SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  38
TUGAS IPS 
KELOMPOK: 
1.ALBIRA KHAERUNISSA AMMAS 
2.AULIA ALMARETA 
3.AULIA NURROHMAH 
4.PUJI KARYANI 
5.RAYSYA AULIA PUTRI 
6.RIFA RAMADHANI
PETA KONSEP 
MASA PRA AKSARA 
MASA ISLAM 
MASA HINDU&BUDDHA 
NEXT 
NEXT 
NEXT 
FINISH
MASA PRA AKSARA 
NEXT
PENGERTIAN ZAMAN PRAAKSARA ATAU PRASEJARAH 
Prasejarah atau Praaksara adalah zaman dimana manusia tidak atau 
belum mengenal tulisan, pra berarti belum / tidak dan aksara berarti 
huruf atau tulisan. Setiap bangsa didunia mengalami masa 
praaksara yang berbeda begitu juga hilangnya masa praaksara 
tersebut, setelah manusia mengenal tulisan maka berubah menjadi 
zaman sejarah. 
NEXT
PEMBAGIAN ZAMAN 
Arkeozoikum (2500 JT tahun yang lalu) 
Arkeozoikum adalah masa masa pembentukkan bumi, sering juga disebut masa pembentukkan lempeng tektonik bumi dan pada saat itu kerak bumi baru setengah terbentuk. jadi 
masih ada lava yang panas, dan juga udara di bumi masih sangat panas. dan tentu saja dengan kondisi bumi yang belum sempurna, pasti belum ada kehidupan di bumi.... 
Paleozoikum (340 JT tahun yang lalu) 
Paleozoikum adalah masa sesudah Arkeozoikum yaitu masa pendinginan bumi. pada masa ini suhu bumi menurun, sehingga lambat laun suhu bumi menurun saat itu mulai ada 
kehidupan dibumi, yaitu makhluk bersel satu, dan juga amphibi. dan juga mahkluk mahkluk pada zaman ini masih berada didalam air, karena suhu di daratan masih sangat panas. 
dan juga atmosfer bumi masih sangat tipis. 
Mesozoikum (140 JT tahun yang lalu) 
zaman ini adalah zaman reptil, zaman ini juga menjadi zaman peralihan dari hewan yang hidup di air dan darat. pada zaman ini atmosfer bumi mulai menebal dan hewan mulai 
bisa tinggal didaratan. pada zaman ini hidup juga dinosaurus, dan atalantosaurus. 
Neozoikum (60 JT tahun yang lalu) 
pada zaman neozoikum, kondisi di bumi sudah mulai stabil dan mulai banyak perkembangan mahkluk hidup.... 
zaman neozoikum dibagi menjadi dua, yaitu :Zaman tersier 
Zaman kuarter 
A.Zaman tersier 
zaman tersier disebut juga zaman ketiga, pada zaman ini mulai berkurangnya binatang besar, dan mulai bermunculan binatang2 menyusui sejenis kera.... 
B.Zaman kuarter 
zaman ini biasa disebut zaman ke-empat, dan juga pada zaman ini mulai adanya tanda2 manusia purba... 
zaman kuarter dibagi menjadi dua, yaitu :Zaman pleistosen 
Zaman Holosen 
Zaman Pleistosen 
Zaman Pleistosen biasa disebut dengan zaman es pada zaman ini manusia mulai muncul. pada zaman ini zaman es mulai mencair karena perubahan iklim yang terus menerus. 
NEXT
JENIS-JENIS MANUSIA PURBA 
1. Meganthropus (Manusia Besar) 
Meganthropus berasal dari dua kata. Megas artinya besar atau raksasa dan anthropus artinya manusia. Jenis manusia purba Meganthropus ditemukan oleh Van Koenigswald pada tahun 1936 di daerah Sangiran. Hasil penemuannya 
ini sering dikenal dengan nama Meganthropus Palaeojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia ini memiliki rahang kuat dengan badan yang tegap. Mereka diperkirakan hidup dengan cara mengumpulkan bahan 
makanan, terutama tumbuh-tumbuhan. Meganthropus diperkirakan hidup sekitar dua sampai satu juta tahun yang lalu sejak penelitian. 
2. Pithecanthropus (Manusia Kera Berjalan Tegak) 
Jenis Jenis Manusia Purba Di Indonesia - Pithecanthropus merupakan jenis yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Hasil penemuan di Indonesia, antara lainPithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Mojokertensis, 
dan Pithecanthropus Soloensis. Pithecanthropus Erectus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois tahun 1891 di Trinil. Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan di Jetis dekat Mojokerto 
Jawa Timur oleh Von Koenigswald.Pithecanthropus Soloensis sementara itu ditemukan di Ngandong, lembah Bengawan Solo oleh Von Koenigswald, Ter Haar, dan Oppenoorth. Beberapa ciri manusia Pithecanthropus, antara lain 
sebagai berikut. 
Ciri Ciri Manusia Purba Pithecanthropus : 
Pada tengkorak, tonjolan keningnya tebal. 
Hidungnya lebar, dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol. 
Tinggi sekitar 165–180 cm. 
Pemakan tumbuhan dan daging (pemakan segalanya). 
Memiliki rahang bawah yang kuat. 
Memiliki tulang pipi yang tebal. 
Tulang belakang menonjol dan tajam. 
Perawakannya tegap, mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat. 
3. Homo 
Ada dua jenis fosil homo yang ditemukan di Indonesia, yaitu Homo Wajakensis dan Homo Soloensis. 
Manusi Purba Homo Wajakensis berarti manusia dari Wajak. Eugene Dubois menemukan fosil ini pada tahun 1889 di dekat Wajak, Tulungagung Jawa Timur. Homo Wajakensis diperkirakan menjadi nenek moyang dari ras Australoid 
yang merupakan penduduk asli Australia. 
Manusia Purba Homo Soloensis adalah manusia dari Solo ditemukan di Ngandong, lembah Bengawan Solo antara tahun 1931–1934. Penemunya adalah Ter Haar dan Oppenorth. Kehidupan Homo Soloensis sudah lebih maju dengan 
berbagai alat untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidup dari berbagai ancaman. 
Ciri-ciri Manusia Purba homo : 
muka lebar dengan hidung yang lebar; 
mulutnya menonjol; 
dahinya juga masih menonjol, sekalipun tidak seperti jenis Pithecanthropus; 
bentuk fisiknya sudah seperti manusia sekarang; 
tingginya 130–210 cm; NEXT
MASA PERKEMBANGAN MANUSIA PURBA 
a) Hidup berburu mengumpulkan makanan dan berpindah-pindah. 
Umumnya mengalami kehidupan yang sangat bergantung kepada kondisi alam. Daerah yang didiami oleh manusia itu harus dapat 
meemberikan cukup bahan persediaaan. Mula-mula manusia hidup mengembara, tidak mempunyai tempat tinggal tetap, selalau 
berpindah-pindah atau nomaden untuk mencari makanan. Masa ini disebut masa berburu dan mengumpulkan makanan dari alam 
atau food gathering. 
b) Kehidupan bermukim dan berladang 
Dilihat dari sudut keamanan dan dinginnya iklim, maka gua telah menarik manusia untuk tinggal didalamnya. Tinggal menetap ini 
mempengaruhi cara hidup manusia. Hidup mengembara serta berburu dan mengumpulkan makanan kemudian berangsur-angsur 
ditinggalkan, selanjutnya manusia mulai menjinakkan hewan dan bercocok tanam secara sederhana. 
Masa bercocok tanam lahir melalaui proses yang panjang, setelah cara hidup berburu dan mengumpulkan makanan, maka manusia 
menginjak suatu masa kehidupan yaitu bercocok tanam. 
Kepercayaan dinamisme dan animisme sudah berkembang pada zaman ini, selain itu pada zaman ini mulai timbul kebudayaan batu 
besar (Megalith), seperti : 
1) Menhir, yaitu berupa sebuah tugu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang. 
2) Dolmen, yaitu peti mayat. 
3) Sarcophagus, yaitu dianggap sebagai peti mayat. Didalamnya ditemukan tulang manusia bersama bekas kuburnya yang berupa 
periuk, beliung persegi, perhiasaaan, dan juga benda-benda perunggu dan besi. 
4) Kubur peti batu, dibuat dari lempengan batu yang disusun menjadi peti. 
5) Unden berundak-undak, yaitu bangunan pemujaan yang disusun bertingkat-tingkat. 
6) Waruga, yaitu kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat. 
NEXT
HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA 
Zaman Paleolithicum 
Hasil kebudayaan pada zaman ini umumnya dibuat dari batu dan tulang serta tanduk rusa. Hasil kebudayaan pada zaman ini dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu : 
Kebudayaan Pacitan 
Di daerah pacitan ditemukan jenis senjata genggam yang disebut chopper dan berbagai jenis alat dari tulang. 
Kebudayaan Ngandong 
Di ngandong ditemukan alat-alat yang berbahan batu dan alat-alat buatan tersebut masih kasar selain itu ditemukan pula alat-alat dari duri ikan dan tanduk rusa. Karena di Ngandong di temukan 
fosil manusia Homo Soloensis kemungkinan pendukung kebudayaan Ngandong ini adalah Homo Soloensis. 
Hasil Kebudayaan Zaman Mesolithicum 
Pada zaman ini dijumpai berbagai alat dari batu yang masih kasar buatannya tetapi dijumpai pula alat-alat dari batu yang sudah dibuat halus. 
Sedangkan di Sumatera ditemukan kapak-kapak kecil yang disebut peble. Penelitinya adalah Dr. Von Stein Callenfells. di gua daerah Ponorogo, Bojonegoro dan Sulawesi selatan ditemukan gua 
tempat tinggal yang disebut abris sous roche. 
Hasil Kebudayaan Manusia Purba 
Hasil Kebudayaan Zaman Neolithicum 
Disebut zaman batu baru karena peninggalan kebudayaan manusia purba pada zaman ini memperlihatkan bentuk dan model batu alat-alat untuk bekerja sudah dibentuk dan dibuat baik dan 
halus. Disamping ada peningkatan mutu, jumlah dan jenisnya juga mengalami peningkatan. Ini sebagai petunjuk bahwa manusia pada zaman ini mengalami peningkatan akal. 
Hasil kebudayaan pada zaman Neolithicum ini antaralain kapak persegi, kapak lonjong, benda benda perhiasan berupa gelang, kalung, begel (gelang kaki), dan patung nenek moyan. Selain 
dijumpai adanya kapak berukuran kecil yang sangat halus buatannya, bahanyapun menggunakan batu-batu pilihan yang bagus (batu berwarna) 
Hasil Kebudayaan Zaman Perunggu 
Pusat kebudayaan perunggu di Asia tenggara ada di Dongson (Cina Selatan). Dari situ terus menyebar ke selatan sampai ke Indonesia kira0kira tahun 500 SM. Pada zaman ini manusia sudah 
pandai melebur logam. Hasil kebudayaan perunggu berupa nekara, kapak perunggu, arca perungu, perhiasan perunggu, dan lain seagainya. menurut Victor Goloubew, bangsa yangmembawa 
perungu ke Indonesia sama dengan bangsa yang membawa kapak persegi dan kapak lonjong. Diperkirakan mereka adalah bangsa Austronesia, yang kemudian dipercaya sebagai nenek moyang 
bangsa Indonesia. 
Selain hasil kebudayaan manusia purba pra sejarah yang disebutkan diatas, kita masih dapat menemukan hasil kebudayaan yang bahannya menggunakan batu besar, sehingga disebut dengan 
kebudayaan megalithicum. Hasil kebudayaan menggunakan batu besar tersebut antara lain : Menhir, Dolmen, atau meja batu, Arca, Sarkopagus, Kubur Batu, Punden berundak, pusat kebudayaan 
megalithicum ada di pasemah (Sumatera). Para penelitinya adalah Dr. Hoop dan Dr. Von Heini Geldren. 
BACK
MASA HINDU-BUDDHA 
NEXT
PROSES MASUKNYA HINDU-BUDDHA DI INDONESIA 
Agama Hindu dan Budha berasal dari Jazirah India yang sekarang meliputi wilayah negara India, Pakistan, dan Bangladesh. Kedua agama ini muncul pada dua waktu yang berbeda 
(Hindu: ±1500 SM, Budha: ±500 SM), namun berkembang di Indonesia pada waktu yang hampir bersamaan. Munculnya agama Hindu dan Budha di Indonesia berawal dari hubungan 
dagang antara pusat Hindu Budha di Asia seperti China dan India dengan Nusantara. Hubungan dagang antara masyarakat Nusantaradengan para pedagang dari wilayah Hindu Budha 
inilah yang menyebabkan adanya asimilasi budaya, sehingga agama Hindu dan Budha lambat laun mulai berkembang di Nusantara. 
Kepulauan Nusantara yang diapit oleh dua benua (Asia dan Australia) serta oleh dua samudra (Hindia dan Pasifik), mempunyai letak yang sangat strategis dalam jalur perdagangan 
dunia kala itu. Hal ini membuat para pedagang asing dari negeri-negeri lain seperti Cina, India, Persia, dan Arab sering singgah di kepulauan Nusantara. Para pedagang asing ini tidak 
hanya berkepentingan untuk berdagang di Nusantara. Mereka juga menjalin interaksi secara sosial budaya dengan masyarakat lokal, sehingga masuklah pengaruh-pengaruh 
kebudayaan mereka ke Nusantara, termasuk pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha. Sebenarnya ada beberapa teori yang diajukan oleh para ahli mengenai siapa sebenarnya yang 
membawa agama Hindu dan Budha di Indonesia, berikut adalah beberapa teori/hipotesa mengenai masuknya agama hindu dan budha di indonesia. 
1. Teori Brahmana 
Teori yang diprakarsai oleh Van Leur ini menyatakan bahwa kaum Hindu dari kasta Brahmanalah yang mempunyai peran paling besar dalam proses masuknya agama dan budaya 
Hindu di Indonesia. Hal ini mengingat bahwa Kitab Weda ditulis dengan Bahasa Sansekerta yang hanya dipahami oleh kaum Brahmana. Para Brahmana yang berasal dari pusat-pusat 
Hindu di dunia ini datang karena undangan para penguasa lokal yang ingin yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai agama Hindu. Para raja/penguasa pribumi tersebut adalah 
penganut kepercayaan animisme dan dinamisme sebelum datangnya pengaruh Hindu dan Budha. 
2. Hipotesa Ksatria 
Menurut teori yang diusung oleh C.C. Berg ini, agama Hindu dibawa ke Indonesia oleh kaum ksatria (kaum prajurit kerajaan). Hal ini terjadi karena pada awal abad Masehi sering 
terjadi kekacauan politik di India sehingga sering terjadi perang antargolongan di negeri ini. Para prajurit perang yang terdasak musuh atau telah jenuh berperang akhirnya 
meninggalkan tanah air mereka. Diantara para ksatria yang mencari tempat pelarian ini, sebagian ada yang mencapai Indonesia. Mereka inilah yang kemudian membuat koloni dan 
beralkulturasi dengan penduduk lokal. Hal ini membuat semakin banyak masyarakat lokal yang menganut agama Hindu, pada perkembangan berikutnya, akhirnya lahirlah kerajaan 
Hindu di Nusantara. 
3. Hipotesa Waisya 
Menurut teori ini, kaum Hindu dari kasta Waisya adalah yang paling berjasa dalam penyebaran agama Hindu di Indonesia. Kaum Waisya adalah mereka yang berasal dari kalangan 
pekerja ekonomi seperti pedagang dan saudagar. Para pedagang yang berasal dari India atau pusat-pusat Hindu lain di Asia ini banyak melakukan hubungan dagang dengan 
masyarakat atau penguasa pribumi. Hali inilah yang membuka peluang bagi masuknya agama Hindu di Indonesia. Teori Waisya ini diprakarsai oleh Dr. N. J. Krom. 
4. Hipotesa Sudra 
Orang-orang yang tergolong dalam Kasta Sudra adalah mereka yang dianggap sebagai orang buangan. Kaum Sudra ini diduga datang ke Indonesia bersama kaum Waisya atau Ksatria. 
Karena datang dalam jumlah yang sangat besar, kaum Sudra inilah yang telah memberikan andil paling besar terkait masuknya agama Hindu ke Indonesia. 
Meskipun disampaikan oleh para ahli, keempat teori diatas tetap mempunyai kelemahannya masing-masing. Hal tersebutkarena kitab Weda yang merupakan kitab suci agama Hindu 
ditulis menggunakan bahasa Sansekerta dan Pallawa yang notabene hanya dikuasai oleh kaum Brahmana. Kaum Ksatria, Waisya, dan Sudra tentu saja akan sangat kesulitan 
menyebarkan agama Hindu di Indonesia karena mereka tidak memahami Bahasa Sansekerta yang merupakan bahasa dalam kitab Weda. Namun demikian, menurut kepercayaan 
India kuno, kaum Brahmana tidak boleh menyeberangi lautan sehingga hampir mustahil untuk kaum Brahmana menyebarkan Hindu di Indonesia Secara langsung. 
Karena keempat teori yang saya sampaikan diatas memiliki banyak kelemahan, maka muncullah teori lain yaitu teori arus balik. Teori ini dicetuskan oleh F.D.K Bosch, menurutnya 
Agama Hindu masuk ke Indonesia karena dibawa oleh orang Indonesia sendiri. Orang-orang Indonesia yang membawa Agama Hindu ke Indonesia ini berasal dari golongan pemuda 
yang memang sengaja dikirim oleh para penguasa pribumi untuk mempelajari agama Hindu dan Budha di India. Setelah selesai belajar di India, mereka kemudian pulang ke Nusantara 
lalu mulai menyebarkan agama Hindu atau Budha. 
NEXT
KERAJAAN TARUMANEGARA 
Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan hindu beraliran wisnu yang terletak di wilayah Jawa Barat, dengan pusat kerajaan terletak di sekitar daerah Bogor. Wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara 
meliputi daerah Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon, sehingga dapat diartikan bahwa pada masa pemerintahan Raja Purnawarman wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara hampir 
menguasai seluruh wilayah Jawa Barat. 
NEXT 
•sumber sejarah 
Sumber- sumber sejarah kerajaan Tarumanegara diperoleh dari berita asing dan prasasti-prasasti. Berikut penjelasannya: 
•Berita Asing, 
yaitu berita dari Cina. Dari zaman Dinasti T’ang menyebutkan bahwa seorang pendeta yang bernama Fa Hien terdampae di pantau utara Pulau Jawa (414M) ketika ia hendak kembali dari India ke 
Negeri asalnya di Cina. Dalam catatan perjalanan Fa Hien, ia menyebutkan bahwa di daerah pantai utara Pulau Jawa bagian barat telah ditemukan masyarakat yg mendapat pengaruh Hindu India. 
Masyarakat yang ditemukan diperkirakan menjadi bagian masyarakat Kerajaan Tarumanegara. 
•Prasasti, 
Berikut beberapa Prasasti yang menerangkan keberadaan Kerajaan Tarumanegara: 
- Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor) 
- Prasasti Kebon Kopi (Bogor) 
- Prasasti Jambu (Bogor) 
- Prasasti Muara Cianten (Bogor) 
- Prasasti Tugu ( Jakarta Utara) 
- Prasasti Pasir Awi ( Leuwiliang) 
- Prasasti Munjul (Banten) 
Pada prasasti-prasasti tersebut digunakan bahasa Sansekerta dan Pallawa. Namun, karena pada prasasti tidak ditemukan angka tahun, maka untuk menentukan tahun tulisan itu dilakukan 
perbandingan melalui huruf-huruf pada prasasti yang ditemukan di India. Dari perbandingan tersebut, diperkirakan prasasti itu ditulis pada abad ke-5 M. 
•Kehidupan Politik 
Berdasarkan tulisan yang terdapat pada prasasti-prasasti, diketahui bahwa raja yang pernah memerintah di Kerajaan Tarumanegara hanyalah Raja Purnawarman. Bahkan, raja-raja yang memerintah 
sebelum Raja Purnawarman belum diketahui. Hal tersebut disebabkan tidak ditemukannya bukti yang menjelaskan mengenai raja-raja yang memerintah selain Raja Purnawarman. 
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyat Kerajaan Tarumanegara. Hal ini dapat dibuktikan dari prasasti tugu yang menyatakan Raja Purnawarman 
telah memerintah untuk menggali satu saluran air. Penggalian saluran air ini sangat besar artinya, karena saluran air ini dapat mempermudah jalur air persawahan rakyatnya.
KERAJAAN KUTAI 
• Kerajaan Kutai (Kutai Martadipura) adalah kerajaan bercorak hindu yang terletak di muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu Sungai 
Mahakam. Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke-4. Nama kerajaan ini disesuaikan dengan nama daerah tempat penemuan prasasti, yaitu daerah 
Kutai. Hal ini disebabkan, karena setiap prasasti yang ditemukan tidak ada yang menyebutkan nama dari kerajaan tersebut. Wilayah Kerajaan Kutai 
mencakup wilayah yang cukup luas, yaitu hampir menguasai seluruh wilayah Kalimantan Timur. Bahkan pada masa kejayaannya Kerajaan Kutai hampir 
manguasai sebagian wilayah Kalimantan. 
a. Sumber Sejarah 
Sumber yang mengatakan bahwa di Kalimantan telah berdiri dan berkembang Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu adalah beberapa penemuan 
peninggalan berupa tulisan (prasasti). Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang disebut yupa. Yupa tersebut adalah tugu batu yang berfungsi sebagai 
tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui Raja Mulawarman yang memerintah Kerajaan Kutai 
pada saat itu. Nama Mulawarman dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi pada Kaum Brahmana. 
b. Kehidupan Politik 
Sejak muncul dan berkembangnya pengaruh hindu (India) di Kalimantan Timur, terjadi perubahan dalam kepemerintahan, yaitu dari pemerintahan 
suku dengan kepala suku yang memerintah menjadi kerajaan dengan seorang raja sebagai kepala pemerintahan. Berikut beberapa raja yang pernah 
memerintah Kerajaan Kutai: 
- Raja Kudungga 
Adalah raja pertama yang berkuasa di kerajaan kutai. Dapat kita lihat, nama raja tersebut masih menggunakan nama lokal sehingga para ahli 
berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru masuk ke wilayahnya. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya 
adalah kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya sebagai 
raja, sehingga penggantian raja dilakukan secara turun temurun. 
- Raja Aswawarman 
Prasasti yupa menceritakan bahwa Raja Aswawarman adalah raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai 
diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya Upacara Asmawedha pada masanya. Upacara-upacara ini pernah dilakukan di India pada masa 
pemerintahan Raja Samudragupta ketika ingin memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk 
menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai ( ditentukan dengan tapak kaki kuda yang nampak pada tanah hingga tapak yang terakhir nampak 
disitulah batas kekuasaan Kerajaan Kutai ). Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit Kerajaan Kutai. 
-Raja Mulawarman 
Raja Mulawarman merupakan anak dari Raja Aswawarman yang menjadi penerusnya. Raja Mulawarman adalah raja terbesar dari Kerajaan Kutai. 
Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Kutai mengalami masa kejayaannya. Rakyat-rakyatnya hidup tentram dan sejahtera hingga Raja Mulawarman 
mengadakan upacara kurban emas yang amat banyak. 
c. Runtuhnya Kerajaan Kutai 
Kerajaan Kutai runtuh saat raja Kerajaan Kutai terakhir yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji 
Pangeran Anum Panji Mendapa. Kerajaan Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi Kerajaan Islam yang bernama Kesultanan Kutai Kartanegara. 
NEXT
KERAJAAN SRIWIJAYA 
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang pernah berjaya di nusantara. Menurut berita dari Cina yang ditulis oleh I-Tsing, kerajaan ini berdiri 
sekitar abad ke-7 M, dan berdasarkan prasasti Ligor, awalnya pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya berada di Muara Takus, lalu dipindah ke Palembang. 
Perluasan wilayah dilakukan dengan menguasai Tulang Bawang (Lampung), Kedah, Pulau Bangka, Jambi, Tanah Genting Kra dan Jawa (Kaling dan 
Mataram Kuno). Dengan demikian Kerajaan Sriwijaya bukan lagi merupakan kerajaan senusa (negara yang berkuasa atas satu pulau saja) melainkan 
merupakan negara antarnusa (negara yang berkuasa atas beberapa pulau), sehingga Sriwijaya merupakan negara kesatuan pertama di Indonesia. 
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa Balaputra Dewa. Raja ini mengadakan hubungan persahabatan dengan Raja Dewapala Dewa 
dari India. Dalam Prasasti Nelanda disebutkan bahwa Raja Dewapala Dewa menghadiahkan sebidang tanah untuk mendirikan sebuah biara untuk para 
pendeta Sriwijaya yang belajar agama Buddha di India. Selain itu dalam Prasasti Nelanda juga disebutkan bahwa adanya silsilah raja Balaputra Dewa dan 
dengan tegas menunjukkan bahwa raja Syailendra (Darrarindra) merupakan nenek moyangnya. 
Letak Sriwijaya sangat strategis di jalur perdagangan antara India-Cina. Di samping itu juga berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan urat nadi 
perdagangan di Asia Tenggara, menjadikan Sriwijaya berhasil menguasai perdagangan nasional dan internasional. Penguasaan Sriwijaya atas Selat Malaka 
mempunyai arti penting terhadap perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim, sebab banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk menambah air 
minum, perbekalan makanan dan melakukan aktivitas perdagangan. Sriwijaya sebagai pusat perdagangan akan mendapatkan keuntungan yang besar dan 
akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang hidup dari pelayaran dan perdagangan. 
Dalam bidang agama, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Buddha yang berkembang di 
Sriwijaya ialah Agama Buddha Mahayana, salah satu tokohnya ialah Dharmakirti. 
Para peziarah agama Buddha dalam pelayaran ke India ada yang singgah dan tinggal di Sriwijaya. Di antaranya ialah I'tsing. Sebelum menuju ke India ia 
mempersiapkan diri dengan mempelajari bahasa Sanskerta selama 6 bulan (1671); setelah pulang dari India ia tinggal selama 4 tahun (681-685) untuk 
menerjemahkan agama Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Cina. Di samping itu juga ada pendeta dari Tibet, yang bernama Atica yang datang dan 
tinggal di Sriwijaya selama 11 tahun (1011-1023) dalam rangka belajar agama Buddha dari seorang guru besar Dharmakirti. 
Menurut berita dari Cina (Chau-Yu-Kua), Kerajaan Sriwijaya mengalami masa kemunduran pada akhir abad ke-12. Hal itu dikuatkan oleh kitab sejarah dari 
Dinasti Sung yang menyatakan bahwa Sriwijaya mengirimkan utusannya yang terakhir pada tahun 1178. 
Penyebab kemunduran Sriwijaya, antara lain sebagai berikut. 
-Berulang kali diserang oleh Kerajaan Colamandala dari India. 
-Kerajaan taklukan Sriwijaya banyak yang melepaskan diri dari kekuasaannya, misalnya Ligor, Tanah Kra, Kelantan, Pahang, Jambi, dan Sunda. 
-Terdesak oleh perkembangan kerajaan di Thailand yang meluaskan pengaruhnya ke arah selatan (Semenanjung Malaya). 
-Terdesak pengaruh Kerajaan Singasari yang menjalin hubungan dengan Kerajaan Melayu (Jambi). 
-Mundurnya perekonomian dan perdagangan Sriwijaya karena bandar bandar pentingnya sudah melepaskan diri dari Sriwijaya. 
-Kemungkinan juga tidak adanya tokoh yang cakap dan berwibawa untuk memimpin kerajaan sebagai akibat dari kurangnya pengaderan. 
NEXT
KERAJAAN MAJAPAHIT 
Kerajaan Majapahit Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardana yang merupakan keturunan Ken Arok raja Singosari. 
Raja-Raja yang pernah memerintah Kerajaan Majapahit: 
1. Raden Wijaya 1273 – 1309 
2. Jayanegara 1309-1328 
3. Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350 
4. Hayam Wuruk 1350-1389 
5. Wikramawardana 1389-1429 
6. Kertabhumi 1429-1478 
Kerajaan Majapahit ini mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389). Kebesaran kerajaan ditunjang oleh pertanian sudah teratur, perdagangan lancar dan maju, memiliki armada angkutan laut yang kuat serta dipimpin 
oleh Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada. 
Di bawah patih Gajah Mada Majapahit banyak menaklukkan daerah lain. Dengan semangat persatuan yang dimilikinya, dan membuatkan Sumpah Palapa yang berbunyi “Ia tidak akan makan buah palapa sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah 
Nusantara”. 
Mpu Prapanca dalam bukunya Negara Kertagama menceritakan tentang zaman gemilang kerajaan di masa Hayam Wuruk dan juga silsilah raja sebelumnya tahun 1364 Gajah Mada meninggal disusun oleh Hayam Wuruk di tahun 1389 dan kerajaan Majapahit 
mulai mengalami kemunduran. 
Penyebab kemunduran: 
Majapahit kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan daerah bawahan mulai melepaskan diri. 
Peninggalan kerajaan Majapahit: 
-Bangunan: Candi Panataran, Sawentar, Tiga Wangi, Muara Takus 
-Kitab: Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca, Sitosoma oleh Mpu Tantular yang memuat slogan Bhinneka Tunggal Ika. 
Paraton Kidung Sundayana dan Sorandaka R Wijaya Mendapat Wangsit Mendirikan Kerajaan Majapahit. 
Dua pohon beringin di pintu masuk Pendopo Agung di Trowulan, Mojokerto. Dua pohon beringin itu ditanam pada 22 Desemebr 1973 oleh Pangdam Widjojo Soejono dan Gubernur Moehammad Noer. 
Di belakang bangunan Pendopo Agung yang memampang foto para Pangdam Brawijaya, terdapat bangunan mungil yang dikelilingi kuburan umum. Bangunan bernama Petilasan Panggung itu diyakini Petilasan Raden Wijaya dan tempat Patih Gajah Mada 
mengumandangkan Sumpah Palapa. 
