisan dengan kemiringan cukup tajam, pembuangan lapisan penutup dapat menggunakan
alat muat baik berupa face shovel, front end loader atau alat muat yang lainnya.
- Masa operasi tambang
Penambangan tipe open pit biasanya dilakukan pada endapan batubara yang mempunyai lapisan
tebal atau dalam dan dilakukan dengan menggunakan beberapa bench. Peralatan yang digunakan
untuk pembuang lapisan penutup batubara dibedakan sebagai berikut:
1. Peralatan yang bersifat mobil antara lain Truck Shovel, Front end loader, Bulldozer, Scrapper.
2. Peralatan yang bersifat bekerja secara kontinu membuang lapisan penutup tanpa dibantu alat
angkut antara lain :
a. Dragline
Baik yang dengan scrawler maupun walking dragline. Alat ini mengeruk dan langsung
membuang sendiri. Kapasitasnya bervariasi mulai dari yang kecil kurang dari 5 m dan jarak
buang lebih dari 75 m.
b. Face Shovel
Ada dua tipe yaitu :
1. Stripping Shovel
Mempunyai kapasitas mangkok (bucket) yang besar dan jangkauan yang panjang digunakan
sebagai alat pembuangan lapisan penutup batubara tanpa perlu bantuan alat angkut yang lain.
Pada umumnya kapasitas mangkok berukuran lebih besar dari 20 m , dengan jangkauan buang
lebih dari 25 m.
2. Loading Shovel
Yang dipergunakan sebagai alat muat yang umunya kapasitas isi mangkok dan panjang
jangkauan lebih pendek.
c. Bucket Wheel Excavator
Adalah alat penggali dan pengangkut sekaligus. Alat ini dapat bekerja sendiri atau dibantu alat
lain berupa belt conveyor dan dapat dibantu dengan alat yang dinamakan belt transfer, dan
selanjutnya pada ujung belt conveyor dipasang alat yang dinamakan belt spreader yang
digunakan untuk menyebarkan hasil galian batuan penutup ketempat pembuangan dumping
disposal area.
c. Stripping Mining
Tipe penambangan terbuka yang diterapkan pada endapan batubara yang lapisannya datar dekat
permukaan tanah. Alat yang digunakan dapat berupa alat yang sifatnya mobil atau alat
penggalian yang dapat membuang sendiri. Penambangan batubara khususnya di Kalimantan
akan dimulai dengan cara tambang terbuka yang memakai alat kerja bersifat mobil.
TEKNIK PENAMBANGAN LAPISAN BATUBARA TIPIS
Penyebaran batubara tidak selalu diiringi oleh kualitas dan ketebalan yang menggembirakan,
karena sering dijumpai kualitas batubara di suatu daerah cukup tinggi sementara ketebalannya
kurang dari 1 m atau sebaliknya.
Ketebalan lapisan batubara berhubungan erat dengan teknik penggaliannya yang sudah barang
tentu diarahkan pada efisiensi sistem penambangan yang secara ekonomi layak diterapkan.
Sampai saat ini untuk menggali lapisan batubara dengan ketebalan kurang dari 1 m, baik pada
tambang bawah tanah maupun terbuka, terbentur pada masalah pemilihan sistem penambangan
yang ekonomis. Misalnya pada sistem longwall, alat pemotong batubara (shearer) paling kecil
yang diproduksi mempunyai ketinggian 0,81 m, tentu alat ini tidak dapat digunakan menambang
lapisan batubara yang lebih tipis dari 0,81 m. pada penambangan terbuka, lapisan penutup yang
tebal umumnya menjadi kendala untuk menambang lapisan batubara yang tipis, bila ditinjau dari
aspek ekonomi. Tetapi kendala pemilihan alat penggali lapisan batubara tipis telah dapat diatasi
berkat kemajuan teknologi untuk merancang suatu alat pembajak batubara (plow) yang dapat
digunakan untuk mengekstrak lapisan batubara dengan ketebalan 0,46 m. Masalah yang timbul
kemudian adalah bagaimana memanfatkan alat bajak ini pada suatu sistem penambangan
batubara tipis.
Cara penambangan batubara tipis yang sedang beroperasi saat ini secara ekonomi sulit dapat
diterima, tetapi cara tersebut terus dilakukan karena setiap pemerintahan mempunyai kebijakan
berbeda dalam mengelola sumberdaya alam yang strategis yang dimilikinya. Ada beberapa
sistem penambangan lapisan batubara tipis yaitu :
a. Sistem Tarik Kabel-Rantai
Sistem penambangan ini telah diterapkan di Korea untuk mengekstrak lapisan batubara dengan
ketebalan antara 0,3 – 0,5 m dengan kemiringan 45 . Tahap persiapan penambangannya , bagian
yang penting yang harus dibuat disamping komponen lain adalah pilar-pilar berdimensi 15.2 x
30,5 m diantara dua raise yaitu pilar-pilar batubara yang akan dipotong menggunakan gesekan
rantau penggali.
Pilar-pilar ini juga berfungsi sebagai penyangga sementara pada saat salah satu pilar sedang
dipotong. Disamping itu harus dirancang pula dua corong di bagian bawah pilar untuk
menampung serpihan batubara.
Rantai pemotong batubara disambung dengan kabel yang dihubungkan ke mesin penggerak yang
dapat menjalankan rantai pemotong tersebut maju mundur. Mesin penggerak diletakkan pada
level atas, sedangkan pada level bawah tersedia kendaraan penampung serpihan batubara hasil
pemotongan. Penggalian dimulai dari bagian bawah pilar bergerak ke atas sehingga serpihan
batubara mengalir karena gravitasi menuju dua buah corongan yang dapat menampung serpihan
batubara tersebut dan siap dimuatkan secara periodik kedalam kendaraan penampung.Diameter
nominal rantai pemotong berkisar antara 100 sampai 200 mm yang sangat efektif digunakan
untuk menggali lapisan batubara dengan ketebalan 0,5 meter.
b. Sistem Backfilling
Konsep sistem backfilling dipersiapkan untuk lapisan batubara tipis yang relatif datar, untuk itu
harus dipersiapkan suatu sistem pengangkutan yang sesuai dengan ketebalan lapisan
batubaranya.
Teknik penggalian dan penyanggaan yang akan diterapkan mengacu pada sistem longwall, yaitu
suatu sistem dengan proses penambangan dan pengangkutan bergerak maju dan meninggalkan
runtuhan lapisan atap diatap dibelakang penyangga. Dengan mempertimbangkan tipisnya lapisan
batubara dan penyangga yang harus dapat bergerak maju, maka sistem penyangga bertekan udara
diharapkan sebagai jawaban yang tepat. Dasar konsep ini menggunakan seoptimal muingkin
teknik pengontrolan jarak jauh, baik terhadap mobilitas penyangga maupun penggalian, sehingga
tidak diperlukan personil yang bekerja di dalam tambang.
c. Sistem Roof-Fall Tolerant
Seperti halnya sistem backfilling, sistem roof-fall tolerant juga merupakan konsep yang sasaran
utamanya tidak memerlukan adanya karyawan yang bekerja didalam tambang. Bahkan dalam
sistem ini dirancang tidak memerlukan penyangga sama sekali. Konsep sistem Roof-fall tolerant
dibuat atas dasar hipotesis sisipan tipis, yaitu akan terbentuknya rongga dibelakang alat
pemotong secara bertahap dan runtuhan atap terjadi pada toleransi jarak yang cukup aman.
Adanya toleransi jarak runtuhan tersebut merupakan keuntungan karena alat potong dan alat
angkut tidak akan terjepit oleh runtuhan atap. Konsep sisipan tipis ini meliputi seluruh perangkat
penambangan yang diperlukan antara lain rantai pemotong yang panjang dan bergerak memutar
(looping) serta sistem pengangkutnya. Penggalian batubara bergerak dari satu arah sampai jarak
tertentu, kemudian berbalik ke arah yang berlawanan, begitu seterusnya sampai lapisan
batubaranya habis.

Tambang Batu Bara & Lingkungan Hidup

Tambang batu bara – terutama tambang terbuka –memerlukan lahan yang luas untuk diganggu
sementara. Hal tersebut menimbulkan permasalahan lingkungan hidup, termasuk erosi tanah,
polusi debu, suara dan air, serta dampat terhadap keanekaragaman hayati setempat. Tindakan-
tindakan dilakukan dalam poerasi tambang modern untuk menekan dampak-dampak tersebut.
Perencanaan dan pengelolaan lingkungan yang baik akan menekan dampak pertambangan
terhadap lingkungan hidup dan membantu melestarikan keanekaragaman hayati.

Gangguan Lahan

Dalam praktek yang terbaik, kajian-kajian lingkungan hidup sekitarnya dilaksanakan beberapa
tahun sebelum suatu tambang batu bara dibuka untuk menentukan kondisi yang ada dan untuk
mengidentifikasikan kepekaan dan masalahmasalah yang mungkin akan timbul. Kajian-kajian
tersebut mempelajari dampak pertambangan terhadap air permukaan dan air tanah, tanah dan tata
guna lahan setempat, tumbuhan alam serta populasi fauna (lihat kajian kasus koala pada halaman
30). Simulasi komputer dapat dilakukan untuk melihat dampak-dampak terhadap lingkungan
hidup setempat. Temuan-temuan tersebut kemudian dikaji sebagai bagian dari proses yang
mengarah kepada pemberian izin pertambangan oleh pihak yang berwenang.

Amblesan Tambang

Masalah yang terkait dengan tambang batu bara bawah tanah adalah amblesan, dimana
permukaan tanah ambles sebagai akibat dari ditambangnya batu bara di bawahnya. Setiap
kegiatan tata guna lahan yang dapat menghadapkan harta benda pribadi atau harta milik sendiri
atau bentang alam yang bernilai pada suatu risiko jelas merupakan suatu masalah.
Suatu pemahaman menyeluruh dari pola penghidupan di suatu daerah memungkinkan untuk
mengukur pengaruh dari tambang bawah tanah terhadap permukaan tanah. Hal ini memastikan
pengambilan sumber daya batu bara sebanyak-banyaknya secara aman sementara melindungi
penggunaan lahan lainnya.




