SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  48
Mekanika Fluida
Pengukuran dan analisis curah hujan
Presipitasi
• Presipitasi : turunnya air dari atmosfer ke
permukaan bumi, yang bisa berupa hujan,
hujan salju, kabut, embun dan hujan es.
• Di daerah tropis, termasuk Indonesia,
yang memberikan sumbangan paling
besar adalah hujan, sehingga seringkali
hujanlah yang dianggap sebagai
presipitasi.
Istilah-istilah terkait dengan
presipitasi
1.Tebal hujan (rain depth) merupakan jumlah presipitasi yang
terjadi, dinyatakan sebagai tebal lapisan air di atas permukaan
tanah. Satuannnya mm atau inch.
2.Durasi hujan (duration of rainfall) adalah lamanya presipitasi
berlangsung. Satuannya menit atau jam
3.Intensitas hujan (rainfall intensity) adalah laju presipitasi/
kederasan hujan/intensitas hujan, merupakan kedalaman atau
ketinggian air yang jatuh per satuan waktu. Satuannya mm/menit,
mm/jam, atau inch/jam.
4.Frekuensi hujan (return periode).adalah banyak kejadian hujan
berlangsung, umumnya dinyatakan dengan periode ulang.
Mekanisme Hujan
Hujan terjadi karena adanya perpindahan massa air basah ke tempat yang
lebih tinggi sebagai respon adanya perbedaan tekanan udara antara dua
tempat yang berbeda ketinggiannya. Di tempat tersebut karena adanya
akumulasi uap air pada suhu rendah, maka terjadilah proses kondensasi dan
pada gilirannya massa air basah tersebut jatuh sebagai hujan. Disamping itu
hujan bisa juga terjadi akibat dari pertemuan antara dua massa air basah dan
panas. Mekanisme berlangsungnya hujan melibatkan 3 faktor utama, yaitu:
1.Kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sampai saatnya
atmosfer menjadi jenuh.
2.Terjadi kondensasi atas partikel-partikel uap air kecil di atmosfer.
3.Partikel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan
waktu untuk kemudian jatuh ke permukaan tanah dan permukaan laut
(sebagai hujan) karena gravitasi bumi.
Pola Hujan
Berdasarkan intensitas dan model dari histogramnya, hujan dapat
diklasifikasikan menjadi 4 model hujan, yaitu:
1.Uniform patern, bentuk hujan dengan intensitas merata sepanjang
berlangsungnya hujan.
2.Advanced patern, hujan dengan intensitas terpusat di depan (awal hujan
berlangsung).
3.Intermediate patern, hujan dengan intensitas terpusat ditengah-tengah
berlangsungnya hujan
4.Delayed patern, hujan dengan intensitas terpusat di belakang (pada akhir
hujan berlangsung).
Tipe Hujan
• Hujan terjadi karena udara
basah yang naik ke atmosfer
mengalami pendinginan
sehingga terjadi proses
kondensasi.
• Naiknya udara ke atas dapat
terjadi secara siklonik,
orografik dan konvektif.
HUJAN KONVEKTIF
• Hujan jenis ini biasanya
terjadi sebagai hujan
dengan intensitas yang
tinggi, akibat massa udara
yang terangkat ke atas oleh
pemanasan lahan. Hujan
jenis ini biasanya terjadi di
daerah yang relatif luas dan
bergerak sesuai dengan
pergerakan angin.
Pembentukan hujan konvektif
HUJAN SIKLONIK
• Hujan jenis ini biasanya
terjadi karena udara lembab
panas terangkat ke atas
oleh lapisan udara yang
lebih dingin dan lebih rapat.
Penyebaran hujan jenis ini
sangat dipengaruhi oleh
landai pertemuan antara
udara panas dan dingin dan
biasanya merupakan hujan
dengan daerah penyebaran
terbatas dan dalam waktu
pendek.
Pembentukan hujan siklonik
HUJAN OROGRAFIK
• Hujan jenis ini terjadi karena massa udara lembab
terangkat ke atas oleh angin karena adanya
gunung/pegunungan. Udara lembab yang melintasi
daerah pegunungan akan naik dan mengalami
pendinginan, sehingga terbentuk awan dan hujan.
Pembentukan hujan orografik
Alat Pengukur Hujan
 Alat ukur hujan dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu penakar hujan biasa (manual
raingauge) dan penakar hujan otomatis
(automatic raingauge).
 Data curah hujan dapat berupa data curah hujan
harian atau curah hujan pada periode waktu yang
lebih pendek, misal setiap menit. Data hujan tipe
pertama dapat diukur dengan penakar hujan
biasa terdiri dari bejana dan corong seluas 200
cm2
yang dipasang setinggi 120 cm dari
permukaan tanah. Data hujan untuk periode
pendek didapat dari alat penakar hujan otomatis
ARR (automatic rainfall recorder) yang dapat
merekam setiap kejadian hujan selama jangka
waktu tertentu. Berdasarkan mekanisme
perekaman data hujan ada tiga jenis ARR, yaitu
tipe weighing bucket, tipping bucket dan float.
Stasiun Hujan
Stasiun Hujan
ALAT PENAKAR HUJAN BIASA
 Alat penakar hujan biasa terdiri dari corong dan
botol penampung yang berada di dalam suatu
tabung silinder. Hujan yang jatuh pada corong
akan tertampung di dalam tabung silinder,
kemudian kedalaman hujan di dapat dari
pengukuran volume air yang tertampung dan
luas corongnya. Curah hujan kurang dari 0,1
mm dicatat sebagai 0,0 mm, sedangkan jika
tidak ada hujan dicatat dengan garis (-).
Alat Penakar Hujan Biasa
PENAKAR HUJAN JENIS TIMBANGAN
• Tipe timbangan (weighing bucket) dapat
merekam jumlah kumulatif hujan secara
kontinyu. Alat ini tidak dilengkapi dengan
sistem pengurasan otomatik.
Bucket
Pan
PemberatPena
Silinder dibungkus
kertas berskala
PENAKAR HUJAN JENIS TIMBANGAN
ALAT PENAKAR HUJAN JENIS TIMBA JUNGKIT
• Alat penakar hujan otomatis dengan tipping
bucket digunakan untuk pengukuran khusus.
• Air hujan yang tertampung ke dalam corong
akan diteruskan ke saringan kemudian
masuk ke dalam tipping bucket. Kapasitas
bucket ini didesain khusus setara dengan 0.5
mm, sehingga apabila tampungan air hujan
tercapai akan terjungkir (tipping) yang akan
diteruskan dengan proses perekaman.
ALAT PENAKAR HUJAN JENIS TIMBA JUNGKIT
Tipping bucket
Saringan
Pipa pembuang
Penakar hujan jenis pelampung
• Prinsip mekanisme kerja alat penakar hujan otomatis
tipe ketiga yaitu float adalah dengan memanfaatkan
gerakan naik pelampung dalam bejana akibat
tertampungnya curah hujan. Pelampung ini berhubungan
dengan sistem pena perekam di atas kertas berskala
yang menghasilkan grafik rekaman data hujan. Alat ini
dilengkapi dengan sistem pengurasan otomatis, yaitu
pada saat air hujan yang tertampung telah mencapai
kapasitas receivernya akan dikeluarkan dari bejana dan
pena akan kembali pada posisi dasar kertas rekaman
data hujan.
Penakar hujan jenis pelampung
Pelampung
Corong
Jam pencatat
Sifon
Kertas perekam
data hujan
Syarat teknis Penempatan dan
pemasangan alat pada stasiun hidrologi
