SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  16
Télécharger pour lire hors ligne
P U B L I K A S I JARINGAN KERJA PEMETAAN P A R T I S I P A T I F
E 0 I S I A P R I L 1 9 9
D i t e r b i t k a n O l e h ;
Jaringan Kerja
Pemetaan Partisipatif
Penanggung Jawab:
Restu A c h m a l i a d i
Redaksi;
A r i a n t o Sangadji
Kristianus A t o k
Ketut D e d d y
Longgena G i n t i n g
Restu A c h m a l i a d i
E d i t o r :
M o h a m m a d D j a u h a r i
d a r i r e d a k s i
KABAR J K P P D I D U K U N G OLEH BSP - K E M A L A I N D0N ES I A
d a f t a r i s i k a b a r
i n d e k s 9 8 0 1
Sejarah Pemetaan dan Partisipasi Politik
i n d e k s 9 8 0 2
Pemakaian Datum di Indonesia
Pelatihan Inventorisasi Partisipatif
i n d e k s 9 8 0 3
Daftarlstilah TatagunaTanah
di Indonesia
Muncul Kembali
Edisi pertama Kabar JKPP terbit September 1996,
Akan tetapi, setelah itu, Kabar JKPP tidur panjang, Seperti
Putri Salju yang mati suri, tidur terlelap, menunggu sang
pangeran datang mencium dan membangunkannya.
Draft edisi kedua Kabar JKPP ini sebenamya sudah
cukup lama dipersiapkan; hampir satu tahun, Akan tetapi,
seperti biasa, banyak kendala yang menghalangi penerbtannya,
Semoga pada masa selanjutnya Kabar JKPP bisa rutin hadir
di hadapan para pembaca, Selama tahun 1998 direncanakan
4 edisi Kabar JKPP akan terbit, Pada edisi kedua ini, sebagian
besar isi Kabar JKPP berkaitan erat dengan teknis pemetaan,
Belum banyak hal baru, khususnya tentang perkembangan
pemetaan partisipatif di Indonesia, Pada edisi-edisi berikutnya
kami berharap bisa menyajikan tulisan-tulisan yang bervariasi,
Kami mengundang para pembaca untuk menyumbangkan
tulisan, ide-ide kritis tentang pemetaan partisipatif,dsb,
Redaksi
Sejarahpemetaan &
Partisipasi PolitikOleh Martua Sirait & Sandra Moniaga
S
ebelum kenal
tuiisan, nenek
moyang kita
menggunakan
informasi lisan
dalam setiap
pekerjaannya.
Akan tetapi budaya itu sering kali sulit
untuk dapat dipertahankan lagi sekarang
ini. Dominasi tulisan latin yang begitu
kuat memaksa kita memahami baca-tulis,
Begitu pula dengan peta mental yang ada
di dalam bayangan kita tidak lagi dapat
dipertahankan tanpa bantuan gambar
peta. Dominasi kartografi modern
sebagai bagian dari budaya tulisan
menganjurkan kita untuk dapat
membaca dan membuat serta
mengkomunikasikan tata ruang kita,
Disisi lam, seperti juga tulisan dan
informasi lainnya. sejarah menunjukkan
bahwa pemetaan bukanlah kegiatan yang
bebas nilai. Pada kenyataannya peta
dapat menjadi alat kontrol. perencanaan,
pengorganisasian sampai pada alat
pemberdayaan masyarakat.
Sejarah Pemetaan
Peta tertua yang "diketahui" dan dapat dijumpai
sekarang ini, berumur kira-kira 5 abad beaipa piringan
tanah liat berbentuk kota Mesopotamia. Peta ini
menunjukkan gunung-gunung, lembah sungai,
peaimahan dan saluran irigasi. Ini membuktikan bahwa
peta sudah sejak lama dikenal manusia dan digunakan
sebagai alat pengelolaan suatu wilayah, Sementara
masyarakat di Asia Tenggara, dalam hal ini Kerajaan
Slam (sekarang Thailand) lebih mengenal peta
kosmologi yang membagi ruang menjadi tiga bagian;
dunia atas atau khayangan, dunia tengah tempat
manusia hidup dan dunia bawah sebagai neraka, Peta
ini digambarkan dalam bentuk seekor kura-kura ,
Hubungan manusia dengan dewa-dewa serta dengan
arwah leluhur menjadi lebih penting dibandingkan
hubungan antar kelompok manusia,
Dengan berkembangnya hubungan antar
kerajaan maka berkembang peta diagram untuk
menjelaskan kekerabatan hubungan antar kerajaan
di Asia Tenggara, Peta diagram ini tidak berskala,
tetapi jelas menunjukkan arah datangnya kerabat
tersebut dan bagaimana hubungan kekerabatan antar
kerajaan itu terjalin, Akan tetapi peta diagram ini
hanya dimiliki oleh para kerabat kerajaan,
Sedangkan masyarakat umum menggunakan
peta mental untuk menjelaskan seluruh hubungan
dengan tata ruang di sekitarnya, Peta menjadi tidak
tergambar dan merupakan pemahaman masing-
masing pribadi atas realitas alam dan hubungan
pengelolaan dan kepemilikannya, Peta mental tidak
seragam tetapi mempunyai kesamaan dan masih dapat
jelas dipahami sampai sekarang pada masyarakat-
masyarakat adat di Indonesia,
Dengan digunakannya untuk pertama kali garis
lintang dan bujur pada tahun 1477 maka dimulailah
titik awal berkembangya kartografi modem sejalan
dengan pergerakan kolonialisme negara-negara Eropa,
Pada saat itu peta menjadi alat pemerintah untuk
memetakan wilayah jajahan sebagai wilayah
kekuasaannya, Peta tersebut membatasi wilayah
jajahan lainnya dan menunjukkan sumber daya apa
yang ada di dalam wilayahnya, Periombaan pemetaan
berlangsung terus sampai seluruh muka bumi
terpetakan dan secara otomatis pula menjadi bagian
kekuasaan si pembuat peta.
Belanda, saat di Indonesia cukup gencar
memetakan selunjh wilayah Hindia Belanda dengan
mengirimkan bertiagai ekspedisi ke seluruh pelosok
Indonesia sebagai pembuktian kekuasaanya pada dma
internasional. Pada wilayah-wilayah yang diduga
mempunyai potensi tambang dan sumber daya alam,
dan untuk memudahkan pembangunan sarana
transportasi. Pemerintah Belanda memprioritaskan
pembuatan petanya, seperti Pulau Jawa , Madura
untuk transportasi dan pesisir Kalimantan Timur,
Sumatera Barat untuk pertambangan dan sumberdaya
alam lainnya. Peta-peta Belanda sebagian tersimpan
di Museum Geologi Bandung dan sebagian besar
lagi tersimpan di museum Belanda.
Dalam salah satu perjalanan ke wilayah
Mahakam di tahun 1990 untuk mengunjungi PT Kelian
Equatorial Mining (KEM) (Kismanto dan Martua Sirait
dari Plasma, Mering Ngo dari Minguan Prospek,
Ayi Vivananda dan saya dari sekretanat WALHI)
I n d e k s : 9 8 0 1
B l
Proses Penyederhanaan
A2
A l
Ruang,manusia dan
Sumberdaya Alam
Manipulasi Data Q
B2 B3 PETA
Pembuat
Peta+Kepentingan
D I Pemahaman
D2
Pengguna Peta
Gambar 1 . Generalisasi Peta
Sumber: Kolaeny 1969 pada Wwichakull994
Ket:
Al, Konsep Realitas menurut
pembuat peta
A2, Konsep realitas menurut
pengguna peta
Bl, Pembuat peta menyederhanakan
sesuai dengan kepentingarmya
B2, Pembuat peta yang berbeda
dengan kepentingan yang berbeda
B3, Memanipulasi data supaya dapat
masuk ke dalam peta
C, Hasil Peta
DI, Peta yang dapat dipahami
pengguna peta
D2, Pengguna peta menterjemahkan
peta
A1-A2, Transformasi atau proses
interpretasi
menemukan satu peta wilayah adat atas
kampung Tering Lama yang disimpan oleh
Kepala Adat Tering Lama. Dan menurut
beliau, seorang kepala adat Suku Dayak
Bahau, bahwa peta tersebut dibuat di
Belanda tetapi pada tahun 70an direvisi
setelah adanya kesepakatan untuk pengembangan nesia, tetapi sampai tahun 1993 belum berhasil. Baru
proyek teransmigrasi. Yang menarik peta tersebut pada tahun 1993 tersebut, saya melihat peta tua
ternyata hanya disimpan oleh si "kepala adat", dan lagi atas wilayah adat masyarakat adat Bentian dan
"berhasil" digunakan untuk "menjual" dan atau kawan-kawan di PL^SMA dan Lembaga Bina Benua
"menuntut ganti rugi" atas sebagian wilayah adat Puti Jaji dalam proses advokasi atas kasus Bentian.
mereka yang diperlukan oleh PT Kelian Equatorial Dalam proses pencarian ini, saya mendapat informasi
Mining (PT KEM), salah satu pemegang hak dar Sdr Mering Ngo bahwa sebagian besar dan peta
penambangan emas Kaltim. tua ini ada di arsip kantor Bupati, tetapi untuk wilayah
Berangkat dari penemuan peta tersebut, dan Kapuas Hulu data-data ini sudah "hilang terbakar".
fakta tentang 'keampuhan' nya sebagai alat bukti akan Tidak jelas apakah disengaja atau tidak. Tidak jelas
kepemilikan wilayah adat dan sifat dinamis dari peta juga bagaimana untuk kabupaten lainnya. Mering
wilayah adat saya mulai mencari tahu lebih jauh lagi menduga bahwa arsip asii masih tersimpan di Belanda.
tentang keberadaan peta-peta semacam peta wilayah Pemetaan modern berkembang terus dengan
adat Tering Lama untuk wilayah-wilayah adat lainnya bantuan penginderaan jauh sehingga pekerjaan
di Kalimantan maupun du wilayah lainnya di Indo- pemetaan di lapangan semakin mudah dan semakin
cepat. Setelah kemerdekaan, In-
donesia tetap menggunakan peta-
peta Belanda sebagai dasar
pengelolaan wilayah. Peta tahun
1960an jawatan Topography AD
bekerjasama dengan Departemen
Pertahanan Amerika Serikat
memetakan seluruh wilayah Indonesia dengan skala
1:250.000 dan gans tinggi 250 meter (JOG, Joint
Operation Graphic) dan skala 1:500.000, garis tinggi
250 meter (TPC, Tactical Pilot Chart). Peta JOG
inilah yang secara umum dipakai hampir setiap
departemen di Indonesia untuk merencanakan
kegiatannyatermasukTGHKpadatahun 1984. Tahun
1972 Jantop-AD menambah peta-petatersebut denga
data-data baru dan memproduksi peta Pulau Jawa
1:50.000 dan Luarjawa 1:250.000 dengan ganstin^i
100 meter Pada tahun I980an pembuatan peta
dasar dialihkan ke Bakosurtanal dengan membuat peta
lebih detail dengan bantuan GIS dan alat bantu
lapangan GPS, Sedangkan departemen-departemen
yang ada bekerja sama dengan konsultan membuat
peta sektornya masing-masing; pertambangan,
transmigrasi dan sebagainya.
Masyarakat membuat peta wilayahnya dengan
menterjemahkan m e n t a l m ^ g mereka miliki
kepada suatu peta moderen berskala, bergaris tinggi
lengkap dengan perencanaan tata ruang serta sumber
daya alam di wilayahnya. Terlihat dari mntutan sejarah
bahwa peta moderen tidak dibuat dan dipakai oleh
pemerintah saja tetapi juga swasta dan masyarakat
membuat petanya masing-masing. Kenyataanya ini
dipertegasoleh ketua Bakosurtanal bahwa peta bukan
hanya milik pemerintah tetapi dapat dibuat dan dimiliki
oleh setiap orang; swasta, universitas dan masyarakat.
Peta Sebagai Alat Penguasa
Bentuk kepulauan Nusantara yang memanjang
dari Sabang sampai Merauke sangat jelas di benak
kita. Bila kita melihat peta buatan Jean Guerard dengan
nama "Carte Universille Hydrographique" yang dibuat
oleh Departemments des Cart;es et Plans tahun 1634
kita akan berkata; Mengapa Pulau Jawa bentuknya
begitu? Mengapa semananjung tidak teriihat? Begitu
juga dengan Pulau Sulawesi, mengapa teluk Tomimi
menjadi begitu? Mengapa kepala bumng Irian (Fak-
fak) tidak teriihat seperti kepala burung? Bagaimana
dengan beribu-ribu hektar tanah masyarakat yang tidak
tergambar disana? Jawabnya mungkin karena teknologi
pemetaan pada saat itu belum begitu canggih untuk
menggambarkan peta dengan akurat.
Sebagaimana kita sadari, bahwa peta tidak
menjadi alat yang netral lagi. Pemerintah, swasta
dan masyarakat mempunyai kepentingan pada setiap
lekukan bentuk daratan maupun lautan. Maka ada
baiknya kita pahami proses generalisasi pada suatu
pembuatan peta (liahat Gambar I).Sumber: Kolaeny
1969 pada Wnichakul 1994.
Dari gambar I, jelas bahwa peta sangat
tergantung pada pembuatnya dan juga pada
penggunanya apalagi bila peta ini digunakan sebagai
alat perencanaan pegelolaan sumberdaya alam di
tingkat lokal. Akan jelas kepentingan siapa yang
terakomodir? Kepentingan masyarakat atau
kepentingan pemerintah? Sebagai contoh kasus
dijabarkan di bawah ini perencanaan pengelolaan
sumberdaya alam yang dilakukan dengan inisiatif
pemerintah (TapangSambas-Kemayau, Sanggau), Lihat
tabel I.
Dari beberapa perijedaan pendekatan tadi
sangatjelas bahwa kegiatan inisiatif-pemerintah ternyata
lebih menekankan pada pendekatan tujuan (goal ori-
ented) sedangkan kegiatan inisiatif-masyarakat lebih
merupakan pendekatan proses (process oriented).
Hal ini teriihat dengan waktu pendek yang dipaksakan
untuk menyelesaikan keseluruhan proses yang cukup
kompleks. Dinamika yang kompleks pada masyarakat
tidak menjadi prioritas bagi pemerintah untuk
dipahami. Sedangkan konsep kritena lahan yang
ditawarkan proyek merupakan tawaran baku dan
seragam untuk diterapkan pada keseluruhan proyek
dengan bergantung pada peraturan dan konsep yang
telah ada sebelumnya (TGHK).
Prioritas pemerintah adalah; terjawabnya
keterbatasan bahan mentah, tidak adanya lehan
menganggur dan terjadi intensifikasi pertanian.
Sehingga validasi tata guna lahan desa dalam suatu
acara "adat" dimana sanksi yang jelas pula dijabarkan
disana menjadi penting. Pendekatan-pendekatan ini
tidak mengakomodir dinamika, kompleksitas daj
fleksibilitas kenyataan di lapangan sehingga kesalahan
pendekatan ini periu untuk diwaspadai dan tidak
terulang pada kegiatan-kegiatan berbasis kerakyatan
lainnya.
Pengelolaan Sumberdaya Alam
Sebagai Partisipasi Politik
Sebelum beriakunya UUTR No.24 Tahun
1992, Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) menajdi
sangat dominan terhadap perencanaan tata ruang
pedesaan di Indonesia. Dimana 75% luas daratan
Indonesia ada di bawah kontrol Departemen
Kehutanan. Sifat TGHK yang unisektoral dan berdasar
pata peta JOG I : 250.000 tidaklah dapat diandalkan
untuk menyelesaikan konflik tata guna lahan di In-
donesia. Dengan beriakunya UUTR No.24 Tahun
1992 dimana perencanaan tata'ruang wilayah dilakubn
di tingkat nasional, propinsi, kabupaten serta Instruksi
Menten Dalam Negeri N0.46 Tahun 1994 tentang
Pemasyakatan Pola Tata Desa menugaskan kecamatan
serta desa untuk membuat perencanaan tata ruang
wilayahnya.
Saat ini hampir selumh propinsi telah selesai
dengan perencanaan tata ruang wilayahnya dan
sebagian kabupaten sudah selesai dengan perenanaan
tata ruangnya untuk lima tahun ke depan. Tetapi
belum banyak kecamatan apalagi desa yang mampu
merencanakan tata ruangnya. Ini merupakan salah
satu peluang yang harus direbut oleh masyarakat untuk
lebih dahulu melaksanakan pemetaan serta
perencanaan tata ruang wilayahnya dalam bentuk
wilayah desa atau wilayah adat. Peta ini sehanjsnya
menjadi alat bagi masyarakat untuk melindungi
kepentingannya. Sehingga pada akhirnya nanti
masyarakat lokal ikut terlibat langsung dalam
perencanaan tata ruang wilayah kecamatannya
maupun wilayah kabupatennya.
Penutup
Kenyataan bahwa dorongan kartografi
moderen yang begitu kuat memaksa masyarakat
umum untuk memahaminya kalau tidak mau hanyut
ditelan arus modernisasi. Seperti juga peta kosmologi
dan peta mental yang menjadi milik masyarakat umum,
maka peta moderen adalah penting menjadi milik
masyarakat yang dapat dan dijangkau setiap lapisan
masyarakat.Tabel I. Perbandingan Pendekatan
Pemerintah dan Masyarakat dalam Perencanaan Tata
Ruang
Insiatif Pemerintah
Keterlibatan Pemerintah
Swasta
Masyarakat
Cakupan Peta
Lama Pemetaan
Teknik Pemetaan
Katagori Lahan
Kreteria Lahan
Pengelolaan Lahan
Partisipasi
Masyarakat
Kontrol Masyarakat
terhadap hasil peta
Wilayah administrasi desa
Sdesa
Hampirsama dengan TGHK
unisektoral (kehutanan)
Penyampaian informasi
(token participative)
Rendah
I n d e k s : 9 8 0 1
Insiatif Masyarakat
Masyarakat
Wilayah ditentukan sendiri
Ditentukan oleh masyarakat
Pengumpulan dan
pengolahan data oleh
masyarakat
Penugau / pemukiman
Paya/rawa
Uma Bukit / ladang
Babas/ bera ladang
Getah / kebun karet
Temawang /
TembawangEngkabang /
kebun Tengkawang
Gerupung /kebun buah
Rimak/ hutan tutupan
Lokal
Tersebar
Kemitraan dan
pendelegasian
Tinggi
3 bulan terus- menerus
pada 59 pemukiman
bersamaan
Pengumpulan data oleh
masyarakat dan
pengolahan data oleh
proyek
Usaha Tani Hutan
Menetap
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Lindung
Menjadi satu kesatuan
Validasi Peta Upacara adat "Ngudas'
(simbolik)
Baku
Menjadi bahan diskusi
Fleksibel
^ 3 # «
Pemakaian Datmn
di Indonesia
Oleh Y. Ketut Deddy Muliastra
B
ila mata anda
ditutup dan
dipindahkan
dari tennpat
anda biasa
hidup ke suatu
tempat yang
tidak anda ketahui, kemudian setelah sampai di tujuan
tuiup mata anda dibuka, lalu apa yang anda rasakan ?
Anda pasti merasa kehilangan onentasi dan muncul
pertanyaan di mana saya berada ? Berapa jauh saya
sekarang berada dan tempat asal saya ? Di mana letak
saya (ke arah utara ? selatan ? tenggara ? atau yang
lam ?) dan tempat asal saya'
Tempat asal anda berfungsi sebagai referensi
untuk mengetahui di mana anda sekarang berada. Bila
kemudian anda bercerita tentang letak suatu tempat
kepada orang lain dan anda mendeskripsikan tempat
