SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  25
BAB I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

   Perkembangan zaman yang sangat cepat, mampu menggerakkan perubahan

   yang dominan di semua aspek kehidupan. Pendidikan adalah salah satu aspek

   yang didalamnya menyisakan banyak masalah untuk dipecahkan dan

   dicarikan solusi efektif dan efisien dalam rangka mencetak generasi penerus

   yang akan mengantarkan bangsa ini ke kursi Internasional.



   Faktor internal dan eksternal sangat berpengaruh bagi dunia pendidikan,

   dominan untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Makmurnya suatu negeri

   yang tercermin dari kenaikan tingkat gizi anak, juga berpengaruh terhadap

   keaktifan dan kecerdasan anak. Usia emas merupakan beban berat bagi

   pendidik PAUD, karena di pundak inilah kami merasakan payahnya

   menyajikan pendidikan yang TOP (pembelajaran Tepat dalam meng-

   Optimalkan Potensi) Kids (anak).



   Anak berpotensi pada usia dini hendaklah dapat dioptimalkan, sehingga pada

   saat kado emas dibuka nantinya akan sesuai dengan harapan. Menggali

   potensi, dilanjutkan dengan mengoptimalkan dengan cara yang tepat dicoba

   diterapkan di Kelompok Bermain TOP Kids. Bervisi sebagai “the inspiring

   school” kami mencoba berbagi melalui karya tulis ini. Menerapkan



                                      1
pembelajaran majemuk di sentra-sentra kami rasakan sangat efektif dalam

  menarik minat anak untuk terus menggali potensi dirinya.



B. Masalah

  Beberapa permasalahan yang akrab dengan dunia Pendidikan Usia Dini dan

  sering dijumpai adalah sebagai berikut:

  1. Banyaknya anak berpotensi yang belum terakomodir dengan pendidikan

     yang tepat.

  2. Perlunya mengoptimalkan potensi anak dalam rangka menemukan bakat

     yang akan bermanfaat dalam menyelesaikan masalah (problem solving)

  3. Beberapa potensi anak yang muncul dikembangkan dengan cara yang

     tidak tepat sehingga banyak muncul istilah “anak nakal”



C. Tujuan

  Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:

  1. Memberikan cara yang tepat dalam rangka mengoptimalkan potensi yang

     dimiliki anak didik dalam rangka menghadirkan bakat dan membiasakan

     anak menyelesaikan masalahnya secara mandiri.

  2. Membiasakan pembelajaran dengan menyesuaikan gaya belajar siswa

     dalam pembelajaran majemuk di sentra.

  3. Menghadirkan istilah “anak berpotensi” sebagai pengganti istilah “anak

     nakal”

                                       2
D. Manfaat

  Melalui penulisan karya tulis ini diharapkan ada beberapa manfaat yang dapat

  diambil, khususnya bagi:

  1. Dinas Pendidikan, dalam tulisan ini kami menghadirkan istilah baru yaitu

     POTENSI dan BAKAT yang sebetulnya                sangat penting untuk

     ditindaklanjuti mengingat banyaknya tantangan di lapangan saat

     mengaplikasikan beberapa teori yang ada. Fasilitasi dari Dinas Pendidikan

     sangat diharapkan dalam rangka mensosialisasikan istilah dimaksud

     kepada lembaga PAUD yang ada di Indonesia.

  2. Pemerhati Pendidikan, kami menyampaikan beberapa hal penting terkait

     Pendidikan Anak Usia Dini khususnya cara TEPAT dalam menggali

     potensi agar terasah dan dapat muncul sebagai bakat.

  3. Pendidik PAUD, karya tulis ini ditulis berdasarkan pengalaman dalam

     menerapkan beberapa teori yang ada. Beberapa hikmah dapat diambil dan

     dijadikan sebagai bahan pembanding dalam mendidik anak usia dini.

  4. Orang tua, kami menganggap orang tua adalah mitra yang sangat efektif

     dalam mendidik anak usia dini. Beberapa pengalaman kami dalam

     berkomunikasi dengan orang tua, mengindikasikan bahwa setiap anak

     memang berbeda. Anak memiliki kecerdasan majemuk yang berbeda pada

     titik optimalisasinya, ada yang unggul dalam hal naturalistik atau mungkin

     dalam musikal dan jenis kecerdasan yang lain.




                                     3
BAB II. LANDASAN TEORITIS



A. TEORI KECERDASAN JAMAK


  Seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dan Graduate

  School of Education, Harvard University, Amerika Serikat, Howard Gardner,

  mendefinisikan   intelegensi   atau   kecerdasan   sebagai   kemampuan   untuk

  rnemecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam kondisi yang bermacarn-

  macam dan situasi yang nyata. Dengan kata lain, intelegensi adalah kemampuan

  untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi

  lingkungannya secara efektif. Menurut Gardner, kritenia intelegensi meliputi

  suatu kemampuan seseorang, baik dalam unsur pengetahuan maupun keahlian

  yang menunjukkan kemahiran dan keterampilan untuk memecahkan persoalan

  dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya.




  Kecerdasan jamak tersebut adalah:


  1. Kecerdasan Bahasa (Word Smartness): pandai mengolah kata-kata

  2. Kecerdasan Ruang-Visual (Picture Smartness): pandai membuat persepsi

     tetitang apa yang dilihat




                                          4
3. Kecerdasan Musikalitas (Music Smartness): pandai dan peka dalam hal musik

4. Kecerdasan Tubuh-Kinestetik (Body Smartness): pandai dalam keterampilan

olah tubuh dan gerak


5. Kecerdasan Logis-Maternatis (Logic Smartness): pandai dalam Sains dan

   Matematika

6. Kecerdasan Interpersonal (People Smartness): pandai memahami pikiran dan

   perasaan orang lain

7. Keccrdasan Intrapersonal (Self Smartness): pandai dan peka dalam mengenali

   emosi diri sendiri

8. Kecerdasan Lingkungan (Nature Smartness): pandai dan peka dalam

   mengamati alam

9. Kecerdasan Eksistensial (Existence Smartness): pandai dan peka akan makna

   kehidupan manusia dalam hidup




   Munif Chatib dalam bukunya Sekolahnya Manusia berusaha menjadikan

   kecerdasan jamak dalam Konsep MI (Multiple Intelligences) yang

   menitikberatkan pada ranah keunikan, selalu menemukan kelebihan setiap

   anak. Lebih jauh, konsep MI percaya bahwa ridak ada anak yang bodoh

   sebab setiap anak pasti memiliki minimal satu kelebihan. Apabila kelebihan

   tersebut dapat dideteksi sedari awal, otomatis kelebihan itu adalah potensi




                                      5
kepandaian sang anak. Atas dasar itu, seyogyanya sekolah menerima siswa

barunya dalam kondisi apa pun. Tugas sekolahlah meneliti kondisi siswa

secara a psikologis dengan cara mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa

melalui metode riset yang dinamakan Multiple Intelligences Research (MIR).




Multiple Intelligences Research (MIR) dan Gaya BelalarAnak


Dalam scbuah kuliahnya, Bobbi dePortcz, Presidcn Learning Forum

California USA dan penulis berbagai buku tentang quantum (Quant um

Teaching, Quantum Learning, dan Quantum Business) menjel askan bahwa

proses belajar mengajar yang terjadi antara guru dan siswa dapat

divisualisasikan dengan membayangkan din kita berada di dalam ruangan

yang gelap gulita. Ketika sebuah senter dinyalakan. selisih waktu antara

munculnya cahaya yang terpantul di dinding dengan saatjari kita

menekan tombol “on” pada senter tersebut sangat cepat, bahkan hampir

bersamaan. Intlah yang dinamakan quantum. Dalam proses pembelajaran,

seharusnya kecepatan otak siswa menangkap informasi dan guru adalah

1.287 km/jam, sama dengan kecepatan cahaya yang keluar dan senter dan

memantul di dinding. Itulah yang dipahami sebagai gaya belajar anak dan

seharusnya diimbangi dengan cara guru mengajar.




                                   6
B. TEORI PEMBELAJARAN SENTRA

  Model BCCT (Bayond Center and Circle Time atau Sentra dan saat lingkaran)

  1. Konsep Dasar

         Yang dimaksud dengan model Beyond Center and Circle Time adalah :

     Suatu metode atau pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia

     dini dan merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman praktik.

  2. Tujuan

         Tujuan dari model Beyond Center and Circle Time adalah sebagai berikut

     :

     a. Model ini ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak

         (kecerdasan jamak) melalui bermain yang terarah.

     b. Model ini menciptakan setting pembelajaran yang merangsang anak untuk

         aktif, kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri

         (bukan sekedar mengikuti perintah, meniru, atau menghafal).

         c. Dilengkapi dengan standar operasional yang baku, yang berpusat di

              sentra-sentra kegiatan dan saat anak berada dalam lingkaran bersama

              pendidik, sehingga mudah diikuti.