BATUBARA INDONESIA
1. PENDAHULUAN
Pada masa mendatang, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat; tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestik), tetapi juga untuk memenuhi
permintaan luar negeri (ekspor). Hal ini mengingat sumber daya batubara Indonesia yang masih
melimpah, di lain pihak harga BBM yang tetap tinggi, menuntut industri yang selama ini berbahan
bakar minyak untuk beralih menggunakan batubara.
Adanya rencana pembangunan PLTU baru di dalam dan luar Pulau Jawa dengan total kapasitas
10.000 MW, meningkatnya produksi semen setiap tahun, dan semakin berkembangnya industriindustri
lain seperti industri kertas (pulp) dan industri tekstil merupakan indikasi permintaan dalam
negeri akan semakin meningkat. Demikian pula halnya dengan permintaan batubara dari
negara-negara pengimpor mengakibatkan produksi akan semakin meningkat pula.
Terkait dengan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) melalui PP
No.5 Tahun 2006 sebagai pembaruan Kebijaksanaan Umum Bidang Energi (KUBE) tahun 1998. KEN
mempunyai tujuan utama untuk menciptakan keamanan pasokan energi nasional secara
berkelanjutan dan pemanfaatan energi secara efisien, serta terwujudnya bauran energi (energy mix)
yang optimal pada tahun 2025. Untuk itu ketergantungan terhadap satu jenis sumber energi seperti
BBM harus dikurangi dengan memanfaatkan sumber energi alternatif di antaranya batubara.
Untuk mendukung pencapaian sasaran bauran energi nasional yang dicanangkan pemerintah,
salah
satunya adalah melakukan kajian batubara secara nasional untuk mengetahui kondisi sumberdaya,
pengusahaan, dan pemanfaatan batubara, serta permasalahannya, yang dapat digunakan untuk
membuat langkah-langkah yang diperlukan. Dan untuk mendukung kajian tersebut perlu melakukan
terlebih dahulu membangun data base batubara nasional dari hasil pengumpulan data baik
sekunder maupun primer.
2. SUMBERDAYA
Jumlah sumber daya batubara Indonesia tahun 2005 berdasarkan perhitungan Pusat Sumber Daya
Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebesar 61,366 miliar ton. Sumber
daya batubara tersebut tersebar di 19 propinsi (Tabel 2.1).
3. KEBIJAKAN
Dalam kebijakan bauran energi nasional 2025, pemakaian batubara diharapkan mencapai 33%
(Gambar 3.1), Pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang digunakan sebagai landasan di
dalam kebijakan pengusahaan batubara, yaitu :
1) Kepmen ESDM No.1128 Tahun 2004, tentang Kebijakan Batubara Nasional.
2) Perpres No.5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.
3) Inpres No.2 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Batubara yang Dicairkan
Sebagai Bahan Bakar Lain..
Di dalam sasaran bauran energi nasional tersebut, batubara menempati urutan pertama di dalam
penggunaan energi. Hal tersebut dikarenakan oleh :
a) Sumber daya batubara cukup melimpah, yaitu 61,3 miliar ton, dengan cadangan 6,7 miliar ton
(Pusat Sumber Daya Geologi, 2005).
b) Dapat digunakan langsung dalam bentuk padat, atau dikonversi menjadi gas (gasifikasi) dan
cair (pencairan).
c) Harga batubara kompetitif dibandingkan energi lain.
d) Teknologi pemanfaatan batubara yang ramah lingkungan telah berkembang pesat, yang
dikenal sebagai Teknologi Batubara Bersih (Clean Coal Technology).
Gambar 3.1
Sasaran Bauran Energi Nasional 2025
Tabel 2.1 Kualitas, Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia Tiap Propinsi, 2005
Kualitas Sumberdaya ( Juta Ton) Cadangan
No. Provinsi Kriteria
Kelas
(Kal/gr, adb)
Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah (Juta Ton)
Kalori Sedang 5100 - 6100 5,47 2,78 0,00 0,00 10,34 0,00
1. BANTEN Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 2,97 0,00 0,00 2,97 0,00
5,47 5,75 0,00 0,00 13,31 0,00
Kalori Rendah <5100 0,00 0,82 0,00 0,00 0,82 0,00
2 JAWA TENGAH
0,00 0,82 0,00 0,00 0,82 0,00
Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 0,08 0,00 0,00 0,08 0,00
3 JAWA TIMUR
0,00 0,08 0,00 0,00 0,08 0,00
Kalori Rendah <5100 0,00 20,92 6,70 64,14 91,76 0,00
4 NANGROE ACEH Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 325,43 6,70 26,26 351,69 0,00
DARUSALAM
0,00 346,35 13,40 90,40 443,45 0,00
Kalori Rendah <5100 0,00 0,00 0,00 19,97 19,97 0,00
5 SUMATERA UTARA Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 7,00 0,00 0,00 7,00 0,00
0,00 7,00 0,00 19,97 26,97 0,00
Kalori Rendah <5100 0,00 1.345,69 0,00 268,06 1.613,75 0,00
Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 30,62 0,00 51,57 82,19 0,00
Kalori Tinggi 6100 - 7100 12,79 359,60 0,00 16,99 389,38 16,54
6RIAU
12,79 1.735,91 0,00 336,62 2.085,32 16,54
Kalori Sedang 5100 - 6100 19,19 284,36 42,72 22,97 369,24 2,83
Kalori Tinggi 6100 - 7100 5,76 164,58 0,00 144,27 314,61 19,24
Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 27,00 0,00 14,00 41,00 14,00
7 SUMATERA BARAT
24,95 475,94 42,72 181,24 724,85 36,07
Kalori Rendah <5100 0,00 51,13 0,00 0,00 51,13 0,00
Kalori Sedang 5100 - 6100 190,84 1.200,09 36,32 90,24 1.517,49 18,00
Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 210,81 0,00 82,96 293,77 0,00 8 J A M B I
190,84 1.462,03 36,32 173,20 1.862,39 18,00
Lanjutan Tabel 2.1
Kualitas Sumberdaya ( Juta Ton) Cadangan
No. Provinsi Kriteria
Kelas
(Kal/gr, adb)
Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah (Juta Ton)
Kalori Rendah <5100 0,00 11,34 0,00 10,58 21,92 0,00
Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 0,81 0,00 5,86 6,67 3,79
Kalori Tinggi 6100 - 7100 15,15 100,62 8,11 45,49 169,37 17,33
Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 0,32 0,00 0,37 0,69 0,00
9 BENGKULU
15,15 113,09 8,11 62,30 198,65 21,12
Kalori Rendah <5100 326,55 7.400,27 2.300,07 1.358,00 11.384,89 2.426,00
Kalori Sedang 5100 - 6100 198,93 1.629,28 9.139,87 366,01 11.334,10 186,00
Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 31,00 433,89 14,00 478,89 67,00
10 SUMATERA SELATAN
525,48 9.060,55 11.873,83 1.738,01 23.197,88 2.679,00
Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 14,00 0,00 0,00 14,00 0,00
11 LAMPUNG Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 92,95 0,00 0,00 92,95 0,00
0,00 106,95 0,00 0,00 106,95 0,00
Kalori Tinggi 6100 - 7100 42,12 378,60 0,00 0,00 420,72 0,00
12 KALIMANTAN BARAT Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 104,00 1,32 1,48 106,80 0,00
42,12 482,60 1,32 1,48 527,52 0,00
Kalori Rendah <5100 0,00 483,92 0,00 0,00 483,92 0,00
Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 296,75 5,08 44,36 354,80 4,05
Kalori Tinggi 6100 - 7100 114,11 262,72 0,00 72,64 449,47 0,00
Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 247,62 0,00 77,02 324,64 44,54
13 KALIMANTAN TENGAH
114,11 1.291,01 5,08 194,02 1.612,83 48,59
Kalori Rendah <5100 0,00 370,87 0,00 600,99 971,86 536,33
Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 4.793,13 301,36 2.526,46 7.620,95 1.287,01
Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 336,19 33,12 109,64 478,95 44,36
Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 17,62 0,00 12,00 29,62 0,14
14 KALIMANTAN SELATAN
0,00 5.517,81 334,48 3.249,09 9.101,38 1.867,84
Lanjutan Tabel 2.1
Kualitas Sumberdaya ( Juta Ton) Cadangan
No. Propinsi Kriteria
Kelas
(Kal/gr, adb)
Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah (Juta Ton)
Kalori Rendah <5100 0,00 201,93 13,76 89,83 305,52 0,00
Kalori Sedang 5100 - 6100 2.285,84 10.630,35 121,61 2.609,46 15.682,72 941,62
Kalori Tinggi 6100 - 7100 502,96 2.611,07 191,77 1.558,62 4.918,92 1.064,82
Kalori Sangat Tinggi > 7100 90,11 60,84 4,48 14,40 169,82 65,24
15 KALIMANTAN TIMUR
2.878,90 13.504,19 331,62 4.272,31 21.076,98 2.071,68
Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 131,03 32,31 53,10 216,44 0,06
16 SULAWESI SELATAN Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 13,90 0,78 0,00 14,68 0,00
0,00 144,93 33,09 53,10 231,12 0,06
Kalori Rendah <5100 0,00 1,98 0,00 0,00 1,98 0,00
17 SULAWESI TENGAH
0,00 1,98 0,00 0,00 1,98 0,00
Kalori Rendah <5100 0,00 2,13 0,00 0,00 2,13 0,00
18 MALUKU UTARA
0,00 2,13 0,00 0,00 2,13 0,00
Kalori Sedang 5100 - 6100 89,40 30,95 0,00 0,00 120,35 0,00
Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 5,38 0,00 0,00 5,38 0,00
Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 25,53 0,00 0,00 25,53 0,00 19 P A P U A B A R A T
89,40 61,86 0,00 0,00 151,26 0,00
JUMLAH SUMBERDAYA BATUBARA TIAP PROPINSI 3.899,22 34.320,97 12.679,98 10.371,74 61.365,86
6.758,90
Sumber : Pusat Sumber Daya Geologi, 2006
4. PRODUKSI, KONSUMSI, DAN EKSPOR
4.1 Perkembangan Produksi
Perkembangan produksi batubara selama 13 tahun terakhir telah menunjukkan peningkatan yang
cukup pesat, dengan kenaikan produksi rata-rata 15,68% pertahun. Tampak pada tahun 1992,
produksi batubara sudah mencapai 22,951 juta ton dan selanjutnya pada tahun 2005 produksi
batubara nasional telah mencapai 151,594 juta ton.
Perusahaan pemegang PKP2B merupakan produsen batubara terbesar, yaitu sekitar 87,79 % dari
jumlah produksi batubara Indonesia, diikuti oleh pemegang KP sebesar 6,52 % dan BUMN sebesar
5,68 %.
Perkembangan produksi batubara nasional tersebut tentunya tidak terlepas dari permintaan
dalam negeri (domestik) dan luar negeri (ekspor) yang terus meningkat setiap tahunnya.
Sebagian besar produksi tersebut untuk memenuhi permintaan luar negeri, yaitu rata-rata 72,11%,
dan sisanya 27,89% untuk memenuhi permintaan dalam negeri (Gambar 4.1).
4.2 Perkembangan Konsumsi Dalam Negeri
Pemanfaatan batubara di dalam negeri meliputi penggunaan di PLTU, industri semen, industri
kertas, industri tekstil, industri metalurgi, dan industri lainnya (Tabel 4.1).
4.2.1 PLTU
PLTU merupakan industri yang paling banyak menggunakan batubara. Tercatat dari seluruh
konsumsi batubara dalam negeri pada tahun 2005 sebesar 35,342 juta ton, 71,11% di antaranya
digunakan oleh PLTU. Hingga saat ini, PLTU berbahan bakar batubara, baik milk PLN maupun yang
dikelola swasta, ada 9 PLTU, dengan total kapasitas saat ini sebesar 7.550 MW dan mengkonsumsi
batubara sekitar 25,1 juta ton per tahun.
Berdasarkan data dalam kurun waktu 1998-2005, Penggunaan batubara di PLTU untuk setiap
tahunnya meningkat rata-rata 13,00%. Hal tersebut sejalan dengan penambahan PLTU baru
sebagai dampak permintaan listrik yang terus meningkat rata-rata 7,67% per tahun.
Namun demikian, sejak tahun 2003 krisis energi listrik nasional sudah mulai terasa sebagai dampak
dari ketidakseimbangan antara penyediaan dan permintaan. Dalam upaya mengantisipasi
kekurangan listrik dan untuk meningkatkan efisiensi pemakaian BBM secara nasional, pemerintah
merencanakan percepatan pembangunan PLTU berbahan bakar listrik 10.000 MW hingga akhir
2009.
GAMBAR 4.1
TREND PRODUKSI, PENJUALAN DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI
TAHUN 1992 - 2005
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
Juta Ton Produksi
Penjualan DN
Penjualan LN
TABEL 4.1
KONSUMSI BATUBARA MENURUT JENIS INDUSTRI DI INDONESIA
TAHUN 1998 - 2005
(TON)
JENIS
INDUSTRI 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
PLTU 10,911,341 13,047,717 13,943,613 19,165,256 21,902,161 23,810,054 23,492,328 25.132.174
SEMEN 1,279,973 2,762,831 3,763,884 5,938,172 5,355,460 5,068,194 6,070,825 6.023.248
Industri
Tekstil - - - - - 274,160 381,440 1.307.610
Industri
Kertas 692,737 805,397 766,549 804,202 471,751 1,680,304 1,106,227 2,272,443
METALURGI 144,907 123,226 134,393 220,666 236,802 225,907 122,827 160.490
Briket 29,963 38,302 36,799 31,265 24,708 24,976 23,506 28,267
Lain - Lain 2,600,550 2,573,355 5,545,609 2,407,667 3,792,481 4,715,840 5,237,639 417,583
Jumlah 15,659,471 19,350,828 24,190,847 28,567,228 31,783,364 35,799,436 36,434,791 35.341.816
Sumber : - Hasil Survei Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA), 2006
- Direktorat Pembinaan dan Pengusahaan Mineral dan Batubara (DPPMB), 2006
4.2.2 Industri Semen
Selama delapan tahun terakhir ini, perkembangan pemakaian batubara pada industri semen
berfluktuasi. Antara tahun 1998-2001, pemakaian batubara rata-rata naik sangat signifikan, yaitu
64,03%, namun pada tahun 2002 dan 2003 sempat mengalami penurunan hingga 7,59%.
Memasuki tahun 2004, kebutuhan batubara pada industri semen mengalami perubahan yang
positif, yaitu 19,78% seiring perkembangan ekonomi yang mulai membaik di dalam negeri. Tahun
2005, tercatat sekitar 17,04% kebutuhan batubara dalam negeri digunakan oleh industri semen
atau 5,77 juta ton.
4.2.3 Industri Tekstil
Industri tekstil memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar minyak (BBM),
oleh karena itu dengan melambungnya harga BBM, banyak yang beralih ke bahan bakar ke
batubara, walaupun harus melakukan modifikasi terhadap boiler atau mengganti boiler yang
baru berbahan bakar batubara.
Pada tahun 2003 jumlah perusahaan tekstil yang menggunakan bahan bakar batubara hanya 18
perusahaan saja, namun pada tahun 2006 sudah bertambah menjadi 224 perusahaan tersebar di
Pulau Jawa terutama di Propinsi Jawa Barat. Kebutuhan batubaranya pun meningkat sangat
signifikan, yaitu dari 274.150 ton pada tahun 2003 naik menjadi 3,07 juta ton pada tahun 2006.
4.2.4 Industri Kertas
Seperti halnya pada perusahaan tekstil, batubara dalam industri kertas digunakan sebagai bahan
bakar dimana energi panas yang dihasilkan digunakan untuk memasak air pada boiler sehingga
menghasilkan uap yang diperlukan untuk memasak pulp (bubur kertas).
Perkembangan pemakaian batubara pada industri kertas selama kurun waktu 1998-2005 naik
sangat signifikan, rata-rata 42,36%. Namun untuk waktu mendatang diperkirakan
perkembangannya akan stabil pada kisaran 3,0 – 6,0 % per tahun. Pada tahun 2005, jumlah
kebutuhan batubara untuk industri ini mencapai sekitar 2,207 juta ton.
4.2.5 Industri Metalurgi dan Industri Lainnya
Perkembangan kebutuhan batubara oleh industri metalurgi berfluktuasi, namun ada trend
perkembangan yang meningkat sejalan dengan kondisi produksi perusahaan yang mengalami
turun naik. Tahun 1998 tercatat 144,907 ribu ton, meningkat hingga mencapai 236,802 ribu ton
pada tahun 2002, namun kemudian menurun hingga 112,827 ribu ton tahun 2005.
Di samping industri metalurgi, masih banyak industri lainnya yang menggunakan batubara sebagai
bahan bakar dalam mendukung proses produksinya, antara lain industri makanan, kimia,
pengecoran logam, karet ban, dan lainnya. Di Propinsi Banten dan Jawa Barat ada 21
perusahaan yang telah menggunakan batubara dengan total kebutuhan diperkirakan mencapai
416.708 ton untuk tahun 2005.
4.2.6 Briket Batubara
Dari data tahun 1998 – 2005, perkembangan briket batubara berfluktuatif, namun cenderung ada
peningkatan. Konsumsi terendah sebesar 23.506 ton pada tahun 2004 dan tertinggi pada
mencapai 38.302 ton tahun 1999. Pada sisi lain potensi konsumsi BBM yang dapat disubstitusi briket
batubara untuk IKM dan rumahtangga sebesar 12,32 juta ton, dan jumlah optimisnya sebesar 1,3
juta ton per tahun atau ekivalen dengan 936.000 kilo liter minyak tanah per tahun. Kondisi pasar
akan menentukan bagaimana prospek perbriketan batubara di Indonesia sebagai bahan
alternative substitusi minyak tanah khususnya, bersama-masa dengan energi alternative lainnya
seperti bahan bakar nabati (biofuel) dan LPG.
4.2.7 Upgrading Brown Coal, Gasifikasi, dan Pencairan Batubara
Terkait dengan upaya ketahanan bauran energi nasional, adalah pengembangan teknologi
batubara, dimana skala pilot plantnya dikembangkan oleh Puslitbang Teknologi Mineral dan
Batubara (tekMIRA) meliputi antara lain upgrading brown coal (UBC), gasifikasi, dan pencairan
batubara. Direncanakan tidak lama lagi akan dirintis ke arah demo plant sebelum skala
komersialisasi.
4.3 Perkembangan Ekspor
Kebutuhan batubara dunia saat ini ternyata meningkat sangat cepat, antara lain dipicu oleh
booming harga dan semakin banyaknya pembangunan PLTU di luar negeri yang menggunakan
bahan bakar batubara, serta kran ekspor China ditutup. Hal ini yang mengantarkan Indonesia
sebagai pemasok (eksportir) terbesar pada tahun ini menyaingi Australia dan Afrika Selatan.
Ekspor batubara Indonesia pada tahun 1992 hanya sebesar 16,288 juta ton, sedangkan pada
tahun 2005 tercatat sebesar 106,767 juta ton. Ini berarti volume ekspor rata-rata naik sebesar
16,00%. Perusahaan pemegang PKP2B merupakan eksportir batubara terbesar, yaitu sekitar 95,36%
dari jumlah ekspor batubara Indonesia, diikuti oleh pemegang BUMN sebesar 2,52% dan KP sebesar
2,12%.
5. MASA DEPAN
Pada masa mendatang, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat; tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestik), tetapi juga untuk memenuhi
permintaan luar negeri (ekspor). Hal ini mengingat sumber daya batubara Indonesia yang masih
melimpah, di lain pihak harga BBM yang tetap tinggi, menuntut industri yang selama ini berbahan
bakar minyak untuk beralih menggunakan batubara.
5.1Proyeksi Penyediaan-Permintaan (Supply-Demand)
Produksi batubara nasional terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Pada tahun
1992 tercatat sebesar 22,951 juta ton, naik menjadi 151,594 juta ton pada tahun 2005, atau naik
ratarata
15,68 % per tahun. Jika diasumsikan proyeksi untuk tahun-tahun mendatang mengikuti
kecenderungan (trend) tersebut di atas, maka kondisi pada tahun 2025, produksi akan meningkat
menjadi sekitar 628 juta ton.
Dari sisi konsumsi, hingga saat ini segmen pasar batubara di dalam negeri meliputi PLTU, industri
semen, industri menengah hingga industri kecil dan rumahtangga. Dalam kurun waktu 1998-2005,
konsumsi batubara di dalam negeri berkembang 13,29%. Kondisi saat ini (2005) konsumsi batubara
tercatat 35,342 juta ton, di antaranya, 71,11% dikonsumsi PLTU, 16,84% dikonsumsi industri semen, dan
6,43% dikonsimsi industri kertas. Dari karakteristik tersebut dan adanya rencana pemanfaatan
batubara melalui pengembangan teknologi UBC, gasifikasi, dan pencairan, maka diproyeksikan
pada tahun 2025 kebutuhan batubara dalam negeri akan mencapai sekitar 191,130 juta ton.
Sedangkan dari trend ekspor batubara yang peningkatannya sangat signifikan sekitar 16,00%
pertahun, maka pada tahun 2025 diproyeksikan akan mencapai 438 juta ton.
Kondisi tersebut tidak diharapkan, karena tidak sejalan dengan rencana pengembangan
batubara Indonesia. Untuk tahun 2025, jumlah rencana produksi sebesar 318 miliar ton untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri sebesar 214 miliar ton dan untuk memenuhi permintaan luar
negeri sebesar 104 miliar ton.
Kunci perbedaan dari kedua proyeksi tersebut terletak pada penjualan ke luar negeri. Sehingga
agar
rencana pengembangan batubara Indonesia dapat terealisasi, maka perlu membuat kebijakan
pengendalian produksi melalui pembatasan penjualan ke luar negeri dan jaminan pasokan untuk
kebutuhan dalam negeri yang tercantum di dalam kontrak harus dilaksanakan.
GAMBAR 5.1
POYEKSI PRODUKSI, PENJUALAN DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI BATUBARA INDONESIA
TAHUN 2006 - 2025
41 44
65
97
135
181
109 118
168
243
333
438
150 162
233
343
474
628
0
100
200
300
400
500
600
700
2005 2006 2010 2015 2020 2025
Tahun
Milyar Ton Penjualan DN
Penjualan LN
Produksi
GAMBAR 5.1
POYEKSI PRODUKSI, PENJUALAN DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI BATUBARA INDONESIA
TAHUN 2006 - 2025
41 44
65
97
135
181
109 118
168
243
333
438
150 162
233
343
474
628
0
100
200
300
400
500
600
700
2005 2006 2010 2015 2020 2025
Tahun
Milyar Ton Penjualan DN
Penjualan LN
Produksi
5.2 Langkah-Langkah Yang Diperlukan
Dari hasil gambaran trend suppy-demand batubara nasional hingga tahun 2025 termasuk
didalamnya permasalahan yang mungkin muncul, maka untuk memberikan dukungan terkait
dengan pengembangan batubara dalam mencapai bauran energi pada tahun 2025 lebih besar
dari 33% (214 juta ton), diperlukan langkah-langkah strategis meliputi :
a Sumber daya
���Melakukan upaya pencarian (inventarisasi) sumber daya dan cadangan batubara yang
representatif dan secara berkelanjutan.
b. Pengusahaan
���Pendataan kontrak (jangka panjang, menengah, pendek, spot) perusahaan dengan
konsumen luar negeri. Kemudian pelaku eksportir ditata secara konprehensif dan
proporsional berdasarkan tingkat produksi dan kondisi kebutuhan di dalam negeri.
���Setiap pengajuan peningkatan tingkat produksi yang diajukan oleh perusahaan perlu
disesuaikan dengan kebijakan bauran energi nasional.
c. Kebijakan/ Insentif
���Menetapkan batubara sebagai komoditi strategis.
���Mengubah komposisi penjualan dalam negeri dan ekspor yang saat ini 28 : 72, secara
bertahap hingga tercapai komposisi yang ideal sampai tahun 2025.
���Mendorong pengusahaan batubara peringkat rendah di dalam negeri untuk memenuhi
kebutuhan energi melalui paket insentif, seperti penentuan tarif nilai bagi hasil (PKP2B)
untuk batubara mutu rendah.
���Meningkatkan diversifikasi pemanfaatan batubara melalui program pembakaran
langsung, pengembangan briket batubara, pencairan batubara, gasifikasi, up grading
batubara, dan pengembangan Coal Bed Methane, dengan memperhatikan faktor
lingkungan.
���Memberikan insentif bagi investor (penambangan dan pengolahan) yang
mengembangkan UBC, pencairan, dan gasifikasi batubara, antara lain jaminan hasil
produk dibeli oleh pihak pemerintah.
���Menetapkan nilai bagi hasil bagian pemerintah dari penambangan batubara mutu
rendah dan tambang bawah tanah.
d. Insfrastruktur
��� Untuk menunjang kelancaran distribusi batubara dari hulu hingga hilir perlu membangun
dan mengembangkan prasarana transportasi seperti jaringan kereta api dan pelabuhan
bongkar muat
���Mengembangkan pelabuhan bongkar, sarana angkutan, dan jalur distribusi, serta stock
yard batubara yang dekat dengan sentra industri (konsumen) di wilayah Pulau Jawa yang
merupakan konsumen terbesar di dalam negeri.
Dikompilasi oleh
Tim Kajian Batubara Nasional
Kelompok Kajian Kebijakan Mineral dan Batubara
Pusat Litbang Teknologi Mineral dan Batubara
2006
ndonesia adalah eksportir batubara terbesar kedua di dunia (setelah Australia, 2006). Batubara
yang banyak diekspor adalah batubara jenis sub-bituminus yang dapat merepresentasikan
produksi batubara Indonesia. Produksi batubara Indonesia meningkat sebesar 11.1% pada tahun
2003 dan jumlah ekspor meningkat sebesar 18.3% di tahun yang sama. Sebagian besar cadangan
batubara Indonesia terdapat di Sumatra bagian selatan. Kualitasnya beragam antara batubara
kualitas rendah seperti lignit (59%) dan sub-bituminus (27%) serta batubara kualitas tinggi
seperti bituminus dan antrasit (14%).