Begitu memasuki bangunan Petilasan Panggung, yang memiliki pendopo mini sebagai latarnya, tampak beberapa bebatuan yang dibentuk layaknya kuburan, dinding di sekitar ” kuburan ” itu diselimuti kelambu putih transparan yang mampu menambah 
kesakralan tempat itu. 
Menurut Sajadu ( 53 ) penjaga Petilasan Panggung, disinilah dulu Raden Wijaya bertapa sampai akhirnya mendapat wangsit mendirikan kerajaan Majapahit. Selain itu, ditempat ini pula Patih Gajah Mada mengumandangkan Sumpah Palapa. ” Tempat ini 
dikeramatkan karena dianggap sebagai Asnya Kerajaan Majapahit ” katanya. 
Pada waktu tertentu khususnya bertepatan dengan malam jumat legi, banyak orang datang untuk berdoa dan mengharapkan berkah. ” orang berdatangan untuk berdoa, agar tujuannya tercapai ” kata Sajadu yang menyatakan pekerjaan menjaga Petilasan 
Panggung sudah dilakukan turun-temurun sejak leluhurnya. 
Sembari menghisap rokok kreteknya, pria yang mewarisi sebagai penjaga petilasan dari ayahnya sejak 1985 juga menceritakan, dulunya tempat itu hanya berupa tumpukkan bebatuan. Sampai sekarang, batu tersebut masih ada di dalam, katanya. 
Kemudian pada 1964, dilakukan pemugaran pertama kali oleh Ibu Sudarijah atau yang dikenal dengan Ibu Dar Moeriar dari Surabaya. Baru pada tahun 1995 dilakukan pemugaran kembali oleh Pangdam Brawijaya yang saat itu dijabat oleh Utomo. 
Memasuki kawasan Petilasan Panggung, terpampang gambar Gajah Mada tepat disamping pintu masuk. Sedangkan dibagian depan pintu bergantung sebuah papan kecil dengan tulisan ” Lima Pedoman ” yang merupakan pedoman suri teladan bagi warga. 
Selengkapnya ” Ponco Waliko ” itu bertuliskan ” Kudutrisno Marang Sepadane Urip, Ora Pareng Ngilik Sing Dudu Semestine, Ora Pareng Sepatah Nyepatani dan Ora Pareng Eidra Hing Ubaya ” 
Dikisahkan Sajadu pula, Petilasan Panggung ini sempat dinyatakan tertutup bagi umum pada tahun 1985 hingga 1995. Baru setelah itu dibuka lagi untuk umum, sejak dinyatakan dibuka lagi, pintu depan tidak lagi tertutup dan siangpun boleh masuk.NEXT
PERBEDAAN CANDI HINDU-BUDDHA 
Bagian dari Candi Candi Buddha Candi Hindhu 
Bentuk bangunan Cenderung tambun Cenderung tinggi dan ramping 
Atap Jelas menunjukkan undakan, umumnya terdiri atas 3 tingkatan 
Atapnya merupakan kesatuan tingkatan. Undakan-undakan kecil yang sangat 
banyak membentuk kesatuan atap yang melengkung halus. 
Kemuncak Stupa (candi Buddha), Ratna atau Vajra (candi Hindu) 
Kubus (kebanyakan candi Hindu), terkadang Dagoba yang berbentuk tabung 
(candi Buddha) 
Gawang pintu dan hiasan relung 
Gaya Kala-Makara; kepala Kala dengan mulut menganga tanpa rahang bawah 
terletak di atas pintu, terhubung dengan Makara ganda di masing-masing sisi 
pintu 
Hanya kepala Kala tengah menyeringai lengkap dengan rahang bawah 
terletak di atas pintu, Makara tidak ada 
Relief Ukiran lebih tinggi dan menonjol dengan gambar bergaya naturalis 
Ukiran lebih rendah (tipis) dan kurang menonjol, gambar bergaya seperti 
wayang bali 
Tata letak dan lokasi candi utama 
Mandala konsentris, simetris, formal; dengan candi utama terletak tepat di 
tengah halaman kompleks candi, dikelilingi jajaran candi-candi perwara yang 
lebih kecil dalam barisan yang rapi 
Linear, asimetris, mengikuti topografi (penampang ketinggian) lokasi; dengan 
candi utama terletak di belakang, paling jauh dari pintu masuk, dan seringkali 
terletak di tanah yang paling tinggi dalam kompleks candi, 
candiperwara terletak di depan candi utama 
Arah hadap bangunan Kebanyakan menghadap ke timur Kebanyakan menghadap ke barat 
Bahan bangunan Kebanyakan batu andesit Kebanyakan bata merah 
NEXT
CANDI-CANDI YANG ADA DI JAWA TIMUR 
a) Candi Badut 
Candi Badut merupakan candi Hindu, terletak di Desa Dinoyo, sebelah barat-laut Malang. Di Desa Dinoyo ditemukan sebuah prasasti berangka tahun 760 M, berhuruf Kawi dan bahasa Sansekerta. Prasasti Dinoyo 
ini menceritakan bahwa pada abad ke-8 M ada sebuah kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan (sekarang Desa Kanjuron) di Jawa Timur. Rajanya bernama Dewa Singha, berputerakan Limwa. Limwa ini lalu 
menggantikan ayahnya menjadi raja dengan nama Gajahyana. Gajahyana kemudian mendirikan sebuah tempat pemujaan untuk Dewa Agastya. Patung Agastya ini dahulu terbuat dari kayu cendana, kemudian 
diganti dengan arca dari batu hitam. Peresmian arca tersebut dilakukan pada tahun 760 dan dipimpin oleh sejumlah pendeta Hindu. 
Pada saat itu Raja Gajahyana menghadiahi para pendeta sebidang tanah, binatang lembu, sejumlah budak atau pekerja, dan segala keperluan untuk upaca keagamaan. Ia memerintah agar didirikan sejumlah 
bangunan asrama untuk keperluan kaum brahmana dan tamu. Diperkirakan, bangunan asrama tersebut salah satunya adalah Candi Badut ini. Namun, dalam candi ini tak terdapat arca Agastya, melainkan sebuah 
lingga. Mungkin sekali lingga ini sebagai lambang Agastya, yang memang selalu digambarkan sebagai Siwa dalam wujud sebagai Batara Guru. 
b) Candi Kidal 
Candi Kidal letaknya 7 km sebelah tenggara Candi Jago, antara Malang dan Tumpang. Candi ini mulanya sebagai tempat penyimpanan abu jenazah Anusapati Raja Singasari. Di dalamnya terdapat arca Anusapati 
dalam wujud Dewa Siwa. Bangunan ini mulai berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa sekitar tahun 1248 M. Candi ini terbuat dari batu alam. Pada candi Hindu setinggi 12,5 m ini terdapat pahatan cerita Garuda 
yang mencuri amarta, yaitu “air kehidupan”. 
c) Candi Jago 
Candi Jago (Negarakretagama menyebutnya Candi Jajaghu) merupakan candi Siwa-Buddha (agama percampuran), disebut juga Candi Tumpang karena terletak di Desa Tumpang, sebelah timur Malang. Candi ini 
dibangun oleh Raja Kertanegara dari Singasari sebagai penghormatan terhadap Wisnuwardhana, ayahnya. Arsitekturnya bersusun tiga (berundak) dengan tubuh candi terletak di bagian belakang kaki candi. 
Candi Jago dihiasi ornamen sangat mewah serta gambar timbul (relief) yang melukiskan cerita-cerita binatang, cerita Kunjarakanda, Arjuna, dan Kresna. Karakter tokoh-tokohnya yang tercetak di reliefnya: 
berbadan bungkuk, berkepala besar; dikelilingi bunga-bungaan dan tumbuh-tumbuhan; sikap kaki, bahu dan lengan yang tak biasa, menimbulkan kesan seperti wayang. Pada gambar timbul tersebut, sering 
terdapat lukisan pekarangan rumah dengan balai; seperti yang masih terdapat di Bali dewasa ini, yakni teras (bertingkat) dari batu. Di atas teras terdapat empat tiang dengan sebuah atap di atasnya. Antara teras 
dan atap terdapat lantai tempat duduk dari kayu. 
d) Candi Jawi (Jajawa) 
Dalam Negarakretagama, candi ini disebut Candi Jajawa dan dibuat oleh pada masa Kertanegara. Pada tahun 1331 candi ini pernah tersambar petir. Candi ini tingginya 24 m, bercorak Siwa-Buddha. Selain patung 
badan Siwa, ditemukan pula arca Ardanari, Brahma, Ganesha, Durga, dan Lembu Nandi. Di candi ini Kertanegara disucikan sebagai tiga bentuk arca yang berbeda. Pertama sebagai Siwa sekaligus Buddha dalam 
bentuk Bhairawa sebagai lambang nirmanakaya; dalam Bentuk Ardhanari sebagai lambang sambhogakaya, dan dalam bentuk Jina sebagai lambang dharmakaya. 
NEXT
e) Candi Singasari 
Candi Singasari merupakan candi Siwa yang besar dan tinggi, berada 10 km dari Malang, di sekitar ibukota Singasari dahulu. Candi ini merupakan tempat pendarmaan 
Kertanegara yang digambarkan sebagai Bhairawa (Kertanegara juga disucikan sebagai Siwa dan Buddha di Candi Jawi). Bagian atas candi melambangkan puncak Mahameru, 
kediaman para dewa dalam mitologi Hindu. Candi ini dibuat pada masa Hayam Wuruk Majapahit. Pintu candi ini berhiaskan patung Kala (Dwarapala). Pada pintu dan tangga 
tidak terdapat lagi makara, hanya motif yang serapa garis-garis dan salur-salur bunga. Pengaruhnya gaya Candi Singasari terlihat sekali pada patung Bhairawa di Sungai Langsat, 
Bukittinggi di kerajaan Minangkabau, Sumatera. Patung Ken Dedes di candi Singasari ini digambarkan sebagai Dewi Prajnaparamita, dewi kebijaksanaan. 
f) Komplek Candi Panataran 
Komplek Candi Panataran terletak 11 km dari Blitar, tepatnya di Desa Panataran, Kecamatan Nglegok. Komplek ini didirikan sejak pemerintahan Kediri, lalu banyak mengalami 
renovasi semasa pemerintahan Majapahit. Bangunan utama (Candi Panataran) selesai semasa pemerintahan Hayam Wuruk. Komplek ini semula dikelilingi tembok dengan 
gerbang masuk di sisi barat namun kini tinggal sisa-sisanya, antara lain dua buah arca Dwarapala, yaitu arca raksasa penjaga pintu candi. 
Luas kompleks percandian 180 m x 60 m, terbagi dalam tiga halaman. Pada halaman paling barat terdapat tiga bangunan utama, yaitu yang ada di sudut barat laut, sebuah 
teras memanjang dari utara ke selatan (di Bali disebut ”Bale Agung”); bangunan ke-2 adalah sebuah teras lain biasa disebut Serambi teras” terdapat di tengah halaman dan 
berpahatkan angka 1297 Saka (1375 M); bangunan utama ke-3 ialah sebuah candi indah yang biasa disebut ”Candi Angka Tahun”, karena di atas pintu masuk terdapat pahatan 
angka 1291 Saka (1369 Masehi). Candi utama ini yang dikenal sebagai Candi Panataran, terdiri atas tiga tingkat. Pada dinding tingkat pertama candi utama ini terpahat relief 
Ramayana: adegan Hanoman datang ke Alengka sebagai utusan Rama hingga tewasnya Kumbakarna, adik Raja Alengka, Rahwana. Pada tingkat kedua terdapat relief kisah 
Kresnayana, cerita Kresna muda mendapatkan Rukmini, calon istrinya. 
g) Candi Rimbi 
Candi ini terletak di Desa Pulosari, Jombang, merupakan candi Hindu peninggalan Majapahit abad ke-14. Di dalamnya terdapat arca Parwati yang diwujudkan sebagai 
Tribuwana Tunggadewi, ratu Majapahit yang memerintah tahun 1328-1350. Arca ini kini disimpan di Museum Pusat di Jakarta. 
h) Candi Bajang Ratu 
Candi ini sebetulnya merupakan gapura yang terbuat dari batubata di daerah Trowulan, bekas ibukota Majapahit. Jadi bukan tempat abu jenazah raja atau tempat 
pendarmaan. Gapura Bajang Ratu ini berukiran dari atas sampai bawah. Jenis gapura ini tertutup, berbeda dengan Waringin Lawang, sebuah gapura di daerah Trowulan juga 
yang termasuk Candi Bentar. Melihat kelaziman di Bali, Candi Bentar adalah gapura masuk ke gugusan keratin Majapahit. Sedangkan gapura tertutup ada di dalam gugusan 
keraton, maka Bajang Ratu termasuk dalam keraton Majapahit atau gugusan sebuah tempat anggota kerajaan. Menurut cerita setempat, gapura ini dilalui bangsawan 
Majapahit yang lari ketika Majapahit diserang oleh pasukan Is lam dari Demak dan Kudus pada tahun 1478. Menurut tradisi setempat, seorang pegawai negeri tak 
diperbolehkan naik ke atas gapura, karena ia dapat terkena sial dan akan dipecat dari jabatannya. 
i). Candi Sumber Awan 
Candi Sumber Awan didirikan sebagai penghargaan atas kunjungan Hayam Wuruk ke daerah di kaki Gunung Arjuna. Candi ini bercorak Buddha dan dibangun setelah Candi 
Singasari selesai. Candi ini didirikan oleh kaum Buddhis sebagai penghargaan terhadap Hayam Wuruk yang Hindu dalam menghormati agama Buddha. 
NEXT
next 
next
1) Candi-candi di Jawa Tengah Bagian Selatan 
a) Komplek Candi Roro Jonggrang (Prambanan) 
Di sekitar Candi Prambanan ini banyak terdapat candi-candi kecil dan tiga candi induk. Komplek candi ini didirikan atas perintah Raka i Pikatan dan selesai semasa pemerintahan Raja Daksa dari Mataram. 
Candi Prambanan merupakan candi Hindu karena nama candi-candinya memakai nama dewa-dewa Hindu. Komplek candi ini didirikan di kaki Gunung Merapi. 
b) Candi Kalasan 
Candi Kalasan bercorak Mahayana, tingginya 6 meter dengan stupa 52 buah. Candi ini didirikan pada 778 M atas perintah Raka i Panangkaran sebagai persembahan kepada Dewi Tara. Panangkaran 
sendiri beragama Hindu-Siwa, namun karena ketika itu yang berkuasa atas Mataram adalah Dinasti Syailendra maka agama Buddha pun berkembang pesat di Mataram. Pada Prasasti Kalasan yang ditulis 
dalam bentuk puisi berbahasa Sansekerta dan huruf Pranagari, disebutkan bahwa para rahib Buddha meminta izin kepada Raja Panangkaran untuk mendirikan tempat suci untuk Dewi Tara. Raja 
mengabulkannya dan menghadiahkan Desa Kalasan kepada para rahib. Dewi Tara sendiri adalah dewi kasih-sayang dan pelindung bagi umat Buddha. 
c) Candi Borobudur 
Candi Borobudur, tingginya mencapai 42 meter, juga merupakan candi Mahayana, terletak di Magelang, utara Yogyakarta. “Borobudur” berasal dari kata“bara” dan “budur”. Bara berasal dari kata wihara 
atau biara dari Sansekerta yang berarti kuil atau asrama. Sedangkan budur diperkirakan berasal dari kata beduhur yang artinya “di atas”. Jadi, Borobudur dapat diartikan sebagai biara yang ada di atas 
bukit. Candi ini didirikan sekitar tahun 800-an M atas perintah raja-raja Mataram dari Dinasti Syailendra. 
Bentuk dasar candi ini adalah punden berundak-undak, namun disesuaikan dengan filosofi Buddha Mahayana. Borobudur bersusun tiga tingkat, yaitu kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu dengan 
relief sepanjang 4 km dan arca Buddha berjumlah lebih dari 500 buah. Pada seluruh dinding Borobudur, terdapat sebelas seri relief yang memuat kurang-lebih dari 1.460 buah adegan. Relief-relief 
tersebut memuat berbagai kisah: cerita Buddha, surge dan neraka, dan kisah-kisah dari kitab yang terkenal seperti cerita Karmawibhangga. Namun, sebagian relief lain masih belum dapat diartikan 
ceritanya. Di atas puncak Borobudur ini terdapat sebuah stupa yang paling besar. Di setiap stupa terdapat patung Buddha dalam berbagai posisi. 
d) Candi Mendut 
Candi Mendut terletak 2 km arah selatan dari Candi Borobudur, juga merupakan candi Buddha dan didirikan raja Mataram pertama dari Dinasti Syailendra, Raja Indra. Dengan demikian, usianya lebih tua 
dari Borobudur. 
Di dalam candi terdapat tiga patung Sang Buddha. Masingmasing adalah patung Buddha Cakyamurti yang duduk bersila dan bersikap sedang berkotbah; patung Awalokiteswara, yaitu Boddhi-satwa 
penolong manusia; dan patung Maitreya, yaitu Boddhisatwa pembebas manusia di alam akhirat. Awalokiteswara atau Avalokiteshvara adalah patung Buddha dengan amithaba di mahkotanya yang 
melambangkan dharma, sedangkan Padmapani atau Vajrapani merupakan patung Buddha yang memegang bunga terati merah di tangannya sebagai lambang sangha. Pada dinding candi terdapat relief 
cerita fabel (cerita dunia binatang). 
e) Candi Pawon 
Candi ini berada di antara Borobudur dan Mendut, juga bercorak Buddha, diperkirakan berasal dari masa yang sama dengan Borobudur-Mendut. Posisi Candi Pawon sejajar dengan letak Borobudur dan 
Mendut. Bahan dasar candi ini adalah batu andesit. Tubuh candi dihiasi ukiran pohon kalpataru yang dipahat dengan sangat halus. Namun, patung-patung di dalamnya sudah hilang entah ke mana. Di 
atas pintu masuk, terdapat hiasan bermotif kalamakara, yaitu relief berupa makhluk surga, singa, pohon, dan sukur-sulur bunga teratai. Seluruh badan candi dihiasi dagoba-dagoba. 
NEXT
f) Komplek Candi Sewu 
Komplek Candi Sewu didirikan oleh Raja Indra dari Dinasti Syailendra, merupakan candi Buddha juga, terletak di utara Candi Prambanan, di tapal batas Yogyakarta-Surakarta dan selesai dibangun kira-kira 
tahun 1098 M. Candi Sewu masih berkaitan dengan Candi Prambanan. Sebagian dari 1.000 candi yang diminta Roro Jonggrang adalah candi-candi yang ada di Sewu. Namun, pendapat tersebut 
meragukan mengingat Prambanan adalah candi Hindu sedangkan Sewu adalah candi Buddha. Walaupun disebut Candi Sewu namun jumlah candi yang ada tidak mencapai seribu, melainkan hanya 241, 
terdiri dari satu candi induk, dikelilingi oleh 240 candi perwara (candi kecil) yang tersusun atas empat baris. Pada pintu masuk candi terdapat dua buah arca Dwarapala, yakni arca raksasa yang duduk 
menjaga pintu dan memegang gada. 
g) Komplek Candi Plaosan 
Komplek Candi Plaosan berlokasi di Desa Plaosan, Klaten. Komplek candi ini terdiri atas Plaosan Lor (Utara) dan Plaosan Kidul (Selatan). Kelompok candi utara bentuknya lebih besar dari yang ada di 
selatan. Berbeda dengan kebanyakan candi yang ada di Jawa Tengah, Candi Plaosan ini menghadap ke barat. Komplek ini didirikan atas perintah Raja Mataram, Raka i Pikatan yang Hindu dan 
Pramodawardhani (Sri Kaluhunan), istri Raka i Pikatan yang beragama Buddha dari Dinasti Syailendra. Komplek bagian utara terbagi atas dua halaman dan pada setiap halaman terdapat candi induk. 
Kedua halaman tersebut dikelilingi oleh tembok dalam dan luar yang jaraknya agak berjauhan. Pada halaman antara kedua tembok keliling itu terdapat 58 candi perwara dan 128 stupa. Tinggi stupanya 
lebih dari 7 meter. 
h) Candi Sukuh 
Candi Sukuh merupakan candi Siwa peninggalan Majapahit, terletak di lereng Gunung Lawu, Karanganyar. Pada candi ini terlihat corak Jawa asli yang mendominasi daripada corak Hindu. Relief candi ini 
sangat sederhana dibanding candi-candi lainnya, tampak kasar, dan terkesan dibuat oleh orang desa yang bukan ahli pahat profesional. Candi ini berbentuk punden berundak-undak. Dengan demikian, 
dapat ditarik simpulan: meski agama Hindu- Buddha memengaruhi kehidupan, namun masyarakat setempat masih menjungjung tinggi roh nenek-moyang. 
Candi ini memiliki patung dan pahatan berupa lingga (alat kelamin pria) yang berhadapan dengan yoni (alat kelamin perempuan). Inilah candi yang paling erotis yang pernah ada di Jawa. Namun, 
pembuatan lingga-yoni ini bukan dimaksudkan sebagai seni pornografis, melainkan melambangkan kesuburan, kemakmuran serta cenderung mistis. Di sisi kanan candi terdapat relief pasangan wanita-pria 
yang menggendong bayi. Candi ini menggambarkan proses persatuan wanita-pria hingga kelahiran manusia. 
Di samping relief kesuburan, ada pula relief dan tugu tentang pewayangan, seperti kelahiran Bima, anak kedua Pandawa; Bima sedang membunuh raksasa Kalantaka; cerita Sudamala yang 
mengisahkan Sadewa bungsu Pandawa yang diikat oleh Dewi Durga di sebatang pohon. 
i) Candi Sajiwan 
Candi Sajiwan terletak di selatan Prambanan, merupakan candi Buddha, didirikan sebagai tempat pendarmaan Rakryan Sanjiwana. Sanjiwana merupakan nama lain dari Sri Pramodawardhani, anak 
Samaratungga yang menikah dengan Raka i Pikatan Raja Mataram. Candi ini sekarang tinggal pondasinya saja. 
j) Candi Lumbung 
Candi Lumbung terletak di selatan Candi Sewu namun bentuknya lebih kecil, bercorak Buddha. Candi ini terdiri atas candi pusat yang dikelilingi enam belas candi berbentuk persegi empat. Atapnya kini 
telah runtuh. 
k) Candi Sari 
Candi Sari disebut juga Candi Bendah, merupakan candi Buddha, lokasinya tak jauh dari Candi Kalasan; dibangun bersamaan dengan Candi Kalasan, terlihat dari arsitekturnya yang tak jauh beda. Di 
depan pintu masuk terdapat dua raksasa (Dwarapala) yang memegang gada dan ular sebagai penjaga candi. Candi Sari ini merupakan wihara dengan panjang 17,32 m dan lebar 10 m. 
back
2) Candi-candi di Jawa Tengah bagian utara 
a) Komplek Candi Dieng 
Komplek Candi Dieng berdiri di dataran tingggi Dieng, Wonosobo, dibangun oleh Wangsa Sanjaya 
dari Mataram pada abad ke-8 hingga ke-9 M. Candi-candi yang ada di komplek ini bercorak Hindu 
dan merupakan tempat ziarah raja-raja Mataram. Namanama candi yang terdapat di komplek ini 
semuanya diambil dari dunia pewayangan, seperti Puntadewa, Bima, Arjuna, Gatotkaca, Semar, 
Sumbadra, dan Srikandi. 
b) Komplek Candi Gedong Songo 
Komplek ini terletak di lereng Gunung Ungaran, Ambarawa, didirikan pada abad ke-7 sampai ke-8 M 
oleh Sanjaya sebagai penghormatan terhadap Dewa Trimurti umat Hindu, khususnya Siwa. Candi-candi 
di komplek ini berjumlah sembilan (songo dalam bahasa Jawa). Bangunan ini termasuk candi 
tertua yang ada di Jawa. 
c) Candi Canggal 
Candi Canggal ini ditemukan di daerah Sleman dan didirikan semasa pemerintah Raja Sanjaya dari 
Mataram. Pada candi inilah terdapat Prasasti Canggal yang menceritakan asal-usul Dinasti Sanjaya. 
NEXT
HASIL BUDAYA KERAJAAN HINDU-BUDHA INDONESIA 
HASIL BUDAYA KERAJAAN KUTAI 
1 Yupa merupakan salah satu hasil kebusayaan Kutai 
Karena itu Yupa merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia 
dari Zaman Megalitikum yaitu Menhir 
2 Ketopong Sultan Kutai 
Ketopong atau mahkota Sultan Kutai ini terbuat dari emas dengan berat hampir 2 kg. 
Saat ini, Ketopong Sultan Kutai disimpan di Museum Nasional Jakarta. 
3.Pedang Sultan Kutai 
Pedang Kerajaan Kutai ini terbuat dari emas padat. Pada gagang pedang terukir 
seekor harimau yang sedang siap menerkam, sementara pada ujung sarung pedang 
dihiasi dengan seekor buaya. Pedang Sultan Kutai ini dapat dilihat di 
Museum Nasional, Jakarta 
4.Tali Juwita 
Tali juwita adalah simbul dari sungai Mahakam yang mempunyai 7 buah 
muara sungai dan 3 buah anak sungai (sungai Kelinjau, Belayan dan Kedang Pahu). 
Tali Juwita ini terbuat dari benang yang banyaknya 3x7 helai, kemudian dikuningi 
dengan kunyit untuk dipakai dalam upacara adat Bepelas. 
5. Arca Singa Noleh 
Konon, arca Singa Noleh awal mulanya adalah seekor binatang hidup yang sedang 
memakan beras lempukut yang baru ditumbuk oleh seorang wanita. Wanita tersebut 
marah dan binatang tersebut jatuh, terus menjadi batu bercampur porselein seperti 
keadaannya sekarang. 
HASIL BUDAYA KERAJAAN TARUMANEGARA 
1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor 
2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian 
Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut 
merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau. 
3. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiyang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, KabupatenPandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja 
Purnawarman. 
4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor 
5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor 
6. Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor 
7. Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor 
NEXT
HASIL BUDAYA KERAJAAN KALINGGA 
Prasasti Tukmas 
Prasasti Tukmas ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa 
Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir 
dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar 
seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.[4] 
Prasasti Sojomerto 
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu 
Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta 
Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa 
tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunanWangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu. 
Candi Angin 
Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. 
Candi Bubrah, Jepara 
Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. 
Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan pantai utara Jawa Tengah dahulu berkembang kerajaan yang bercorak Hindu Siwais. Catatan ini 
menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan Wangsa Sailendra atau kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa Tengah Selatan. 
HASIL BUDAYA KERAJAAN SRIWIJAYA 
Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7 seperti Prasasti Talang Tuo menggambarkan ritual Budha untuk memberkati peristiwa penuh berkah yaitu 
peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya. Prasasti Telaga Batumenggambarkan kerumitan dan tingkatan jabatan pejabat 
kerajaan, sementara Prasasti Kota Kapur menyebutkan keperkasaan balatentara Sriwijaya atas Jawa. Semua prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno, 
leluhur bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern. Sejak abad ke-7, bahasa Melayu kuno telah digunakan di Nusantara. Sriwijaya hanya meninggalkan 
sedikit tinggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatera. Sangat berbeda dengan episode Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan 
wangsa Syailendrayang banyak membangun monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Borobudur. Candi-candi Budha yang berasal dari masa 
Sriwijaya di Sumatera antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal. Akan tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat 
dari batu andesit, candi di Sumatera terbuat dari bata merah. 
Beberapa arca-arca bersifat Budhisme, seperti berbagai arca Budha yang ditemukan di Bukit Seguntang, Palembang dan arca-arca 
Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi Bidor,Perak dan Chaiya dan arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan. Semua arca-arca ini menampilkan 
keanggunan dan langgam yang sama yang disebut "Seni Sriwijaya" atau "Langgam/Gaya Sriwijaya" yang memperlihatkan kemiripan — mungkin diilhami — 
oleh langgam Amarawati India dan langgam Syailendra Jawa (sekitar abad ke-8 sampai ke-9) 
NEXT
HASIL BUDAYA KERAJAAN MEDANG/MATARAM HINDU 
Temuan Wonoboyo berupa artifak emas yang ditemukan tahun 1990 di Wonoboyo, Klaten, Jawa Tengah; menunjukkan kekayaan 
dan kehalusan seni budaya kerajaan Medang. 
Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi 
Mendut, Candi Pawon,Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan 
tentu saja yang paling kolosal adalahCandi Borobudur. Candi megah yang dibangun oleh Sailendrawangsa ini telah 
ditetapkan UNESCO (PBB) sebagai salah satu warisan budaya dunia. 
HASIL BUDAYA KERAJAAN KEDIRI 
Arca Wishnu, berasal dariKediri, abad ke-12 dan ke-13. 
Arca Buddha Vajrasattva zaman Kadiri, abad X/XI, koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman. 
Karya Sastra Zaman Kadiri 
Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan Panjalu-Kadiri. Pada tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis 
oleh Mpu Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang berisi 
kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala. 
Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya. Terdapat pula pujangga zaman 
pemerintahan Sri Kameswara bernamaMpu Dharmaja yang menulis Kakawin Smaradahana. Kemudian pada zaman 
pemerintahan Kertajaya terdapat pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang 
menulis Kresnayana. 
HASIL BUDAYA KERAJAAN SINGHASARI 
Arca Prajnaparamita ditemukan dekat candi Singhasari dipercaya sebagai arca perwujudan Ken Dedes (koleksi Museum Nasional 
Indonesia). Keindahan arca ini mencerminkan kehalusan seni budaya Singhasari. 
Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. 
Mungkin nama ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel 
tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararatonjuga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kadiri, Ken 
Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa. 
NEXT
HASIL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHIT 
Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks bangunan penting di ibu kota Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri di Trowulan. 
"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai 
pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan 
hati siapa saja yang memandangnya". 
— Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama. 
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa 
utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk 
membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan 
Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas.[31] 
Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha,Siwa, 
dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak 
menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana muslim saat itu. 
Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara 
geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang 
adalah Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto. Beberapa elemen arsitektur berasal dari masa Majapahit, antara lain gerbang terbelah candi bentar, 
gapura paduraksa (kori agung) beratap tinggi, dan pendopo berdasar struktur bata. Gaya bangunan seperti ini masih dapat ditemukan dalam arsitektur Jawa dan Bali. 
".... Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki istana 
yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan Agung dari 
China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya." 
— Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone). 
Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: 
"Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirimPaus untuk menjalankan 
misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu 
menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat Vietnam, China, terus 
mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330. 
Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga 
di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh 
emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan di sini 
tak lain adalah Majapahit yang dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahanJayanegara. 
BACK
MASA ISLAM 
NEXT
PROSES MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA 
A. Teori-teori Masukya Agama Islam ke Indonesia. 
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu: 
1) Teori Gujarat 
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah: 
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia. 
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa. 
c. Adanya Batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Sultan Malik Al-Shaleh pada tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat 
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye,W.F. Stutterheim dan Bernard H. M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. 
Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia. (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang 
menyebarkan ajaran Islam. 
2) Teori Mekkah 
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat.Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah: 
a. Pada abad ke-7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam, dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita dari Cina. 
b. Kerjaan Samudera Pasai penganut aliran mahzab Syafi’i, dimana pengaruh mahzab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mahzab Hanafi. 
c. Raja-raja Samudera Pasai menggunakan gelar Al-Malik yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. 
Pendukung Teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan polotik Islam, jadi masuknya ke Inonesia terjadi jauh sebelumnya abad ke-7 dan berperan besar 
terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri. 
3) Teori Persia 
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dari teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat IslamIndonesia seperti: 
1) Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein, cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. DiSumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.Sedangkan di pulau 
Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro. 
2) Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaituAl – Hallaj.Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat. 
3) Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik. 
4) Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah namasalah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat. 
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dankelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwaIslam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya 
pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaranIslam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). 
NEXT
Sumber-sumber yang menerangkan masuk dan berkembangnya agama Islam ke nusantara. 
a. Sumber dari luar negeri. 
1. Berita dari bangsa Arab yang melakukan perdagangan dengan Indonesia sekitar abad ke-7 pada masa kerajaan Sriwijaya. 
2. Berita dari Marco Polo tentang adanya kerajaan Islam yang pertama di Nusantara yaitu Samudera Pasai. 
3. Berita dari India bahwa para pedagang India dari Gujarat telah melakukan penyebaran Islam di Nusantara. 
4. Catatan Ma-Huan dari Cina, yang menceritakan bahwa kira-kira sekitar tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang tinggal di pesisir pantai 
utara Pulau Jawa. 
b. Sumber dari dalam negeri. 
1. Penemuan batu di Lenan Gresik yang telah menggunakan bahsa Arab dan diduga telah adalah makam dari Fatimah Binti Maimun (1028). 
2. Makam Sultan Malik As-Shaleh di Sumatera Utara yang meninggal pada bulan Ramadhan 676 H atau1297 M. 
3. Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang Wafat tahun 1419 M. 
Ditengah perbedaan penafsiran proses masuk dan berkembangannya agama Islam di Nusantara tersebut, para ahli sepakat bahwa golongan pembawa 
agama Islam di Nusantara adalah kaum pedagang, selain sebagai kewajiban seorang Muslim, penyebaran agama melalui perdgangan ketika itu merupakam 
jalan yang paling efisien. Pada saat itu pelayaran dan perdgangan internasional sangant berkembang. Tidak heran jika daerah pesisir pantai terlebih dahulu 
memeluk agama Islam adalah daerah Pesisir. Selain itu, kaum mubaligh atau guru agama juga datang untuk mengajarkan dan menyebarkan agama Islam. 
Kedatangan para mubaligh ini mempercepat islamisasi daerah-daerah di Nusantara. Mereka mendirikan banyak pesantren yang mencetak kader-kader 
ulama atau guru agama lokal. Golongan lain yang juga disebut sebagai pembawa agama Islam adalah penganut Tasawuf (kaum sufi). Mereka diperkirakan 
masuk ke Nusantara pada abad ke-13. 
selain golongan pembawa tentu terdapat pula golongan penerima agama Islam. Diantaranya adalah 
1. Para adipati pesisir yang langsung berhubungan denagn pedagang muslim, 
2. Raja dan bangsawan yang ikut mempercepat perkembangan Islam, 
3. Para pedagang muslim yang terlibat langsung dengan pedagang Islam dari luar, 
4. Para wali songo, 
5. Rakyat yang di Islamkan Wali songo. 
NEXT
aluran dan Proses Islamisasi di Nusantara 
Islamisasi di nusantara pada umumnya berjalan damai, melalui perdagangan dan dakwah oleh para mubaligh dan sufi. Namun, ada 
kalanya penyebaran diwarnai dengan penaklukan, misalnya jika situasi politik dikerajaan-kerajaan itu mengalami kekacauan akibat 
perebutan kekuasaan. Disamping itu, islam juga berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan kekuasaan dalam menghadapi lawan. 
a. Perdagangan 
Islamisai melaluai jalur perdagangan terjadi pada tahap awal, yaitu sejalan dengan ramainya lalu lintas perdagangan laut padaabad 
ke-7 hingga abad ke-16. Pada saat iti, pedagang muslim yang berdagang ke nusantara semakin banyak sehingga akhirnya membentuk 
pemukiman yang disebut pekojan. Dari tempat ini, mereka berinteraksi dan berasimilasi dengan masyarakat asli sambil menyebarkan 
agama Islam. 
b. Perkawinan 
Para pedagang yang datang ke nusantara danyak yang menikah dengan wanita pribumi. Sebelum perkawinan berlangsung, wanita-wanita 
pribumi yang belum beragama Islam diminta mengucapkan syahadat sebagai tanda menerima Islam sebagai agamanya. 
Dengan proses seperti ini, kelompok mereka semakin besar dan lambat laun berkembang dari komunitas kecil menjadi kerajaan-kerajaan 
Islam. 
c. Tasawuf 
Saluran penyebaran Islam yang tidak kalah pentingnya adalah melalui tasawuf. Tasawuf adalah ajaran atau cara untuk mendekatkan 
diri kepada Tuhan. Ajaran tasawuf ini banyak dijumpai dalam cerita babad dan hikayat masyarakat setempat. Beberapa tokoh 
penyebar tasawuf yang terkenal adalah Hamzah Fansuri, Syamsudin, Syekh Abdul Shamad dan Nuruddin Ar-Ranirry. 
d. Kesenian 
Saluran penyebaran agama Islam di Nusantara terlihat pula dalam kesenian Islam, seperti peninggalan seni bangunan, seno pahat, 
seni musik, dan seni sastra. Hasil-hasil tersebut dapat pula dilihat pada masjid-masjid kuno di Demak, Cirebon, Banten, dan Aceh. 
e. Dakwah Wali Songo 
Proses penyebaran Islam di Nusantara khususnya di pulau Jawa tidak lepas dari peranan para wali. Para wali bertindak sebagai juru 
dakwah, penyebar dan perintis agama Islam. Dengan bekalpengetahuan agama dan keahlian tersebut,para wali mendapat banyak 
pengikut dan sangat dihormati. 
NEXT
KERAJAAN ISLAM PERTAMA DI INDONESIA 
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin 
Mahdum. Yang kedua bernama Al-Malik Al-Shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad ke-15 H). (Mustofa Abdullah, 
1999: 54) 
Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko sempat singgah di Kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zahir, raja yang terkenal alim dalam 
ilmu agama dan bermazhab Syafi’i, mengadakan pengajian sampai waktu sholat Ashar dan fasih berbahasa Arab serta mempraktekkan pola hidup yang 
sederhana. (Zuhairini,et.al, 2000: 135) 
Keterangan Ibnu Batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Pasai sebagai berikut: 
a. Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah Fiqh mazhab Syafi’i 
b. Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis ta’lim dan halaqoh 
c. Tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama 
d. Biaya pendidikan bersumber dari negara.(Zuhairini, et.al., 2000: 136) 
Pada zaman kerajaan Samudra Pasai mencapai kejayaannya pada abad ke-14 M, maka pendidikan juga tentu mendapat tempat tersendiri. Mengutip 
keterangan Tome Pires, yang menyatakan bahwa “di Samudra Pasai banyak terdapat kota, dimana antar warga kota tersebut terdapat orang-orang 
berpendidikan”.(M.Ibrahim, et.al, 1991: 61) 
Menurut Ibnu Batutah juga, Pasai pada abad ke-14 M, sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara, dan banyak berkumpul ulama-ulama dari 
negara-negara Islam. Ibnu Batutah menyatakan bahwa Sultan Malikul Zahir adalah orang yang cinta kepada para ulama dan ilmu pengetahuan. Bila hari 
jum’at tiba, Sultan sembahyang di Masjid menggunakan pakaian ulama, setelah sembahyang mengadakan diskusi dengan para alim pengetahuan agama, 
antara lain: Amir Abdullah dari Delhi, dan Tajudin dari Ispahan. Bentuk pendidikan dengan cara diskusi disebut Majlis Ta’lim atau halaqoh. Sistem halaqoh 
yaitu para murid mengambil posisi melingkari guru. Guru duduk di tengah-tengah lingkaran murid dengan posisi seluruh wajah murid menghadap guru. 
NEXT
BUKTI DATANGNYA ISLAM KE INDONESIA 
1. Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7: 
a. Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar adalah catatan perjalanan Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, 
terdapat utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera. 
b. Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan 
oleh para pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China. 
c. Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, 
dan Malaya antara tahun 606-699 M. 
d. Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya 
mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M. 
e. Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke 
Malaya. 
f. Prof. S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnay berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa 
beberapa sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum muslimin Indonesia. 
g. W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang 
memberitahukan adanya Aarb muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim). 
h. T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke 
Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M). 
2. Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11: 
a. Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti 
Maimoon dan rombongannya. Pada makam itu terdapat prasati huruf Arab Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan 1082) 
3. Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13: 
a. Catatan perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di aceh, 
pada tahun 1292 M. 
b. K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M. 
c. J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan 
bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13. 
d. Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam 
masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan saudah adanya beberapa kerajaaan islam di kawasan Indonesia. 
NEXT
WALI SONGO 
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) 
Makam Maulana Malik Ibrahim, desa Gapura, Gresik, Jawa Timur 
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana 
Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu 
tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi 
Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa 
bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti 
Nabi Muhammad Rasulullah 
Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy.[2] Dalam 
cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal. 
Isteri Maulana Malik Ibrahim 
Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri bernama: 1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah 2. Siti Maryam 
binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad 3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf. Selanjutnya Sharifah Sarah 
binti Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha [Sunan Santri/ Raden Santri] dan melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya 
Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far Shadiq [Sunan Kudus]. 
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat 
Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. 
Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur. 
Sunan Ampel (Raden Rahmat) 
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja 
Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul 
Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin 
Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad 
Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia 
menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi 
Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang 
Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid 
Ampel, Surabaya. 
Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim) 
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak 
berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada 
gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau Buku Bonang. 
Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525. Ia dimakamkan di daerah Tuban, Jawa Timur. 
NEXT
Sunan Drajat 
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu 
masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, 
putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari 
agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan 
Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522. 
Sunan Kudus 
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke- 
24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil 
Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali 
Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima 
perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa 
Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada 
tahun 1550. 
Sunan Giri 
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di 
Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang 
menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima. 
Sunan Kalijaga 
Lukisan Sunan Kalijaga 
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan 
kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan 
Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri. 
Sunan Muria (Raden Umar Said) 
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan 
Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus. 
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) 
Lukisan Sunan Gunung Jati 
Gapura Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon, Jawa Barat 
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaranmelalui Nyai Rara 
Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama 
Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten. NEXT
HASIL KEBUDAYAAN ISLAM 
1. Tempat Ibadah 
Dilihat dari segi arsitekturnya, masjid-masjid di Indonesia kuno menampil- kan gaya arsitektur asli Indonesia, yakni dengan ciri-ciri sebagai berikut. 
a. Atapnya bertingkat/tumpang dan ada puncaknya (mustaka). 
b. Pondasinya kuat dan agak tinggi. 
c. Ada serambi di depan atau di samping. 
d. Ada kolam/parit di bagian depan atau samping. 
Gaya arsitektur bangunan yang mendapat pengaruh Islam ialah : 
a. Hiasan kaligrafi. 
b. Kubah. 
c. Bentuk masjid. 
Sejak masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia banyak masjid didirikan dan termasuk masjid kuno, di antaranya masjid Demak, masjid Kudus, masjid Banten, masjid 
Cirebon, masjid Ternate, masjid Angke, dan sebagainya. 
a. Masjid Angke 
Masjid ini terletak di Jalan Tubagus Angke, Jakarta Barat yang dibangun pada abad ke-18. Masjid ini beratap tumpang dua. Masjid Angke merupakan masjid tua yang masih terlihat 
kekunoannya. Masjid ini memiliki gaya arsitektur dan hiasan yang cantik, merupakan perpaduan antara gaya Jawa, Cina, Arab, dan Eropa. Masjid ini dibangun pada tahun 1761. 
Pengaruh agama Islam menimbulkan tempat ibadah yang namanya bermacam-macam. Tempat ibadah ukuran kecil disebut langgar, yang berukuran sedang disebut masjid, dan 
yang ukuran besar disebut masjid agung atau masjid jami. Masjid merupakan tempat peribadatan agama Islam (tempat orang melakukan salat). Masjid juga berperan sebagai 
tempat penggemblengan jiwa dan pribadi-pribadi Islam yang hidup di tengah-tengah masyarakat. 
b. Masjid Demak 
Masjid Demak didirikan pada masa pemerintahan Raden Patah. Bangunan masjid terletak di Kadilangu, Demak. Masjid ini beratap tumpang yang mirip dengan bentuk pura Hindu. 
Masjid Demak didirikan dengan bantuan para wali (walisongo). Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Keunikan masjid ini terletak pada salah satu tiang 
utamanya, yakni terbuat dari bahan pecahan-pecahan kayu yang disebut tatal (soko tatal). 
c. Masjid Kudus 
Masjid Kudus didirikan oleh Sunan Kudus. Bentuk bangunan masjid ini memiliki ciri khusus. Bagian menaranya menyerupai candi Hindu. 
d. Masjid Banten 
Masjid Banten didirikan pada abad ke-16. Bangunannya memiliki atap tumpang sebanyak lima tingkat. Kemungkinan model bangunan seperti ini untuk menggambarkan derajat 
yang dapat diraih seseorang dalam Islam. Menara masjid Banten dibangun oleh arsitektur Belanda bernama Cardel. Itulah sebabnya, menara tersebut bergaya Eropa menyerupai 
mercusuar. 
e. Masjid Cirebon 
Masjid Cirebon didirikan pada abad ke-16 M, ketika Kerajaan Cirebon berkuasa. Bentuk atap masjid Cirebon juga berupa atap tumpang, terdiri atas dua tingkat. 
NEXT
2. Keraton 
Keraton berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan sebagai tempat tinggal raja beserta keluarganya. Pada zaman kekuasaan Islam, didirikan cukup banyak keraton 
sesuai dengan perkembangan kerajaan Islam. Beberapa contoh keraton adalah sebagai berikut: 
a. Keraton Cirebon 
Keraton Cirebon didirikan oleh Fatahillah atau Syarif Hidayatullah pada tahun 1636. Letaknya di kota Cirebon, Jawa Barat. 
b. Istana Raja Gowa 
Istana Raja Gowa terdapat di Sulawesi Selatan. 
c. Istana Keraton Surakarta 
Keraton Surakarta terbentuk berdasarkan perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Keraton Surakarta sebelumnya merupakan wilayah Kerajaan Mataram dengan rajanya 
Paku Buwono III. 
d. Keraton Yogyakarta 
Semula Keraton Yogyakarta merupakan wilayah Kerajaan Mataram, kemudian berdasarkan perjanjian Giyanti pada tahun 1755 didirikan kerajaan Yogyakarta dengan 
rajanya yang pertama Sultan Hamengkubuwono I. 
e. Istana Mangkunegaran 
Istana Mangkunegaran merupakan bangunan kerajaan yang terbentuk berdasarkan perjanjian Salatiga tahun 1757. 
3. Batu Nisan 
Batu nisan berfungsi sebagai tanda kubur. Tanda kubur yang terbuat dari batu bentuknya bermacam-macam. Pada bangunan batu nisan biasanya dihiasi ukir-ukiran 
dan kaligrafi. Kebudayaan batu nisan diduga berasal dari Perancis dan Gujarat. Di Indonesia, kebudayaan tersebut berakulturasi dengan kebudayaan setempat (India). 
Beberapa batu nisan peninggalan sejarah di Indonesia antara lain sebagai berikut. 
a. Batu Nisan Malik as-Saleh 
Batu nisan ini dibangun di atas makam Sultan Malik as-Saleh di Lhokseumawe, Aceh Utara. Sultan Malik as-Saleh adalah raja pertama dari kerajaan Samudra Pasai. 
b. Batu Nisan Ratu Nahrasiyah 
Batu nisan ini dibangun di atas makam ratu Samudra Pasai bernama Nahrasiyah. Ia meninggal pada tahun 1428. Nisan itu dihiasi kaligrafi yang memuat kutipan Surat 
Yasin dan Ayat Kursi. 
c. Batu Nisan Fatimah binti Maimun 
Batu nisan ini dibuat sebagai tanda makam seorang wanita Islam yang bernama Fatimah binti Maimun. Batu nisan ini terdapat di Leran, Gresik, Jawa Timur. 
d. Batu Nisan Sultan Hasanuddin 
Batu nisan ini dibangun di atas makam raja Makasar. Makam Sultan Hasanuddin berada dalam satu kompleks dengan pemakaman raja-raja Gowa dan Tallo. 
Pada makam tersebut, dibuat cungkup berbentuk kijing. Cungkup itu terbuat dari batu berbentuk prisma. Kemudian batu itu disusun berbentuk limas. Bangunan 
limas terpasang dengan alas berbentuk kubus dan di dalamnya terdapat ruangan. Pada ruangan inilah terdapat makam beserta batu nisan. 
NEXT
4. Kaligrafi 
Pada mulanya kaligrafi merupakan akulturasi antara budaya Hindu dengan budaya Islam. Namun dalam perkem- bangannya, dengan 
makin kuatnya rasa keagamaan maka unsur Hindu makin berkurang; sehingga wujudnya adalah orang yang sedang shalat atau dalam 
wujud masjid yang menggunakan huruf Arab. 
Kaligrafi adalah seni menulis Arab yang indah tanpa tanda garis (harakat). Seni kaligrafi yang bernafaskan Islam merupakan rangkaian 
dari ayat-ayat suci Al Quran. Tulisan tersebut dirangkai 
sedemikian rupa sehingga membentuk gambar, misalnya binatang, daun- daunan, bunga atau sulur, tokoh wayang dan sebagainya. 
Contoh kaligrafi antara lain sebagai berikut. a. Kaligrafi pada batu nisan. 
b. Kaligrafi bentuk wayang dari Cirebon. 
c. Kaligrafi bentuk hiasan. 
5. Seni Pahat 
Seni pahat seiring dengan kaligrafi. Seni pahat atau seni ukir berasal dari Jepara, kota awal berkembangnya agama Islam di Jawa yang 
sangat terkenal. Di dinding depan masjid Mantingan (Jepara) terdapat seni pahat yang sepintas lalu merupakan pahatan tanaman 
yang dalam bahasa seninya disebut gaya arabesk, tetapi jika diteliiti dengan saksama di dalamnya terdapat pahatan kera. Di Cirebon 
malahan ada pahatan harimau. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa seni pahat di kedua daerah tersebut (Jepara dan Cirebon), 
merupakan akulturasi antara budaya Hindu dengan budaya Islam. 
6. Seni Pertunjukan 
Di antara seni pertunjukan yang merupakan seni Islam adalah seni suara dan seni tari. Seni suara merupakan seni pertunjukan yang 
berisi salawat Nabi dengan iringan rebana. Dalam pergelarannya para peserta terdiri atas kaum pria duduk di lantai dengan 
membawakan lagu-lagu berisi pujian untuk Nabi Muhammad Saw. yang dibawakan secara lunak, namun iringan rebananya terasa 
dominan. Peserta mengenakan pakaian model Indonesia yang sejalan dengan ajaran Islam, seperti peci, baju tutup, dan sarung. 
7. Tradisi atau Upacara 
Tradisi atau upacara yang merupakan peninggalan Islam di antaranya ialah Gerebeg Maulud. Perayaan Gerebeg, dilihat dari tujuan 
dan waktunya merupakan budaya Islam. Akan tetapi, adanya gunungan ( tumpeng besar) dan iring-iringan gamelan menunjukkan 
budaya sebelumnya (Hindu Buddha). Kenduri Sultan tersebut dikeramatkan oleh penduduk yang yakin bahwa berkahnya sangat besar, 
yang menunjukkan bahwa animisme-dinamisme masih ada. Hal ini dikuatkan lagi dengan adanya upacara pembersihan barang-barang 
pusaka keraton seperti senjata (tombak dan keris) dan kereta. Upacara semacam ini masih kita dapatkan di bekas-bekas 
kerajaan Islam, seperti di Keraton Cirebon dan Keraton Surakarta. 
Di keraton Surakarta upacara pembersihan barang-barang pusaka di kenal dengan “jamasan pusaka” yang dilakukan pada malam 1 
Muharam/Suro sehingga dikenal Tradisi Sura. Acara jamasan pusaka kemudian dilanjutkan dengan upacara kirab, salah satunya adalah 
upacara kirab pusaka, seperti Pusaka Kanjeng Kyai Slamet, merupakan sebuah simbolisasi dari keinginan untuk mendapatkan 
keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan hidup baik lahir maupun batin. Sebagai cucuk lampah dalam acara kirab tersebut 
adalah kerbau bule keturunan Kanjeng Kyai Slamet, salah satu klangenan peninggalan Sri Susuhunan Paku Buwono X dan 10 pusaka 
yang diperintahkan untuk dikirabkan pada pergantian tahun baru (malam 1 Sura). Konon menurut kepercayaan masyarakat Jawa, 
kerbau adalah salah satu hewan yang dianggap memiliki tuah tersendiri sebagai tolak bala untuk mengusir segala bencana. 
NEXT
8. Karya Sastra 
Pengaruh Islam dalam sastra Melayu tidak langsung dari Arab, tetapi melalui Persia dan 
India yang dibawa oleh orang-orang Gujarat. Dengan demikian, sastra Islam yang masuk 
ke Indonesia sudah mendapat pangaruh dari Persia dan India. 
Meskipun menurut sejarah, Persia dan India ditaklukkan oleh Islam, namun kebudayaan 
dari kedua negara tersebut lebih besar pengaruhnya. Karya sastra masa Islam banyak 
sekali macamnya, antara lain sebagai berikut. 
a. Babad ialah cerita berlatar belakang sejarah yang lebih banyak di bumbui dengan 
dongeng. Contohnya: Babad Tanah Jawi, Babad Demak, Babad Giyanti, dan sebagainya. 
1) Babad Tanah Jawi 
Kitab ini berisi silsilah raja-raja Jawa dimulai dari Nabi Adam sampai dengan Bathara 
Guru. Bathara Guru bertakhta di Suralaya berputra lima orang di antaranya adalah 
Bathara Wisnu yang kemudian turun ke dunia menjadi raja pertama di Pulau Jawa dengan 
gelar Prabu Set. Jadi, Bathara Wisnulah yang menurunkan raja-raja Jawa. 
2) Babad Demak 
Kitab ini berisi tentang kisah berdirinya Kerajaan Demak yang dipelopori oleh Raden 
Patah dan Wali Songo. Sebelum Kerajaan Demak berdiri, telah ada tanda-tanda yaitu 
pindahnya sinar cahaya kekuasaan dari Majapahit ke Demak. 
3) Babad Giyanti 
Kitab ini berisi tentang perjuangan Pangeran Mangkubumi di Surakarta sampai 
dinobatkannya menjadi Sultan Hamengku Buwono I di Yogyakarta. 
BACK
masa praaksara,masa hindu-buddha&masa islam