  3. Ciri-ciri dari Model Beyond Center and Circle Time :

     a. Pembelajarannya berpusat pada anak;

     b. Menempatkan setting lingkungan main sebagai pijakan awal yang penting;




                                          7
c. Memberikan dukungan penuh kepada setiap anak untuk aktif, kreatif, dan

      berani mengambil keputusan sendiri;

   d. Peran pendidik sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator;

   e. Kegiatan anak berpusat di sentra-sentra main yang berfungsi sebagai pusat

      minat;

   f. Memiliki standar prosedur operasional (SPO) yang baku (baik di sentra

      maupun saat di lingkaran);

   g. Pemberian pijakan sebelum dan setelah anak bermain dilakukan dalam

      posisi duduk melingkar (dalam lingkaran).

4. Model ini menggunakan 3 jenis main

   a. Main Sensorimotor

      Anak main dengan benda untuk membangun persepsi.

   b. Main Peran

      Anak bermain dengan benda untuk membantu menghadirkan konsep yang

      sudah dimilikinya.

   c. Main Pembangunan

      Anak bermain dengan benda untuk mewujudkan ide/gagasan yang

      dibangun dalam pikirannya menjadi sesuatu bentuk nyata.



   5. Penataan Lingkungan Main




                                        8
a. Penempatan alat main yang tepat memungkinkan anak untuk mandiri,

      disiplin, bertanggung jawab, memulai dan mengakhiri main,

      klasifikasi

   b. Penataan alat dan bahan selama main seharusnya mendukung anak

      untuk membuat keputusan sendiri, mengembangkan ide, menuangkan

      ide menjadi karya nyata, mengembangkan kemampuan sosial

   c. Penataan alat dan bahan main memungkinkan anak main sendiri, main

      berdampingan, main bersama dan main bekerjasama



6. Pijakan Pengalaman Main

   Pijakan ini dilakukan berdasarkan perkembangan anak. Empat tahap untuk

   pijakan pengalaman main yang bermutu :

   a. Pijakan Lingkungan Main

          Mengelola awal lingkungan main dengan bahan-bahan yang cukup

          (tiga tempat main untuk setiap anak)

          Merencanakan untuk intensitas dan densitas pengalaman

          Memiliki berbagai bahan yang mendukung tiga jenis main

          Sensorimotor, pembangunan dan main peran

          Memiliki     berbagai   bahan   yang   mendukung   pengalaman

          keaksaraan




                                   9
Menata kesempatan main untuk mendukung hubungan sosial yang

      positif

b. Pijakan Pengalaman Sebelum Main

      Membaca buku      yang berkaitan dengan pengalaman atau

      mengundang nara sumber

      Menggabungkan kosakata baru dan menunjukkan konsep yang

      mendukung standar kinerja

      Memberikan gagasan bagaimana menggunakan bahan-bahan

      Mendiskusikan aturan dan harapan untuk pengalaman main

      Menjelaskan rangkaian waktu main

      Mengelola anak untuk keberhasilan hubungan sosial

      Merancang dan menerapkan urutan transisi main

c. Pijakan Pengalaman Main Setiap Anak

      Memberikan     anak   waktu   untuk   mengelola     dan   meneliti

      pengalaman main mereka

      Mencontohkan komunikasi yang tepat

      Memperkuat dan memperluas bahasa anak

      Meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui dukungan hubungan

      teman sebaya

      Mengamati dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan

      main anak



                             10
d. Pijakan Pengalaman Setelah Main

          Mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman mainnya

          dan saling menceritakan pengalaman mainnya.

          Menggunakan waktu membereskan sebagai pengalaman belajar

          positif melalui pengelompokkan, urutan, dan penataan lingkungan

          main secara tepat.




7. Dua hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan BCCT, yaitu :

   a. INTENSITAS BERMAIN

       Sejumlah waktu yang diperlukan anak untuk pengalaman dalam tiga

       jenis main sepanjang hari dan sepanjang tahun.

       Contoh: Anak-anak dibolehkan untuk memilih dari serangkaian

       kegiatan main setiap hari yang menyediakan kesempatan untuk terlibat

       dalam main peran, pembangunan, dan sensorimotor.

   b. DENSITAS BERMAIN

       Berbagai macam cara setiap jenis main yang disediakan untuk

       mendukung pengalaman anak.

       Contoh: Anak dapat menggunakan cat di papan lukis, nampan cat jari,

       cat dengan kuas kecil di atas meja, dan sebagainya, untuk melatih




                                   11
keterampilan pembangunan sifat cair. Anak-anak dapat menggunakan

         balok unit (Pratt), palu dengan paku dan kayu, sisa-sisa bahan

         bangunan dengan lem tembak, dan Lego untuk berlatih keterampilan

         pembangunan terstruktur.



C. TEORI PEMBELAJARAN MELALUI BERMAIN

  Thomas Armstrong, dibukunya The Best School menyarankan pendidik agar

  berfokus pada satu kebutuhan perkembangan tertentu di setiap tingkatan

  utarna pendidikan formal: pendidikan anak usia dini, sekolah dasar, sekolah

  menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Bermain adalah kebutuhan

  penting bagi anak pra-sekolah dan taman kanak-kanak. Saya juga

  menganjurkan untuk meninggalkan tekanan tinggi kegiatan akademik pada

  perididikan anak usia dini karena membahayakan perkembangan dan

  pertumbuhan mereka.




  Sedangkan Anggani Sudono dkk dalam bukunya Pengembangan Anak Usia

  Dini   menyatakan     bahwa    anak    adalah   pembelajar    yang    aktif.

  Belajar bagi anak adalah segala sesuatu yang dikerjakannya ketika anak

  bermain. Bermain adalah wahana belajar dan bekerja secara alamiah bagi

  anak. Anak Usia Dini senang memerhatikan, mencium, membuat suara,




                                    12
meraba dan mengecap. Lingkungan yang kaya yang banyak memberikan

rangsangan mental dapat meningkatkan kemampuan belajar anak. Lingkungan

demikian akan menumbuhkan minat anak dan menggiatkan mereka aktif

belajar. Selain itu anak akan lebih berhasil belajar jika apa yang dipegangnya

sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya. Anak lebih mudah

belajar jika pengalaman belajar sejalan dengan kematangan mental atau sesuai

perkembangannya. Pengalaman yang berlebihan akan menakutkan anak,

tetapi sebaliknya pengalaman yang sangat minim akan membosankan anak.




Drost dkk dalam bukunya Perilaku Anak Usia Dini menambahkan bermain

adalah pekerjaan anak. Orang sering kali berdebat tentang belajar dan

bermain. Ada sebagian pihak yang percaya bahwa dengan belajar

(akademik) anak usia dini akan lebih siap untuk sekolah. Program yang

terlaju menitikberatkan pada keberhasãlan akademik (menulis, membaca, dan

berhitung) dengan metode instruksi dan guru hanya akan berhasil untuk

jangka pendek dan kurang mendukung keberhasilan anak baik di sekolah

maupun kehidupan selanjutnya. Sebaliknya, program yang kaya dengan

pengalaman bermain, yang merangsang keterampilan soslal dan emoslonal

pada anak usia prasekolah berpengaruh sangat positif pada perkembangan

intelektual anak.




                                   13
BAB III. METODE DAN PROSEDUR KERJA



A. Strategi Pemecahan Masalah

   Pembelajaran majemuk

   1. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah

      Pemilihan special moment sebagai strategi dalam pemecahan masalah adalah

      karena melalui saat-saat berkesan tersebut akan diketahui apakah anak telah

      benar-benar merasakan hak mereka untuk bermain di sentra yang didalamnya

      akan mengembangkan kecerdasan jamak. Berdasarkan catatan tersebut akan

      digali informasi potensi apa yang seharusnya dikembangkan terhadap anak

      berdasarkan kecenderungan dari kecerdasan jamak yang dimiliki anak.



      Berikut adalah data tentang kecenderungan gaya belajar anak dan permainan

      yang disarankan berdasarkan kecerdasan jamak.

      KECENDERUNGAN GAYA BELAJAR ANAK

      MUSIK

      Belajar dengan konsep music, alat music, menghubungkan music dengan

      konsep tertentu.

      KINESTETIK

      Belajar dengan aktivitas, drama, respon tubuh, membuat kerajinan tangan.



                                         14
NATURALIS

Belajar di alam terbuka dengan binatang atau tanaman sebagai praktek belajar,

gejala alam sebagai acuan belajar.

INTRAPERSONAL

Belajar sendiri, keinginan untuk mengekspresikan diri, kegiatan individual,

menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan pribadi.