• Penakar hujan ditempatkan pada lokasi sedemikian
sehingga kecepatan angin di tempat tersebut sekecil
mungkin dan terhindar dari pengaruh penangkapan air
hujan oleh benda lain di sekitar alat penakar hujan.
• Penempatan setasiun hujan hendaknya berjarak
minimum empat kali tinggi rintangan terdekat.
• Lokasi di suatu lereng yang miring ke satu arah
tertentu hendaknya dihindarkan.
• Penempatan corong penangkap hujan diusahakan
dapat menghindari pengaruh percikan curah hujan ke
dalam dan disekitar alat penakar sebaiknya ditanami
rumput atau berupa kerikil, bukan lantai beton atau
sejenisnya.
Penentuan Hujan Kawasan/Hujan DAS
• Stasiun penakar hujan hanya memberikan
kedalaman (tinggi) hujan di titik di mana stasiun
tersebut berada, sehingga hujan pada suatu
luasan harus diperkirakan dari titik pengukuran
tersebut.
• Apabila pada suatu daerah terdapat lebih dari
satu stasiun pengukuran yang ditempatkan
secara terpencar, hujan yang tercatat di masing-
masing stasiun dapat tidak sama.
METODE
• Dalam analisis hidrologi sering diperlukan
untuk menentukan hujan rerata pada
daerah tersebut.
• Terdapat 3 metode :
– Aritmatik
– Poligon Thiessen
– Isohiet
1. Metode rerata aritmatik (aljabar)
• Metode ini adalah metode yang paling sederhana. Pengukuran
dengan metode ini dilakukan dengan merata-ratakan hujan di
seluruh DAS. Stasiun hujan yang digunakan untuk menghitung
dengan metode ini adalah yang berada di dalam DAS, akan tetapi
stasiun yang berada di luar DAS dan jaraknya cukup berdekatan
masih bisa diperhitungkan. Metode aljabar ini memberikan hasil
yang tidak teliti, metode ini memberikan hasil yang cukup baik jika
penyebaran hujan merata, serta hujan tidak terlalu bervariasi.
• Hujan DAS dengan cara ini dapat diperoleh dengan persamaan:
• dengan:
p = hujan rerata di suatu DAS
pi = hujan di tiap-tiap stasiun
n = jumlah stasiun
n
p
p
n
i
i∑=
= 1
n
pppp
p n++++
=
.....321
Contoh Ilustrasi
n
pppp
p n++++
=
.....321
Hitung hujan rerata dengan
metode aljabar!
A = 22 mm
B = 28 mm C = 30 mm
D = 25 mm
3
CBA ppp
p
++
=
3
302822 ++
=p
mmp 67,26=
Jika stasiun D di luar DAS ikut
diperhitungkan maka: mmp 25,26
4
25302822
=
+++
=
2. Metode Thiessen
• Metode ini digunakan untuk menghitung
bobot masing-masing stasiun yang
mewakili luasan di sekitarnya. Metode ini
digunakan bila penyebaran hujan di
daerah yang ditinjau tidak merata.
PROSEDUR HITUNGAN METODE
POLIGON THIESSEN
Hitungan poligon Thiessen dilakukan dengan cara:
a. Stasiun hujan digambar pada peta daerah yang ditinjau.
b. Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan dengan garis
lurus, sehingga akan didapatkan bentuk segitiga.
c. Tiap-tiap sisi segitiga dibuat garis berat sehingga saling
bertemu dan membentuk suatu poligon yang
mengelilingi tiap stasiun. Tiap stasiun mewakili luasan
yang dibentuk oleh poligon, sedangkan untuk stasiun
yang berada di dekat batas daerah, garis batas daerah
membentuk batas tertutup dari poligon.
d. Luas tiap poligon diukur, kemudian dikalikan dengan
kedalaman hujan di tiap poligon. Hasil jumlah hitungan
tersebut dibagi dengan total luas daerah yang ditinjau.
A1
A2
A3
A4
Prosedur hitungan ini dijelaskan pada
persamaan dan gambar berikut ini.
Dimana:
• P = curah hujan rata-rata,
• P1,..., Pn = curah hujan pada setiap setasiun,
• A1,..., An = luas yang dibatasi tiap poligon.
total
nn
A
PAPAPA
P
......... 2211 +++
=
n
nn
AAAA
PAPAPAPA
P
++++
++++
=
.....
..........
321
332211
A = 22 mm
B = 28 mm C = 30 mm
D = 25 mm
AA = 50 km2
AB = 53 km2
AC = 45 km2
x
x
Garis ini membagi sisi
segitiga menjadi 2
bagian sama panjang
(di tengah-tengah)
dan tegak lurus
terhadapnya.
Contoh Ilustrasi
Gambar tidak berskala, luas
bagian dan tinggi hujan hanya
merupakan perumpamaan
Hujan rerata cara Thiessen
total
nn
A
PAPAPA
P
......... 2211 +++
=
CBA
CCBBAA
AAA
PAPAPA
P
++
++
=
...
455350
30.4528.5322.50
++
++
=P
mm58,26
148
3934
==P
A = 22 mm
B = 28 mm
C = 30 mm
D = 25 mm
AA = 50 km2
AB = 37 km2
AC = 41 km2
AD = 20 km2
Poligon Thiessen dengan
melibatkan stasiun hujan D
yang berada di luar DAS
Hujan rerata cara Thiessen
total
nn
A
PAPAPA
P
......... 2211 +++
=
DCBA
DDCCBBAA
AAAA
PAPAPAPA
P
+++
+++
=
....
20413750
25.2030.4128.3722.50
+++
+++
=P
mm12,26
148
3866
==P
3. Metode Isohiet
• Pada prinsipnya isohiet adalah garis yang
menghubungkan titik-titik dengan
tinggi/kedalaman hujan yang sama,
Kesulitan dari penggunaan metode ini
adalah jika jumlah stasiun di dalam dan
sekitar DAS terlalu sedikit. Hal tersebut
akan mengakibatkan kesulitan dalam
menginterpolasi.
Metode pembuatan garis Isohiet
sebagai berikut:
• Pada peta yang ditinjau, digambarkan lokasi
daerah hujan dan kedalaman hujan.
• Di stasiun hujan yang saling berdampingan
dinilai kedalaman hujannya dan dibuat
interpolasinya. Kemudian hasil interpolasi yang
mewakili kedalaman hujan yang sama
dihubungkan satu sama lain.
• Luas daerah diantara 2 garis isohiet diukur
luasnya, dan dikalikan dengan nilai rerata di
kedua garis isohiet. Kemudian jumlah dari
hasil hitungan tersebut dibagi dengan total
luasan daerah yang ditinjau.
I1=100
I2=95
I3=90
I4=85
I5=80
A1
A2
A3
A4
Hujan DAS menggunakan Isohiet dapat dihitung
dengan persamaan:
∑
∑=
++
= n
i
i
n
i
ii
i
A
II
A
p 1
1
2
n
nn
n
AAA
II
A
II
A
II
A
p
+++
+
++
+
+
+
=
+
.....
2
.....
22
21
132
2
21
1
Dengan:
p = hujan rerata kawasan
Ai = luasan dari titik i
Ii = garis isohiet ke i
30
35
40 45
50
60
A = 18 B = 22
C = 36
D = 33
E = 41
F = 42
G = 65 I = 63
H = 49
A1 = 50 km2
A2 = 20 km2
A3 = 180
km2
A4 = 45 km2
A5 = 15 km2
A6 = 25 km2
I1
I2
I3
I4
I5
I6
Catatan: tinggi hujan dalam mm
Hujan DAS menggunakan Isohiet
n
nn
n
AAA
II
A
II
A
II
A
p
+++
+
++
+
+
+
=
+
.....
2
.....
22
21
132
2
21
1
654321
64
6
55
5
54
4
42
3
33
2
21
1
222222
AAAAAA
II
A
II
A
II
A
II
A
II
A
II
A
p
+++++
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
=
2515451802050
2
5050
25
2
6060
15
2
6045
45
2
4535
180
2
4040
20
2
3530
50
+++++
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
=p
mm20,42
335
5,137.14
==p
Menghitung Curah Hujan
Metode Aritmatik
Cara Poligon
(Thiessen polygon)
Tentukan curah hujan untuk wilayah dibawah sebagai mana di
tampilkan tabel dibwawah
Cara Isohet (Isohyetal)
Tentukan curah hujan untuk wilayah dibawah sebagai mana di
tampilkan tabel dibwawah
HUJAN DAS

