1. 87
Kegiatan Belajar (KB)
PEMBELAJARAN APRESIASI TEATER 4
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi
Apresiasi karya teater menjadi bagian integral dengan seluruh peristiwa
teater yang dipertunjukkan. Untuk itu, seseorang diharapkan mampu:menjelaskan
pengertianapresiasi, menyebutkan fungsi apresiasi seni teater dan menjelaskan
teknik apresiasi.
2. Relevansi
Dalam pencapaian pembelajaran Apresiasi, mata kegiatan yang dilakukan
adalah:
a. mempelajari tata nilai yang dikandung dalam suatu karya teater.
b. Menyaksikan pertunjukan teater
c. Menyampaikan kesan-kesan setelah pertunjukan teater
Kritik teater menjadi sarana untuk mengungkap khazanah dan
pengetahuan yang dikandung dalam karya teater untuk dikomunikasikan kepada
pihak lain, baik kepada pelaku teater maupun kepada publik teater pada
umumnya.
3. Petunjuk belajar
Untuk mempermudah anda dalam belajar, mohon perhatikan hal-hal
berikut ini : Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan pada modul ini, agar
Anda benar-benar memahami keterkaitan materi yang dibahas pada setiap
bagiannya, dan kemudian dapat menyimpulkan secara garis besar, inti materi,
tujuan pembelajaran, sehingga mengetahui kemampuan yang diharapkan dalam
modul ini.
2. 88
Selanjutkan pelajarilah bagian demi bagian dari modul ini, temukan kata-
kata kunci dan berilah tanda agar memudahkan Anda dalam mempelajarinya.
Jika masih belum paham, baca dan pelajari sekali lagi agar Anda lebih
mengerti.Selesaikan dengan tuntas latihan dan tes formatif yang telah tersedia
dalam setiap kegiatan belajar.Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, dan usahakan tidak
melihat kunci jawaban.Jika masih kurang paham, manfaatkan pertemuan dengan
tutor serta teman sejawat untuk mendiskusikan dan mempraktikkannya.
4. Peta Kompetensi
C. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Menjelaskan konsep apresiasi dan jenis-jenis kritik seni teater, fungsi
kritik pada seni teater tradisional dan menguraikan penulisan kritik pada seni
teater tradisional, seni teater modern
1.
Pengertian,
tujuan,
pendekatan,
prosedur, dan
objek
Apresiasi dan
Kritik Seni
Teater
2.
Implementa
si Apresiasi
dan Kritik
Seni Teater
3.
Evaluasi
Pembelajaran
Apresiasi dan
Kritik Seni Teater
4.
Refleksi hasil
Pembelajaran
Apresiasi dan
Kritik Seni
Teater
Apresiasi dan Kritik Seni Teater :
Konsep dan Penerapannya
3. 89
2. Pokok-pokok Materi
a. Konsep apresiasi dan jenis-jenis kritik seni teater; fungsi kritik pada seni
teater tradisional dan menguraikan penulisan kritik pada seni teater
tradisional, seni teater modern
b. Implementasi pembelajaran apresiasi teater
c. Evaluasi hasil pembelajaran apresiasi teater
d. Refleksi hasil pembelajaran apresiasi teater
Pembelajaran apresiasi dan kritik teater dapat diterapkan dengan metode
Interaktif. Pola metode pembelajaran ini dapat membuat siswa secara aktif
melakukan kegiatan apresiasi dengan langkah yang ditentukan oleh guru.
Adapaun pengertian dari metode interaktif adalah metode yang mengupayakan
dan mencari kesepakatan kelompok tentang makna dari suatu karya seni, lewat
diskusi dan perdebatan.
Langkah Langkahnya antara lain yaitu : menentukan moderator dari ketua
kelompok yang dipilih langsung oleh forum, melibatkan siswa banyak untuk
menelaah karya seni; moderator menghidupkan kembali apabila pembicaraan
macet; dan membicarakan hipotesis lewat diskusi kelompok untuk dapat
melahirkan interpretasi yang disepakati dan hasil interpretasi itu digunakan
sebagai bahan kajian untuk membuat kritik teater.
b. Langkah Kerja Pembelajaran
a. Menyaksikan dokumentasi pertunjukan teater Mandiri dengan judul PEACE
lihat link youtube berikut : https://www.youtube.com/watch?v=iry0tXnaCcA dan
mempelajari komponen maupun unsur-unsur pendukung pertunjukan teater “
b. Membaca karya-karya Drama Putu Wijaya dan mempelajari unsur-unsur
drama
c. Membuat kelompok diskusi interaktif antara siswa yang dipandu oleh
moderator
4. 90
d. Hasil dari sikusi kelompok interaktif tentang pertunjukan teater mandiri
PEACE karya putu wijaya dijadikan sebuah laporan pendek berupa kritik
teater.