Sekitar 74% dari batubara Indonesia merupakan hasil penambangan perusahaan swasta. Satu-
satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Tambang Bukit Asam, menghasilkan sekitar
10 Mt (hanya 9% dari total produksi batubara Indonesia pada tahun 2003) dari penambangan
terbuka. Bandingkan dengan perusahaan-perusahaan swasta seperti PT Adaro, PT Kaltim Prima
Coal, serta PT Arutmin yang dapat memproduksi batubara hingga di atas 10 Mt pada tahun yang
sama. Terlihat ironis bukan? Perusahaan penambangan batubara milik negara kalah produksi
oleh perusahaan swasta.

Operasi penambangan batubara seringkali dituduh menyebabkan kerusakan lingkungan.
Penambangan batubara diperkirakan menyebabkan kerusakan pada kurang lebih 70 ribu hektar
tanah. Pada beberapa area, limbah cair dibuang pada sungai terdekat yang pada akhirnya
mencemari sumber air warga sekitar. Dampak lingkungan serta permintaan akan kontribusi
perusahaan pertambangan yang lebih besar kepada perkembangan masyarakat telah
menyebabkan munculnya permintaan akan ditutupnya operasi penambangan batubara. Salah satu
hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengrusakan lingkungan oleh operasi penambangan
batubara adalah dengan lebih memperketat regulasi yang berkaitan dengan penambangan
batubara, disinilah peran besar pemerintah. Pemerintah merespon permasalahan ini dengan
memberikan komitmen bahwa operasi penambangan batubara akan merujuk pada peraturan
pemerintah mengenai keselamatan lingkungan. Sebagai contoh, pada tahun 1999 diterbitkan PP
no 18 yang mengatur mengenai tata cara pemrosesan limbah berbahaya dan beracun. Peraturan
ini mengharuskan perusahaan pertambangan untuk memproses limbah yang dihasilkan hingga
mencapai derajat kebersihan yang sangat tinggi dengan standar kemurnian air yang 5 kali lebih
ketat dibandingkan Amerika Serikat maupun Kanada. Akan tetapi, penerapan regulasi ini pada
akhirnya ditunda karena pemerintah mengevaluasi ulang kemampuan teknologi yang dimiliki
oleh perusahaan pertambangan di Indonesia dan ternyata dibutuhkan penyesuaian. Belum lagi
adanya penambangan batubara ilegal. Para penambang ilegal mengabaikan ketentuan yang
berkaitan dengan lingkungan dan keselamatan serta menjual batubara dengan harga yang lebih
rendah. Pemerintah diharapkan dapat mengambil sikap dan menuntut para penambang ilegal ini.

Pemerintah sendiri memiliki ketertarikan yang besar dalam mengembangkan teknologi
pemanfaatan batubara untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh batubara.
Usaha untuk mengembangkan Clean Coal Technology (CCT) telah memasukkan kerjasama
dengan pihak asing untuk mempelajari efek-efek yang mungkin muncul dari penggunaan
batubara dan untuk mencari cara baru agar pembangkit listrik yang berbasis pembakaran
batubara dapat memenuhi ketentuan lingkungandari segi emisi. Ini suatu itikad baik yang
ditunjukkan oleh pemerintah mengingat permasalahan yang menyangkut emisi yang dihasilkan
oleh batubara dapat mengurangi visibilitas digunakannya batubara sebagai sumber energi.

Masalah sumber energi pun sedang menjadi fokus utama pemerintah berkaitan dengan naiknya
harga minyak bumi. Pada dasarnya, cadangan batubara Indonesia memang jauh lebih besar
dibandingkan dengan cadangan minyak bumi maupun gas alam sehingga pemerintah kini mulai
melihat batubara sebagai sumber energi alternatif yang murah. Batubara selama ini telah
digunakan sebagai bahan bakar pada pabrik semen dan pabrik baja, apa salahnya jika batubara
digunakan untuk membangkitkan listrik? Apabila hal ini dapat dilakukan, subsidi pemerintah
untuk BBM dapat berkurang (saat ini subsidi memang tidak mencukupi akibat kenaikan harga
minyak bumi dan peningkatan konsumsi BBM). Dalam 3 tahun mendatang diharapkan telah
berdiri PLTU Batubara dengan kapasitas daya listrik yang dapat dihasilkan sebesar 10000 MW.

Tampaknya untuk mewujudkan hal itu, pemerintah dan industri pertambangan batubara harus
bekerja lebih keras. Dengan perkiraan heating value batubara Indonesia yang berada pada
kisaran 5000 sampai 7000 kal/kg, berapa banyak batubara yang harus diproduksi untuk
menghasilkan listrik 10000 MW? Apakah perusahaan pertambangan di Indonesia dapat
menemukan cara untuk menambang batubara tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan?

Tampaknya jawaban pertanyaan di atas adalah TIDAK. Atau mungkin BELUM. Tanah yang
dikeruk, polusi yang disebabkannya, serta bekas yang ditinggalkannya masih akan menjadi
masalah lingkungan di kemudian hari. Mungkin saat ini yang bisa dilakukan adalah
meningkatkan kinerja unit-unit penanganan limbah sekaligus melakukan transfer teknologi
terkait dengan keterbatasan yang kita miliki dalam teknologi penambangan, mengurangi
penambang-penambang ilegal, dan secara bertahap melakukan rehabilitasi lahan pertambangan
yang telah ditinggalkan. MENGAPA? Karena lebih tidak mungkin menghentikan penambangan
batubara yang saat ini diharapkan bisa menjadi penyelamat bagi krisis energi yang melanda
Indonesia.
Kekayaaan sumber daya alam di Indonesia sangatlah kaya. Baik yang ada di laut berupa ikan, terumbu
karang, keindahan dasar lautnya. Kekayaan alam daratnya lebih banyak lagi, mulai dari flora, fauna,
batu-batuan mulia, serta pertambangan. Secara objektif kekayaan alam tersebut dibagi 2: kekayaan
alam yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan tidak dapat diperbaharui (unrenewable
resources). Bila kita melihat Indonesia ini seperti zambrud di dunia. Saking suburnya apa saja yang
ditanam akan tumbuh dengan baik. Pola kegiatan ekonomi di Indonesia sangat beragam, wisata sosial
budaya, pertanian, perikanan, pertambangan. Sehingga kalau dilihat secara kekayaan yang ada di
Indonesia seharusnya tidak ada orang miskin, karena semua yang ada di Indonesia dapat dimanfaatkan.
Kebanyakan daerah di Indonesia saat ini, sebagian besar sumber ekonominya mengandalkan sektor
pertambangan, mulai dari Aceh sampai ke Papua. Sangat disayangkan pengelolaan sumber daya alam
tersebut diserahkan kepada pihak swasta/asing. Pemerintahan daerah hanya menarik pajak dari apa
yang diambil oleh pihak-pihak swasta/asing tersebut. Sadar apa tidak pengelolaan seperti itu harus
dikelola oleh pemerintah daerah sendiri. Karena pajak yang diambil dari pertambangan tersebut tidak
berarti apa-apa bila dibandingkan dengan yang didapat oleh pihak tersebut. Kalau dihitung secara
persentasi nilai uang pajak yang ditarik oleh pemerintah kecil sekali, bayangkan saja kalau pemerintah
dapat uang pajak dari tambang Rp. 100 milyar pengelola tambang dapat membawa kekayaan hasil
tambang senilai Rp. 1 triliyun, atau mungkin lebih besar lagi dari perkiraan saya. Saya lebih tertarik
membahas pertambangan yang ada di Kalimantan, soal dampak dan manfaatnya.
Menurut saya pribadi, pertambangan pada wilayah Pulau Kalimantan khususnya Kal-Sel tidak sesuai
dengan dampak yang ditimbulkan. Banyak jalan yang rusak, korban akibat kelalaian pengendara emas
hitam sudah sangat banyak, dan yang paling riskan adalah dampak kesehatan bagi masyarakat rute lalu
lintas tersebut. Secara ekonomi pertambangan emas hitam sangat menggiurkan masyarakat sekitar,
karena dapat mengangkat ekonomi keluarganya. Orang-orang sekitar wilayah pertambangan bisa sugih
manggasut karena adanya kegiatan ini, tetapi mereka tidak menyadari dampak panjangnya. Inilah
kebodohan masyarakat kita, mereka terbuai akan materi sesaat.
Adanya pertambangan hanya akan menguntungkan orang-orang yang mempunyai modal besar. Untuk
beberapa puluh tahun akan datang masyarakat memang mendapatkan keuntungan yang besar.
Keluarga mereka bisa bekerja, dan terbalik dari keadaan mereka sebelumnya yang dulunya bekerja
sebagai petani, berkebun, dan sebagainya. Mereka bisa membeli motor bahkan mobil, dan paling hebat
mereka dapat membangun rumah dari batu. Pertambangan yang mereka buka, biasa dengan membuka
lahan hutan lindung. Akibatnya hutan akan kehilangan fungsinya.
Hutan merupakan paru-paru dunia yang dapat menyeimbangkan oksegen di udara yang dibutuhkan
oleh manusia dan hewan. Selain itu, hutan merupakan tempat hidup dan sumber makanan bagi manusia
dan hewan. Fungsi lain hutan adalah sebagai penadah air hujan sehingga dapat meresap ke dalam
tanah. Secara rinci hutan dapat berfungsi sebagai berikut:
· Memproduksi hasil hutan seperti kayu dan rotan
· Mengatur keberadaan air di muka bumi ini
· Mengatur kesuburan tanah
· Mempengaruhi unsur-unsur klimatogis seperti hujan, suhu, panas matahari, angin dan kelembaban
· Menampung hewan dan tumbuhan di bumi
Karena hutan menjadi sumber utama kebutuhan manusia dan mudah didayagunakan oleh manusia
maka hutan telah banyak mengalami kerusakan. Bentuk kerusakan hutan ini yang di akibatkan oleh
kegiatan manusia, seperti pengalihan fungsi hutan untuk menjadi daerah pertambangan (legal mening
maupun ilegal mening), serta ilegal logging akibat terjadi penyempitan lahan. Menurut para ahli
lingkungan saat ini setiap satu menit sekitar 22 hektar hutan tropis di dunia musnah di antaranya
sebagian hutan di Sumatera dan Kalimantan. Setiap tahun, sekitar enam juta hektar hutan berubah
menjadi lahan kritis.
Jadi, jangan heran kalau daerah-daerah yang dulunya tidak mendapat bencana kini mengalami bencana.
Bukan tanpa sebab, ini akibat oleh kepentingan manusia itu sendiri. Ekosistem alam mereka ganggu,
sehingga dahulunya hutan yang berfungsi menyimpan air di daerah aliran sungai (DAS), seperti kawasan
pahuluan sudah mulai gundul. Sehingga hutan tidak berfungsi baik. Bahkan, kalau dibandingkan dengan
zaman sebelum kemerdekaan atau tepatnya masa Kolonial Belanda, lebih masa kolonial dalam
pengelolaan alam. Sekejam-kejamnya orang Belanda pada masa nenek moyang kita, lebih kejam orang-
orang pribumi sekarang dalam pengelolaan alam.
Orang Belanda dalam mengekpolisasi kekayaan tambang di daerah Banjar masih memperhatikan kondisi
lingkungan alam, dengan membuka lahan di daerah pegunungan di Pengaron. Sekarang pertambangan
di Kal-Sel terutama batu bara sudah sangat memprihatinkan, hampir semua kabupaten sudah di kapling
tanah-tanahnya oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan dalam hal tambang. Mereka tidak
peduli akan kelestarian lingkungan hidup, tambang batu bara yang sudah habis ditinggalkan begitu saja.
Kata orang, yang melihat hutan kalimantan dari pesawat sudah tidak hijau lagi. Banyak daerah hutan
sudah gundul, baik karena akibat ilegal logging maupun bekas area pertambangan.
Seperti kata sebuah artikel pada rubrik disebuah koran. Masyarakat kita tidak perlu kaya mendadak
tetapi mengorbankan lingkungan dan membuat anak cucu kita menderita, apalagi yang kaya cuma
sebagian orang. Dalam era Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional, untuk para
pemimpin daerah janganlah terlalu menguras tambang batu bara yang ada di bumi kalimantan selatan
ini. Boleh saja memanfaatkan sumber daya alam yang ada, tetapi harus penyeimbangannya. Jangan
sampai daerah Kalimantan Selatan ini menjadi gurun pasir seperti di Afrika. Dan jangan hasil tambang
alam ini di manfaatkan untuk kepentingan sendiri. Lebih baik digunakan untuk keperluan dalam daerah
misalnya untuk bahan bakar listrik yang sering byar-pet.
Masyarakat Kal-Sel jangan terbuai akan keuntungan yang diberikan para pengusaha, baik itu
pemerintahnya dan masyarakat sekitarnya. Kalau kita berpikir panjang pastilah kita tidak akan
mengizinkan ekplolisasi kekayaan hasil tambang yang ada di daerah kita masing-masing. Secara ekonomi
jangka pendek masyarakat banyak mengalami untung dari para penambang tersebut. Dengan
pendekatan agama, para penambang tersebut membuat simpati warga masyarakat sekitar area
pertambangan, mereka mendekati tokoh ulama dan tokoh masyarakat. Mereka membantu pembuatan
mesjid, langgar, mushala, pesantren, dan lain-lain.
Lalu dimana letak masalahnya akan merugikan masyarakat, sedangkan dengan adanya kegiatan tersebut
akan meningkatkan aktifitas keagamaan. Sekarang masyarakat dan pemerintah setempat harus berpikir,
berapa anggaran yang dikeluarkan untuk pembangunan tempat ibadah tersebut yang keluar keluar dari
para bos besar tambang. Kecil sekali dari keuntungan yang mereka dapat. Setelah masyarakat terbuai
akan kenikmatan materi sesaat, para bos semakin kaya dengan menguras habis sumber daya alam yang
ada di Kal-Sel ini. Mereka membeli apartemen, membangun rumah mewah pulau Jawa, dan berinvestasi
dibidang lain.
Masyarakat tidak tahu berapa kekayaan daerah mereka telah dikeruk. Yang pasti mereka dapat hidup
dengan nyaman dalam rumah batu mereka, bisa makan dengan enak, tidur ditempat tidur mewah
(spring bed), bisa beli mobil. Setelah beberapa puluh tahun, alam mereka telah habis tambangnya,
hutan mereka hancur, banyak lubang-lubang galian bekas area tambang. Lalu mereka pun kini telah
berhenti sebagai pekerja tambang karena tidak ada lagi aktifitas pertambangan lagi. Uang pesangon
mereka hanya cukup untuk 1 atau 2 tahun. Mobil yang dulu mereka beli dijual karena tidak sanggup lagi
untuk membiayai pajak serta perawatannya.
Inilah kenyataan yang mereka hadapi, anak-cucu mereka menderita karena olah mereka sendiri. Mereka
menikmati bencana yang dibuat sendiri, musim hujan kebanjiran musim kemarau kekeringan.
Sedangkan para bos tambang dengan enaknya duduk-duduk, makan enak, jalan-jalan dengan hasil
investasi mereka. Mereka hidup dengan nyaman di pulau Jawa, sedangkan kita hanya menikmati
penderitaan, karena tidak pindah lagi. Mari masyarakat Kal-Sel jangan biarkan orang-orang luar
mengelola tambang kita, mereka hanya ingin menguras kekayaan saja
8 pengertian batubara

Contenu connexe

Tendances

20151105081116 kuliah 10 luluhawa
20151105081116 kuliah 10 luluhawa20151105081116 kuliah 10 luluhawa
20151105081116 kuliah 10 luluhawasyahirahnajihah
 
RA_GILANG ARIYANTO_120370042_GENESA BATUBARA.pdf
RA_GILANG ARIYANTO_120370042_GENESA BATUBARA.pdfRA_GILANG ARIYANTO_120370042_GENESA BATUBARA.pdf
RA_GILANG ARIYANTO_120370042_GENESA BATUBARA.pdfI2O37OO42GilangAriya
 
Docslide.net nota geografi-tingkatan-4
Docslide.net nota geografi-tingkatan-4Docslide.net nota geografi-tingkatan-4
Docslide.net nota geografi-tingkatan-4Lakshant Thamil Selvan
 
Erosi & Pelapukan
Erosi & PelapukanErosi & Pelapukan
Erosi & Pelapukannurul kobir
 
Makalah Geo
Makalah GeoMakalah Geo
Makalah Geonureaal
 
Litosfer dan pedosfer
Litosfer dan pedosferLitosfer dan pedosfer
Litosfer dan pedosferPaarief Udin
 
Tugas Komputer Nufail Ahmad Fauzan
Tugas Komputer Nufail Ahmad FauzanTugas Komputer Nufail Ahmad Fauzan
Tugas Komputer Nufail Ahmad Fauzanopelnufail
 
Pelapukan
PelapukanPelapukan
PelapukanNaya Ti
 
Ppt ipa aprilia ngabekti n. 123911037
Ppt ipa aprilia ngabekti n. 123911037Ppt ipa aprilia ngabekti n. 123911037
Ppt ipa aprilia ngabekti n. 123911037Aprilia Ngabekti N.
 