Contenu connexe

Tendances

Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah HidrologiMateri Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
PPT Presentasi_Analisis Curah Hujan.pptx
PPT Presentasi_Analisis Curah Hujan.pptxPPT Presentasi_Analisis Curah Hujan.pptx
PPT Presentasi_Analisis Curah Hujan.pptxFakhmiImanuddin
 
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
11   sistem jaringan dan bangunan irigasi11   sistem jaringan dan bangunan irigasi
11 sistem jaringan dan bangunan irigasiKharistya Amaru
 
Bab ii-perencanaan-saluran
Bab ii-perencanaan-saluranBab ii-perencanaan-saluran
Bab ii-perencanaan-saluranAde Rohima
 
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan Observatorium
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan ObservatoriumCara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan Observatorium
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan ObservatoriumHendry Ferdinans
 
Perencanaan sistem penyaliran tambang
Perencanaan sistem penyaliran tambangPerencanaan sistem penyaliran tambang
Perencanaan sistem penyaliran tambangIpung Noor
 
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi,  evapotranspirasiEvaporasi, transpirasi,  evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasiJulia Maidar
 
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluranPertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluranBahar Saing
 
Tata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainaseTata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainaseinfosanitasi
 
Mekanika fluida 1 pertemuan 03 ok
Mekanika fluida 1 pertemuan 03 okMekanika fluida 1 pertemuan 03 ok
Mekanika fluida 1 pertemuan 03 okMarfizal Marfizal
 
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdfIrigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdfAswar Amiruddin
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
 
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan - A2 Perencanaan
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan - A2 PerencanaanPenyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan - A2 Perencanaan
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan - A2 PerencanaanJoy Irman
 

Tendances (20)

Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah HidrologiMateri Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
 
Hidrologi Terapan
Hidrologi TerapanHidrologi Terapan
Hidrologi Terapan
 
Windrose
WindroseWindrose
Windrose
 
PPT Presentasi_Analisis Curah Hujan.pptx
PPT Presentasi_Analisis Curah Hujan.pptxPPT Presentasi_Analisis Curah Hujan.pptx
PPT Presentasi_Analisis Curah Hujan.pptx
 
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
11   sistem jaringan dan bangunan irigasi11   sistem jaringan dan bangunan irigasi
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
 
Bab ii-perencanaan-saluran
Bab ii-perencanaan-saluranBab ii-perencanaan-saluran
Bab ii-perencanaan-saluran
 
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan Observatorium
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan ObservatoriumCara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan Observatorium
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan Observatorium
 