Contoh kritik yang dihasilkan dengan mimetik:
Menjelaskan drama sebagai cerminan dari kehidupan (the mirror of
life). Berdasarkan namanya saja, yaitu mimetik, maka jenis kritik mimetik
memandang bahwa karya teater menirukan kembali realitas kehidupan keatas
panggung. Dari pertunjukan Peace dapat yang menjadi sebuah refleksi
kehidupan sosial tanah air dan gejolaknya ke dalam sebuah panggung. Kritik
sosial yang menjadi bahan renunganya ialah kedamaian menjadi sesuatu yang
sangat penting saat ini. Dimana untuk mendapatkan kedamaian, yaitu
menerima dengan ikhlas setia perbedaan, itu kunci sejatinya. Dengan
menghadirkan pertunjukan yang mengkritik ketidakpedulian masyarakat
terhadap hal-hal kemanusiaan ini dapat dijadikan bahan cerminan dari
kehidupan.
3. Uraian Materi
Apresiasi seni
1. Pengertian Apresiasi Teater
Teater merupakan suatu karya seni yang tidak hanya memberi rasa
senang bagi peminatnya, tetapi juga memberi sumbangan bagi keluhuran
budi dan kematangan jiwa. Oleh karena itu, teater tidak hanya dapat
dijadikan tontonan, melainkan juga dapat memberi tuntunan. Seni teater
memiliki berbagai ragam, baik seni teater tradisional, modern,
kontemporer. Masing-masing ragam mempunyai hubungan yang erat
dengan konteks kehidupan masyarakat dan budaya setempat selain
menonton teater terdapat juga apresiasi seni teater yang menjadikan
kebermaknaan sebuah pertunjukan teater.
5. 91
Apresiasi berasal dari Bahasa Latin Appretiatus yang artinya berupa penilaian
terhadap sesuatu. Kalau dari Bahasa Inggris disebut Appreciate, yang berarti
menentukan nilai, melihat karya, menikmati lalu menyadari keindahan karya seni
tersebut dan menghayatinya. Kata "apresiasi" tentu sudah tidak asing lagi
ditelinga kita. Kata ini sangat erat sekali hubungannya dengan penilaian atau
penghargaan kepada suatu objek. Sedangkan seni adalah beragam aktivitas
manusia dalam menciptakan sesuatu dengan, pendengaran atau pertunjukan, yang
mengekspresikan keahlian imajinatif atau teknis penulis, dan visual yang
dimaksudkan untuk dihargai karena nilai keindahan atau kekuatan emosionalnya.
Jadi dapat di definisikan bahwa, apresiasi seni adalah bentuk penilaian sebagai
salah satu bentuk penghargaan kepada suatu karya seni.
Apresiasi teater merupakan pemberian penghargaan atau menyampaikan
persepsi yang baik terhadap suatu karya teater.Apresiasi dilakukan atas kehendak
sendiri atau tanpa dipaksakan maupun oleh sebab-sebab popularitas pelaku
maupun penyelenggaranya. Dalam proses pengapresiasian teater, peran individu
atau personalisasi seorang apresiator diperlukan, karena setiap apresiator memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang spesifik terhadap kehidupannya maupun
potensi-potensi dirinya.
2. Tujuan Mengapresiasi Seni
Tujuan dari pada apresiasi seni teater adalah agar seniman mengetahui
bagaimana pendapat para penikmat seni dalam menilai hasil karyanya. Seperti
yang diketahui, tujuan daripada seni teater sendiri adalah untuk dapat dinikmati
oleh khalayak ramai. Dari situ tentu sang seniman akan butuh suatu apresiasi atau
penghargaan terhadap karya seninya. Karena pada hakikatnya seni tidak dapat
hanya untuk dinikmati oleh diri sendiri.
Mengapresiasi atau menilai suatu karya seni teater tidak sama dengan
penilaian yang bersifat judgemental, itu dikarenakan setiap orang memiliki
pandangan yang berbeda-beda terhadat suatu karya pertunjukan teater. Kita tidak
bisa menentukan suatu karya itu bagus atau buruk, suka atau tidak suka hanya bisa
6. 92
ditentukan oleh latar belakang dari masing-masing pengamat. Contoh, ada orang
yang sangat mencintai kebersihan, keindahan, dengan tatanan yang rapi, disisi lain
ada orang yang mencintai suatu yang abstrak. Oleh karena itulah setiap individu
tidak boleh menyalahkan penilaian orang lain terhadap suatu karya pertunjukan
seni teater.