Geografi Dinamika Litosfer
Geografi Dinamika LitosferGeografi Dinamika Litosfer
Geografi Dinamika LitosferDewi Maulida
 
Dinamika litosfer dan pedesfer
Dinamika litosfer dan pedesferDinamika litosfer dan pedesfer
Dinamika litosfer dan pedesfermaparah
 
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpspenyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpsNovita Lessy
 
Makalah Geologi Teknik Bab Intrusi
Makalah Geologi Teknik Bab IntrusiMakalah Geologi Teknik Bab Intrusi
Makalah Geologi Teknik Bab Intrusiarnas03
 

Tendances (20)

LULUHAWA
LULUHAWALULUHAWA
LULUHAWA
 
20151105081116 kuliah 10 luluhawa
20151105081116 kuliah 10 luluhawa20151105081116 kuliah 10 luluhawa
20151105081116 kuliah 10 luluhawa
 
RA_GILANG ARIYANTO_120370042_GENESA BATUBARA.pdf
RA_GILANG ARIYANTO_120370042_GENESA BATUBARA.pdfRA_GILANG ARIYANTO_120370042_GENESA BATUBARA.pdf
RA_GILANG ARIYANTO_120370042_GENESA BATUBARA.pdf
 
Geografi physical
Geografi physicalGeografi physical
Geografi physical
 
Docslide.net nota geografi-tingkatan-4
Docslide.net nota geografi-tingkatan-4Docslide.net nota geografi-tingkatan-4
Docslide.net nota geografi-tingkatan-4
 
Erosi & Pelapukan
Erosi & PelapukanErosi & Pelapukan
Erosi & Pelapukan
 
Makalah Geo
Makalah GeoMakalah Geo
Makalah Geo
 
Bahankonstruksiteknik
BahankonstruksiteknikBahankonstruksiteknik
Bahankonstruksiteknik
 
Litosfer dan pedosfer
Litosfer dan pedosferLitosfer dan pedosfer
Litosfer dan pedosfer
 
Tugas Komputer Nufail Ahmad Fauzan
Tugas Komputer Nufail Ahmad FauzanTugas Komputer Nufail Ahmad Fauzan
Tugas Komputer Nufail Ahmad Fauzan
 
Pelapukan
PelapukanPelapukan
Pelapukan
 
Ppt ipa aprilia ngabekti n. 123911037
Ppt ipa aprilia ngabekti n. 123911037Ppt ipa aprilia ngabekti n. 123911037
Ppt ipa aprilia ngabekti n. 123911037
 
Geografi Dinamika Litosfer
Geografi Dinamika LitosferGeografi Dinamika Litosfer
Geografi Dinamika Litosfer
 
Batuan Beku
Batuan BekuBatuan Beku
Batuan Beku
 
Batu bara
Batu baraBatu bara
Batu bara
 
Dinamika litosfer dan pedesfer
Dinamika litosfer dan pedesferDinamika litosfer dan pedesfer
Dinamika litosfer dan pedesfer
 
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpspenyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
 
Proses pembentukan tanah
Proses pembentukan tanahProses pembentukan tanah
Proses pembentukan tanah
 
Tenaga eskogen
Tenaga eskogenTenaga eskogen
Tenaga eskogen
 
Makalah Geologi Teknik Bab Intrusi
Makalah Geologi Teknik Bab IntrusiMakalah Geologi Teknik Bab Intrusi
Makalah Geologi Teknik Bab Intrusi
 

En vedette

Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl
Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 pslBagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl
Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 pslPurwandaru Widyasunu
 
Daftar perusahaan di gresik dan surabaya
Daftar perusahaan di gresik dan surabayaDaftar perusahaan di gresik dan surabaya
Daftar perusahaan di gresik dan surabayaramadan_siagian
 
Materi eksplorasi sumber daya bahan galian
Materi eksplorasi sumber daya bahan galianMateri eksplorasi sumber daya bahan galian
Materi eksplorasi sumber daya bahan galianmahapatih_51
 
sistem pengelolaan dan pengolahan AAT di Area Pertambangan
sistem pengelolaan dan pengolahan AAT di Area Pertambangansistem pengelolaan dan pengolahan AAT di Area Pertambangan
sistem pengelolaan dan pengolahan AAT di Area PertambanganMenna Ayu AManda
 
Presentation pertambangan
Presentation  pertambanganPresentation  pertambangan
Presentation pertambanganShoetiaone
 

En vedette (6)

Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl
Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 pslBagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl
Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl
 
Daftar perusahaan di gresik dan surabaya
Daftar perusahaan di gresik dan surabayaDaftar perusahaan di gresik dan surabaya
Daftar perusahaan di gresik dan surabaya
 
Makalah batu bara
Makalah batu baraMakalah batu bara
Makalah batu bara
 
Materi eksplorasi sumber daya bahan galian
Materi eksplorasi sumber daya bahan galianMateri eksplorasi sumber daya bahan galian
Materi eksplorasi sumber daya bahan galian
 
sistem pengelolaan dan pengolahan AAT di Area Pertambangan
sistem pengelolaan dan pengolahan AAT di Area Pertambangansistem pengelolaan dan pengolahan AAT di Area Pertambangan
sistem pengelolaan dan pengolahan AAT di Area Pertambangan
 
Presentation pertambangan
Presentation  pertambanganPresentation  pertambangan
Presentation pertambangan
 

Similaire à 8 pengertian batubara

BATUBARA.pptx, kelas x kurikulum merdeka
BATUBARA.pptx, kelas x kurikulum merdekaBATUBARA.pptx, kelas x kurikulum merdeka
BATUBARA.pptx, kelas x kurikulum merdekaalfabagus47
 
GEOLOGI_BATUBARA_GENESA_BATUBARA.pdf
GEOLOGI_BATUBARA_GENESA_BATUBARA.pdfGEOLOGI_BATUBARA_GENESA_BATUBARA.pdf
GEOLOGI_BATUBARA_GENESA_BATUBARA.pdfseptianraha1
 
Bahan Training Sampling, Preparasi, dan Analisa Batubara.pdf
Bahan Training Sampling, Preparasi, dan Analisa Batubara.pdfBahan Training Sampling, Preparasi, dan Analisa Batubara.pdf
Bahan Training Sampling, Preparasi, dan Analisa Batubara.pdfYADIIRWANTO
 
Bab 1 Kuliah Batubara
Bab 1 Kuliah BatubaraBab 1 Kuliah Batubara
Bab 1 Kuliah Batubaraeternal10
 
Makalah batu bara umk cabang raha kab. muna
Makalah batu bara umk cabang raha kab. munaMakalah batu bara umk cabang raha kab. muna
Makalah batu bara umk cabang raha kab. munaSeptian Muna Barakati
 
Makalah batu bara umk cabang raha kab. muna
Makalah batu bara umk cabang raha kab. munaMakalah batu bara umk cabang raha kab. muna
Makalah batu bara umk cabang raha kab. munaWarnet Raha
 
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_ Coal sttnas supandi_2014_0...
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_ Coal sttnas supandi_2014_0...Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_ Coal sttnas supandi_2014_0...
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_ Coal sttnas supandi_2014_0...Mario Yuven
 
Laporan amali 1 batuan email kelas
Laporan amali 1 batuan email kelasLaporan amali 1 batuan email kelas
Laporan amali 1 batuan email kelasNor Laili Razali
 
328545129-4-PPT-2-potensi-Dan-Persebaran-Tambang.pptx
328545129-4-PPT-2-potensi-Dan-Persebaran-Tambang.pptx328545129-4-PPT-2-potensi-Dan-Persebaran-Tambang.pptx
328545129-4-PPT-2-potensi-Dan-Persebaran-Tambang.pptxkomarah462
 
Geologi Minyak dan Gas Bumi di Indonesia Bab 9 - RR. Koesoemadinata
Geologi Minyak dan Gas Bumi di Indonesia Bab 9 - RR. KoesoemadinataGeologi Minyak dan Gas Bumi di Indonesia Bab 9 - RR. Koesoemadinata
Geologi Minyak dan Gas Bumi di Indonesia Bab 9 - RR. KoesoemadinataDella Azaria
 
Nota Geografi : Batuan
 Nota Geografi : Batuan Nota Geografi : Batuan
Nota Geografi : Batuannazri15
 
Bahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugasBahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugasSilmi Kaffah
 

Similaire à 8 pengertian batubara (20)

BATUBARA.pptx, kelas x kurikulum merdeka
BATUBARA.pptx, kelas x kurikulum merdekaBATUBARA.pptx, kelas x kurikulum merdeka
BATUBARA.pptx, kelas x kurikulum merdeka
 
Batu bara
Batu baraBatu bara
Batu bara
 
GEOLOGI_BATUBARA_GENESA_BATUBARA.pdf
GEOLOGI_BATUBARA_GENESA_BATUBARA.pdfGEOLOGI_BATUBARA_GENESA_BATUBARA.pdf
GEOLOGI_BATUBARA_GENESA_BATUBARA.pdf
 
Bahan Training Sampling, Preparasi, dan Analisa Batubara.pdf
Bahan Training Sampling, Preparasi, dan Analisa Batubara.pdfBahan Training Sampling, Preparasi, dan Analisa Batubara.pdf
Bahan Training Sampling, Preparasi, dan Analisa Batubara.pdf
 
Bab 1 Kuliah Batubara
Bab 1 Kuliah BatubaraBab 1 Kuliah Batubara
Bab 1 Kuliah Batubara
 
Makalah batu bara umk cabang raha kab. muna
Makalah batu bara umk cabang raha kab. munaMakalah batu bara umk cabang raha kab. muna
Makalah batu bara umk cabang raha kab. muna
 
Makalah batu bara umk cabang raha kab. muna
Makalah batu bara umk cabang raha kab. munaMakalah batu bara umk cabang raha kab. muna
Makalah batu bara umk cabang raha kab. muna
 
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_ Coal sttnas supandi_2014_0...
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_ Coal sttnas supandi_2014_0...Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_ Coal sttnas supandi_2014_0...
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_ Coal sttnas supandi_2014_0...
 
Laporan amali 1 batuan email kelas
Laporan amali 1 batuan email kelasLaporan amali 1 batuan email kelas
Laporan amali 1 batuan email kelas
 
Lapisan Litosfer
Lapisan LitosferLapisan Litosfer
Lapisan Litosfer
 
328545129-4-PPT-2-potensi-Dan-Persebaran-Tambang.pptx
328545129-4-PPT-2-potensi-Dan-Persebaran-Tambang.pptx328545129-4-PPT-2-potensi-Dan-Persebaran-Tambang.pptx
328545129-4-PPT-2-potensi-Dan-Persebaran-Tambang.pptx
 
Geologi Rekayasa
Geologi RekayasaGeologi Rekayasa
Geologi Rekayasa
 
Geologi Minyak dan Gas Bumi di Indonesia Bab 9 - RR. Koesoemadinata
Geologi Minyak dan Gas Bumi di Indonesia Bab 9 - RR. KoesoemadinataGeologi Minyak dan Gas Bumi di Indonesia Bab 9 - RR. Koesoemadinata
Geologi Minyak dan Gas Bumi di Indonesia Bab 9 - RR. Koesoemadinata
 
Batu bara
Batu baraBatu bara
Batu bara
 
Batuan
BatuanBatuan
Batuan
 
Sumberdaya energi
Sumberdaya  energiSumberdaya  energi
Sumberdaya energi
 
Litosfer-Materi kelas X
Litosfer-Materi kelas XLitosfer-Materi kelas X
Litosfer-Materi kelas X
 
Nota Geografi : Batuan
 Nota Geografi : Batuan Nota Geografi : Batuan
Nota Geografi : Batuan
 
Batuan(1)
Batuan(1)Batuan(1)
Batuan(1)
 
Bahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugasBahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugas
 