SPASIAL

Belajar dengan gambar, dengan proses membayangkan, suka dengan warna,

belajar dengan metafora gambar, berkunjung ke museum.

INTERPERSONAL

Belajar dengan kerja kelompok, suka memecahkan masalah, simulasi,

mengadakan sebuah kegiatan.

MATEMATIK LOGIC

Belajar dengan angka-angka, computer, membuat hipotesa/ perkiraan,

memecahkan masalah atau studi kasus.

LINGUISTIK

Membiasakan anak anda belajar dengan cara membaca, menulis, berdebat,

berbicara di depan umum, bercerita, merekam dengan kaset.




                                     15
JENIS PERMAINAN YANG DISARANKAN

MUSIK

Tape rekaman music, karaoke, alat-alat musik

KINESTETIK

Permainan rakyat dengan banyak gerakan, outbond, permainan pertukangan,

olah raga, layang-layang, trik sulap, mainan rumah-rumahan

NATURALIS

Memelihara hewan atau tanaman, mengoleksi daun-daunan

INTRAPERSONAL

Menulis buku harian, koleksi benda-benda, mencari bakat di buku telepon.

SPASIAL

Permainan tebak-tebakan gambar, bongkar pasang, win lose or draw, Lego,

nitendo, PS.

INTERPERSONAL

Mendiskusikan suatu tema dengan keluarga, membuat table permasalahan,

bertanya kepada orang tentang suatu hal, mendatangi panti asuhan.

MATEMATIK LOGIC

Permainan yang dianjurkan adalah teka-teki, domino, dam-daman, catur,

monopoli, Othello, nitendo, PS.

LINGUISTIK



                                   16
Permainan yang dianjurkan adalah permainan kata-kata, scrabble, TTS,

   membuat cerita bergambar, tebakan suara bunyi.




2. Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah


   Munif Chatib dalam bukunya Sekolahnya Manusia, mendefinisikan special

   moment,     saat-saat    Istimewa,    yaitu   pengalaman    dalam    proses

   pembelajaran ketika seorang guru menemukan saat-saat yang berkesan

   dalam pekerjaannya. Sebuah aktivitas belajar yang mampu mengubah

   kesulitan pemahaman seorang siswa karena beberapa hal, menjadi mudah, dan

   akhirnya     siswa       tersebut    bisa     memahami      dengan     baik

   materi yang diajarkan.




   Deskripsi strategi pemecahan masalah kami sajikan dalam bentuk bagan agar

   lebih mudah di pahami. Penemuan special moment akan terus dilakukan

   selama anak masih dalam usia pendidikan anak usia dini. Penggambaran

   bagan yang bersifal loop (pengulangan) sangat sesuai dengan teori kecerdasan

   dengan system sentra. Pengalaman yang mengesankan didapat berdasarkan

   intensitas (pengulangan) dan ragam mainan (densitas) berupa jenis permainan

   yang disarankan.




                                        17
Anak dibantu menemukan potensi dalam dirinya untuk kemudian diberikan
   stimulasi sesuai dengan kecerdasan jamak yang dominan. Pengoptimalan
   potensi secara terus menerus akan memunculkan bakat yang terkadang secara
   kasat mata tidak terlihat.

   Adapun proses penemuan special moment tergambar dalam bagan berikut:




                                 Anak bermain di
                                     sentra

                     a
                                                   d
  Guru menuliskan
                                                         Mengoptimalkan
  special moment
                                                         melalui permainan
                                                          yang disarankan


                     b                             c
                                 kecenderungan
                                anak berdasarkan
                                kecerdasan jamak




Kecenderungan anak yang muncul adalah kecerdasan yang cukup dominan pada

kecerdasan jamaknya. Mengoptimalkan kecerdasan yang paling dominan

nantinya akan mengangkat kecerdasan jamak lainnya dalam mendukung

kecerdasan yang dominan sebagai potensi yang terasah menjadi bakat.



                                         18
B. Alat Pengambilan Data

   Karya tulis ini adalah merupakan hasil pemikiran/ gagasan/ ide yang muncul

   karena adanya pengalaman yang sangat menarik dan unik saat berinteraksi

   dengan anak saat proses belajar mengajar. Alat pengambilan data dirasa perlu

   dalam rangka mendapatkan data yang valid untuk selanjutnya dituangkan dalam

   bentuk karya tulis.



   Data yang diambil bukanlah data yang nantinya akan diteliti lebih lanjut ataupun

   berupa penelitian tindakan, namun data yang dimaksud berupa catatan harian

   guru yang kemudian dideskripsikan lebih jelas dengan mengaitkan dengan teori

   yang ada. Catatan harian guru didalamnya memuat special moment, yaitu catatan

   tentang perilaku anak yang sangat mengesankan dan diluar kebiasaan anak.



C. Pengolahan dan Penganalisisan Data

      Data yang ada diolah dan dianalisis dengan beberapa teori terkait, selanjutnya

      diambil kesimpulan terkait dengan Pendekatan Pembelajaran Kecerdasan

      Jamak untuk anak usia dini( focus metode pembelajaran melalui bermain di

      sentra-sentra).




                                          19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Kekhasan/ keunikan ide/ gagasan

          Dalam karya tulis ini kami mencoba menghadirkan hal baru berupa

   GAYA MENGAJAR = CARA BELAJAR yang merupakan teori yang

   dihadirkan oleh Munif Chatib, penulis buku Best Seller Sekolahnya Manusia.

   Kelompok Bermain TOP Kids yang telah menerapkan konsep sentra

   seutuhnya sejak tahun 2009 (saat mendapatkan Pusat Unggulan PAUD

   Kecamatan)      mampu   menghadirkan     kekhasan    dalam    memberikan

   pembelajaran.

          Pembelajaran di sentra mampu mengakomodir kecerdasan jamak anak

   usia dini, special moment adalah potret yang dilakukan oleh guru untuk

   mengetahui keunikan anak. Setiap anak memiliki kecerdasan jamak, namun

   setiap anak juga mempunyai special moment yang menunjukkan kecerdasan

   yang lebih dominan.

          Catatan anekdot yang diwajibkan bagi guru lebih dimaksimalkan lagi

   dengan adanya catatan special moment. Memberikan potret kepada anak saat

   kondisi terbaik, sehingga memberikan motivasi bagi guru untuk dapat

   membantu anak mencapai indikator yang disyaratkan.

B. Keinovasian ide/ gagasan

   Ide/ gagasan yang muncul terinspirasi dari keberhasilan guru SLB yang

   berhasil mengantarkan anak didiknya menemukan bakat yang memukau.

                                     20
Menggabungkan konsep pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus dengan

   konsep pendekatan pembelajaran kecerdasan jamak anak usia dini (focus

   metode pembelajaran melalui bermain di sentra-sentra), kami menghadirkan

   konsep “sekolahku inspirasiku”.



   Pembelajaran   di   sentra   menghadirkan     pembelajaran   yang   mampu

   menghadirkan inspirasi melalui special moment. Ragam mainan (densitas)

   yang ada dihadirkan dengan menyisipkan minimal 3 kecerdasan didalamnya.

   Bermain dalam satu sentra mampu menghadirkan semua kecerdasan jamak,

   setiap hari dari satu sentra ke sentra selalu dibayangi dengan kecerdasan

   jamak. Adapun mapping keragaman nampak dari tabel berikut:




   Ketakutan orang tua akan kebosanan anak saat menyekolahkan anak pada usia

   dini pun terkikis. Bermain di sentra dengan menghadirkan kecerdasan

   majemuk sangatlah menyenangkan, potret special moment dari guru adalah

   hal yang sangat mengharukan bagi orang tua.




C. Kendala – kendala yang dihadapi dalam menerapkan ide/ gagasan




                                     21
Dalam menerapkan ide/ gagasan kendala yang paling utama adalah

   kemampuan guru dalam mendeskripsikan hasil pemotretan special moment.

   Secara lebih spesifik kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut:

   1. Pola pikir guru yang belum sama tentang apa itu kecerdasan

   2. Special moment kadang hanya dikaitkan dengan kemampuan kognitif

      saja, dengan mengabaikan aspek psikomotor dan afektif

   3. Kemampuan guru dalam menuliskan special moment dan memberikan

      jenis permainan yang tepat

   4. Pengkondisian anak dalam satu kelompok yang belum dikelompokkan

      berdasarkan kecenderungan berdasar kecerdasan jamak



D. Faktor – Faktor pendukung dalam menerapkan ide/ gagasan

   Meski terdapat beberapa kendala, sebetulnya masih dapat teratasi dengan

   adanya faktor pendukung dalam menerapkan gagasan/ ide. Factor pendukung

   yang optimal dirumuskan dalam uraian berikut:

   1. Semangat guru untuk terus belajar melalui beberapa media, salah satu

      yang sangat membantu adalah melalui bedah buku teragenda (2 pekan

      sekali) dengan sesame teman guru.