Perencanaan sistem penyaliran tambang
Perencanaan sistem penyaliran tambangPerencanaan sistem penyaliran tambang
Perencanaan sistem penyaliran tambang
 
Iuw 3 pengukuran jarak
Iuw   3 pengukuran jarakIuw   3 pengukuran jarak
Iuw 3 pengukuran jarak
 
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi,  evapotranspirasiEvaporasi, transpirasi,  evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
 
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluranPertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
 
Materi 1 Pendahuluan.ppt
Materi 1 Pendahuluan.pptMateri 1 Pendahuluan.ppt
Materi 1 Pendahuluan.ppt
 
Kuat geser
Kuat geserKuat geser
Kuat geser
 
Tata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainaseTata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainase
 
Mekanika fluida 1 pertemuan 03 ok
Mekanika fluida 1 pertemuan 03 okMekanika fluida 1 pertemuan 03 ok
Mekanika fluida 1 pertemuan 03 ok
 
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdfIrigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdf
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
 
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan - A2 Perencanaan
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan - A2 PerencanaanPenyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan - A2 Perencanaan
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan - A2 Perencanaan
 
Koef runoff
Koef runoffKoef runoff
Koef runoff
 
Siklus hidrologi
Siklus hidrologiSiklus hidrologi
Siklus hidrologi
 

En vedette

Prinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer MangkukPrinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer MangkukPuspawijaya Putra
 
187.construcción del ecoes y remodelación del área
187.construcción del ecoes y remodelación del área187.construcción del ecoes y remodelación del área
187.construcción del ecoes y remodelación del áreadec-admin
 
8sifatfisikatanah23juli07 111115203713-phpapp02
8sifatfisikatanah23juli07 111115203713-phpapp028sifatfisikatanah23juli07 111115203713-phpapp02
8sifatfisikatanah23juli07 111115203713-phpapp02Agus Salim
 
Lingkungan Fisik Kantor (TATA UDARA)
Lingkungan Fisik Kantor (TATA UDARA)Lingkungan Fisik Kantor (TATA UDARA)
Lingkungan Fisik Kantor (TATA UDARA)Marlinda
 
perpindahan panas
perpindahan panasperpindahan panas
perpindahan panasRSA1C314014
 
Laporan projek ict_Percobaan Perbedaan Tekanan Udara
Laporan projek ict_Percobaan Perbedaan Tekanan UdaraLaporan projek ict_Percobaan Perbedaan Tekanan Udara
Laporan projek ict_Percobaan Perbedaan Tekanan UdaraAnida Nurafifah
 
sifat-sifat-zat-murni
sifat-sifat-zat-murnisifat-sifat-zat-murni
sifat-sifat-zat-murniiduykuy
 
Kelompok 1 pengukuran temperatur dan kelembaban relatif
Kelompok 1 pengukuran temperatur dan kelembaban relatifKelompok 1 pengukuran temperatur dan kelembaban relatif
Kelompok 1 pengukuran temperatur dan kelembaban relatifLisnaWati8
 
Diagram fase-cair
Diagram fase-cairDiagram fase-cair
Diagram fase-cairbollengk
 
History of meteorology..
History of meteorology..History of meteorology..
History of meteorology..franz28
 
Harifidy RAKOTO RATSIMBA "Forest ecosystem resilience and rainfall variabilit...
Harifidy RAKOTO RATSIMBA "Forest ecosystem resilience and rainfall variabilit...Harifidy RAKOTO RATSIMBA "Forest ecosystem resilience and rainfall variabilit...
Harifidy RAKOTO RATSIMBA "Forest ecosystem resilience and rainfall variabilit...Global Risk Forum GRFDavos
 
Angin siklon dan antisiklon
Angin siklon dan antisiklonAngin siklon dan antisiklon
Angin siklon dan antisiklonLutfia Fitri
 
Shahid Lecture-1- MKAG1273
Shahid Lecture-1- MKAG1273Shahid Lecture-1- MKAG1273
Shahid Lecture-1- MKAG1273nchakori
 
Filsafat gerak ppt
Filsafat gerak pptFilsafat gerak ppt
Filsafat gerak pptErna Ariyani
 

En vedette (20)

Group 4 dectar ukm
Group 4   dectar ukmGroup 4   dectar ukm
Group 4 dectar ukm
 
Evaporasi
EvaporasiEvaporasi
Evaporasi
 
Prinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer MangkukPrinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer Mangkuk
 
Geografi
GeografiGeografi
Geografi
 
187.construcción del ecoes y remodelación del área
187.construcción del ecoes y remodelación del área187.construcción del ecoes y remodelación del área
187.construcción del ecoes y remodelación del área
 
8sifatfisikatanah23juli07 111115203713-phpapp02
8sifatfisikatanah23juli07 111115203713-phpapp028sifatfisikatanah23juli07 111115203713-phpapp02
8sifatfisikatanah23juli07 111115203713-phpapp02
 
Lingkungan Fisik Kantor (TATA UDARA)
Lingkungan Fisik Kantor (TATA UDARA)Lingkungan Fisik Kantor (TATA UDARA)
Lingkungan Fisik Kantor (TATA UDARA)
 
perpindahan panas
perpindahan panasperpindahan panas
perpindahan panas
 
Laporan projek ict_Percobaan Perbedaan Tekanan Udara
Laporan projek ict_Percobaan Perbedaan Tekanan UdaraLaporan projek ict_Percobaan Perbedaan Tekanan Udara
Laporan projek ict_Percobaan Perbedaan Tekanan Udara
 
Bangun ruang kubus
Bangun ruang kubusBangun ruang kubus
Bangun ruang kubus
 
sifat-sifat-zat-murni
sifat-sifat-zat-murnisifat-sifat-zat-murni
sifat-sifat-zat-murni
 
Kelompok 1 pengukuran temperatur dan kelembaban relatif
Kelompok 1 pengukuran temperatur dan kelembaban relatifKelompok 1 pengukuran temperatur dan kelembaban relatif
Kelompok 1 pengukuran temperatur dan kelembaban relatif
 
Diagram fase-cair
Diagram fase-cairDiagram fase-cair
Diagram fase-cair
 
Pullet Ayam
Pullet AyamPullet Ayam
Pullet Ayam
 
History of meteorology..
History of meteorology..History of meteorology..
History of meteorology..
 