Contenu connexe

Tendances

Peradaban awal indonesia dan dunia
Peradaban awal indonesia dan duniaPeradaban awal indonesia dan dunia
Peradaban awal indonesia dan dunia
Purna Senda
 
Ppt 3 dan 4 mengenal manusia purba (wajib)
Ppt 3 dan 4 mengenal manusia purba (wajib)Ppt 3 dan 4 mengenal manusia purba (wajib)
Ppt 3 dan 4 mengenal manusia purba (wajib)
fakhriza99
 
Masa pra aksara di indonesia
Masa pra aksara di indonesiaMasa pra aksara di indonesia
Masa pra aksara di indonesia
Titus Haryanto
 
Asal usul nenek moyang Bangsa
Asal usul nenek moyang Bangsa Asal usul nenek moyang Bangsa
Asal usul nenek moyang Bangsa
Tonny Basuki
 
Jenis manusia purba di indonesia beserta gambar
Jenis manusia purba di indonesia beserta gambarJenis manusia purba di indonesia beserta gambar
Jenis manusia purba di indonesia beserta gambar
Freddy Then
 
Sejarah kelas x wajib
Sejarah kelas x wajibSejarah kelas x wajib
Sejarah kelas x wajib
fakhriza99
 
Makalah sejarah indonesia manusia purba
Makalah sejarah indonesia manusia purbaMakalah sejarah indonesia manusia purba
Makalah sejarah indonesia manusia purba
Radius Advendra
 
Pembagian zaman-pra-aksara
Pembagian zaman-pra-aksara Pembagian zaman-pra-aksara
Pembagian zaman-pra-aksara
Resa Firmansyah
 

Tendances (20)

Manusia purba di dunia
Manusia purba di duniaManusia purba di dunia
Manusia purba di dunia
 
Peradaban awal indonesia dan dunia
Peradaban awal indonesia dan duniaPeradaban awal indonesia dan dunia
Peradaban awal indonesia dan dunia
 
Ppt 3 dan 4 mengenal manusia purba (wajib)
Ppt 3 dan 4 mengenal manusia purba (wajib)Ppt 3 dan 4 mengenal manusia purba (wajib)
Ppt 3 dan 4 mengenal manusia purba (wajib)
 
Mesozoikum
MesozoikumMesozoikum
Mesozoikum
 
Masa pra aksara di indonesia
Masa pra aksara di indonesiaMasa pra aksara di indonesia
Masa pra aksara di indonesia
 
Zaman Paleolitikum / Paleolitikum Era
Zaman Paleolitikum / Paleolitikum EraZaman Paleolitikum / Paleolitikum Era
Zaman Paleolitikum / Paleolitikum Era
 
Asal usul nenek moyang Bangsa
Asal usul nenek moyang Bangsa Asal usul nenek moyang Bangsa
Asal usul nenek moyang Bangsa
 
Jenis manusia purba di indonesia beserta gambar
Jenis manusia purba di indonesia beserta gambarJenis manusia purba di indonesia beserta gambar
Jenis manusia purba di indonesia beserta gambar
 
Bab 1 menelusuri peradaban awal di kepulauan indonesia
Bab 1   menelusuri peradaban awal di kepulauan indonesiaBab 1   menelusuri peradaban awal di kepulauan indonesia
Bab 1 menelusuri peradaban awal di kepulauan indonesia
 
Materi kelas x mengenal manusia purba, agustus 2020
Materi kelas x   mengenal manusia purba, agustus 2020Materi kelas x   mengenal manusia purba, agustus 2020
Materi kelas x mengenal manusia purba, agustus 2020
 
Sejarah Manusia Purba di Afrika
Sejarah Manusia Purba di AfrikaSejarah Manusia Purba di Afrika
Sejarah Manusia Purba di Afrika
 
pembabakan zaman pra sejarah
pembabakan zaman pra sejarahpembabakan zaman pra sejarah
pembabakan zaman pra sejarah
 
Peradaban Mesir Kuno
Peradaban Mesir KunoPeradaban Mesir Kuno
Peradaban Mesir Kuno
 
Sejarah kelas x wajib
Sejarah kelas x wajibSejarah kelas x wajib
Sejarah kelas x wajib
 
Presentasi Zaman Pra Aksara
Presentasi Zaman Pra AksaraPresentasi Zaman Pra Aksara
Presentasi Zaman Pra Aksara
 
Makalah sejarah indonesia manusia purba
Makalah sejarah indonesia manusia purbaMakalah sejarah indonesia manusia purba
Makalah sejarah indonesia manusia purba
 
Mengenal Zaman Pra-Aksara di Indonesia
Mengenal Zaman Pra-Aksara di IndonesiaMengenal Zaman Pra-Aksara di Indonesia
Mengenal Zaman Pra-Aksara di Indonesia
 
Pembagian zaman-pra-aksara
Pembagian zaman-pra-aksara Pembagian zaman-pra-aksara
Pembagian zaman-pra-aksara
 
Bab 1 Sejarah dan Manusia
Bab 1 Sejarah dan ManusiaBab 1 Sejarah dan Manusia
Bab 1 Sejarah dan Manusia
 
Pembagian Zaman Pra Aksara dan Ciri-Cirinya
Pembagian Zaman Pra Aksara dan Ciri-CirinyaPembagian Zaman Pra Aksara dan Ciri-Cirinya
Pembagian Zaman Pra Aksara dan Ciri-Cirinya
 