   2. Pembelajaran anak usia dini lebih dominan pada aspek psikomotor dan

      afektif, sehingga meminimalkan special moment pada aspek kognitif saja




                                       22
3. Kebiasaan guru menuliskan rencana pembelajaran (lesson plan) sangat

      membantu mengasah kemampuan dan kepekaan menghadirkan special

      moment yang elegan

   4. Jumlah anak yang dibagi berdasarkan usia dan kelas-kelas di sentra yang

      mensyaratkan jumlah ideal anak 6-8, sangat membantu dalam memberikan

      permainan yang sesuai dengan kecenderungan anak berdasarkan

      keccerdasan jamak



E. Tindak lanjut/ rencana desiminasi dalam menerapkan ide/ gagasan

   Penerapan ide/ gagasan pada karya tulis ini sudah mengagendakan tugas besar

   selanjutnya. Anak yang telah ditemukan special momentnya akan terus

   dioptimalkan sesuai dengan kecenderungan dominan pada kecerdasan jamak

   dengan target:

   1. Anak mampu menemukan bakat dari potensi yang ditemukan melalui

      kecenderungan kecerdasan yang dominan

   2. Anak yang telah menemukan bakatnya dapat menggali potensi

      berdasarkan kecerdasan yang ke dua, dan seterusnya

   3. Anak berbakat dapat menjadikan bakat tersebut menjadi profesi

   4. Profesi anak ketika dewasa dapat dibalut dengan bakat lain dari

      kecerdasan jamak




                                      23
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


A. Kesimpulan

  Berdasarkan paparan dalam karya tulis diatas, dapat disimpulkan beberapa hal

  penting yang sebelumnya menjadi permasalahan dalam karya tulis ini.Adapun

  kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Banyaknya anak berpotensi yang terakomodir dengan pendidikan yang

     tepat akan menjadi anak yang berbakat

  2. Mengoptimalkan potensi anak dalam rangka menemukan bakat yang akan

     bermanfaat dalam kehidupan anak ketika mereka dewasa, karena bakat

     dapat dijadikan sebagai profesi

  3. Potensi anak yang muncul dikembangkan dengan cara yang tepat

     sehingga tidak lagi muncul istilah “anak nakal” namun diganti dengan

     istilah “anak berbakat”



B. Rekomendasi

  Berdasarkan penyusunan karya tulis ini, melalui ide/ gagasan yang kami

  paparkan terkait dengan Pendekatan Pembelajaran Kecerdasan Jamak Anak

  usia Dini (focus metode pembelajaran melalui bermain di sentra-sentra) kami

  rekomendasikan hal-hal berikut:

  1. Dinas Pendidikan, dalam tulisan ini kami menghadirkan istilah baru yaitu

     POTENSI dan BAKAT yang sebetulnya                sangat penting untuk



                                       24
ditindaklanjuti mengingat banyaknya tantangan di lapangan saat

   mengaplikasikan beberapa teori yang ada. Fasilitasi dari Dinas Pendidikan

   sangat diharapkan dalam rangka mensosialisasikan istilah dimaksud

   kepada lembaga PAUD yang ada di Indonesia.

2. Pemerhati Pendidikan, kami menyampaikan beberapa hal penting terkait

   Pendidikan Anak Usia Dini khususnya cara TEPAT dalam menggali

   potensi agar terasah dan dapat muncul sebagai bakat.

3. Pendidik PAUD, karya tulis ini ditulis berdasarkan pengalaman dalam

   menerapkan beberapa teori yang ada. Beberapa hikmah dapat diambil dan

   dijadikan sebagai bahan pembanding dalam mendidik anak usia dini.

4. Orang tua, kami menganggap orang tua adalah mitra yang sangat efektif

   dalam mendidik anak usia dini. Beberapa pengalaman kami dalam

   berkomunikasi dengan orang tua, mengindikasikan bahwa setiap anak

   memang berbeda. Anak memiliki kecerdasan majemuk yang berbeda pada

   titik optimalisasinya, ada yang unggul dalam hal naturalistik atau mungkin

   dalam musikal dan jenis kecerdasan yang lain.




                                   25

Contenu connexe

Tendances

Tugas PPT Teknologi Informasi
Tugas PPT Teknologi InformasiTugas PPT Teknologi Informasi
Tugas PPT Teknologi Informasi
11071995
 
Pemikiran kreatif dalam kalangan kanak-kanak bergantung kepada pengalaman dan...
Pemikiran kreatif dalam kalangan kanak-kanak bergantung kepada pengalaman dan...Pemikiran kreatif dalam kalangan kanak-kanak bergantung kepada pengalaman dan...
Pemikiran kreatif dalam kalangan kanak-kanak bergantung kepada pengalaman dan...
darminladiro
 
Pra3105 Perkembangan Kognitif Kanak-kanak
Pra3105 Perkembangan Kognitif Kanak-kanakPra3105 Perkembangan Kognitif Kanak-kanak
Pra3105 Perkembangan Kognitif Kanak-kanak
Hon Shan Shan
 
Pengertian kreativiti
Pengertian kreativitiPengertian kreativiti
Pengertian kreativiti
safarinsalwa
 
1 perkembangan kognitif
1 perkembangan kognitif1 perkembangan kognitif
1 perkembangan kognitif
Ismail Hashim
 
Makalah anak berbakat jadiii
Makalah anak berbakat jadiiiMakalah anak berbakat jadiii
Makalah anak berbakat jadiii
Tita Sobandi
 
Presentasi guru kreatif @pojok pendidikan meetup 23 Januari 2011
Presentasi guru kreatif @pojok pendidikan meetup 23 Januari 2011Presentasi guru kreatif @pojok pendidikan meetup 23 Januari 2011
Presentasi guru kreatif @pojok pendidikan meetup 23 Januari 2011
Djadja Sardjana
 
Topik 2 kanak kanak dan seni
Topik 2 kanak kanak dan seniTopik 2 kanak kanak dan seni
Topik 2 kanak kanak dan seni
Wany Hardy
 
700203015788 158362 final
700203015788 158362 final700203015788 158362 final
700203015788 158362 final
MIchelle NGu
 
20 pembelajaran contekstual 2
20  pembelajaran contekstual 220  pembelajaran contekstual 2
20 pembelajaran contekstual 2
Kary Adi
 
Tugasan kumpulan 4 pendidikan sains awal kanak-kanak
Tugasan kumpulan 4 pendidikan sains awal kanak-kanakTugasan kumpulan 4 pendidikan sains awal kanak-kanak
Tugasan kumpulan 4 pendidikan sains awal kanak-kanak
Nor Aini Mohamad
 

Tendances (20)

Makalah pendidikan anak berbakat mys
Makalah pendidikan anak berbakat mysMakalah pendidikan anak berbakat mys
Makalah pendidikan anak berbakat mys
 
8 anak-berbakat
8 anak-berbakat8 anak-berbakat
8 anak-berbakat
 
Tugas PPT Teknologi Informasi
Tugas PPT Teknologi InformasiTugas PPT Teknologi Informasi
Tugas PPT Teknologi Informasi
 
Pemikiran kreatif dalam kalangan kanak-kanak bergantung kepada pengalaman dan...
Pemikiran kreatif dalam kalangan kanak-kanak bergantung kepada pengalaman dan...Pemikiran kreatif dalam kalangan kanak-kanak bergantung kepada pengalaman dan...
Pemikiran kreatif dalam kalangan kanak-kanak bergantung kepada pengalaman dan...
 