8 pengertian batubara

  • 1. Pengertian batubara Batu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu bara. Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) – dikenal sebagai zaman batu bara pertama – yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‗maturitas organik‘. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau ‗brown coal (batu bara coklat)‘ – Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batu bara muda menjadi batu bara ‗sub-bitumen‘. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk ‗bitumen‘ atau ‗antrasit‘. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Jenis-jenis Batu Bara Tingkat perubahan yang dialami batu bara, dari
  • 2. gambut sampai menjadi antrasit – disebut sebagai pengarangan – memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebut sebagai ‗tingkat mutu‘ batu bara. Batu bara dengan mutu yang rendah, seperti batu bara muda dan sub-bitumen biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah. Baru bara muda memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah, dan dengan demikian kandungan energinya rendah. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak. Antrasit adalah batu bara dengan mutu yang paling baik dan dengan demikian memiliki kandungan karbon dan energi yang lebih tinggi serta tingkat kelembaban yaBatu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu bara. Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) – dikenal sebagai zaman batu bara pertama – yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‗maturitas organik‘. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara
  • 3. muda) atau ‗brown coal (batu bara coklat)‘ – Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batu bara muda menjadi batu bara ‗sub-bitumen‘. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk ‗bitumen‘ atau ‗antrasit‘. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Jenis-jenis Batu Bara Tingkat perubahan yang dialami batu bara, dari gambut sampai menjadi antrasit – disebut sebagai pengarangan – memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebut sebagai ‗tingkat mutu‘ batu bara. Batu bara dengan mutu yang rendah, seperti batu bara muda dan sub-bitumen biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah. Baru bara muda memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah, dan dengan demikian kandungan energinya rendah. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak. Antrasit adalah batu bara dengan mutu yang paling baik dan dengan demikian memiliki kandungan karbon dan energi yang lebih tinggi serta tingkat kelembaban yang lebih rendah Umur batu bara Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl),
  • 4. adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain. [sunting] Materi pembentuk batu bara Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut: Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan. [sunting] Penambangan Tambang batu bara di Bihar, India. Penambangan batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu bara digunakan sebagai bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk pembuatan baja.[1] Tambang batu bara tertua terletak di Tower Colliery di Inggris.
  • 5. [sunting] Kelas dan jenis batu bara Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%. Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35- 75% dari beratnya. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah. [sunting] Pembentukan batu bara Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni: Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut. Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit. [sunting] Batu bara di Indonesia Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi. Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip
  • 6. dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.[2] [sunting] Endapan batu bara Eosen Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar Tersier Bawah atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan. Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari sebelah barat Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera. Dari batuan sedimen yang pernah ditemukan dapat diketahui bahwa pengendapan berlangsung mulai terjadi pada Eosen Tengah. Pemekaran Tersier Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada tatanan busur dalam, yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-Australia.[3] Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-marin, terutama fluviatil, kipas aluvial dan endapan danau yang dangkal. Di Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batu bara terjadi sekitar Eosen Tengah - Atas namun di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas hingga Oligosen Bawah. Di Sumatera bagian tengah, endapan fluvial yang terjadi pada fasa awal kemudian ditutupi oleh endapan danau (non-marin).[3] Berbeda dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara dimana endapan fluvial kemudian ditutupi oleh lapisan batu bara yang terjadi pada dataran pantai yang kemudian ditutupi di atasnya secara transgresif oleh sedimen marin berumur Eosen Atas.[4] Endapan batu bara Eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan berikut: Pasir dan Asam-asam (Kalimantan Selatan dan Timur), Barito (Kalimantan Selatan), Kutai Atas (Kalimantan Tengah dan Timur), Melawi dan Ketungau (Kalimantan Barat), Tarakan (Kalimantan Timur), Ombilin (Sumatera Barat) dan Sumatera Tengah (Riau). Dibawah ini adalah kualitas rata-rata dari beberapa endapan batu bara Eosen di Indonesia. Kadar Kadar Kadar Zat air air Belerang Nilai energi Tambang Cekungan Perusahaan abu terbang total inheren (%ad) (kkal/kg)(ad) (%ad) (%ad) (%ar) (%ad) Asam- PT Arutmin Satui 10.00 7.00 8.00 41.50 0.80 6800 asam Indonesia PT Arutmin Senakin Pasir 9.00 4.00 15.00 39.50 0.70 6400 Indonesia PT BHP Petangis Pasir Kendilo 11.00 4.40 12.00 40.50 0.80 6700 Coal PT Bukit 0.50 - Ombilin Ombilin 12.00 6.50 <8.00 36.50 6900 Asam 0.60 PT Allied 10.00 37.30 Parambahan Ombilin 4.00 - 0.50 (ar) 6900 (ar) Indo Coal (ar) (ar)
  • 7. (ar) - as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998 [sunting] Endapan batu bara Miosen Pada Miosen Awal, pemekaran regional Tersier Bawah - Tengah pada Paparan Sunda telah berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal Miosen ini terjadi transgresi marin pada kawasan yang luas dimana terendapkan sedimen marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen batugamping. Pengangkatan dan kompresi adalah kenampakan yang umum pada tektonik Neogen di Kalimantan maupun Sumatera. Endapan batu bara Miosen yang ekonomis terutama terdapat di Cekungan Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur), Cekungan Barito (Kalimantan Selatan) dan Cekungan Sumatera bagian selatan. Batu bara Miosen juga secara ekonomis ditambang di Cekungan Bengkulu. Batu bara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai yang mirip dengan daerah pembentukan gambut saat ini di Sumatera bagian timur. Ciri utama lainnya adalah kadar abu dan belerang yang rendah. Namun kebanyakan sumberdaya batu bara Miosen ini tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga kurang ekonomis kecuali jika sangat tebal (PT Adaro) atau lokasi geografisnya menguntungkan. Namun batu bara Miosen di beberapa lokasi juga tergolong kelas yang tinggi seperti pada Cebakan Pinang dan Prima (PT KPC), endapan batu bara di sekitar hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi di dekat Tanjungenim, Cekungan Sumatera bagian selatan. Tabel dibawah ini menunjukan kualitas rata-rata dari beberapa endapan batu bara Miosen di Indonesia. Kadar Kadar Kadar Zat air air Belerang Nilai energi Tambang Cekungan Perusahaan abu terbang total inheren (%ad) (kkal/kg)(ad) (%ad) (%ad) (%ar) (%ad) PT Kaltim Prima Kutai 9.00 - 4.00 39.00 0.50 6800 (ar) Prima Coal PT Kaltim Pinang Kutai 13.00 - 7.00 37.50 0.40 6200 (ar) Prima Coal Roto PT Kideco Pasir 24.00 - 3.00 40.00 0.20 5200 (ar) South Jaya Agung PT Berau Binungan Tarakan 18.00 14.00 4.20 40.10 0.50 6100 (ad) Coal PT Berau Lati Tarakan 24.60 16.00 4.30 37.80 0.90 5800 (ad) Coal Sumatera PT Bukit Air Laya bagian 24.00 - 5.30 34.60 0.49 5300 (ad) Asam selatan Paringin Barito PT Adaro 24.00 18.00 4.00 40.00 0.10 5950 (ad)
  • 8. (ar) - as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998 [sunting] Sumberdaya batu bara Potensi sumberdaya batu bara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara walaupun dalam jumlah kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi. Di Indonesia, batu bara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel) yang telah umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batu bara jauh lebih hemat dibandingkan solar, dengan perbandingan sebagai berikut: Solar Rp 0,74/kilokalori sedangkan batu bara hanya Rp 0,09/kilokalori, (berdasarkan harga solar industri Rp. 6.200/liter). Dari segi kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi Indonesia. Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini sebenarnya cukup untuk memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke depan. Sayangnya, Indonesia tidak mungkin membakar habis batu bara dan mengubahnya menjadi energis listrik melalui PLTU. Selain mengotori lingkungan melalui polutan CO2, SO2, NOx dan CxHy cara ini dinilai kurang efisien dan kurang memberi nilai tambah tinggi. Batu bara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan efisien jika dikonversi menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai ekonomi tinggi. Dua cara yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah likuifikasi (pencairan) dan gasifikasi (penyubliman) batu bara. Membakar batu bara secara langsung (direct burning) telah dikembangkan teknologinya secara continue, yang bertujuan untuk mencapai efisiensi pembakaran yang maksimum, cara-cara pembakaran langsung seperti: fixed grate, chain grate, fluidized bed, pulverized, dan lain-lain, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahannya. [sunting] Gasifikasi batu bara Coal gasification adalah sebuah proses untuk merubah batu bara padat menjadi gas batu bara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian gas-gas ini karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen (N2) – dapat digunakan sebagai bahan bakar. hanya menggunakan udara dan uap air sebagai reacting-gas kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara nyata mempunyai tingkat emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah. Tetapi, batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Terikat didalamnya adalah sulfur dan nitrogen, bila batu bara ini terbakar kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke udara, bila mengapung di udara zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air (seperti contoh kabut) dan tetesan yang jatuh ke tanah seburuk bentuk asam sulfurik dan nitrit, disebut sebagai "hujan
  • 9. asam" ―acid rain‖. Disini juga ada noda mineral kecil, termasuk kotoran yang umum tercampur dengan batu bara, partikel kecil ini tidak terbakar dan membuat debu yang tertinggal di coal combustor, beberapa partikel kecil ini juga tertangkap di putaran combustion gases bersama dengan uap air, dari asap yang keluar dari cerobong beberapa partikel kecil ini adalah sangat kecil setara dengan rambut manusia. [sunting] Bagaimana membuat batu bara bersih Ada beberapa cara. Contoh sulfur, sulfur adalah zat kimia kekuningan yang ada sedikit di batu bara, pada beberapa batu bara yang ditemukan di Ohio, Pennsylvania, West Virginia dan eastern states lainnya, sulfur terdiri dari 3 sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu bara yang ditemukan di Wyoming, Montana dan negara-negara bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya sekitar 1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat batu bara. Penting bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang sbelum mencapai cerobong asap. Satu cara untuk membersihkan batu bara adalah dengan cara mudah memecah batu bara ke bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai bintik kecil di batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron pyrite, selain itu dikenal sebagai "fool's gold‖ dapat dipisahkan dari batu bara. Secara khusus pada proses satu kali, bongkahan batu bara dimasukkan ke dalam tangki besar yang terisi air , batu bara mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian ini dinamakan "coal preparation plants" yang membersihkan batu bara dari pengotor- pengotornya. Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada batu bara adalah secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur ini disebut "organic sulfur," dan pencucian tak akan menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk mencampur batu bara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari molekul batu bara, tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih bekerja untuk mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini. Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun setelah 1978 — telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk membuang sulfur dari gas hasil pembakaran batu bara sebelum gas ini naik menuju cerobong asap. Alat ini sebenarnya adalah "flue gas desulfurization units," tetapi banyak orang menyebutnya "scrubbers" — karena mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar dari asap yang dikeluarkan oleh tungku pembakar batu bara. [sunting] Membuang NOx dari batu bara Nitrogen secara umum adalah bagian yang besar dari pada udara yang dihirup, pada kenyataannya 80% dari udara adalah nitrogen, secara normal atom-atom nitrogen mengambang terikat satu sama lainnya seperti pasangan kimia, tetapi ketika udara dipanaskan seperti pada nyala api boiler (3000 F=1648 C), atom nitrogen ini terpecah dan terikat dengan oksigen, bentuk ini sebagai nitrogen oksida atau kadang kala itu disebut sebagai NOx. NOx juga dapat dibentuk dari atom nitrogen yang terjebak didalam batu bara.
  • 10. Di udara, NOx adalah polutan yang dapat menyebabkan kabut coklat yang kabur yang kadang kala terlihat di seputar kota besar, juga sebagai polusi yang membentuk ―acid rain‖ (hujan asam), dan dapat membantu terbentuknya sesuatu yang disebut ―ground level ozone‖, tipe lain dari pada polusi yang dapat membuat kotornya udara. Salah satu cara terbaik untuk mengurangi NOx adalah menghindari dari bentukan asalnya, beberapa cara telah ditemukan untuk membakar barubara di pemabakar dimana ada lebih banyak bahan bakar dari pada udara di ruang pembakaran yang terpanas. Di bawah kondisi ini kebanyakan oksigen terkombinasikan dengan bahan bakar daripada dengan nitrogen. Campuran pembakaran kemudian dikirim ke ruang pembakaran yang kedua dimana terdapat proses yang mirip berulang-ulang sampai semua bahan bakar habis terbakar. Konsep ini disebut "staged combustion" karena batu bara dibakar secara bertahap. Kadang disebut juga sebagai "low-NOx burners" dan telah dikembangkan sehingga dapat mengurangi kangdungan Nox yang terlepas di uadara lebih dari separuh. Ada juga teknologi baru yang bekerja seperti "scubbers" yang membersihkan NOX dari flue gases (asap) dari boiler batu bara. Beberapa dari alat ini menggunakan bahan kimia khusus yang disebut katalis yang mengurai bagian NOx menjadi gas yang tidak berpolusi, walaupun alat ini lebih mahal dari "low-NOx burners," namun dapat menekan lebih dari 90% polusi Nox. Pembentukan Batubara Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan (coalification). Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu, karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field) dan lapisannya (coal seam). Proses Terbentuknya Batubara : Kutipan: Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period) – dikenal sebagai zaman batu bara pertama– yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‗maturitas organik‘. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah menjadi batu bara muda (lignite) atau disebut pula batu bara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah.
  • 11. Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, maka batu bara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batu bara sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara. Berikut ini ditunjukkan contoh analisis dari masing –masing unsur yang terdapat dalam setiap tahapan pembatubaraan. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pembatubaraan,maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena tingkat pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau kualitas batubara, maka batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah –disebut pula batubara bermutu rendah– seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar. Metode penambangan batubara Metode penambang batubara sangat tergantung pada : - Keadaan geologi daerah antara lain sifat lapisan batuan penutup, batuan lantai batubara dan struktur geologi. - Keadaan lapisan batubaradan bentuk deposit. Pada dasarnya dikenal dua cara penambangan batubara yaitu : Cara tambang dalam, dilakukan pertama-tama dengan jalan membuat lubang persiapan baik berupa lubang sumuran ataupun berupa lubang mendatar atau menurun menuju ke lapisan batubara yang akan ditambang. Selanjutnya dibuat lubang bukaan pada lapisan batubaranya sendiri. Cara penambangnnya dapat dilakukan : a. Secara manual, yaitu menggunakan banyak alat yang memakai kekuatan tenaga manusia. b. Secara mekanis, yaitu mempergunakan alat sederhana sampai menggunakan sistem elektronis dengan pengendalian jarak jauh. Cara tambang terbuka, dilakukan pertama-tama dengan mengupas tanah penutup. Pada saat ini metode penambangan mana yang akan digunakan dipilih dan kemungkinan mendapatkan peralatan tidak mengalami masalah. Peralatan yang ada sekarang dapat dimodifikasikan sehingga berfungsi ganda . Perlu diketahui pula bahwa berbagai jenis batubara memerlukan jenis dan peralatan yang berbeda pula. Mesin-mesin tambang modern sudah dapat digunakan untuk pekaerjaan kegiatan penambangan dengan jangkauan kerja yang lebih luas dan mampu