En vedette

Sejarah jenis & ciri manusia pra aksara
Sejarah   jenis & ciri manusia pra aksaraSejarah   jenis & ciri manusia pra aksara
Sejarah jenis & ciri manusia pra aksara
rizkaaafu
 
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah Kelas X
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah Kelas XHakekat dan Ruang Lingkup Sejarah Kelas X
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah Kelas X
Hidayah Lestari
 
Ppt 1 praaksara
Ppt 1 praaksaraPpt 1 praaksara
Ppt 1 praaksara
fakhriza99
 
Corak kehidupan manusia pra aksara
Corak kehidupan manusia pra aksaraCorak kehidupan manusia pra aksara
Corak kehidupan manusia pra aksara
Jorgi Genetri
 
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu, Budha, dan Islam di indonesia
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu, Budha, dan Islam di indonesiaProses Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu, Budha, dan Islam di indonesia
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu, Budha, dan Islam di indonesia
Yuni Ratnasari
 

En vedette (20)

Masa pra aksara di indonesia
Masa pra aksara di indonesiaMasa pra aksara di indonesia
Masa pra aksara di indonesia
 
Prinsip dasar ilmu sejarah
Prinsip dasar ilmu sejarahPrinsip dasar ilmu sejarah
Prinsip dasar ilmu sejarah
 
Sejarah jenis & ciri manusia pra aksara
Sejarah   jenis & ciri manusia pra aksaraSejarah   jenis & ciri manusia pra aksara
Sejarah jenis & ciri manusia pra aksara
 
Presentasi kehidupan politik ekonomi sosial budaya pada masa hindu budha
Presentasi kehidupan politik ekonomi sosial budaya pada masa hindu budhaPresentasi kehidupan politik ekonomi sosial budaya pada masa hindu budha
Presentasi kehidupan politik ekonomi sosial budaya pada masa hindu budha
 
Hasil kebudayaan masyarakat indonesia pada masa praaksara smp 1
Hasil kebudayaan masyarakat indonesia pada masa praaksara smp 1Hasil kebudayaan masyarakat indonesia pada masa praaksara smp 1
Hasil kebudayaan masyarakat indonesia pada masa praaksara smp 1
 
Bab I Prinsip Dasar Ilmu Sejarah
Bab  I Prinsip Dasar Ilmu SejarahBab  I Prinsip Dasar Ilmu Sejarah
Bab I Prinsip Dasar Ilmu Sejarah
 
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIASISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
 
Masa pra aksara di indonesia
Masa pra aksara di indonesiaMasa pra aksara di indonesia
Masa pra aksara di indonesia
 
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah Kelas X
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah Kelas XHakekat dan Ruang Lingkup Sejarah Kelas X
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah Kelas X
 
Kehidupan manusia masa Pra Aksara
Kehidupan manusia masa Pra AksaraKehidupan manusia masa Pra Aksara
Kehidupan manusia masa Pra Aksara
 
Zaman Pra aksara (Sejarah kelas 10 Kurikulum 13)
Zaman Pra aksara (Sejarah kelas 10 Kurikulum 13)Zaman Pra aksara (Sejarah kelas 10 Kurikulum 13)
Zaman Pra aksara (Sejarah kelas 10 Kurikulum 13)
 
Peran Indonesia di Dunia Internasional - IPS
Peran Indonesia di Dunia Internasional - IPSPeran Indonesia di Dunia Internasional - IPS
Peran Indonesia di Dunia Internasional - IPS
 
Ppt 1 praaksara
Ppt 1 praaksaraPpt 1 praaksara
Ppt 1 praaksara
 
Corak kehidupan manusia pra aksara
Corak kehidupan manusia pra aksaraCorak kehidupan manusia pra aksara
Corak kehidupan manusia pra aksara
 
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu, Budha, dan Islam di indonesia
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu, Budha, dan Islam di indonesiaProses Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu, Budha, dan Islam di indonesia
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu, Budha, dan Islam di indonesia
 
Perkembangan masyarakat dan kerajaan pada masa hindu budha
Perkembangan masyarakat dan kerajaan pada masa hindu budhaPerkembangan masyarakat dan kerajaan pada masa hindu budha
Perkembangan masyarakat dan kerajaan pada masa hindu budha
 
Buku Siswa IPS Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Siswa IPS Kelas VII SMP Kurikulum 2013Buku Siswa IPS Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Siswa IPS Kelas VII SMP Kurikulum 2013
 
Bangunan peninggalan zaman Praaksara
Bangunan peninggalan zaman PraaksaraBangunan peninggalan zaman Praaksara
Bangunan peninggalan zaman Praaksara
 
Sistem Ketatanegaraan
Sistem KetatanegaraanSistem Ketatanegaraan
Sistem Ketatanegaraan
 
sejarah wajib kelas X. pengertian,kronologi,ruang lingkup dll sejarah
sejarah wajib kelas X. pengertian,kronologi,ruang lingkup dll sejarahsejarah wajib kelas X. pengertian,kronologi,ruang lingkup dll sejarah
sejarah wajib kelas X. pengertian,kronologi,ruang lingkup dll sejarah
 

Similaire à masa praaksara,masa hindu-buddha&masa islam

Kehidupan awal masyarakat indonesia
Kehidupan awal masyarakat indonesiaKehidupan awal masyarakat indonesia
Kehidupan awal masyarakat indonesia
SMAK 5 Penabur
 
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIAKEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
dhaneswara
 
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIAKEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
dhaneswara
 
Masyarakat indonesia pada zaman prasejarah
Masyarakat indonesia pada zaman prasejarahMasyarakat indonesia pada zaman prasejarah
Masyarakat indonesia pada zaman prasejarah
mbak_aul
 
Salinan 3-manusia-purba-dan-masa-prasejarah-di-indonesia.pdf
Salinan 3-manusia-purba-dan-masa-prasejarah-di-indonesia.pdfSalinan 3-manusia-purba-dan-masa-prasejarah-di-indonesia.pdf
Salinan 3-manusia-purba-dan-masa-prasejarah-di-indonesia.pdf
RestuBisnis
 
Pengertian prasejarah dan peninggalannya
Pengertian prasejarah dan peninggalannyaPengertian prasejarah dan peninggalannya
Pengertian prasejarah dan peninggalannya
Arly Hidayat
 
Salinan 4-kehidupan-awal-masyarakat-indonesia.pdf
Salinan 4-kehidupan-awal-masyarakat-indonesia.pdfSalinan 4-kehidupan-awal-masyarakat-indonesia.pdf
Salinan 4-kehidupan-awal-masyarakat-indonesia.pdf
RestuBisnis
 
Sejarah Seni Rupa Indonesia
Sejarah Seni Rupa IndonesiaSejarah Seni Rupa Indonesia
Sejarah Seni Rupa Indonesia
Novia Anwar
 
Kehidupan pra aksara di indonesia
Kehidupan pra aksara di indonesiaKehidupan pra aksara di indonesia
Kehidupan pra aksara di indonesia
Nasron Spd
 
Jenis jenis-manusia-purba
Jenis jenis-manusia-purbaJenis jenis-manusia-purba
Jenis jenis-manusia-purba
just Aray
 

Similaire à masa praaksara,masa hindu-buddha&masa islam (20)

pkn Materi 2
pkn Materi 2pkn Materi 2
pkn Materi 2
 
Zaman prasejarah
Zaman prasejarahZaman prasejarah
Zaman prasejarah
 
Kehidupan awal masyarakat indonesia
Kehidupan awal masyarakat indonesiaKehidupan awal masyarakat indonesia
Kehidupan awal masyarakat indonesia
 
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIAKEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
 
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIAKEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
 
Dinamika budaya dan masyarakat
Dinamika budaya dan masyarakatDinamika budaya dan masyarakat
Dinamika budaya dan masyarakat
 
IPS Bab 4.pptx
IPS Bab 4.pptxIPS Bab 4.pptx
IPS Bab 4.pptx
 
1. KehidupanManusia pada Masa Praaksara ok.pptx
1. KehidupanManusia pada Masa Praaksara ok.pptx1. KehidupanManusia pada Masa Praaksara ok.pptx
1. KehidupanManusia pada Masa Praaksara ok.pptx
 
Masyarakat indonesia pada zaman prasejarah
Masyarakat indonesia pada zaman prasejarahMasyarakat indonesia pada zaman prasejarah
Masyarakat indonesia pada zaman prasejarah
 
Salinan 3-manusia-purba-dan-masa-prasejarah-di-indonesia.pdf
Salinan 3-manusia-purba-dan-masa-prasejarah-di-indonesia.pdfSalinan 3-manusia-purba-dan-masa-prasejarah-di-indonesia.pdf
Salinan 3-manusia-purba-dan-masa-prasejarah-di-indonesia.pdf
 
Kehidupan awal masyarakat
Kehidupan awal masyarakatKehidupan awal masyarakat
Kehidupan awal masyarakat
 
PPT MASA PRA AKSARA.pptx
PPT MASA PRA AKSARA.pptxPPT MASA PRA AKSARA.pptx
PPT MASA PRA AKSARA.pptx
 
Pengertian prasejarah dan peninggalannya
Pengertian prasejarah dan peninggalannyaPengertian prasejarah dan peninggalannya
Pengertian prasejarah dan peninggalannya
 
Salinan 4-kehidupan-awal-masyarakat-indonesia.pdf
Salinan 4-kehidupan-awal-masyarakat-indonesia.pdfSalinan 4-kehidupan-awal-masyarakat-indonesia.pdf
Salinan 4-kehidupan-awal-masyarakat-indonesia.pdf
 
Ppt sejarah bab 2 sma x wajib
Ppt sejarah bab 2 sma x wajibPpt sejarah bab 2 sma x wajib
Ppt sejarah bab 2 sma x wajib
 
Sejarah Seni Rupa Indonesia
Sejarah Seni Rupa IndonesiaSejarah Seni Rupa Indonesia
Sejarah Seni Rupa Indonesia
 
Kehidupan pra aksara di indonesia
Kehidupan pra aksara di indonesiaKehidupan pra aksara di indonesia
Kehidupan pra aksara di indonesia
 
Perkembangan teknologi pada zaman pra aksara
Perkembangan teknologi pada zaman pra aksaraPerkembangan teknologi pada zaman pra aksara
Perkembangan teknologi pada zaman pra aksara
 
Presentasi sejarah
Presentasi sejarahPresentasi sejarah
Presentasi sejarah
 
Jenis jenis-manusia-purba
Jenis jenis-manusia-purbaJenis jenis-manusia-purba
Jenis jenis-manusia-purba
 

Dernier

Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
MemenAzmi1
 

Dernier (12)

Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptxMateri Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdf
Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdfSoal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdf
Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdf
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
 
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis dataUji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non BankRuang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
 
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananan
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT KehutanananPATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananan
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananan
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
 