rt;u terhadap tempat asal anda, sedangkan orang yang
anda ajak bicara tidak tahu di mana tempat asal anda
tersebut, maka apa yang terjadi ? Tentu saja orang
yang anda ajak bicara mengerti apa yang anda maksud,
tetapi bingung di mana lokasi yang anda ceritakan.
Beruntung bila yang mendeskripsikan lokasi tersebut
adalah manusia sehingga dapat bertanya lebih lanjut
bila ingin lebih jelas. Tetapi bagaimana kalau deskripsi
lokasi tergambar dalam peta ?
Referensi dibutuhkan untuk memperjelas
6
deskripsi suatu tempat yang tergambar dalam peta.
Referensi ini sangat erat kaitannya dengan sistem
koordinat yang biasa kita dapat dalam pelajaran
matematika. Bila kita berbicara mengenal jarak suatu
tempat dari tempat yang lain, kita bisa memakai sistem
koordinat satu dimensi, sedangkan bila ingin tahu
arahnay maka kita akan memakai sistem koordinat dua
atau tiga dimensi. Kita tidak akan puas dengan sistem
koordinat tersebut bila yang kita gambarkan adalah
bumi yang besar dan berbentuk bulat telur Tentunya
akan diari dengan perhitungan yang njmit untuk sistem
koordinat yang cocok untuk kasus tersebut. Sistem
koordinat yang dipilih untuk mendeskripsikan lokasi
yang tergambar di peta ini disebut sebagai sistem
referensi.
Sistem Koordinat Geografis/
Geodetis
Sustu sistem referensi yang sangat terkenal
adalah sistem koordinat geografis atau sering juga
disebut sistem koordinat geodetis. Sistem koordinat
ini dikembangkan oleh Greenwich (dari Inggris) yang
membagi bumi menjadi dua bagian irisan yaitu irisan
melintang yang disebut garis lintang mulai dari
katulistiwa (equator), membesar ke arah kutub (utara
maupun selatan), sedangkan yang lain membujur mulai
dari garis Greerwich (dekat Inggris karena Greenwich
berasal dari Inggris), membesar ke arah barat dan timur
Satuan skala koordinat dibagi dalam derajat dari lintang
0° sampai 90° dan bujur 0° sampai 180°. Sistem ini
juga sangat terkenal untuk pembagian sistem waktu
internasional. Karena itu sistem ini sangat banyak
digunakan dalam navigasi dan deskripsi suatu
tempat.Gambar I. Sistem Koordinat Geografis /
Geodetis.
Koordinat ini biasa d^ulis atau disebutkan dalam
satuan derajat, menrt, dan detik. Misalnya I °00'30"
LU (lintang utara) dan I I5°03'00'BT (bujur timur).
Nilai I menit sama dengan 60 detik dan I derajat sama
dengan 60 menit. Kadang-kadang dalam perhitungan
dibutuhkan angka satuan derajat dalam desimal,
sehingga satuan menit dan detik harus dikonversi ke
satuan desimal dengan cara;
Derajat + (menil/60) + (detik/3600)
Misalnya I W 3 0 " = I + (0/60) + (detik/3600) =
1.00833333333 derajat.
Datum
Pemakaian sistem koordinat geografis atau
geodetis memakai bidang matematis yang berbentuk
bulat telur, yang disebut ellipsoid (seperti teriihat pada
gambar I). Bentuk bumi sebenarnya tidak sehaluse/-
lipsoid, tetapi untuk memudahkan perhitungan
matematis, maka dipilih bentuk effipsoid ini sebagai
bentuk yang mewakili bentuk bumi.
Referensi ketinggian yang paling umum
digunakan adalah ketinggian di atas pennukaan laut rata-
rata. Perkembangan sistem referensi tinggi
menggunakan geoid, yaitu permukaan potensial yang
sama (equipotensia!) yang melalui permukaan air laut
rata-rata ke daratan. Sehingga dengan geoid bisa
diperkirakan secara matematis bentuk bumi dan tinggi
suatu tempat di mana saja terhadap geoid ini (yang
secara teoritis sama dengan tinggi air laut rata-rata).
Walaupun bentuk bumi bisa ditentukan dari geoid,
perhitungan untuk sistem referensi horisontal sangat
I n d e k s : 9 8 0 2
rumit bila menggunakan geoid ini sebagai bentuk dasar,
sehingga sistem referensi horisontal dipisahkan dengan
sistem referensi vertikal. Akibatnya, untuk
mempertahankan ketelitian hitungan dengan
perbedaan sistem referensi ini, setiap negara memilih
satu titik yang dijadikan titik acuan di mana antara ellip-
soid dan geoid berhimprtan. Titik acuan ini yang disebut
dengan datum horisontal. Datum sebagai referensi
acuan koordinat sehingga ada dua datum, yaitu datum
vertikal dan datum horisontal. Datum vertikal vertikal
yang dipakai di seluruh dunia untuk kepentingan praktis
hampir sama yaitu geoid. Geoid ditentukan dengan
perhitungan teoritis matematis dengan menggunakan
data gaya berat. Padahal tidak semua tempat te^edia
data gaya berat sehingga tidak semua tempat bisa
ditentukan geo/d-nya. Seringkali dalam prakteksehari-
hari ^oid disamakan dengan air laut rata-rata (atau msl
atau dpi). Kadang-kadang dalam peta disebutkan da-
tum vertikal yang memakai ellipsoid, Harus hati-hati
dengan pemakaian datum tersebut. Datum vertikal
untuk kepentingan praktis biasanya dipakai ketinggian
di atas geoid karena air akan mengalir dari tempat tinggi
ke tempat yang rendah (ke laut), sedangkan bila
memakai ketinggian di atas ellipsoid, belum tentu air
mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah (lihat
seperti gambar 2, perbedaan ellipsoid dan geoid di
mana kedua referensi tersebut tidak sama).
Datum yang dipakai di setiap negara tersebut
disebut datum lokal, Sistem pengukuran posisi dengan
satelit, seperti GPS dan Doppler, memakai satu sistem
datum global yang pemilihan effipsoid berdasarkan
pengukuran astronomis, Doppler menggunakan
NWL-9D dan GPS menggunakan WGS-84, Yang
membedakan ellipsoid satu dengan yang lain adalah nilai
sumbu panjang (a), nilai sumbu pendek (b), dan nilai
pipih atau flattening (f),Gambar 2, Blipsoid, Geoid, dan
Pemnukaan Bumi.
Pada jaman penjajahan, orde lama, dan
U t a r a
S e l a t a n
Gambar. 1
Gambar. 3
keterangan gambar
Gambar.l, Sistem koordinat
Geografis/Geodetis
Gambar.2, Ellipsoid, Geoid dan
Permukaan Bumi
Gambar.3, Ellipsoid
pemnulaan orde baru, Indonesia menggunakan beberapa datum lokal dengan menggunakan ellipsoid Bessel 1841.
Sangat sulrtnya mengukur posisi antar pulau mengakibatkan tidak bisa mengukur koordinat trtik-titik kontrol dalam
satu sistem nasional, Teknologi pengukuran untuk pemetaan masih terbatas pada waktu itu. Padatahun 1970-an
dipikirkan untuk membuat satu sistem nasional yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. Pada saat itu teknologi
satelit Doppler memungkinkan untuk mengukurtirik-titik kontrol nasional. Penyatuan sistem ini abn mengefisienkan
pekerjaan pemetaan di Indonesia. Untuk itu ditentukan titik yang dianggap berhimpit antara geoid dan ellipsoid
GRS-1967 yang dianggap cocok mewakili wilayah Indonesia. Titik tersebut terletak di Padang dan disebut Indo-
nesia Datum- l974(ID-74).
Koordinat yang tergambar pada peta akan mengacu pada datum yang dipakai pada waktu peta tersebut
dibuat. Penggabungan infonmasi yang bersumber dari beberapa peta sudah tentu harus memperhatikan datum
yang dipakai dan juga hasil pengukuran GPS harus ditransformasikan ke datum yang digunakan atau diset, dengan
memasukkan parameter transformasi yang diberikan di bawah, pada alat GPS supaya hasil ukuran mengacu pada
datum yang dipilih. Untuk menyatukan sistem referensi satu dengan yang lainnya sering dipakai transformasi
koordinat metode Molodensky. Beberapa parameter untuk transfomnasi tersebut disediakan untuk mempennudah
transformasi koordinat tersebut. Akhir-akhir ini peri<embangan teknologi satelit Navstar GPS untuk mengukur
posisi sangat populer, sehingga tersedia parameter-parameter transfonnasi dari sistem GPS ke datum lokal.
Daftar Ellipsoid yang Dipakai di Indonesia
Ellipsoid Sumbu Panjang (a) Sumbu Pendek (b) Flattening (f)
Bessel 1841 6.377.397,2 meter 6.356.079,0 meter 1/299,15
GRS-67 6.378.160,0 meter 6.356.774,5 meter 1/298,247
N W L - 9 D 6.378.145,0 meter 6.356.759,769489 meter 1/298,25
W G S - 8 4 6.378.137,0 meter 6.356.752,314 meter 1/298,257223563
Daftar Parameter Transformasi dari Datum WGS-48 ke Datum Lain yang Dipakai di Indonesia
Datum Delta a (m) Deltaf(IO ^X) Delta X(m) Delta Y (m) Delta Z (m)
N W L - 9 D -23 -0,001 14930 0,0 0,0 4,5
I D - 7 4 (Padang) -23 -0,001 14930 -24 -15 5
Genuk (jawa) 739,845 0,10037483 - 3 7 7 681 -50
M o n c o n l o w e (Sulawesi) 739,845 0,10037483 Tidak tersedia T d a k tersedia Tidak Tersedia
Bangka dan Belitung 739,845 0,10037483 -384 6 6 4 -48
Gunung Segara 739,845 0,10037483 -403 6 8 4 41
(Kalimantan bagian T e n g;ara)
D a t u m D e m p o 739,845 0,10037483 Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak Tersedia
(Sumatra Selatan)
Bukit Serindung 739,845 0,10037483 Tidak tersedia Tidak tersedia T d a k Tersedia
(Kalimantan Barat)
I n d e k s : 9 8 0 2
Pelatihan Invetorisai Partisipatif
Antara tanggal 1 dan 13 Desember 1997 berlangsung Lokakarya Pelatihan
Inventarisasi Partisipatif (LPIP) di Samarinda. Peserta LPIP adalah aktivis dari
berbagai Ism yang memiliki perhatian terhadap isu-isu sistem pengelolaan hutan
yang dikembangkan oleh masyarakat. Peserta yang mengikuti LPIP adalah aktivis
dari Ism-lsm berikut: SHK-Kaltim, WWF-Lorentz, WWF-Kayan Mentarang, Watala
(Lampung), Yayasan Tanah Merdeka (Palu), Plasma, Walhi KalseL YKPHM (Irian),
SHK-Kalbar, PPSDAK-Pancur Kasih (Kalbar), Latin (Bogor), Lembaga Adat Asmat, dan
Bikal.
Metode inventarisasi hutan bukanlah hal baru di dalam dunia kehutanan.
Setiap rencana eksploitasi hutan selalu menyert;akan hasil inventarisasi potensi
hutan sebagai dasar rencana penebangan hutan. Akan tetapi inventarisasi
partisipatif adalah hal yang baru. Inventarisasi partnsipatif berpengertian luas,
tetapi bisa diartikan sebagai suatu kegiatan inventarisasi yang dilakukan
masyarakat untuk menghitung potensi hutannya sendiri.
Inventarisasi partisipatif, sebagai sesuatu yang baru, tentunya memerlukan kajian yang kritis di
masa mendatang; apa keuntungan dan kerugiannya; apakah perlu dikembangkan di masa mendatang; dsb.
Di dalam proses pelatihan ternyata sangat teriihat perbedaan yang tajam pada studi kasus yang dikaji
(Kalbar, Kaltim, Sulteng). Kondisi permasalahan yang berbeda memerlukan pendekatan inventarisasi yang
berbeda. Kajian terhadap inventarisasi partisipatif, baik filosofi, metodologi dan efeknya, perlu dilakukan
terus.
Ide dasar inventarisasi partisipatif cukup menarik. Dengan inventarisasi partisipatif masyarakat,
sebagai komunaL bisa mengetahui potensi alam yang dimilikinya. Informasi tentang potensi alam ini
bisa dipergunakan sebagai alat negosiasi apabila terjadi perubahan kebijakan tentang pemanfaatan ruang
di suatu wilayah; misalnya perkebunan besar, HTI, dsb. Akan tetapi, kalau tidak hati-hati, informasi hasil
inventarisasi part;isipatif bisa menjadi bumerang bagi masyarakat. Untuk menghindari hal ini, masyarakat
sendiri lah yang menentukan jenis potensi alam yang akan diinventarisasi. Informasi yang memang ingin
disimpan oleh masyarakat sebaiknya tidak perlu diinventarisasi. Masyarakat juga bertindak sebagai
pengontrol pemanfaatan informasi hasil inventarisasi.
Metode dan teknik inventarisasi partisipatif tidaklah terlalu rumit. Teknik inventarisasi
partisipatif cukup mudah untuk diadopsi oleh masyarakat. Fleksibilitas metode sangat besar; tergantung
kemauan masyarakat. Tetapi inventarisasi partnsipatif memerlukan curahan tenaga masyarakat yang cukup
besar. Manfaat hasil inventarisasi partisipatif tentunya harus seimbang dengan curahan tenaga yang
diperlukan. Rencana pemanfaatan hasil inventarisasi yang tajam sangat diperlukan agar "kerja berat"
yang dilakukan bisa dirasakan manfaatnya.
Selama pelatihan dan diskusi analisis studi kasus para peserta merasakan perlunya menggali
informasi-informasi lain di dalam masyarakat, selain informasi-informasi hasil inventarisasi partisipatif.
Misalnya informasi-informasi tentang pengetahuan ekologi asli masyarakat (Indigenous Ecological
Knowledge), Ethnobotany, dsb.
PLASMA
Jl. Tekukur No. 5
Samarinda 75117 - Kaltim
Telp./Fax: (0541) 37934
e-mail; danum@smd.mega.net.id
SekretariatJKPP
Jl. Citarum Blok B. XI/12
Kompiek Bogor Baru
Bogor - 16152
Telp. (0251) 379143
Fax. (0251) 379825
e-mail; jkpp@indo.net.id
9
Daftar Peristilahan Tataguna
Tanah di Indonesia
Oleh Arif Wicaksono
A
Absolute products atau
produk pertanian:
Produk yang berasal dari sektor
pertanian yang tidak diperoleh dengan
cara menebang pohon. Termasuk dalam
sektor pertanian dalam hal ini adalah
tanah kering tanaman semusim,
pertanian tanah sawah, kebun
pekarangan dan perkebunan.
Absolute protection
forest atau hutan
lindung mutlak :
Hutan yang di dalamnya tidak
diijinkan adanya pengambilan hasil
hutan.
Agro-industry atau
agro-industri atau
industri pertanian:
Jenis industri yang memproses
hasil pertanian, perkebunan dan/atau
kehutanan. Agro industri dalam kontek
ini meliputi - sebagai contoh - gudang-
gudang tempat pengumpulan,
pengeringan dan penimbangan teh,
tembakau, dsb; tempat penggergajian,
tetapi juga termasuk pra-pengolahan
lateks, pabrik pengalengan nenas, dsb.
Airport complex atau
kompiek lapangan
terbang:
Kompiek lapangan terbang
terdiri dari lapangan itu sendiri (yaitu
landasan dan tempat parkir pesawat)
temnasuk semua fasilitas terkait lainnya,
seperti terminal penumpang, ruang
parkin hanggar pesawat, restoran,
perumahan pegawai, dsb. Umumnya
fasilitas ini tergabung dalam satu
kompleks; pada dasarnya informasi
dapat diperoleh dari peta topografi.
Alley cropping atau
budidaya lorong:
Pengaturan ruang penanaman
tanaman pangan di antara pagar
tanaman beri<ayu atau lajur-lajur belukar
dan/atau antara pohon yang secara
periodik dipangkas untuk mencegah
naungan antara tanaman.
Animal husbandry atau
peternakan:
Sistem pertanian di mana
binatang peliharaan menghasilkan
produksi untuk dikonsumsi dan/atau
untuk memperoleh pendapatan.
Associated use atau
penggunaan gabungan
atau asosiasi
penggunaan:
Jenis penggunaan padasebidang
tanah tertentu di mana penggunan
tersebut bukan merupakan penggunaan
utama pada bidang tanah itu. Pada
umumnya bentuk asosiasi penggunaan
tanah memberikan sumbangan
terhadap produksi total tanah, baik
untuk konsumsi sendiri atau melalui
penjualan di pasar Penggunaan
gabungan tidak dipertimbangkan dalam
kelasifikasi penggunaan tanah untuk
sebidangtanah tertentu,tetapi ini dicatat
dalam lembar data lapang. Sebagai
contoh adalah; pemeliharaan ikan pada
areal persawahan atau penggembalaan
temak setelah tanaman selesai dipanen.
Avenue cropping atau
tanaman lorong:
Lihat budidaya lorong.
B
Bare land atau tanah
terbuka:
Tanah yang tidak ditanami atau
dengan penanaman jarang dimana
permukaan tanahnya mempunyai lebih
dari 50% batu atau tanah tert)uka, yang
ditentukan dari penutupan foto udara.
Sub divisi dibuat atas dasar apakah tanah
tertjuka muncul seara alami atau dibuat
oleh manusia.
Brackish v^^ater atau air
payau:
Air dengan tingkat salinitas
sedang, yaitu antara air asin dan air
tawar.
Brackish/salt water
pond atau tambak air
payau/asin:
Kelas Perairan. Tubuh air kecil
buatan manusia, mengandung baik air
payau maupun air asin.
Built-up land atau
pemukiman:
Suatu istilah umum yang
menunjukkan tanah yang tertutup oleh
struktur buatan manusia, bangunan dan
hasil aktivitas manusia lainnya dan
digunakan untuk pemukiman, industri,
pertambangan, rekreasi dan pariwisata.
Bund atau pematang:
Batas-batas sawah atau
pematang/tanggul, terutama pada padi
sawah, dibuat agar bidang sawah
menjadi rata atau mendekati rata
sehingga cocok untuk ingasi lembah atau
untuk irigasi alur.
I n d e k s 9 8 0 3
Bunded fields atau
tanah pertanian
berpematang:
Kompiek tanah pertanian yang
dibatasi oleh galengan-galengan atau
pematang yang dibuat manusia untuk
pengelolaan tanaman pangan
(beririgasi), Sama dengan sawah, di
mana sawah mengacu pada stmkturfisik
tanah dan tidak mengacu pada
pengelolaan tanaman. Teras-teras pada
tanah-tanah tinggi, yang dibangun untuk
tujuan konservasi tanah dan air, tidak
masuk dalam klasifikasi tanah pertanian
berpematang.
c
Cash crop atau
tanaman tuna!/
perdagangan
Tanaman yang dihasilkan para
petani berskala kecil, tidak untuk
konsumsi sendin tetapi untuk dijual di
pasar untuk tujuan memperoleh
pendapatan. Temnasuk dalam tanaman