History of meteorology
History of meteorologyHistory of meteorology
History of meteorology
 
Harifidy RAKOTO RATSIMBA "Forest ecosystem resilience and rainfall variabilit...
Harifidy RAKOTO RATSIMBA "Forest ecosystem resilience and rainfall variabilit...Harifidy RAKOTO RATSIMBA "Forest ecosystem resilience and rainfall variabilit...
Harifidy RAKOTO RATSIMBA "Forest ecosystem resilience and rainfall variabilit...
 
Angin siklon dan antisiklon
Angin siklon dan antisiklonAngin siklon dan antisiklon
Angin siklon dan antisiklon
 
Shahid Lecture-1- MKAG1273
Shahid Lecture-1- MKAG1273Shahid Lecture-1- MKAG1273
Shahid Lecture-1- MKAG1273
 
Filsafat gerak ppt
Filsafat gerak pptFilsafat gerak ppt
Filsafat gerak ppt
 

Similaire à HUJAN DAS

Hidrologi Hujan.pptx
Hidrologi Hujan.pptxHidrologi Hujan.pptx
Hidrologi Hujan.pptxaudisaamalia
 
Drainase perkotaan pertemuan 3.pdf
Drainase perkotaan pertemuan 3.pdfDrainase perkotaan pertemuan 3.pdf
Drainase perkotaan pertemuan 3.pdfkhoirulanam357251
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca NaibahoShinta R Naibaho
 
Unsur unsur cuaca dan iklim geografi kelas X
Unsur unsur cuaca dan iklim geografi kelas XUnsur unsur cuaca dan iklim geografi kelas X
Unsur unsur cuaca dan iklim geografi kelas Xsofiana S
 
Materi Hujan bagian Pertama Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hujan bagian Pertama Mata Kuliah HidrologiMateri Hujan bagian Pertama Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hujan bagian Pertama Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
Laporan praktikum agroklimatologi hujan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi hujan ferliLaporan praktikum agroklimatologi hujan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi hujan ferliFerli Dian SAputra
 
Prediksi dan modifikasi cuaca dan iklim ekstrim di
Prediksi dan modifikasi cuaca dan iklim ekstrim  diPrediksi dan modifikasi cuaca dan iklim ekstrim  di
Prediksi dan modifikasi cuaca dan iklim ekstrim diHouw Liong The
 
Laporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan Klimatologi
Laporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan KlimatologiLaporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan Klimatologi
Laporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan KlimatologiSansanikhs
 
ASPEK PENYALIRAN TAMBANG.pptx
ASPEK PENYALIRAN TAMBANG.pptxASPEK PENYALIRAN TAMBANG.pptx
ASPEK PENYALIRAN TAMBANG.pptxHandikaBrogas
 
Metode penyaliran tambang
Metode penyaliran tambangMetode penyaliran tambang
Metode penyaliran tambangNoveriady
 

Similaire à HUJAN DAS (20)

MODUL_3.pptx
MODUL_3.pptxMODUL_3.pptx
MODUL_3.pptx
 
Hidrologi Hujan.pptx
Hidrologi Hujan.pptxHidrologi Hujan.pptx
Hidrologi Hujan.pptx
 
Hidrologi 3. hujan
Hidrologi 3. hujanHidrologi 3. hujan
Hidrologi 3. hujan
 
Drainase perkotaan pertemuan 3.pdf
Drainase perkotaan pertemuan 3.pdfDrainase perkotaan pertemuan 3.pdf
Drainase perkotaan pertemuan 3.pdf
 
PPT HIDROLOGI.pptx
PPT HIDROLOGI.pptxPPT HIDROLOGI.pptx
PPT HIDROLOGI.pptx
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
 
PPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdf
PPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdfPPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdf
PPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdf
 
Klimatik
KlimatikKlimatik
Klimatik
 
Unsur unsur cuaca dan iklim geografi kelas X
Unsur unsur cuaca dan iklim geografi kelas XUnsur unsur cuaca dan iklim geografi kelas X
Unsur unsur cuaca dan iklim geografi kelas X
 
"Unsur unsur cuaca n iklim geografi"
"Unsur unsur cuaca n iklim geografi""Unsur unsur cuaca n iklim geografi"
"Unsur unsur cuaca n iklim geografi"
 
Materi Hujan bagian Pertama Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hujan bagian Pertama Mata Kuliah HidrologiMateri Hujan bagian Pertama Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hujan bagian Pertama Mata Kuliah Hidrologi
 
Laporan praktikum agroklimatologi hujan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi hujan ferliLaporan praktikum agroklimatologi hujan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi hujan ferli
 
Prediksi dan modifikasi cuaca dan iklim ekstrim di
Prediksi dan modifikasi cuaca dan iklim ekstrim  diPrediksi dan modifikasi cuaca dan iklim ekstrim  di
Prediksi dan modifikasi cuaca dan iklim ekstrim di
 
Hidrograf unit tunggal
Hidrograf unit tunggalHidrograf unit tunggal
Hidrograf unit tunggal
 
Curah Hujan
Curah HujanCurah Hujan
Curah Hujan
 
Hidrologi
HidrologiHidrologi
Hidrologi
 
Laporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan Klimatologi
Laporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan KlimatologiLaporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan Klimatologi
Laporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan Klimatologi
 
ASPEK PENYALIRAN TAMBANG.pptx
ASPEK PENYALIRAN TAMBANG.pptxASPEK PENYALIRAN TAMBANG.pptx
ASPEK PENYALIRAN TAMBANG.pptx
 
Metode penyaliran tambang
Metode penyaliran tambangMetode penyaliran tambang
Metode penyaliran tambang
 
CUACA.ppt
CUACA.pptCUACA.ppt
CUACA.ppt
 

Plus de Marfizal Marfizal

Plus de Marfizal Marfizal (20)

MKE Pertemuan 3 edit ok.pptx
MKE  Pertemuan 3 edit ok.pptxMKE  Pertemuan 3 edit ok.pptx
MKE Pertemuan 3 edit ok.pptx
 