masa praaksara,masa hindu-buddha&masa islam

  • 1. TUGAS IPS KELOMPOK: 1.ALBIRA KHAERUNISSA AMMAS 2.AULIA ALMARETA 3.AULIA NURROHMAH 4.PUJI KARYANI 5.RAYSYA AULIA PUTRI 6.RIFA RAMADHANI
  • 2. PETA KONSEP MASA PRA AKSARA MASA ISLAM MASA HINDU&BUDDHA NEXT NEXT NEXT FINISH
  • 4. PENGERTIAN ZAMAN PRAAKSARA ATAU PRASEJARAH Prasejarah atau Praaksara adalah zaman dimana manusia tidak atau belum mengenal tulisan, pra berarti belum / tidak dan aksara berarti huruf atau tulisan. Setiap bangsa didunia mengalami masa praaksara yang berbeda begitu juga hilangnya masa praaksara tersebut, setelah manusia mengenal tulisan maka berubah menjadi zaman sejarah. NEXT
  • 5. PEMBAGIAN ZAMAN Arkeozoikum (2500 JT tahun yang lalu) Arkeozoikum adalah masa masa pembentukkan bumi, sering juga disebut masa pembentukkan lempeng tektonik bumi dan pada saat itu kerak bumi baru setengah terbentuk. jadi masih ada lava yang panas, dan juga udara di bumi masih sangat panas. dan tentu saja dengan kondisi bumi yang belum sempurna, pasti belum ada kehidupan di bumi.... Paleozoikum (340 JT tahun yang lalu) Paleozoikum adalah masa sesudah Arkeozoikum yaitu masa pendinginan bumi. pada masa ini suhu bumi menurun, sehingga lambat laun suhu bumi menurun saat itu mulai ada kehidupan dibumi, yaitu makhluk bersel satu, dan juga amphibi. dan juga mahkluk mahkluk pada zaman ini masih berada didalam air, karena suhu di daratan masih sangat panas. dan juga atmosfer bumi masih sangat tipis. Mesozoikum (140 JT tahun yang lalu) zaman ini adalah zaman reptil, zaman ini juga menjadi zaman peralihan dari hewan yang hidup di air dan darat. pada zaman ini atmosfer bumi mulai menebal dan hewan mulai bisa tinggal didaratan. pada zaman ini hidup juga dinosaurus, dan atalantosaurus. Neozoikum (60 JT tahun yang lalu) pada zaman neozoikum, kondisi di bumi sudah mulai stabil dan mulai banyak perkembangan mahkluk hidup.... zaman neozoikum dibagi menjadi dua, yaitu :Zaman tersier Zaman kuarter A.Zaman tersier zaman tersier disebut juga zaman ketiga, pada zaman ini mulai berkurangnya binatang besar, dan mulai bermunculan binatang2 menyusui sejenis kera.... B.Zaman kuarter zaman ini biasa disebut zaman ke-empat, dan juga pada zaman ini mulai adanya tanda2 manusia purba... zaman kuarter dibagi menjadi dua, yaitu :Zaman pleistosen Zaman Holosen Zaman Pleistosen Zaman Pleistosen biasa disebut dengan zaman es pada zaman ini manusia mulai muncul. pada zaman ini zaman es mulai mencair karena perubahan iklim yang terus menerus. NEXT
  • 6. JENIS-JENIS MANUSIA PURBA 1. Meganthropus (Manusia Besar) Meganthropus berasal dari dua kata. Megas artinya besar atau raksasa dan anthropus artinya manusia. Jenis manusia purba Meganthropus ditemukan oleh Van Koenigswald pada tahun 1936 di daerah Sangiran. Hasil penemuannya ini sering dikenal dengan nama Meganthropus Palaeojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia ini memiliki rahang kuat dengan badan yang tegap. Mereka diperkirakan hidup dengan cara mengumpulkan bahan makanan, terutama tumbuh-tumbuhan. Meganthropus diperkirakan hidup sekitar dua sampai satu juta tahun yang lalu sejak penelitian. 2. Pithecanthropus (Manusia Kera Berjalan Tegak) Jenis Jenis Manusia Purba Di Indonesia - Pithecanthropus merupakan jenis yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Hasil penemuan di Indonesia, antara lainPithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Mojokertensis, dan Pithecanthropus Soloensis. Pithecanthropus Erectus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois tahun 1891 di Trinil. Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan di Jetis dekat Mojokerto Jawa Timur oleh Von Koenigswald.Pithecanthropus Soloensis sementara itu ditemukan di Ngandong, lembah Bengawan Solo oleh Von Koenigswald, Ter Haar, dan Oppenoorth. Beberapa ciri manusia Pithecanthropus, antara lain sebagai berikut. Ciri Ciri Manusia Purba Pithecanthropus : Pada tengkorak, tonjolan keningnya tebal. Hidungnya lebar, dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol. Tinggi sekitar 165–180 cm. Pemakan tumbuhan dan daging (pemakan segalanya). Memiliki rahang bawah yang kuat. Memiliki tulang pipi yang tebal. Tulang belakang menonjol dan tajam. Perawakannya tegap, mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat. 3. Homo Ada dua jenis fosil homo yang ditemukan di Indonesia, yaitu Homo Wajakensis dan Homo Soloensis. Manusi Purba Homo Wajakensis berarti manusia dari Wajak. Eugene Dubois menemukan fosil ini pada tahun 1889 di dekat Wajak, Tulungagung Jawa Timur. Homo Wajakensis diperkirakan menjadi nenek moyang dari ras Australoid yang merupakan penduduk asli Australia. Manusia Purba Homo Soloensis adalah manusia dari Solo ditemukan di Ngandong, lembah Bengawan Solo antara tahun 1931–1934. Penemunya adalah Ter Haar dan Oppenorth. Kehidupan Homo Soloensis sudah lebih maju dengan berbagai alat untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidup dari berbagai ancaman. Ciri-ciri Manusia Purba homo : muka lebar dengan hidung yang lebar; mulutnya menonjol; dahinya juga masih menonjol, sekalipun tidak seperti jenis Pithecanthropus; bentuk fisiknya sudah seperti manusia sekarang; tingginya 130–210 cm; NEXT
  • 7. MASA PERKEMBANGAN MANUSIA PURBA a) Hidup berburu mengumpulkan makanan dan berpindah-pindah. Umumnya mengalami kehidupan yang sangat bergantung kepada kondisi alam. Daerah yang didiami oleh manusia itu harus dapat meemberikan cukup bahan persediaaan. Mula-mula manusia hidup mengembara, tidak mempunyai tempat tinggal tetap, selalau berpindah-pindah atau nomaden untuk mencari makanan. Masa ini disebut masa berburu dan mengumpulkan makanan dari alam atau food gathering. b) Kehidupan bermukim dan berladang Dilihat dari sudut keamanan dan dinginnya iklim, maka gua telah menarik manusia untuk tinggal didalamnya. Tinggal menetap ini mempengaruhi cara hidup manusia. Hidup mengembara serta berburu dan mengumpulkan makanan kemudian berangsur-angsur ditinggalkan, selanjutnya manusia mulai menjinakkan hewan dan bercocok tanam secara sederhana. Masa bercocok tanam lahir melalaui proses yang panjang, setelah cara hidup berburu dan mengumpulkan makanan, maka manusia menginjak suatu masa kehidupan yaitu bercocok tanam. Kepercayaan dinamisme dan animisme sudah berkembang pada zaman ini, selain itu pada zaman ini mulai timbul kebudayaan batu besar (Megalith), seperti : 1) Menhir, yaitu berupa sebuah tugu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang. 2) Dolmen, yaitu peti mayat. 3) Sarcophagus, yaitu dianggap sebagai peti mayat. Didalamnya ditemukan tulang manusia bersama bekas kuburnya yang berupa periuk, beliung persegi, perhiasaaan, dan juga benda-benda perunggu dan besi. 4) Kubur peti batu, dibuat dari lempengan batu yang disusun menjadi peti. 5) Unden berundak-undak, yaitu bangunan pemujaan yang disusun bertingkat-tingkat. 6) Waruga, yaitu kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat. NEXT
  • 8. HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA Zaman Paleolithicum Hasil kebudayaan pada zaman ini umumnya dibuat dari batu dan tulang serta tanduk rusa. Hasil kebudayaan pada zaman ini dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu : Kebudayaan Pacitan Di daerah pacitan ditemukan jenis senjata genggam yang disebut chopper dan berbagai jenis alat dari tulang. Kebudayaan Ngandong Di ngandong ditemukan alat-alat yang berbahan batu dan alat-alat buatan tersebut masih kasar selain itu ditemukan pula alat-alat dari duri ikan dan tanduk rusa. Karena di Ngandong di temukan fosil manusia Homo Soloensis kemungkinan pendukung kebudayaan Ngandong ini adalah Homo Soloensis. Hasil Kebudayaan Zaman Mesolithicum Pada zaman ini dijumpai berbagai alat dari batu yang masih kasar buatannya tetapi dijumpai pula alat-alat dari batu yang sudah dibuat halus. Sedangkan di Sumatera ditemukan kapak-kapak kecil yang disebut peble. Penelitinya adalah Dr. Von Stein Callenfells. di gua daerah Ponorogo, Bojonegoro dan Sulawesi selatan ditemukan gua tempat tinggal yang disebut abris sous roche. Hasil Kebudayaan Manusia Purba Hasil Kebudayaan Zaman Neolithicum Disebut zaman batu baru karena peninggalan kebudayaan manusia purba pada zaman ini memperlihatkan bentuk dan model batu alat-alat untuk bekerja sudah dibentuk dan dibuat baik dan halus. Disamping ada peningkatan mutu, jumlah dan jenisnya juga mengalami peningkatan. Ini sebagai petunjuk bahwa manusia pada zaman ini mengalami peningkatan akal. Hasil kebudayaan pada zaman Neolithicum ini antaralain kapak persegi, kapak lonjong, benda benda perhiasan berupa gelang, kalung, begel (gelang kaki), dan patung nenek moyan. Selain dijumpai adanya kapak berukuran kecil yang sangat halus buatannya, bahanyapun menggunakan batu-batu pilihan yang bagus (batu berwarna) Hasil Kebudayaan Zaman Perunggu Pusat kebudayaan perunggu di Asia tenggara ada di Dongson (Cina Selatan). Dari situ terus menyebar ke selatan sampai ke Indonesia kira0kira tahun 500 SM. Pada zaman ini manusia sudah pandai melebur logam. Hasil kebudayaan perunggu berupa nekara, kapak perunggu, arca perungu, perhiasan perunggu, dan lain seagainya. menurut Victor Goloubew, bangsa yangmembawa perungu ke Indonesia sama dengan bangsa yang membawa kapak persegi dan kapak lonjong. Diperkirakan mereka adalah bangsa Austronesia, yang kemudian dipercaya sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. Selain hasil kebudayaan manusia purba pra sejarah yang disebutkan diatas, kita masih dapat menemukan hasil kebudayaan yang bahannya menggunakan batu besar, sehingga disebut dengan kebudayaan megalithicum. Hasil kebudayaan menggunakan batu besar tersebut antara lain : Menhir, Dolmen, atau meja batu, Arca, Sarkopagus, Kubur Batu, Punden berundak, pusat kebudayaan megalithicum ada di pasemah (Sumatera). Para penelitinya adalah Dr. Hoop dan Dr. Von Heini Geldren. BACK
  • 10. PROSES MASUKNYA HINDU-BUDDHA DI INDONESIA Agama Hindu dan Budha berasal dari Jazirah India yang sekarang meliputi wilayah negara India, Pakistan, dan Bangladesh. Kedua agama ini muncul pada dua waktu yang berbeda (Hindu: ±1500 SM, Budha: ±500 SM), namun berkembang di Indonesia pada waktu yang hampir bersamaan. Munculnya agama Hindu dan Budha di Indonesia berawal dari hubungan dagang antara pusat Hindu Budha di Asia seperti China dan India dengan Nusantara. Hubungan dagang antara masyarakat Nusantaradengan para pedagang dari wilayah Hindu Budha inilah yang menyebabkan adanya asimilasi budaya, sehingga agama Hindu dan Budha lambat laun mulai berkembang di Nusantara. Kepulauan Nusantara yang diapit oleh dua benua (Asia dan Australia) serta oleh dua samudra (Hindia dan Pasifik), mempunyai letak yang sangat strategis dalam jalur perdagangan dunia kala itu. Hal ini membuat para pedagang asing dari negeri-negeri lain seperti Cina, India, Persia, dan Arab sering singgah di kepulauan Nusantara. Para pedagang asing ini tidak hanya berkepentingan untuk berdagang di Nusantara. Mereka juga menjalin interaksi secara sosial budaya dengan masyarakat lokal, sehingga masuklah pengaruh-pengaruh kebudayaan mereka ke Nusantara, termasuk pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha. Sebenarnya ada beberapa teori yang diajukan oleh para ahli mengenai siapa sebenarnya yang membawa agama Hindu dan Budha di Indonesia, berikut adalah beberapa teori/hipotesa mengenai masuknya agama hindu dan budha di indonesia. 1. Teori Brahmana Teori yang diprakarsai oleh Van Leur ini menyatakan bahwa kaum Hindu dari kasta Brahmanalah yang mempunyai peran paling besar dalam proses masuknya agama dan budaya Hindu di Indonesia. Hal ini mengingat bahwa Kitab Weda ditulis dengan Bahasa Sansekerta yang hanya dipahami oleh kaum Brahmana. Para Brahmana yang berasal dari pusat-pusat Hindu di dunia ini datang karena undangan para penguasa lokal yang ingin yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai agama Hindu. Para raja/penguasa pribumi tersebut adalah penganut kepercayaan animisme dan dinamisme sebelum datangnya pengaruh Hindu dan Budha. 2. Hipotesa Ksatria Menurut teori yang diusung oleh C.C. Berg ini, agama Hindu dibawa ke Indonesia oleh kaum ksatria (kaum prajurit kerajaan). Hal ini terjadi karena pada awal abad Masehi sering terjadi kekacauan politik di India sehingga sering terjadi perang antargolongan di negeri ini. Para prajurit perang yang terdasak musuh atau telah jenuh berperang akhirnya meninggalkan tanah air mereka. Diantara para ksatria yang mencari tempat pelarian ini, sebagian ada yang mencapai Indonesia. Mereka inilah yang kemudian membuat koloni dan beralkulturasi dengan penduduk lokal. Hal ini membuat semakin banyak masyarakat lokal yang menganut agama Hindu, pada perkembangan berikutnya, akhirnya lahirlah kerajaan Hindu di Nusantara. 3. Hipotesa Waisya Menurut teori ini, kaum Hindu dari kasta Waisya adalah yang paling berjasa dalam penyebaran agama Hindu di Indonesia. Kaum Waisya adalah mereka yang berasal dari kalangan pekerja ekonomi seperti pedagang dan saudagar. Para pedagang yang berasal dari India atau pusat-pusat Hindu lain di Asia ini banyak melakukan hubungan dagang dengan masyarakat atau penguasa pribumi. Hali inilah yang membuka peluang bagi masuknya agama Hindu di Indonesia. Teori Waisya ini diprakarsai oleh Dr. N. J. Krom. 4. Hipotesa Sudra Orang-orang yang tergolong dalam Kasta Sudra adalah mereka yang dianggap sebagai orang buangan. Kaum Sudra ini diduga datang ke Indonesia bersama kaum Waisya atau Ksatria. Karena datang dalam jumlah yang sangat besar, kaum Sudra inilah yang telah memberikan andil paling besar terkait masuknya agama Hindu ke Indonesia. Meskipun disampaikan oleh para ahli, keempat teori diatas tetap mempunyai kelemahannya masing-masing. Hal tersebutkarena kitab Weda yang merupakan kitab suci agama Hindu ditulis menggunakan bahasa Sansekerta dan Pallawa yang notabene hanya dikuasai oleh kaum Brahmana. Kaum Ksatria, Waisya, dan Sudra tentu saja akan sangat kesulitan menyebarkan agama Hindu di Indonesia karena mereka tidak memahami Bahasa Sansekerta yang merupakan bahasa dalam kitab Weda. Namun demikian, menurut kepercayaan India kuno, kaum Brahmana tidak boleh menyeberangi lautan sehingga hampir mustahil untuk kaum Brahmana menyebarkan Hindu di Indonesia Secara langsung. Karena keempat teori yang saya sampaikan diatas memiliki banyak kelemahan, maka muncullah teori lain yaitu teori arus balik. Teori ini dicetuskan oleh F.D.K Bosch, menurutnya Agama Hindu masuk ke Indonesia karena dibawa oleh orang Indonesia sendiri. Orang-orang Indonesia yang membawa Agama Hindu ke Indonesia ini berasal dari golongan pemuda yang memang sengaja dikirim oleh para penguasa pribumi untuk mempelajari agama Hindu dan Budha di India. Setelah selesai belajar di India, mereka kemudian pulang ke Nusantara lalu mulai menyebarkan agama Hindu atau Budha. NEXT
  • 11. KERAJAAN TARUMANEGARA Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan hindu beraliran wisnu yang terletak di wilayah Jawa Barat, dengan pusat kerajaan terletak di sekitar daerah Bogor. Wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara meliputi daerah Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon, sehingga dapat diartikan bahwa pada masa pemerintahan Raja Purnawarman wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara hampir menguasai seluruh wilayah Jawa Barat. NEXT •sumber sejarah Sumber- sumber sejarah kerajaan Tarumanegara diperoleh dari berita asing dan prasasti-prasasti. Berikut penjelasannya: •Berita Asing, yaitu berita dari Cina. Dari zaman Dinasti T’ang menyebutkan bahwa seorang pendeta yang bernama Fa Hien terdampae di pantau utara Pulau Jawa (414M) ketika ia hendak kembali dari India ke Negeri asalnya di Cina. Dalam catatan perjalanan Fa Hien, ia menyebutkan bahwa di daerah pantai utara Pulau Jawa bagian barat telah ditemukan masyarakat yg mendapat pengaruh Hindu India. Masyarakat yang ditemukan diperkirakan menjadi bagian masyarakat Kerajaan Tarumanegara. •Prasasti, Berikut beberapa Prasasti yang menerangkan keberadaan Kerajaan Tarumanegara: - Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor) - Prasasti Kebon Kopi (Bogor) - Prasasti Jambu (Bogor) - Prasasti Muara Cianten (Bogor) - Prasasti Tugu ( Jakarta Utara) - Prasasti Pasir Awi ( Leuwiliang) - Prasasti Munjul (Banten) Pada prasasti-prasasti tersebut digunakan bahasa Sansekerta dan Pallawa. Namun, karena pada prasasti tidak ditemukan angka tahun, maka untuk menentukan tahun tulisan itu dilakukan perbandingan melalui huruf-huruf pada prasasti yang ditemukan di India. Dari perbandingan tersebut, diperkirakan prasasti itu ditulis pada abad ke-5 M. •Kehidupan Politik Berdasarkan tulisan yang terdapat pada prasasti-prasasti, diketahui bahwa raja yang pernah memerintah di Kerajaan Tarumanegara hanyalah Raja Purnawarman. Bahkan, raja-raja yang memerintah sebelum Raja Purnawarman belum diketahui. Hal tersebut disebabkan tidak ditemukannya bukti yang menjelaskan mengenai raja-raja yang memerintah selain Raja Purnawarman. Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyat Kerajaan Tarumanegara. Hal ini dapat dibuktikan dari prasasti tugu yang menyatakan Raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali satu saluran air. Penggalian saluran air ini sangat besar artinya, karena saluran air ini dapat mempermudah jalur air persawahan rakyatnya.
  • 12. KERAJAAN KUTAI • Kerajaan Kutai (Kutai Martadipura) adalah kerajaan bercorak hindu yang terletak di muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu Sungai Mahakam. Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke-4. Nama kerajaan ini disesuaikan dengan nama daerah tempat penemuan prasasti, yaitu daerah Kutai. Hal ini disebabkan, karena setiap prasasti yang ditemukan tidak ada yang menyebutkan nama dari kerajaan tersebut. Wilayah Kerajaan Kutai mencakup wilayah yang cukup luas, yaitu hampir menguasai seluruh wilayah Kalimantan Timur. Bahkan pada masa kejayaannya Kerajaan Kutai hampir manguasai sebagian wilayah Kalimantan. a. Sumber Sejarah Sumber yang mengatakan bahwa di Kalimantan telah berdiri dan berkembang Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu adalah beberapa penemuan peninggalan berupa tulisan (prasasti). Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang disebut yupa. Yupa tersebut adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui Raja Mulawarman yang memerintah Kerajaan Kutai pada saat itu. Nama Mulawarman dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi pada Kaum Brahmana. b. Kehidupan Politik Sejak muncul dan berkembangnya pengaruh hindu (India) di Kalimantan Timur, terjadi perubahan dalam kepemerintahan, yaitu dari pemerintahan suku dengan kepala suku yang memerintah menjadi kerajaan dengan seorang raja sebagai kepala pemerintahan. Berikut beberapa raja yang pernah memerintah Kerajaan Kutai: - Raja Kudungga Adalah raja pertama yang berkuasa di kerajaan kutai. Dapat kita lihat, nama raja tersebut masih menggunakan nama lokal sehingga para ahli berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru masuk ke wilayahnya. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya sebagai raja, sehingga penggantian raja dilakukan secara turun temurun. - Raja Aswawarman Prasasti yupa menceritakan bahwa Raja Aswawarman adalah raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya Upacara Asmawedha pada masanya. Upacara-upacara ini pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta ketika ingin memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai ( ditentukan dengan tapak kaki kuda yang nampak pada tanah hingga tapak yang terakhir nampak disitulah batas kekuasaan Kerajaan Kutai ). Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit Kerajaan Kutai. -Raja Mulawarman Raja Mulawarman merupakan anak dari Raja Aswawarman yang menjadi penerusnya. Raja Mulawarman adalah raja terbesar dari Kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Kutai mengalami masa kejayaannya. Rakyat-rakyatnya hidup tentram dan sejahtera hingga Raja Mulawarman mengadakan upacara kurban emas yang amat banyak. c. Runtuhnya Kerajaan Kutai Kerajaan Kutai runtuh saat raja Kerajaan Kutai terakhir yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Kerajaan Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi Kerajaan Islam yang bernama Kesultanan Kutai Kartanegara. NEXT
  • 13. KERAJAAN SRIWIJAYA Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang pernah berjaya di nusantara. Menurut berita dari Cina yang ditulis oleh I-Tsing, kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-7 M, dan berdasarkan prasasti Ligor, awalnya pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya berada di Muara Takus, lalu dipindah ke Palembang. Perluasan wilayah dilakukan dengan menguasai Tulang Bawang (Lampung), Kedah, Pulau Bangka, Jambi, Tanah Genting Kra dan Jawa (Kaling dan Mataram Kuno). Dengan demikian Kerajaan Sriwijaya bukan lagi merupakan kerajaan senusa (negara yang berkuasa atas satu pulau saja) melainkan merupakan negara antarnusa (negara yang berkuasa atas beberapa pulau), sehingga Sriwijaya merupakan negara kesatuan pertama di Indonesia. Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa Balaputra Dewa. Raja ini mengadakan hubungan persahabatan dengan Raja Dewapala Dewa dari India. Dalam Prasasti Nelanda disebutkan bahwa Raja Dewapala Dewa menghadiahkan sebidang tanah untuk mendirikan sebuah biara untuk para pendeta Sriwijaya yang belajar agama Buddha di India. Selain itu dalam Prasasti Nelanda juga disebutkan bahwa adanya silsilah raja Balaputra Dewa dan dengan tegas menunjukkan bahwa raja Syailendra (Darrarindra) merupakan nenek moyangnya. Letak Sriwijaya sangat strategis di jalur perdagangan antara India-Cina. Di samping itu juga berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan urat nadi perdagangan di Asia Tenggara, menjadikan Sriwijaya berhasil menguasai perdagangan nasional dan internasional. Penguasaan Sriwijaya atas Selat Malaka mempunyai arti penting terhadap perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim, sebab banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk menambah air minum, perbekalan makanan dan melakukan aktivitas perdagangan. Sriwijaya sebagai pusat perdagangan akan mendapatkan keuntungan yang besar dan akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang hidup dari pelayaran dan perdagangan. Dalam bidang agama, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya ialah Agama Buddha Mahayana, salah satu tokohnya ialah Dharmakirti. Para peziarah agama Buddha dalam pelayaran ke India ada yang singgah dan tinggal di Sriwijaya. Di antaranya ialah I'tsing. Sebelum menuju ke India ia mempersiapkan diri dengan mempelajari bahasa Sanskerta selama 6 bulan (1671); setelah pulang dari India ia tinggal selama 4 tahun (681-685) untuk menerjemahkan agama Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Cina. Di samping itu juga ada pendeta dari Tibet, yang bernama Atica yang datang dan tinggal di Sriwijaya selama 11 tahun (1011-1023) dalam rangka belajar agama Buddha dari seorang guru besar Dharmakirti. Menurut berita dari Cina (Chau-Yu-Kua), Kerajaan Sriwijaya mengalami masa kemunduran pada akhir abad ke-12. Hal itu dikuatkan oleh kitab sejarah dari Dinasti Sung yang menyatakan bahwa Sriwijaya mengirimkan utusannya yang terakhir pada tahun 1178. Penyebab kemunduran Sriwijaya, antara lain sebagai berikut. -Berulang kali diserang oleh Kerajaan Colamandala dari India. -Kerajaan taklukan Sriwijaya banyak yang melepaskan diri dari kekuasaannya, misalnya Ligor, Tanah Kra, Kelantan, Pahang, Jambi, dan Sunda. -Terdesak oleh perkembangan kerajaan di Thailand yang meluaskan pengaruhnya ke arah selatan (Semenanjung Malaya). -Terdesak pengaruh Kerajaan Singasari yang menjalin hubungan dengan Kerajaan Melayu (Jambi). -Mundurnya perekonomian dan perdagangan Sriwijaya karena bandar bandar pentingnya sudah melepaskan diri dari Sriwijaya. -Kemungkinan juga tidak adanya tokoh yang cakap dan berwibawa untuk memimpin kerajaan sebagai akibat dari kurangnya pengaderan. NEXT
