Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai tugas IPS kelompok tentang peta konsep masa Praaksara, masa Islam, dan masa Hindu & Buddha. Dokumen tersebut berisi penjelasan tentang masa Praaksara meliputi pengertian, pembagian zaman, jenis-jenis manusia purba, perkembangan manusia purba, dan hasil kebudayaan manusia purba. Juga memberikan informasi singkat tentang proses masuknya agama Hindu dan Buddha di Indonesia.
4. PENGERTIAN ZAMAN PRAAKSARA ATAU PRASEJARAH
Prasejarah atau Praaksara adalah zaman dimana manusia tidak atau
belum mengenal tulisan, pra berarti belum / tidak dan aksara berarti
huruf atau tulisan. Setiap bangsa didunia mengalami masa
praaksara yang berbeda begitu juga hilangnya masa praaksara
tersebut, setelah manusia mengenal tulisan maka berubah menjadi
zaman sejarah.
NEXT
5. PEMBAGIAN ZAMAN
Arkeozoikum (2500 JT tahun yang lalu)
Arkeozoikum adalah masa masa pembentukkan bumi, sering juga disebut masa pembentukkan lempeng tektonik bumi dan pada saat itu kerak bumi baru setengah terbentuk. jadi
masih ada lava yang panas, dan juga udara di bumi masih sangat panas. dan tentu saja dengan kondisi bumi yang belum sempurna, pasti belum ada kehidupan di bumi....
Paleozoikum (340 JT tahun yang lalu)
Paleozoikum adalah masa sesudah Arkeozoikum yaitu masa pendinginan bumi. pada masa ini suhu bumi menurun, sehingga lambat laun suhu bumi menurun saat itu mulai ada
kehidupan dibumi, yaitu makhluk bersel satu, dan juga amphibi. dan juga mahkluk mahkluk pada zaman ini masih berada didalam air, karena suhu di daratan masih sangat panas.
dan juga atmosfer bumi masih sangat tipis.
Mesozoikum (140 JT tahun yang lalu)
zaman ini adalah zaman reptil, zaman ini juga menjadi zaman peralihan dari hewan yang hidup di air dan darat. pada zaman ini atmosfer bumi mulai menebal dan hewan mulai
bisa tinggal didaratan. pada zaman ini hidup juga dinosaurus, dan atalantosaurus.
Neozoikum (60 JT tahun yang lalu)
pada zaman neozoikum, kondisi di bumi sudah mulai stabil dan mulai banyak perkembangan mahkluk hidup....
zaman neozoikum dibagi menjadi dua, yaitu :Zaman tersier
Zaman kuarter
A.Zaman tersier
zaman tersier disebut juga zaman ketiga, pada zaman ini mulai berkurangnya binatang besar, dan mulai bermunculan binatang2 menyusui sejenis kera....
B.Zaman kuarter
zaman ini biasa disebut zaman ke-empat, dan juga pada zaman ini mulai adanya tanda2 manusia purba...
zaman kuarter dibagi menjadi dua, yaitu :Zaman pleistosen
Zaman Holosen
Zaman Pleistosen
Zaman Pleistosen biasa disebut dengan zaman es pada zaman ini manusia mulai muncul. pada zaman ini zaman es mulai mencair karena perubahan iklim yang terus menerus.
NEXT
6. JENIS-JENIS MANUSIA PURBA
1. Meganthropus (Manusia Besar)
Meganthropus berasal dari dua kata. Megas artinya besar atau raksasa dan anthropus artinya manusia. Jenis manusia purba Meganthropus ditemukan oleh Van Koenigswald pada tahun 1936 di daerah Sangiran. Hasil penemuannya
ini sering dikenal dengan nama Meganthropus Palaeojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia ini memiliki rahang kuat dengan badan yang tegap. Mereka diperkirakan hidup dengan cara mengumpulkan bahan
makanan, terutama tumbuh-tumbuhan. Meganthropus diperkirakan hidup sekitar dua sampai satu juta tahun yang lalu sejak penelitian.
2. Pithecanthropus (Manusia Kera Berjalan Tegak)
Jenis Jenis Manusia Purba Di Indonesia - Pithecanthropus merupakan jenis yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Hasil penemuan di Indonesia, antara lainPithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Mojokertensis,
dan Pithecanthropus Soloensis. Pithecanthropus Erectus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois tahun 1891 di Trinil. Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan di Jetis dekat Mojokerto
Jawa Timur oleh Von Koenigswald.Pithecanthropus Soloensis sementara itu ditemukan di Ngandong, lembah Bengawan Solo oleh Von Koenigswald, Ter Haar, dan Oppenoorth. Beberapa ciri manusia Pithecanthropus, antara lain
sebagai berikut.