3. Bentuk Mengapresiasi Seni Teater
Ada beberapa bentuk dalam mengapresiasi suatu karya seni teater, antara lain:
a. Memberikan komentar langsung mengenai karya seni teater dari
berbagai sudut pandang kita kepada seniman agar ia mengetahui
bagaimana sudut pandang orang lain terhadap karya seninya. Seperti
memberikan komentar mengenai bentuk, jenis, teknik, ataupun artistik
dari sebuah karya seni pertunjukan teater.
b. Menyebarkan hasil karya seni teater kepada orang lain melalui
berbagai media sosial maupun dari mulut ke mulut apabila penilaian
apresiasi baik ataupun buruk terhadap karya tersebut.
c. Menggunakan secara langsung hasil karya pertunjukanya. Sebagai
contoh kemegahan dari pertunjukan naskah romeo and julliet yang
megah dengan konsep dan seting kaum bangsawan. Itu merupakan
bentuk apresiasi seni teater yang langsung merasakan manfaat dan
keindahannya.
Sumber : http://lensa-profesi.blogspot.com/
7. 93
4. Sikap Mengapresiasi Seni
Dalam mengapresiasi suatu hasil karya seni juga meliputi banyak sikap
apresiasi, seperti :
a. Apresiasi empatik, merupakan suatu sikap apresiasi yang hanya
terbatas pada sensor panca indra seperti melihat pertunjukan Tuk
Karya Bambang Widoyo SP. Lakon ini memperlihatkan kepada kita
semua (tentang bagaimana menjadi seperti air itu. Dimana ada air
disana ada kehidupan. Air pendorong utama dalam dunia. Air tidak
mementingkan derajat. Air tidak memilih dimana ia harus jatuh: dari
buat minum ritual hingga cebok. Sederhananya buat diri ini
bermanfaat seperti air.
Sumber: http://www.koranpurworejo.com/
Disini kita juga melihat Indonesia besar dari sudut pandang
Magersaren. Sebuah sudut yang tak terekpose yang seolah asing
padahal ada di dekat kita dan kita diajak untuk melihat lebih dekat.
Kalau mau berjuang kerja keras jangan manja. Tahu atau pura-pura
tidak tahu. Peduli atau pura-pura tidak peduli. Menuju kekesadaran
baru kepekaan baru untuk anak zaman yang berhak hidup.
b. Apresiasi estetis, merupakan suatu sikap apresiasi yang menyalurkan
sensor dari panca indra menuju pikiran dalam untuk memaknai suatu
8. 94
karya seni. Misalnya pada karya TUK Lakon dengan konteks
persoalan yang masih aktual ini berkisah tentang warga pendatang
yang mengadu hidupan di Magersaren.
Sumber: https://www.indonesiakaya.com/liputan-budaya/detail/teater-
bajoebarat-pentaskan-tuk-karya-bambang-widoyo-sp
Tanah Magersaren ini merupakan tanah warisan Ndoro Darso
yang diberikan kepada warga pendatang untuk ditempati asal mereka
hidup rukun. Meskipun secara nilai estetik merupakan sebuah
perkempungan namun nilai estetis nampak pada keindahan rumah
yang saling berdempetan dan kerukunan warga Magersaren.
c. Apresiasi kritik, merupakan suatu sikap apresiasi yang setelah
memaknai hasil karya seni seseorang, akan berlanjut mendeskripsikan
dan menyimpulkan hasil pengamatan tersendiri dan menunjukkan
kepada banyak orang. Dalam apresiasi teater kritik sendiri ibaratnya
menjadi bagian penting dalam naskah maupun pertunjukan, misalnya
dalam naskah opera kecoa karya Rian Tiarno Naskah Opera Kecoa ini
merupakan naskah yang penuh dengan pesan dan mengajak penonton
berpikir ulang akan kehidupan saat ini. Dengan kuat, Opera Kecoa
menyinggung masalah para kaum minoritas, seperti orang-orang
miskin, kaum waria dan PSK yang dianggap bak “kecoa” dan tidak
9. 95
berguna. Banyak orang selama ini merendahkan mereka karena
pekerjaan atau status mereka. Namun, dalam pementasan ini, berulang
kali dinyatakan kalau itu bukanlah keinginan mereka. Nasib tanpa
kesempatanlah yang membuat mereka harus hidup seperti itu, menjadi
kaum minoritas. Padahal mereka juga memiliki cita-cita lain, namun
kesempatan seolah tak pernah datang.
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/
“Kita ini memang cuma kecoa yang mengintip untuk
kesempatan,” kata Roima. Selain itu, naskah ini juga bercerita
mengenai isu yang tidak pernah berakhir di Jakarta, yaitu penggusuran
gubuk-gubuk dan rumah kumuh tanpa izin. Para pemilik gubuk tidak
terima digusur. Hingga akhirnya terjadi kebakaran yang
menghanguskan dan melenyapkan gubuk-gubuk itu dalam sekejap.
Saat daerah kaum minoritas dilalap api, timbullah pertanyaan, apakah
terbakar atau dibakar.
Pertanyaan yang tidak pernah memiliki jawaban pasti.
Kehidupan para pejabat dan orang kaya yang penuh pencitraan
padahal melakukan banyak penyelewengan.