tunai adalah yang disebut tanaman
peri<ebunan (tanaman industri), dan juga
tanaman lain yang diproduksi untuk
tujuan komersial. (Lihat juga: tanaman
perkebunan).
Cemetery atau
kuburan:
Tanah yang dirancang untuk
menguburkan orang yang meninggal.
Kuburan umumnya tidak dapat
diidentifikasi bentuknya di foto udara dan
lokasinya harus ditentukan di lapangan,
melalui wawancara dengan penduduk
lokal atau dari data sekunder Di
lapangan, kuburan dapat dikenali melalui
adanya nisan, batu nisan, pohon beringin
dan kamboja.
Central business
district atau daerah
pusat perdagangan:
Daerah pemukiman di kota-
kota besar yang dirancang untuk aktivte
sektor tersier, meliputi aktivitas
komersial (kanton bank, dsb.) dan
pelayanan umum. Daerah pusat
perdagangan umumnya ditandai oleh
padatnya gedung-gedung bertingkat
tinggi. Luas daerah pusat perdagangan
sulit ditentukan dari foto udara.
Commerce and services
atau perusahaan dan
jasa:
Kelas Pemukiman. Daerah
pemukiman yang dirancang untuk
aktivitas tersier. Kelas penggunaan tanah
ini meliputi areal perdagangan dan juga
pelayanan umum. Sama dengan daerah
pusat perdagangan.
Complex mapping units
atau unit pemetaan
kompleks:
Poligon-poligon yangterdiri dari
gabungan kelas-kelas tutupan/
penggunaan tanah yang terlalu kecil
untuk ditampilkan secara tersendiri pada
skala peta akhir karena ukurannya lebih
kecil dari unit pemetaan terkecil. Akan
tetapi pada skala yang lebih besar kelas-
kelas ini dapat didelineasi seara terpisah
sebagai unit-unit tersendiri. Sama
dengan unit kompleks foto udara tetapi
terdapat dalam skala peta akhir Unit-
unit pemetaan kompleks ditunjukkan
dalam legenda peta sebagai suatu
gabungan unit-unit peta utama dengan
menggunakan tanda Warna dan
pola yang digunakan untuk unit
pemetaan kompleks adalah kelas
penggunaan tanah yang dominan.
Constructed cover atau
tutupan buatan:
Lihat tutupan buatan manusia.
Convertible production
forest atau Hutan
produksi yang dapat
dikonversi:
Lihat hutan produksi normal.
Cropping intensity atau
intensitas penanaman:
Ukuran intensitas penanaman
pada sebidang tanah. Intensitas
penanaman dapat dinyatakan dalam
bentukjumlah tahun penanaman dalam
10 tahun atau dengan jumlah panen per
tahun.
Cultivated land atau
tanah terkelola:
Tanah yang digunakan untuk
pertanian dengan semua jenis asosiasi
tutupan. jenis-jenis tutupan terkelola
atau tanah terkelola pada dasarnya
mencakup semua tanah yang masuk
dalam kelasifikasi Tanah kering tanaman
semusim, Pertanian tanah sawah, Kebun
dan Perkebunan.
D
Dense forest atau
hutan rapat:
Subkelas Hutan tanah kering.
A- real yang masuk dalam klasifikasi
sebagai hutan tanah kering berpohon,
dimana tutupan phonnya > 75 % .
Subdivisi lebih lanjut dibuat atas dasar
apakah vegetasinya alami atau ditanami
dan apakah tutupan pohonnya
homogen atau campuran,
Dense homestead
garden atau kebun
rapat:
Subkelas Kebun campuran
rapat. Tanah yang masuk dalam klasifikasi
Kebun campuran dimana tutupan udara
didominasi oleh lapisan belukar >75%.
Dense settlement atau
perumahan padat:
Subkelas Perumahan. Tanah
terbangun yang digunakan untuk tujuan
pemukiman dimana rumah-rumah dan
tutupan buatan lainnya >65 % dari
tanah itu dan rata-rata jarak antara
rumah <20 meter
Dense swamp forest
atau hutan rawa lebat:
Subkelas Hutan rawa. Areal
yang masuk dalam klasifikasi hutan rawa
dan mempunyai tutupan pohon >75%.
Dispersed residential
area atau perumahan
jarang tidak teratur:
Subkelas Perumahan jarang.
Tanah yang masuk dalam klasifikasi
Perumahan jarang dan tidak
mempunyai pola geometrik yang
nampak (dari foto udara).
Dispersed residential
area, low density atau
perumahan jarang
kepadatan rendah:
Subkelas dari Perumahan jarang
tidak teratur. Tanah masuk dalam
klasifikasi perumahan jarang tidakteratur,
dimana rumah-rumah dan tutupan
pennukaan buatan lainnya adalah antara
5-20% dan jarak antara rumah berkisar
dari 100 hingga 400 meter
Dispersed residential
area, medium density
atau perumahan jarang
kepadatan sedang:
Subkelas dari Perumahan jarang
tidak teratur Tanah yang masuk dalam
klasifikasi perumahan jarangtidakteratur,
diimana rumah-rumah dan tutupan
pennukaan buatan lainnya antara 20-
65%, dan jarak rata-rata antara rumah
berkisar dari 20 hingga 100 meter
Dispersed settlement
atau perumahan
jarang:
Subkelas Perumahan. Tanah
terbangun untuk tujuan perumahan,
dimana rumah dan tutupan pennukaan
buatan lainnya adalah 5-65 % dari tanah
itu dan jarak rata-rata antara rumah
beri<isar dari 100 hingga 400 meter.
I 2
Dominant crop atau
tanaman dominan :
Tanaman pertanian (tanaman
pangan atau tanaman pohon) yang
mencakup >75% areal, yang diukur
dengan tutupan di foto udara.
Dominant species atau
spesies dominan :
Spesies vegetasi alami yang
mencakup > 75% area yang diukur dari
tutupan foto udara.
Double cropping atau
tanaman ganda :
Kelas dari Pertanian tanah
sawah. Tanah yang masuk dalam
klasifikasi pertanian tanah sawah
(=sawah) dan digunakan untuk 2 x
tanam setahun. Subdivisi didasari<an atas
tanaman yang dikelola dan/atau jadwal
rotasi tanaman (Subkelas 4.3.1.: 2xpadi;
Subkelas 4.3.2.; Ix padi, Ix tanaman
lain). Definsi lain ; ukuran intensitas
penanaman dimana dua tanaman
ditanam secara berurutan dalam
setahun pada bidang tanah dengan
persemaian atau penanaman satu
tanaman setelah panen tanaman yang
lain.
Dryland agriculture
atau tanah kering
tanaman semusim :
Sistem pertanian tanpa irigasi
dimana tanaman pangan ditanam
dengan musim tanam yang pendek.
Tanaman berkayu hanya ditemukan
pada pematang atau batas-batas tanah/
lapang.
Dryland forest with
shrubs atau hutan
tanah kering dengan
belukar:
Kelas Hutan. Area dengan
drainase yang baik dengan tutupan
belukar terdin dan spesies berkayu
dengan ketinggian 1,5 - 5 meter yang
menutupi lebih dari 50% diukur dari
tutupan foto udara, dan dengan tutupan
pohon <30%.
Dryland forest with
trees atau hutan tanah
kering berpohon :
Kelas Hutan. Area dengan
drainase yang baik dengan tutupan
pohon terdiri dari spesies berkayu
dengan ketinggian >5 m, dimana
> 30% diukur dari tutupan di foto udara,
dan dimana tutupan belukamya <30%.
E
Emplacement atau emplasemen;
Subkelas Perumahan padat
Tanah yang masuk dalam klasifikasi
perumahan padat dengan fungsi utama
sebagai perumahan karyawan.
Estate atau
perkebunan
Kelas Pericebunan. Perkebunan
milik negara atau swasta dimana
terdapat pengelolaan tanaman
perkebunan berskala besar yang
berorientasi pasar Dalam kaitan ini
tanaman perkebunan didefinisikan
sebagai tanaman yang ditanam untuk
produksi masal suatu komoditas tertentu
(teh, kopi, karet, tembakau, kelapa
sawit, dsb.), Subdivisi dibuat menurut
jenis tanaman.
Estate crop atau
tanaman perkebunan :
Disebut juga tanaman industri,
Tanaman yang ditanam pada usaha
perkebunan , biasanya untuk produksi
masal komoditas tertentu berskala besar
(teh, karet, kelapa sawrt dsb). Lihat juga
tanaman tunai/perdagangan.
F
Food crops atau
tanaman pangan :
Subkelas Tanah kering tanaman
semusim permanen atau Tegalan
Tanaman dengan produksi dalam bentuk
biji-bijian (tanaman gandum), akar atau
umbi yang ditanam untuk konsumsi
manusia.
Forest atau hutan :
Area yang ditanami dengan
vegetasi beri<ayu, dimana pohon-pohon
tinggi (yi. spesies berkayu dengan
ketinggian >5 m) membentuk
komponen dominan seperi;i diukur dari
tutupan foto udara (dalam hal ini hutan
tanah kering yang didominasi
pepohonan) atau dimana belukar (yi.
spesies berkayu dengan ketinggian 1,5
- 5 m) membentuk komponen
dominan. Hutan dapat diidentifikasikan
dari foto udara oleh adanya wama gelap,
tekstur kasar dan kenampakan tinggi
yang jelas bila diamati di bawah
stereoskop. Hutan juga dapat berupa
hutan alami atau hutan yang sengaja
ditanam.
I n d e k s 9 8 0 3
Forestry products atau
hasil hutan :
Produk yang berasal dari
produksi sektor kehutanan, Hasil hutan
mencakup sebagai contoh kayu, rotan,
bambu, dsb.
Fresh water atau air
tawar :
Air dengan kandungan garam
terlarut <0,2%(contoh <2000 ppm).
Air tawar ada yang bisa diminum dan
ada yang tidak bisa diminum, Biasanya
semua air yang berasal dari sumber air
di daratan atau air (khusus) tadah hujan
digolongkan mengandung air tawar
Fresh water ponds atau
kolann air tawar :
Kelas Perairan. Tubuh air kecil
buatan manusia yang tidak mengalir dan
mengandung air tawar
Grass/herb layer atau
lapisan rumput/paku-
pakuan
Lapisan vegetasi yangterdiri dari
rerumputan dan paku-pakuan
(termasuk paku-pakuan, alang-alang,
r u m p u t tinggi, dsb. ternnasuk
spesies tanah basah).
Grassland atau padang:
Daerah terbuka dengan
vegetasi dominan rerumputan dan
paku-pakuan.
Grassland/herbland
atau padang rumput/
paku/alang-alang :
Kelas Padang rumput Tanah
berdrainase baik yang didominasi
dengan tutupan rerumputan dan paku-
pakuan (>50%) dengan tanaman
pepohonan dan juga belukar < 10%.
Grass marsh atau
rumput rawa :
Subkelas Tanah rawa, Tanah
berdrainase bunjk dan ditumbuhi oleh
lebih dari 50% rerumputan dan
tanaman semak dengan tutupan
pepohonan <30% dan tutupan belukar
<I0%,
Grass savanna atau
padang rumput :
Subkelas Sabana. Tanah yang
masuk dalam klasifikasi Sabana dan
mempunyai tutupan belukar <30%.
Grazing : land use activity where live-
stock is fed on grasses and fodder crops
by freely rooming the fields. Padang
pengembalaan : aktifitas penggunaan
tanah tempat dimana temak diberi
makan rerumputan dan makanan temak
dengan ara dilepas bebas di padang.
H
Harbour complex atau
kompiek pelabuhan :
Subkelas Transportasi.
Pelabuhan laut itu sendiri, termasuk
demnaga, gudang dan dan fasilitas lainnya
seperti kantor terminal penumpang,
dsb. Pada dasarnya informasi diperoleh
dari peta topografi.
Hedgerow
intercropping atau
pagar antar tanaman:
Lihat budidaya lorong.
Highway/bus terminal
complex atau jalan
raya/kompleks terminal
bus :
Subkelas Transportasi. Area
yang digunakan untuk terminal bus,
meliputi halte bus, fasilitas penumpang,
ruang tunggu, warung-warung
makanan, dsb.
Homestead garden
atau kebun :
Area yang ditanami sejumlah
tanaman tetapi dengan tutupan dominan
tanaman tahunan dan hasil yang
diperoleh tidak dengan menebang
pohon. Kebun dapat berupa vegetasi
yang semuanya ditanam dengan sengaja,
atau terdiri dari campuran vegetasi asli
dan spesies yang sengaja ditanam.
Perumahan dan tutupan buatan lainnya
mencakup < 5 % dan jarak-rata-rata
antar rumah >400 m.
Homogeneous forest
atau hutan sejenis :
Area yang ditutupi dengan
vegetasi yang masuk dalam klasifikasi
hutan, dimana terdapat satu spesies
dominan yang menutupi >75% area,
yang diukur dengan tutupan di foto
udara.
Homogeneous
homestead garden atau
kebun sejenis:
Subkelas Kebun (Kelas 5.1).
Tanah yang dikelaskan sebagai kebun
pekarangan dan yang tutupan di foto
udara untuk satu tanaman sebanyak
>75% subdivisi dibuat menurut jenis
tanaman yang dominan.
Hotel complex atau
kompleks hotel:
Area yang dimiliki oleh sautu
hotel, meliputi bangunan yang
sesunguhnya, kebun, tempat parkir dan
fasilitas lain di luar gedung seperti kolam
renang, lapangan tenis, dsb.
Housing estate atau
perumahan teratur :
Subkelas Perumahan padat
(Subkelas I.I.I .2.). Tanah yang masuk
dalam klasifikasi perumahan padat dan
pola geometns tampak jelas (dari foto
udara).
Hunting reserve atau
taman perburuan
jenis hutan lindung yang berisi
berbagai binatang untuk dibum sehingga
bisa digunakan untuk taman perburuan
untuk rekreasi.
Industry atau industri :
Kelas Pemukiman (Kelas 1.3.).
Kegiatan penggunaan tanah yang
bertujuan untuk memroses produk-
produk nonpertanian, pertanian dan
hutan.
Infrastructure atau
infra struktur :
Kelas Pemukiman (Kelas 1.4.).
Semua jenis fasilitas untuk kemudahan
pengguna tanah, seperti untuk
transportasi, rel<reasi dsb. Temiasuk juga
pelabuhan laut, bandara udara dan
kompleks jalan/rel kereta api, taman,
kompleks olah raga, fasilitas rekreasi,
hotel dan obyek pariwisata.
L
Lake atau danau :
Kelas Perairan (kelas 10.2.).
Suatu tubuh air alami yang tidak
mengalir, lebih luas dan lebih dalam dari
pada kolam. Subdivisi dibuat atas dasar
apakah danau mengandung air
sepanjang tahun atau hanya selama
beberapa bulan saja.
Limited production
forest atau hutan
produksi terbatas
Hutan produksi yang hanya
dapat dieksploitasi dengan cara tebang
pilih.
Limited protection
forest atau hutan
lindung terbatas :
Hutan dimana di dalamnya
diijinkan adanya pengambilan hasil kayu
dan hasil hutan lainnya secara terbatas.
Low intensity of
cropping atau
penanaman dengan
intensitas rendah :
Subkelas Tanah kering tanaman
semusinm sementara atau Ladang
(Subkelas 3.2.2.). Bentuk ladang dengan
rata-rata penanaman terjadi kurang dari
3 tahun setiap 10 tahun.
M
Main crop atau
tanaman utama :
Lihat tanaman dominan.
Man-made bare land
atau tanah terbuka
buatan :
Kelas tanah terbuka (Kelas 9.2.).
Tanah terbuka dengan tutupan lebih dan
50%, yang diukur dari tutupan foto
udara, berupa tanah kosongatau batuan
yang disebabkan oleh manusia. Subdivisi
dibuat berdasarkan penyebab
terbukanya tanah.
Man-made cover atau
tutupan buatan
Bentuk-bentuk tutu pan tanah
hasil construction, seperti misalnya,
gedung, jalan dan sebagainya. Tutupan
buatan manusia pada dasarnya
mencakup semua tanah yang
diklasifikasikan sebagai Pemukiman
(Kelas utama I), juga rentangan tanah
yang diklasifikasikan sebagai Proses
pertambangan (Kelas 2.1.).
Man-made freshwater
reservoir atau waduk
air tawar buatan :
Kelas Perairan (kelas 10.1.).
Danau buatan yang terbentuk dengan
cara membendung sungai untuk
penyimpanan air
Marshland atau tanah
rawa :
Kelas Padang (Kelas 7.4).
Daerah yang tertutupi oleh vegetasi
yang masuk dalam klasifikasi padang
tetapi dengan kondisi berawa. Lokasi ini
tergenangi baik secara periodik, yang
diakibatkan oleh pengaruh pasang, atau
secara permanen jika periode
penggenangan secara komulatif lebih
dari 6 bulan pertahun. Tanahrawadapat
dikenali pada foto udara melalui lokasi
dan rona abu-abu yang lebih gelap dan
tekstur yang lebih halus bila
dibandingkan dengan padang kering.
Medium density of
cropping atau
penanaman intensitas
sedang :
Subkelas Tanah kering tanaman
semusim sementara atau Ladang
(Subkelas 3.2.1.). Bentuk tanah kering
tanaman semusin dengan rata-rata
penanaman 3 sampai 7 tahun dalam 10
tahun.
Mined area atau daerah
pertambangan :
Kelas Pertambangan (Kelas
2.2.). Daerah yang (bam saja) ditambang
dan belum ditutupi oleh vegetasi atau
dialihkan untuk penggunaan yang lain.
Subdivisi dibuat berdasarkan jenis hasil
yang ditambang.
Mining atau
pertambangan :
Daerah yang digunakan untuk
pengambilan bahan dari bumi, baik
melalui penggalian atau pertambangan
terbuka (batubara, gambut, dsb.) atau
tertutup (emas, besi, minyak dsb).
Daerah pertambangan meliputi
bangunan pengotanah dan fasilfes terkait
lainnya, (Kelas utama 2)
Mixed forest atau
hutan campuran :
Daerah yang ditutupi oleh
vegetasi yang tergolong sebagai hutan,
dimana tidak ada spesies dominan
diukur dengan tutupan di foto udara.
Mixed homestead
garden atau kebun
campuran :
Kelas Kebun (Kelas 5.2,). Tanah
yang masuk dalam klasifikasi kebun
dimana tutupan yang tampak di foto
udara terbentuk dari berijagai campuran
tanaman. Subdivisi dibuat berdasarkan
tutupan lapisan pohon/belukar dominan
pada foto udara.
Mixed land use atau
penggunaan tanah
campuran
Kombinasi kelas-kelas penutup/
penggunaan tanah yang betul-betui
tercampur sehingga sulit untuk dapat
dipisahkan, bahkan pada skala peta yang
lebih besar juga tidak dapat dipisahkan.
Campuran atau penggunaan tanah
campuran ditunjukkan pada legenda
peta sebagai suatu kombinasi unit-unit
penyusun utama dengan menggunakan
tanda T (contoh: 1.1.1/1.2.). Wama
dan pola yang digunakan pada unit-unit
pemetaan menunjuk pada pen^unaan
tanah campuran dominan.
I n d e k s : 9 8 0 3
Alamat Redak si Kabar-JKPP
Jl. Citarum 10 Bogor Baru
Bogor16152
Jawa Barat-Indonesia
Telp.-H62-0251-314020
Fax.+62-0251-379825
E-mail: jkpp@indo.net.idy
I 5
Kabar JKPP Edisi 1