Bermain Dan Anak
Bermain Dan AnakBermain Dan Anak
Bermain Dan Anak
 
P
PP
P
 
Pra3105 Perkembangan Kognitif Kanak-kanak
Pra3105 Perkembangan Kognitif Kanak-kanakPra3105 Perkembangan Kognitif Kanak-kanak
Pra3105 Perkembangan Kognitif Kanak-kanak
 
Pengertian kreativiti
Pengertian kreativitiPengertian kreativiti
Pengertian kreativiti
 
MBE12503
MBE12503MBE12503
MBE12503
 
1 perkembangan kognitif
1 perkembangan kognitif1 perkembangan kognitif
1 perkembangan kognitif
 
Makalah anak berbakat jadiii
Makalah anak berbakat jadiiiMakalah anak berbakat jadiii
Makalah anak berbakat jadiii
 
Presentasi guru kreatif @pojok pendidikan meetup 23 Januari 2011
Presentasi guru kreatif @pojok pendidikan meetup 23 Januari 2011Presentasi guru kreatif @pojok pendidikan meetup 23 Januari 2011
Presentasi guru kreatif @pojok pendidikan meetup 23 Januari 2011
 
sosialisasi kurikulum 2013
sosialisasi kurikulum 2013sosialisasi kurikulum 2013
sosialisasi kurikulum 2013
 
Proses Kreativiti
Proses KreativitiProses Kreativiti
Proses Kreativiti
 
Topik 2 kanak kanak dan seni
Topik 2 kanak kanak dan seniTopik 2 kanak kanak dan seni
Topik 2 kanak kanak dan seni
 
Topik 1 (bermain) dalam pendidikan awal kana-kanak
Topik 1 (bermain) dalam pendidikan awal kana-kanakTopik 1 (bermain) dalam pendidikan awal kana-kanak
Topik 1 (bermain) dalam pendidikan awal kana-kanak
 
2. edup2023 psikologi pendidikan
2. edup2023   psikologi pendidikan2. edup2023   psikologi pendidikan
2. edup2023 psikologi pendidikan
 
700203015788 158362 final
700203015788 158362 final700203015788 158362 final
700203015788 158362 final
 
20 pembelajaran contekstual 2
20  pembelajaran contekstual 220  pembelajaran contekstual 2
20 pembelajaran contekstual 2
 
Tugasan kumpulan 4 pendidikan sains awal kanak-kanak
Tugasan kumpulan 4 pendidikan sains awal kanak-kanakTugasan kumpulan 4 pendidikan sains awal kanak-kanak
Tugasan kumpulan 4 pendidikan sains awal kanak-kanak
 

En vedette (6)

2.pengembangan karyawan http://www.slideshare.net/alwarisreds/sistem-pelayana...
2.pengembangan karyawan http://www.slideshare.net/alwarisreds/sistem-pelayana...2.pengembangan karyawan http://www.slideshare.net/alwarisreds/sistem-pelayana...
2.pengembangan karyawan http://www.slideshare.net/alwarisreds/sistem-pelayana...
 
PENGEMBANGAN WISATA DANAU TOLIRE DI KOTA TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA
PENGEMBANGAN WISATA DANAU TOLIRE DI KOTA TERNATE  PROVINSI MALUKU UTARAPENGEMBANGAN WISATA DANAU TOLIRE DI KOTA TERNATE  PROVINSI MALUKU UTARA
PENGEMBANGAN WISATA DANAU TOLIRE DI KOTA TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA
 
Karya Tulis Pemanfaatan Tempat Bersejarah untuk Lokasi Pariwisata sebagai Pen...
Karya Tulis Pemanfaatan Tempat Bersejarah untuk Lokasi Pariwisata sebagai Pen...Karya Tulis Pemanfaatan Tempat Bersejarah untuk Lokasi Pariwisata sebagai Pen...
Karya Tulis Pemanfaatan Tempat Bersejarah untuk Lokasi Pariwisata sebagai Pen...
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PTPendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
 
Buku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadangan
Buku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadanganBuku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadangan
Buku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadangan
 
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia diniPerencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
 

Similaire à Lkt paudni materi

Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Zufa Fauzia
 
Are you ready to teach algebra
Are you ready to teach algebraAre you ready to teach algebra
Are you ready to teach algebra
Chairani Uni
 
Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pakem
Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan  pakemHal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan  pakem
Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pakem
Deri Suyatma
 
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
ermasuryani79
 
KONEKSI ANTAR MATERI Modul 1.2.pptx.pptx
KONEKSI ANTAR MATERI Modul 1.2.pptx.pptxKONEKSI ANTAR MATERI Modul 1.2.pptx.pptx
KONEKSI ANTAR MATERI Modul 1.2.pptx.pptx
ParnoParno10
 

Similaire à Lkt paudni materi (20)

PEMBELAJARAN-BERBASIS-OTAK-PADA-PENDIDIKAN-ANAK-USIA-DINI.pptx
PEMBELAJARAN-BERBASIS-OTAK-PADA-PENDIDIKAN-ANAK-USIA-DINI.pptxPEMBELAJARAN-BERBASIS-OTAK-PADA-PENDIDIKAN-ANAK-USIA-DINI.pptx
PEMBELAJARAN-BERBASIS-OTAK-PADA-PENDIDIKAN-ANAK-USIA-DINI.pptx
 
Perkembangan anak
Perkembangan anakPerkembangan anak
Perkembangan anak
 
TOPIK 1 - kognitif.pptx
TOPIK 1 - kognitif.pptxTOPIK 1 - kognitif.pptx
TOPIK 1 - kognitif.pptx
 
Soal baru
Soal baruSoal baru
Soal baru
 
Metode bercerita dongeng
Metode bercerita dongengMetode bercerita dongeng
Metode bercerita dongeng
 
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
 
Are you ready to teach algebra
Are you ready to teach algebraAre you ready to teach algebra
Are you ready to teach algebra
 
Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pakem
Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan  pakemHal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan  pakem
Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pakem
 
Perspektif pendidikan sd
Perspektif pendidikan sdPerspektif pendidikan sd
Perspektif pendidikan sd
 
Identifikasi kemampuan intelektual
Identifikasi kemampuan intelektualIdentifikasi kemampuan intelektual
Identifikasi kemampuan intelektual
 
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
 
Penerapan pemberani model stimulasi kepemimpinan melalui bermain peran
Penerapan pemberani model stimulasi kepemimpinan melalui bermain peranPenerapan pemberani model stimulasi kepemimpinan melalui bermain peran
Penerapan pemberani model stimulasi kepemimpinan melalui bermain peran
 
Pedagogi bestari
Pedagogi bestariPedagogi bestari
Pedagogi bestari
 
Praktek Penyusunan Strategi Pembelajaran AUD Berbasis Kecerdasan Majemuk
Praktek Penyusunan Strategi Pembelajaran AUD Berbasis Kecerdasan MajemukPraktek Penyusunan Strategi Pembelajaran AUD Berbasis Kecerdasan Majemuk
Praktek Penyusunan Strategi Pembelajaran AUD Berbasis Kecerdasan Majemuk
 
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanSoal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasan
 
Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaran
 
KONEKSI ANTAR MATERI Modul 1.2.pptx.pptx
KONEKSI ANTAR MATERI Modul 1.2.pptx.pptxKONEKSI ANTAR MATERI Modul 1.2.pptx.pptx
KONEKSI ANTAR MATERI Modul 1.2.pptx.pptx
 
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia dini
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia diniMakalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia dini
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia dini
 
PPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.ppt
PPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.pptPPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.ppt
PPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.ppt
 
PPT Budaya Positif di satuan lembaga.pdf
PPT Budaya Positif di satuan lembaga.pdfPPT Budaya Positif di satuan lembaga.pdf
PPT Budaya Positif di satuan lembaga.pdf
 