10. 96
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/
Kehidupan para pejabat dan orang kaya yang penuh pencitraan
padahal melakukan banyak penyelewengan. Naskah yang dibagi
menjadi dua babak ini menggambarkan juga sosok pejabat yang di
hadapan rakyatnya seakan berusaha melakukan segala sesuatu demi
kesejahteraan rakyatnya. Padahal, semua itu dilakukan untuk
pencitraan yang baik dan juga dengan penyelewengan.
5. Fungsi Apresiasi Teater
Apresiasi memiliki peran penting dalam tetap menjaga dan memelihara
keberadaan suatu teater.
Adapun fungsi-fungsi apresiasi adalah
a. Menjadi media dalam memahami dan menjelajahi kehidupan melalui teater
b. Menumbuh kembangkan teater
c. Memberikan dorongan untuk melakukan kerja kreatif teater
d. Menumbuhkan kepercayaan diri pelaku teater
e. Memperluas pengetahuan teater
6. Teknik Apresiasi
Apresiasi dapat terjadi jika seseorang memiliki kemauan untuk memahami
dan memiliki penghargaan terhadap aktivitas teater. Kemampuan memahami juga
11. 97
didukung oleh pengetahuan yang cukup agar dalam melakukan apresiasi tidak
menciptakan ketergantungan terhadap orang lain.
Beberapa teknik apresiasi teater adalah
a. Menyaksikan pertunjukan teater dan mempelajari komponen
maupun unsur-unsur pendukung pertunjukan teater
b. Membaca karya-karya Drama dan mempelajari unsur-unsur drama
c. Mendiskusikan pesan-pesan yang dikandung dalam pertunjukan
teater
7. Jenis Kritik
Berbagai jenis kritik terhadap karya Teater dapat dilakukan dan
disesuaikan dengan objek dan subjek kekaryaan yang disaksikan.Terdapat
beberapa jenis kritik (terkadang juga digolongkan kepada bentuk kritik dan tipe
kritik untuk Sastra dan Seni pada umumnya) yang dapat menjadi dasar bagi
penulisan kritik.Seorang kritikus dapat menggunakan berbagai metode dan jenis
kritik yang dipilihnya. Setiap metode maupun jenis kritik yang dipilih memiliki
konsekuensi pula pada pembaca (jika kritik ditulis pada suatu media cetak
maupun online, seperti Jurnal, surat kabar maupun blogspot) maupun
pendengarnya (jika kritik diucapkan dalam sebuah forum diskusi, sarasehanatau
disampaikan secara lisan).
Kritik yang teoritik merupakan salah satu basis dari hampir semua jenis
kritik.Suatu karya kritik yang didasarkan pada teori tertentu dapat membuat kritik
menjadi terbingkai dalam satu kerangka berpikir.Pembingkaian karya kritik dapat
saja dilakukan untuk tujuan suatu karya ilmiah atau kritik ilmiah.Namun
keilmiahan suatu kritik tidak ditentukan oleh kajian teoritiknya, tapi dari teknik
penulisan kritiknya. Kritik teoritik mencoba mencari hakikat dan konvensi-
konvensi yang terkandung dalam karya teater.Selain kritik teoritik, kritik
praksis/terapan juga dapat dilakukan dengan memberikan kritik pada upaya
penggunaan aspek-aspek pemanggungan. Penerapan pemanggungan dapat
menjadi objek kritik berkaitan dengan cara yang dilakukan sutradara maupun
aktor di atas panggung.
12. 98
Gambar : foto pertunjukan teater kontemporer.(Dok. Pribadi)
Kritik karya teater juga dapat berupa penghakiman atau penilaian baik
dan buruk melalui jenis Kritik Judicial. Seorang kritikus sudah memiliki kerangka
nilai yang dimilikinya untuk diujikannya pada suatu pertunjukan teater. Di
Indonesia, jenis kritik judicial lebih banyak dilakukan pada kalangan akademisi.
Kritik impresi atau hanya penyampaian kesan-kesan lebih banyak dilakukan
dalam diskusi-diskusi setelah pertunjukan, meski kritik impresi juga sering diikuti
dengan penilaian baik dan buruk serta melakukan perbandingan-perbandingan
dengan karya tokoh tertentu yang telah dikenal atau yang populer. Kritik karya
teater di Indonesia belum menjadi “tradisi” atau belum menjadi salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas pertunjukan maupun untuk memperluas pemahaman
dan pengalaman berteater serta memperdalam kajian-kajian terhadap teater. Kritik
jenis impresi seringkali keluar dari hakikat teater maupun hukum-hukum
dramaturgi karena cenderung menggunakan retorika-retorika yang kurang
menyentuh pada problema kekaryaan dalam teater.
