SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  33
Télécharger pour lire hors ligne
1
KEGIATAN BELAJAR 2
Pakan Ternak Unggas Petelur
2
KEGIATAN BELAJAR 2. PAKAN TERNAK UNGGAS PETELUR
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Pakan diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan
yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi. Agar
pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah zat-zat makanan yang diperlukan
ternak harus memadai (Suprijatna et al., 2005). Pakan merupakan sumber energi
utama bagi ternak yang berupa energi bruto, dimana dalam tubuh ternak sebagian
dari energi bruto terbuang dalam feses dan urin, sebagian lagi merupakan energi
metabolis. Energi metabolis adalah energi yang siap digunakan ternak untuk
berbagai aktifitas yaitu mempertahankan suhu tubuh, aktifitas fisik, pertumbuhan,
memperbaiki sel tubuh, reproduksi dan produksi (McDonald et al., 1994).
Peran pakan bagi ternak terutama unggas begitu besar, sehingga kualitas
pakan harus mendapat perhatian yang utama. Umumnya pakan unggas terdiri dari
pakan butiran (jagung, beras, kacang-kacangan, milet, jewawut, ketan hitam,
gabah, dan lain-lain), pakan komplit atau pakan jadi, dan pakan asal hewani
(bekicot, tepung ikan, siput, ikan rucah, ikan sapu-sapu, limbah rajungan,
cangkang udang, dan lain-lain) serta pakan konsentrat (Purnamasari et al., 2016).
2. Relevansi
Kegiatan belajar ini berisikan teori-teori tentang pengadaan bahan pakan
unggas, kebutuhan nutrisi ayam petelur, bentuk pakan unggas, formulasi pakan
ayam petelur hingga manajemen pemberian pakan ayam petelur. Relevansinya
dengan budidaya ayam petelur dengan hasil akhir yang diharapkan adalah
mengetahui dan menerapkan manajemen pakan yang baik pada budidaya ayam
petelur sehingga produktivitasnya selalu optimal dan memberikan keuntungan
secara ekonomis.
3
3. Panduan Belajar
Pembelajaran materi dalam kegiatan belajar ini dilakukan secara berurutan
mulai dari pembahasan mengenai pengadaan bahan pakan unggas sampai dengan
fokus pada manajemen pemberian pakan ayam petelur. Pembelajaran dapat
dilakukan secara mandiri maupun tim dengan tambahan referensi lain baik dari
berbagai publikasi ilmiah yang terpercaya. Tes formatif sebagai tolok ukur
penguasaan materi dalam kegiatan belajar ini.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan belajar ini diharapkan peserta didik mampu
menganalisis prinsip agribisnis ternak unggas petelur dan aplikasinya dalam
pembelajaran bidang studi agribisnis ternak.
2. Sub Capaian Pembelajaran
1. Mampu menjelaskan pengadaan bahan pakan unggas
2. Mampu menjelaskan kebutuhan nutrisi ayam petelur
3. Mampu menjelaskan bentuk pakan unggas
4. Mampu melakukan formulasi pakan ayam petelur
5. Mampu melakukan manajemen pemberian pakan ayam petelur
3. Uraian Materi
Pengadaan Bahan Pakan Unggas
Input produksi suatu usaha ternak seperti unggas yang terpenting adalah
pakan dan biasanya diberikan pada unggas dalam bentuk ransum. Ransum
tersusun atas beberapa bahan pakan yang umumnya dikelompokkan sebagai
pakan sumber energi, sumber protein (nabati ataupun hewani), sumber mineral,
dan tambahan pakan (vitamin, mineral mikro, dan asam amino). Bahan pakan
dapat dikelompokkan menurut kandungan gizinya seperti yang tersaji pada Tabel
di bawah ini.
4
Tabel 1. Klasifikasi bahan pakan berdasarkan sumber nutrisi
Sumber Jenis bahan baku
Energi Jagung, gaplek, sorgum, minyak sawit
Protein nabati Bungkil kedelai, corn gluten meal, bungkil kanola
(rapeseed), bungkil kacang tanah, Dried Distillers
Grain and Solubles (DDGS), bungkil biji matahari
Protein hewani Tepung ikan, tepung daging, tepung bulu, tepung
darah
Mineral DiCalcium phosphate, monocalcium phosphate,
tepung tulang, tepung batu, garam, tepung kulit
kerang
Tambahan (supplemen) Asam amino (lisin, metionin, treonin, triptofan),
vitamin, premiks, termasuk choline, trace element
mix
Imbuhan (additives) Growth promoter (antibiotik dan bahan kimia),
coccidiostat, enzim, pengawet, processing aid.
Sumber: Tangendjaja (2007)
Bahan pakan sumber energi dapat diperoleh dari serealia (biji-bijian)
misalnya jagung. Selain itu, barley, biji gandum, sorgum atau triticale juga dapat
digunakan. Di Indonesia penggunaan jagung biasanya sedikit ditambahkan
sorgum atau beras menir (hasil pengayakan dedak padi). Gaplek juga merupakan
bahan pakan sumber energi, namun ketersediaannya musiman dan biasanya
diperdagangkan berbentuk chip ataupun gelondongan. Beberapa hasil ikutan
industri pertanian juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan sumber energi maupun
protein, dan harganya relatif murah. Contohnya yaitu dedak padi, bungkil kelapa,
polar gandum, dan bungkil inti sawit sebagai sumber energi. Sedangkan sebagai
sumber protein dapat memanfaatkan bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, corn
gluten meal, dan bungkil kanola (rapeseed). Untuk sumber protein hewani yang
umum digunakan adalah tepung ikan, tepung tulang, tepung daging, dan tepung
bulu ayam.
Bahan Pakan Sumber Energi
Jagung. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 4483:2013, jagung
merupakan hasil tanaman (Zea mays L.) berupa biji kering yang telah dipisahkan
5
dari tongkolnya dan dibersihkan. Persyaratan mutu jagung sebagai bahan pakan
tersaji pada Tabel berikut:
Tabel 2. Persyaratan mutu jagung sebagai bahan pakan
No Parameter Satuan
Persyaratan
Mutu I Mutu II
1 Kadar air (maks.) % 14 16
2 Protein kasar (min.) % 8 7
3 Mikotoksin:
Aflatoksin (maks.) µg/kg 100 150
Okratoksin (maks.) µg/kg 20 Tidak dipersyaratkan
4 Biji rusak (maks.) % 3 5
5 Biji berjamur (maks.) % 2 5
6 Biji pecah (maks.) % 2 4
7 Benda asing (maks.) % 2 2
Sumber: SNI 4483:2013
Dedak Padi. Menurut SNI 3178:2013, dedak padi merupakan hasil samping
proses penggilingan gabah yang berasal dari lapisan terluar beras pecah kulit yang
terdiri dari perikarp, testa dan aleuron. Pada penyosokan bertingkat akan
menghasilkan dedak kasar dan dedak halus yang biasa disebut bekatul.
Persyaratan mutu dedak padi sebagai bahan pakan tersaji pada Tabel berikut:
Tabel 3. Persyaratan mutu dedak padi sebagai bahan pakan
No Parameter Satuan
Persyaratan
Mutu I Mutu II Mutu III
1 Kadar air (maks.) % 13 13 13
2 Abu (maks.) % 11 13 15
3 Protein kasar (min.) % 12 10 8
4 Serat kasar (maks.) % 12 15 18
5 Kadar sekam (maks.) % 5 10 15
Sumber: SNI 3178:2013
Wheat Pollard dan Wheat Bran. Menurut SNI 7992:2014, wheat pollard
merupakan hasil ikutan pengolahan biji gandum menjadi terigu yang sebagian
besar terdiri atas kulit bagian dalam biji gandum (inner cuticle dan lapisan
aleurone) yang terpisah dalam proses pembersihan dan penggilingan serta
memiliki tekstur yang lebih halus dibandingkan dengan wheat bran. Sedangkan
wheat bran merupakan hasil ikutan dari pengolahan biji gandum menjadi terigu
6
yang sebagian besar terdiri dari kulit bagian luar biji gandum (outer cuticle dan
lapisan aleurone) yang terpisah dalam proses pembersihan dan penggilingan serta
memiliki tekstur yang lebih kasar dibandingkan dengan wheat pollard.
Persyaratan mutu wheat pollard dan wheat bran sebagai bahan pakan tersaji pada
Tabel berikut:
Tabel 4. Persyaratan mutu wheat pollard dan wheat bran sebagai bahan pakan
No Parameter Satuan Wheat pollard Wheat bran
1 Kadar air (maks.) % 13 13
2 Abu (maks.) % 5 6
3 Protein kasar (min.) % 15 13
4 Lemak kasar (min.) % 3.5 2.5
5 Serat kasar (maks.) % 8 12
Sumber: SNI 7992:2014
Bahan Pakan Sumber Protein
Bungkil Kelapa. Menurut SNI 2904:2014, bungkil kelapa adalah daging
buah inti kelapa yang telah diambil minyaknya dengan proses ekstraksi dan atau
proses pemerasan secara mekanik. Persyaratan mutu bungkil kelapa sebagai bahan
pakan tersaji pada Tabel berikut:
Tabel 5. Persyaratan mutu bungkil kelapa sebagai bahan pakan
No Parameter Satuan
Persyaratan
Mutu I
(Proses
ektraksi)
Mutu II (Proses
pemerasan
secara mekanik)
1 Kadar air (maks.) % 12 12
2 Protein kasar (min.) % 20 18
3 Serat kasar (maks.) % 14 16
4 Abu (maks.) % 7 8
5 Lemak kasar (maks.) % 6 12
6 Asam lemak bebas (%
terhadap lemak) (maks.)
% 7 9
7 Aflatoxin (maks.) µg/kg 50 100
Sumber: SNI 2904:2014
Bungkil Kedelai. Menurut SNI 4227:2013, bungkil kedelai merupakan
produk hasil ikutan penggilingan kedelai yang telah diambil minyaknya dengan
7
proses ekstraksi dan atau proses pemerasan secara mekanis. Persyaratan mutu
bungkil kedelai sebagai bahan pakan tersaji pada Tabel berikut:
Tabel 6. Persyaratan mutu bungkil kedelai sebagai bahan pakan
No Parameter Satuan
Persyaratan
Mutu I Mutu II
1 Kadar air (maks.) % 12 13
2 Abu (maks.) % 6 8
3 Protein kasar (min.) % 46 42
4 Lemak kasar (maks.) % 2 3
5 Serat kasar (maks.) % 5 7
6 Kelarutan protein dalam KOH % 70 – 85 70 – 85
Sumber: SNI 4227:2013
Bungkil Inti Sawit. Menurut SNI 7856:2017, bungkil inti sawit merupakan
daging buah inti sawit dari tanaman Elaeis quinensis jacq yang telah diambil
minyaknya dengan proses pemerasan secara mekanis. Persyaratan mutu bungkil
inti sawit sebagai bahan pakan tersaji pada Tabel berikut:
Tabel 7. Persyaratan mutu bungkil inti sawit sebagai bahan pakan
No Parameter Satuan
Persyaratan
Mutu 1 Mutu 2
1 Kadar air (maks.) % 12 12
2 Abu (maks.) % 5 6
3 Protein kasar (min.) % 16 14
4 Lemak kasar (maks.) % 9 10
5 Serat kasar (maks.) % 16 20
6 Cangkang (maks.) % 10 15
Sumber: SNI 7856:2017
Tepung Hasil Ikutan Unggas. Menurut SNI 7991:2014, tepung hasil
ikutan unggas merupakan bahan pakan yang berasal dari hasil ikutan pemotongan
unggas yang sehat dan bersih terdiri dari daging, kulit, tulang, kepala, kaki,
jeroan, telur yang tidak berkembang yang sudah mengalami proses tertentu, tidak
termasuk bulu. Persyaratan mutu tepung hasil ikutan unggas sebagai bahan pakan
tersaji pada Tabel berikut:
8
Tabel 8. Persyaratan mutu tepung hasil ikutan unggas sebagai bahan pakan
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks.) % 10
2 Abu (maks.) % 18
3 Protein kasar (min.) % 50
4 Lemak kasar (maks.) % 14
5 Serat kasar (maks.) % 2
6 Kalsium (Ca) (maks.) % 7
7 Fosfor (P) (min.) % 2
8 Bakteri pathogen
Salmonella
Clostridium perfringens
cfu/g
cfu/g
Negatif
Negatif
Listeria cfu/g Negatif
9 Kecernaan pepsin (min.) % 85
Sumber: SNI 7991:2014
Tepung Bulu. Menurut SNI 7993:2014, tepung bulu merupakan hasil
olahan bulu unggas yang sehat dan bersih yang diperoleh dari rumah potong
unggas, dimasak dengan tekanan, tanpa atau dengan proses hidrolisis. Persyaratan
mutu tepung bulu sebagai bahan pakan tersaji pada Tabel berikut:
Tabel 9. Persyaratan mutu tepung bulu sebagai bahan pakan
No Parameter Satuan
Tepung bulu unggas
tanpa hidrolisis
Tepung bulu
unggas dengan
hidrolisisMutu I Mutu II
1 Kadar air (maks.) % 10 10 10
2 Abu (maks.) % 4 6 4
3 Protein kasar (min.) % 80 75 80
4 Serat kasar (maks.) % 2 3 2
5 Bakteri patogen
Salmonella
Clostridium perfringens
Listeria
cfu/g
cfu/g
cfu/g
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
6 Kecernaan pepsin (min.) % 70 70 75
Sumber: SNI 7993:2014
Tepung Daging dan Tulang (Meat Bone Meal). Menurut SNI 7994:2014,
tepung daging dan tulang merupakan produk asal hewan ruminansia sehat kecuali
darah, rambut, kuku, tanduk, potongan kulit dan isi perut, yang diperoleh melalui
9
proses pengolahan tertentu untuk menghasilkan bahan pakan. Persyaratan mutu
tepung daging dan tulang sebagai bahan pakan tersaji pada Tabel berikut:
Tabel 10. Persyaratan mutu tepung daging dan tulang sebagai bahan pakan
No Parameter Satuan
Persyaratan
mutu I
Persyaratan
mutu II
1 Kadar air (maks.) % 10 10
2 Abu (maks.) % 35 38
3 Protein kasar (min.) % 50 45
4 Lemak kasar (maks.) % 12 14
5 Serat kasar (maks.) % 3 3
6 Kalsium (Ca) (maks.) % 11 13
7 Fosfor (P) (min.) % 3 4
8 Bakteri patogen
Salmonella
Shigella sp.
Bacillus anthracis
Clostridium perfringens
cfu/g
cfu/g
cfu/g
cfu/g
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
9 Rambut/bulu (maks.) % 1 1.5
10 Kecernaan pepsin (min.) % 85 82
Sumber: SNI 7994:2014
Kebutuhan Nutrisi Ayam Ras Petelur
Kebutuhan nutrisi ayam ras petelur dibagi sesuai dengan fase
pemeliharaannya, yaitu sebelum masa awal (layer pre starter), masa awal (layer
starter), dara (layer grower), sebelum produksi (pre layer), masa produksi (layer),
dan setelah puncak produksi (layer post peak).
Sebelum Masa Awal (Layer Pre Starter)
Ayam ras petelur yang dikategorikan dalam fase layer pre starter adalah
yang berumur 1 hari sampai dengan 4 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam ras
petelur fase layer pre starter dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 11. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer pre starter
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks.) % 13
2 Protein kasar (min.) % 20
10
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
3 Asam amino total:
- Lisin (min.)
- Metionin (min.)
- Metionin + sistin (min.)
- Triptofan (min.)
- Treonin (min.)
%
%
%
%
%
1
0.5
0.8
0.2
0.75
4 Lemak kasar (min.) % 3
5 Serat kasar (maks.) % 6
6 Abu (maks.) % 8
7 Kalsium (Ca) % 0.8 – 1.2
8 Fosfor (P) total :
- Menggunakan enzim
fitase ≥ 400 FTU/Kg
(min.)
- Tanpa menggunakan enzim fitase (min.)
%
%
0.5
0.6
9 Energi metabolis (min.) Kkal/kg 0.6
10 Aflatoksin total (maks.) µg/kg 50
Sumber: SNI 8290.1:2016
Masa Awal (Layer Starter)
Ayam ras petelur yang dikategorikan dalam fase layer starter adalah yang
berumur 5 minggu sampai dengan 10 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam ras
petelur fase layer starter dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 12. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer starter
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks.) % 13
2 Protein kasar (min.) % 19
3 Asam amino total:
- Lisin (min.)
- Metionin (min.)
- Metionin + sistin (min.)
- Triptofan (min.)
- Treonin (min.)
%
%
%
%
%
0.9
0.4
0.7
0.18
0.65
4 Lemak kasar (min.) % 3
5 Serat kasar (maks.) % 7
6 Abu (maks.) % 8
7 Kalsium (Ca) % 0.8 – 1.2
8 Fosfor (P) total :
- Menggunakan enzim
fitase ≥ 400 FTU/Kg
(min.)
% 0.45
11
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
- Tanpa menggunakan enzim fitase (min.)% 0.55
9 Energi metabolis (min.) Kkal/kg 2800
10 Aflatoksin total (maks.) µg/kg 50
Sumber: SNI 8290.2:2016
Dara (Layer Grower)
Ayam ras petelur yang dikategorikan dalam fase layer grower adalah yang
berumur 11 minggu sampai dengan 16 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam ras
petelur fase layer grower dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 13. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer grower
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks.) % 13
2 Protein kasar (min.) % 15.5
3 Asam amino total:
- Lisin (min.)
- Metionin (min.)
- Metionin + sistin (min.)
- Triptofan (min.)
- Treonin (min.)
%
%
%
%
%
0.7
0.3
0.6
0.17
0.5
4 Lemak kasar (min.) % 3
5 Serat kasar (maks.) % 8
6 Abu (maks.) % 8
7 Kalsium (Ca) % 0.8 – 1.2
8 Fosfor (P) total :
- Menggunakan enzim
fitase ≥ 400 FTU/Kg
(min.)
- Tanpa menggunakan enzim fitase (min.)
%
%
0.36
0.46
9 Energi metabolis (min.) Kkal/kg 2700
10 Aflatoksin total (maks.) µg/kg 50
Sumber: SNI 8290.3:2016
Sebelum Produksi (Pre Layer)