  • 14. KERAJAAN MAJAPAHIT Kerajaan Majapahit Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardana yang merupakan keturunan Ken Arok raja Singosari. Raja-Raja yang pernah memerintah Kerajaan Majapahit: 1. Raden Wijaya 1273 – 1309 2. Jayanegara 1309-1328 3. Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350 4. Hayam Wuruk 1350-1389 5. Wikramawardana 1389-1429 6. Kertabhumi 1429-1478 Kerajaan Majapahit ini mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389). Kebesaran kerajaan ditunjang oleh pertanian sudah teratur, perdagangan lancar dan maju, memiliki armada angkutan laut yang kuat serta dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada. Di bawah patih Gajah Mada Majapahit banyak menaklukkan daerah lain. Dengan semangat persatuan yang dimilikinya, dan membuatkan Sumpah Palapa yang berbunyi “Ia tidak akan makan buah palapa sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah Nusantara”. Mpu Prapanca dalam bukunya Negara Kertagama menceritakan tentang zaman gemilang kerajaan di masa Hayam Wuruk dan juga silsilah raja sebelumnya tahun 1364 Gajah Mada meninggal disusun oleh Hayam Wuruk di tahun 1389 dan kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran. Penyebab kemunduran: Majapahit kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan daerah bawahan mulai melepaskan diri. Peninggalan kerajaan Majapahit: -Bangunan: Candi Panataran, Sawentar, Tiga Wangi, Muara Takus -Kitab: Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca, Sitosoma oleh Mpu Tantular yang memuat slogan Bhinneka Tunggal Ika. Paraton Kidung Sundayana dan Sorandaka R Wijaya Mendapat Wangsit Mendirikan Kerajaan Majapahit. Dua pohon beringin di pintu masuk Pendopo Agung di Trowulan, Mojokerto. Dua pohon beringin itu ditanam pada 22 Desemebr 1973 oleh Pangdam Widjojo Soejono dan Gubernur Moehammad Noer. Di belakang bangunan Pendopo Agung yang memampang foto para Pangdam Brawijaya, terdapat bangunan mungil yang dikelilingi kuburan umum. Bangunan bernama Petilasan Panggung itu diyakini Petilasan Raden Wijaya dan tempat Patih Gajah Mada mengumandangkan Sumpah Palapa. Begitu memasuki bangunan Petilasan Panggung, yang memiliki pendopo mini sebagai latarnya, tampak beberapa bebatuan yang dibentuk layaknya kuburan, dinding di sekitar ” kuburan ” itu diselimuti kelambu putih transparan yang mampu menambah kesakralan tempat itu. Menurut Sajadu ( 53 ) penjaga Petilasan Panggung, disinilah dulu Raden Wijaya bertapa sampai akhirnya mendapat wangsit mendirikan kerajaan Majapahit. Selain itu, ditempat ini pula Patih Gajah Mada mengumandangkan Sumpah Palapa. ” Tempat ini dikeramatkan karena dianggap sebagai Asnya Kerajaan Majapahit ” katanya. Pada waktu tertentu khususnya bertepatan dengan malam jumat legi, banyak orang datang untuk berdoa dan mengharapkan berkah. ” orang berdatangan untuk berdoa, agar tujuannya tercapai ” kata Sajadu yang menyatakan pekerjaan menjaga Petilasan Panggung sudah dilakukan turun-temurun sejak leluhurnya. Sembari menghisap rokok kreteknya, pria yang mewarisi sebagai penjaga petilasan dari ayahnya sejak 1985 juga menceritakan, dulunya tempat itu hanya berupa tumpukkan bebatuan. Sampai sekarang, batu tersebut masih ada di dalam, katanya. Kemudian pada 1964, dilakukan pemugaran pertama kali oleh Ibu Sudarijah atau yang dikenal dengan Ibu Dar Moeriar dari Surabaya. Baru pada tahun 1995 dilakukan pemugaran kembali oleh Pangdam Brawijaya yang saat itu dijabat oleh Utomo. Memasuki kawasan Petilasan Panggung, terpampang gambar Gajah Mada tepat disamping pintu masuk. Sedangkan dibagian depan pintu bergantung sebuah papan kecil dengan tulisan ” Lima Pedoman ” yang merupakan pedoman suri teladan bagi warga. Selengkapnya ” Ponco Waliko ” itu bertuliskan ” Kudutrisno Marang Sepadane Urip, Ora Pareng Ngilik Sing Dudu Semestine, Ora Pareng Sepatah Nyepatani dan Ora Pareng Eidra Hing Ubaya ” Dikisahkan Sajadu pula, Petilasan Panggung ini sempat dinyatakan tertutup bagi umum pada tahun 1985 hingga 1995. Baru setelah itu dibuka lagi untuk umum, sejak dinyatakan dibuka lagi, pintu depan tidak lagi tertutup dan siangpun boleh masuk.NEXT
  • 15. PERBEDAAN CANDI HINDU-BUDDHA Bagian dari Candi Candi Buddha Candi Hindhu Bentuk bangunan Cenderung tambun Cenderung tinggi dan ramping Atap Jelas menunjukkan undakan, umumnya terdiri atas 3 tingkatan Atapnya merupakan kesatuan tingkatan. Undakan-undakan kecil yang sangat banyak membentuk kesatuan atap yang melengkung halus. Kemuncak Stupa (candi Buddha), Ratna atau Vajra (candi Hindu) Kubus (kebanyakan candi Hindu), terkadang Dagoba yang berbentuk tabung (candi Buddha) Gawang pintu dan hiasan relung Gaya Kala-Makara; kepala Kala dengan mulut menganga tanpa rahang bawah terletak di atas pintu, terhubung dengan Makara ganda di masing-masing sisi pintu Hanya kepala Kala tengah menyeringai lengkap dengan rahang bawah terletak di atas pintu, Makara tidak ada Relief Ukiran lebih tinggi dan menonjol dengan gambar bergaya naturalis Ukiran lebih rendah (tipis) dan kurang menonjol, gambar bergaya seperti wayang bali Tata letak dan lokasi candi utama Mandala konsentris, simetris, formal; dengan candi utama terletak tepat di tengah halaman kompleks candi, dikelilingi jajaran candi-candi perwara yang lebih kecil dalam barisan yang rapi Linear, asimetris, mengikuti topografi (penampang ketinggian) lokasi; dengan candi utama terletak di belakang, paling jauh dari pintu masuk, dan seringkali terletak di tanah yang paling tinggi dalam kompleks candi, candiperwara terletak di depan candi utama Arah hadap bangunan Kebanyakan menghadap ke timur Kebanyakan menghadap ke barat Bahan bangunan Kebanyakan batu andesit Kebanyakan bata merah NEXT
  • 16. CANDI-CANDI YANG ADA DI JAWA TIMUR a) Candi Badut Candi Badut merupakan candi Hindu, terletak di Desa Dinoyo, sebelah barat-laut Malang. Di Desa Dinoyo ditemukan sebuah prasasti berangka tahun 760 M, berhuruf Kawi dan bahasa Sansekerta. Prasasti Dinoyo ini menceritakan bahwa pada abad ke-8 M ada sebuah kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan (sekarang Desa Kanjuron) di Jawa Timur. Rajanya bernama Dewa Singha, berputerakan Limwa. Limwa ini lalu menggantikan ayahnya menjadi raja dengan nama Gajahyana. Gajahyana kemudian mendirikan sebuah tempat pemujaan untuk Dewa Agastya. Patung Agastya ini dahulu terbuat dari kayu cendana, kemudian diganti dengan arca dari batu hitam. Peresmian arca tersebut dilakukan pada tahun 760 dan dipimpin oleh sejumlah pendeta Hindu. Pada saat itu Raja Gajahyana menghadiahi para pendeta sebidang tanah, binatang lembu, sejumlah budak atau pekerja, dan segala keperluan untuk upaca keagamaan. Ia memerintah agar didirikan sejumlah bangunan asrama untuk keperluan kaum brahmana dan tamu. Diperkirakan, bangunan asrama tersebut salah satunya adalah Candi Badut ini. Namun, dalam candi ini tak terdapat arca Agastya, melainkan sebuah lingga. Mungkin sekali lingga ini sebagai lambang Agastya, yang memang selalu digambarkan sebagai Siwa dalam wujud sebagai Batara Guru. b) Candi Kidal Candi Kidal letaknya 7 km sebelah tenggara Candi Jago, antara Malang dan Tumpang. Candi ini mulanya sebagai tempat penyimpanan abu jenazah Anusapati Raja Singasari. Di dalamnya terdapat arca Anusapati dalam wujud Dewa Siwa. Bangunan ini mulai berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa sekitar tahun 1248 M. Candi ini terbuat dari batu alam. Pada candi Hindu setinggi 12,5 m ini terdapat pahatan cerita Garuda yang mencuri amarta, yaitu “air kehidupan”. c) Candi Jago Candi Jago (Negarakretagama menyebutnya Candi Jajaghu) merupakan candi Siwa-Buddha (agama percampuran), disebut juga Candi Tumpang karena terletak di Desa Tumpang, sebelah timur Malang. Candi ini dibangun oleh Raja Kertanegara dari Singasari sebagai penghormatan terhadap Wisnuwardhana, ayahnya. Arsitekturnya bersusun tiga (berundak) dengan tubuh candi terletak di bagian belakang kaki candi. Candi Jago dihiasi ornamen sangat mewah serta gambar timbul (relief) yang melukiskan cerita-cerita binatang, cerita Kunjarakanda, Arjuna, dan Kresna. Karakter tokoh-tokohnya yang tercetak di reliefnya: berbadan bungkuk, berkepala besar; dikelilingi bunga-bungaan dan tumbuh-tumbuhan; sikap kaki, bahu dan lengan yang tak biasa, menimbulkan kesan seperti wayang. Pada gambar timbul tersebut, sering terdapat lukisan pekarangan rumah dengan balai; seperti yang masih terdapat di Bali dewasa ini, yakni teras (bertingkat) dari batu. Di atas teras terdapat empat tiang dengan sebuah atap di atasnya. Antara teras dan atap terdapat lantai tempat duduk dari kayu. d) Candi Jawi (Jajawa) Dalam Negarakretagama, candi ini disebut Candi Jajawa dan dibuat oleh pada masa Kertanegara. Pada tahun 1331 candi ini pernah tersambar petir. Candi ini tingginya 24 m, bercorak Siwa-Buddha. Selain patung badan Siwa, ditemukan pula arca Ardanari, Brahma, Ganesha, Durga, dan Lembu Nandi. Di candi ini Kertanegara disucikan sebagai tiga bentuk arca yang berbeda. Pertama sebagai Siwa sekaligus Buddha dalam bentuk Bhairawa sebagai lambang nirmanakaya; dalam Bentuk Ardhanari sebagai lambang sambhogakaya, dan dalam bentuk Jina sebagai lambang dharmakaya. NEXT
  • 17. e) Candi Singasari Candi Singasari merupakan candi Siwa yang besar dan tinggi, berada 10 km dari Malang, di sekitar ibukota Singasari dahulu. Candi ini merupakan tempat pendarmaan Kertanegara yang digambarkan sebagai Bhairawa (Kertanegara juga disucikan sebagai Siwa dan Buddha di Candi Jawi). Bagian atas candi melambangkan puncak Mahameru, kediaman para dewa dalam mitologi Hindu. Candi ini dibuat pada masa Hayam Wuruk Majapahit. Pintu candi ini berhiaskan patung Kala (Dwarapala). Pada pintu dan tangga tidak terdapat lagi makara, hanya motif yang serapa garis-garis dan salur-salur bunga. Pengaruhnya gaya Candi Singasari terlihat sekali pada patung Bhairawa di Sungai Langsat, Bukittinggi di kerajaan Minangkabau, Sumatera. Patung Ken Dedes di candi Singasari ini digambarkan sebagai Dewi Prajnaparamita, dewi kebijaksanaan. f) Komplek Candi Panataran Komplek Candi Panataran terletak 11 km dari Blitar, tepatnya di Desa Panataran, Kecamatan Nglegok. Komplek ini didirikan sejak pemerintahan Kediri, lalu banyak mengalami renovasi semasa pemerintahan Majapahit. Bangunan utama (Candi Panataran) selesai semasa pemerintahan Hayam Wuruk. Komplek ini semula dikelilingi tembok dengan gerbang masuk di sisi barat namun kini tinggal sisa-sisanya, antara lain dua buah arca Dwarapala, yaitu arca raksasa penjaga pintu candi. Luas kompleks percandian 180 m x 60 m, terbagi dalam tiga halaman. Pada halaman paling barat terdapat tiga bangunan utama, yaitu yang ada di sudut barat laut, sebuah teras memanjang dari utara ke selatan (di Bali disebut ”Bale Agung”); bangunan ke-2 adalah sebuah teras lain biasa disebut Serambi teras” terdapat di tengah halaman dan berpahatkan angka 1297 Saka (1375 M); bangunan utama ke-3 ialah sebuah candi indah yang biasa disebut ”Candi Angka Tahun”, karena di atas pintu masuk terdapat pahatan angka 1291 Saka (1369 Masehi). Candi utama ini yang dikenal sebagai Candi Panataran, terdiri atas tiga tingkat. Pada dinding tingkat pertama candi utama ini terpahat relief Ramayana: adegan Hanoman datang ke Alengka sebagai utusan Rama hingga tewasnya Kumbakarna, adik Raja Alengka, Rahwana. Pada tingkat kedua terdapat relief kisah Kresnayana, cerita Kresna muda mendapatkan Rukmini, calon istrinya. g) Candi Rimbi Candi ini terletak di Desa Pulosari, Jombang, merupakan candi Hindu peninggalan Majapahit abad ke-14. Di dalamnya terdapat arca Parwati yang diwujudkan sebagai Tribuwana Tunggadewi, ratu Majapahit yang memerintah tahun 1328-1350. Arca ini kini disimpan di Museum Pusat di Jakarta. h) Candi Bajang Ratu Candi ini sebetulnya merupakan gapura yang terbuat dari batubata di daerah Trowulan, bekas ibukota Majapahit. Jadi bukan tempat abu jenazah raja atau tempat pendarmaan. Gapura Bajang Ratu ini berukiran dari atas sampai bawah. Jenis gapura ini tertutup, berbeda dengan Waringin Lawang, sebuah gapura di daerah Trowulan juga yang termasuk Candi Bentar. Melihat kelaziman di Bali, Candi Bentar adalah gapura masuk ke gugusan keratin Majapahit. Sedangkan gapura tertutup ada di dalam gugusan keraton, maka Bajang Ratu termasuk dalam keraton Majapahit atau gugusan sebuah tempat anggota kerajaan. Menurut cerita setempat, gapura ini dilalui bangsawan Majapahit yang lari ketika Majapahit diserang oleh pasukan Is lam dari Demak dan Kudus pada tahun 1478. Menurut tradisi setempat, seorang pegawai negeri tak diperbolehkan naik ke atas gapura, karena ia dapat terkena sial dan akan dipecat dari jabatannya. i). Candi Sumber Awan Candi Sumber Awan didirikan sebagai penghargaan atas kunjungan Hayam Wuruk ke daerah di kaki Gunung Arjuna. Candi ini bercorak Buddha dan dibangun setelah Candi Singasari selesai. Candi ini didirikan oleh kaum Buddhis sebagai penghargaan terhadap Hayam Wuruk yang Hindu dalam menghormati agama Buddha. NEXT
  • 19. 1) Candi-candi di Jawa Tengah Bagian Selatan a) Komplek Candi Roro Jonggrang (Prambanan) Di sekitar Candi Prambanan ini banyak terdapat candi-candi kecil dan tiga candi induk. Komplek candi ini didirikan atas perintah Raka i Pikatan dan selesai semasa pemerintahan Raja Daksa dari Mataram. Candi Prambanan merupakan candi Hindu karena nama candi-candinya memakai nama dewa-dewa Hindu. Komplek candi ini didirikan di kaki Gunung Merapi. b) Candi Kalasan Candi Kalasan bercorak Mahayana, tingginya 6 meter dengan stupa 52 buah. Candi ini didirikan pada 778 M atas perintah Raka i Panangkaran sebagai persembahan kepada Dewi Tara. Panangkaran sendiri beragama Hindu-Siwa, namun karena ketika itu yang berkuasa atas Mataram adalah Dinasti Syailendra maka agama Buddha pun berkembang pesat di Mataram. Pada Prasasti Kalasan yang ditulis dalam bentuk puisi berbahasa Sansekerta dan huruf Pranagari, disebutkan bahwa para rahib Buddha meminta izin kepada Raja Panangkaran untuk mendirikan tempat suci untuk Dewi Tara. Raja mengabulkannya dan menghadiahkan Desa Kalasan kepada para rahib. Dewi Tara sendiri adalah dewi kasih-sayang dan pelindung bagi umat Buddha. c) Candi Borobudur Candi Borobudur, tingginya mencapai 42 meter, juga merupakan candi Mahayana, terletak di Magelang, utara Yogyakarta. “Borobudur” berasal dari kata“bara” dan “budur”. Bara berasal dari kata wihara atau biara dari Sansekerta yang berarti kuil atau asrama. Sedangkan budur diperkirakan berasal dari kata beduhur yang artinya “di atas”. Jadi, Borobudur dapat diartikan sebagai biara yang ada di atas bukit. Candi ini didirikan sekitar tahun 800-an M atas perintah raja-raja Mataram dari Dinasti Syailendra. Bentuk dasar candi ini adalah punden berundak-undak, namun disesuaikan dengan filosofi Buddha Mahayana. Borobudur bersusun tiga tingkat, yaitu kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu dengan relief sepanjang 4 km dan arca Buddha berjumlah lebih dari 500 buah. Pada seluruh dinding Borobudur, terdapat sebelas seri relief yang memuat kurang-lebih dari 1.460 buah adegan. Relief-relief tersebut memuat berbagai kisah: cerita Buddha, surge dan neraka, dan kisah-kisah dari kitab yang terkenal seperti cerita Karmawibhangga. Namun, sebagian relief lain masih belum dapat diartikan ceritanya. Di atas puncak Borobudur ini terdapat sebuah stupa yang paling besar. Di setiap stupa terdapat patung Buddha dalam berbagai posisi. d) Candi Mendut Candi Mendut terletak 2 km arah selatan dari Candi Borobudur, juga merupakan candi Buddha dan didirikan raja Mataram pertama dari Dinasti Syailendra, Raja Indra. Dengan demikian, usianya lebih tua dari Borobudur. Di dalam candi terdapat tiga patung Sang Buddha. Masingmasing adalah patung Buddha Cakyamurti yang duduk bersila dan bersikap sedang berkotbah; patung Awalokiteswara, yaitu Boddhi-satwa penolong manusia; dan patung Maitreya, yaitu Boddhisatwa pembebas manusia di alam akhirat. Awalokiteswara atau Avalokiteshvara adalah patung Buddha dengan amithaba di mahkotanya yang melambangkan dharma, sedangkan Padmapani atau Vajrapani merupakan patung Buddha yang memegang bunga terati merah di tangannya sebagai lambang sangha. Pada dinding candi terdapat relief cerita fabel (cerita dunia binatang). e) Candi Pawon Candi ini berada di antara Borobudur dan Mendut, juga bercorak Buddha, diperkirakan berasal dari masa yang sama dengan Borobudur-Mendut. Posisi Candi Pawon sejajar dengan letak Borobudur dan Mendut. Bahan dasar candi ini adalah batu andesit. Tubuh candi dihiasi ukiran pohon kalpataru yang dipahat dengan sangat halus. Namun, patung-patung di dalamnya sudah hilang entah ke mana. Di atas pintu masuk, terdapat hiasan bermotif kalamakara, yaitu relief berupa makhluk surga, singa, pohon, dan sukur-sulur bunga teratai. Seluruh badan candi dihiasi dagoba-dagoba. NEXT
  • 20. f) Komplek Candi Sewu Komplek Candi Sewu didirikan oleh Raja Indra dari Dinasti Syailendra, merupakan candi Buddha juga, terletak di utara Candi Prambanan, di tapal batas Yogyakarta-Surakarta dan selesai dibangun kira-kira tahun 1098 M. Candi Sewu masih berkaitan dengan Candi Prambanan. Sebagian dari 1.000 candi yang diminta Roro Jonggrang adalah candi-candi yang ada di Sewu. Namun, pendapat tersebut meragukan mengingat Prambanan adalah candi Hindu sedangkan Sewu adalah candi Buddha. Walaupun disebut Candi Sewu namun jumlah candi yang ada tidak mencapai seribu, melainkan hanya 241, terdiri dari satu candi induk, dikelilingi oleh 240 candi perwara (candi kecil) yang tersusun atas empat baris. Pada pintu masuk candi terdapat dua buah arca Dwarapala, yakni arca raksasa yang duduk menjaga pintu dan memegang gada. g) Komplek Candi Plaosan Komplek Candi Plaosan berlokasi di Desa Plaosan, Klaten. Komplek candi ini terdiri atas Plaosan Lor (Utara) dan Plaosan Kidul (Selatan). Kelompok candi utara bentuknya lebih besar dari yang ada di selatan. Berbeda dengan kebanyakan candi yang ada di Jawa Tengah, Candi Plaosan ini menghadap ke barat. Komplek ini didirikan atas perintah Raja Mataram, Raka i Pikatan yang Hindu dan Pramodawardhani (Sri Kaluhunan), istri Raka i Pikatan yang beragama Buddha dari Dinasti Syailendra. Komplek bagian utara terbagi atas dua halaman dan pada setiap halaman terdapat candi induk. Kedua halaman tersebut dikelilingi oleh tembok dalam dan luar yang jaraknya agak berjauhan. Pada halaman antara kedua tembok keliling itu terdapat 58 candi perwara dan 128 stupa. Tinggi stupanya lebih dari 7 meter. h) Candi Sukuh Candi Sukuh merupakan candi Siwa peninggalan Majapahit, terletak di lereng Gunung Lawu, Karanganyar. Pada candi ini terlihat corak Jawa asli yang mendominasi daripada corak Hindu. Relief candi ini sangat sederhana dibanding candi-candi lainnya, tampak kasar, dan terkesan dibuat oleh orang desa yang bukan ahli pahat profesional. Candi ini berbentuk punden berundak-undak. Dengan demikian, dapat ditarik simpulan: meski agama Hindu- Buddha memengaruhi kehidupan, namun masyarakat setempat masih menjungjung tinggi roh nenek-moyang. Candi ini memiliki patung dan pahatan berupa lingga (alat kelamin pria) yang berhadapan dengan yoni (alat kelamin perempuan). Inilah candi yang paling erotis yang pernah ada di Jawa. Namun, pembuatan lingga-yoni ini bukan dimaksudkan sebagai seni pornografis, melainkan melambangkan kesuburan, kemakmuran serta cenderung mistis. Di sisi kanan candi terdapat relief pasangan wanita-pria yang menggendong bayi. Candi ini menggambarkan proses persatuan wanita-pria hingga kelahiran manusia. Di samping relief kesuburan, ada pula relief dan tugu tentang pewayangan, seperti kelahiran Bima, anak kedua Pandawa; Bima sedang membunuh raksasa Kalantaka; cerita Sudamala yang mengisahkan Sadewa bungsu Pandawa yang diikat oleh Dewi Durga di sebatang pohon. i) Candi Sajiwan Candi Sajiwan terletak di selatan Prambanan, merupakan candi Buddha, didirikan sebagai tempat pendarmaan Rakryan Sanjiwana. Sanjiwana merupakan nama lain dari Sri Pramodawardhani, anak Samaratungga yang menikah dengan Raka i Pikatan Raja Mataram. Candi ini sekarang tinggal pondasinya saja. j) Candi Lumbung Candi Lumbung terletak di selatan Candi Sewu namun bentuknya lebih kecil, bercorak Buddha. Candi ini terdiri atas candi pusat yang dikelilingi enam belas candi berbentuk persegi empat. Atapnya kini telah runtuh. k) Candi Sari Candi Sari disebut juga Candi Bendah, merupakan candi Buddha, lokasinya tak jauh dari Candi Kalasan; dibangun bersamaan dengan Candi Kalasan, terlihat dari arsitekturnya yang tak jauh beda. Di depan pintu masuk terdapat dua raksasa (Dwarapala) yang memegang gada dan ular sebagai penjaga candi. Candi Sari ini merupakan wihara dengan panjang 17,32 m dan lebar 10 m. back
  • 21. 2) Candi-candi di Jawa Tengah bagian utara a) Komplek Candi Dieng Komplek Candi Dieng berdiri di dataran tingggi Dieng, Wonosobo, dibangun oleh Wangsa Sanjaya dari Mataram pada abad ke-8 hingga ke-9 M. Candi-candi yang ada di komplek ini bercorak Hindu dan merupakan tempat ziarah raja-raja Mataram. Namanama candi yang terdapat di komplek ini semuanya diambil dari dunia pewayangan, seperti Puntadewa, Bima, Arjuna, Gatotkaca, Semar, Sumbadra, dan Srikandi. b) Komplek Candi Gedong Songo Komplek ini terletak di lereng Gunung Ungaran, Ambarawa, didirikan pada abad ke-7 sampai ke-8 M oleh Sanjaya sebagai penghormatan terhadap Dewa Trimurti umat Hindu, khususnya Siwa. Candi-candi di komplek ini berjumlah sembilan (songo dalam bahasa Jawa). Bangunan ini termasuk candi tertua yang ada di Jawa. c) Candi Canggal Candi Canggal ini ditemukan di daerah Sleman dan didirikan semasa pemerintah Raja Sanjaya dari Mataram. Pada candi inilah terdapat Prasasti Canggal yang menceritakan asal-usul Dinasti Sanjaya. NEXT
  • 22. HASIL BUDAYA KERAJAAN HINDU-BUDHA INDONESIA HASIL BUDAYA KERAJAAN KUTAI 1 Yupa merupakan salah satu hasil kebusayaan Kutai Karena itu Yupa merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia dari Zaman Megalitikum yaitu Menhir 2 Ketopong Sultan Kutai Ketopong atau mahkota Sultan Kutai ini terbuat dari emas dengan berat hampir 2 kg. Saat ini, Ketopong Sultan Kutai disimpan di Museum Nasional Jakarta. 3.Pedang Sultan Kutai Pedang Kerajaan Kutai ini terbuat dari emas padat. Pada gagang pedang terukir seekor harimau yang sedang siap menerkam, sementara pada ujung sarung pedang dihiasi dengan seekor buaya. Pedang Sultan Kutai ini dapat dilihat di Museum Nasional, Jakarta 4.Tali Juwita Tali juwita adalah simbul dari sungai Mahakam yang mempunyai 7 buah muara sungai dan 3 buah anak sungai (sungai Kelinjau, Belayan dan Kedang Pahu). Tali Juwita ini terbuat dari benang yang banyaknya 3x7 helai, kemudian dikuningi dengan kunyit untuk dipakai dalam upacara adat Bepelas. 5. Arca Singa Noleh Konon, arca Singa Noleh awal mulanya adalah seekor binatang hidup yang sedang memakan beras lempukut yang baru ditumbuk oleh seorang wanita. Wanita tersebut marah dan binatang tersebut jatuh, terus menjadi batu bercampur porselein seperti keadaannya sekarang. HASIL BUDAYA KERAJAAN TARUMANEGARA 1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor 2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau. 3. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiyang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, KabupatenPandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman. 4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor 5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor 6. Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor 7. Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor NEXT
  • 23. HASIL BUDAYA KERAJAAN KALINGGA Prasasti Tukmas Prasasti Tukmas ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.[4] Prasasti Sojomerto Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunanWangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu. Candi Angin Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Candi Bubrah, Jepara Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan pantai utara Jawa Tengah dahulu berkembang kerajaan yang bercorak Hindu Siwais. Catatan ini menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan Wangsa Sailendra atau kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa Tengah Selatan. HASIL BUDAYA KERAJAAN SRIWIJAYA Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7 seperti Prasasti Talang Tuo menggambarkan ritual Budha untuk memberkati peristiwa penuh berkah yaitu peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya. Prasasti Telaga Batumenggambarkan kerumitan dan tingkatan jabatan pejabat kerajaan, sementara Prasasti Kota Kapur menyebutkan keperkasaan balatentara Sriwijaya atas Jawa. Semua prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno, leluhur bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern. Sejak abad ke-7, bahasa Melayu kuno telah digunakan di Nusantara. Sriwijaya hanya meninggalkan sedikit tinggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatera. Sangat berbeda dengan episode Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan wangsa Syailendrayang banyak membangun monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Borobudur. Candi-candi Budha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal. Akan tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi di Sumatera terbuat dari bata merah. Beberapa arca-arca bersifat Budhisme, seperti berbagai arca Budha yang ditemukan di Bukit Seguntang, Palembang dan arca-arca Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi Bidor,Perak dan Chaiya dan arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan. Semua arca-arca ini menampilkan keanggunan dan langgam yang sama yang disebut "Seni Sriwijaya" atau "Langgam/Gaya Sriwijaya" yang memperlihatkan kemiripan — mungkin diilhami — oleh langgam Amarawati India dan langgam Syailendra Jawa (sekitar abad ke-8 sampai ke-9) NEXT