Kritik Teater juga bisa dilakukan dengan cara menjelaskan drama sebagai
cerminan dari kehidupan (the mirror of life). Berdasarkan namanya saja, yaitu
mimetik, maka jenis kritik mimetik memandang bahwa karya teater menirukan
kembali realitas kehidupan keatas panggung.Berbeda dengan kritik mimetik,
13. 99
Kritik yang Teoritik
Kritik Judicial Kritik Impresi Kritik Induktif
Kritik Mimetik Kritik pragmatif Kritik ekspresif Kritik objektif
Kritik Jurnalistik Kritik Pedagogi Kritik Ilmiah Kritik populer
kritik ekspresif menggunakan pengarang drama dan sutradara serta aktor sebagai
dasar untuk memahami dan menjelaskan karya teater.
Jenis kritik pragmatik lebih menekankan pada efek-efek yang ditimbulkan
dalam hubungannya dengan penonton, yakni keberhasilan efek-efek estetik dari
karya teater diterima oleh penontonnya. Kritik pragmatik juga meyakini bahwa
teater memiliki manfaat yang besar jika mampu membuat penontonnya senang
dan karya teater dapat dipahami dengan cara yang sederhana sekalipun. Peran
edukatif juga sangat ditekankan dalam kritik pragmatik, sedangkan kritik objektif
lebih menekankan pada unsur intrinsik teater, seperti aktor, sutradara dan penata
artistik.Kritik objektif mengarah pada upaya menggali kompleksitas peran dari
seluruh komponen objektif teater, yakni komponen yang berperan secara langsung
dalam peristiwa teater.
Jenis-jenis kritik lain, seperti kritik jurnalistik, kritik pedagogik, kritik
ilmiah dan kritik populer lebih menekankan pada media penyampaian kritik,
seperti kritik jurnalistik dibedakan oleh media jurnalistik atau kebutuhan
jurnalistik dari kritik yang dilakukan. Demikian pula kritik pedagogik, secara
spesifik ditujukan untuk media pendidikan dalam kritiknya.
Berikut ini ringkasan skematik saling terkait (berada dalam satu arah
kotak), dan saling bertentangan (ditandai dengan tanda panah yang
bertolakbelakang) antar berbagai jenis kritik yang bias dilakukan terhadap karya
teater.
Kritik Praksis/Terapan
14. 100
8. Fungsi Kritik (pada Teater Tradisional)
Pada teater Tradisional, kritik diperlukan untuk menjembatani pertunjukan
teater tradisional dan memberikan pandangan-pandangan yang dapat menunjang
pertumbuhannya. Teater tradisional secara intrinsik sudah memiliki “pakem” atau
konvensi pemanggungan, namun konvensi pemanggungan yang dimiliki oleh
suatu pertunjukan teater tradisonal bisa saja berusaha dikembangkan melalui
proses kritik yang cerdas dan bertanggungjawab. Fungsi kritik menjadi lebih luas
dalam menjelaskan cara-cara suatu konvesi dikembangkan.Tata nilai yang
dikandung oleh suatu teater tradisional sebaiknya sudah dikenali oleh seorang
kritikus sehingga kritik yang dilakukan dapat lebih terarah pada konsekuensi tata
nilai dan hukum-hukum teater tradisional yang dikritisi.
Gambar : foto pertunjukan seni teater tradisional ( Dok. Pribadi)
Dalam memosisikan basis kultural teater tradisional yang selalu dipandang
sebagai sesuatu yang tidak bisa berubah, fungsi kritik dapat lebih konstruktif dan
membuka peluang bagi ditemukannya tafsir-tafsir.Penemuan tafsir-tafsir dapat
15. 101
menggunakan data-data sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan, dan bukan dari
data-data sekunder yang hanya diketahui oleh sebagian kecil masyarakat
saja.Banyak karya kritik teater tradisional menjadi konflik bagi masyarakatnya
karena keakuratan data dalam melakukan kritik tidak memadai. Di sisi lain,
kepercayaan-kepercayaan yang turun temurun dari masyarakat pendukung teater
tradisional juga menjadi dasar bangunan kritik.
9. Penulisan Kritik ( pada Teater Tradisional dan Teater Modern)
Penulisan kritik pada teater tradisional dan teater modern memiliki peran
strategis dalam menumbuhkan dan mengembangkan relasi antara teater dengan
publiknya. Beberapa tahapan dalam penulisan kritik adalah
1. Saksikan suatu pertunjukan teater tradisional dan teater modern. Saksikanlah
dengan inisiatif dan tanamkanlah harapan-harapan yang terbaik bagi
pertunjukan yang akan disaksikan
2. Setelah menyaksikan pertunjukan, buatlah catatan-catatan yang melekat dalam
ingatan sesegera mungkin. Mulailah dengan membuat kronologi
berlangsungnya pertunjukan hingga peristiwa-peristiwa menarik yang
disaksikan, baik dari segi teknis pertunjukan maupun reaksi-reaksi maupun
situasi yang dialami penonton.