Ayam ras petelur yang dikategorikan dalam fase pre layer adalah yang
berumur 17 minggu sampai dengan 18 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam ras
petelur fase pre layer dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 14. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase pre layer
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks.) % 13
12
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
2 Protein kasar (min.) % 16
3 Asam amino total:
- Lisin (min.)
- Metionin (min.)
- Metionin + sistin (min.)
- Triptofan (min.)
- Treonin (min.)
%
%
%
%
%
0.75
0.35
0.63
0.17
0.52
4 Lemak kasar (min.) % 3
5 Serat kasar (maks.) % 8
6 Abu (maks.) % 12
7 Kalsium (Ca) % 2 – 2.7
8 Fosfor (P) total :
- Menggunakan enzim
fitase ≥ 400 FTU/Kg
(min.)
- Tanpa menggunakan
enzim fitase (min.)
%
%
0.4
0.5
9 Energi metabolis (min.) Kkal/kg 2700
10 Aflatoksin total (maks.) µg/kg 50
Sumber: SNI 8290.4:2016
Masa Produksi (Layer)
Ayam ras petelur yang dikategorikan dalam fase layer adalah yang berumur
19 minggu sampai dengan 50 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur
fase layer dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 15. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks.) % 13
2 Protein kasar (min.) % 16.5
3 Asam amino total:
- Lisin (min.)
- Metionin (min.)
- Metionin + sistin (min.)
- Triptofan (min.)
- Treonin (min.)
%
%
%
%
%
0.8
0.4
0.67
0.18
0.55
4 Lemak kasar (min.) % 3
5 Serat kasar (maks.) % 7
6 Abu (maks.) % 14
7 Kalsium (Ca) % 3.25 – 4.25
8 Fosfor (P) total :
- Menggunakan enzim % 0.45
13
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
fitase ≥ 400 FTU/Kg
(min.)
- Tanpa menggunakan enzim fitase (min.)% 0.55
9 Energi metabolis (min.) Kkal/kg 2700
10 Aflatoksin total (maks.) µg/kg 50
Sumber: SNI 8290.5:2016
Setelah Puncak Produksi (Layer Post Peak)
Ayam ras petelur yang dikategorikan dalam fase layer post peak adalah
yang berumur lebih dari 50 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase
layer post peak dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 16. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer post peak
No Parameter Unit atau satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks.) % 13
2 Protein kasar (min.) % 16
3 Asam amino total:
- Lisin (min.)
- Metionin (min.)
- Metionin + sistin (min.)
- Triptofan (min.)
- Treonin (min.)
%
%
%
%
%
0.75
0.35
0.65
0.17
0.5
4 Lemak kasar (min.) % 3
5 Serat kasar (maks.) % 8
6 Abu (maks.) % 15
7 Kalsium (Ca) % 3.5 – 4.5
8 Fosfor (P) total :
- Menggunakan enzim
fitase ≥ 400 FTU/Kg
(min.)
- Tanpa menggunakan enzim fitase (min.)
%
%
0.4
0.5
9 Energi metabolis (min.) Kkal/kg 2650
10 Aflatoksin total (maks.) µg/kg 50
Sumber: SNI 8290.6:2016
Pakan Konsentrat Ayam Ras Petelur Dara (Layer Grower Concentrate)
Pakan atau campuran bahan pakan yang mengandung nilai gizi yang tinggi,
yang penggunaannya harus dicampur dengan bahan pakan lain dengan proporsi
14
tertentu untuk mendapatkan pakan seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi
ayam ras petelur dara.
Tabel 17. Persyaratan mutu pakan konsentrat ayam ras petelur dara
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks.) % 12
2 Protein kasar (min.) % 28
3 Asam amino total:
- Lisin (min.)
- Metionin (min.)
- Metionin + sistin (min.)
- Triptofan (min.)
- Treonin (min.)
%
%
%
%
%
1.4
0.52
1.1
0.32
0.75
4 Lemak kasar (min.) % 2
5 Serat kasar (maks.) % 8
6 Abu (maks.) % 15
7 Kalsium (Ca) % 2.3 – 3.5
8 Fosfor (P) total :
- Menggunakan enzim
fitase ≥ 1140 FTU/Kg
(min.)
- Tanpa menggunakan enzim fitase (min.)
%
%
0.5
0.8
9 Energi metabolis (min.) Kkal/kg 1700
10 Aflatoksin total (maks.) µg/kg 40
Catatan: Standar ini berlaku untuk penggunaan konsentrat minimum 35% dari
total campuran pakan
Sumber: SNI 3148.4:2016
Pakan Konsentrat Ayam Ras Petelur Masa Produksi (Layer Concentrate)
Pakan atau campuran bahan pakan yang mengandung nilai gizi yang tinggi,
yang penggunaannya harus dicampur dengan bahan pakan lain dengan proporsi
tertentu untuk mendapatkan pakan seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi
ayam ras petelur masa produksi.
Tabel 18. Persyaratan mutu pakan konsentrat ayam ras petelur masa produksi
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks.) % 12
2 Protein kasar (min.) % 30
3 Asam amino total:
- Lisin (min.)
- Metionin (min.)
%
%
1.7
0.8
15
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
- Metionin + sistin (min.)
- Triptofan (min.)
- Treonin (min.)
%
%
%
1.3
0.34
1.1
4 Lemak kasar (min.) % 2
5 Serat kasar (maks.) % 9
6 Abu (maks.) % 35
7 Kalsium (Ca) % 9 – 12
8 Fosfor (P) total :
- Menggunakan enzim
fitase ≥ 400 FTU/Kg
(min.)
- Tanpa menggunakan
enzim fitase (min.)
%
%
0.5
0.8
9 Energi metabolis (min.) Kkal/kg 1900
10 Aflatoksin total (maks.) µg/kg 40
Catatan: Berlaku untuk penggunaan konsentrat min. 35% dari total pakan
Sumber: SNI 3148.3:2016
Kebutuhan Nutrisi Ayam Buras Petelur
Kebutuhan nutrisi ayam buras petelur dibagi sesuai dengan fase
pemeliharaannya, yaitu starter, grower, dan layer.
Starter
Ayam buras petelur yang dikategorikan dalam fase starter adalah yang
berumur 0 sampai dengan 4 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam buras petelur
fase starter dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 19. Persyaratan mutu pakan ayam buras petelur fase starter
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks.) % 14
2 Protein kasar (min.) % 19
3 Lemak kasar (min.) % 3
4 Serat kasar (maks.) % 7
5 Abu (maks.) % 8
6 Kalsium (Ca) % 0.9 – 1.2
7 Fosfor (P) total % 0.6 – 1
8 Fosfor (P) tersedia (min.) % 0.35
9 Aflatoksin (maks.) µg/kg 50
10 Energi metabolis (EM) (min.) Kkal/kg 2900
11 Asam amino:
- Lisin (min.)
- Metionin (min.)
%
%
0.87
0.37
16
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
- Metionin + sistin (min.)
- Triptofan (min.)
%
%
0.55
0.18
Sumber: SNI 7783.1:2013
Grower
Ayam buras petelur yang dikategorikan dalam fase grower adalah yang
berumur 4 minggu sampai dengan 20 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam
buras petelur fase grower dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 20. Persyaratan mutu pakan ayam buras petelur fase grower
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks.) % 14
2 Protein kasar (min.) % 14
3 Lemak kasar (min.) % 3
4 Serat kasar (maks.) % 8
5 Abu (maks.) % 8
6 Kalsium (Ca) % 0.9 – 1.2
7 Fosfor (P) total % 0.55 – 1
8 Fosfor (P) tersedia (min.) % 0.3
9 Aflatoksin (maks.) µg/kg 50
10 Energi metabolis (EM) (min.) Kkal/kg 2500
11 Asam amino:
- Lisin (min.)
- Metionin (min.)
- Metionin + sistin (min.)
- Triptofan (min.)
%
%
%
%
0.7
0.27
0.45
0.17
Sumber: SNI 7783.2:2013
Layer
Ayam buras petelur yang dikategorikan dalam fase layer adalah yang
berumur lebih dari 20 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam buras petelur fase
layer dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 21. Persyaratan mutu pakan ayam buras petelur fase layer
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks.) % 14
2 Protein kasar (min.) % 16
3 Lemak kasar (min.) % 3
4 Serat kasar (maks.) % 8
5 Abu (maks.) % 14
6 Kalsium (Ca) % 2.75 – 4.25
17
No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan
7 Fosfor (P) total % 0.6 – 1
8 Fosfor (P) tersedia (min.) % 0.3
9 Aflatoksin (maks.) µg/kg 50
10 Energi metabolis (EM) (min.) Kkal/kg 2500
11 Asam amino:
- Lisin (min.)
- Metionin (min.)
- Metionin + sistin (min.)
- Triptofan (min.)
%
%
%
%
0.7
0.3
0.5
0.15
Sumber: SNI 7783.3:2013
Bentuk Pakan Unggas
Pakan unggas umumnya terdiri atas: 1. Butiran seperti jagung dan serealia
(biji-bijian); 2. Pakan komplit seperti pakan asal hewani (tepung ikan, tepung
cangkang udang, dan lain-lain); 3. Pakan konsentrat. Pakan komplit telah diproses
menggunakan teknologi modern yang higienis dan memiliki kandungan protein
17 – 23%. Pakan komplit disusun berdasarkan kebutuhan nutrisi unggas dan
penggunaannya tidak memerlukan campuran bahan pakan lain. Jenis pakan
konsentrat ada dua, yaitu sumber energi dan sumber protein. Kadar proteinnya
mencapai 27 – 42% dan penggunaannya memerlukan campuran bahan pakan lain
(Universal Agri Bisnisindo, 2002).
Pakan memiliki tiga bentuk yang berbeda-beda, yaitu tepung (mash), butiran
(crumble), dan pellet. Pemberian bentuk pakan tergantung pada ternak yang
mengkonsumsinya. Pada unggas khususnya ayam petelur memiliki beberapa fase
pemeliharaan. Gambar berikut menyajikan panduan pemberian bentuk pakan pada
ayam petelur.
18
Gambar 1. Panduan pemberian bentuk pakan ayam petelur
Sumber: Patch to Table (2019)
Tepung (Mash)
Bentuk mash merupakan bentuk ransum yang umum dilihat. Bahan yang
dipilih menjadi ransum digiling halus kemudian dicampur menjadi satu. Ransum
bentuk mash memiliki kelemahan mudah tercecer dan sifat memilih ayam karena
pakan yang tidak halus, dan juga bentuk ransum ini memiliki keuntungan yaitu
harganya lebih murah (Marzuki dan Rozi, 2018). Bentuk mash yang biasanya
diberikan untuk ayam petelur fase grower dan layer serta puyuh petelur fase stater
dan layer.
19
Gambar 2. Panduan pemberian bentuk pakan ayam petelur
Sumber: ABC Machinery (2019)
Bentuk mash menjadi salah satu pilihan termurah untuk pakan ternak
unggas, walaupun ada beberapa kekurangan jika digunakan sebagai pakan ayam.
Kekurangannya adalah mudah tercecer karena terjadinya segregasi. Segregasi ini
akan menyebabkan pakan yang dikonsumsi menjadi tidak seimbang. Kekurangan
lainnya adalah pakan banyak yang melekat di paruh ayam. Akibatnya, tempat
minum menjadi kotor dan pakan banyak yang terbuang, sehingga nilai Feed
Conversion Ratio (FCR) menjadi lebih besar dibandingkan dengan bentuk
lainnya. Di samping itu, bentuk pakan ini kurang diminati ayam, sehingga bobot
akhir pada umur yang sama akan lebih ringan dibandingkan bentuk crumble
(Ichwan, 2005).
Butiran (Crumble)
Crumble merupakan bentuk pakan yang dihasilkan dari campuran bahan
pakan pada mesin pellet dan kemudian pellet dihancurkan dengan ukuran lebih
kasar dari mash. Menurut Perry et al. (2003) pakan berbentuk crumble diperoleh
dari proses crumbling. Crumbling adalah proses penggilingan atau pemecahan
pellet menjadi partikel berbentuk granular.
Retnani et al. (2011) menyatakan bahwa pemberian pakan dalam bentuk
crumble dapat lebih menjamin campuran bahan pakan, termasuk bioaktif di dalam
20
pakan yang lebih homogen. Dengan demikian, bioaktif yang diberikan dalam
pakan dapat dikonsumsi oleh ternak seluruhnya. Pakan bentuk crumble
memberikan produktivitas yang lebih baik karena bioaktif dapat tercampur secara
homogen di dalam pakan yang dikonsumsi. Menurut Marzuki dan Rozi (2018)
pakan crumble memiliki spesifikasi seperti tidak berdebu dan mudah untuk
dikonsumsi, bahan pakan penyusunnya sangat kompak dan tercampur merata,
meningkatkan konsumsi pakan, relatif tidak mengandung bakteri membahayakan,
pemborosan pakan (akibat hilang) dapat ditekan dan formula pakan menjadi lebih
efisien.
Bentuk crumble biasanya untuk: 1. Ayam pedaging fase stater; 2. Ayam
petelur fase starter, grower, dan layer; 3. Puyuh fase stater dan grower. Menurut
Perry et al. (2003) pakan berbentuk crumble biasanya digunakan untuk ternak
pada periode starter dan grower. Ichwan (2005) menambahkan bentuk crumble
diperoleh dengan memecah pellet menjadi bentuk remah, sehingga cocok untuk
dikonsumsi ayam mulai masa starter hingga masa finisher. Selanjutnya, menurut
Agustina dan Purwanti (2009) bentuk crumble ukurannya lebih kecil, disukai oleh
ternak dan tidak mempunyai kesempatan memilih. Sehingga biasanya ayam lebih
baik pertumbuhannya dibanding dengan ayam yang memperoleh pakan bentuk
mash.
Pakan crumble yang diberikan pada fase starter sebaiknya berukuran lebih
kecil dari pakan crumble yang diberikan pada Day Old Chicken (DOC) atau awal
fase starter agar DOC tidak kesulitan mematuk pakannya. Oleh karena itu, pakan
berbentuk crumble dibagi menjadi 3 ukuran, yaitu fine crumble, crumble, dan
coarse crumble (crumble kasar). Pakan berbentuk fine crumble merupakan bentuk
pakan yang besar ukuran fisiknya antara mash dengan crumble. Sedangkan
berbentuk crumble merupakan bentuk pakan yang besar ukuran fisiknya antara
fine crumble dengan coarse crumble, selanjutnya pakan berbentuk coarse crumble
merupakan bentuk pakan yang besar ukuran fisiknya antara crumble dengan pellet
(PT. Japfa Comfeed Indonesia, 2008).
21
Pellet
Bentuk pellet biasanya untuk ayam petelur fase layer dan ayam pedaging
fase finisher. Pakan berbentuk pellet diperoleh dari proses pelleting. Proses
pelleting adalah proses mengkompresikan pakan berbentuk tepung dengan
bantuan uap panas (steam) untuk menghasilkan pakan yang silinderis. Pelleting
memberikan keuntungan, yaitu pakan tidak berdebu, kandungan zat nutrisi dalam
setiap pellet tersebut seragam dan homogen, mengurangi sisa pakan atau pakan
terbuang, membatasi sifat memilih dari ayam sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan produktivitas ayam (Amrullah, 2004).
Santoso (2008) menambahkan kebanyakan pakan unggas di banyak negara
diproduksi dalam bentuk butiran maupun pellet. Keuntungan memproses pellet
adalah mengurangi pengambilan pakan secara selektif oleh unggas, meningkatkan
ketersediaan nutrisi, menurunkan energi yang dibutuhkan sewaktu mengkonsumsi
pakan, mengurangi kandungan bakteri patogen, meningkatkan kepadatan pakan
sehingga dapat mengurangi biaya penggunaan truk, mengurangi penyusutan
pakan karena debu, dan memperbaiki penanganan pakan pada penggunaan alat
makan otomatis. Semua keuntungan ini akan menurunkan biaya produksi.
Penyajian dalam bentuk pellet dari pakan yang mengandung serat kasar
tinggi lebih memperlihatkan produktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan
menyajikan pakan berbentuk pellet yang kadar serat kasarnya rendah, pakan yang
berbentuk pellet akan menghemat waktu yang diperlukan ayam untuk makan.
Meskipun bergantung pada kepadatan pakan, jika diperlukan 1 jam untuk
menghabiskan sejumlah pakan pellet, maka untuk bobot yang sama pakan bentuk
crumble akan memerlukan waktu selama 1,8 jam; 2,1 jam untuk pakan pellet yang
dihancurkan ulang; dan 2,4 jam untuk pakan berbentuk mash (Amrullah, 2004).
Pakan berbentuk crumble atau pellet memang dapat memperbaiki
produktivitas ayam yang dipelihara terutama karena dapat meningkatkan
kepadatan nutrisi pakan. Selain itu, berat jenis pakan meningkat sehingga lebih
banyak ransum yang dapat ditampung di dalam tembolok per satuan waktu. Rasa
kenyang ayam lebih banyak ditentukan oleh peregangan temboloknya (Amrulah,
2004). Lebih lanjut Ichwan (2005) menyatakan bahwa pakan berbentuk crumble
22
dan pellet menghasilkan ayam dengan bobot badan tertinggi dibandingkan pakan
mash. Namun, pakan berbentuk campuran antara crumble dan pellet mempunyai
konversi pakan terbaik.
Bentuk pakan crumble dan pellet lebih efisien dalam menghasilkan bobot
badan jika dibadingkan dengan pakan dalam bentuk mash. Pakan bentuk mash
akan banyak yang terbuang sebagai debu. Salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi produksi unggas adalah pakan. Pakan yang baik juga