  • 12. melaksanakan berbagai macam pekerjaan tanpa perlu dilakukan perubahan atau modifikasi yang besar. Pemilihan metode penambangan batubara baik yang akan ditambang secara tambang dalam ataupun tambang terbuka. 1. METODE PENAMBANGAN SECARA TAMBANG DALAM Pada penambangan batubara dengan metode penambangan dalam yang peting adalah bagaimana mempertahankan lubang buka seaman mungkin agar terhindar dari kemungkinan : - Keruntuhan atap batuan - Ambruknya dinding lubang (rib spalling) - Penggelembungan lantai lapisan batubara (floor heave) Kejadian tersebut diatas disebabkan oleh terlepasnya energi yang tersimpan secara alamiah dalam endapan batubara. Energi yang terpendam tersebut merupakan akibat terjadinya perubahan atau deformasi bentuk endapan batubara selama berlangsungnya pembentukan deposit tersebut. Pelepasan energi tersebut disebabkan oleh adanya perubahan keseimbangan tegangan yang terdapat pada massa batuan akibat dilakukannya kegiatan pembuatan lubang-lubang bukaan tambang. Disamping itu kegagalan yang disebabkan batuan dan batubara itu tidak mempunyai daya penyanggaa di samping faktor-faktor alami dari keadaan geologi endapan batubara tersebut. Penambangan batubara secara tambang dalam kenyatannnya sangat ditentukan oleh cara mengusahakan agar lubang bukaan dapat dipertahankan selama mungkin pada saat berlangsungnya penambangan batubara dengan biaya rendah atau seekonomis mungkin. Untuk mencapai keinginan tersebut maka pada pembuatan lubang bukaan selalu diusahankan agar : - Kemampuan penyangga dari atap lapisan - Kekuatan lantai lapisan batubara - Kemampuan daya dukung pilar penyangga. Namun apabila cara manfaat sifat alamiah tersebut sulit untuk dicapai, maka beberapa cara penyanggan buatan telah diciptakan oleh ahli tambang. Metode penambangan secara tambang dalam pada garis besarnya dapat dibedakan yaitu : a. Room and Pillar atau disebut Bord and Pillar b. Longwall Kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri terutama pada keadaan endapan batubara yang dihadapi di samping faktor lainnya yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode penambangan tersebut. a. Metode Room and Pillar Cara penambangan ini mengandalkan endapan batubara yang tidak diambil sebagai penyangga dan endapan batubara yang diambil sebagai room. Pada metode ini penambangan batubara sudah dilakukan sejak pada saat pembuatan lubang maju. Selanjutnya lubang maju tersebut dibesarkan menjadi ruangan–ruangan dengan meninggalkan batubara sebagai tiang penyagga. Besar bentuk dan ruangan sebagai akibat pengambilan batubaranya harus diusahakan agar penyangga yang dipakai cukup memadai kuat mempertahankan ruangan tersebut tetap aman sampai saatnya dilakukan pengambilan penyangga yang sebenarnya yaitu tiang penyangga batubara (coal pillar). Metode ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam besaran jumlah batubara yang dapat diambil dari suatu cadangan batubara karena tidak semua tiang penyangga batubara dapat diambil secara ekonomis maupun teknik. Dari seluruh total cadangan terukur batubara yang dapat diambil dengan cara penambangan
  • 13. metode Room and Pillar ini paling besar lebih kurang 30-40% saja. Hal ini disebabkan banyak batubara tertinggal sebagi tiang-tiang pengaman yang tidak dapat diambil. (Gambar…Sketsa sistem penambangan dengan cara Room and Pillar.) b. Metode Longwall Ada dua cara penambangan dengan menggunakan metode Longwall yaitu : - Cara maju (advancing) - Cara mundur (retreating) Pada penambangan dengan metode advancing Longwall terlebih dahulu dibuat lubang maju yang nantinya akan berfungsi sebagi lubang utama (main gate) dan lubang pengiring (tail gate), dibuat bersamaan pada pengambilan batubara dari lubang buka tersebut. Kedua lubang bukaan tersebut digunakan sebagai saluran udara yang diperlukan untuk menyediakan udara bersih pada lubang bukaannya di samping untuk keperluan transportasi batubaranya dan keperluan penyediaan material untuk lubang bukannya. Metode ini akan memberikan hasil lebih cepat karena tidak memerlukan waktu menunggu lubang yang diperlukan yaitu lubang utama dan lubang pengiring. Pada metode retreating Longwall merupakan kebalikan dari metode advancing longwall karena pengambilan batubara belum dapat dilakukan sebelum selesai dibuat suatu panel yang akan memberikan batasan lapisan batubara yang akan diekstraksi (diambil) Pemilihan salah satu metode tersebut harus memperhatikan keadaan dan kondisi alami yang diremukan pada endapan batubara itu sendiri agar nantinya tidak menghadapi kesulitan-kesulitan selama dilakukan ekstraksi yang pada akhirnya tentu bertujuan mencari biaya serendah mungkin. (gambar ….Skema sistem penambangna Longwall) Selain kedua metode tersebut terdapat pula beberapa variasi metode penambangan yang dapat diterapkan. Hal ini tergantung pada macam dan jenis serta ketebalan lapisan disamping kemiringan lapisan batubara yang perlu juga diperhatikan. Peralatan yang digunakan pada penambangan tambang dalam dapat dibagi dalam dua kategori yaitu : - Peralatan untuk pekerjaan persiapan - Peralatan untuk pengambilan batubara. Pada saat ini kemampuan peralatan tambang dalam sudah demikian maju sehingga seluruih kegiatan pekerjaan fisik yang dilakukan oleh manusia, praktis sudah dapat digantikan oleh mesin atau alat batu mekanis. 2. METODE PENAMBANGAN SECARA TAMBANG TERBUKA Kelebihan dari tambang terbuka dibandingkan dengan tambang dalam adalah : - Relatif lebih aman - Relatif lebih sederhana - Mudah pengawasannya Pada saat ini sebagian besar penambangan batubara dilakukan dengan metode tambang terbuka, lebih-lebih setelah digunakannya alat-alat besar yang mempunyai kapasitas muat dan angkut yang besar untuk membuang lapisan penutup batubara menjadi lebih murah dan menekan biaya ekstraksi batubara. Selain itu prosentase batubara yang diambil jauh lebih besar dibandingkan dengan batubara yang dapat diekstraksi dengan cara tambang dalam. Penambangan batubara dengan metode tambang terbuka saat ini diperoleh 85% dari total mineable reserve, sedang dengan metode tambang dalam paling besar hanya 50% saja.
  • 14. Walaupun demikian penambangan secara tambang terbuka mempunyai keterbatasan yaitu : - Dengan peralatan yang ada pada saat sekarang ini keterbatasan kedalaman lapisan batubara yang dapat ditambang. - Pertimbangan ekonomi antara biaya pembuangan batuan penutup dengan biaya pengambilan batubara. Beberapa tipe tambang terbuka : Tipe penambangan batubara dengan metode tambang terbuka tergantung pada letak dan kemiringan serta banyaknya lapisan batubara dalan satu cadangan. Disamping itu metode tambang terbuka dapat dibedakan juga dari cara pemakain alat dan mesin yang digunakan dalam penambangan. Beberapa tipe penambangan batubara dengan metode tambang terbuka adalah : a. Contour Mining Tipe penambangan ini pada umumnya dilakukan pada endapan batubara yang terdapat di pegunungan atau perbukitan. Penambangan batubara dimulai pada suatu singkapan lapisan batubara dipermukaan atau crop line dan selanjutnya mengikuti garis kontur sekeliling bukit atau pegunungan tersebut. Lapisan batuan penutup batubara dibuang kearah lereng bukit dan selanjutnya batuan yang telah tersingkap diambil dan diangkut. Kegiatan penambangan berikutnya dimulai lagi seperti tersebut diatas pada lapisan batubara yang lain sampai pada suatu ketebalan lapisan penutup batubara yang menentukan batas limit ekonominya atau sampai batas maksimum ke dalaman dimana peralatan tambang tersebut dapat bekerja. Batas ekonomi ini ditentukan oleh beberapa variabel antara lain : - Ketebalan lapisan batubara - Kualitas - Pemasaran - Sifat dan keadaan lapisan batuan penutup - Kemampuan peralatan yang digunakan - Persyaratan reklamasi (gambar tambang terbuka tipe Contour Mining ….) Peralatan yang digunakan untuk cara penambangan ini pada umumnya memakai peralatan yang mempunyai mobilitas tinggi atau dikenal sebagai mobil equipment. Alat-alat besar seperti : - Sebagai alat muat : Wheel Loader Track Loader Face Shovel Backhoe - Sebagai alat angkut jarak jauh : Off Highway Dump Truck - Sebagai alat angkut jarak dekat : Scraper Alat-alat tersebut dipergunakan untuk pekerjaan pembuangan lapisan penutup batubara sedangkan untuk pengambilan batubaranya dapat digunakan alat yang sama atau yang lebih kecil tergantung tingkat produksinya. Kapasitas alat angkut berupa Off Highway Dump Truck antara 18 ton sampai 170 ton. Mengingat batuan penutupnya sangat keras maka digunakan sistem peledakan ( Blasting system), dengan menggunakan beberapa unit alat bor drill blasthole Machine yang mempunyai kemampuan bor berdiameter sampai 6 inches, sedangkan bahan peledaknya digunakan Ammonium Nitrate dan Solar ANFO.
  • 15. b. Open Pit Mining Open Pit Mining adalah penambangan secara terbuka dalam pengertian umum. Apabila hal ini diterapkan pada endapan batubara dilakukan dengan jalan membuang lapisan batuan penutup sehingga lapisan batubaranya tersingkap dan selanjutnya siap untuk diekstraksi. Peralatan yang dipakai pada penambangan secara open pit dapat bermacam-macam tergantung pada jenis dan keadaan batuan penutup yang akan dibuang. Dalam pemilihan peralatan perlu dipertimbangkan : - Kemiringan lapisan batubara Pada lapisan dengan kemiringan cukup tajam, pembuangan lapisan penutup dapat menggunakan alat muat baik berupa face shovel, front end loader atau alat muat yang lainnya. - Masa operasi tambang Penambangan tipe open pit biasanya dilakukan pada endapan batubara yang mempunyai lapisan tebal atau dalam dan dilakukan dengan menggunakan beberapa bench. Peralatan yang digunakan untuk pembuang lapisan penutup batubara dibedakan sebagai berikut: 1. Peralatan yang bersifat mobil antara lain Truck Shovel, Front end loader, Bulldozer, Scrapper. 2. Peralatan yang bersifat bekerja secara kontinu membuang lapisan penutup tanpa dibantu alat angkut antara lain : a. Dragline Baik yang dengan scrawler maupun walking dragline. Alat ini mengeruk dan langsung membuang sendiri. Kapasitasnya bervariasi mulai dari yang kecil kurang dari 5 m dan jarak buang lebih dari 75 m. b. Face Shovel Ada dua tipe yaitu : 1. Stripping Shovel Mempunyai kapasitas mangkok (bucket) yang besar dan jangkauan yang panjang digunakan sebagai alat pembuangan lapisan penutup batubara tanpa perlu bantuan alat angkut yang lain. Pada umumnya kapasitas mangkok berukuran lebih besar dari 20 m , dengan jangkauan buang lebih dari 25 m. 2. Loading Shovel Yang dipergunakan sebagai alat muat yang umunya kapasitas isi mangkok dan panjang jangkauan lebih pendek. c. Bucket Wheel Excavator Adalah alat penggali dan pengangkut sekaligus. Alat ini dapat bekerja sendiri atau dibantu alat lain berupa belt conveyor dan dapat dibantu dengan alat yang dinamakan belt transfer, dan selanjutnya pada ujung belt conveyor dipasang alat yang dinamakan belt spreader yang digunakan untuk menyebarkan hasil galian batuan penutup ketempat pembuangan dumping disposal area. c. Stripping Mining Tipe penambangan terbuka yang diterapkan pada endapan batubara yang lapisannya datar dekat permukaan tanah. Alat yang digunakan dapat berupa alat yang sifatnya mobil atau alat penggalian yang dapat membuang sendiri. Penambangan batubara khususnya di Kalimantan akan dimulai dengan cara tambang terbuka yang memakai alat kerja bersifat mobil.
  • 16. TEKNIK PENAMBANGAN LAPISAN BATUBARA TIPIS Penyebaran batubara tidak selalu diiringi oleh kualitas dan ketebalan yang menggembirakan, karena sering dijumpai kualitas batubara di suatu daerah cukup tinggi sementara ketebalannya kurang dari 1 m atau sebaliknya. Ketebalan lapisan batubara berhubungan erat dengan teknik penggaliannya yang sudah barang tentu diarahkan pada efisiensi sistem penambangan yang secara ekonomi layak diterapkan. Sampai saat ini untuk menggali lapisan batubara dengan ketebalan kurang dari 1 m, baik pada tambang bawah tanah maupun terbuka, terbentur pada masalah pemilihan sistem penambangan yang ekonomis. Misalnya pada sistem longwall, alat pemotong batubara (shearer) paling kecil yang diproduksi mempunyai ketinggian 0,81 m, tentu alat ini tidak dapat digunakan menambang lapisan batubara yang lebih tipis dari 0,81 m. pada penambangan terbuka, lapisan penutup yang tebal umumnya menjadi kendala untuk menambang lapisan batubara yang tipis, bila ditinjau dari aspek ekonomi. Tetapi kendala pemilihan alat penggali lapisan batubara tipis telah dapat diatasi berkat kemajuan teknologi untuk merancang suatu alat pembajak batubara (plow) yang dapat digunakan untuk mengekstrak lapisan batubara dengan ketebalan 0,46 m. Masalah yang timbul kemudian adalah bagaimana memanfatkan alat bajak ini pada suatu sistem penambangan batubara tipis. Cara penambangan batubara tipis yang sedang beroperasi saat ini secara ekonomi sulit dapat diterima, tetapi cara tersebut terus dilakukan karena setiap pemerintahan mempunyai kebijakan berbeda dalam mengelola sumberdaya alam yang strategis yang dimilikinya. Ada beberapa sistem penambangan lapisan batubara tipis yaitu : a. Sistem Tarik Kabel-Rantai Sistem penambangan ini telah diterapkan di Korea untuk mengekstrak lapisan batubara dengan ketebalan antara 0,3 – 0,5 m dengan kemiringan 45 . Tahap persiapan penambangannya , bagian yang penting yang harus dibuat disamping komponen lain adalah pilar-pilar berdimensi 15.2 x 30,5 m diantara dua raise yaitu pilar-pilar batubara yang akan dipotong menggunakan gesekan rantau penggali. Pilar-pilar ini juga berfungsi sebagai penyangga sementara pada saat salah satu pilar sedang dipotong. Disamping itu harus dirancang pula dua corong di bagian bawah pilar untuk menampung serpihan batubara. Rantai pemotong batubara disambung dengan kabel yang dihubungkan ke mesin penggerak yang dapat menjalankan rantai pemotong tersebut maju mundur. Mesin penggerak diletakkan pada level atas, sedangkan pada level bawah tersedia kendaraan penampung serpihan batubara hasil pemotongan. Penggalian dimulai dari bagian bawah pilar bergerak ke atas sehingga serpihan batubara mengalir karena gravitasi menuju dua buah corongan yang dapat menampung serpihan batubara tersebut dan siap dimuatkan secara periodik kedalam kendaraan penampung.Diameter nominal rantai pemotong berkisar antara 100 sampai 200 mm yang sangat efektif digunakan untuk menggali lapisan batubara dengan ketebalan 0,5 meter. b. Sistem Backfilling Konsep sistem backfilling dipersiapkan untuk lapisan batubara tipis yang relatif datar, untuk itu harus dipersiapkan suatu sistem pengangkutan yang sesuai dengan ketebalan lapisan batubaranya.
  • 17. Teknik penggalian dan penyanggaan yang akan diterapkan mengacu pada sistem longwall, yaitu suatu sistem dengan proses penambangan dan pengangkutan bergerak maju dan meninggalkan runtuhan lapisan atap diatap dibelakang penyangga. Dengan mempertimbangkan tipisnya lapisan batubara dan penyangga yang harus dapat bergerak maju, maka sistem penyangga bertekan udara diharapkan sebagai jawaban yang tepat. Dasar konsep ini menggunakan seoptimal muingkin teknik pengontrolan jarak jauh, baik terhadap mobilitas penyangga maupun penggalian, sehingga tidak diperlukan personil yang bekerja di dalam tambang. c. Sistem Roof-Fall Tolerant Seperti halnya sistem backfilling, sistem roof-fall tolerant juga merupakan konsep yang sasaran utamanya tidak memerlukan adanya karyawan yang bekerja didalam tambang. Bahkan dalam sistem ini dirancang tidak memerlukan penyangga sama sekali. Konsep sistem Roof-fall tolerant dibuat atas dasar hipotesis sisipan tipis, yaitu akan terbentuknya rongga dibelakang alat pemotong secara bertahap dan runtuhan atap terjadi pada toleransi jarak yang cukup aman. Adanya toleransi jarak runtuhan tersebut merupakan keuntungan karena alat potong dan alat angkut tidak akan terjepit oleh runtuhan atap. Konsep sisipan tipis ini meliputi seluruh perangkat penambangan yang diperlukan antara lain rantai pemotong yang panjang dan bergerak memutar (looping) serta sistem pengangkutnya. Penggalian batubara bergerak dari satu arah sampai jarak tertentu, kemudian berbalik ke arah yang berlawanan, begitu seterusnya sampai lapisan batubaranya habis. Tambang Batu Bara & Lingkungan Hidup Tambang batu bara – terutama tambang terbuka –memerlukan lahan yang luas untuk diganggu sementara. Hal tersebut menimbulkan permasalahan lingkungan hidup, termasuk erosi tanah, polusi debu, suara dan air, serta dampat terhadap keanekaragaman hayati setempat. Tindakan- tindakan dilakukan dalam poerasi tambang modern untuk menekan dampak-dampak tersebut. Perencanaan dan pengelolaan lingkungan yang baik akan menekan dampak pertambangan terhadap lingkungan hidup dan membantu melestarikan keanekaragaman hayati. Gangguan Lahan Dalam praktek yang terbaik, kajian-kajian lingkungan hidup sekitarnya dilaksanakan beberapa tahun sebelum suatu tambang batu bara dibuka untuk menentukan kondisi yang ada dan untuk mengidentifikasikan kepekaan dan masalahmasalah yang mungkin akan timbul. Kajian-kajian tersebut mempelajari dampak pertambangan terhadap air permukaan dan air tanah, tanah dan tata guna lahan setempat, tumbuhan alam serta populasi fauna (lihat kajian kasus koala pada halaman 30). Simulasi komputer dapat dilakukan untuk melihat dampak-dampak terhadap lingkungan hidup setempat. Temuan-temuan tersebut kemudian dikaji sebagai bagian dari proses yang mengarah kepada pemberian izin pertambangan oleh pihak yang berwenang. Amblesan Tambang Masalah yang terkait dengan tambang batu bara bawah tanah adalah amblesan, dimana permukaan tanah ambles sebagai akibat dari ditambangnya batu bara di bawahnya. Setiap kegiatan tata guna lahan yang dapat menghadapkan harta benda pribadi atau harta milik sendiri atau bentang alam yang bernilai pada suatu risiko jelas merupakan suatu masalah.