Contenu connexe

Similaire à Kabar JKPP Edisi 1

Similaire à Kabar JKPP Edisi 1 (13)

Kabar jkpp edisi 18
Kabar jkpp  edisi 18Kabar jkpp  edisi 18
Kabar jkpp edisi 18
 
kel.8 sejarah (1).pptx
kel.8 sejarah (1).pptxkel.8 sejarah (1).pptx
kel.8 sejarah (1).pptx
 
sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesiasejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
 
Makalah liangkabori (4)
Makalah liangkabori (4)Makalah liangkabori (4)
Makalah liangkabori (4)
 
BINCANG SEJARAH UNNES_Pemuda Jawa Tengah dalam Lintasan Sejarah. (PDF).pdf
BINCANG SEJARAH UNNES_Pemuda Jawa Tengah dalam Lintasan Sejarah. (PDF).pdfBINCANG SEJARAH UNNES_Pemuda Jawa Tengah dalam Lintasan Sejarah. (PDF).pdf
BINCANG SEJARAH UNNES_Pemuda Jawa Tengah dalam Lintasan Sejarah. (PDF).pdf
 
B. A SEJ IND 11 IPA M KE-5 JULI 2021 (1).pptx
B. A SEJ IND 11 IPA M KE-5  JULI 2021 (1).pptxB. A SEJ IND 11 IPA M KE-5  JULI 2021 (1).pptx
B. A SEJ IND 11 IPA M KE-5 JULI 2021 (1).pptx
 
Kabar jkpp 21
Kabar jkpp 21Kabar jkpp 21
Kabar jkpp 21
 
Kabar jkpp edisi 21
Kabar jkpp edisi 21Kabar jkpp edisi 21
Kabar jkpp edisi 21
 
Informasi keruangan dari peta, Sanjose
Informasi keruangan dari peta, SanjoseInformasi keruangan dari peta, Sanjose
Informasi keruangan dari peta, Sanjose
 
Ilmu Bantu Sejarah dan Manfaat Belajar Sejarah
Ilmu Bantu Sejarah dan Manfaat Belajar SejarahIlmu Bantu Sejarah dan Manfaat Belajar Sejarah
Ilmu Bantu Sejarah dan Manfaat Belajar Sejarah
 