3. Temukan dan buatlah istilah-istilah teknis dari pertunjukan yang disaksikan,
seperti blocking, garis penyutradaraan, interpretasi tekstual agar dapat
memberikan gambaran dan membedakan penulisan kritik teater dengan
pertunjukan lainnya. Berilah perhatian khusus pada upaya sutradara
melakukan interpretasi tekstual, dramaturgi, teknik bermain para pelaku (seni
peran), penggunaan kostum, musik (jika ada), pencahayaan, dekorasi maupun
aspek-aspek artistik pada umumnya serta aspek-aspek khusus yang turut
mendukung berlangsungnya pertunjukan teater tradisional maupun teater
modern yang disaksikan.
4. Buatlah pertanyaan yang spesifik untuk ditemukan jawabannya secara jelas
dan singkat dari pertunjukan teater yang disaksikan.
16. 102
5. Nyatakanlah opini terhadap pertunjukan yang disaksikan dengan
menggunakan frasa “Saya pikir” atau “menurut pandangan/pemikiran
penulis”.
6. Buatlah kerangka sistematika penulisan kritik yang akan dituliskan, misalnya
pada paragraf pertama berisikan tentang deskripsi pertunjukan yang
disaksikan; pada paragraf kedua berisikan cerita yang dimainkan; paragraf
ketiga berisikan Dramaturgi, penyutradaraan dan teknik permainan, demikian
sterusnya sesuai dengan kebutuhan kritik yang dilakukan.
7. Berilah kesempatan pihak lain untuk membaca penulisan kritik karya teater
tradisional maupun modern yang telah dibuat.
a. Menulis Kritik Teater Tradisi
Membicarakan teater tradisi di Indonesia tampaknya agak rumit
mengingat sejarah perkembangan budaya Nusantara kita yang demikian
panjang dan beragam. Jika kita mengacu kepada konsep teater tradisi yang
berakar pada sistem religi tertentu, kita akan menemukan setidaknya tiga
jenis teater tradisi. Ketiga jenis teater tradisi tersebut adalah teater tradisi
yang mengacu kepada sistem religi asli (masyarakat Animisme dan
Dinamisme) yang sering dinamakan sebagai bentuk teater primitif, teater
yang mengacu kepada sistem religi Hindu-Budha, dan teater tradisi yang
mengacu kepada sistem religi Islam.
Sumber : https://www.beritasatu.com/
17. 103
Lantas bagaimanakah peranan kritik dan apresiasi terhadap teater
tradisi. Disini lah peran guru menjadikan pentingnya menghadirkan teater
tradisi ditengah siswa. Hal ini sebagai pembelajaran apresiasi yang paling
efektif untuk menjaga kelestarian melalui apresiasi yang dapat dilakukan oleh
siswa.
b. Kritik pada teater modern
Tidak setiap orang mampu melakukan kritik terhadap suatu karya seni
teater.Hanya orang-orang yang memiliki kemampuan dan konsisten di
bidangnyalah yang bisa membuat kritikan secara objektif.
Menurut H.B Jassin, untuk menjadi seorang kritikus apalagi kritikus seni
harus memiliki kemampuan dan pengetahuan khusus, antara lain berbakat
seniman, berjiwa seniman, berjiwa besar, serta berpengalaman. Seorang kritikus
dalam melakukan tugasnya selalu menggunakan kepekaan untuk mengetahui,
menemukan, memaparkan, menjelaskan dan memahami karya teater.
Tidak berbeda dengan H.B Jassin, Berry Andhika juga mensyaratkan hal-
hal tertentu dalam mengkritik hasil karya seni. Menurutnya,tingkat kepakaran
seorang kritikus menurut keahlian dan persyaratan tersendiri, sehingga bobot
penilaian yang dilakukannya cukup meyakinkan bagi para pembaca. Bekal atau
perlengkapan yang harus dimiliki kritikus seni sehingga penilaiannya berbeda
dengan orang kebanyakan, sebagai berikut:
1. Seorang kritikus harus mempunyai cita rasa seni yang terbuka, artinya
mempunyai kapasitas mengahargai kreativitas artistic yang sangat beragam.
Mengapresiasikan dengan baik karaya seni yang eksis di berbagai tempat dan
zaman.
2. Seorang kritikus memerlukan studi formal di lembaga tinggi kesenian,
khususnya tentang sejarah kesenian dan sejarah kebudayaan.
18. 104
3. Seorang kritikus harus berpengalaman mengamati dan menghayati seni
secara orisinal, baik di studio, gedung pertunjukan, sanggar, maupun di
museum. Pengalaman otentik ini diperlukan, sebab sukar dan mustahil
mendapat pengalaman otentik dari slide, buku atau reproduksi karya seni
belaka.
4. Seorang kritikus harus mampu secara imajinatif merekapitulasi faktor teknik
karya seni, sehingga mengetahui bagaimana proses pembuatan karya yang
menjadi objek kritiknya.
5. Seorang kritikus perlu mengetahui benar peristilahan seni, style seni, fungsi
seni, opini penting para seniman dan pakar estetika secara periodic,
disamping memahami konteks sosial dan kebudayaan yang melatar belakangi
kreasi seorang seniman.