  • 24. HASIL BUDAYA KERAJAAN MEDANG/MATARAM HINDU Temuan Wonoboyo berupa artifak emas yang ditemukan tahun 1990 di Wonoboyo, Klaten, Jawa Tengah; menunjukkan kekayaan dan kehalusan seni budaya kerajaan Medang. Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon,Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan tentu saja yang paling kolosal adalahCandi Borobudur. Candi megah yang dibangun oleh Sailendrawangsa ini telah ditetapkan UNESCO (PBB) sebagai salah satu warisan budaya dunia. HASIL BUDAYA KERAJAAN KEDIRI Arca Wishnu, berasal dariKediri, abad ke-12 dan ke-13. Arca Buddha Vajrasattva zaman Kadiri, abad X/XI, koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman. Karya Sastra Zaman Kadiri Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan Panjalu-Kadiri. Pada tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang berisi kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala. Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya. Terdapat pula pujangga zaman pemerintahan Sri Kameswara bernamaMpu Dharmaja yang menulis Kakawin Smaradahana. Kemudian pada zaman pemerintahan Kertajaya terdapat pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang menulis Kresnayana. HASIL BUDAYA KERAJAAN SINGHASARI Arca Prajnaparamita ditemukan dekat candi Singhasari dipercaya sebagai arca perwujudan Ken Dedes (koleksi Museum Nasional Indonesia). Keindahan arca ini mencerminkan kehalusan seni budaya Singhasari. Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararatonjuga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kadiri, Ken Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa. NEXT
  • 25. HASIL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHIT Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks bangunan penting di ibu kota Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri di Trowulan. "Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya". — Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama. Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas.[31] Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha,Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana muslim saat itu. Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto. Beberapa elemen arsitektur berasal dari masa Majapahit, antara lain gerbang terbelah candi bentar, gapura paduraksa (kori agung) beratap tinggi, dan pendopo berdasar struktur bata. Gaya bangunan seperti ini masih dapat ditemukan dalam arsitektur Jawa dan Bali. ".... Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya." — Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone). Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirimPaus untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330. Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan di sini tak lain adalah Majapahit yang dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahanJayanegara. BACK
  • 27. PROSES MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA A. Teori-teori Masukya Agama Islam ke Indonesia. Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu: 1) Teori Gujarat Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah: a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia. b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa. c. Adanya Batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Sultan Malik Al-Shaleh pada tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye,W.F. Stutterheim dan Bernard H. M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia. (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam. 2) Teori Mekkah Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat.Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah: a. Pada abad ke-7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam, dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita dari Cina. b. Kerjaan Samudera Pasai penganut aliran mahzab Syafi’i, dimana pengaruh mahzab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mahzab Hanafi. c. Raja-raja Samudera Pasai menggunakan gelar Al-Malik yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung Teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan polotik Islam, jadi masuknya ke Inonesia terjadi jauh sebelumnya abad ke-7 dan berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri. 3) Teori Persia Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dari teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat IslamIndonesia seperti: 1) Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein, cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. DiSumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro. 2) Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaituAl – Hallaj.Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat. 3) Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik. 4) Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah namasalah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat. Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dankelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwaIslam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaranIslam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). NEXT
  • 28. Sumber-sumber yang menerangkan masuk dan berkembangnya agama Islam ke nusantara. a. Sumber dari luar negeri. 1. Berita dari bangsa Arab yang melakukan perdagangan dengan Indonesia sekitar abad ke-7 pada masa kerajaan Sriwijaya. 2. Berita dari Marco Polo tentang adanya kerajaan Islam yang pertama di Nusantara yaitu Samudera Pasai. 3. Berita dari India bahwa para pedagang India dari Gujarat telah melakukan penyebaran Islam di Nusantara. 4. Catatan Ma-Huan dari Cina, yang menceritakan bahwa kira-kira sekitar tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang tinggal di pesisir pantai utara Pulau Jawa. b. Sumber dari dalam negeri. 1. Penemuan batu di Lenan Gresik yang telah menggunakan bahsa Arab dan diduga telah adalah makam dari Fatimah Binti Maimun (1028). 2. Makam Sultan Malik As-Shaleh di Sumatera Utara yang meninggal pada bulan Ramadhan 676 H atau1297 M. 3. Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang Wafat tahun 1419 M. Ditengah perbedaan penafsiran proses masuk dan berkembangannya agama Islam di Nusantara tersebut, para ahli sepakat bahwa golongan pembawa agama Islam di Nusantara adalah kaum pedagang, selain sebagai kewajiban seorang Muslim, penyebaran agama melalui perdgangan ketika itu merupakam jalan yang paling efisien. Pada saat itu pelayaran dan perdgangan internasional sangant berkembang. Tidak heran jika daerah pesisir pantai terlebih dahulu memeluk agama Islam adalah daerah Pesisir. Selain itu, kaum mubaligh atau guru agama juga datang untuk mengajarkan dan menyebarkan agama Islam. Kedatangan para mubaligh ini mempercepat islamisasi daerah-daerah di Nusantara. Mereka mendirikan banyak pesantren yang mencetak kader-kader ulama atau guru agama lokal. Golongan lain yang juga disebut sebagai pembawa agama Islam adalah penganut Tasawuf (kaum sufi). Mereka diperkirakan masuk ke Nusantara pada abad ke-13. selain golongan pembawa tentu terdapat pula golongan penerima agama Islam. Diantaranya adalah 1. Para adipati pesisir yang langsung berhubungan denagn pedagang muslim, 2. Raja dan bangsawan yang ikut mempercepat perkembangan Islam, 3. Para pedagang muslim yang terlibat langsung dengan pedagang Islam dari luar, 4. Para wali songo, 5. Rakyat yang di Islamkan Wali songo. NEXT
  • 29. aluran dan Proses Islamisasi di Nusantara Islamisasi di nusantara pada umumnya berjalan damai, melalui perdagangan dan dakwah oleh para mubaligh dan sufi. Namun, ada kalanya penyebaran diwarnai dengan penaklukan, misalnya jika situasi politik dikerajaan-kerajaan itu mengalami kekacauan akibat perebutan kekuasaan. Disamping itu, islam juga berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan kekuasaan dalam menghadapi lawan. a. Perdagangan Islamisai melaluai jalur perdagangan terjadi pada tahap awal, yaitu sejalan dengan ramainya lalu lintas perdagangan laut padaabad ke-7 hingga abad ke-16. Pada saat iti, pedagang muslim yang berdagang ke nusantara semakin banyak sehingga akhirnya membentuk pemukiman yang disebut pekojan. Dari tempat ini, mereka berinteraksi dan berasimilasi dengan masyarakat asli sambil menyebarkan agama Islam. b. Perkawinan Para pedagang yang datang ke nusantara danyak yang menikah dengan wanita pribumi. Sebelum perkawinan berlangsung, wanita-wanita pribumi yang belum beragama Islam diminta mengucapkan syahadat sebagai tanda menerima Islam sebagai agamanya. Dengan proses seperti ini, kelompok mereka semakin besar dan lambat laun berkembang dari komunitas kecil menjadi kerajaan-kerajaan Islam. c. Tasawuf Saluran penyebaran Islam yang tidak kalah pentingnya adalah melalui tasawuf. Tasawuf adalah ajaran atau cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Ajaran tasawuf ini banyak dijumpai dalam cerita babad dan hikayat masyarakat setempat. Beberapa tokoh penyebar tasawuf yang terkenal adalah Hamzah Fansuri, Syamsudin, Syekh Abdul Shamad dan Nuruddin Ar-Ranirry. d. Kesenian Saluran penyebaran agama Islam di Nusantara terlihat pula dalam kesenian Islam, seperti peninggalan seni bangunan, seno pahat, seni musik, dan seni sastra. Hasil-hasil tersebut dapat pula dilihat pada masjid-masjid kuno di Demak, Cirebon, Banten, dan Aceh. e. Dakwah Wali Songo Proses penyebaran Islam di Nusantara khususnya di pulau Jawa tidak lepas dari peranan para wali. Para wali bertindak sebagai juru dakwah, penyebar dan perintis agama Islam. Dengan bekalpengetahuan agama dan keahlian tersebut,para wali mendapat banyak pengikut dan sangat dihormati. NEXT
  • 30. KERAJAAN ISLAM PERTAMA DI INDONESIA Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin Mahdum. Yang kedua bernama Al-Malik Al-Shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad ke-15 H). (Mustofa Abdullah, 1999: 54) Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko sempat singgah di Kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zahir, raja yang terkenal alim dalam ilmu agama dan bermazhab Syafi’i, mengadakan pengajian sampai waktu sholat Ashar dan fasih berbahasa Arab serta mempraktekkan pola hidup yang sederhana. (Zuhairini,et.al, 2000: 135) Keterangan Ibnu Batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Pasai sebagai berikut: a. Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah Fiqh mazhab Syafi’i b. Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis ta’lim dan halaqoh c. Tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama d. Biaya pendidikan bersumber dari negara.(Zuhairini, et.al., 2000: 136) Pada zaman kerajaan Samudra Pasai mencapai kejayaannya pada abad ke-14 M, maka pendidikan juga tentu mendapat tempat tersendiri. Mengutip keterangan Tome Pires, yang menyatakan bahwa “di Samudra Pasai banyak terdapat kota, dimana antar warga kota tersebut terdapat orang-orang berpendidikan”.(M.Ibrahim, et.al, 1991: 61) Menurut Ibnu Batutah juga, Pasai pada abad ke-14 M, sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara, dan banyak berkumpul ulama-ulama dari negara-negara Islam. Ibnu Batutah menyatakan bahwa Sultan Malikul Zahir adalah orang yang cinta kepada para ulama dan ilmu pengetahuan. Bila hari jum’at tiba, Sultan sembahyang di Masjid menggunakan pakaian ulama, setelah sembahyang mengadakan diskusi dengan para alim pengetahuan agama, antara lain: Amir Abdullah dari Delhi, dan Tajudin dari Ispahan. Bentuk pendidikan dengan cara diskusi disebut Majlis Ta’lim atau halaqoh. Sistem halaqoh yaitu para murid mengambil posisi melingkari guru. Guru duduk di tengah-tengah lingkaran murid dengan posisi seluruh wajah murid menghadap guru. NEXT
  • 31. BUKTI DATANGNYA ISLAM KE INDONESIA 1. Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7: a. Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar adalah catatan perjalanan Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera. b. Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China. c. Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara tahun 606-699 M. d. Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M. e. Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya. f. Prof. S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnay berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum muslimin Indonesia. g. W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan adanya Aarb muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim). h. T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M). 2. Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11: a. Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan rombongannya. Pada makam itu terdapat prasati huruf Arab Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan 1082) 3. Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13: a. Catatan perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di aceh, pada tahun 1292 M. b. K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M. c. J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13. d. Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan saudah adanya beberapa kerajaaan islam di kawasan Indonesia. NEXT
  • 32. WALI SONGO Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) Makam Maulana Malik Ibrahim, desa Gapura, Gresik, Jawa Timur Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy.[2] Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal. Isteri Maulana Malik Ibrahim Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri bernama: 1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah 2. Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad 3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf. Selanjutnya Sharifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha [Sunan Santri/ Raden Santri] dan melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far Shadiq [Sunan Kudus]. Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur. Sunan Ampel (Raden Rahmat) Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim) Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525. Ia dimakamkan di daerah Tuban, Jawa Timur. NEXT
  • 33. Sunan Drajat Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522. Sunan Kudus Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke- 24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550. Sunan Giri Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima. Sunan Kalijaga Lukisan Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri. Sunan Muria (Raden Umar Said) Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) Lukisan Sunan Gunung Jati Gapura Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon, Jawa Barat Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaranmelalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten. NEXT
  • 34. HASIL KEBUDAYAAN ISLAM 1. Tempat Ibadah Dilihat dari segi arsitekturnya, masjid-masjid di Indonesia kuno menampil- kan gaya arsitektur asli Indonesia, yakni dengan ciri-ciri sebagai berikut. a. Atapnya bertingkat/tumpang dan ada puncaknya (mustaka). b. Pondasinya kuat dan agak tinggi. c. Ada serambi di depan atau di samping. d. Ada kolam/parit di bagian depan atau samping. Gaya arsitektur bangunan yang mendapat pengaruh Islam ialah : a. Hiasan kaligrafi. b. Kubah. c. Bentuk masjid. Sejak masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia banyak masjid didirikan dan termasuk masjid kuno, di antaranya masjid Demak, masjid Kudus, masjid Banten, masjid Cirebon, masjid Ternate, masjid Angke, dan sebagainya. a. Masjid Angke Masjid ini terletak di Jalan Tubagus Angke, Jakarta Barat yang dibangun pada abad ke-18. Masjid ini beratap tumpang dua. Masjid Angke merupakan masjid tua yang masih terlihat kekunoannya. Masjid ini memiliki gaya arsitektur dan hiasan yang cantik, merupakan perpaduan antara gaya Jawa, Cina, Arab, dan Eropa. Masjid ini dibangun pada tahun 1761. Pengaruh agama Islam menimbulkan tempat ibadah yang namanya bermacam-macam. Tempat ibadah ukuran kecil disebut langgar, yang berukuran sedang disebut masjid, dan yang ukuran besar disebut masjid agung atau masjid jami. Masjid merupakan tempat peribadatan agama Islam (tempat orang melakukan salat). Masjid juga berperan sebagai tempat penggemblengan jiwa dan pribadi-pribadi Islam yang hidup di tengah-tengah masyarakat. b. Masjid Demak Masjid Demak didirikan pada masa pemerintahan Raden Patah. Bangunan masjid terletak di Kadilangu, Demak. Masjid ini beratap tumpang yang mirip dengan bentuk pura Hindu. Masjid Demak didirikan dengan bantuan para wali (walisongo). Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Keunikan masjid ini terletak pada salah satu tiang utamanya, yakni terbuat dari bahan pecahan-pecahan kayu yang disebut tatal (soko tatal). c. Masjid Kudus Masjid Kudus didirikan oleh Sunan Kudus. Bentuk bangunan masjid ini memiliki ciri khusus. Bagian menaranya menyerupai candi Hindu. d. Masjid Banten Masjid Banten didirikan pada abad ke-16. Bangunannya memiliki atap tumpang sebanyak lima tingkat. Kemungkinan model bangunan seperti ini untuk menggambarkan derajat yang dapat diraih seseorang dalam Islam. Menara masjid Banten dibangun oleh arsitektur Belanda bernama Cardel. Itulah sebabnya, menara tersebut bergaya Eropa menyerupai mercusuar. e. Masjid Cirebon Masjid Cirebon didirikan pada abad ke-16 M, ketika Kerajaan Cirebon berkuasa. Bentuk atap masjid Cirebon juga berupa atap tumpang, terdiri atas dua tingkat. NEXT
  • 35. 2. Keraton Keraton berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan sebagai tempat tinggal raja beserta keluarganya. Pada zaman kekuasaan Islam, didirikan cukup banyak keraton sesuai dengan perkembangan kerajaan Islam. Beberapa contoh keraton adalah sebagai berikut: a. Keraton Cirebon Keraton Cirebon didirikan oleh Fatahillah atau Syarif Hidayatullah pada tahun 1636. Letaknya di kota Cirebon, Jawa Barat. b. Istana Raja Gowa Istana Raja Gowa terdapat di Sulawesi Selatan. c. Istana Keraton Surakarta Keraton Surakarta terbentuk berdasarkan perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Keraton Surakarta sebelumnya merupakan wilayah Kerajaan Mataram dengan rajanya Paku Buwono III. d. Keraton Yogyakarta Semula Keraton Yogyakarta merupakan wilayah Kerajaan Mataram, kemudian berdasarkan perjanjian Giyanti pada tahun 1755 didirikan kerajaan Yogyakarta dengan rajanya yang pertama Sultan Hamengkubuwono I. e. Istana Mangkunegaran Istana Mangkunegaran merupakan bangunan kerajaan yang terbentuk berdasarkan perjanjian Salatiga tahun 1757. 3. Batu Nisan Batu nisan berfungsi sebagai tanda kubur. Tanda kubur yang terbuat dari batu bentuknya bermacam-macam. Pada bangunan batu nisan biasanya dihiasi ukir-ukiran dan kaligrafi. Kebudayaan batu nisan diduga berasal dari Perancis dan Gujarat. Di Indonesia, kebudayaan tersebut berakulturasi dengan kebudayaan setempat (India). Beberapa batu nisan peninggalan sejarah di Indonesia antara lain sebagai berikut. a. Batu Nisan Malik as-Saleh Batu nisan ini dibangun di atas makam Sultan Malik as-Saleh di Lhokseumawe, Aceh Utara. Sultan Malik as-Saleh adalah raja pertama dari kerajaan Samudra Pasai. b. Batu Nisan Ratu Nahrasiyah Batu nisan ini dibangun di atas makam ratu Samudra Pasai bernama Nahrasiyah. Ia meninggal pada tahun 1428. Nisan itu dihiasi kaligrafi yang memuat kutipan Surat Yasin dan Ayat Kursi. c. Batu Nisan Fatimah binti Maimun Batu nisan ini dibuat sebagai tanda makam seorang wanita Islam yang bernama Fatimah binti Maimun. Batu nisan ini terdapat di Leran, Gresik, Jawa Timur. d. Batu Nisan Sultan Hasanuddin Batu nisan ini dibangun di atas makam raja Makasar. Makam Sultan Hasanuddin berada dalam satu kompleks dengan pemakaman raja-raja Gowa dan Tallo. Pada makam tersebut, dibuat cungkup berbentuk kijing. Cungkup itu terbuat dari batu berbentuk prisma. Kemudian batu itu disusun berbentuk limas. Bangunan limas terpasang dengan alas berbentuk kubus dan di dalamnya terdapat ruangan. Pada ruangan inilah terdapat makam beserta batu nisan. NEXT
  • 36. 4. Kaligrafi Pada mulanya kaligrafi merupakan akulturasi antara budaya Hindu dengan budaya Islam. Namun dalam perkem- bangannya, dengan makin kuatnya rasa keagamaan maka unsur Hindu makin berkurang; sehingga wujudnya adalah orang yang sedang shalat atau dalam wujud masjid yang menggunakan huruf Arab. Kaligrafi adalah seni menulis Arab yang indah tanpa tanda garis (harakat). Seni kaligrafi yang bernafaskan Islam merupakan rangkaian dari ayat-ayat suci Al Quran. Tulisan tersebut dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk gambar, misalnya binatang, daun- daunan, bunga atau sulur, tokoh wayang dan sebagainya. Contoh kaligrafi antara lain sebagai berikut. a. Kaligrafi pada batu nisan. b. Kaligrafi bentuk wayang dari Cirebon. c. Kaligrafi bentuk hiasan. 5. Seni Pahat Seni pahat seiring dengan kaligrafi. Seni pahat atau seni ukir berasal dari Jepara, kota awal berkembangnya agama Islam di Jawa yang sangat terkenal. Di dinding depan masjid Mantingan (Jepara) terdapat seni pahat yang sepintas lalu merupakan pahatan tanaman yang dalam bahasa seninya disebut gaya arabesk, tetapi jika diteliiti dengan saksama di dalamnya terdapat pahatan kera. Di Cirebon malahan ada pahatan harimau. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa seni pahat di kedua daerah tersebut (Jepara dan Cirebon), merupakan akulturasi antara budaya Hindu dengan budaya Islam. 6. Seni Pertunjukan Di antara seni pertunjukan yang merupakan seni Islam adalah seni suara dan seni tari. Seni suara merupakan seni pertunjukan yang berisi salawat Nabi dengan iringan rebana. Dalam pergelarannya para peserta terdiri atas kaum pria duduk di lantai dengan membawakan lagu-lagu berisi pujian untuk Nabi Muhammad Saw. yang dibawakan secara lunak, namun iringan rebananya terasa dominan. Peserta mengenakan pakaian model Indonesia yang sejalan dengan ajaran Islam, seperti peci, baju tutup, dan sarung. 7. Tradisi atau Upacara Tradisi atau upacara yang merupakan peninggalan Islam di antaranya ialah Gerebeg Maulud. Perayaan Gerebeg, dilihat dari tujuan dan waktunya merupakan budaya Islam. Akan tetapi, adanya gunungan ( tumpeng besar) dan iring-iringan gamelan menunjukkan budaya sebelumnya (Hindu Buddha). Kenduri Sultan tersebut dikeramatkan oleh penduduk yang yakin bahwa berkahnya sangat besar, yang menunjukkan bahwa animisme-dinamisme masih ada. Hal ini dikuatkan lagi dengan adanya upacara pembersihan barang-barang pusaka keraton seperti senjata (tombak dan keris) dan kereta. Upacara semacam ini masih kita dapatkan di bekas-bekas kerajaan Islam, seperti di Keraton Cirebon dan Keraton Surakarta. Di keraton Surakarta upacara pembersihan barang-barang pusaka di kenal dengan “jamasan pusaka” yang dilakukan pada malam 1 Muharam/Suro sehingga dikenal Tradisi Sura. Acara jamasan pusaka kemudian dilanjutkan dengan upacara kirab, salah satunya adalah upacara kirab pusaka, seperti Pusaka Kanjeng Kyai Slamet, merupakan sebuah simbolisasi dari keinginan untuk mendapatkan keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan hidup baik lahir maupun batin. Sebagai cucuk lampah dalam acara kirab tersebut adalah kerbau bule keturunan Kanjeng Kyai Slamet, salah satu klangenan peninggalan Sri Susuhunan Paku Buwono X dan 10 pusaka yang diperintahkan untuk dikirabkan pada pergantian tahun baru (malam 1 Sura). Konon menurut kepercayaan masyarakat Jawa, kerbau adalah salah satu hewan yang dianggap memiliki tuah tersendiri sebagai tolak bala untuk mengusir segala bencana. NEXT
  • 37. 8. Karya Sastra Pengaruh Islam dalam sastra Melayu tidak langsung dari Arab, tetapi melalui Persia dan India yang dibawa oleh orang-orang Gujarat. Dengan demikian, sastra Islam yang masuk ke Indonesia sudah mendapat pangaruh dari Persia dan India. Meskipun menurut sejarah, Persia dan India ditaklukkan oleh Islam, namun kebudayaan dari kedua negara tersebut lebih besar pengaruhnya. Karya sastra masa Islam banyak sekali macamnya, antara lain sebagai berikut. a. Babad ialah cerita berlatar belakang sejarah yang lebih banyak di bumbui dengan dongeng. Contohnya: Babad Tanah Jawi, Babad Demak, Babad Giyanti, dan sebagainya. 1) Babad Tanah Jawi Kitab ini berisi silsilah raja-raja Jawa dimulai dari Nabi Adam sampai dengan Bathara Guru. Bathara Guru bertakhta di Suralaya berputra lima orang di antaranya adalah Bathara Wisnu yang kemudian turun ke dunia menjadi raja pertama di Pulau Jawa dengan gelar Prabu Set. Jadi, Bathara Wisnulah yang menurunkan raja-raja Jawa. 2) Babad Demak Kitab ini berisi tentang kisah berdirinya Kerajaan Demak yang dipelopori oleh Raden Patah dan Wali Songo. Sebelum Kerajaan Demak berdiri, telah ada tanda-tanda yaitu pindahnya sinar cahaya kekuasaan dari Majapahit ke Demak. 3) Babad Giyanti Kitab ini berisi tentang perjuangan Pangeran Mangkubumi di Surakarta sampai dinobatkannya menjadi Sultan Hamengku Buwono I di Yogyakarta. BACK