Pra
PraPra
Pra
 
Kabar jkpp 19
Kabar jkpp 19Kabar jkpp 19
Kabar jkpp 19
 
Laporan Geografi industri dan pariwisata
Laporan Geografi industri dan pariwisataLaporan Geografi industri dan pariwisata
Laporan Geografi industri dan pariwisata
 

Plus de Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif

Pemanfaatan Dana Desa untuk Pemetaan Sumberdaya Desa Berbasis Spasial
Pemanfaatan Dana Desa untuk Pemetaan Sumberdaya Desa Berbasis SpasialPemanfaatan Dana Desa untuk Pemetaan Sumberdaya Desa Berbasis Spasial
Pemanfaatan Dana Desa untuk Pemetaan Sumberdaya Desa Berbasis SpasialJaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem GambutPermen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem GambutJaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 

Plus de Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (20)

Potret Krisis Ruang Sulawesi
Potret Krisis Ruang SulawesiPotret Krisis Ruang Sulawesi
Potret Krisis Ruang Sulawesi
 
Potret Ketimpangan Ruang Kalimantan
Potret Ketimpangan Ruang KalimantanPotret Ketimpangan Ruang Kalimantan
Potret Ketimpangan Ruang Kalimantan
 
Sustainable Land Use Planning (SLUP) Working Paper 2015
Sustainable Land Use Planning (SLUP) Working Paper 2015Sustainable Land Use Planning (SLUP) Working Paper 2015
Sustainable Land Use Planning (SLUP) Working Paper 2015
 
Panduan Pemetaan Berbasis Masyarakat Oleh Alix Flavelle
Panduan Pemetaan Berbasis Masyarakat Oleh Alix FlavellePanduan Pemetaan Berbasis Masyarakat Oleh Alix Flavelle
Panduan Pemetaan Berbasis Masyarakat Oleh Alix Flavelle
 
24.2 Manifesto Forestry Land Reform oleh Dianto Bachriadi
24.2 Manifesto Forestry Land Reform oleh Dianto Bachriadi24.2 Manifesto Forestry Land Reform oleh Dianto Bachriadi
24.2 Manifesto Forestry Land Reform oleh Dianto Bachriadi
 
Pemanfaatan Dana Desa untuk Pemetaan Sumberdaya Desa Berbasis Spasial
Pemanfaatan Dana Desa untuk Pemetaan Sumberdaya Desa Berbasis SpasialPemanfaatan Dana Desa untuk Pemetaan Sumberdaya Desa Berbasis Spasial
Pemanfaatan Dana Desa untuk Pemetaan Sumberdaya Desa Berbasis Spasial
 
Kertas posisi bersama MPMK (RMI, JKPP dan Huma)
Kertas posisi bersama MPMK (RMI, JKPP dan Huma)Kertas posisi bersama MPMK (RMI, JKPP dan Huma)
Kertas posisi bersama MPMK (RMI, JKPP dan Huma)
 
Reforma Agraria Untuk Pemula
Reforma Agraria Untuk PemulaReforma Agraria Untuk Pemula
Reforma Agraria Untuk Pemula
 
Konsesi Mencaplok Sawah Food Estate Mematikan Petani
Konsesi Mencaplok Sawah Food Estate Mematikan PetaniKonsesi Mencaplok Sawah Food Estate Mematikan Petani
Konsesi Mencaplok Sawah Food Estate Mematikan Petani
 
Anggota Individu JKPP Periode 2017 2021
Anggota Individu JKPP Periode 2017 2021Anggota Individu JKPP Periode 2017 2021
Anggota Individu JKPP Periode 2017 2021
 
Kabar JKPP Edisi 22
Kabar JKPP Edisi 22Kabar JKPP Edisi 22
Kabar JKPP Edisi 22
 
Laporan BRWA 2018 2019
Laporan BRWA 2018 2019Laporan BRWA 2018 2019
Laporan BRWA 2018 2019
 
Memahami Dimensi-dimensi Kemiskinan Masyarakat Adat
Memahami Dimensi-dimensi Kemiskinan Masyarakat AdatMemahami Dimensi-dimensi Kemiskinan Masyarakat Adat
Memahami Dimensi-dimensi Kemiskinan Masyarakat Adat
 
Kebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan Indonesia
Kebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan IndonesiaKebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan Indonesia
Kebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan Indonesia
 
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...
 
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
 
Panduan Teknis Penetapan dan Penegasan Batas Desa_ MCA Indonesia
Panduan Teknis Penetapan dan Penegasan Batas Desa_ MCA IndonesiaPanduan Teknis Penetapan dan Penegasan Batas Desa_ MCA Indonesia
Panduan Teknis Penetapan dan Penegasan Batas Desa_ MCA Indonesia
 
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem GambutPermen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
 
Perpres Nomor 39 tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia
Perpres Nomor 39 tahun 2019   tentang Satu Data IndonesiaPerpres Nomor 39 tahun 2019   tentang Satu Data Indonesia
Perpres Nomor 39 tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia
 
Kabar jkpp 20
Kabar jkpp 20Kabar jkpp 20
Kabar jkpp 20
 

Dernier

E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxboynugraha727
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptAlfandoWibowo2
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 

Dernier (20)