6. Seorang kritikus harus paham betul pebedaan antara niat artistic dengan hasil
atau penyampaian artistic, sehingga dia mampu meluhat senjangan antar
keduanya. Niat, amanat, pernyataan, atau nilai yang ingin dekspresikan
seniman tidak selalu persis terungkap dalam hasil kreasi seninya.
7. Seorang kritikus harus mampu melawan bias atau simpati terhadap karya
seniman tersebut yang dikenalnya secara pribadi. Sebaliknya, mampu pula
secara ojektif dan penuh kearifan mengakuo keunggulan seorang seniman,
meskipun seniman tersebut berbeda pendapat. Dengan kata lain perbedaan
pendapat tidak mempengaruhi penilaian objektif seorang kritikus.
8. Seorang kritikus harus harus memiliki kesadaran kritis. Hal ini berkaitan
dengan karya seni yang berbeda itu. Sikap netral dan demokratis adalah basis
kearifan penilaina seni.
9. Seorang kritikus seni profesional harus memiliki temperamen judisial, dalam
praktiknya ini berarti kemampuan menilai seni dengan cara yang tidak
tergesa-gesa. Aktivitas menilai seni memerlukan bukti dan kesaksian akurat.
Diperlukan waktu untuk mencerap berbagai kesan, asosiasi, sensasi, yang
diberikan karya seni. Hal ini diperlukan agar kritikus dapat secara hati-hati
19. 105
dan cermat menganalisis dan manafsirkan nilai kerya seni dengan bujaksana
dan cerdas.
Berikut adalah dokumen contoh kritik teater yang dimuat di media massa.
Caligula karya Albert Camus
Oleh: Wing Kardjo
CALIGULA yang dipentaskan pada tanggal 13, 14, 15, Januari yang baru lalu (1970)
di Teater tertutup Taman Ismail Marzuki oleh Teater Kecil dengan sutradara Arifin C.
Noer ialah Teater Camus yang kedua, ditulis tahun 1938, sewaktu ia berumur 25
tahun, seumur dengan Caligula waktu ia naik tahta. Dipertunjukkan untuk pertama
kalinya pada tahun 1945 di Theatre Hubertot dengan sukses. Hingga kini tetaplah
karya ini dipandang sebagai karya yang terkuat dari semua karya-karya drama
Camus. Tetapi masih diragukan orang pula kegemilangan itu (200 kali pertunjukan)
hanyalah berkat kecermelangan aktor Gerard Philip yang ganteng dan tersohor itu.
Tetapi tiada syak lagi bagi publik, aspek totaliter tokoh Caligulalah yang menarik
perhatian.
Lakon mengisahkan Caligula yang setelah kehilangan adiknya yang pula merupakan
kekasihnya menghilang dari istana karena duka citanya. Sewaktu muncul lagi ia
berubah. Ia menemukan kebenaran, yaitu bahwa manusia itu mati dan mereka tidak
20. 106
berbahagia. Selanjutnya hanya bulan yang ingin diperolehnya, artinya kemustahilan
dan kemutlakkan. Dan ia memerintah atas dasar absurditas dan unsur-unsur
kebetulan. Sekarang para bangsawan yang dulu menganggapnya sebagai penjelmaan
kesempurnaan merasa kecut dan terancam oleh sewenang-wenangnya. Kita lihat
bagaimana istri Mucius diminta menyerahkan dirinya dalam jamuan makan tanpa
suaminya berani menentangnya. Ia mengadakan pertandingan penyair, yang kalah
mesti menjilati tulisannya. Dan sementara itu kas negara terus meminta perhatian
buat diisi. Penaikan tarif pelacuran nasional, barangsiapa yang tidak melakukannya
dihukum dan sebagainya….
Scipion, penyair yang ayahnya dibunuh Caligula, ternyata memaklumi kemurnian
yang diburu caligula, yang juga jadi impiannya. Cherea, pemimpin pemberontak, ia
menentang dengan prinsip yang murni pula: “Hanya kau dan aku yang memiliki
alasan-alasan yang bersih,” ujarnya pada Scipion. Ia tidak mau mengorbankan
kebahagian kecil sehari-hari untuk ide-ide yang abstrak dan tinggi. Ia memahami pula
pikiran-pikiran Caligula, tetapi tidaklah mau membiarkan hidup ini jadi hal yang tidak
dipertahankan. Mestilah memukul jika tidak sanggup menyanggah. Helicon
sahabatnya tidak pula berhasil membantunya mendapatkan bulan. Caesonia yang
bertuhankan tubuhnya, yang percaya akan cinta, akhirnyapun rela dibunuh dengan
tangan kaisar itu sendiiri, yang pada akhirnya merasa dihantui kesunyian, dan
kekuasaan buat merusak yang dimilikinya hanyalah mainan anak-anak jika
dibandingkan dengan kekuasaan mencipta. Akhirnya toh ia jadi juga mayat pada saat
logikanya jadi edan.