mempengaruhi kualitas dan pertumbuhan bobot badan ayam (Santoso, 2008).
Gambar berikut menyajikan proses pembuatan pakan dalam bentuk tepung
(mash), butiran (crumble), dan pellet.
23
Gambar 3. Proses pembuatan pakan berbentuk mash, crumble, pellet
Sumber: Patch to Table (2019)
Formulasi Pakan Ayam Petelur
Suatu formulasi pakan atau ransum harus disusun sesuai kebutuhan nutrisi
unggas berdasarkan umur dan kondisi fisiologisnya dengan bahan pakan yang
tersedia dan tidak memerlukan biaya tinggi. Formulasi ransum unggas dapat
dilakukan dengan langkah berikut:
1. Menentukan kebutuhan nutrisi pakan unggas berdasarkan tabel komposisi
kebutuhan pakan unggas.
2. Memilih bahan pakan yang akan digunakan untuk menyusun formula
ransum unggas. Bahan pakan yang akan digunakan harus diketahui
kandungan nutrisinya.
3. Menyusun tabel perbandingan antara bahan pakan yang dipilih dengan
kebutuhan.
4. Membuat agar kebutuhan dan nutrisi ransum yang tersedia seimbang.
Trial and Error Method (Metode Coba-coba)
Peternak umumnya menggunakan trial and error method untuk menyusun
formulasi ransumnya. Namun, trial and error method sulit untuk dilakukan karena
harus mencoba-coba angka yang tepat untuk menyusun suatu ransum yang dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Hal tersebut dapat diatasi dengan bantuan
menggunakan software microsoft excel. Kelebihan menyusun formulasi ransum
dengan menggunakan software microsoft excel, yaitu 1. Penggunaannya lebih
mudah dibandingkan pearson’s square method; 2. Dapat menampung lebih
banyak bahan pakan; 3. Dapat menghitung formulasi sekaligus dengan biaya per
kilonya; 4. Lebih efisien dalam hal waktu karena menggunakan komputer yang
sudah diatur terlebih dahulu rumusnya dalam software microsoft excel seperti
contoh pada link berikut http://nusfeed.id/wp-content/uploads/2018/03/Formulasi-
pakan-nusfeed.xlsx.
24
Gambar 4. Contoh tabel formulasi ransum menggunakan microsoft excel
Sumber: Nusfeed (2018)
Pearson’s Square Method (Metode Segi Empat)
Pearson’s square method hanya dapat digunakan untuk dua bahan pakan.
Namun, salah satu atau keduanya dapat berupa campuran selama persentase
nutrisi yang diinginkan telah ditentukan untuk campuran tersebut.
Contoh 1:
Bapak Yulianto ingin membuat ransum ayam petelur starter yang
kandungan proteinnya sebesar 22%. Ransum disusun menggunakan konsentrat
ayam petelur starter dan jagung kuning. Kandungan protein dalam konsentrat dan
jagung kuning berturut-turut, yaitu 41% dan 8%. Berapakah komposisi konsentrat
dan jagung kuning yang harus digunakan Bapak Yulianto untuk menyusun
ransum tersebut? Selanjutnya, berapa banyak konsentrat dan jagung kuning yang
harus digunakan untuk membuat 1.5 ton ransum?
25
Jawaban:
 Langkah 1 – membuat segi 4
Konsentrat 41 14
22
Jagung kuning 8 19
Total 33
 Langkah 2 – menghitung persentase konsentrat dan jagung kuning
Konsentrat = x 100% = 42.4%
Jagung kuning = x 100% = 57.6%
 Langkah 3 – menghitung kebutuhan konsentrat dan jagung kuning untuk
1.5 ton ransum
Konsentrat = x 1500 kg = 636 kg
Jagung kuning = x 1500 kg = 864 kg
Contoh 2:
Bapak Roni ingin menyusun ransum ayam petelur starter dengan
kandungan protein kasar 22%. Ransum disusun menggunakan konsentrat dengan
kandungan protein kasar 41%, dedak padi dengan kandungan protein kasar 11%,
dan jagung kuning dengan kandungan protein kasar 8%. Namun, Bapak Roni
ingin menggunakan jumlah dedak padi lebih banyak dikarenakan harganya lebih
terjangkau. Oleh karena itu, Bapak Roni membuat perbandingan antara jagung
kuning dan dedak padi sebesar 1 : 2. Berapa persen konsentrat, jagung kuning,
dan dedak padi yang harus dicampur untuk membuat ransum tersebut? Berapa
jumlah konsentrat, jagung kuning, dan dedak padi yang dibutuhkan untuk
membuat 2.5 ton ransum?
26
Jawaban:
 Langkah 1 – menentukan persentase kandungan protein pada campuran
jagung kuning dan dedak padi dengan perbandingan 1 : 2
Jagung kuning (protein 8%) x 1 bagian
= = = 2.67%
Dedak Padi (Protein 11%) x 2 bagian
= = = 7.3%
Jadi persentase campuran jagung kuning dan dedak padi dalam 100%
ransum adalah
= 2.67% + 7.3%
= 9.97%
= 10%
 Langkah 2 – membuat segi 4 dari konsentrat dan campuran jagung kuning
dengan dedak padi
Konsentrat 41 12
22
Jagung kuning+ dedak padi 10 19
Total 31
 Langkah 3 – menghitung persentase konsentrat, jagung kuning, dan dedak
padi
Konsentrat = x 100% = 38.7%
Campuran jagung kuning dan dedak padi = x 100% = 61.3%
Jagung kuning = x 61.3% = 20.4%
Dedak padi = x 61.3% = 40.9%
 Langkah 3 – menghitung kebutuhan konsentrat, jagung kuning, dan dedak
padi untuk 2.5 ton ransum
27
Konsentrat = x 2500 kg = 967.5 kg
Jagung kuning = x 2500 kg = 510 kg
Dedak padi = x 2500 kg = 1022.5 kg
Manajemen Pemberian Pakan Ayam Petelur
Ukuran Partikel Kalsium
Ukuran partikel yang tepat tergantung pada kelarutan batu kapur. Kadar
kalsium pakan mungkin perlu disesuaikan berdasarkan kelarutan batu kapur. Batu
kapur yang berwarna gelap secara geologis lebih tua, mengandung lebih banyak
kotoran (biasanya magnesium) dan umumnya lebih rendah dalam tingkat
kelarutan dan kandungan kalsiumnya. Cangkang tiram dan cangkang laut lainnya
adalah sumber kalsium larut yang baik (Hy-line, 2018). Rekomendasi ukuran
partikel kalsium yang baik tersaji pada Tabel berikut:
Tabel 22. Rekomendasi ukuran partikel kalsium
Ukuran
Partikel
Starter,
Grower,
Developer
(%)
Pre
Layer
(%)
Minggu
17-37
(%)
Minggu
38-48
(%)
Minggu
49-62
(%)
Minggu
63-76
(%)
Minggu
77+
Halus
(0-2
mm)
100 50 40 35 30 25 25
Kasar
(2-4
mm)
- 50 60 65 70 75 75
Sumber: Hy-line (2018)
Gambar 5. Kalsium halus 0-2 mm (kiri) dan kalsium kasar 2-4 mm (kanan)
Sumber: Hy-line (2018)
28
Ukuran Partikel Pakan (Biji-bijian)
Terlalu banyak pakan berpartikel halus dapat mengakibatkan penurunan
konsumsi pakan dan penyerapan nutrisi. Selain itu, meningkatkan debu di
kandang. Sedangkan terlalu banyak pakan berpartikel kasar dapat mengakibatkan
ayam memilih pakan berpartikel besar dan meningkatkan resiko pemisahan pakan
(Hy-line, 2018). Imbangan ukuran partikel pakan yang dianjurkan tersaji pada
Tabel di bawah.
Tabel 23. Anjuran imbangan ukuran partikel pakan
Ukuran (mm) Starter Grower
(%)
Developer
(%)
Produksi
(%)
< 1 Pakan butiran kasar yang
berdiameter 1 – 3 mm
harus mengandung < 10%
partikel pakan halus
< 15 < 15 < 15
1 – 2 45 – 60 25 – 35 20 – 30
2 – 3 10 – 25 25 – 40 30 – 40
> 3 – 5 – 10 10 – 15
Sumber: Hy-line (2018)
Menurut Hy-line (2018) penerapan pemberian ukuran partikel pakan (biji-
bijian) terbaik, yaitu:
1. Selisih 3 – 4 jam dalam pemberian pakan di tengah hari memungkinkan
unggas untuk mengkonsumsi partikel halus. Konsumsi harian partikel pakan
halus penting untuk asupan nutrisi yang seimbang.
2. Minimal 0.5% minyak cair/lemak dapat ditambahkan ke dalam pakan agar
partikel kecil dalam pakan tetap ada.
3. Pakan dengan ukuran partikel lebih besar atau butiran dapat digunakan untuk
meningkatkan konsumsi pakan saat cuaca panas.
Pemberian Pakan Bertahap (Phase Feeding)
Pengendalian suhu di lingkungan kandang penting untuk dilakukan guna
menjaga konsumsi pakan. Suhu di lingkungan kandang sebaiknya 18 – 20°C.
Suhu kandang dapat dinaikkan sekitar 1°C setiap 2 minggu hingga mencapai 25°C
dengan asumsi sistem ventilasi mampu mempertahankan kualitas udara yang
memadai pada suhu ini. Suhu kandang yang lebih rendah (lebih dingin) setelah
puncak akan menyebabkan konsumsi pakan yang lebih banyak dan dapat menjadi
29
kontraproduktif dalam pengendalian bobot telur, demikian juga dengan efisiensi
pakan yang optimal dan bobot badan ayam dewasa.
Gambar 6. Praktek pemberian pakan bertahap
Sumber: Hy-line (2018)
Sensor suhu dapat ditempatkan untuk mengukur suhu di dalam kandang.
Suhu di tempat berjalan (walkway) secara signifikan lebih dingin daripada suhu di
dalam kandang, terutama di sistem kandang susun dengan pembuangan kotoran
otomatis. Suhu lingkungan yang tinggi berdampak buruk terhadap konsumsi
pakan (Hy-line, 2018).
30
Pemberian Pakan Tengah Malam
Program ini merupakan teknik pencahayaan pilihan untuk meningkatkan
konsumsi pakan. Digunakan bila menginginkan konsumsi pakan yang lebih
banyak pada kelompok pertumbuhan atau kelompok produksi tertentu. Program
ini juga dapat meningkatkan penyerapan kalsium pada malam hari saat terjadinya
pembentukan sebagian besar cangkang telur. Selain itu, berguna untuk
meningkatkan konsumsi pakan selama produksi telur puncak dan membantu
mempertahankan konsumsi pakan pada iklim panas. Pemberian pakan tengah
malam dapat meningkatkan asupan pakan sebesar 2 – 5 g/hari/ekor.
Gambar 7. Praktek pemberian pakan tengah malam
Sumber: Hy-line (2018)
Praktek pemberian pakan tengah malam yang baik, yaitu:
1. Program dengan menyalakan lampu selama 1 – 2 jam dapat dimulai pada
pertengahan masa gelap.
2. Tempat pakan diisi sebelum lampu dinyalakan.
3. Minimal 3 jam gelap dapat diterapkan sebelum dan sesudah pemberian pakan
tengah malam.
4. Cahaya yang diberikan selama pemberian pakan tengah malam adalah
sebagai tambahan dari lamanya hari biasa (contoh 16 jam + pemberian pakan
tengah malam).
5. Jika pemberian pakan tengah malam dihilangkan, kurangi cahaya secara
bertahap sebesar 15 menit/minggu.
31
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Pakan merupakan sumber energi utama bagi unggas petelur. Pemberian
pakan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan nutrisi dapat
mengoptimalkan produktivitas. Bentuk pakan unggas terbagi menjadi tiga
kelompok, yaitu bentuk tepung (mash), butiran (crumble), dan pellet. Bahan
pakan yang digunakan untuk menyusun ransum unggas dikelompokkan menjadi
bahan pakan sumber energi, sumber protein (nabati ataupun hewani), sumber
mineral, dan tambahan pakan (vitamin, mineral mikro, dan asam amino).
Formulasi ransum dibuat dengan mengacu pada kebutuhan nutrisi ayam petelur
sesuai dengan fase pemeliharaannya, yaitu sebelum masa awal (layer pre starter),
masa awal (layer starter), dara (layer grower), sebelum produksi (pre layer),
masa produksi (layer), dan setelah puncak produksi (layer post peak).
Daftar Pustaka
ABC Machinery. 2019. Poultry Feed Processing Study On Pellet Size Of Chicken
Feed. http://www.gcmec.com/faqs/poultry-feed-processing-study-pellet-
size.html. Diakses tanggal 20 September 2019.
Agustina. L dan S. Purwanti. 2009. Ilmu Nutrisi Unggas. Lembaga
Pengembangan Sumber Daya Peternakan (INDICUS), Makasar.
Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Cetakan ke-3. Lembaga Satu Gunung
Budi, Bogor.
Hy-line. 2018. Panduan Manajemen.
https://www.hyline.com/userdocs/pages/BRN_COM_BAH.pdf. Diakses
tanggal 20 September 2019.
Ichwan. 2005. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging, Cetakan II. PT. Agromedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Marzuki, A dan B. Rozi. 2018. Pemberian Pakan Bentuk Cramble dan Mash
Terhadap Produksi Ayam Petelor. Jurnal Ilmiah Inovasi 18 (1): 29-34.
McDonald, P., R. A. Edwards, and J. F. D. Greenhalg. 1994. Animal Nutrition.
4th edition. Longman Scientific and Technical, New York.
Nusfeed. 2018. Membuat Formulasi Pakan Menggunakan Excel.
http://nusfeed.id/2018/03/05/membuat-formulasi-pakan-menggunakan-
excel/. Diakses tanggal 20 September 2019.
32
Patch to Table. 2019. Mash, pellets or crumble feed? The result will surprise you!.
https://patchtotable.com/best-type-of-chicken-feed/. Diakses tanggal 20
September 2019.
Perry, T. W., E. Cullinson and R. S. Lowry. 2003. Feeds and Feeding, 6 th Edit.
Pearson Education Inc, New Jersey USA.
PT. Japfa Comfeed Indonesia. 2008. Broiler Management Program. Jakarta.
Purnamasari, D. K., Erwan, Syamsuhaidi, dan M. Kurniawan. 2016. Evaluasi
kualitas pakan komplit dan konsentrat unggas yang diperdagangkan di Kota
Mataram. Jurnal Peternakan Sriwijaya 5 (1): 30-38.
Retnani, Y., L. Herawati dan S. Khusniati. 2011. Uji sifat fisik ransum broiler
starter bentuk crumble berperekat tepung tapioka, bentonit dan onggok.
JITP 1 (2): 88-97.
Santoso, U. 2008. Pakan Unggas. Universitas Bengkulu Press, Bengkulu.
Standar Nasional Indonesia 2904:2014. 2014. Bungkil Kelapa (Coconut Meal) –
Bahan Pakan Ternak. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 3148.3:2016. 2016. Pakan Konsentrat – Bagian 3:
Ayam Ras Petelur Masa Produksi (Layer Concentrate). Badan Standardisasi
Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 3148.4:2016. 2016. Pakan Konsentrat – Bagian 4:
Ayam Ras Petelur Dara (Layer Grower Concentrate). Badan Standardisasi
Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 3178:2013. 2013. Dedak Padi – Bahan Pakan Ternak.
Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 4227:2013. 2013. Bungkil Kedelai – Bahan Pakan
Ternak. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 4483:2013. 2013. Jagung – Bahan Pakan Ternak..
Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 7783.1:2013. 2013. Pakan Ayam Buras – Bagian 1:
Starter. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 7783.2:2013. 2013. Pakan Ayam Buras – Bagian 1:
Grower. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 7783.3:2013. 2013. Pakan Ayam Buras – Bagian 1:
Layer. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 7856:2017. 2017. Bungkil Inti Sawit – Bahan Pakan
Ternak. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 7991:2014. 2014. Tepung Hasil Ikutan Unggas
(Poultry by Product Meal) – Bahan Pakan Ternak. Badan Standardisasi
Nasional, Jakarta.
33
Standar Nasional Indonesia 7992:2014. 2014. Hasil Ikutan Pengolahan Biji
Gandum (Wheat Pollard and Wheat Bran) – Bahan Pakan Ternak. Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 7993:2014. 2014. Tepung Bulu Unggas (Poultry
Feather Meal) – Bahan Pakan Ternak. Badan Standardisasi Nasional,
Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 7994:2014. 2014. Tepung Daging dan Tulang (Meat
and Bone Meal/MBM) – Bahan Pakan Ternak. Badan Standardisasi
Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 8290.1:2016. 2016. Pakan Ayam Ras Petelur –
Bagian 1: Sebelum Masa Awal (Layer Pre Starter). Badan Standardisasi
Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 8290.2:2016. 2016. Pakan Ayam Ras Petelur –
Bagian 2: Masa Awal (Layer Starter). Badan Standardisasi Nasional,
Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 8290.3:2016. 2016. Pakan Ayam Ras Petelur –
Bagian 3: Dara (Layer Grower). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 8290.4:2016. 2016. Pakan Ayam Ras Petelur –
Bagian 4: Sebelum Produksi (Pre Layer). Badan Standardisasi Nasional,
Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 8290.5:2016. 2016. Pakan Ayam Ras Petelur –
Bagian 5: Masa Produksi (Layer). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 8290.6:2016. 2016. Pakan Ayam Ras Petelur –
Bagian 6: Setelah Puncak Produksi (Layer Post Peak). Badan Standardisasi
Nasional, Jakarta.
Suprijatna, E. Umiyati, A. Ruhyat, K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Tangendjaja, B. 2007. Inovasi teknologi pakan menuju kemandirian usaha ternak
unggas. WARTAZOA 17 (1): 12-20.
Universal Agri Bisnisindo. 2002. Global Feed. Trobos No. 32 Mei 2002.