E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 

Kabar JKPP Edisi 1

  • 1. P U B L I K A S I JARINGAN KERJA PEMETAAN P A R T I S I P A T I F E 0 I S I A P R I L 1 9 9 D i t e r b i t k a n O l e h ; Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif Penanggung Jawab: Restu A c h m a l i a d i Redaksi; A r i a n t o Sangadji Kristianus A t o k Ketut D e d d y Longgena G i n t i n g Restu A c h m a l i a d i E d i t o r : M o h a m m a d D j a u h a r i d a r i r e d a k s i KABAR J K P P D I D U K U N G OLEH BSP - K E M A L A I N D0N ES I A d a f t a r i s i k a b a r i n d e k s 9 8 0 1 Sejarah Pemetaan dan Partisipasi Politik i n d e k s 9 8 0 2 Pemakaian Datum di Indonesia Pelatihan Inventorisasi Partisipatif i n d e k s 9 8 0 3 Daftarlstilah TatagunaTanah di Indonesia Muncul Kembali Edisi pertama Kabar JKPP terbit September 1996, Akan tetapi, setelah itu, Kabar JKPP tidur panjang, Seperti Putri Salju yang mati suri, tidur terlelap, menunggu sang pangeran datang mencium dan membangunkannya. Draft edisi kedua Kabar JKPP ini sebenamya sudah cukup lama dipersiapkan; hampir satu tahun, Akan tetapi, seperti biasa, banyak kendala yang menghalangi penerbtannya, Semoga pada masa selanjutnya Kabar JKPP bisa rutin hadir di hadapan para pembaca, Selama tahun 1998 direncanakan 4 edisi Kabar JKPP akan terbit, Pada edisi kedua ini, sebagian besar isi Kabar JKPP berkaitan erat dengan teknis pemetaan, Belum banyak hal baru, khususnya tentang perkembangan pemetaan partisipatif di Indonesia, Pada edisi-edisi berikutnya kami berharap bisa menyajikan tulisan-tulisan yang bervariasi, Kami mengundang para pembaca untuk menyumbangkan tulisan, ide-ide kritis tentang pemetaan partisipatif,dsb, Redaksi
  • 2. Sejarahpemetaan & Partisipasi PolitikOleh Martua Sirait & Sandra Moniaga S ebelum kenal tuiisan, nenek moyang kita menggunakan informasi lisan dalam setiap pekerjaannya. Akan tetapi budaya itu sering kali sulit untuk dapat dipertahankan lagi sekarang ini. Dominasi tulisan latin yang begitu kuat memaksa kita memahami baca-tulis, Begitu pula dengan peta mental yang ada di dalam bayangan kita tidak lagi dapat dipertahankan tanpa bantuan gambar peta. Dominasi kartografi modern sebagai bagian dari budaya tulisan menganjurkan kita untuk dapat membaca dan membuat serta mengkomunikasikan tata ruang kita, Disisi lam, seperti juga tulisan dan informasi lainnya. sejarah menunjukkan bahwa pemetaan bukanlah kegiatan yang bebas nilai. Pada kenyataannya peta dapat menjadi alat kontrol. perencanaan, pengorganisasian sampai pada alat pemberdayaan masyarakat. Sejarah Pemetaan Peta tertua yang "diketahui" dan dapat dijumpai sekarang ini, berumur kira-kira 5 abad beaipa piringan tanah liat berbentuk kota Mesopotamia. Peta ini menunjukkan gunung-gunung, lembah sungai, peaimahan dan saluran irigasi. Ini membuktikan bahwa peta sudah sejak lama dikenal manusia dan digunakan sebagai alat pengelolaan suatu wilayah, Sementara masyarakat di Asia Tenggara, dalam hal ini Kerajaan Slam (sekarang Thailand) lebih mengenal peta kosmologi yang membagi ruang menjadi tiga bagian; dunia atas atau khayangan, dunia tengah tempat manusia hidup dan dunia bawah sebagai neraka, Peta ini digambarkan dalam bentuk seekor kura-kura , Hubungan manusia dengan dewa-dewa serta dengan arwah leluhur menjadi lebih penting dibandingkan hubungan antar kelompok manusia, Dengan berkembangnya hubungan antar kerajaan maka berkembang peta diagram untuk menjelaskan kekerabatan hubungan antar kerajaan di Asia Tenggara, Peta diagram ini tidak berskala, tetapi jelas menunjukkan arah datangnya kerabat tersebut dan bagaimana hubungan kekerabatan antar kerajaan itu terjalin, Akan tetapi peta diagram ini hanya dimiliki oleh para kerabat kerajaan, Sedangkan masyarakat umum menggunakan peta mental untuk menjelaskan seluruh hubungan dengan tata ruang di sekitarnya, Peta menjadi tidak tergambar dan merupakan pemahaman masing- masing pribadi atas realitas alam dan hubungan pengelolaan dan kepemilikannya, Peta mental tidak seragam tetapi mempunyai kesamaan dan masih dapat jelas dipahami sampai sekarang pada masyarakat- masyarakat adat di Indonesia, Dengan digunakannya untuk pertama kali garis lintang dan bujur pada tahun 1477 maka dimulailah titik awal berkembangya kartografi modem sejalan dengan pergerakan kolonialisme negara-negara Eropa, Pada saat itu peta menjadi alat pemerintah untuk memetakan wilayah jajahan sebagai wilayah kekuasaannya, Peta tersebut membatasi wilayah jajahan lainnya dan menunjukkan sumber daya apa yang ada di dalam wilayahnya, Periombaan pemetaan berlangsung terus sampai seluruh muka bumi terpetakan dan secara otomatis pula menjadi bagian kekuasaan si pembuat peta. Belanda, saat di Indonesia cukup gencar memetakan selunjh wilayah Hindia Belanda dengan mengirimkan bertiagai ekspedisi ke seluruh pelosok Indonesia sebagai pembuktian kekuasaanya pada dma internasional. Pada wilayah-wilayah yang diduga mempunyai potensi tambang dan sumber daya alam, dan untuk memudahkan pembangunan sarana transportasi. Pemerintah Belanda memprioritaskan pembuatan petanya, seperti Pulau Jawa , Madura untuk transportasi dan pesisir Kalimantan Timur, Sumatera Barat untuk pertambangan dan sumberdaya alam lainnya. Peta-peta Belanda sebagian tersimpan di Museum Geologi Bandung dan sebagian besar lagi tersimpan di museum Belanda. Dalam salah satu perjalanan ke wilayah Mahakam di tahun 1990 untuk mengunjungi PT Kelian Equatorial Mining (KEM) (Kismanto dan Martua Sirait dari Plasma, Mering Ngo dari Minguan Prospek, Ayi Vivananda dan saya dari sekretanat WALHI)
  • 3. I n d e k s : 9 8 0 1 B l Proses Penyederhanaan A2 A l Ruang,manusia dan Sumberdaya Alam Manipulasi Data Q B2 B3 PETA Pembuat Peta+Kepentingan D I Pemahaman D2 Pengguna Peta Gambar 1 . Generalisasi Peta Sumber: Kolaeny 1969 pada Wwichakull994 Ket: Al, Konsep Realitas menurut pembuat peta A2, Konsep realitas menurut pengguna peta Bl, Pembuat peta menyederhanakan sesuai dengan kepentingarmya B2, Pembuat peta yang berbeda dengan kepentingan yang berbeda B3, Memanipulasi data supaya dapat masuk ke dalam peta C, Hasil Peta DI, Peta yang dapat dipahami pengguna peta D2, Pengguna peta menterjemahkan peta A1-A2, Transformasi atau proses interpretasi menemukan satu peta wilayah adat atas kampung Tering Lama yang disimpan oleh Kepala Adat Tering Lama. Dan menurut beliau, seorang kepala adat Suku Dayak Bahau, bahwa peta tersebut dibuat di Belanda tetapi pada tahun 70an direvisi setelah adanya kesepakatan untuk pengembangan nesia, tetapi sampai tahun 1993 belum berhasil. Baru proyek teransmigrasi. Yang menarik peta tersebut pada tahun 1993 tersebut, saya melihat peta tua ternyata hanya disimpan oleh si "kepala adat", dan lagi atas wilayah adat masyarakat adat Bentian dan "berhasil" digunakan untuk "menjual" dan atau kawan-kawan di PL^SMA dan Lembaga Bina Benua "menuntut ganti rugi" atas sebagian wilayah adat Puti Jaji dalam proses advokasi atas kasus Bentian. mereka yang diperlukan oleh PT Kelian Equatorial Dalam proses pencarian ini, saya mendapat informasi Mining (PT KEM), salah satu pemegang hak dar Sdr Mering Ngo bahwa sebagian besar dan peta penambangan emas Kaltim. tua ini ada di arsip kantor Bupati, tetapi untuk wilayah Berangkat dari penemuan peta tersebut, dan Kapuas Hulu data-data ini sudah "hilang terbakar". fakta tentang 'keampuhan' nya sebagai alat bukti akan Tidak jelas apakah disengaja atau tidak. Tidak jelas kepemilikan wilayah adat dan sifat dinamis dari peta juga bagaimana untuk kabupaten lainnya. Mering wilayah adat saya mulai mencari tahu lebih jauh lagi menduga bahwa arsip asii masih tersimpan di Belanda. tentang keberadaan peta-peta semacam peta wilayah Pemetaan modern berkembang terus dengan adat Tering Lama untuk wilayah-wilayah adat lainnya bantuan penginderaan jauh sehingga pekerjaan di Kalimantan maupun du wilayah lainnya di Indo- pemetaan di lapangan semakin mudah dan semakin cepat. Setelah kemerdekaan, In- donesia tetap menggunakan peta- peta Belanda sebagai dasar pengelolaan wilayah. Peta tahun 1960an jawatan Topography AD bekerjasama dengan Departemen Pertahanan Amerika Serikat memetakan seluruh wilayah Indonesia dengan skala 1:250.000 dan gans tinggi 250 meter (JOG, Joint Operation Graphic) dan skala 1:500.000, garis tinggi 250 meter (TPC, Tactical Pilot Chart). Peta JOG inilah yang secara umum dipakai hampir setiap departemen di Indonesia untuk merencanakan kegiatannyatermasukTGHKpadatahun 1984. Tahun 1972 Jantop-AD menambah peta-petatersebut denga data-data baru dan memproduksi peta Pulau Jawa 1:50.000 dan Luarjawa 1:250.000 dengan ganstin^i 100 meter Pada tahun I980an pembuatan peta dasar dialihkan ke Bakosurtanal dengan membuat peta lebih detail dengan bantuan GIS dan alat bantu lapangan GPS, Sedangkan departemen-departemen yang ada bekerja sama dengan konsultan membuat peta sektornya masing-masing; pertambangan, transmigrasi dan sebagainya. Masyarakat membuat peta wilayahnya dengan menterjemahkan m e n t a l m ^ g mereka miliki kepada suatu peta moderen berskala, bergaris tinggi lengkap dengan perencanaan tata ruang serta sumber daya alam di wilayahnya. Terlihat dari mntutan sejarah bahwa peta moderen tidak dibuat dan dipakai oleh pemerintah saja tetapi juga swasta dan masyarakat membuat petanya masing-masing. Kenyataanya ini dipertegasoleh ketua Bakosurtanal bahwa peta bukan
  • 4. hanya milik pemerintah tetapi dapat dibuat dan dimiliki oleh setiap orang; swasta, universitas dan masyarakat. Peta Sebagai Alat Penguasa Bentuk kepulauan Nusantara yang memanjang dari Sabang sampai Merauke sangat jelas di benak kita. Bila kita melihat peta buatan Jean Guerard dengan nama "Carte Universille Hydrographique" yang dibuat oleh Departemments des Cart;es et Plans tahun 1634 kita akan berkata; Mengapa Pulau Jawa bentuknya begitu? Mengapa semananjung tidak teriihat? Begitu juga dengan Pulau Sulawesi, mengapa teluk Tomimi menjadi begitu? Mengapa kepala bumng Irian (Fak- fak) tidak teriihat seperti kepala burung? Bagaimana dengan beribu-ribu hektar tanah masyarakat yang tidak tergambar disana? Jawabnya mungkin karena teknologi pemetaan pada saat itu belum begitu canggih untuk menggambarkan peta dengan akurat. Sebagaimana kita sadari, bahwa peta tidak menjadi alat yang netral lagi. Pemerintah, swasta dan masyarakat mempunyai kepentingan pada setiap lekukan bentuk daratan maupun lautan. Maka ada baiknya kita pahami proses generalisasi pada suatu pembuatan peta (liahat Gambar I).Sumber: Kolaeny 1969 pada Wnichakul 1994. Dari gambar I, jelas bahwa peta sangat tergantung pada pembuatnya dan juga pada penggunanya apalagi bila peta ini digunakan sebagai alat perencanaan pegelolaan sumberdaya alam di tingkat lokal. Akan jelas kepentingan siapa yang terakomodir? Kepentingan masyarakat atau kepentingan pemerintah? Sebagai contoh kasus dijabarkan di bawah ini perencanaan pengelolaan sumberdaya alam yang dilakukan dengan inisiatif pemerintah (TapangSambas-Kemayau, Sanggau), Lihat tabel I. Dari beberapa perijedaan pendekatan tadi sangatjelas bahwa kegiatan inisiatif-pemerintah ternyata lebih menekankan pada pendekatan tujuan (goal ori- ented) sedangkan kegiatan inisiatif-masyarakat lebih merupakan pendekatan proses (process oriented). Hal ini teriihat dengan waktu pendek yang dipaksakan untuk menyelesaikan keseluruhan proses yang cukup kompleks. Dinamika yang kompleks pada masyarakat tidak menjadi prioritas bagi pemerintah untuk dipahami. Sedangkan konsep kritena lahan yang ditawarkan proyek merupakan tawaran baku dan seragam untuk diterapkan pada keseluruhan proyek dengan bergantung pada peraturan dan konsep yang telah ada sebelumnya (TGHK). Prioritas pemerintah adalah; terjawabnya keterbatasan bahan mentah, tidak adanya lehan menganggur dan terjadi intensifikasi pertanian. Sehingga validasi tata guna lahan desa dalam suatu acara "adat" dimana sanksi yang jelas pula dijabarkan disana menjadi penting. Pendekatan-pendekatan ini tidak mengakomodir dinamika, kompleksitas daj fleksibilitas kenyataan di lapangan sehingga kesalahan pendekatan ini periu untuk diwaspadai dan tidak terulang pada kegiatan-kegiatan berbasis kerakyatan lainnya. Pengelolaan Sumberdaya Alam Sebagai Partisipasi Politik Sebelum beriakunya UUTR No.24 Tahun 1992, Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) menajdi sangat dominan terhadap perencanaan tata ruang pedesaan di Indonesia. Dimana 75% luas daratan Indonesia ada di bawah kontrol Departemen Kehutanan. Sifat TGHK yang unisektoral dan berdasar pata peta JOG I : 250.000 tidaklah dapat diandalkan untuk menyelesaikan konflik tata guna lahan di In- donesia. Dengan beriakunya UUTR No.24 Tahun 1992 dimana perencanaan tata'ruang wilayah dilakubn di tingkat nasional, propinsi, kabupaten serta Instruksi Menten Dalam Negeri N0.46 Tahun 1994 tentang Pemasyakatan Pola Tata Desa menugaskan kecamatan serta desa untuk membuat perencanaan tata ruang wilayahnya. Saat ini hampir selumh propinsi telah selesai dengan perencanaan tata ruang wilayahnya dan sebagian kabupaten sudah selesai dengan perenanaan tata ruangnya untuk lima tahun ke depan. Tetapi belum banyak kecamatan apalagi desa yang mampu merencanakan tata ruangnya. Ini merupakan salah satu peluang yang harus direbut oleh masyarakat untuk lebih dahulu melaksanakan pemetaan serta perencanaan tata ruang wilayahnya dalam bentuk wilayah desa atau wilayah adat. Peta ini sehanjsnya menjadi alat bagi masyarakat untuk melindungi kepentingannya. Sehingga pada akhirnya nanti masyarakat lokal ikut terlibat langsung dalam perencanaan tata ruang wilayah kecamatannya maupun wilayah kabupatennya. Penutup Kenyataan bahwa dorongan kartografi moderen yang begitu kuat memaksa masyarakat umum untuk memahaminya kalau tidak mau hanyut ditelan arus modernisasi. Seperti juga peta kosmologi dan peta mental yang menjadi milik masyarakat umum, maka peta moderen adalah penting menjadi milik masyarakat yang dapat dan dijangkau setiap lapisan masyarakat.Tabel I. Perbandingan Pendekatan Pemerintah dan Masyarakat dalam Perencanaan Tata Ruang
  • 5. Insiatif Pemerintah Keterlibatan Pemerintah Swasta Masyarakat Cakupan Peta Lama Pemetaan Teknik Pemetaan Katagori Lahan Kreteria Lahan Pengelolaan Lahan Partisipasi Masyarakat Kontrol Masyarakat terhadap hasil peta Wilayah administrasi desa Sdesa Hampirsama dengan TGHK unisektoral (kehutanan) Penyampaian informasi (token participative) Rendah I n d e k s : 9 8 0 1 Insiatif Masyarakat Masyarakat Wilayah ditentukan sendiri Ditentukan oleh masyarakat Pengumpulan dan pengolahan data oleh masyarakat Penugau / pemukiman Paya/rawa Uma Bukit / ladang Babas/ bera ladang Getah / kebun karet Temawang / TembawangEngkabang / kebun Tengkawang Gerupung /kebun buah Rimak/ hutan tutupan Lokal Tersebar Kemitraan dan pendelegasian Tinggi 3 bulan terus- menerus pada 59 pemukiman bersamaan Pengumpulan data oleh masyarakat dan pengolahan data oleh proyek Usaha Tani Hutan Menetap Hutan Produksi Terbatas Hutan Lindung Menjadi satu kesatuan Validasi Peta Upacara adat "Ngudas' (simbolik) Baku Menjadi bahan diskusi Fleksibel