MKE Pertemuan 7 edit tampil okk.pptx
MKE  Pertemuan 7 edit tampil okk.pptxMKE  Pertemuan 7 edit tampil okk.pptx
MKE Pertemuan 7 edit tampil okk.pptx
 
Ketel Dan Turbin Uap 8.pptx
Ketel Dan Turbin Uap 8.pptxKetel Dan Turbin Uap 8.pptx
Ketel Dan Turbin Uap 8.pptx
 
Motor listrik.docx
Motor listrik.docxMotor listrik.docx
Motor listrik.docx
 
Pengaruh Pencampuran Bahan Bakar Terhadap Performa Sepeda Motor Matic.pdf
Pengaruh Pencampuran Bahan Bakar Terhadap Performa Sepeda Motor Matic.pdfPengaruh Pencampuran Bahan Bakar Terhadap Performa Sepeda Motor Matic.pdf
Pengaruh Pencampuran Bahan Bakar Terhadap Performa Sepeda Motor Matic.pdf
 
[Philip_A._Schweitzer]_Fundamentals_of_metallic_co(BookFi).pdf
[Philip_A._Schweitzer]_Fundamentals_of_metallic_co(BookFi).pdf[Philip_A._Schweitzer]_Fundamentals_of_metallic_co(BookFi).pdf
[Philip_A._Schweitzer]_Fundamentals_of_metallic_co(BookFi).pdf
 
Bahan ajar 12 2017
Bahan ajar 12  2017Bahan ajar 12  2017
Bahan ajar 12 2017
 
Bahan ajar 11 2017
Bahan ajar 11  2017Bahan ajar 11  2017
Bahan ajar 11 2017
 
Bahan ajar 10 2017
Bahan ajar 10  2017Bahan ajar 10  2017
Bahan ajar 10 2017
 
Bahan ajar 9 2017
Bahan ajar 9  2017Bahan ajar 9  2017
Bahan ajar 9 2017
 
Bahan ajar 8 2017
Bahan ajar 8  2017Bahan ajar 8  2017
Bahan ajar 8 2017
 
Bahan ajar 7 2017
Bahan ajar 7  2017Bahan ajar 7  2017
Bahan ajar 7 2017
 
Bahan ajar 6 2017
Bahan ajar 6  2017Bahan ajar 6  2017
Bahan ajar 6 2017
 
Bahan ajar 5 2017
Bahan ajar 5  2017Bahan ajar 5  2017
Bahan ajar 5 2017
 
Bahan ajar 4 2017
Bahan ajar 4  2017Bahan ajar 4  2017
Bahan ajar 4 2017
 
Bahan ajar 3 2017
Bahan ajar 3  2017Bahan ajar 3  2017
Bahan ajar 3 2017
 
Bahan ajar 2 2017
Bahan ajar 2  2017Bahan ajar 2  2017
Bahan ajar 2 2017
 
Mekanika fluida 1 pertemuan 10
Mekanika fluida 1 pertemuan 10Mekanika fluida 1 pertemuan 10
Mekanika fluida 1 pertemuan 10
 
Mekanika fluida 1 pertemuan 10 [autosaved]
Mekanika fluida 1 pertemuan 10 [autosaved]Mekanika fluida 1 pertemuan 10 [autosaved]
Mekanika fluida 1 pertemuan 10 [autosaved]
 
Mekanika fluida 1 pertemuan 9
Mekanika fluida 1 pertemuan 9Mekanika fluida 1 pertemuan 9
Mekanika fluida 1 pertemuan 9
 

Dernier

REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 

Dernier (20)

REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 

HUJAN DAS

  • 1. Mekanika Fluida Pengukuran dan analisis curah hujan
  • 2. Presipitasi • Presipitasi : turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi, yang bisa berupa hujan, hujan salju, kabut, embun dan hujan es. • Di daerah tropis, termasuk Indonesia, yang memberikan sumbangan paling besar adalah hujan, sehingga seringkali hujanlah yang dianggap sebagai presipitasi.
  • 3. Istilah-istilah terkait dengan presipitasi 1.Tebal hujan (rain depth) merupakan jumlah presipitasi yang terjadi, dinyatakan sebagai tebal lapisan air di atas permukaan tanah. Satuannnya mm atau inch. 2.Durasi hujan (duration of rainfall) adalah lamanya presipitasi berlangsung. Satuannya menit atau jam 3.Intensitas hujan (rainfall intensity) adalah laju presipitasi/ kederasan hujan/intensitas hujan, merupakan kedalaman atau ketinggian air yang jatuh per satuan waktu. Satuannya mm/menit, mm/jam, atau inch/jam. 4.Frekuensi hujan (return periode).adalah banyak kejadian hujan berlangsung, umumnya dinyatakan dengan periode ulang.
  • 4. Mekanisme Hujan Hujan terjadi karena adanya perpindahan massa air basah ke tempat yang lebih tinggi sebagai respon adanya perbedaan tekanan udara antara dua tempat yang berbeda ketinggiannya. Di tempat tersebut karena adanya akumulasi uap air pada suhu rendah, maka terjadilah proses kondensasi dan pada gilirannya massa air basah tersebut jatuh sebagai hujan. Disamping itu hujan bisa juga terjadi akibat dari pertemuan antara dua massa air basah dan panas. Mekanisme berlangsungnya hujan melibatkan 3 faktor utama, yaitu: 1.Kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer menjadi jenuh. 2.Terjadi kondensasi atas partikel-partikel uap air kecil di atmosfer. 3.Partikel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu untuk kemudian jatuh ke permukaan tanah dan permukaan laut (sebagai hujan) karena gravitasi bumi.
  • 5. Pola Hujan Berdasarkan intensitas dan model dari histogramnya, hujan dapat diklasifikasikan menjadi 4 model hujan, yaitu: 1.Uniform patern, bentuk hujan dengan intensitas merata sepanjang berlangsungnya hujan. 2.Advanced patern, hujan dengan intensitas terpusat di depan (awal hujan berlangsung). 3.Intermediate patern, hujan dengan intensitas terpusat ditengah-tengah berlangsungnya hujan 4.Delayed patern, hujan dengan intensitas terpusat di belakang (pada akhir hujan berlangsung).
  • 6. Tipe Hujan • Hujan terjadi karena udara basah yang naik ke atmosfer mengalami pendinginan sehingga terjadi proses kondensasi. • Naiknya udara ke atas dapat terjadi secara siklonik, orografik dan konvektif.
  • 7. HUJAN KONVEKTIF • Hujan jenis ini biasanya terjadi sebagai hujan dengan intensitas yang tinggi, akibat massa udara yang terangkat ke atas oleh pemanasan lahan. Hujan jenis ini biasanya terjadi di daerah yang relatif luas dan bergerak sesuai dengan pergerakan angin. Pembentukan hujan konvektif
  • 8. HUJAN SIKLONIK • Hujan jenis ini biasanya terjadi karena udara lembab panas terangkat ke atas oleh lapisan udara yang lebih dingin dan lebih rapat. Penyebaran hujan jenis ini sangat dipengaruhi oleh landai pertemuan antara udara panas dan dingin dan biasanya merupakan hujan dengan daerah penyebaran terbatas dan dalam waktu pendek. Pembentukan hujan siklonik
  • 9. HUJAN OROGRAFIK • Hujan jenis ini terjadi karena massa udara lembab terangkat ke atas oleh angin karena adanya gunung/pegunungan. Udara lembab yang melintasi daerah pegunungan akan naik dan mengalami pendinginan, sehingga terbentuk awan dan hujan. Pembentukan hujan orografik
  • 10. Alat Pengukur Hujan  Alat ukur hujan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu penakar hujan biasa (manual raingauge) dan penakar hujan otomatis (automatic raingauge).  Data curah hujan dapat berupa data curah hujan harian atau curah hujan pada periode waktu yang lebih pendek, misal setiap menit. Data hujan tipe pertama dapat diukur dengan penakar hujan biasa terdiri dari bejana dan corong seluas 200 cm2 yang dipasang setinggi 120 cm dari permukaan tanah. Data hujan untuk periode pendek didapat dari alat penakar hujan otomatis ARR (automatic rainfall recorder) yang dapat merekam setiap kejadian hujan selama jangka waktu tertentu. Berdasarkan mekanisme perekaman data hujan ada tiga jenis ARR, yaitu tipe weighing bucket, tipping bucket dan float.
  • 13. ALAT PENAKAR HUJAN BIASA  Alat penakar hujan biasa terdiri dari corong dan botol penampung yang berada di dalam suatu tabung silinder. Hujan yang jatuh pada corong akan tertampung di dalam tabung silinder, kemudian kedalaman hujan di dapat dari pengukuran volume air yang tertampung dan luas corongnya. Curah hujan kurang dari 0,1 mm dicatat sebagai 0,0 mm, sedangkan jika tidak ada hujan dicatat dengan garis (-).
  • 15.
  • 16. PENAKAR HUJAN JENIS TIMBANGAN • Tipe timbangan (weighing bucket) dapat merekam jumlah kumulatif hujan secara kontinyu. Alat ini tidak dilengkapi dengan sistem pengurasan otomatik.
  • 18. ALAT PENAKAR HUJAN JENIS TIMBA JUNGKIT • Alat penakar hujan otomatis dengan tipping bucket digunakan untuk pengukuran khusus. • Air hujan yang tertampung ke dalam corong akan diteruskan ke saringan kemudian masuk ke dalam tipping bucket. Kapasitas bucket ini didesain khusus setara dengan 0.5 mm, sehingga apabila tampungan air hujan tercapai akan terjungkir (tipping) yang akan diteruskan dengan proses perekaman.
  • 19. ALAT PENAKAR HUJAN JENIS TIMBA JUNGKIT Tipping bucket Saringan Pipa pembuang
  • 20. Penakar hujan jenis pelampung • Prinsip mekanisme kerja alat penakar hujan otomatis tipe ketiga yaitu float adalah dengan memanfaatkan gerakan naik pelampung dalam bejana akibat tertampungnya curah hujan. Pelampung ini berhubungan dengan sistem pena perekam di atas kertas berskala yang menghasilkan grafik rekaman data hujan. Alat ini dilengkapi dengan sistem pengurasan otomatis, yaitu pada saat air hujan yang tertampung telah mencapai kapasitas receivernya akan dikeluarkan dari bejana dan pena akan kembali pada posisi dasar kertas rekaman data hujan.
  • 21. Penakar hujan jenis pelampung Pelampung Corong Jam pencatat Sifon Kertas perekam data hujan