Lkt paudni materi

  • 1. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang sangat cepat, mampu menggerakkan perubahan yang dominan di semua aspek kehidupan. Pendidikan adalah salah satu aspek yang didalamnya menyisakan banyak masalah untuk dipecahkan dan dicarikan solusi efektif dan efisien dalam rangka mencetak generasi penerus yang akan mengantarkan bangsa ini ke kursi Internasional. Faktor internal dan eksternal sangat berpengaruh bagi dunia pendidikan, dominan untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Makmurnya suatu negeri yang tercermin dari kenaikan tingkat gizi anak, juga berpengaruh terhadap keaktifan dan kecerdasan anak. Usia emas merupakan beban berat bagi pendidik PAUD, karena di pundak inilah kami merasakan payahnya menyajikan pendidikan yang TOP (pembelajaran Tepat dalam meng- Optimalkan Potensi) Kids (anak). Anak berpotensi pada usia dini hendaklah dapat dioptimalkan, sehingga pada saat kado emas dibuka nantinya akan sesuai dengan harapan. Menggali potensi, dilanjutkan dengan mengoptimalkan dengan cara yang tepat dicoba diterapkan di Kelompok Bermain TOP Kids. Bervisi sebagai “the inspiring school” kami mencoba berbagi melalui karya tulis ini. Menerapkan 1
  • 2. pembelajaran majemuk di sentra-sentra kami rasakan sangat efektif dalam menarik minat anak untuk terus menggali potensi dirinya. B. Masalah Beberapa permasalahan yang akrab dengan dunia Pendidikan Usia Dini dan sering dijumpai adalah sebagai berikut: 1. Banyaknya anak berpotensi yang belum terakomodir dengan pendidikan yang tepat. 2. Perlunya mengoptimalkan potensi anak dalam rangka menemukan bakat yang akan bermanfaat dalam menyelesaikan masalah (problem solving) 3. Beberapa potensi anak yang muncul dikembangkan dengan cara yang tidak tepat sehingga banyak muncul istilah “anak nakal” C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan cara yang tepat dalam rangka mengoptimalkan potensi yang dimiliki anak didik dalam rangka menghadirkan bakat dan membiasakan anak menyelesaikan masalahnya secara mandiri. 2. Membiasakan pembelajaran dengan menyesuaikan gaya belajar siswa dalam pembelajaran majemuk di sentra. 3. Menghadirkan istilah “anak berpotensi” sebagai pengganti istilah “anak nakal” 2
  • 3. D. Manfaat Melalui penulisan karya tulis ini diharapkan ada beberapa manfaat yang dapat diambil, khususnya bagi: 1. Dinas Pendidikan, dalam tulisan ini kami menghadirkan istilah baru yaitu POTENSI dan BAKAT yang sebetulnya sangat penting untuk ditindaklanjuti mengingat banyaknya tantangan di lapangan saat mengaplikasikan beberapa teori yang ada. Fasilitasi dari Dinas Pendidikan sangat diharapkan dalam rangka mensosialisasikan istilah dimaksud kepada lembaga PAUD yang ada di Indonesia. 2. Pemerhati Pendidikan, kami menyampaikan beberapa hal penting terkait Pendidikan Anak Usia Dini khususnya cara TEPAT dalam menggali potensi agar terasah dan dapat muncul sebagai bakat. 3. Pendidik PAUD, karya tulis ini ditulis berdasarkan pengalaman dalam menerapkan beberapa teori yang ada. Beberapa hikmah dapat diambil dan dijadikan sebagai bahan pembanding dalam mendidik anak usia dini. 4. Orang tua, kami menganggap orang tua adalah mitra yang sangat efektif dalam mendidik anak usia dini. Beberapa pengalaman kami dalam berkomunikasi dengan orang tua, mengindikasikan bahwa setiap anak memang berbeda. Anak memiliki kecerdasan majemuk yang berbeda pada titik optimalisasinya, ada yang unggul dalam hal naturalistik atau mungkin dalam musikal dan jenis kecerdasan yang lain. 3
  • 4. BAB II. LANDASAN TEORITIS A. TEORI KECERDASAN JAMAK Seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dan Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat, Howard Gardner, mendefinisikan intelegensi atau kecerdasan sebagai kemampuan untuk rnemecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam kondisi yang bermacarn- macam dan situasi yang nyata. Dengan kata lain, intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Menurut Gardner, kritenia intelegensi meliputi suatu kemampuan seseorang, baik dalam unsur pengetahuan maupun keahlian yang menunjukkan kemahiran dan keterampilan untuk memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya. Kecerdasan jamak tersebut adalah: 1. Kecerdasan Bahasa (Word Smartness): pandai mengolah kata-kata 2. Kecerdasan Ruang-Visual (Picture Smartness): pandai membuat persepsi tetitang apa yang dilihat 4
  • 5. 3. Kecerdasan Musikalitas (Music Smartness): pandai dan peka dalam hal musik 4. Kecerdasan Tubuh-Kinestetik (Body Smartness): pandai dalam keterampilan olah tubuh dan gerak 5. Kecerdasan Logis-Maternatis (Logic Smartness): pandai dalam Sains dan Matematika 6. Kecerdasan Interpersonal (People Smartness): pandai memahami pikiran dan perasaan orang lain 7. Keccrdasan Intrapersonal (Self Smartness): pandai dan peka dalam mengenali emosi diri sendiri 8. Kecerdasan Lingkungan (Nature Smartness): pandai dan peka dalam mengamati alam 9. Kecerdasan Eksistensial (Existence Smartness): pandai dan peka akan makna kehidupan manusia dalam hidup Munif Chatib dalam bukunya Sekolahnya Manusia berusaha menjadikan kecerdasan jamak dalam Konsep MI (Multiple Intelligences) yang menitikberatkan pada ranah keunikan, selalu menemukan kelebihan setiap anak. Lebih jauh, konsep MI percaya bahwa ridak ada anak yang bodoh sebab setiap anak pasti memiliki minimal satu kelebihan. Apabila kelebihan tersebut dapat dideteksi sedari awal, otomatis kelebihan itu adalah potensi 5
  • 6. kepandaian sang anak. Atas dasar itu, seyogyanya sekolah menerima siswa barunya dalam kondisi apa pun. Tugas sekolahlah meneliti kondisi siswa secara a psikologis dengan cara mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa melalui metode riset yang dinamakan Multiple Intelligences Research (MIR). Multiple Intelligences Research (MIR) dan Gaya BelalarAnak Dalam scbuah kuliahnya, Bobbi dePortcz, Presidcn Learning Forum California USA dan penulis berbagai buku tentang quantum (Quant um Teaching, Quantum Learning, dan Quantum Business) menjel askan bahwa proses belajar mengajar yang terjadi antara guru dan siswa dapat divisualisasikan dengan membayangkan din kita berada di dalam ruangan yang gelap gulita. Ketika sebuah senter dinyalakan. selisih waktu antara munculnya cahaya yang terpantul di dinding dengan saatjari kita menekan tombol “on” pada senter tersebut sangat cepat, bahkan hampir bersamaan. Intlah yang dinamakan quantum. Dalam proses pembelajaran, seharusnya kecepatan otak siswa menangkap informasi dan guru adalah 1.287 km/jam, sama dengan kecepatan cahaya yang keluar dan senter dan memantul di dinding. Itulah yang dipahami sebagai gaya belajar anak dan seharusnya diimbangi dengan cara guru mengajar. 6
  • 7. B. TEORI PEMBELAJARAN SENTRA Model BCCT (Bayond Center and Circle Time atau Sentra dan saat lingkaran) 1. Konsep Dasar Yang dimaksud dengan model Beyond Center and Circle Time adalah : Suatu metode atau pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dan merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman praktik. 2. Tujuan Tujuan dari model Beyond Center and Circle Time adalah sebagai berikut : a. Model ini ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak) melalui bermain yang terarah. b. Model ini menciptakan setting pembelajaran yang merangsang anak untuk aktif, kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri (bukan sekedar mengikuti perintah, meniru, atau menghafal). c. Dilengkapi dengan standar operasional yang baku, yang berpusat di sentra-sentra kegiatan dan saat anak berada dalam lingkaran bersama pendidik, sehingga mudah diikuti. 3. Ciri-ciri dari Model Beyond Center and Circle Time : a. Pembelajarannya berpusat pada anak; b. Menempatkan setting lingkungan main sebagai pijakan awal yang penting; 7
  • 8. c. Memberikan dukungan penuh kepada setiap anak untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil keputusan sendiri; d. Peran pendidik sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator; e. Kegiatan anak berpusat di sentra-sentra main yang berfungsi sebagai pusat minat; f. Memiliki standar prosedur operasional (SPO) yang baku (baik di sentra maupun saat di lingkaran); g. Pemberian pijakan sebelum dan setelah anak bermain dilakukan dalam posisi duduk melingkar (dalam lingkaran). 4. Model ini menggunakan 3 jenis main a. Main Sensorimotor Anak main dengan benda untuk membangun persepsi. b. Main Peran Anak bermain dengan benda untuk membantu menghadirkan konsep yang sudah dimilikinya. c. Main Pembangunan Anak bermain dengan benda untuk mewujudkan ide/gagasan yang dibangun dalam pikirannya menjadi sesuatu bentuk nyata. 5. Penataan Lingkungan Main 8