  • 6. ^ 3 # « Pemakaian Datmn di Indonesia Oleh Y. Ketut Deddy Muliastra B ila mata anda ditutup dan dipindahkan dari tennpat anda biasa hidup ke suatu tempat yang tidak anda ketahui, kemudian setelah sampai di tujuan tuiup mata anda dibuka, lalu apa yang anda rasakan ? Anda pasti merasa kehilangan onentasi dan muncul pertanyaan di mana saya berada ? Berapa jauh saya sekarang berada dan tempat asal saya ? Di mana letak saya (ke arah utara ? selatan ? tenggara ? atau yang lam ?) dan tempat asal saya' Tempat asal anda berfungsi sebagai referensi untuk mengetahui di mana anda sekarang berada. Bila kemudian anda bercerita tentang letak suatu tempat kepada orang lain dan anda mendeskripsikan tempat rt;u terhadap tempat asal anda, sedangkan orang yang anda ajak bicara tidak tahu di mana tempat asal anda tersebut, maka apa yang terjadi ? Tentu saja orang yang anda ajak bicara mengerti apa yang anda maksud, tetapi bingung di mana lokasi yang anda ceritakan. Beruntung bila yang mendeskripsikan lokasi tersebut adalah manusia sehingga dapat bertanya lebih lanjut bila ingin lebih jelas. Tetapi bagaimana kalau deskripsi lokasi tergambar dalam peta ? Referensi dibutuhkan untuk memperjelas 6 deskripsi suatu tempat yang tergambar dalam peta. Referensi ini sangat erat kaitannya dengan sistem koordinat yang biasa kita dapat dalam pelajaran matematika. Bila kita berbicara mengenal jarak suatu tempat dari tempat yang lain, kita bisa memakai sistem koordinat satu dimensi, sedangkan bila ingin tahu arahnay maka kita akan memakai sistem koordinat dua atau tiga dimensi. Kita tidak akan puas dengan sistem koordinat tersebut bila yang kita gambarkan adalah bumi yang besar dan berbentuk bulat telur Tentunya akan diari dengan perhitungan yang njmit untuk sistem koordinat yang cocok untuk kasus tersebut. Sistem koordinat yang dipilih untuk mendeskripsikan lokasi yang tergambar di peta ini disebut sebagai sistem referensi. Sistem Koordinat Geografis/ Geodetis Sustu sistem referensi yang sangat terkenal adalah sistem koordinat geografis atau sering juga disebut sistem koordinat geodetis. Sistem koordinat ini dikembangkan oleh Greenwich (dari Inggris) yang membagi bumi menjadi dua bagian irisan yaitu irisan melintang yang disebut garis lintang mulai dari katulistiwa (equator), membesar ke arah kutub (utara maupun selatan), sedangkan yang lain membujur mulai dari garis Greerwich (dekat Inggris karena Greenwich berasal dari Inggris), membesar ke arah barat dan timur Satuan skala koordinat dibagi dalam derajat dari lintang 0° sampai 90° dan bujur 0° sampai 180°. Sistem ini juga sangat terkenal untuk pembagian sistem waktu internasional. Karena itu sistem ini sangat banyak digunakan dalam navigasi dan deskripsi suatu tempat.Gambar I. Sistem Koordinat Geografis / Geodetis. Koordinat ini biasa d^ulis atau disebutkan dalam satuan derajat, menrt, dan detik. Misalnya I °00'30" LU (lintang utara) dan I I5°03'00'BT (bujur timur). Nilai I menit sama dengan 60 detik dan I derajat sama dengan 60 menit. Kadang-kadang dalam perhitungan dibutuhkan angka satuan derajat dalam desimal, sehingga satuan menit dan detik harus dikonversi ke satuan desimal dengan cara; Derajat + (menil/60) + (detik/3600) Misalnya I W 3 0 " = I + (0/60) + (detik/3600) = 1.00833333333 derajat. Datum Pemakaian sistem koordinat geografis atau geodetis memakai bidang matematis yang berbentuk bulat telur, yang disebut ellipsoid (seperti teriihat pada gambar I). Bentuk bumi sebenarnya tidak sehaluse/- lipsoid, tetapi untuk memudahkan perhitungan matematis, maka dipilih bentuk effipsoid ini sebagai bentuk yang mewakili bentuk bumi. Referensi ketinggian yang paling umum digunakan adalah ketinggian di atas pennukaan laut rata- rata. Perkembangan sistem referensi tinggi menggunakan geoid, yaitu permukaan potensial yang sama (equipotensia!) yang melalui permukaan air laut rata-rata ke daratan. Sehingga dengan geoid bisa diperkirakan secara matematis bentuk bumi dan tinggi suatu tempat di mana saja terhadap geoid ini (yang secara teoritis sama dengan tinggi air laut rata-rata). Walaupun bentuk bumi bisa ditentukan dari geoid, perhitungan untuk sistem referensi horisontal sangat
  • 7. I n d e k s : 9 8 0 2 rumit bila menggunakan geoid ini sebagai bentuk dasar, sehingga sistem referensi horisontal dipisahkan dengan sistem referensi vertikal. Akibatnya, untuk mempertahankan ketelitian hitungan dengan perbedaan sistem referensi ini, setiap negara memilih satu titik yang dijadikan titik acuan di mana antara ellip- soid dan geoid berhimprtan. Titik acuan ini yang disebut dengan datum horisontal. Datum sebagai referensi acuan koordinat sehingga ada dua datum, yaitu datum vertikal dan datum horisontal. Datum vertikal vertikal yang dipakai di seluruh dunia untuk kepentingan praktis hampir sama yaitu geoid. Geoid ditentukan dengan perhitungan teoritis matematis dengan menggunakan data gaya berat. Padahal tidak semua tempat te^edia data gaya berat sehingga tidak semua tempat bisa ditentukan geo/d-nya. Seringkali dalam prakteksehari- hari ^oid disamakan dengan air laut rata-rata (atau msl atau dpi). Kadang-kadang dalam peta disebutkan da- tum vertikal yang memakai ellipsoid, Harus hati-hati dengan pemakaian datum tersebut. Datum vertikal untuk kepentingan praktis biasanya dipakai ketinggian di atas geoid karena air akan mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah (ke laut), sedangkan bila memakai ketinggian di atas ellipsoid, belum tentu air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah (lihat seperti gambar 2, perbedaan ellipsoid dan geoid di mana kedua referensi tersebut tidak sama). Datum yang dipakai di setiap negara tersebut disebut datum lokal, Sistem pengukuran posisi dengan satelit, seperti GPS dan Doppler, memakai satu sistem datum global yang pemilihan effipsoid berdasarkan pengukuran astronomis, Doppler menggunakan NWL-9D dan GPS menggunakan WGS-84, Yang membedakan ellipsoid satu dengan yang lain adalah nilai sumbu panjang (a), nilai sumbu pendek (b), dan nilai pipih atau flattening (f),Gambar 2, Blipsoid, Geoid, dan Pemnukaan Bumi. Pada jaman penjajahan, orde lama, dan U t a r a S e l a t a n Gambar. 1 Gambar. 3 keterangan gambar Gambar.l, Sistem koordinat Geografis/Geodetis Gambar.2, Ellipsoid, Geoid dan Permukaan Bumi Gambar.3, Ellipsoid
  • 8. pemnulaan orde baru, Indonesia menggunakan beberapa datum lokal dengan menggunakan ellipsoid Bessel 1841. Sangat sulrtnya mengukur posisi antar pulau mengakibatkan tidak bisa mengukur koordinat trtik-titik kontrol dalam satu sistem nasional, Teknologi pengukuran untuk pemetaan masih terbatas pada waktu itu. Padatahun 1970-an dipikirkan untuk membuat satu sistem nasional yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. Pada saat itu teknologi satelit Doppler memungkinkan untuk mengukurtirik-titik kontrol nasional. Penyatuan sistem ini abn mengefisienkan pekerjaan pemetaan di Indonesia. Untuk itu ditentukan titik yang dianggap berhimpit antara geoid dan ellipsoid GRS-1967 yang dianggap cocok mewakili wilayah Indonesia. Titik tersebut terletak di Padang dan disebut Indo- nesia Datum- l974(ID-74). Koordinat yang tergambar pada peta akan mengacu pada datum yang dipakai pada waktu peta tersebut dibuat. Penggabungan infonmasi yang bersumber dari beberapa peta sudah tentu harus memperhatikan datum yang dipakai dan juga hasil pengukuran GPS harus ditransformasikan ke datum yang digunakan atau diset, dengan memasukkan parameter transformasi yang diberikan di bawah, pada alat GPS supaya hasil ukuran mengacu pada datum yang dipilih. Untuk menyatukan sistem referensi satu dengan yang lainnya sering dipakai transformasi koordinat metode Molodensky. Beberapa parameter untuk transfomnasi tersebut disediakan untuk mempennudah transformasi koordinat tersebut. Akhir-akhir ini peri<embangan teknologi satelit Navstar GPS untuk mengukur posisi sangat populer, sehingga tersedia parameter-parameter transfonnasi dari sistem GPS ke datum lokal. Daftar Ellipsoid yang Dipakai di Indonesia Ellipsoid Sumbu Panjang (a) Sumbu Pendek (b) Flattening (f) Bessel 1841 6.377.397,2 meter 6.356.079,0 meter 1/299,15 GRS-67 6.378.160,0 meter 6.356.774,5 meter 1/298,247 N W L - 9 D 6.378.145,0 meter 6.356.759,769489 meter 1/298,25 W G S - 8 4 6.378.137,0 meter 6.356.752,314 meter 1/298,257223563 Daftar Parameter Transformasi dari Datum WGS-48 ke Datum Lain yang Dipakai di Indonesia Datum Delta a (m) Deltaf(IO ^X) Delta X(m) Delta Y (m) Delta Z (m) N W L - 9 D -23 -0,001 14930 0,0 0,0 4,5 I D - 7 4 (Padang) -23 -0,001 14930 -24 -15 5 Genuk (jawa) 739,845 0,10037483 - 3 7 7 681 -50 M o n c o n l o w e (Sulawesi) 739,845 0,10037483 Tidak tersedia T d a k tersedia Tidak Tersedia Bangka dan Belitung 739,845 0,10037483 -384 6 6 4 -48 Gunung Segara 739,845 0,10037483 -403 6 8 4 41 (Kalimantan bagian T e n g;ara) D a t u m D e m p o 739,845 0,10037483 Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak Tersedia (Sumatra Selatan) Bukit Serindung 739,845 0,10037483 Tidak tersedia Tidak tersedia T d a k Tersedia (Kalimantan Barat)
  • 9. I n d e k s : 9 8 0 2 Pelatihan Invetorisai Partisipatif Antara tanggal 1 dan 13 Desember 1997 berlangsung Lokakarya Pelatihan Inventarisasi Partisipatif (LPIP) di Samarinda. Peserta LPIP adalah aktivis dari berbagai Ism yang memiliki perhatian terhadap isu-isu sistem pengelolaan hutan yang dikembangkan oleh masyarakat. Peserta yang mengikuti LPIP adalah aktivis dari Ism-lsm berikut: SHK-Kaltim, WWF-Lorentz, WWF-Kayan Mentarang, Watala (Lampung), Yayasan Tanah Merdeka (Palu), Plasma, Walhi KalseL YKPHM (Irian), SHK-Kalbar, PPSDAK-Pancur Kasih (Kalbar), Latin (Bogor), Lembaga Adat Asmat, dan Bikal. Metode inventarisasi hutan bukanlah hal baru di dalam dunia kehutanan. Setiap rencana eksploitasi hutan selalu menyert;akan hasil inventarisasi potensi hutan sebagai dasar rencana penebangan hutan. Akan tetapi inventarisasi partisipatif adalah hal yang baru. Inventarisasi partnsipatif berpengertian luas, tetapi bisa diartikan sebagai suatu kegiatan inventarisasi yang dilakukan masyarakat untuk menghitung potensi hutannya sendiri. Inventarisasi partisipatif, sebagai sesuatu yang baru, tentunya memerlukan kajian yang kritis di masa mendatang; apa keuntungan dan kerugiannya; apakah perlu dikembangkan di masa mendatang; dsb. Di dalam proses pelatihan ternyata sangat teriihat perbedaan yang tajam pada studi kasus yang dikaji (Kalbar, Kaltim, Sulteng). Kondisi permasalahan yang berbeda memerlukan pendekatan inventarisasi yang berbeda. Kajian terhadap inventarisasi partisipatif, baik filosofi, metodologi dan efeknya, perlu dilakukan terus. Ide dasar inventarisasi partisipatif cukup menarik. Dengan inventarisasi partisipatif masyarakat, sebagai komunaL bisa mengetahui potensi alam yang dimilikinya. Informasi tentang potensi alam ini bisa dipergunakan sebagai alat negosiasi apabila terjadi perubahan kebijakan tentang pemanfaatan ruang di suatu wilayah; misalnya perkebunan besar, HTI, dsb. Akan tetapi, kalau tidak hati-hati, informasi hasil inventarisasi part;isipatif bisa menjadi bumerang bagi masyarakat. Untuk menghindari hal ini, masyarakat sendiri lah yang menentukan jenis potensi alam yang akan diinventarisasi. Informasi yang memang ingin disimpan oleh masyarakat sebaiknya tidak perlu diinventarisasi. Masyarakat juga bertindak sebagai pengontrol pemanfaatan informasi hasil inventarisasi. Metode dan teknik inventarisasi partisipatif tidaklah terlalu rumit. Teknik inventarisasi partisipatif cukup mudah untuk diadopsi oleh masyarakat. Fleksibilitas metode sangat besar; tergantung kemauan masyarakat. Tetapi inventarisasi partnsipatif memerlukan curahan tenaga masyarakat yang cukup besar. Manfaat hasil inventarisasi partisipatif tentunya harus seimbang dengan curahan tenaga yang diperlukan. Rencana pemanfaatan hasil inventarisasi yang tajam sangat diperlukan agar "kerja berat" yang dilakukan bisa dirasakan manfaatnya. Selama pelatihan dan diskusi analisis studi kasus para peserta merasakan perlunya menggali informasi-informasi lain di dalam masyarakat, selain informasi-informasi hasil inventarisasi partisipatif. Misalnya informasi-informasi tentang pengetahuan ekologi asli masyarakat (Indigenous Ecological Knowledge), Ethnobotany, dsb. PLASMA Jl. Tekukur No. 5 Samarinda 75117 - Kaltim Telp./Fax: (0541) 37934 e-mail; danum@smd.mega.net.id SekretariatJKPP Jl. Citarum Blok B. XI/12 Kompiek Bogor Baru Bogor - 16152 Telp. (0251) 379143 Fax. (0251) 379825 e-mail; jkpp@indo.net.id 9
  • 10. Daftar Peristilahan Tataguna Tanah di Indonesia Oleh Arif Wicaksono A Absolute products atau produk pertanian: Produk yang berasal dari sektor pertanian yang tidak diperoleh dengan cara menebang pohon. Termasuk dalam sektor pertanian dalam hal ini adalah tanah kering tanaman semusim, pertanian tanah sawah, kebun pekarangan dan perkebunan. Absolute protection forest atau hutan lindung mutlak : Hutan yang di dalamnya tidak diijinkan adanya pengambilan hasil hutan. Agro-industry atau agro-industri atau industri pertanian: Jenis industri yang memproses hasil pertanian, perkebunan dan/atau kehutanan. Agro industri dalam kontek ini meliputi - sebagai contoh - gudang- gudang tempat pengumpulan, pengeringan dan penimbangan teh, tembakau, dsb; tempat penggergajian, tetapi juga termasuk pra-pengolahan lateks, pabrik pengalengan nenas, dsb. Airport complex atau kompiek lapangan terbang: Kompiek lapangan terbang terdiri dari lapangan itu sendiri (yaitu landasan dan tempat parkir pesawat) temnasuk semua fasilitas terkait lainnya, seperti terminal penumpang, ruang parkin hanggar pesawat, restoran, perumahan pegawai, dsb. Umumnya fasilitas ini tergabung dalam satu kompleks; pada dasarnya informasi dapat diperoleh dari peta topografi. Alley cropping atau budidaya lorong: Pengaturan ruang penanaman tanaman pangan di antara pagar tanaman beri<ayu atau lajur-lajur belukar dan/atau antara pohon yang secara periodik dipangkas untuk mencegah naungan antara tanaman. Animal husbandry atau peternakan: Sistem pertanian di mana binatang peliharaan menghasilkan produksi untuk dikonsumsi dan/atau untuk memperoleh pendapatan. Associated use atau penggunaan gabungan atau asosiasi penggunaan: Jenis penggunaan padasebidang tanah tertentu di mana penggunan tersebut bukan merupakan penggunaan utama pada bidang tanah itu. Pada umumnya bentuk asosiasi penggunaan tanah memberikan sumbangan terhadap produksi total tanah, baik untuk konsumsi sendiri atau melalui penjualan di pasar Penggunaan gabungan tidak dipertimbangkan dalam kelasifikasi penggunaan tanah untuk sebidangtanah tertentu,tetapi ini dicatat dalam lembar data lapang. Sebagai contoh adalah; pemeliharaan ikan pada areal persawahan atau penggembalaan temak setelah tanaman selesai dipanen. Avenue cropping atau tanaman lorong: Lihat budidaya lorong. B Bare land atau tanah terbuka: Tanah yang tidak ditanami atau dengan penanaman jarang dimana permukaan tanahnya mempunyai lebih dari 50% batu atau tanah tert)uka, yang ditentukan dari penutupan foto udara. Sub divisi dibuat atas dasar apakah tanah tertjuka muncul seara alami atau dibuat oleh manusia. Brackish v^^ater atau air payau: Air dengan tingkat salinitas sedang, yaitu antara air asin dan air tawar. Brackish/salt water pond atau tambak air payau/asin: Kelas Perairan. Tubuh air kecil buatan manusia, mengandung baik air payau maupun air asin. Built-up land atau pemukiman: Suatu istilah umum yang menunjukkan tanah yang tertutup oleh struktur buatan manusia, bangunan dan hasil aktivitas manusia lainnya dan digunakan untuk pemukiman, industri, pertambangan, rekreasi dan pariwisata. Bund atau pematang: Batas-batas sawah atau pematang/tanggul, terutama pada padi sawah, dibuat agar bidang sawah menjadi rata atau mendekati rata sehingga cocok untuk ingasi lembah atau untuk irigasi alur.