Contenu connexe

Tendances

Teknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapiTeknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapiRamaiyulis Ramai
 
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakLaporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakDewi Purwati
 
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacanganPengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacanganHappinessa Brilliant
 
PPT SAPI manajemen pemeliharaan.pptx
PPT SAPI manajemen pemeliharaan.pptxPPT SAPI manajemen pemeliharaan.pptx
PPT SAPI manajemen pemeliharaan.pptxduniaimaji
 
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur KomersialPemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur KomersialSIlfani Sabila
 
Analisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestAnalisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestYusuf Ahmad
 
Karakteristik fisik bahan pakan alternatif
Karakteristik fisik bahan pakan alternatifKarakteristik fisik bahan pakan alternatif
Karakteristik fisik bahan pakan alternatifMursye Regar
 
Kuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternakKuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternakradenhilmiaja
 
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapikutarni
 
PROSES PEMOTONGAN TERNAK
PROSES PEMOTONGAN TERNAKPROSES PEMOTONGAN TERNAK
PROSES PEMOTONGAN TERNAKMuhammad Eko
 
Laporan praktikum kerusakan b. pangan bu arin
Laporan praktikum kerusakan b. pangan bu arinLaporan praktikum kerusakan b. pangan bu arin
Laporan praktikum kerusakan b. pangan bu arinramdhanisari
 
Menaksir bobot badan
Menaksir bobot badanMenaksir bobot badan
Menaksir bobot badanBBPP_Batu
 

Tendances (20)

Teknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapiTeknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapi
 
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakLaporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
 
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacanganPengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
 
PPT SAPI manajemen pemeliharaan.pptx
PPT SAPI manajemen pemeliharaan.pptxPPT SAPI manajemen pemeliharaan.pptx
PPT SAPI manajemen pemeliharaan.pptx
 
Pembuatan silase
Pembuatan silasePembuatan silase
Pembuatan silase
 
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur KomersialPemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
 
Manajemen pemeliharaan ternak kambing
Manajemen pemeliharaan ternak kambingManajemen pemeliharaan ternak kambing
Manajemen pemeliharaan ternak kambing
 
praktikum
praktikumpraktikum
praktikum
 
Analisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestAnalisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soest
 
Zat Anti Nutrisi
Zat Anti NutrisiZat Anti Nutrisi
Zat Anti Nutrisi
 
Karakteristik fisik bahan pakan alternatif
Karakteristik fisik bahan pakan alternatifKarakteristik fisik bahan pakan alternatif
Karakteristik fisik bahan pakan alternatif
 
Kuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternakKuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternak
 
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
 
PROSES PEMOTONGAN TERNAK
PROSES PEMOTONGAN TERNAKPROSES PEMOTONGAN TERNAK
PROSES PEMOTONGAN TERNAK
 
Laporan praktikum kerusakan b. pangan bu arin
Laporan praktikum kerusakan b. pangan bu arinLaporan praktikum kerusakan b. pangan bu arin
Laporan praktikum kerusakan b. pangan bu arin
 