  • 22. Syarat teknis Penempatan dan pemasangan alat pada stasiun hidrologi • Penakar hujan ditempatkan pada lokasi sedemikian sehingga kecepatan angin di tempat tersebut sekecil mungkin dan terhindar dari pengaruh penangkapan air hujan oleh benda lain di sekitar alat penakar hujan. • Penempatan setasiun hujan hendaknya berjarak minimum empat kali tinggi rintangan terdekat. • Lokasi di suatu lereng yang miring ke satu arah tertentu hendaknya dihindarkan. • Penempatan corong penangkap hujan diusahakan dapat menghindari pengaruh percikan curah hujan ke dalam dan disekitar alat penakar sebaiknya ditanami rumput atau berupa kerikil, bukan lantai beton atau sejenisnya.
  • 23.
  • 24. Penentuan Hujan Kawasan/Hujan DAS • Stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman (tinggi) hujan di titik di mana stasiun tersebut berada, sehingga hujan pada suatu luasan harus diperkirakan dari titik pengukuran tersebut. • Apabila pada suatu daerah terdapat lebih dari satu stasiun pengukuran yang ditempatkan secara terpencar, hujan yang tercatat di masing- masing stasiun dapat tidak sama.
  • 25. METODE • Dalam analisis hidrologi sering diperlukan untuk menentukan hujan rerata pada daerah tersebut. • Terdapat 3 metode : – Aritmatik – Poligon Thiessen – Isohiet
  • 26. 1. Metode rerata aritmatik (aljabar) • Metode ini adalah metode yang paling sederhana. Pengukuran dengan metode ini dilakukan dengan merata-ratakan hujan di seluruh DAS. Stasiun hujan yang digunakan untuk menghitung dengan metode ini adalah yang berada di dalam DAS, akan tetapi stasiun yang berada di luar DAS dan jaraknya cukup berdekatan masih bisa diperhitungkan. Metode aljabar ini memberikan hasil yang tidak teliti, metode ini memberikan hasil yang cukup baik jika penyebaran hujan merata, serta hujan tidak terlalu bervariasi. • Hujan DAS dengan cara ini dapat diperoleh dengan persamaan: • dengan: p = hujan rerata di suatu DAS pi = hujan di tiap-tiap stasiun n = jumlah stasiun n p p n i i∑= = 1 n pppp p n++++ = .....321
  • 27. Contoh Ilustrasi n pppp p n++++ = .....321 Hitung hujan rerata dengan metode aljabar! A = 22 mm B = 28 mm C = 30 mm D = 25 mm 3 CBA ppp p ++ = 3 302822 ++ =p mmp 67,26= Jika stasiun D di luar DAS ikut diperhitungkan maka: mmp 25,26 4 25302822 = +++ =
  • 28. 2. Metode Thiessen • Metode ini digunakan untuk menghitung bobot masing-masing stasiun yang mewakili luasan di sekitarnya. Metode ini digunakan bila penyebaran hujan di daerah yang ditinjau tidak merata.
  • 29. PROSEDUR HITUNGAN METODE POLIGON THIESSEN Hitungan poligon Thiessen dilakukan dengan cara: a. Stasiun hujan digambar pada peta daerah yang ditinjau. b. Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan dengan garis lurus, sehingga akan didapatkan bentuk segitiga. c. Tiap-tiap sisi segitiga dibuat garis berat sehingga saling bertemu dan membentuk suatu poligon yang mengelilingi tiap stasiun. Tiap stasiun mewakili luasan yang dibentuk oleh poligon, sedangkan untuk stasiun yang berada di dekat batas daerah, garis batas daerah membentuk batas tertutup dari poligon. d. Luas tiap poligon diukur, kemudian dikalikan dengan kedalaman hujan di tiap poligon. Hasil jumlah hitungan tersebut dibagi dengan total luas daerah yang ditinjau.
  • 31. Prosedur hitungan ini dijelaskan pada persamaan dan gambar berikut ini. Dimana: • P = curah hujan rata-rata, • P1,..., Pn = curah hujan pada setiap setasiun, • A1,..., An = luas yang dibatasi tiap poligon. total nn A PAPAPA P ......... 2211 +++ = n nn AAAA PAPAPAPA P ++++ ++++ = ..... .......... 321 332211
  • 32. A = 22 mm B = 28 mm C = 30 mm D = 25 mm AA = 50 km2 AB = 53 km2 AC = 45 km2 x x Garis ini membagi sisi segitiga menjadi 2 bagian sama panjang (di tengah-tengah) dan tegak lurus terhadapnya. Contoh Ilustrasi Gambar tidak berskala, luas bagian dan tinggi hujan hanya merupakan perumpamaan
  • 33. Hujan rerata cara Thiessen total nn A PAPAPA P ......... 2211 +++ = CBA CCBBAA AAA PAPAPA P ++ ++ = ... 455350 30.4528.5322.50 ++ ++ =P mm58,26 148 3934 ==P
  • 34. A = 22 mm B = 28 mm C = 30 mm D = 25 mm AA = 50 km2 AB = 37 km2 AC = 41 km2 AD = 20 km2 Poligon Thiessen dengan melibatkan stasiun hujan D yang berada di luar DAS
  • 35. Hujan rerata cara Thiessen total nn A PAPAPA P ......... 2211 +++ = DCBA DDCCBBAA AAAA PAPAPAPA P +++ +++ = .... 20413750 25.2030.4128.3722.50 +++ +++ =P mm12,26 148 3866 ==P
  • 36.
  • 37. 3. Metode Isohiet • Pada prinsipnya isohiet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan tinggi/kedalaman hujan yang sama, Kesulitan dari penggunaan metode ini adalah jika jumlah stasiun di dalam dan sekitar DAS terlalu sedikit. Hal tersebut akan mengakibatkan kesulitan dalam menginterpolasi.
  • 38. Metode pembuatan garis Isohiet sebagai berikut: • Pada peta yang ditinjau, digambarkan lokasi daerah hujan dan kedalaman hujan. • Di stasiun hujan yang saling berdampingan dinilai kedalaman hujannya dan dibuat interpolasinya. Kemudian hasil interpolasi yang mewakili kedalaman hujan yang sama dihubungkan satu sama lain. • Luas daerah diantara 2 garis isohiet diukur luasnya, dan dikalikan dengan nilai rerata di kedua garis isohiet. Kemudian jumlah dari hasil hitungan tersebut dibagi dengan total luasan daerah yang ditinjau.
  • 40.
  • 41. Hujan DAS menggunakan Isohiet dapat dihitung dengan persamaan: ∑ ∑= ++ = n i i n i ii i A II A p 1 1 2 n nn n AAA II A II A II A p +++ + ++ + + + = + ..... 2 ..... 22 21 132 2 21 1 Dengan: p = hujan rerata kawasan Ai = luasan dari titik i Ii = garis isohiet ke i
  • 42. 30 35 40 45 50 60 A = 18 B = 22 C = 36 D = 33 E = 41 F = 42 G = 65 I = 63 H = 49 A1 = 50 km2 A2 = 20 km2 A3 = 180 km2 A4 = 45 km2 A5 = 15 km2 A6 = 25 km2 I1 I2 I3 I4 I5 I6 Catatan: tinggi hujan dalam mm
  • 43. Hujan DAS menggunakan Isohiet n nn n AAA II A II A II A p +++ + ++ + + + = + ..... 2 ..... 22 21 132 2 21 1 654321 64 6 55 5 54 4 42 3 33 2 21 1 222222 AAAAAA II A II A II A II A II A II A p +++++ + + + + + + + + + + + = 2515451802050 2 5050 25 2 6060 15 2 6045 45 2 4535 180 2 4040 20 2 3530 50 +++++ + + + + + + + + + + + =p mm20,42 335 5,137.14 ==p
  • 45. Cara Poligon (Thiessen polygon) Tentukan curah hujan untuk wilayah dibawah sebagai mana di tampilkan tabel dibwawah
  • 46.
  • 47. Cara Isohet (Isohyetal) Tentukan curah hujan untuk wilayah dibawah sebagai mana di tampilkan tabel dibwawah