  • 11. I n d e k s 9 8 0 3 Bunded fields atau tanah pertanian berpematang: Kompiek tanah pertanian yang dibatasi oleh galengan-galengan atau pematang yang dibuat manusia untuk pengelolaan tanaman pangan (beririgasi), Sama dengan sawah, di mana sawah mengacu pada stmkturfisik tanah dan tidak mengacu pada pengelolaan tanaman. Teras-teras pada tanah-tanah tinggi, yang dibangun untuk tujuan konservasi tanah dan air, tidak masuk dalam klasifikasi tanah pertanian berpematang. c Cash crop atau tanaman tuna!/ perdagangan Tanaman yang dihasilkan para petani berskala kecil, tidak untuk konsumsi sendin tetapi untuk dijual di pasar untuk tujuan memperoleh pendapatan. Temnasuk dalam tanaman tunai adalah yang disebut tanaman peri<ebunan (tanaman industri), dan juga tanaman lain yang diproduksi untuk tujuan komersial. (Lihat juga: tanaman perkebunan). Cemetery atau kuburan: Tanah yang dirancang untuk menguburkan orang yang meninggal. Kuburan umumnya tidak dapat diidentifikasi bentuknya di foto udara dan lokasinya harus ditentukan di lapangan, melalui wawancara dengan penduduk lokal atau dari data sekunder Di lapangan, kuburan dapat dikenali melalui adanya nisan, batu nisan, pohon beringin dan kamboja. Central business district atau daerah pusat perdagangan: Daerah pemukiman di kota- kota besar yang dirancang untuk aktivte sektor tersier, meliputi aktivitas komersial (kanton bank, dsb.) dan pelayanan umum. Daerah pusat perdagangan umumnya ditandai oleh padatnya gedung-gedung bertingkat tinggi. Luas daerah pusat perdagangan sulit ditentukan dari foto udara. Commerce and services atau perusahaan dan jasa: Kelas Pemukiman. Daerah pemukiman yang dirancang untuk aktivitas tersier. Kelas penggunaan tanah ini meliputi areal perdagangan dan juga pelayanan umum. Sama dengan daerah pusat perdagangan. Complex mapping units atau unit pemetaan kompleks: Poligon-poligon yangterdiri dari gabungan kelas-kelas tutupan/ penggunaan tanah yang terlalu kecil untuk ditampilkan secara tersendiri pada skala peta akhir karena ukurannya lebih kecil dari unit pemetaan terkecil. Akan tetapi pada skala yang lebih besar kelas- kelas ini dapat didelineasi seara terpisah sebagai unit-unit tersendiri. Sama dengan unit kompleks foto udara tetapi terdapat dalam skala peta akhir Unit- unit pemetaan kompleks ditunjukkan dalam legenda peta sebagai suatu gabungan unit-unit peta utama dengan menggunakan tanda Warna dan pola yang digunakan untuk unit pemetaan kompleks adalah kelas penggunaan tanah yang dominan. Constructed cover atau tutupan buatan: Lihat tutupan buatan manusia. Convertible production forest atau Hutan produksi yang dapat dikonversi: Lihat hutan produksi normal. Cropping intensity atau intensitas penanaman: Ukuran intensitas penanaman pada sebidang tanah. Intensitas penanaman dapat dinyatakan dalam bentukjumlah tahun penanaman dalam 10 tahun atau dengan jumlah panen per tahun. Cultivated land atau tanah terkelola: Tanah yang digunakan untuk pertanian dengan semua jenis asosiasi tutupan. jenis-jenis tutupan terkelola atau tanah terkelola pada dasarnya mencakup semua tanah yang masuk dalam kelasifikasi Tanah kering tanaman semusim, Pertanian tanah sawah, Kebun dan Perkebunan. D Dense forest atau hutan rapat: Subkelas Hutan tanah kering. A- real yang masuk dalam klasifikasi sebagai hutan tanah kering berpohon, dimana tutupan phonnya > 75 % . Subdivisi lebih lanjut dibuat atas dasar apakah vegetasinya alami atau ditanami dan apakah tutupan pohonnya homogen atau campuran, Dense homestead garden atau kebun rapat: Subkelas Kebun campuran rapat. Tanah yang masuk dalam klasifikasi Kebun campuran dimana tutupan udara didominasi oleh lapisan belukar >75%. Dense settlement atau perumahan padat: Subkelas Perumahan. Tanah terbangun yang digunakan untuk tujuan pemukiman dimana rumah-rumah dan tutupan buatan lainnya >65 % dari tanah itu dan rata-rata jarak antara rumah <20 meter Dense swamp forest atau hutan rawa lebat: Subkelas Hutan rawa. Areal yang masuk dalam klasifikasi hutan rawa dan mempunyai tutupan pohon >75%. Dispersed residential area atau perumahan jarang tidak teratur: Subkelas Perumahan jarang. Tanah yang masuk dalam klasifikasi Perumahan jarang dan tidak mempunyai pola geometrik yang
  • 12. nampak (dari foto udara). Dispersed residential area, low density atau perumahan jarang kepadatan rendah: Subkelas dari Perumahan jarang tidak teratur. Tanah masuk dalam klasifikasi perumahan jarang tidakteratur, dimana rumah-rumah dan tutupan pennukaan buatan lainnya adalah antara 5-20% dan jarak antara rumah berkisar dari 100 hingga 400 meter Dispersed residential area, medium density atau perumahan jarang kepadatan sedang: Subkelas dari Perumahan jarang tidak teratur Tanah yang masuk dalam klasifikasi perumahan jarangtidakteratur, diimana rumah-rumah dan tutupan pennukaan buatan lainnya antara 20- 65%, dan jarak rata-rata antara rumah berkisar dari 20 hingga 100 meter Dispersed settlement atau perumahan jarang: Subkelas Perumahan. Tanah terbangun untuk tujuan perumahan, dimana rumah dan tutupan pennukaan buatan lainnya adalah 5-65 % dari tanah itu dan jarak rata-rata antara rumah beri<isar dari 100 hingga 400 meter. I 2 Dominant crop atau tanaman dominan : Tanaman pertanian (tanaman pangan atau tanaman pohon) yang mencakup >75% areal, yang diukur dengan tutupan di foto udara. Dominant species atau spesies dominan : Spesies vegetasi alami yang mencakup > 75% area yang diukur dari tutupan foto udara. Double cropping atau tanaman ganda : Kelas dari Pertanian tanah sawah. Tanah yang masuk dalam klasifikasi pertanian tanah sawah (=sawah) dan digunakan untuk 2 x tanam setahun. Subdivisi didasari<an atas tanaman yang dikelola dan/atau jadwal rotasi tanaman (Subkelas 4.3.1.: 2xpadi; Subkelas 4.3.2.; Ix padi, Ix tanaman lain). Definsi lain ; ukuran intensitas penanaman dimana dua tanaman ditanam secara berurutan dalam setahun pada bidang tanah dengan persemaian atau penanaman satu tanaman setelah panen tanaman yang lain. Dryland agriculture atau tanah kering tanaman semusim : Sistem pertanian tanpa irigasi dimana tanaman pangan ditanam dengan musim tanam yang pendek. Tanaman berkayu hanya ditemukan pada pematang atau batas-batas tanah/ lapang. Dryland forest with shrubs atau hutan tanah kering dengan belukar: Kelas Hutan. Area dengan drainase yang baik dengan tutupan belukar terdin dan spesies berkayu dengan ketinggian 1,5 - 5 meter yang menutupi lebih dari 50% diukur dari tutupan foto udara, dan dengan tutupan pohon <30%. Dryland forest with trees atau hutan tanah kering berpohon : Kelas Hutan. Area dengan drainase yang baik dengan tutupan pohon terdiri dari spesies berkayu dengan ketinggian >5 m, dimana > 30% diukur dari tutupan di foto udara, dan dimana tutupan belukamya <30%. E Emplacement atau emplasemen; Subkelas Perumahan padat Tanah yang masuk dalam klasifikasi perumahan padat dengan fungsi utama sebagai perumahan karyawan. Estate atau perkebunan Kelas Pericebunan. Perkebunan milik negara atau swasta dimana terdapat pengelolaan tanaman perkebunan berskala besar yang berorientasi pasar Dalam kaitan ini tanaman perkebunan didefinisikan sebagai tanaman yang ditanam untuk produksi masal suatu komoditas tertentu (teh, kopi, karet, tembakau, kelapa sawit, dsb.), Subdivisi dibuat menurut jenis tanaman. Estate crop atau tanaman perkebunan : Disebut juga tanaman industri, Tanaman yang ditanam pada usaha perkebunan , biasanya untuk produksi masal komoditas tertentu berskala besar (teh, karet, kelapa sawrt dsb). Lihat juga tanaman tunai/perdagangan. F Food crops atau tanaman pangan : Subkelas Tanah kering tanaman semusim permanen atau Tegalan Tanaman dengan produksi dalam bentuk biji-bijian (tanaman gandum), akar atau umbi yang ditanam untuk konsumsi manusia. Forest atau hutan : Area yang ditanami dengan vegetasi beri<ayu, dimana pohon-pohon tinggi (yi. spesies berkayu dengan ketinggian >5 m) membentuk komponen dominan seperi;i diukur dari tutupan foto udara (dalam hal ini hutan tanah kering yang didominasi pepohonan) atau dimana belukar (yi. spesies berkayu dengan ketinggian 1,5 - 5 m) membentuk komponen dominan. Hutan dapat diidentifikasikan dari foto udara oleh adanya wama gelap, tekstur kasar dan kenampakan tinggi yang jelas bila diamati di bawah stereoskop. Hutan juga dapat berupa hutan alami atau hutan yang sengaja ditanam.
  • 13. I n d e k s 9 8 0 3 Forestry products atau hasil hutan : Produk yang berasal dari produksi sektor kehutanan, Hasil hutan mencakup sebagai contoh kayu, rotan, bambu, dsb. Fresh water atau air tawar : Air dengan kandungan garam terlarut <0,2%(contoh <2000 ppm). Air tawar ada yang bisa diminum dan ada yang tidak bisa diminum, Biasanya semua air yang berasal dari sumber air di daratan atau air (khusus) tadah hujan digolongkan mengandung air tawar Fresh water ponds atau kolann air tawar : Kelas Perairan. Tubuh air kecil buatan manusia yang tidak mengalir dan mengandung air tawar Grass/herb layer atau lapisan rumput/paku- pakuan Lapisan vegetasi yangterdiri dari rerumputan dan paku-pakuan (termasuk paku-pakuan, alang-alang, r u m p u t tinggi, dsb. ternnasuk spesies tanah basah). Grassland atau padang: Daerah terbuka dengan vegetasi dominan rerumputan dan paku-pakuan. Grassland/herbland atau padang rumput/ paku/alang-alang : Kelas Padang rumput Tanah berdrainase baik yang didominasi dengan tutupan rerumputan dan paku- pakuan (>50%) dengan tanaman pepohonan dan juga belukar < 10%. Grass marsh atau rumput rawa : Subkelas Tanah rawa, Tanah berdrainase bunjk dan ditumbuhi oleh lebih dari 50% rerumputan dan tanaman semak dengan tutupan pepohonan <30% dan tutupan belukar <I0%, Grass savanna atau padang rumput : Subkelas Sabana. Tanah yang masuk dalam klasifikasi Sabana dan mempunyai tutupan belukar <30%. Grazing : land use activity where live- stock is fed on grasses and fodder crops by freely rooming the fields. Padang pengembalaan : aktifitas penggunaan tanah tempat dimana temak diberi makan rerumputan dan makanan temak dengan ara dilepas bebas di padang. H Harbour complex atau kompiek pelabuhan : Subkelas Transportasi. Pelabuhan laut itu sendiri, termasuk demnaga, gudang dan dan fasilitas lainnya seperti kantor terminal penumpang, dsb. Pada dasarnya informasi diperoleh dari peta topografi. Hedgerow intercropping atau pagar antar tanaman: Lihat budidaya lorong. Highway/bus terminal complex atau jalan raya/kompleks terminal bus : Subkelas Transportasi. Area yang digunakan untuk terminal bus, meliputi halte bus, fasilitas penumpang, ruang tunggu, warung-warung makanan, dsb. Homestead garden atau kebun : Area yang ditanami sejumlah tanaman tetapi dengan tutupan dominan tanaman tahunan dan hasil yang diperoleh tidak dengan menebang pohon. Kebun dapat berupa vegetasi yang semuanya ditanam dengan sengaja, atau terdiri dari campuran vegetasi asli dan spesies yang sengaja ditanam. Perumahan dan tutupan buatan lainnya mencakup < 5 % dan jarak-rata-rata antar rumah >400 m. Homogeneous forest atau hutan sejenis : Area yang ditutupi dengan vegetasi yang masuk dalam klasifikasi hutan, dimana terdapat satu spesies dominan yang menutupi >75% area, yang diukur dengan tutupan di foto udara. Homogeneous homestead garden atau kebun sejenis: Subkelas Kebun (Kelas 5.1). Tanah yang dikelaskan sebagai kebun pekarangan dan yang tutupan di foto udara untuk satu tanaman sebanyak >75% subdivisi dibuat menurut jenis tanaman yang dominan. Hotel complex atau kompleks hotel: Area yang dimiliki oleh sautu hotel, meliputi bangunan yang sesunguhnya, kebun, tempat parkir dan fasilitas lain di luar gedung seperti kolam renang, lapangan tenis, dsb. Housing estate atau perumahan teratur : Subkelas Perumahan padat (Subkelas I.I.I .2.). Tanah yang masuk dalam klasifikasi perumahan padat dan pola geometns tampak jelas (dari foto udara). Hunting reserve atau taman perburuan jenis hutan lindung yang berisi berbagai binatang untuk dibum sehingga bisa digunakan untuk taman perburuan untuk rekreasi. Industry atau industri : Kelas Pemukiman (Kelas 1.3.). Kegiatan penggunaan tanah yang bertujuan untuk memroses produk- produk nonpertanian, pertanian dan hutan. Infrastructure atau infra struktur : Kelas Pemukiman (Kelas 1.4.). Semua jenis fasilitas untuk kemudahan pengguna tanah, seperti untuk
  • 14. transportasi, rel<reasi dsb. Temiasuk juga pelabuhan laut, bandara udara dan kompleks jalan/rel kereta api, taman, kompleks olah raga, fasilitas rekreasi, hotel dan obyek pariwisata. L Lake atau danau : Kelas Perairan (kelas 10.2.). Suatu tubuh air alami yang tidak mengalir, lebih luas dan lebih dalam dari pada kolam. Subdivisi dibuat atas dasar apakah danau mengandung air sepanjang tahun atau hanya selama beberapa bulan saja. Limited production forest atau hutan produksi terbatas Hutan produksi yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih. Limited protection forest atau hutan lindung terbatas : Hutan dimana di dalamnya diijinkan adanya pengambilan hasil kayu dan hasil hutan lainnya secara terbatas. Low intensity of cropping atau penanaman dengan intensitas rendah : Subkelas Tanah kering tanaman semusinm sementara atau Ladang (Subkelas 3.2.2.). Bentuk ladang dengan rata-rata penanaman terjadi kurang dari 3 tahun setiap 10 tahun. M Main crop atau tanaman utama : Lihat tanaman dominan. Man-made bare land atau tanah terbuka buatan : Kelas tanah terbuka (Kelas 9.2.). Tanah terbuka dengan tutupan lebih dan 50%, yang diukur dari tutupan foto udara, berupa tanah kosongatau batuan yang disebabkan oleh manusia. Subdivisi dibuat berdasarkan penyebab terbukanya tanah. Man-made cover atau tutupan buatan Bentuk-bentuk tutu pan tanah hasil construction, seperti misalnya, gedung, jalan dan sebagainya. Tutupan buatan manusia pada dasarnya mencakup semua tanah yang diklasifikasikan sebagai Pemukiman (Kelas utama I), juga rentangan tanah yang diklasifikasikan sebagai Proses pertambangan (Kelas 2.1.). Man-made freshwater reservoir atau waduk air tawar buatan : Kelas Perairan (kelas 10.1.). Danau buatan yang terbentuk dengan cara membendung sungai untuk penyimpanan air Marshland atau tanah rawa : Kelas Padang (Kelas 7.4). Daerah yang tertutupi oleh vegetasi yang masuk dalam klasifikasi padang tetapi dengan kondisi berawa. Lokasi ini tergenangi baik secara periodik, yang diakibatkan oleh pengaruh pasang, atau secara permanen jika periode penggenangan secara komulatif lebih dari 6 bulan pertahun. Tanahrawadapat dikenali pada foto udara melalui lokasi dan rona abu-abu yang lebih gelap dan tekstur yang lebih halus bila dibandingkan dengan padang kering. Medium density of cropping atau penanaman intensitas sedang : Subkelas Tanah kering tanaman semusim sementara atau Ladang (Subkelas 3.2.1.). Bentuk tanah kering tanaman semusin dengan rata-rata penanaman 3 sampai 7 tahun dalam 10 tahun. Mined area atau daerah pertambangan : Kelas Pertambangan (Kelas 2.2.). Daerah yang (bam saja) ditambang dan belum ditutupi oleh vegetasi atau dialihkan untuk penggunaan yang lain. Subdivisi dibuat berdasarkan jenis hasil yang ditambang. Mining atau pertambangan : Daerah yang digunakan untuk pengambilan bahan dari bumi, baik melalui penggalian atau pertambangan terbuka (batubara, gambut, dsb.) atau tertutup (emas, besi, minyak dsb). Daerah pertambangan meliputi bangunan pengotanah dan fasilfes terkait lainnya, (Kelas utama 2) Mixed forest atau hutan campuran : Daerah yang ditutupi oleh vegetasi yang tergolong sebagai hutan, dimana tidak ada spesies dominan diukur dengan tutupan di foto udara. Mixed homestead garden atau kebun campuran : Kelas Kebun (Kelas 5.2,). Tanah yang masuk dalam klasifikasi kebun dimana tutupan yang tampak di foto udara terbentuk dari berijagai campuran tanaman. Subdivisi dibuat berdasarkan tutupan lapisan pohon/belukar dominan pada foto udara. Mixed land use atau penggunaan tanah campuran Kombinasi kelas-kelas penutup/ penggunaan tanah yang betul-betui tercampur sehingga sulit untuk dapat dipisahkan, bahkan pada skala peta yang lebih besar juga tidak dapat dipisahkan. Campuran atau penggunaan tanah campuran ditunjukkan pada legenda peta sebagai suatu kombinasi unit-unit penyusun utama dengan menggunakan tanda T (contoh: 1.1.1/1.2.). Wama dan pola yang digunakan pada unit-unit pemetaan menunjuk pada pen^unaan tanah campuran dominan.
  • 15. I n d e k s : 9 8 0 3 Alamat Redak si Kabar-JKPP Jl. Citarum 10 Bogor Baru Bogor16152 Jawa Barat-Indonesia Telp.-H62-0251-314020 Fax.+62-0251-379825 E-mail: jkpp@indo.net.idy I 5