Kebijakan Pangan dan Gizi
Kebijakan Pangan dan GiziKebijakan Pangan dan Gizi
Kebijakan Pangan dan Gizi
 
Proses Penetasan Telur Tetas
Proses Penetasan Telur TetasProses Penetasan Telur Tetas
Proses Penetasan Telur Tetas
 
Menaksir bobot badan
Menaksir bobot badanMenaksir bobot badan
Menaksir bobot badan
 
Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Pemeliharaan Ternak Sapi PotongPemeliharaan Ternak Sapi Potong
Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
 
Tabel hartadi
Tabel hartadiTabel hartadi
Tabel hartadi
 

Similaire à AT Modul 5 kb 2

AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2PPGhybrid3
 
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okPembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okMasyithahRachmat30
 
Buku peengetahuan bahan makanan ternak
Buku peengetahuan bahan makanan ternakBuku peengetahuan bahan makanan ternak
Buku peengetahuan bahan makanan ternakRiswansyah Yusup
 
AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4PPGhybrid3
 
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi  PakanPoir Poin Klh S2 2009 Formulasi  Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakanptkonline
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxAlamstaSuarjuniarta
 
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)Emma Femi
 
Budidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurBudidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurDisty Ridha H
 
Meramu pakan ikan
Meramu pakan ikanMeramu pakan ikan
Meramu pakan ikanRoni Irama
 
bahan baku pakan
bahan baku pakanbahan baku pakan
bahan baku pakanpoiuytrew
 
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docxLAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docxSyndiFatmawati1
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4   kb 2AT Modul 4   kb 2
AT Modul 4 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 1 kb 3
AT Modul 1 kb 3AT Modul 1 kb 3
AT Modul 1 kb 3PPGhybrid3
 
APLIKASI TEKNOLOGI MODEL MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PETERNAKAN PERKE...
APLIKASI TEKNOLOGI MODEL MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PETERNAKAN PERKE...APLIKASI TEKNOLOGI MODEL MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PETERNAKAN PERKE...
APLIKASI TEKNOLOGI MODEL MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PETERNAKAN PERKE...Gufroni Arsjad Lalu Muhammad
 

Similaire à AT Modul 5 kb 2 (20)

AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2
 
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okPembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
 
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udangTeknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
 
Buku peengetahuan bahan makanan ternak
Buku peengetahuan bahan makanan ternakBuku peengetahuan bahan makanan ternak
Buku peengetahuan bahan makanan ternak
 
AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4
 
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi  PakanPoir Poin Klh S2 2009 Formulasi  Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
 
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
 
Budidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurBudidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas Petelur
 
Meramu pakan ikan
Meramu pakan ikanMeramu pakan ikan
Meramu pakan ikan
 
Ternak potong
Ternak potongTernak potong
Ternak potong
 
bahan baku pakan
bahan baku pakanbahan baku pakan
bahan baku pakan
 
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docxLAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4   kb 2AT Modul 4   kb 2
AT Modul 4 kb 2
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3
 
AT Modul 1 kb 3
AT Modul 1 kb 3AT Modul 1 kb 3
AT Modul 1 kb 3
 
APLIKASI TEKNOLOGI MODEL MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PETERNAKAN PERKE...
APLIKASI TEKNOLOGI MODEL MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PETERNAKAN PERKE...APLIKASI TEKNOLOGI MODEL MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PETERNAKAN PERKE...
APLIKASI TEKNOLOGI MODEL MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PETERNAKAN PERKE...
 
Ayam buras
Ayam burasAyam buras
Ayam buras
 
Makalah pakan ayam
Makalah pakan ayamMakalah pakan ayam
Makalah pakan ayam
 
Susu kedelai
Susu kedelaiSusu kedelai
Susu kedelai
 

Plus de PPGhybrid3

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1PPGhybrid3
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORPPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 2 kb 2
AT Modul 2 kb 2AT Modul 2 kb 2
AT Modul 2 kb 2PPGhybrid3
 

Plus de PPGhybrid3 (20)

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1
 
AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3
 
AT Modul 2 kb 2
AT Modul 2 kb 2AT Modul 2 kb 2
AT Modul 2 kb 2
 

Dernier

Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 

Dernier (20)

Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 

AT Modul 5 kb 2

  • 1. 1 KEGIATAN BELAJAR 2 Pakan Ternak Unggas Petelur
  • 2. 2 KEGIATAN BELAJAR 2. PAKAN TERNAK UNGGAS PETELUR A. PENDAHULUAN 1. Deskripsi Singkat Pakan diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi. Agar pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus memadai (Suprijatna et al., 2005). Pakan merupakan sumber energi utama bagi ternak yang berupa energi bruto, dimana dalam tubuh ternak sebagian dari energi bruto terbuang dalam feses dan urin, sebagian lagi merupakan energi metabolis. Energi metabolis adalah energi yang siap digunakan ternak untuk berbagai aktifitas yaitu mempertahankan suhu tubuh, aktifitas fisik, pertumbuhan, memperbaiki sel tubuh, reproduksi dan produksi (McDonald et al., 1994). Peran pakan bagi ternak terutama unggas begitu besar, sehingga kualitas pakan harus mendapat perhatian yang utama. Umumnya pakan unggas terdiri dari pakan butiran (jagung, beras, kacang-kacangan, milet, jewawut, ketan hitam, gabah, dan lain-lain), pakan komplit atau pakan jadi, dan pakan asal hewani (bekicot, tepung ikan, siput, ikan rucah, ikan sapu-sapu, limbah rajungan, cangkang udang, dan lain-lain) serta pakan konsentrat (Purnamasari et al., 2016). 2. Relevansi Kegiatan belajar ini berisikan teori-teori tentang pengadaan bahan pakan unggas, kebutuhan nutrisi ayam petelur, bentuk pakan unggas, formulasi pakan ayam petelur hingga manajemen pemberian pakan ayam petelur. Relevansinya dengan budidaya ayam petelur dengan hasil akhir yang diharapkan adalah mengetahui dan menerapkan manajemen pakan yang baik pada budidaya ayam petelur sehingga produktivitasnya selalu optimal dan memberikan keuntungan secara ekonomis.
  • 3. 3 3. Panduan Belajar Pembelajaran materi dalam kegiatan belajar ini dilakukan secara berurutan mulai dari pembahasan mengenai pengadaan bahan pakan unggas sampai dengan fokus pada manajemen pemberian pakan ayam petelur. Pembelajaran dapat dilakukan secara mandiri maupun tim dengan tambahan referensi lain baik dari berbagai publikasi ilmiah yang terpercaya. Tes formatif sebagai tolok ukur penguasaan materi dalam kegiatan belajar ini. B. INTI 1. Capaian Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini diharapkan peserta didik mampu menganalisis prinsip agribisnis ternak unggas petelur dan aplikasinya dalam pembelajaran bidang studi agribisnis ternak. 2. Sub Capaian Pembelajaran 1. Mampu menjelaskan pengadaan bahan pakan unggas 2. Mampu menjelaskan kebutuhan nutrisi ayam petelur 3. Mampu menjelaskan bentuk pakan unggas 4. Mampu melakukan formulasi pakan ayam petelur 5. Mampu melakukan manajemen pemberian pakan ayam petelur 3. Uraian Materi Pengadaan Bahan Pakan Unggas Input produksi suatu usaha ternak seperti unggas yang terpenting adalah pakan dan biasanya diberikan pada unggas dalam bentuk ransum. Ransum tersusun atas beberapa bahan pakan yang umumnya dikelompokkan sebagai pakan sumber energi, sumber protein (nabati ataupun hewani), sumber mineral, dan tambahan pakan (vitamin, mineral mikro, dan asam amino). Bahan pakan dapat dikelompokkan menurut kandungan gizinya seperti yang tersaji pada Tabel di bawah ini.
  • 4. 4 Tabel 1. Klasifikasi bahan pakan berdasarkan sumber nutrisi Sumber Jenis bahan baku Energi Jagung, gaplek, sorgum, minyak sawit Protein nabati Bungkil kedelai, corn gluten meal, bungkil kanola (rapeseed), bungkil kacang tanah, Dried Distillers Grain and Solubles (DDGS), bungkil biji matahari Protein hewani Tepung ikan, tepung daging, tepung bulu, tepung darah Mineral DiCalcium phosphate, monocalcium phosphate, tepung tulang, tepung batu, garam, tepung kulit kerang Tambahan (supplemen) Asam amino (lisin, metionin, treonin, triptofan), vitamin, premiks, termasuk choline, trace element mix Imbuhan (additives) Growth promoter (antibiotik dan bahan kimia), coccidiostat, enzim, pengawet, processing aid. Sumber: Tangendjaja (2007) Bahan pakan sumber energi dapat diperoleh dari serealia (biji-bijian) misalnya jagung. Selain itu, barley, biji gandum, sorgum atau triticale juga dapat digunakan. Di Indonesia penggunaan jagung biasanya sedikit ditambahkan sorgum atau beras menir (hasil pengayakan dedak padi). Gaplek juga merupakan bahan pakan sumber energi, namun ketersediaannya musiman dan biasanya diperdagangkan berbentuk chip ataupun gelondongan. Beberapa hasil ikutan industri pertanian juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan sumber energi maupun protein, dan harganya relatif murah. Contohnya yaitu dedak padi, bungkil kelapa, polar gandum, dan bungkil inti sawit sebagai sumber energi. Sedangkan sebagai sumber protein dapat memanfaatkan bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, corn gluten meal, dan bungkil kanola (rapeseed). Untuk sumber protein hewani yang umum digunakan adalah tepung ikan, tepung tulang, tepung daging, dan tepung bulu ayam. Bahan Pakan Sumber Energi Jagung. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 4483:2013, jagung merupakan hasil tanaman (Zea mays L.) berupa biji kering yang telah dipisahkan
  • 5. 5 dari tongkolnya dan dibersihkan. Persyaratan mutu jagung sebagai bahan pakan tersaji pada Tabel berikut: Tabel 2. Persyaratan mutu jagung sebagai bahan pakan No Parameter Satuan Persyaratan Mutu I Mutu II 1 Kadar air (maks.) % 14 16 2 Protein kasar (min.) % 8 7 3 Mikotoksin: Aflatoksin (maks.) µg/kg 100 150 Okratoksin (maks.) µg/kg 20 Tidak dipersyaratkan 4 Biji rusak (maks.) % 3 5 5 Biji berjamur (maks.) % 2 5 6 Biji pecah (maks.) % 2 4 7 Benda asing (maks.) % 2 2 Sumber: SNI 4483:2013 Dedak Padi. Menurut SNI 3178:2013, dedak padi merupakan hasil samping proses penggilingan gabah yang berasal dari lapisan terluar beras pecah kulit yang terdiri dari perikarp, testa dan aleuron. Pada penyosokan bertingkat akan menghasilkan dedak kasar dan dedak halus yang biasa disebut bekatul. Persyaratan mutu dedak padi sebagai bahan pakan tersaji pada Tabel berikut: Tabel 3. Persyaratan mutu dedak padi sebagai bahan pakan No Parameter Satuan Persyaratan Mutu I Mutu II Mutu III 1 Kadar air (maks.) % 13 13 13 2 Abu (maks.) % 11 13 15 3 Protein kasar (min.) % 12 10 8 4 Serat kasar (maks.) % 12 15 18 5 Kadar sekam (maks.) % 5 10 15 Sumber: SNI 3178:2013 Wheat Pollard dan Wheat Bran. Menurut SNI 7992:2014, wheat pollard merupakan hasil ikutan pengolahan biji gandum menjadi terigu yang sebagian besar terdiri atas kulit bagian dalam biji gandum (inner cuticle dan lapisan aleurone) yang terpisah dalam proses pembersihan dan penggilingan serta memiliki tekstur yang lebih halus dibandingkan dengan wheat bran. Sedangkan wheat bran merupakan hasil ikutan dari pengolahan biji gandum menjadi terigu
  • 6. 6 yang sebagian besar terdiri dari kulit bagian luar biji gandum (outer cuticle dan lapisan aleurone) yang terpisah dalam proses pembersihan dan penggilingan serta memiliki tekstur yang lebih kasar dibandingkan dengan wheat pollard. Persyaratan mutu wheat pollard dan wheat bran sebagai bahan pakan tersaji pada Tabel berikut: Tabel 4. Persyaratan mutu wheat pollard dan wheat bran sebagai bahan pakan No Parameter Satuan Wheat pollard Wheat bran 1 Kadar air (maks.) % 13 13 2 Abu (maks.) % 5 6 3 Protein kasar (min.) % 15 13 4 Lemak kasar (min.) % 3.5 2.5 5 Serat kasar (maks.) % 8 12 Sumber: SNI 7992:2014 Bahan Pakan Sumber Protein Bungkil Kelapa. Menurut SNI 2904:2014, bungkil kelapa adalah daging buah inti kelapa yang telah diambil minyaknya dengan proses ekstraksi dan atau proses pemerasan secara mekanik. Persyaratan mutu bungkil kelapa sebagai bahan pakan tersaji pada Tabel berikut: Tabel 5. Persyaratan mutu bungkil kelapa sebagai bahan pakan No Parameter Satuan Persyaratan Mutu I (Proses ektraksi) Mutu II (Proses pemerasan secara mekanik) 1 Kadar air (maks.) % 12 12 2 Protein kasar (min.) % 20 18 3 Serat kasar (maks.) % 14 16 4 Abu (maks.) % 7 8 5 Lemak kasar (maks.) % 6 12 6 Asam lemak bebas (% terhadap lemak) (maks.) % 7 9 7 Aflatoxin (maks.) µg/kg 50 100 Sumber: SNI 2904:2014 Bungkil Kedelai. Menurut SNI 4227:2013, bungkil kedelai merupakan produk hasil ikutan penggilingan kedelai yang telah diambil minyaknya dengan
  • 7. 7 proses ekstraksi dan atau proses pemerasan secara mekanis. Persyaratan mutu bungkil kedelai sebagai bahan pakan tersaji pada Tabel berikut: Tabel 6. Persyaratan mutu bungkil kedelai sebagai bahan pakan No Parameter Satuan Persyaratan Mutu I Mutu II 1 Kadar air (maks.) % 12 13 2 Abu (maks.) % 6 8 3 Protein kasar (min.) % 46 42 4 Lemak kasar (maks.) % 2 3 5 Serat kasar (maks.) % 5 7 6 Kelarutan protein dalam KOH % 70 – 85 70 – 85 Sumber: SNI 4227:2013 Bungkil Inti Sawit. Menurut SNI 7856:2017, bungkil inti sawit merupakan daging buah inti sawit dari tanaman Elaeis quinensis jacq yang telah diambil minyaknya dengan proses pemerasan secara mekanis. Persyaratan mutu bungkil inti sawit sebagai bahan pakan tersaji pada Tabel berikut: Tabel 7. Persyaratan mutu bungkil inti sawit sebagai bahan pakan No Parameter Satuan Persyaratan Mutu 1 Mutu 2 1 Kadar air (maks.) % 12 12 2 Abu (maks.) % 5 6 3 Protein kasar (min.) % 16 14 4 Lemak kasar (maks.) % 9 10 5 Serat kasar (maks.) % 16 20 6 Cangkang (maks.) % 10 15 Sumber: SNI 7856:2017 Tepung Hasil Ikutan Unggas. Menurut SNI 7991:2014, tepung hasil ikutan unggas merupakan bahan pakan yang berasal dari hasil ikutan pemotongan unggas yang sehat dan bersih terdiri dari daging, kulit, tulang, kepala, kaki, jeroan, telur yang tidak berkembang yang sudah mengalami proses tertentu, tidak termasuk bulu. Persyaratan mutu tepung hasil ikutan unggas sebagai bahan pakan tersaji pada Tabel berikut:
  • 8. 8 Tabel 8. Persyaratan mutu tepung hasil ikutan unggas sebagai bahan pakan No Parameter Satuan Persyaratan 1 Kadar air (maks.) % 10 2 Abu (maks.) % 18 3 Protein kasar (min.) % 50 4 Lemak kasar (maks.) % 14 5 Serat kasar (maks.) % 2 6 Kalsium (Ca) (maks.) % 7 7 Fosfor (P) (min.) % 2 8 Bakteri pathogen Salmonella Clostridium perfringens cfu/g cfu/g Negatif Negatif Listeria cfu/g Negatif 9 Kecernaan pepsin (min.) % 85 Sumber: SNI 7991:2014 Tepung Bulu. Menurut SNI 7993:2014, tepung bulu merupakan hasil olahan bulu unggas yang sehat dan bersih yang diperoleh dari rumah potong unggas, dimasak dengan tekanan, tanpa atau dengan proses hidrolisis. Persyaratan mutu tepung bulu sebagai bahan pakan tersaji pada Tabel berikut: Tabel 9. Persyaratan mutu tepung bulu sebagai bahan pakan No Parameter Satuan Tepung bulu unggas tanpa hidrolisis Tepung bulu unggas dengan hidrolisisMutu I Mutu II 1 Kadar air (maks.) % 10 10 10 2 Abu (maks.) % 4 6 4 3 Protein kasar (min.) % 80 75 80 4 Serat kasar (maks.) % 2 3 2 5 Bakteri patogen Salmonella Clostridium perfringens Listeria cfu/g cfu/g cfu/g Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif 6 Kecernaan pepsin (min.) % 70 70 75 Sumber: SNI 7993:2014 Tepung Daging dan Tulang (Meat Bone Meal). Menurut SNI 7994:2014, tepung daging dan tulang merupakan produk asal hewan ruminansia sehat kecuali darah, rambut, kuku, tanduk, potongan kulit dan isi perut, yang diperoleh melalui
  • 9. 9 proses pengolahan tertentu untuk menghasilkan bahan pakan. Persyaratan mutu tepung daging dan tulang sebagai bahan pakan tersaji pada Tabel berikut: Tabel 10. Persyaratan mutu tepung daging dan tulang sebagai bahan pakan No Parameter Satuan Persyaratan mutu I Persyaratan mutu II 1 Kadar air (maks.) % 10 10 2 Abu (maks.) % 35 38 3 Protein kasar (min.) % 50 45 4 Lemak kasar (maks.) % 12 14 5 Serat kasar (maks.) % 3 3 6 Kalsium (Ca) (maks.) % 11 13 7 Fosfor (P) (min.) % 3 4 8 Bakteri patogen Salmonella Shigella sp. Bacillus anthracis Clostridium perfringens cfu/g cfu/g cfu/g cfu/g Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif 9 Rambut/bulu (maks.) % 1 1.5 10 Kecernaan pepsin (min.) % 85 82 Sumber: SNI 7994:2014 Kebutuhan Nutrisi Ayam Ras Petelur Kebutuhan nutrisi ayam ras petelur dibagi sesuai dengan fase pemeliharaannya, yaitu sebelum masa awal (layer pre starter), masa awal (layer starter), dara (layer grower), sebelum produksi (pre layer), masa produksi (layer), dan setelah puncak produksi (layer post peak). Sebelum Masa Awal (Layer Pre Starter) Ayam ras petelur yang dikategorikan dalam fase layer pre starter adalah yang berumur 1 hari sampai dengan 4 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer pre starter dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 11. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer pre starter No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan 1 Kadar air (maks.) % 13 2 Protein kasar (min.) % 20
  • 10. 10 No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan 3 Asam amino total: - Lisin (min.) - Metionin (min.) - Metionin + sistin (min.) - Triptofan (min.) - Treonin (min.) % % % % % 1 0.5 0.8 0.2 0.75 4 Lemak kasar (min.) % 3 5 Serat kasar (maks.) % 6 6 Abu (maks.) % 8 7 Kalsium (Ca) % 0.8 – 1.2 8 Fosfor (P) total : - Menggunakan enzim fitase ≥ 400 FTU/Kg (min.) - Tanpa menggunakan enzim fitase (min.) % % 0.5 0.6 9 Energi metabolis (min.) Kkal/kg 0.6 10 Aflatoksin total (maks.) µg/kg 50 Sumber: SNI 8290.1:2016 Masa Awal (Layer Starter) Ayam ras petelur yang dikategorikan dalam fase layer starter adalah yang berumur 5 minggu sampai dengan 10 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer starter dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 12. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer starter No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan 1 Kadar air (maks.) % 13 2 Protein kasar (min.) % 19 3 Asam amino total: - Lisin (min.) - Metionin (min.) - Metionin + sistin (min.) - Triptofan (min.) - Treonin (min.) % % % % % 0.9 0.4 0.7 0.18 0.65 4 Lemak kasar (min.) % 3 5 Serat kasar (maks.) % 7 6 Abu (maks.) % 8 7 Kalsium (Ca) % 0.8 – 1.2 8 Fosfor (P) total : - Menggunakan enzim fitase ≥ 400 FTU/Kg (min.) % 0.45
  • 11. 11 No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan - Tanpa menggunakan enzim fitase (min.)% 0.55 9 Energi metabolis (min.) Kkal/kg 2800 10 Aflatoksin total (maks.) µg/kg 50 Sumber: SNI 8290.2:2016 Dara (Layer Grower) Ayam ras petelur yang dikategorikan dalam fase layer grower adalah yang berumur 11 minggu sampai dengan 16 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer grower dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 13. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer grower No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan 1 Kadar air (maks.) % 13 2 Protein kasar (min.) % 15.5 3 Asam amino total: - Lisin (min.) - Metionin (min.) - Metionin + sistin (min.) - Triptofan (min.) - Treonin (min.) % % % % % 0.7 0.3 0.6 0.17 0.5 4 Lemak kasar (min.) % 3 5 Serat kasar (maks.) % 8 6 Abu (maks.) % 8 7 Kalsium (Ca) % 0.8 – 1.2 8 Fosfor (P) total : - Menggunakan enzim fitase ≥ 400 FTU/Kg (min.) - Tanpa menggunakan enzim fitase (min.) % % 0.36 0.46 9 Energi metabolis (min.) Kkal/kg 2700 10 Aflatoksin total (maks.) µg/kg 50 Sumber: SNI 8290.3:2016 Sebelum Produksi (Pre Layer) Ayam ras petelur yang dikategorikan dalam fase pre layer adalah yang berumur 17 minggu sampai dengan 18 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase pre layer dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 14. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase pre layer No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan 1 Kadar air (maks.) % 13