  • 9. a. Penempatan alat main yang tepat memungkinkan anak untuk mandiri, disiplin, bertanggung jawab, memulai dan mengakhiri main, klasifikasi b. Penataan alat dan bahan selama main seharusnya mendukung anak untuk membuat keputusan sendiri, mengembangkan ide, menuangkan ide menjadi karya nyata, mengembangkan kemampuan sosial c. Penataan alat dan bahan main memungkinkan anak main sendiri, main berdampingan, main bersama dan main bekerjasama 6. Pijakan Pengalaman Main Pijakan ini dilakukan berdasarkan perkembangan anak. Empat tahap untuk pijakan pengalaman main yang bermutu : a. Pijakan Lingkungan Main Mengelola awal lingkungan main dengan bahan-bahan yang cukup (tiga tempat main untuk setiap anak) Merencanakan untuk intensitas dan densitas pengalaman Memiliki berbagai bahan yang mendukung tiga jenis main Sensorimotor, pembangunan dan main peran Memiliki berbagai bahan yang mendukung pengalaman keaksaraan 9
  • 10. Menata kesempatan main untuk mendukung hubungan sosial yang positif b. Pijakan Pengalaman Sebelum Main Membaca buku yang berkaitan dengan pengalaman atau mengundang nara sumber Menggabungkan kosakata baru dan menunjukkan konsep yang mendukung standar kinerja Memberikan gagasan bagaimana menggunakan bahan-bahan Mendiskusikan aturan dan harapan untuk pengalaman main Menjelaskan rangkaian waktu main Mengelola anak untuk keberhasilan hubungan sosial Merancang dan menerapkan urutan transisi main c. Pijakan Pengalaman Main Setiap Anak Memberikan anak waktu untuk mengelola dan meneliti pengalaman main mereka Mencontohkan komunikasi yang tepat Memperkuat dan memperluas bahasa anak Meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui dukungan hubungan teman sebaya Mengamati dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan main anak 10
  • 11. d. Pijakan Pengalaman Setelah Main Mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman mainnya dan saling menceritakan pengalaman mainnya. Menggunakan waktu membereskan sebagai pengalaman belajar positif melalui pengelompokkan, urutan, dan penataan lingkungan main secara tepat. 7. Dua hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan BCCT, yaitu : a. INTENSITAS BERMAIN Sejumlah waktu yang diperlukan anak untuk pengalaman dalam tiga jenis main sepanjang hari dan sepanjang tahun. Contoh: Anak-anak dibolehkan untuk memilih dari serangkaian kegiatan main setiap hari yang menyediakan kesempatan untuk terlibat dalam main peran, pembangunan, dan sensorimotor. b. DENSITAS BERMAIN Berbagai macam cara setiap jenis main yang disediakan untuk mendukung pengalaman anak. Contoh: Anak dapat menggunakan cat di papan lukis, nampan cat jari, cat dengan kuas kecil di atas meja, dan sebagainya, untuk melatih 11
  • 12. keterampilan pembangunan sifat cair. Anak-anak dapat menggunakan balok unit (Pratt), palu dengan paku dan kayu, sisa-sisa bahan bangunan dengan lem tembak, dan Lego untuk berlatih keterampilan pembangunan terstruktur. C. TEORI PEMBELAJARAN MELALUI BERMAIN Thomas Armstrong, dibukunya The Best School menyarankan pendidik agar berfokus pada satu kebutuhan perkembangan tertentu di setiap tingkatan utarna pendidikan formal: pendidikan anak usia dini, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Bermain adalah kebutuhan penting bagi anak pra-sekolah dan taman kanak-kanak. Saya juga menganjurkan untuk meninggalkan tekanan tinggi kegiatan akademik pada perididikan anak usia dini karena membahayakan perkembangan dan pertumbuhan mereka. Sedangkan Anggani Sudono dkk dalam bukunya Pengembangan Anak Usia Dini menyatakan bahwa anak adalah pembelajar yang aktif. Belajar bagi anak adalah segala sesuatu yang dikerjakannya ketika anak bermain. Bermain adalah wahana belajar dan bekerja secara alamiah bagi anak. Anak Usia Dini senang memerhatikan, mencium, membuat suara, 12
  • 13. meraba dan mengecap. Lingkungan yang kaya yang banyak memberikan rangsangan mental dapat meningkatkan kemampuan belajar anak. Lingkungan demikian akan menumbuhkan minat anak dan menggiatkan mereka aktif belajar. Selain itu anak akan lebih berhasil belajar jika apa yang dipegangnya sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya. Anak lebih mudah belajar jika pengalaman belajar sejalan dengan kematangan mental atau sesuai perkembangannya. Pengalaman yang berlebihan akan menakutkan anak, tetapi sebaliknya pengalaman yang sangat minim akan membosankan anak. Drost dkk dalam bukunya Perilaku Anak Usia Dini menambahkan bermain adalah pekerjaan anak. Orang sering kali berdebat tentang belajar dan bermain. Ada sebagian pihak yang percaya bahwa dengan belajar (akademik) anak usia dini akan lebih siap untuk sekolah. Program yang terlaju menitikberatkan pada keberhasãlan akademik (menulis, membaca, dan berhitung) dengan metode instruksi dan guru hanya akan berhasil untuk jangka pendek dan kurang mendukung keberhasilan anak baik di sekolah maupun kehidupan selanjutnya. Sebaliknya, program yang kaya dengan pengalaman bermain, yang merangsang keterampilan soslal dan emoslonal pada anak usia prasekolah berpengaruh sangat positif pada perkembangan intelektual anak. 13
  • 14. BAB III. METODE DAN PROSEDUR KERJA A. Strategi Pemecahan Masalah Pembelajaran majemuk 1. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah Pemilihan special moment sebagai strategi dalam pemecahan masalah adalah karena melalui saat-saat berkesan tersebut akan diketahui apakah anak telah benar-benar merasakan hak mereka untuk bermain di sentra yang didalamnya akan mengembangkan kecerdasan jamak. Berdasarkan catatan tersebut akan digali informasi potensi apa yang seharusnya dikembangkan terhadap anak berdasarkan kecenderungan dari kecerdasan jamak yang dimiliki anak. Berikut adalah data tentang kecenderungan gaya belajar anak dan permainan yang disarankan berdasarkan kecerdasan jamak. KECENDERUNGAN GAYA BELAJAR ANAK MUSIK Belajar dengan konsep music, alat music, menghubungkan music dengan konsep tertentu. KINESTETIK Belajar dengan aktivitas, drama, respon tubuh, membuat kerajinan tangan. 14
  • 15. NATURALIS Belajar di alam terbuka dengan binatang atau tanaman sebagai praktek belajar, gejala alam sebagai acuan belajar. INTRAPERSONAL Belajar sendiri, keinginan untuk mengekspresikan diri, kegiatan individual, menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan pribadi. SPASIAL Belajar dengan gambar, dengan proses membayangkan, suka dengan warna, belajar dengan metafora gambar, berkunjung ke museum. INTERPERSONAL Belajar dengan kerja kelompok, suka memecahkan masalah, simulasi, mengadakan sebuah kegiatan. MATEMATIK LOGIC Belajar dengan angka-angka, computer, membuat hipotesa/ perkiraan, memecahkan masalah atau studi kasus. LINGUISTIK Membiasakan anak anda belajar dengan cara membaca, menulis, berdebat, berbicara di depan umum, bercerita, merekam dengan kaset. 15
  • 16. JENIS PERMAINAN YANG DISARANKAN MUSIK Tape rekaman music, karaoke, alat-alat musik KINESTETIK Permainan rakyat dengan banyak gerakan, outbond, permainan pertukangan, olah raga, layang-layang, trik sulap, mainan rumah-rumahan NATURALIS Memelihara hewan atau tanaman, mengoleksi daun-daunan INTRAPERSONAL Menulis buku harian, koleksi benda-benda, mencari bakat di buku telepon. SPASIAL Permainan tebak-tebakan gambar, bongkar pasang, win lose or draw, Lego, nitendo, PS. INTERPERSONAL Mendiskusikan suatu tema dengan keluarga, membuat table permasalahan, bertanya kepada orang tentang suatu hal, mendatangi panti asuhan. MATEMATIK LOGIC Permainan yang dianjurkan adalah teka-teki, domino, dam-daman, catur, monopoli, Othello, nitendo, PS. LINGUISTIK 16
  • 17. Permainan yang dianjurkan adalah permainan kata-kata, scrabble, TTS, membuat cerita bergambar, tebakan suara bunyi. 2. Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah Munif Chatib dalam bukunya Sekolahnya Manusia, mendefinisikan special moment, saat-saat Istimewa, yaitu pengalaman dalam proses pembelajaran ketika seorang guru menemukan saat-saat yang berkesan dalam pekerjaannya. Sebuah aktivitas belajar yang mampu mengubah kesulitan pemahaman seorang siswa karena beberapa hal, menjadi mudah, dan akhirnya siswa tersebut bisa memahami dengan baik materi yang diajarkan. Deskripsi strategi pemecahan masalah kami sajikan dalam bentuk bagan agar lebih mudah di pahami. Penemuan special moment akan terus dilakukan selama anak masih dalam usia pendidikan anak usia dini. Penggambaran bagan yang bersifal loop (pengulangan) sangat sesuai dengan teori kecerdasan dengan system sentra. Pengalaman yang mengesankan didapat berdasarkan intensitas (pengulangan) dan ragam mainan (densitas) berupa jenis permainan yang disarankan. 17