  • 18. Suatu pemahaman menyeluruh dari pola penghidupan di suatu daerah memungkinkan untuk mengukur pengaruh dari tambang bawah tanah terhadap permukaan tanah. Hal ini memastikan pengambilan sumber daya batu bara sebanyak-banyaknya secara aman sementara melindungi penggunaan lahan lainnya. BATUBARA INDONESIA 1. PENDAHULUAN Pada masa mendatang, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat; tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestik), tetapi juga untuk memenuhi permintaan luar negeri (ekspor). Hal ini mengingat sumber daya batubara Indonesia yang masih melimpah, di lain pihak harga BBM yang tetap tinggi, menuntut industri yang selama ini berbahan bakar minyak untuk beralih menggunakan batubara. Adanya rencana pembangunan PLTU baru di dalam dan luar Pulau Jawa dengan total kapasitas 10.000 MW, meningkatnya produksi semen setiap tahun, dan semakin berkembangnya industriindustri lain seperti industri kertas (pulp) dan industri tekstil merupakan indikasi permintaan dalam negeri akan semakin meningkat. Demikian pula halnya dengan permintaan batubara dari negara-negara pengimpor mengakibatkan produksi akan semakin meningkat pula. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) melalui PP No.5 Tahun 2006 sebagai pembaruan Kebijaksanaan Umum Bidang Energi (KUBE) tahun 1998. KEN mempunyai tujuan utama untuk menciptakan keamanan pasokan energi nasional secara berkelanjutan dan pemanfaatan energi secara efisien, serta terwujudnya bauran energi (energy mix) yang optimal pada tahun 2025. Untuk itu ketergantungan terhadap satu jenis sumber energi seperti BBM harus dikurangi dengan memanfaatkan sumber energi alternatif di antaranya batubara. Untuk mendukung pencapaian sasaran bauran energi nasional yang dicanangkan pemerintah, salah satunya adalah melakukan kajian batubara secara nasional untuk mengetahui kondisi sumberdaya, pengusahaan, dan pemanfaatan batubara, serta permasalahannya, yang dapat digunakan untuk membuat langkah-langkah yang diperlukan. Dan untuk mendukung kajian tersebut perlu melakukan terlebih dahulu membangun data base batubara nasional dari hasil pengumpulan data baik sekunder maupun primer. 2. SUMBERDAYA Jumlah sumber daya batubara Indonesia tahun 2005 berdasarkan perhitungan Pusat Sumber Daya Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebesar 61,366 miliar ton. Sumber daya batubara tersebut tersebar di 19 propinsi (Tabel 2.1). 3. KEBIJAKAN Dalam kebijakan bauran energi nasional 2025, pemakaian batubara diharapkan mencapai 33%
  • 19. (Gambar 3.1), Pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang digunakan sebagai landasan di dalam kebijakan pengusahaan batubara, yaitu : 1) Kepmen ESDM No.1128 Tahun 2004, tentang Kebijakan Batubara Nasional. 2) Perpres No.5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. 3) Inpres No.2 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Batubara yang Dicairkan Sebagai Bahan Bakar Lain.. Di dalam sasaran bauran energi nasional tersebut, batubara menempati urutan pertama di dalam penggunaan energi. Hal tersebut dikarenakan oleh : a) Sumber daya batubara cukup melimpah, yaitu 61,3 miliar ton, dengan cadangan 6,7 miliar ton (Pusat Sumber Daya Geologi, 2005). b) Dapat digunakan langsung dalam bentuk padat, atau dikonversi menjadi gas (gasifikasi) dan cair (pencairan). c) Harga batubara kompetitif dibandingkan energi lain. d) Teknologi pemanfaatan batubara yang ramah lingkungan telah berkembang pesat, yang dikenal sebagai Teknologi Batubara Bersih (Clean Coal Technology). Gambar 3.1 Sasaran Bauran Energi Nasional 2025 Tabel 2.1 Kualitas, Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia Tiap Propinsi, 2005 Kualitas Sumberdaya ( Juta Ton) Cadangan No. Provinsi Kriteria Kelas (Kal/gr, adb) Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah (Juta Ton) Kalori Sedang 5100 - 6100 5,47 2,78 0,00 0,00 10,34 0,00 1. BANTEN Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 2,97 0,00 0,00 2,97 0,00 5,47 5,75 0,00 0,00 13,31 0,00 Kalori Rendah <5100 0,00 0,82 0,00 0,00 0,82 0,00 2 JAWA TENGAH 0,00 0,82 0,00 0,00 0,82 0,00 Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 0,08 0,00 0,00 0,08 0,00 3 JAWA TIMUR 0,00 0,08 0,00 0,00 0,08 0,00 Kalori Rendah <5100 0,00 20,92 6,70 64,14 91,76 0,00 4 NANGROE ACEH Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 325,43 6,70 26,26 351,69 0,00 DARUSALAM 0,00 346,35 13,40 90,40 443,45 0,00 Kalori Rendah <5100 0,00 0,00 0,00 19,97 19,97 0,00 5 SUMATERA UTARA Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 7,00 0,00 0,00 7,00 0,00 0,00 7,00 0,00 19,97 26,97 0,00 Kalori Rendah <5100 0,00 1.345,69 0,00 268,06 1.613,75 0,00 Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 30,62 0,00 51,57 82,19 0,00 Kalori Tinggi 6100 - 7100 12,79 359,60 0,00 16,99 389,38 16,54 6RIAU 12,79 1.735,91 0,00 336,62 2.085,32 16,54 Kalori Sedang 5100 - 6100 19,19 284,36 42,72 22,97 369,24 2,83 Kalori Tinggi 6100 - 7100 5,76 164,58 0,00 144,27 314,61 19,24 Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 27,00 0,00 14,00 41,00 14,00 7 SUMATERA BARAT 24,95 475,94 42,72 181,24 724,85 36,07 Kalori Rendah <5100 0,00 51,13 0,00 0,00 51,13 0,00 Kalori Sedang 5100 - 6100 190,84 1.200,09 36,32 90,24 1.517,49 18,00 Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 210,81 0,00 82,96 293,77 0,00 8 J A M B I 190,84 1.462,03 36,32 173,20 1.862,39 18,00 Lanjutan Tabel 2.1 Kualitas Sumberdaya ( Juta Ton) Cadangan
  • 20. No. Provinsi Kriteria Kelas (Kal/gr, adb) Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah (Juta Ton) Kalori Rendah <5100 0,00 11,34 0,00 10,58 21,92 0,00 Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 0,81 0,00 5,86 6,67 3,79 Kalori Tinggi 6100 - 7100 15,15 100,62 8,11 45,49 169,37 17,33 Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 0,32 0,00 0,37 0,69 0,00 9 BENGKULU 15,15 113,09 8,11 62,30 198,65 21,12 Kalori Rendah <5100 326,55 7.400,27 2.300,07 1.358,00 11.384,89 2.426,00 Kalori Sedang 5100 - 6100 198,93 1.629,28 9.139,87 366,01 11.334,10 186,00 Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 31,00 433,89 14,00 478,89 67,00 10 SUMATERA SELATAN 525,48 9.060,55 11.873,83 1.738,01 23.197,88 2.679,00 Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 14,00 0,00 0,00 14,00 0,00 11 LAMPUNG Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 92,95 0,00 0,00 92,95 0,00 0,00 106,95 0,00 0,00 106,95 0,00 Kalori Tinggi 6100 - 7100 42,12 378,60 0,00 0,00 420,72 0,00 12 KALIMANTAN BARAT Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 104,00 1,32 1,48 106,80 0,00 42,12 482,60 1,32 1,48 527,52 0,00 Kalori Rendah <5100 0,00 483,92 0,00 0,00 483,92 0,00 Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 296,75 5,08 44,36 354,80 4,05 Kalori Tinggi 6100 - 7100 114,11 262,72 0,00 72,64 449,47 0,00 Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 247,62 0,00 77,02 324,64 44,54 13 KALIMANTAN TENGAH 114,11 1.291,01 5,08 194,02 1.612,83 48,59 Kalori Rendah <5100 0,00 370,87 0,00 600,99 971,86 536,33 Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 4.793,13 301,36 2.526,46 7.620,95 1.287,01 Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 336,19 33,12 109,64 478,95 44,36 Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 17,62 0,00 12,00 29,62 0,14 14 KALIMANTAN SELATAN 0,00 5.517,81 334,48 3.249,09 9.101,38 1.867,84 Lanjutan Tabel 2.1 Kualitas Sumberdaya ( Juta Ton) Cadangan No. Propinsi Kriteria Kelas (Kal/gr, adb) Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah (Juta Ton) Kalori Rendah <5100 0,00 201,93 13,76 89,83 305,52 0,00 Kalori Sedang 5100 - 6100 2.285,84 10.630,35 121,61 2.609,46 15.682,72 941,62 Kalori Tinggi 6100 - 7100 502,96 2.611,07 191,77 1.558,62 4.918,92 1.064,82 Kalori Sangat Tinggi > 7100 90,11 60,84 4,48 14,40 169,82 65,24 15 KALIMANTAN TIMUR 2.878,90 13.504,19 331,62 4.272,31 21.076,98 2.071,68 Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 131,03 32,31 53,10 216,44 0,06 16 SULAWESI SELATAN Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 13,90 0,78 0,00 14,68 0,00 0,00 144,93 33,09 53,10 231,12 0,06 Kalori Rendah <5100 0,00 1,98 0,00 0,00 1,98 0,00 17 SULAWESI TENGAH 0,00 1,98 0,00 0,00 1,98 0,00 Kalori Rendah <5100 0,00 2,13 0,00 0,00 2,13 0,00 18 MALUKU UTARA 0,00 2,13 0,00 0,00 2,13 0,00 Kalori Sedang 5100 - 6100 89,40 30,95 0,00 0,00 120,35 0,00
  • 21. Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 5,38 0,00 0,00 5,38 0,00 Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 25,53 0,00 0,00 25,53 0,00 19 P A P U A B A R A T 89,40 61,86 0,00 0,00 151,26 0,00 JUMLAH SUMBERDAYA BATUBARA TIAP PROPINSI 3.899,22 34.320,97 12.679,98 10.371,74 61.365,86 6.758,90 Sumber : Pusat Sumber Daya Geologi, 2006 4. PRODUKSI, KONSUMSI, DAN EKSPOR 4.1 Perkembangan Produksi Perkembangan produksi batubara selama 13 tahun terakhir telah menunjukkan peningkatan yang cukup pesat, dengan kenaikan produksi rata-rata 15,68% pertahun. Tampak pada tahun 1992, produksi batubara sudah mencapai 22,951 juta ton dan selanjutnya pada tahun 2005 produksi batubara nasional telah mencapai 151,594 juta ton. Perusahaan pemegang PKP2B merupakan produsen batubara terbesar, yaitu sekitar 87,79 % dari jumlah produksi batubara Indonesia, diikuti oleh pemegang KP sebesar 6,52 % dan BUMN sebesar 5,68 %. Perkembangan produksi batubara nasional tersebut tentunya tidak terlepas dari permintaan dalam negeri (domestik) dan luar negeri (ekspor) yang terus meningkat setiap tahunnya. Sebagian besar produksi tersebut untuk memenuhi permintaan luar negeri, yaitu rata-rata 72,11%, dan sisanya 27,89% untuk memenuhi permintaan dalam negeri (Gambar 4.1). 4.2 Perkembangan Konsumsi Dalam Negeri Pemanfaatan batubara di dalam negeri meliputi penggunaan di PLTU, industri semen, industri kertas, industri tekstil, industri metalurgi, dan industri lainnya (Tabel 4.1). 4.2.1 PLTU PLTU merupakan industri yang paling banyak menggunakan batubara. Tercatat dari seluruh konsumsi batubara dalam negeri pada tahun 2005 sebesar 35,342 juta ton, 71,11% di antaranya digunakan oleh PLTU. Hingga saat ini, PLTU berbahan bakar batubara, baik milk PLN maupun yang dikelola swasta, ada 9 PLTU, dengan total kapasitas saat ini sebesar 7.550 MW dan mengkonsumsi batubara sekitar 25,1 juta ton per tahun. Berdasarkan data dalam kurun waktu 1998-2005, Penggunaan batubara di PLTU untuk setiap tahunnya meningkat rata-rata 13,00%. Hal tersebut sejalan dengan penambahan PLTU baru sebagai dampak permintaan listrik yang terus meningkat rata-rata 7,67% per tahun. Namun demikian, sejak tahun 2003 krisis energi listrik nasional sudah mulai terasa sebagai dampak dari ketidakseimbangan antara penyediaan dan permintaan. Dalam upaya mengantisipasi kekurangan listrik dan untuk meningkatkan efisiensi pemakaian BBM secara nasional, pemerintah merencanakan percepatan pembangunan PLTU berbahan bakar listrik 10.000 MW hingga akhir 2009. GAMBAR 4.1 TREND PRODUKSI, PENJUALAN DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI TAHUN 1992 - 2005 0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Juta Ton Produksi Penjualan DN Penjualan LN TABEL 4.1 KONSUMSI BATUBARA MENURUT JENIS INDUSTRI DI INDONESIA TAHUN 1998 - 2005 (TON) JENIS INDUSTRI 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 PLTU 10,911,341 13,047,717 13,943,613 19,165,256 21,902,161 23,810,054 23,492,328 25.132.174 SEMEN 1,279,973 2,762,831 3,763,884 5,938,172 5,355,460 5,068,194 6,070,825 6.023.248 Industri Tekstil - - - - - 274,160 381,440 1.307.610 Industri Kertas 692,737 805,397 766,549 804,202 471,751 1,680,304 1,106,227 2,272,443 METALURGI 144,907 123,226 134,393 220,666 236,802 225,907 122,827 160.490 Briket 29,963 38,302 36,799 31,265 24,708 24,976 23,506 28,267
  • 22. Lain - Lain 2,600,550 2,573,355 5,545,609 2,407,667 3,792,481 4,715,840 5,237,639 417,583 Jumlah 15,659,471 19,350,828 24,190,847 28,567,228 31,783,364 35,799,436 36,434,791 35.341.816 Sumber : - Hasil Survei Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA), 2006 - Direktorat Pembinaan dan Pengusahaan Mineral dan Batubara (DPPMB), 2006 4.2.2 Industri Semen Selama delapan tahun terakhir ini, perkembangan pemakaian batubara pada industri semen berfluktuasi. Antara tahun 1998-2001, pemakaian batubara rata-rata naik sangat signifikan, yaitu 64,03%, namun pada tahun 2002 dan 2003 sempat mengalami penurunan hingga 7,59%. Memasuki tahun 2004, kebutuhan batubara pada industri semen mengalami perubahan yang positif, yaitu 19,78% seiring perkembangan ekonomi yang mulai membaik di dalam negeri. Tahun 2005, tercatat sekitar 17,04% kebutuhan batubara dalam negeri digunakan oleh industri semen atau 5,77 juta ton. 4.2.3 Industri Tekstil Industri tekstil memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar minyak (BBM), oleh karena itu dengan melambungnya harga BBM, banyak yang beralih ke bahan bakar ke batubara, walaupun harus melakukan modifikasi terhadap boiler atau mengganti boiler yang baru berbahan bakar batubara. Pada tahun 2003 jumlah perusahaan tekstil yang menggunakan bahan bakar batubara hanya 18 perusahaan saja, namun pada tahun 2006 sudah bertambah menjadi 224 perusahaan tersebar di Pulau Jawa terutama di Propinsi Jawa Barat. Kebutuhan batubaranya pun meningkat sangat signifikan, yaitu dari 274.150 ton pada tahun 2003 naik menjadi 3,07 juta ton pada tahun 2006. 4.2.4 Industri Kertas Seperti halnya pada perusahaan tekstil, batubara dalam industri kertas digunakan sebagai bahan bakar dimana energi panas yang dihasilkan digunakan untuk memasak air pada boiler sehingga menghasilkan uap yang diperlukan untuk memasak pulp (bubur kertas). Perkembangan pemakaian batubara pada industri kertas selama kurun waktu 1998-2005 naik sangat signifikan, rata-rata 42,36%. Namun untuk waktu mendatang diperkirakan perkembangannya akan stabil pada kisaran 3,0 – 6,0 % per tahun. Pada tahun 2005, jumlah kebutuhan batubara untuk industri ini mencapai sekitar 2,207 juta ton. 4.2.5 Industri Metalurgi dan Industri Lainnya Perkembangan kebutuhan batubara oleh industri metalurgi berfluktuasi, namun ada trend perkembangan yang meningkat sejalan dengan kondisi produksi perusahaan yang mengalami turun naik. Tahun 1998 tercatat 144,907 ribu ton, meningkat hingga mencapai 236,802 ribu ton pada tahun 2002, namun kemudian menurun hingga 112,827 ribu ton tahun 2005. Di samping industri metalurgi, masih banyak industri lainnya yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam mendukung proses produksinya, antara lain industri makanan, kimia, pengecoran logam, karet ban, dan lainnya. Di Propinsi Banten dan Jawa Barat ada 21 perusahaan yang telah menggunakan batubara dengan total kebutuhan diperkirakan mencapai 416.708 ton untuk tahun 2005. 4.2.6 Briket Batubara Dari data tahun 1998 – 2005, perkembangan briket batubara berfluktuatif, namun cenderung ada peningkatan. Konsumsi terendah sebesar 23.506 ton pada tahun 2004 dan tertinggi pada mencapai 38.302 ton tahun 1999. Pada sisi lain potensi konsumsi BBM yang dapat disubstitusi briket batubara untuk IKM dan rumahtangga sebesar 12,32 juta ton, dan jumlah optimisnya sebesar 1,3 juta ton per tahun atau ekivalen dengan 936.000 kilo liter minyak tanah per tahun. Kondisi pasar akan menentukan bagaimana prospek perbriketan batubara di Indonesia sebagai bahan alternative substitusi minyak tanah khususnya, bersama-masa dengan energi alternative lainnya seperti bahan bakar nabati (biofuel) dan LPG. 4.2.7 Upgrading Brown Coal, Gasifikasi, dan Pencairan Batubara Terkait dengan upaya ketahanan bauran energi nasional, adalah pengembangan teknologi batubara, dimana skala pilot plantnya dikembangkan oleh Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA) meliputi antara lain upgrading brown coal (UBC), gasifikasi, dan pencairan batubara. Direncanakan tidak lama lagi akan dirintis ke arah demo plant sebelum skala komersialisasi. 4.3 Perkembangan Ekspor Kebutuhan batubara dunia saat ini ternyata meningkat sangat cepat, antara lain dipicu oleh booming harga dan semakin banyaknya pembangunan PLTU di luar negeri yang menggunakan
  • 23. bahan bakar batubara, serta kran ekspor China ditutup. Hal ini yang mengantarkan Indonesia sebagai pemasok (eksportir) terbesar pada tahun ini menyaingi Australia dan Afrika Selatan. Ekspor batubara Indonesia pada tahun 1992 hanya sebesar 16,288 juta ton, sedangkan pada tahun 2005 tercatat sebesar 106,767 juta ton. Ini berarti volume ekspor rata-rata naik sebesar 16,00%. Perusahaan pemegang PKP2B merupakan eksportir batubara terbesar, yaitu sekitar 95,36% dari jumlah ekspor batubara Indonesia, diikuti oleh pemegang BUMN sebesar 2,52% dan KP sebesar 2,12%. 5. MASA DEPAN Pada masa mendatang, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat; tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestik), tetapi juga untuk memenuhi permintaan luar negeri (ekspor). Hal ini mengingat sumber daya batubara Indonesia yang masih melimpah, di lain pihak harga BBM yang tetap tinggi, menuntut industri yang selama ini berbahan bakar minyak untuk beralih menggunakan batubara. 5.1Proyeksi Penyediaan-Permintaan (Supply-Demand) Produksi batubara nasional terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Pada tahun 1992 tercatat sebesar 22,951 juta ton, naik menjadi 151,594 juta ton pada tahun 2005, atau naik ratarata 15,68 % per tahun. Jika diasumsikan proyeksi untuk tahun-tahun mendatang mengikuti kecenderungan (trend) tersebut di atas, maka kondisi pada tahun 2025, produksi akan meningkat menjadi sekitar 628 juta ton. Dari sisi konsumsi, hingga saat ini segmen pasar batubara di dalam negeri meliputi PLTU, industri semen, industri menengah hingga industri kecil dan rumahtangga. Dalam kurun waktu 1998-2005, konsumsi batubara di dalam negeri berkembang 13,29%. Kondisi saat ini (2005) konsumsi batubara tercatat 35,342 juta ton, di antaranya, 71,11% dikonsumsi PLTU, 16,84% dikonsumsi industri semen, dan 6,43% dikonsimsi industri kertas. Dari karakteristik tersebut dan adanya rencana pemanfaatan batubara melalui pengembangan teknologi UBC, gasifikasi, dan pencairan, maka diproyeksikan pada tahun 2025 kebutuhan batubara dalam negeri akan mencapai sekitar 191,130 juta ton. Sedangkan dari trend ekspor batubara yang peningkatannya sangat signifikan sekitar 16,00% pertahun, maka pada tahun 2025 diproyeksikan akan mencapai 438 juta ton. Kondisi tersebut tidak diharapkan, karena tidak sejalan dengan rencana pengembangan batubara Indonesia. Untuk tahun 2025, jumlah rencana produksi sebesar 318 miliar ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebesar 214 miliar ton dan untuk memenuhi permintaan luar negeri sebesar 104 miliar ton. Kunci perbedaan dari kedua proyeksi tersebut terletak pada penjualan ke luar negeri. Sehingga agar rencana pengembangan batubara Indonesia dapat terealisasi, maka perlu membuat kebijakan pengendalian produksi melalui pembatasan penjualan ke luar negeri dan jaminan pasokan untuk kebutuhan dalam negeri yang tercantum di dalam kontrak harus dilaksanakan. GAMBAR 5.1 POYEKSI PRODUKSI, PENJUALAN DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI BATUBARA INDONESIA TAHUN 2006 - 2025 41 44 65 97 135 181 109 118 168 243 333 438 150 162 233 343 474 628 0 100 200 300 400 500 600 700 2005 2006 2010 2015 2020 2025 Tahun Milyar Ton Penjualan DN Penjualan LN Produksi GAMBAR 5.1 POYEKSI PRODUKSI, PENJUALAN DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI BATUBARA INDONESIA TAHUN 2006 - 2025 41 44