  • 12. 12 No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan 2 Protein kasar (min.) % 16 3 Asam amino total: - Lisin (min.) - Metionin (min.) - Metionin + sistin (min.) - Triptofan (min.) - Treonin (min.) % % % % % 0.75 0.35 0.63 0.17 0.52 4 Lemak kasar (min.) % 3 5 Serat kasar (maks.) % 8 6 Abu (maks.) % 12 7 Kalsium (Ca) % 2 – 2.7 8 Fosfor (P) total : - Menggunakan enzim fitase ≥ 400 FTU/Kg (min.) - Tanpa menggunakan enzim fitase (min.) % % 0.4 0.5 9 Energi metabolis (min.) Kkal/kg 2700 10 Aflatoksin total (maks.) µg/kg 50 Sumber: SNI 8290.4:2016 Masa Produksi (Layer) Ayam ras petelur yang dikategorikan dalam fase layer adalah yang berumur 19 minggu sampai dengan 50 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 15. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan 1 Kadar air (maks.) % 13 2 Protein kasar (min.) % 16.5 3 Asam amino total: - Lisin (min.) - Metionin (min.) - Metionin + sistin (min.) - Triptofan (min.) - Treonin (min.) % % % % % 0.8 0.4 0.67 0.18 0.55 4 Lemak kasar (min.) % 3 5 Serat kasar (maks.) % 7 6 Abu (maks.) % 14 7 Kalsium (Ca) % 3.25 – 4.25 8 Fosfor (P) total : - Menggunakan enzim % 0.45
  • 13. 13 No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan fitase ≥ 400 FTU/Kg (min.) - Tanpa menggunakan enzim fitase (min.)% 0.55 9 Energi metabolis (min.) Kkal/kg 2700 10 Aflatoksin total (maks.) µg/kg 50 Sumber: SNI 8290.5:2016 Setelah Puncak Produksi (Layer Post Peak) Ayam ras petelur yang dikategorikan dalam fase layer post peak adalah yang berumur lebih dari 50 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer post peak dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 16. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer post peak No Parameter Unit atau satuan Persyaratan 1 Kadar air (maks.) % 13 2 Protein kasar (min.) % 16 3 Asam amino total: - Lisin (min.) - Metionin (min.) - Metionin + sistin (min.) - Triptofan (min.) - Treonin (min.) % % % % % 0.75 0.35 0.65 0.17 0.5 4 Lemak kasar (min.) % 3 5 Serat kasar (maks.) % 8 6 Abu (maks.) % 15 7 Kalsium (Ca) % 3.5 – 4.5 8 Fosfor (P) total : - Menggunakan enzim fitase ≥ 400 FTU/Kg (min.) - Tanpa menggunakan enzim fitase (min.) % % 0.4 0.5 9 Energi metabolis (min.) Kkal/kg 2650 10 Aflatoksin total (maks.) µg/kg 50 Sumber: SNI 8290.6:2016 Pakan Konsentrat Ayam Ras Petelur Dara (Layer Grower Concentrate) Pakan atau campuran bahan pakan yang mengandung nilai gizi yang tinggi, yang penggunaannya harus dicampur dengan bahan pakan lain dengan proporsi
  • 14. 14 tertentu untuk mendapatkan pakan seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi ayam ras petelur dara. Tabel 17. Persyaratan mutu pakan konsentrat ayam ras petelur dara No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan 1 Kadar air (maks.) % 12 2 Protein kasar (min.) % 28 3 Asam amino total: - Lisin (min.) - Metionin (min.) - Metionin + sistin (min.) - Triptofan (min.) - Treonin (min.) % % % % % 1.4 0.52 1.1 0.32 0.75 4 Lemak kasar (min.) % 2 5 Serat kasar (maks.) % 8 6 Abu (maks.) % 15 7 Kalsium (Ca) % 2.3 – 3.5 8 Fosfor (P) total : - Menggunakan enzim fitase ≥ 1140 FTU/Kg (min.) - Tanpa menggunakan enzim fitase (min.) % % 0.5 0.8 9 Energi metabolis (min.) Kkal/kg 1700 10 Aflatoksin total (maks.) µg/kg 40 Catatan: Standar ini berlaku untuk penggunaan konsentrat minimum 35% dari total campuran pakan Sumber: SNI 3148.4:2016 Pakan Konsentrat Ayam Ras Petelur Masa Produksi (Layer Concentrate) Pakan atau campuran bahan pakan yang mengandung nilai gizi yang tinggi, yang penggunaannya harus dicampur dengan bahan pakan lain dengan proporsi tertentu untuk mendapatkan pakan seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi ayam ras petelur masa produksi. Tabel 18. Persyaratan mutu pakan konsentrat ayam ras petelur masa produksi No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan 1 Kadar air (maks.) % 12 2 Protein kasar (min.) % 30 3 Asam amino total: - Lisin (min.) - Metionin (min.) % % 1.7 0.8
  • 15. 15 No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan - Metionin + sistin (min.) - Triptofan (min.) - Treonin (min.) % % % 1.3 0.34 1.1 4 Lemak kasar (min.) % 2 5 Serat kasar (maks.) % 9 6 Abu (maks.) % 35 7 Kalsium (Ca) % 9 – 12 8 Fosfor (P) total : - Menggunakan enzim fitase ≥ 400 FTU/Kg (min.) - Tanpa menggunakan enzim fitase (min.) % % 0.5 0.8 9 Energi metabolis (min.) Kkal/kg 1900 10 Aflatoksin total (maks.) µg/kg 40 Catatan: Berlaku untuk penggunaan konsentrat min. 35% dari total pakan Sumber: SNI 3148.3:2016 Kebutuhan Nutrisi Ayam Buras Petelur Kebutuhan nutrisi ayam buras petelur dibagi sesuai dengan fase pemeliharaannya, yaitu starter, grower, dan layer. Starter Ayam buras petelur yang dikategorikan dalam fase starter adalah yang berumur 0 sampai dengan 4 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam buras petelur fase starter dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 19. Persyaratan mutu pakan ayam buras petelur fase starter No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan 1 Kadar air (maks.) % 14 2 Protein kasar (min.) % 19 3 Lemak kasar (min.) % 3 4 Serat kasar (maks.) % 7 5 Abu (maks.) % 8 6 Kalsium (Ca) % 0.9 – 1.2 7 Fosfor (P) total % 0.6 – 1 8 Fosfor (P) tersedia (min.) % 0.35 9 Aflatoksin (maks.) µg/kg 50 10 Energi metabolis (EM) (min.) Kkal/kg 2900 11 Asam amino: - Lisin (min.) - Metionin (min.) % % 0.87 0.37
  • 16. 16 No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan - Metionin + sistin (min.) - Triptofan (min.) % % 0.55 0.18 Sumber: SNI 7783.1:2013 Grower Ayam buras petelur yang dikategorikan dalam fase grower adalah yang berumur 4 minggu sampai dengan 20 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam buras petelur fase grower dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 20. Persyaratan mutu pakan ayam buras petelur fase grower No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan 1 Kadar air (maks.) % 14 2 Protein kasar (min.) % 14 3 Lemak kasar (min.) % 3 4 Serat kasar (maks.) % 8 5 Abu (maks.) % 8 6 Kalsium (Ca) % 0.9 – 1.2 7 Fosfor (P) total % 0.55 – 1 8 Fosfor (P) tersedia (min.) % 0.3 9 Aflatoksin (maks.) µg/kg 50 10 Energi metabolis (EM) (min.) Kkal/kg 2500 11 Asam amino: - Lisin (min.) - Metionin (min.) - Metionin + sistin (min.) - Triptofan (min.) % % % % 0.7 0.27 0.45 0.17 Sumber: SNI 7783.2:2013 Layer Ayam buras petelur yang dikategorikan dalam fase layer adalah yang berumur lebih dari 20 minggu. Persyaratan mutu pakan ayam buras petelur fase layer dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 21. Persyaratan mutu pakan ayam buras petelur fase layer No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan 1 Kadar air (maks.) % 14 2 Protein kasar (min.) % 16 3 Lemak kasar (min.) % 3 4 Serat kasar (maks.) % 8 5 Abu (maks.) % 14 6 Kalsium (Ca) % 2.75 – 4.25
  • 17. 17 No Parameter Unit atau Satuan Persyaratan 7 Fosfor (P) total % 0.6 – 1 8 Fosfor (P) tersedia (min.) % 0.3 9 Aflatoksin (maks.) µg/kg 50 10 Energi metabolis (EM) (min.) Kkal/kg 2500 11 Asam amino: - Lisin (min.) - Metionin (min.) - Metionin + sistin (min.) - Triptofan (min.) % % % % 0.7 0.3 0.5 0.15 Sumber: SNI 7783.3:2013 Bentuk Pakan Unggas Pakan unggas umumnya terdiri atas: 1. Butiran seperti jagung dan serealia (biji-bijian); 2. Pakan komplit seperti pakan asal hewani (tepung ikan, tepung cangkang udang, dan lain-lain); 3. Pakan konsentrat. Pakan komplit telah diproses menggunakan teknologi modern yang higienis dan memiliki kandungan protein 17 – 23%. Pakan komplit disusun berdasarkan kebutuhan nutrisi unggas dan penggunaannya tidak memerlukan campuran bahan pakan lain. Jenis pakan konsentrat ada dua, yaitu sumber energi dan sumber protein. Kadar proteinnya mencapai 27 – 42% dan penggunaannya memerlukan campuran bahan pakan lain (Universal Agri Bisnisindo, 2002). Pakan memiliki tiga bentuk yang berbeda-beda, yaitu tepung (mash), butiran (crumble), dan pellet. Pemberian bentuk pakan tergantung pada ternak yang mengkonsumsinya. Pada unggas khususnya ayam petelur memiliki beberapa fase pemeliharaan. Gambar berikut menyajikan panduan pemberian bentuk pakan pada ayam petelur.
  • 18. 18 Gambar 1. Panduan pemberian bentuk pakan ayam petelur Sumber: Patch to Table (2019) Tepung (Mash) Bentuk mash merupakan bentuk ransum yang umum dilihat. Bahan yang dipilih menjadi ransum digiling halus kemudian dicampur menjadi satu. Ransum bentuk mash memiliki kelemahan mudah tercecer dan sifat memilih ayam karena pakan yang tidak halus, dan juga bentuk ransum ini memiliki keuntungan yaitu harganya lebih murah (Marzuki dan Rozi, 2018). Bentuk mash yang biasanya diberikan untuk ayam petelur fase grower dan layer serta puyuh petelur fase stater dan layer.
  • 19. 19 Gambar 2. Panduan pemberian bentuk pakan ayam petelur Sumber: ABC Machinery (2019) Bentuk mash menjadi salah satu pilihan termurah untuk pakan ternak unggas, walaupun ada beberapa kekurangan jika digunakan sebagai pakan ayam. Kekurangannya adalah mudah tercecer karena terjadinya segregasi. Segregasi ini akan menyebabkan pakan yang dikonsumsi menjadi tidak seimbang. Kekurangan lainnya adalah pakan banyak yang melekat di paruh ayam. Akibatnya, tempat minum menjadi kotor dan pakan banyak yang terbuang, sehingga nilai Feed Conversion Ratio (FCR) menjadi lebih besar dibandingkan dengan bentuk lainnya. Di samping itu, bentuk pakan ini kurang diminati ayam, sehingga bobot akhir pada umur yang sama akan lebih ringan dibandingkan bentuk crumble (Ichwan, 2005). Butiran (Crumble) Crumble merupakan bentuk pakan yang dihasilkan dari campuran bahan pakan pada mesin pellet dan kemudian pellet dihancurkan dengan ukuran lebih kasar dari mash. Menurut Perry et al. (2003) pakan berbentuk crumble diperoleh dari proses crumbling. Crumbling adalah proses penggilingan atau pemecahan pellet menjadi partikel berbentuk granular. Retnani et al. (2011) menyatakan bahwa pemberian pakan dalam bentuk crumble dapat lebih menjamin campuran bahan pakan, termasuk bioaktif di dalam
  • 20. 20 pakan yang lebih homogen. Dengan demikian, bioaktif yang diberikan dalam pakan dapat dikonsumsi oleh ternak seluruhnya. Pakan bentuk crumble memberikan produktivitas yang lebih baik karena bioaktif dapat tercampur secara homogen di dalam pakan yang dikonsumsi. Menurut Marzuki dan Rozi (2018) pakan crumble memiliki spesifikasi seperti tidak berdebu dan mudah untuk dikonsumsi, bahan pakan penyusunnya sangat kompak dan tercampur merata, meningkatkan konsumsi pakan, relatif tidak mengandung bakteri membahayakan, pemborosan pakan (akibat hilang) dapat ditekan dan formula pakan menjadi lebih efisien. Bentuk crumble biasanya untuk: 1. Ayam pedaging fase stater; 2. Ayam petelur fase starter, grower, dan layer; 3. Puyuh fase stater dan grower. Menurut Perry et al. (2003) pakan berbentuk crumble biasanya digunakan untuk ternak pada periode starter dan grower. Ichwan (2005) menambahkan bentuk crumble diperoleh dengan memecah pellet menjadi bentuk remah, sehingga cocok untuk dikonsumsi ayam mulai masa starter hingga masa finisher. Selanjutnya, menurut Agustina dan Purwanti (2009) bentuk crumble ukurannya lebih kecil, disukai oleh ternak dan tidak mempunyai kesempatan memilih. Sehingga biasanya ayam lebih baik pertumbuhannya dibanding dengan ayam yang memperoleh pakan bentuk mash. Pakan crumble yang diberikan pada fase starter sebaiknya berukuran lebih kecil dari pakan crumble yang diberikan pada Day Old Chicken (DOC) atau awal fase starter agar DOC tidak kesulitan mematuk pakannya. Oleh karena itu, pakan berbentuk crumble dibagi menjadi 3 ukuran, yaitu fine crumble, crumble, dan coarse crumble (crumble kasar). Pakan berbentuk fine crumble merupakan bentuk pakan yang besar ukuran fisiknya antara mash dengan crumble. Sedangkan berbentuk crumble merupakan bentuk pakan yang besar ukuran fisiknya antara fine crumble dengan coarse crumble, selanjutnya pakan berbentuk coarse crumble merupakan bentuk pakan yang besar ukuran fisiknya antara crumble dengan pellet (PT. Japfa Comfeed Indonesia, 2008).
  • 21. 21 Pellet Bentuk pellet biasanya untuk ayam petelur fase layer dan ayam pedaging fase finisher. Pakan berbentuk pellet diperoleh dari proses pelleting. Proses pelleting adalah proses mengkompresikan pakan berbentuk tepung dengan bantuan uap panas (steam) untuk menghasilkan pakan yang silinderis. Pelleting memberikan keuntungan, yaitu pakan tidak berdebu, kandungan zat nutrisi dalam setiap pellet tersebut seragam dan homogen, mengurangi sisa pakan atau pakan terbuang, membatasi sifat memilih dari ayam sehingga pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas ayam (Amrullah, 2004). Santoso (2008) menambahkan kebanyakan pakan unggas di banyak negara diproduksi dalam bentuk butiran maupun pellet. Keuntungan memproses pellet adalah mengurangi pengambilan pakan secara selektif oleh unggas, meningkatkan ketersediaan nutrisi, menurunkan energi yang dibutuhkan sewaktu mengkonsumsi pakan, mengurangi kandungan bakteri patogen, meningkatkan kepadatan pakan sehingga dapat mengurangi biaya penggunaan truk, mengurangi penyusutan pakan karena debu, dan memperbaiki penanganan pakan pada penggunaan alat makan otomatis. Semua keuntungan ini akan menurunkan biaya produksi. Penyajian dalam bentuk pellet dari pakan yang mengandung serat kasar tinggi lebih memperlihatkan produktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan menyajikan pakan berbentuk pellet yang kadar serat kasarnya rendah, pakan yang berbentuk pellet akan menghemat waktu yang diperlukan ayam untuk makan. Meskipun bergantung pada kepadatan pakan, jika diperlukan 1 jam untuk menghabiskan sejumlah pakan pellet, maka untuk bobot yang sama pakan bentuk crumble akan memerlukan waktu selama 1,8 jam; 2,1 jam untuk pakan pellet yang dihancurkan ulang; dan 2,4 jam untuk pakan berbentuk mash (Amrullah, 2004). Pakan berbentuk crumble atau pellet memang dapat memperbaiki produktivitas ayam yang dipelihara terutama karena dapat meningkatkan kepadatan nutrisi pakan. Selain itu, berat jenis pakan meningkat sehingga lebih banyak ransum yang dapat ditampung di dalam tembolok per satuan waktu. Rasa kenyang ayam lebih banyak ditentukan oleh peregangan temboloknya (Amrulah, 2004). Lebih lanjut Ichwan (2005) menyatakan bahwa pakan berbentuk crumble
  • 22. 22 dan pellet menghasilkan ayam dengan bobot badan tertinggi dibandingkan pakan mash. Namun, pakan berbentuk campuran antara crumble dan pellet mempunyai konversi pakan terbaik. Bentuk pakan crumble dan pellet lebih efisien dalam menghasilkan bobot badan jika dibadingkan dengan pakan dalam bentuk mash. Pakan bentuk mash akan banyak yang terbuang sebagai debu. Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produksi unggas adalah pakan. Pakan yang baik juga mempengaruhi kualitas dan pertumbuhan bobot badan ayam (Santoso, 2008). Gambar berikut menyajikan proses pembuatan pakan dalam bentuk tepung (mash), butiran (crumble), dan pellet.
