Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang landasan psikologis dalam pendidikan yang meliputi psikologi perkembangan, psikologi belajar, psikologi sosial, kesiapan belajar, dan perkembangan peserta didik.
2. Psikologi perkembangan meliputi teori perkembangan, psikologi belajar membahas proses dan hasil belajar, sedangkan psikologi sosial membahas
1. LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dian Nuzulia
1. Pendahuluan
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami perubahan,
karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau kegiatan berinteraksi antara
pendidik, anak didik dan lingkungan. Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul
secara psikologis. Di dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami
perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas
dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut psikologis.
Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara psikologi
dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subjek dan objek
pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari
manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi sangat
mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis anak
didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan
secara efektif (Yusuf, 2000:2).
Masalah yang dibahas dalam tulisan ini, yaitu apakah landasan psikologis itu dan apakah
psikologis perkembangan, psikologis belajar, psikologis sosial, kesiapan belajar dan aspek-aspek
individu, dan perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologis. Penulisan ini bertujuan
untuk memberikan penjelasan mengenai landasan psikologis, psikologis perkembangan,
psikologis belajar, psikologis sosial, kesiapan belajar dan aspek-aspek individu, dan
perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologis.
2. Pengertian Landasan Psikologis dalam Pendidikan
Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa
manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat
dipengaruhi oleh alam sekitar. Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani.
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis pendidikan
merupakan suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang
kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi
manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi
manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan
proses pendidikan.
3. Psikologis Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud
adalah (Nana Syaodih, 1989).
2. 1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan
tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan ciri-ciri pada
tahap-tahap yang lain.
2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini dipandang individu-individu itu memiliki
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang membuat
kelompok–kelompok. Anak-anak yang memiliki kesamaan dijadikan satu kelompok.
Maka terjadilah kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras,
status sosial ekonomi, dan sebagainya.
3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat
saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara
individual.
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan. Pendekatan
pentahapan ada 2 macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang bersifat khusus. Yang menyeluruh
akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai faktor yang diperhitungkan dalam
menyusun tahap-tahap perkembangan, sedangkan yang bersifat khusus hanya mempertimbang
faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-tahap perkembangan anak, misalnya
pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.
Psikologi perkembangan menurut Rouseau membagi masa perkembangan anak atas empat tahap
yaitu :
1) Masa bayi dari 0 – 2 tahun sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
2) Masa anak dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup
manusia primitif.
3) Masa pubertas dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan
untuk berpetualang.
4) Masa adolesen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, kata hati, dan
moral. Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.
4. Psikologi Belajar
Menurut Pidarta (2007:206) belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai
hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa
melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya kepada orang lain.
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya
dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa
belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan
perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.
3. Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku
itu dipandang sebagai Proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang
sebagai Hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses
belajar dan hasil belajar.
Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku manusia sebagai suatu
model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim disebut
dengan Teori Belajar.
1. Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk menghapal
perkalian dan melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis bisa dipakai dalam
pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup.
2. Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku nyata,
seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya.
3. Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi yang rumit yang
membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk mengembangkan ide
(Pidarta, 2007:218).
5. Psikologi Sosial
Menurut Hollander (1981) psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi
seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk
mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu (dikutip Pidarta,
2007:219).
Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu.
1. Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu sebelumnya
atau cerita-cerita yang mirip dengan orang itu, terutama tentang kepribadiannya.
2. Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah berhadapan, maka
hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar.
3. Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan dengan situasi pada waktu
itu, maka dari kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan pertama tentang orang itu.
Dalam dunia pendidikan, kesan pertama yang positif yang dibangkitkan pendidik akan
memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi juga merupakan aspek
psikologis sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit untuk bersosialisasi dalam
masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendidik punya kewajiban untuk menggali motivasi anak-
anak agar muncul, sehingga mereka dengan senang hati belajar di sekolah.
Menurut Klinger (dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yang menentukan motivasi belajar
adalah.
1. Minat dan kebutuhan individu.
2. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas.
3. Harapan sukses.
4. 6. Kesiapan Belajar dan Aspek-aspek Individu
Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan
dari pengalaman yang ia temukan. Pelengkap peserta didik atau warga belajar sebagai
subjek garis besarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok yaitu:
1. Watak, ialah sifat yang dibawa sejak lahir yang hampir tidak dapat diubah. Misalnya
watak pemarah, pendiam, menyendiri, suka berbicara, dan sebagainya.
2. Kemampuan umum (IQ), ialah kecerdasan yang bersifat umum. Kemampuan ini dapat
dijadikan ramalan tentang keberhasilan seseorang menyelesaikan suatu pekerjaan atau
tingkat pendidikan yang dijalani.
3. Kemampuan khusus atau bakat, ialah kemampuan tertentu yang dibawa sejak lahir.
Kemampuan ini pada umumnya memberi arah kepada cita-cita seseorang terutama bila
bakatnya terlayani dalam pendidikan.
4. Kepribadian, ialah penampilan seseorang secara umum, seperti sikap, besarnya motivasi,
kuatnya kemauan, tabahnya menghadapi rintangan, penghargaannya terhadap orang lain,
kesopanannya, toleransinya dan sebagainya.
5. Latar belakang, ialah lingkungan tempat dibesarkan terutamam lingkungan keluarga.
Lingkungan ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa bayi dan kanak-
kanak.
Aspek-aspek individu yang akan dikembangkan adalah
1. Rohani
a. Umum: Agama, perasaan, kemauan, pikiran
b. Sosial : Kemasyarakatan, cinta tanah air
2. Jasmani
a. Keterampilan
b. Kesehatan
c. Keindahan tubuh
7. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Perkembangan adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secaara fisik maupun
secara mental sejak berada di dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses
perkembangan pada manusia terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses
belajar dari waktu ke waktu.
5. Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya pertumbuhan fisik
dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak menjadi dewasa akan mengalami perubahan
pada fisik dan mentalnya.
Peserta didik selalu berada dalam proses perubahan, baik karena pertumbuhan maupun karena
perkembangan. Pertumbuhan terutama karena pengaruh faktor internal sebagai akibat
kematangan dan proses pendewasaan, sedangkan perkembangan terutama karena pengaruh
lingkungan. Sebagai contoh pertumbuhan adalah dorongan untuk berbicara karena kematangan
organ bicara pada usia 1—2 tahun, sedangkan penggunaan bahasa tertentu dalam berbicara
tergantung pada lingkungannya sebagai akibat perkembangan.
Selain itu, belajar adalah sebuah proses yang berkesinambungan dari sebuah pengalaman yang
akan membuat suatu individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu (kognitif), dari tidak mau
menjadi mau (afektif) dan dari tidak bisa menjadi bisa (psikomotorik), misalnya seseorang anak
yang belajar mengendarai sepeda akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang tuanya lalu
anak tersebut mencoba untuk mengendarai sepeda hingga menjadi bisa.
Proses kematangan dan belajar akan sangat menentukan kesiapan belajar pada seseorang,
misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnya baik akan memiliki kesiapan belajar
yang jauh lebih baik dengan seseorang yang proses kematangan dan belajarnya buruk
(Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2005:108—109).