  • 24. 65 97 135 181 109 118 168 243 333 438 150 162 233 343 474 628 0 100 200 300 400 500 600 700 2005 2006 2010 2015 2020 2025 Tahun Milyar Ton Penjualan DN Penjualan LN Produksi 5.2 Langkah-Langkah Yang Diperlukan Dari hasil gambaran trend suppy-demand batubara nasional hingga tahun 2025 termasuk didalamnya permasalahan yang mungkin muncul, maka untuk memberikan dukungan terkait dengan pengembangan batubara dalam mencapai bauran energi pada tahun 2025 lebih besar dari 33% (214 juta ton), diperlukan langkah-langkah strategis meliputi : a Sumber daya ���Melakukan upaya pencarian (inventarisasi) sumber daya dan cadangan batubara yang representatif dan secara berkelanjutan. b. Pengusahaan ���Pendataan kontrak (jangka panjang, menengah, pendek, spot) perusahaan dengan konsumen luar negeri. Kemudian pelaku eksportir ditata secara konprehensif dan proporsional berdasarkan tingkat produksi dan kondisi kebutuhan di dalam negeri. ���Setiap pengajuan peningkatan tingkat produksi yang diajukan oleh perusahaan perlu disesuaikan dengan kebijakan bauran energi nasional. c. Kebijakan/ Insentif ���Menetapkan batubara sebagai komoditi strategis. ���Mengubah komposisi penjualan dalam negeri dan ekspor yang saat ini 28 : 72, secara bertahap hingga tercapai komposisi yang ideal sampai tahun 2025. ���Mendorong pengusahaan batubara peringkat rendah di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan energi melalui paket insentif, seperti penentuan tarif nilai bagi hasil (PKP2B) untuk batubara mutu rendah. ���Meningkatkan diversifikasi pemanfaatan batubara melalui program pembakaran langsung, pengembangan briket batubara, pencairan batubara, gasifikasi, up grading batubara, dan pengembangan Coal Bed Methane, dengan memperhatikan faktor lingkungan. ���Memberikan insentif bagi investor (penambangan dan pengolahan) yang mengembangkan UBC, pencairan, dan gasifikasi batubara, antara lain jaminan hasil produk dibeli oleh pihak pemerintah. ���Menetapkan nilai bagi hasil bagian pemerintah dari penambangan batubara mutu rendah dan tambang bawah tanah. d. Insfrastruktur ��� Untuk menunjang kelancaran distribusi batubara dari hulu hingga hilir perlu membangun dan mengembangkan prasarana transportasi seperti jaringan kereta api dan pelabuhan bongkar muat ���Mengembangkan pelabuhan bongkar, sarana angkutan, dan jalur distribusi, serta stock yard batubara yang dekat dengan sentra industri (konsumen) di wilayah Pulau Jawa yang merupakan konsumen terbesar di dalam negeri. Dikompilasi oleh Tim Kajian Batubara Nasional Kelompok Kajian Kebijakan Mineral dan Batubara Pusat Litbang Teknologi Mineral dan Batubara 2006
  • 25. ndonesia adalah eksportir batubara terbesar kedua di dunia (setelah Australia, 2006). Batubara yang banyak diekspor adalah batubara jenis sub-bituminus yang dapat merepresentasikan produksi batubara Indonesia. Produksi batubara Indonesia meningkat sebesar 11.1% pada tahun 2003 dan jumlah ekspor meningkat sebesar 18.3% di tahun yang sama. Sebagian besar cadangan batubara Indonesia terdapat di Sumatra bagian selatan. Kualitasnya beragam antara batubara kualitas rendah seperti lignit (59%) dan sub-bituminus (27%) serta batubara kualitas tinggi seperti bituminus dan antrasit (14%). Sekitar 74% dari batubara Indonesia merupakan hasil penambangan perusahaan swasta. Satu- satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Tambang Bukit Asam, menghasilkan sekitar 10 Mt (hanya 9% dari total produksi batubara Indonesia pada tahun 2003) dari penambangan terbuka. Bandingkan dengan perusahaan-perusahaan swasta seperti PT Adaro, PT Kaltim Prima Coal, serta PT Arutmin yang dapat memproduksi batubara hingga di atas 10 Mt pada tahun yang sama. Terlihat ironis bukan? Perusahaan penambangan batubara milik negara kalah produksi oleh perusahaan swasta. Operasi penambangan batubara seringkali dituduh menyebabkan kerusakan lingkungan. Penambangan batubara diperkirakan menyebabkan kerusakan pada kurang lebih 70 ribu hektar tanah. Pada beberapa area, limbah cair dibuang pada sungai terdekat yang pada akhirnya mencemari sumber air warga sekitar. Dampak lingkungan serta permintaan akan kontribusi perusahaan pertambangan yang lebih besar kepada perkembangan masyarakat telah menyebabkan munculnya permintaan akan ditutupnya operasi penambangan batubara. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengrusakan lingkungan oleh operasi penambangan batubara adalah dengan lebih memperketat regulasi yang berkaitan dengan penambangan batubara, disinilah peran besar pemerintah. Pemerintah merespon permasalahan ini dengan memberikan komitmen bahwa operasi penambangan batubara akan merujuk pada peraturan pemerintah mengenai keselamatan lingkungan. Sebagai contoh, pada tahun 1999 diterbitkan PP
  • 26. no 18 yang mengatur mengenai tata cara pemrosesan limbah berbahaya dan beracun. Peraturan ini mengharuskan perusahaan pertambangan untuk memproses limbah yang dihasilkan hingga mencapai derajat kebersihan yang sangat tinggi dengan standar kemurnian air yang 5 kali lebih ketat dibandingkan Amerika Serikat maupun Kanada. Akan tetapi, penerapan regulasi ini pada akhirnya ditunda karena pemerintah mengevaluasi ulang kemampuan teknologi yang dimiliki oleh perusahaan pertambangan di Indonesia dan ternyata dibutuhkan penyesuaian. Belum lagi adanya penambangan batubara ilegal. Para penambang ilegal mengabaikan ketentuan yang berkaitan dengan lingkungan dan keselamatan serta menjual batubara dengan harga yang lebih rendah. Pemerintah diharapkan dapat mengambil sikap dan menuntut para penambang ilegal ini. Pemerintah sendiri memiliki ketertarikan yang besar dalam mengembangkan teknologi pemanfaatan batubara untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh batubara. Usaha untuk mengembangkan Clean Coal Technology (CCT) telah memasukkan kerjasama dengan pihak asing untuk mempelajari efek-efek yang mungkin muncul dari penggunaan batubara dan untuk mencari cara baru agar pembangkit listrik yang berbasis pembakaran batubara dapat memenuhi ketentuan lingkungandari segi emisi. Ini suatu itikad baik yang ditunjukkan oleh pemerintah mengingat permasalahan yang menyangkut emisi yang dihasilkan oleh batubara dapat mengurangi visibilitas digunakannya batubara sebagai sumber energi. Masalah sumber energi pun sedang menjadi fokus utama pemerintah berkaitan dengan naiknya harga minyak bumi. Pada dasarnya, cadangan batubara Indonesia memang jauh lebih besar dibandingkan dengan cadangan minyak bumi maupun gas alam sehingga pemerintah kini mulai melihat batubara sebagai sumber energi alternatif yang murah. Batubara selama ini telah digunakan sebagai bahan bakar pada pabrik semen dan pabrik baja, apa salahnya jika batubara digunakan untuk membangkitkan listrik? Apabila hal ini dapat dilakukan, subsidi pemerintah untuk BBM dapat berkurang (saat ini subsidi memang tidak mencukupi akibat kenaikan harga minyak bumi dan peningkatan konsumsi BBM). Dalam 3 tahun mendatang diharapkan telah berdiri PLTU Batubara dengan kapasitas daya listrik yang dapat dihasilkan sebesar 10000 MW. Tampaknya untuk mewujudkan hal itu, pemerintah dan industri pertambangan batubara harus bekerja lebih keras. Dengan perkiraan heating value batubara Indonesia yang berada pada kisaran 5000 sampai 7000 kal/kg, berapa banyak batubara yang harus diproduksi untuk menghasilkan listrik 10000 MW? Apakah perusahaan pertambangan di Indonesia dapat menemukan cara untuk menambang batubara tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan? Tampaknya jawaban pertanyaan di atas adalah TIDAK. Atau mungkin BELUM. Tanah yang dikeruk, polusi yang disebabkannya, serta bekas yang ditinggalkannya masih akan menjadi masalah lingkungan di kemudian hari. Mungkin saat ini yang bisa dilakukan adalah meningkatkan kinerja unit-unit penanganan limbah sekaligus melakukan transfer teknologi terkait dengan keterbatasan yang kita miliki dalam teknologi penambangan, mengurangi penambang-penambang ilegal, dan secara bertahap melakukan rehabilitasi lahan pertambangan yang telah ditinggalkan. MENGAPA? Karena lebih tidak mungkin menghentikan penambangan batubara yang saat ini diharapkan bisa menjadi penyelamat bagi krisis energi yang melanda Indonesia.
  • 27. Kekayaaan sumber daya alam di Indonesia sangatlah kaya. Baik yang ada di laut berupa ikan, terumbu karang, keindahan dasar lautnya. Kekayaan alam daratnya lebih banyak lagi, mulai dari flora, fauna, batu-batuan mulia, serta pertambangan. Secara objektif kekayaan alam tersebut dibagi 2: kekayaan alam yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources). Bila kita melihat Indonesia ini seperti zambrud di dunia. Saking suburnya apa saja yang ditanam akan tumbuh dengan baik. Pola kegiatan ekonomi di Indonesia sangat beragam, wisata sosial budaya, pertanian, perikanan, pertambangan. Sehingga kalau dilihat secara kekayaan yang ada di Indonesia seharusnya tidak ada orang miskin, karena semua yang ada di Indonesia dapat dimanfaatkan. Kebanyakan daerah di Indonesia saat ini, sebagian besar sumber ekonominya mengandalkan sektor pertambangan, mulai dari Aceh sampai ke Papua. Sangat disayangkan pengelolaan sumber daya alam tersebut diserahkan kepada pihak swasta/asing. Pemerintahan daerah hanya menarik pajak dari apa yang diambil oleh pihak-pihak swasta/asing tersebut. Sadar apa tidak pengelolaan seperti itu harus dikelola oleh pemerintah daerah sendiri. Karena pajak yang diambil dari pertambangan tersebut tidak berarti apa-apa bila dibandingkan dengan yang didapat oleh pihak tersebut. Kalau dihitung secara persentasi nilai uang pajak yang ditarik oleh pemerintah kecil sekali, bayangkan saja kalau pemerintah dapat uang pajak dari tambang Rp. 100 milyar pengelola tambang dapat membawa kekayaan hasil tambang senilai Rp. 1 triliyun, atau mungkin lebih besar lagi dari perkiraan saya. Saya lebih tertarik membahas pertambangan yang ada di Kalimantan, soal dampak dan manfaatnya. Menurut saya pribadi, pertambangan pada wilayah Pulau Kalimantan khususnya Kal-Sel tidak sesuai dengan dampak yang ditimbulkan. Banyak jalan yang rusak, korban akibat kelalaian pengendara emas hitam sudah sangat banyak, dan yang paling riskan adalah dampak kesehatan bagi masyarakat rute lalu lintas tersebut. Secara ekonomi pertambangan emas hitam sangat menggiurkan masyarakat sekitar, karena dapat mengangkat ekonomi keluarganya. Orang-orang sekitar wilayah pertambangan bisa sugih manggasut karena adanya kegiatan ini, tetapi mereka tidak menyadari dampak panjangnya. Inilah kebodohan masyarakat kita, mereka terbuai akan materi sesaat.
  • 28. Adanya pertambangan hanya akan menguntungkan orang-orang yang mempunyai modal besar. Untuk beberapa puluh tahun akan datang masyarakat memang mendapatkan keuntungan yang besar. Keluarga mereka bisa bekerja, dan terbalik dari keadaan mereka sebelumnya yang dulunya bekerja sebagai petani, berkebun, dan sebagainya. Mereka bisa membeli motor bahkan mobil, dan paling hebat mereka dapat membangun rumah dari batu. Pertambangan yang mereka buka, biasa dengan membuka lahan hutan lindung. Akibatnya hutan akan kehilangan fungsinya. Hutan merupakan paru-paru dunia yang dapat menyeimbangkan oksegen di udara yang dibutuhkan oleh manusia dan hewan. Selain itu, hutan merupakan tempat hidup dan sumber makanan bagi manusia dan hewan. Fungsi lain hutan adalah sebagai penadah air hujan sehingga dapat meresap ke dalam tanah. Secara rinci hutan dapat berfungsi sebagai berikut: · Memproduksi hasil hutan seperti kayu dan rotan · Mengatur keberadaan air di muka bumi ini · Mengatur kesuburan tanah · Mempengaruhi unsur-unsur klimatogis seperti hujan, suhu, panas matahari, angin dan kelembaban · Menampung hewan dan tumbuhan di bumi Karena hutan menjadi sumber utama kebutuhan manusia dan mudah didayagunakan oleh manusia maka hutan telah banyak mengalami kerusakan. Bentuk kerusakan hutan ini yang di akibatkan oleh kegiatan manusia, seperti pengalihan fungsi hutan untuk menjadi daerah pertambangan (legal mening maupun ilegal mening), serta ilegal logging akibat terjadi penyempitan lahan. Menurut para ahli lingkungan saat ini setiap satu menit sekitar 22 hektar hutan tropis di dunia musnah di antaranya sebagian hutan di Sumatera dan Kalimantan. Setiap tahun, sekitar enam juta hektar hutan berubah menjadi lahan kritis. Jadi, jangan heran kalau daerah-daerah yang dulunya tidak mendapat bencana kini mengalami bencana. Bukan tanpa sebab, ini akibat oleh kepentingan manusia itu sendiri. Ekosistem alam mereka ganggu, sehingga dahulunya hutan yang berfungsi menyimpan air di daerah aliran sungai (DAS), seperti kawasan pahuluan sudah mulai gundul. Sehingga hutan tidak berfungsi baik. Bahkan, kalau dibandingkan dengan zaman sebelum kemerdekaan atau tepatnya masa Kolonial Belanda, lebih masa kolonial dalam pengelolaan alam. Sekejam-kejamnya orang Belanda pada masa nenek moyang kita, lebih kejam orang- orang pribumi sekarang dalam pengelolaan alam. Orang Belanda dalam mengekpolisasi kekayaan tambang di daerah Banjar masih memperhatikan kondisi lingkungan alam, dengan membuka lahan di daerah pegunungan di Pengaron. Sekarang pertambangan di Kal-Sel terutama batu bara sudah sangat memprihatinkan, hampir semua kabupaten sudah di kapling tanah-tanahnya oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan dalam hal tambang. Mereka tidak peduli akan kelestarian lingkungan hidup, tambang batu bara yang sudah habis ditinggalkan begitu saja. Kata orang, yang melihat hutan kalimantan dari pesawat sudah tidak hijau lagi. Banyak daerah hutan sudah gundul, baik karena akibat ilegal logging maupun bekas area pertambangan. Seperti kata sebuah artikel pada rubrik disebuah koran. Masyarakat kita tidak perlu kaya mendadak tetapi mengorbankan lingkungan dan membuat anak cucu kita menderita, apalagi yang kaya cuma sebagian orang. Dalam era Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional, untuk para pemimpin daerah janganlah terlalu menguras tambang batu bara yang ada di bumi kalimantan selatan ini. Boleh saja memanfaatkan sumber daya alam yang ada, tetapi harus penyeimbangannya. Jangan sampai daerah Kalimantan Selatan ini menjadi gurun pasir seperti di Afrika. Dan jangan hasil tambang
  • 29. alam ini di manfaatkan untuk kepentingan sendiri. Lebih baik digunakan untuk keperluan dalam daerah misalnya untuk bahan bakar listrik yang sering byar-pet. Masyarakat Kal-Sel jangan terbuai akan keuntungan yang diberikan para pengusaha, baik itu pemerintahnya dan masyarakat sekitarnya. Kalau kita berpikir panjang pastilah kita tidak akan mengizinkan ekplolisasi kekayaan hasil tambang yang ada di daerah kita masing-masing. Secara ekonomi jangka pendek masyarakat banyak mengalami untung dari para penambang tersebut. Dengan pendekatan agama, para penambang tersebut membuat simpati warga masyarakat sekitar area pertambangan, mereka mendekati tokoh ulama dan tokoh masyarakat. Mereka membantu pembuatan mesjid, langgar, mushala, pesantren, dan lain-lain. Lalu dimana letak masalahnya akan merugikan masyarakat, sedangkan dengan adanya kegiatan tersebut akan meningkatkan aktifitas keagamaan. Sekarang masyarakat dan pemerintah setempat harus berpikir, berapa anggaran yang dikeluarkan untuk pembangunan tempat ibadah tersebut yang keluar keluar dari para bos besar tambang. Kecil sekali dari keuntungan yang mereka dapat. Setelah masyarakat terbuai akan kenikmatan materi sesaat, para bos semakin kaya dengan menguras habis sumber daya alam yang ada di Kal-Sel ini. Mereka membeli apartemen, membangun rumah mewah pulau Jawa, dan berinvestasi dibidang lain. Masyarakat tidak tahu berapa kekayaan daerah mereka telah dikeruk. Yang pasti mereka dapat hidup dengan nyaman dalam rumah batu mereka, bisa makan dengan enak, tidur ditempat tidur mewah (spring bed), bisa beli mobil. Setelah beberapa puluh tahun, alam mereka telah habis tambangnya, hutan mereka hancur, banyak lubang-lubang galian bekas area tambang. Lalu mereka pun kini telah berhenti sebagai pekerja tambang karena tidak ada lagi aktifitas pertambangan lagi. Uang pesangon mereka hanya cukup untuk 1 atau 2 tahun. Mobil yang dulu mereka beli dijual karena tidak sanggup lagi untuk membiayai pajak serta perawatannya. Inilah kenyataan yang mereka hadapi, anak-cucu mereka menderita karena olah mereka sendiri. Mereka menikmati bencana yang dibuat sendiri, musim hujan kebanjiran musim kemarau kekeringan. Sedangkan para bos tambang dengan enaknya duduk-duduk, makan enak, jalan-jalan dengan hasil investasi mereka. Mereka hidup dengan nyaman di pulau Jawa, sedangkan kita hanya menikmati penderitaan, karena tidak pindah lagi. Mari masyarakat Kal-Sel jangan biarkan orang-orang luar mengelola tambang kita, mereka hanya ingin menguras kekayaan saja