  • 23. 23 Gambar 3. Proses pembuatan pakan berbentuk mash, crumble, pellet Sumber: Patch to Table (2019) Formulasi Pakan Ayam Petelur Suatu formulasi pakan atau ransum harus disusun sesuai kebutuhan nutrisi unggas berdasarkan umur dan kondisi fisiologisnya dengan bahan pakan yang tersedia dan tidak memerlukan biaya tinggi. Formulasi ransum unggas dapat dilakukan dengan langkah berikut: 1. Menentukan kebutuhan nutrisi pakan unggas berdasarkan tabel komposisi kebutuhan pakan unggas. 2. Memilih bahan pakan yang akan digunakan untuk menyusun formula ransum unggas. Bahan pakan yang akan digunakan harus diketahui kandungan nutrisinya. 3. Menyusun tabel perbandingan antara bahan pakan yang dipilih dengan kebutuhan. 4. Membuat agar kebutuhan dan nutrisi ransum yang tersedia seimbang. Trial and Error Method (Metode Coba-coba) Peternak umumnya menggunakan trial and error method untuk menyusun formulasi ransumnya. Namun, trial and error method sulit untuk dilakukan karena harus mencoba-coba angka yang tepat untuk menyusun suatu ransum yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Hal tersebut dapat diatasi dengan bantuan menggunakan software microsoft excel. Kelebihan menyusun formulasi ransum dengan menggunakan software microsoft excel, yaitu 1. Penggunaannya lebih mudah dibandingkan pearson’s square method; 2. Dapat menampung lebih banyak bahan pakan; 3. Dapat menghitung formulasi sekaligus dengan biaya per kilonya; 4. Lebih efisien dalam hal waktu karena menggunakan komputer yang sudah diatur terlebih dahulu rumusnya dalam software microsoft excel seperti contoh pada link berikut http://nusfeed.id/wp-content/uploads/2018/03/Formulasi- pakan-nusfeed.xlsx.
  • 24. 24 Gambar 4. Contoh tabel formulasi ransum menggunakan microsoft excel Sumber: Nusfeed (2018) Pearson’s Square Method (Metode Segi Empat) Pearson’s square method hanya dapat digunakan untuk dua bahan pakan. Namun, salah satu atau keduanya dapat berupa campuran selama persentase nutrisi yang diinginkan telah ditentukan untuk campuran tersebut. Contoh 1: Bapak Yulianto ingin membuat ransum ayam petelur starter yang kandungan proteinnya sebesar 22%. Ransum disusun menggunakan konsentrat ayam petelur starter dan jagung kuning. Kandungan protein dalam konsentrat dan jagung kuning berturut-turut, yaitu 41% dan 8%. Berapakah komposisi konsentrat dan jagung kuning yang harus digunakan Bapak Yulianto untuk menyusun ransum tersebut? Selanjutnya, berapa banyak konsentrat dan jagung kuning yang harus digunakan untuk membuat 1.5 ton ransum?
  • 25. 25 Jawaban:  Langkah 1 – membuat segi 4 Konsentrat 41 14 22 Jagung kuning 8 19 Total 33  Langkah 2 – menghitung persentase konsentrat dan jagung kuning Konsentrat = x 100% = 42.4% Jagung kuning = x 100% = 57.6%  Langkah 3 – menghitung kebutuhan konsentrat dan jagung kuning untuk 1.5 ton ransum Konsentrat = x 1500 kg = 636 kg Jagung kuning = x 1500 kg = 864 kg Contoh 2: Bapak Roni ingin menyusun ransum ayam petelur starter dengan kandungan protein kasar 22%. Ransum disusun menggunakan konsentrat dengan kandungan protein kasar 41%, dedak padi dengan kandungan protein kasar 11%, dan jagung kuning dengan kandungan protein kasar 8%. Namun, Bapak Roni ingin menggunakan jumlah dedak padi lebih banyak dikarenakan harganya lebih terjangkau. Oleh karena itu, Bapak Roni membuat perbandingan antara jagung kuning dan dedak padi sebesar 1 : 2. Berapa persen konsentrat, jagung kuning, dan dedak padi yang harus dicampur untuk membuat ransum tersebut? Berapa jumlah konsentrat, jagung kuning, dan dedak padi yang dibutuhkan untuk membuat 2.5 ton ransum?
  • 26. 26 Jawaban:  Langkah 1 – menentukan persentase kandungan protein pada campuran jagung kuning dan dedak padi dengan perbandingan 1 : 2 Jagung kuning (protein 8%) x 1 bagian = = = 2.67% Dedak Padi (Protein 11%) x 2 bagian = = = 7.3% Jadi persentase campuran jagung kuning dan dedak padi dalam 100% ransum adalah = 2.67% + 7.3% = 9.97% = 10%  Langkah 2 – membuat segi 4 dari konsentrat dan campuran jagung kuning dengan dedak padi Konsentrat 41 12 22 Jagung kuning+ dedak padi 10 19 Total 31  Langkah 3 – menghitung persentase konsentrat, jagung kuning, dan dedak padi Konsentrat = x 100% = 38.7% Campuran jagung kuning dan dedak padi = x 100% = 61.3% Jagung kuning = x 61.3% = 20.4% Dedak padi = x 61.3% = 40.9%  Langkah 3 – menghitung kebutuhan konsentrat, jagung kuning, dan dedak padi untuk 2.5 ton ransum
  • 27. 27 Konsentrat = x 2500 kg = 967.5 kg Jagung kuning = x 2500 kg = 510 kg Dedak padi = x 2500 kg = 1022.5 kg Manajemen Pemberian Pakan Ayam Petelur Ukuran Partikel Kalsium Ukuran partikel yang tepat tergantung pada kelarutan batu kapur. Kadar kalsium pakan mungkin perlu disesuaikan berdasarkan kelarutan batu kapur. Batu kapur yang berwarna gelap secara geologis lebih tua, mengandung lebih banyak kotoran (biasanya magnesium) dan umumnya lebih rendah dalam tingkat kelarutan dan kandungan kalsiumnya. Cangkang tiram dan cangkang laut lainnya adalah sumber kalsium larut yang baik (Hy-line, 2018). Rekomendasi ukuran partikel kalsium yang baik tersaji pada Tabel berikut: Tabel 22. Rekomendasi ukuran partikel kalsium Ukuran Partikel Starter, Grower, Developer (%) Pre Layer (%) Minggu 17-37 (%) Minggu 38-48 (%) Minggu 49-62 (%) Minggu 63-76 (%) Minggu 77+ Halus (0-2 mm) 100 50 40 35 30 25 25 Kasar (2-4 mm) - 50 60 65 70 75 75 Sumber: Hy-line (2018) Gambar 5. Kalsium halus 0-2 mm (kiri) dan kalsium kasar 2-4 mm (kanan) Sumber: Hy-line (2018)
  • 28. 28 Ukuran Partikel Pakan (Biji-bijian) Terlalu banyak pakan berpartikel halus dapat mengakibatkan penurunan konsumsi pakan dan penyerapan nutrisi. Selain itu, meningkatkan debu di kandang. Sedangkan terlalu banyak pakan berpartikel kasar dapat mengakibatkan ayam memilih pakan berpartikel besar dan meningkatkan resiko pemisahan pakan (Hy-line, 2018). Imbangan ukuran partikel pakan yang dianjurkan tersaji pada Tabel di bawah. Tabel 23. Anjuran imbangan ukuran partikel pakan Ukuran (mm) Starter Grower (%) Developer (%) Produksi (%) < 1 Pakan butiran kasar yang berdiameter 1 – 3 mm harus mengandung < 10% partikel pakan halus < 15 < 15 < 15 1 – 2 45 – 60 25 – 35 20 – 30 2 – 3 10 – 25 25 – 40 30 – 40 > 3 – 5 – 10 10 – 15 Sumber: Hy-line (2018) Menurut Hy-line (2018) penerapan pemberian ukuran partikel pakan (biji- bijian) terbaik, yaitu: 1. Selisih 3 – 4 jam dalam pemberian pakan di tengah hari memungkinkan unggas untuk mengkonsumsi partikel halus. Konsumsi harian partikel pakan halus penting untuk asupan nutrisi yang seimbang. 2. Minimal 0.5% minyak cair/lemak dapat ditambahkan ke dalam pakan agar partikel kecil dalam pakan tetap ada. 3. Pakan dengan ukuran partikel lebih besar atau butiran dapat digunakan untuk meningkatkan konsumsi pakan saat cuaca panas. Pemberian Pakan Bertahap (Phase Feeding) Pengendalian suhu di lingkungan kandang penting untuk dilakukan guna menjaga konsumsi pakan. Suhu di lingkungan kandang sebaiknya 18 – 20°C. Suhu kandang dapat dinaikkan sekitar 1°C setiap 2 minggu hingga mencapai 25°C dengan asumsi sistem ventilasi mampu mempertahankan kualitas udara yang memadai pada suhu ini. Suhu kandang yang lebih rendah (lebih dingin) setelah puncak akan menyebabkan konsumsi pakan yang lebih banyak dan dapat menjadi
  • 29. 29 kontraproduktif dalam pengendalian bobot telur, demikian juga dengan efisiensi pakan yang optimal dan bobot badan ayam dewasa. Gambar 6. Praktek pemberian pakan bertahap Sumber: Hy-line (2018) Sensor suhu dapat ditempatkan untuk mengukur suhu di dalam kandang. Suhu di tempat berjalan (walkway) secara signifikan lebih dingin daripada suhu di dalam kandang, terutama di sistem kandang susun dengan pembuangan kotoran otomatis. Suhu lingkungan yang tinggi berdampak buruk terhadap konsumsi pakan (Hy-line, 2018).
  • 30. 30 Pemberian Pakan Tengah Malam Program ini merupakan teknik pencahayaan pilihan untuk meningkatkan konsumsi pakan. Digunakan bila menginginkan konsumsi pakan yang lebih banyak pada kelompok pertumbuhan atau kelompok produksi tertentu. Program ini juga dapat meningkatkan penyerapan kalsium pada malam hari saat terjadinya pembentukan sebagian besar cangkang telur. Selain itu, berguna untuk meningkatkan konsumsi pakan selama produksi telur puncak dan membantu mempertahankan konsumsi pakan pada iklim panas. Pemberian pakan tengah malam dapat meningkatkan asupan pakan sebesar 2 – 5 g/hari/ekor. Gambar 7. Praktek pemberian pakan tengah malam Sumber: Hy-line (2018) Praktek pemberian pakan tengah malam yang baik, yaitu: 1. Program dengan menyalakan lampu selama 1 – 2 jam dapat dimulai pada pertengahan masa gelap. 2. Tempat pakan diisi sebelum lampu dinyalakan. 3. Minimal 3 jam gelap dapat diterapkan sebelum dan sesudah pemberian pakan tengah malam. 4. Cahaya yang diberikan selama pemberian pakan tengah malam adalah sebagai tambahan dari lamanya hari biasa (contoh 16 jam + pemberian pakan tengah malam). 5. Jika pemberian pakan tengah malam dihilangkan, kurangi cahaya secara bertahap sebesar 15 menit/minggu.
  • 31. 31 C. PENUTUP 1. Rangkuman Pakan merupakan sumber energi utama bagi unggas petelur. Pemberian pakan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan nutrisi dapat mengoptimalkan produktivitas. Bentuk pakan unggas terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu bentuk tepung (mash), butiran (crumble), dan pellet. Bahan pakan yang digunakan untuk menyusun ransum unggas dikelompokkan menjadi bahan pakan sumber energi, sumber protein (nabati ataupun hewani), sumber mineral, dan tambahan pakan (vitamin, mineral mikro, dan asam amino). Formulasi ransum dibuat dengan mengacu pada kebutuhan nutrisi ayam petelur sesuai dengan fase pemeliharaannya, yaitu sebelum masa awal (layer pre starter), masa awal (layer starter), dara (layer grower), sebelum produksi (pre layer), masa produksi (layer), dan setelah puncak produksi (layer post peak). Daftar Pustaka ABC Machinery. 2019. Poultry Feed Processing Study On Pellet Size Of Chicken Feed. http://www.gcmec.com/faqs/poultry-feed-processing-study-pellet- size.html. Diakses tanggal 20 September 2019. Agustina. L dan S. Purwanti. 2009. Ilmu Nutrisi Unggas. Lembaga Pengembangan Sumber Daya Peternakan (INDICUS), Makasar. Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Cetakan ke-3. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor. Hy-line. 2018. Panduan Manajemen. https://www.hyline.com/userdocs/pages/BRN_COM_BAH.pdf. Diakses tanggal 20 September 2019. Ichwan. 2005. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging, Cetakan II. PT. Agromedia Pustaka Utama, Jakarta. Marzuki, A dan B. Rozi. 2018. Pemberian Pakan Bentuk Cramble dan Mash Terhadap Produksi Ayam Petelor. Jurnal Ilmiah Inovasi 18 (1): 29-34. McDonald, P., R. A. Edwards, and J. F. D. Greenhalg. 1994. Animal Nutrition. 4th edition. Longman Scientific and Technical, New York. Nusfeed. 2018. Membuat Formulasi Pakan Menggunakan Excel. http://nusfeed.id/2018/03/05/membuat-formulasi-pakan-menggunakan- excel/. Diakses tanggal 20 September 2019.
  • 32. 32 Patch to Table. 2019. Mash, pellets or crumble feed? The result will surprise you!. https://patchtotable.com/best-type-of-chicken-feed/. Diakses tanggal 20 September 2019. Perry, T. W., E. Cullinson and R. S. Lowry. 2003. Feeds and Feeding, 6 th Edit. Pearson Education Inc, New Jersey USA. PT. Japfa Comfeed Indonesia. 2008. Broiler Management Program. Jakarta. Purnamasari, D. K., Erwan, Syamsuhaidi, dan M. Kurniawan. 2016. Evaluasi kualitas pakan komplit dan konsentrat unggas yang diperdagangkan di Kota Mataram. Jurnal Peternakan Sriwijaya 5 (1): 30-38. Retnani, Y., L. Herawati dan S. Khusniati. 2011. Uji sifat fisik ransum broiler starter bentuk crumble berperekat tepung tapioka, bentonit dan onggok. JITP 1 (2): 88-97. Santoso, U. 2008. Pakan Unggas. Universitas Bengkulu Press, Bengkulu. Standar Nasional Indonesia 2904:2014. 2014. Bungkil Kelapa (Coconut Meal) – Bahan Pakan Ternak. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 3148.3:2016. 2016. Pakan Konsentrat – Bagian 3: Ayam Ras Petelur Masa Produksi (Layer Concentrate). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 3148.4:2016. 2016. Pakan Konsentrat – Bagian 4: Ayam Ras Petelur Dara (Layer Grower Concentrate). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 3178:2013. 2013. Dedak Padi – Bahan Pakan Ternak. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 4227:2013. 2013. Bungkil Kedelai – Bahan Pakan Ternak. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 4483:2013. 2013. Jagung – Bahan Pakan Ternak.. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 7783.1:2013. 2013. Pakan Ayam Buras – Bagian 1: Starter. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 7783.2:2013. 2013. Pakan Ayam Buras – Bagian 1: Grower. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 7783.3:2013. 2013. Pakan Ayam Buras – Bagian 1: Layer. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 7856:2017. 2017. Bungkil Inti Sawit – Bahan Pakan Ternak. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 7991:2014. 2014. Tepung Hasil Ikutan Unggas (Poultry by Product Meal) – Bahan Pakan Ternak. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
  • 33. 33 Standar Nasional Indonesia 7992:2014. 2014. Hasil Ikutan Pengolahan Biji Gandum (Wheat Pollard and Wheat Bran) – Bahan Pakan Ternak. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 7993:2014. 2014. Tepung Bulu Unggas (Poultry Feather Meal) – Bahan Pakan Ternak. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 7994:2014. 2014. Tepung Daging dan Tulang (Meat and Bone Meal/MBM) – Bahan Pakan Ternak. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 8290.1:2016. 2016. Pakan Ayam Ras Petelur – Bagian 1: Sebelum Masa Awal (Layer Pre Starter). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 8290.2:2016. 2016. Pakan Ayam Ras Petelur – Bagian 2: Masa Awal (Layer Starter). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 8290.3:2016. 2016. Pakan Ayam Ras Petelur – Bagian 3: Dara (Layer Grower). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 8290.4:2016. 2016. Pakan Ayam Ras Petelur – Bagian 4: Sebelum Produksi (Pre Layer). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 8290.5:2016. 2016. Pakan Ayam Ras Petelur – Bagian 5: Masa Produksi (Layer). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia 8290.6:2016. 2016. Pakan Ayam Ras Petelur – Bagian 6: Setelah Puncak Produksi (Layer Post Peak). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Suprijatna, E. Umiyati, A. Ruhyat, K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta. Tangendjaja, B. 2007. Inovasi teknologi pakan menuju kemandirian usaha ternak unggas. WARTAZOA 17 (1): 12-20. Universal Agri Bisnisindo. 2002. Global Feed. Trobos No. 32 Mei 2002.