APAKAH yang menarik dari pementasan ini? Jawaban tergantung dari penonton
masing-masing, sebahaigan besar akan menyukai segi-segi “kegilaan”kaisar ini, yang
bisa didapatkan dengan baik dari pemeran Caligula ialah Arifin C Noer, yang
walaupun di sana-sini tidak terlampau “bernafsu” dan dinamik dalam pesimisme.
Kemajenunannya kadang-kadang tersekat oleh kemurungan yang kikuk. Pamornya
dibayangi keganjilan yang dipantulkan dari reaksi dan polah para bangsawan.
Cherea yang wajahnya tidak dicat dimainkan oleh Putu Widjaja dengan manteb.
Kadang-kadang ia terlampau imposant, menonjol sehingga meninggalkan kesan
bahwa yang lain-lain terutama Caesonia (Rachmah R Harun) lemah benar,
permainannya tidak “dari dalam”. Kehadiran Sri Widiati Taufik, sebagai istri Mucius
mengesankan sebagai wanita yang dinodai. Selanjutnya Helicon, seorang realis yang
memaklumi tuannya cerdik dan tolol, berdiri sebagai penonton dan tahu “rule of the
game”: “aku bukan tempat ia mencurahkan rahasianya. Aku hanya penontonnya….”
Seperti kita tahu, Caius adalah seorang idealis. Amak Baldjun kena sekali untuk peran
ini sehingga permainannya amat lancar dan wajar. Scipion menarik sebagai tokoh
yang mau mengerti segala-galanya. Mabuk akan sastranya kadang-kadang
menenggelamkannya pada keberanian yang sangat verbal. Ikranegara dalam garis
besar bisa memegang peran ini dengan baik, walaupun kadang-kadang terlampau
tenggelam dalam diri sendiri dan tidak komunikatif. Emry Margono menimbulkan
banyak harapan sebagai Bangsawan I. Artikulasi suara dan penghayatan ia
butuhkan….
Cermin adalah tema yang penting dalam lakon ini sebagai lambang narcisisme
intelektuil. Tetapi sayang kehadirannya cermin itu tidak menonjol. Cermin di dinding
21. 107
diwarnai susu coklat dan tidak mengkilat memantul. Kecuali itu, dekor dari Danarto
ekpresif. Karang-karang tajam, dinding menjulang, atas latar biru, dan benda berat
berduri tajam tergantung menguasai ruang. Hanya Babak II, yang kejadiannya tidak
berlaku di istana, tetapi di tempat Cherea dengan tidak mengubah dekor mengaburkan
situasi.
APAKAH surealisme yang diatributkan ke Arifin C Noer berhasil? Tiada syak, bahwa
unsur-unsur surealisme ini, bisa diterima, kalau kita mengingat bahwa Caligula
adalah pemberontak metafisik. Ia ingin mengubah dunia dan kehidupan. Imajinasinya
didasarkan atas ide-ide absurd dan unsur-unsur kebetulan, (walaupun dikendalikan
logika) membawa kita pada ketakjuban akan kemurniannya. Jiwa dibebaskan dari
belenggu norma-norma yang biasa. (Bukankah pada hakekatnya perbuatan surealis
itu ia menembak di tengah jalan secara serampangan, seperti ujar Andre Breton?)
Inilah kebaruan yang dibawakan Caligula. Ia bebas dan tidak mau hidup munafik.
Surga diturunkan nya dari langit, dan neraka ditariknya dari perut bumi buat hidup
dalam kemurnian.
Tetapi mengingat struktur lakon, yang walau penuh ide-ide absurd itu, tetap
konvensional dan klasik dan tidak seperti karya Ioneso umpamanya yang struturnya
absurd juga. Agak sulit membayangkan dalam topeng-topeng hitam, merah, biru,
kehijauan yang dipulaskan atas wajah para pelaku yang penting, kecuali Cherea dan
Caesonia. Adegan dari “MEGA-MEGA”nya yang sudah surealistis yang pernah
dipentaskan Arifin terasa lebih otentik dan meyakinkan dari Caligula ini.
Pertunjukan ini sangat menarik. Blocking-blockingnya bagus. Irama terpelihara.
Tatasuara serasi. Walau tempo agak lamban, rantai permainan bersama tidak begitu
erat di adegan-adegan yang banyak bangsawannya. (***)
Sumber: Harian Kompas, 19 Januari 1970
Tugas
a. Buatlah sebuah karya penulisan kritik terhadap teater tradisionl dan sebuah
karya penulisan kritik pada teater modern.
b. Analisislah sebuah pertunjukan teater modern dari salah satu naskah Rian
tiarno.
c. Buatlah sebuah analisis apresiasi dengan teknik kritik terhadap
pertunjukan teater.