  • 18. Anak dibantu menemukan potensi dalam dirinya untuk kemudian diberikan stimulasi sesuai dengan kecerdasan jamak yang dominan. Pengoptimalan potensi secara terus menerus akan memunculkan bakat yang terkadang secara kasat mata tidak terlihat. Adapun proses penemuan special moment tergambar dalam bagan berikut: Anak bermain di sentra a d Guru menuliskan Mengoptimalkan special moment melalui permainan yang disarankan b c kecenderungan anak berdasarkan kecerdasan jamak Kecenderungan anak yang muncul adalah kecerdasan yang cukup dominan pada kecerdasan jamaknya. Mengoptimalkan kecerdasan yang paling dominan nantinya akan mengangkat kecerdasan jamak lainnya dalam mendukung kecerdasan yang dominan sebagai potensi yang terasah menjadi bakat. 18
  • 19. B. Alat Pengambilan Data Karya tulis ini adalah merupakan hasil pemikiran/ gagasan/ ide yang muncul karena adanya pengalaman yang sangat menarik dan unik saat berinteraksi dengan anak saat proses belajar mengajar. Alat pengambilan data dirasa perlu dalam rangka mendapatkan data yang valid untuk selanjutnya dituangkan dalam bentuk karya tulis. Data yang diambil bukanlah data yang nantinya akan diteliti lebih lanjut ataupun berupa penelitian tindakan, namun data yang dimaksud berupa catatan harian guru yang kemudian dideskripsikan lebih jelas dengan mengaitkan dengan teori yang ada. Catatan harian guru didalamnya memuat special moment, yaitu catatan tentang perilaku anak yang sangat mengesankan dan diluar kebiasaan anak. C. Pengolahan dan Penganalisisan Data Data yang ada diolah dan dianalisis dengan beberapa teori terkait, selanjutnya diambil kesimpulan terkait dengan Pendekatan Pembelajaran Kecerdasan Jamak untuk anak usia dini( focus metode pembelajaran melalui bermain di sentra-sentra). 19
  • 20. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kekhasan/ keunikan ide/ gagasan Dalam karya tulis ini kami mencoba menghadirkan hal baru berupa GAYA MENGAJAR = CARA BELAJAR yang merupakan teori yang dihadirkan oleh Munif Chatib, penulis buku Best Seller Sekolahnya Manusia. Kelompok Bermain TOP Kids yang telah menerapkan konsep sentra seutuhnya sejak tahun 2009 (saat mendapatkan Pusat Unggulan PAUD Kecamatan) mampu menghadirkan kekhasan dalam memberikan pembelajaran. Pembelajaran di sentra mampu mengakomodir kecerdasan jamak anak usia dini, special moment adalah potret yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui keunikan anak. Setiap anak memiliki kecerdasan jamak, namun setiap anak juga mempunyai special moment yang menunjukkan kecerdasan yang lebih dominan. Catatan anekdot yang diwajibkan bagi guru lebih dimaksimalkan lagi dengan adanya catatan special moment. Memberikan potret kepada anak saat kondisi terbaik, sehingga memberikan motivasi bagi guru untuk dapat membantu anak mencapai indikator yang disyaratkan. B. Keinovasian ide/ gagasan Ide/ gagasan yang muncul terinspirasi dari keberhasilan guru SLB yang berhasil mengantarkan anak didiknya menemukan bakat yang memukau. 20
  • 21. Menggabungkan konsep pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus dengan konsep pendekatan pembelajaran kecerdasan jamak anak usia dini (focus metode pembelajaran melalui bermain di sentra-sentra), kami menghadirkan konsep “sekolahku inspirasiku”. Pembelajaran di sentra menghadirkan pembelajaran yang mampu menghadirkan inspirasi melalui special moment. Ragam mainan (densitas) yang ada dihadirkan dengan menyisipkan minimal 3 kecerdasan didalamnya. Bermain dalam satu sentra mampu menghadirkan semua kecerdasan jamak, setiap hari dari satu sentra ke sentra selalu dibayangi dengan kecerdasan jamak. Adapun mapping keragaman nampak dari tabel berikut: Ketakutan orang tua akan kebosanan anak saat menyekolahkan anak pada usia dini pun terkikis. Bermain di sentra dengan menghadirkan kecerdasan majemuk sangatlah menyenangkan, potret special moment dari guru adalah hal yang sangat mengharukan bagi orang tua. C. Kendala – kendala yang dihadapi dalam menerapkan ide/ gagasan 21
  • 22. Dalam menerapkan ide/ gagasan kendala yang paling utama adalah kemampuan guru dalam mendeskripsikan hasil pemotretan special moment. Secara lebih spesifik kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut: 1. Pola pikir guru yang belum sama tentang apa itu kecerdasan 2. Special moment kadang hanya dikaitkan dengan kemampuan kognitif saja, dengan mengabaikan aspek psikomotor dan afektif 3. Kemampuan guru dalam menuliskan special moment dan memberikan jenis permainan yang tepat 4. Pengkondisian anak dalam satu kelompok yang belum dikelompokkan berdasarkan kecenderungan berdasar kecerdasan jamak D. Faktor – Faktor pendukung dalam menerapkan ide/ gagasan Meski terdapat beberapa kendala, sebetulnya masih dapat teratasi dengan adanya faktor pendukung dalam menerapkan gagasan/ ide. Factor pendukung yang optimal dirumuskan dalam uraian berikut: 1. Semangat guru untuk terus belajar melalui beberapa media, salah satu yang sangat membantu adalah melalui bedah buku teragenda (2 pekan sekali) dengan sesame teman guru. 2. Pembelajaran anak usia dini lebih dominan pada aspek psikomotor dan afektif, sehingga meminimalkan special moment pada aspek kognitif saja 22
  • 23. 3. Kebiasaan guru menuliskan rencana pembelajaran (lesson plan) sangat membantu mengasah kemampuan dan kepekaan menghadirkan special moment yang elegan 4. Jumlah anak yang dibagi berdasarkan usia dan kelas-kelas di sentra yang mensyaratkan jumlah ideal anak 6-8, sangat membantu dalam memberikan permainan yang sesuai dengan kecenderungan anak berdasarkan keccerdasan jamak E. Tindak lanjut/ rencana desiminasi dalam menerapkan ide/ gagasan Penerapan ide/ gagasan pada karya tulis ini sudah mengagendakan tugas besar selanjutnya. Anak yang telah ditemukan special momentnya akan terus dioptimalkan sesuai dengan kecenderungan dominan pada kecerdasan jamak dengan target: 1. Anak mampu menemukan bakat dari potensi yang ditemukan melalui kecenderungan kecerdasan yang dominan 2. Anak yang telah menemukan bakatnya dapat menggali potensi berdasarkan kecerdasan yang ke dua, dan seterusnya 3. Anak berbakat dapat menjadikan bakat tersebut menjadi profesi 4. Profesi anak ketika dewasa dapat dibalut dengan bakat lain dari kecerdasan jamak 23
  • 24. BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan paparan dalam karya tulis diatas, dapat disimpulkan beberapa hal penting yang sebelumnya menjadi permasalahan dalam karya tulis ini.Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Banyaknya anak berpotensi yang terakomodir dengan pendidikan yang tepat akan menjadi anak yang berbakat 2. Mengoptimalkan potensi anak dalam rangka menemukan bakat yang akan bermanfaat dalam kehidupan anak ketika mereka dewasa, karena bakat dapat dijadikan sebagai profesi 3. Potensi anak yang muncul dikembangkan dengan cara yang tepat sehingga tidak lagi muncul istilah “anak nakal” namun diganti dengan istilah “anak berbakat” B. Rekomendasi Berdasarkan penyusunan karya tulis ini, melalui ide/ gagasan yang kami paparkan terkait dengan Pendekatan Pembelajaran Kecerdasan Jamak Anak usia Dini (focus metode pembelajaran melalui bermain di sentra-sentra) kami rekomendasikan hal-hal berikut: 1. Dinas Pendidikan, dalam tulisan ini kami menghadirkan istilah baru yaitu POTENSI dan BAKAT yang sebetulnya sangat penting untuk 24
  • 25. ditindaklanjuti mengingat banyaknya tantangan di lapangan saat mengaplikasikan beberapa teori yang ada. Fasilitasi dari Dinas Pendidikan sangat diharapkan dalam rangka mensosialisasikan istilah dimaksud kepada lembaga PAUD yang ada di Indonesia. 2. Pemerhati Pendidikan, kami menyampaikan beberapa hal penting terkait Pendidikan Anak Usia Dini khususnya cara TEPAT dalam menggali potensi agar terasah dan dapat muncul sebagai bakat. 3. Pendidik PAUD, karya tulis ini ditulis berdasarkan pengalaman dalam menerapkan beberapa teori yang ada. Beberapa hikmah dapat diambil dan dijadikan sebagai bahan pembanding dalam mendidik anak usia dini. 4. Orang tua, kami menganggap orang tua adalah mitra yang sangat efektif dalam mendidik anak usia dini. Beberapa pengalaman kami dalam berkomunikasi dengan orang tua, mengindikasikan bahwa setiap anak memang berbeda. Anak memiliki kecerdasan majemuk yang berbeda pada titik optimalisasinya, ada yang unggul dalam hal naturalistik atau mungkin dalam musikal dan jenis kecerdasan yang lain. 25