Ciri Ciri Manusia Purba Pithecanthropus :
Pada tengkorak, tonjolan keningnya tebal.
Hidungnya lebar, dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol.
Tinggi sekitar 165–180 cm.
Pemakan tumbuhan dan daging (pemakan segalanya).
Memiliki rahang bawah yang kuat.
Memiliki tulang pipi yang tebal.
Tulang belakang menonjol dan tajam.
Perawakannya tegap, mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.
3. Homo
Ada dua jenis fosil homo yang ditemukan di Indonesia, yaitu Homo Wajakensis dan Homo Soloensis.
Manusi Purba Homo Wajakensis berarti manusia dari Wajak. Eugene Dubois menemukan fosil ini pada tahun 1889 di dekat Wajak, Tulungagung Jawa Timur. Homo Wajakensis diperkirakan menjadi nenek moyang dari ras Australoid
yang merupakan penduduk asli Australia.
Manusia Purba Homo Soloensis adalah manusia dari Solo ditemukan di Ngandong, lembah Bengawan Solo antara tahun 1931–1934. Penemunya adalah Ter Haar dan Oppenorth. Kehidupan Homo Soloensis sudah lebih maju dengan
berbagai alat untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidup dari berbagai ancaman.
Ciri-ciri Manusia Purba homo :
muka lebar dengan hidung yang lebar;
mulutnya menonjol;
dahinya juga masih menonjol, sekalipun tidak seperti jenis Pithecanthropus;
bentuk fisiknya sudah seperti manusia sekarang;
tingginya 130–210 cm; NEXT
7. MASA PERKEMBANGAN MANUSIA PURBA
a) Hidup berburu mengumpulkan makanan dan berpindah-pindah.
Umumnya mengalami kehidupan yang sangat bergantung kepada kondisi alam. Daerah yang didiami oleh manusia itu harus dapat
meemberikan cukup bahan persediaaan. Mula-mula manusia hidup mengembara, tidak mempunyai tempat tinggal tetap, selalau
berpindah-pindah atau nomaden untuk mencari makanan. Masa ini disebut masa berburu dan mengumpulkan makanan dari alam
atau food gathering.
b) Kehidupan bermukim dan berladang
Dilihat dari sudut keamanan dan dinginnya iklim, maka gua telah menarik manusia untuk tinggal didalamnya. Tinggal menetap ini
mempengaruhi cara hidup manusia. Hidup mengembara serta berburu dan mengumpulkan makanan kemudian berangsur-angsur
ditinggalkan, selanjutnya manusia mulai menjinakkan hewan dan bercocok tanam secara sederhana.
Masa bercocok tanam lahir melalaui proses yang panjang, setelah cara hidup berburu dan mengumpulkan makanan, maka manusia
menginjak suatu masa kehidupan yaitu bercocok tanam.
Kepercayaan dinamisme dan animisme sudah berkembang pada zaman ini, selain itu pada zaman ini mulai timbul kebudayaan batu
besar (Megalith), seperti :
1) Menhir, yaitu berupa sebuah tugu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang.
2) Dolmen, yaitu peti mayat.
3) Sarcophagus, yaitu dianggap sebagai peti mayat. Didalamnya ditemukan tulang manusia bersama bekas kuburnya yang berupa
periuk, beliung persegi, perhiasaaan, dan juga benda-benda perunggu dan besi.
4) Kubur peti batu, dibuat dari lempengan batu yang disusun menjadi peti.
5) Unden berundak-undak, yaitu bangunan pemujaan yang disusun bertingkat-tingkat.
6) Waruga, yaitu kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat.
NEXT
8. HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA
Zaman Paleolithicum
Hasil kebudayaan pada zaman ini umumnya dibuat dari batu dan tulang serta tanduk rusa. Hasil kebudayaan pada zaman ini dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
Kebudayaan Pacitan
Di daerah pacitan ditemukan jenis senjata genggam yang disebut chopper dan berbagai jenis alat dari tulang.
Kebudayaan Ngandong
Di ngandong ditemukan alat-alat yang berbahan batu dan alat-alat buatan tersebut masih kasar selain itu ditemukan pula alat-alat dari duri ikan dan tanduk rusa. Karena di Ngandong di temukan
fosil manusia Homo Soloensis kemungkinan pendukung kebudayaan Ngandong ini adalah Homo Soloensis.
Hasil Kebudayaan Zaman Mesolithicum
Pada zaman ini dijumpai berbagai alat dari batu yang masih kasar buatannya tetapi dijumpai pula alat-alat dari batu yang sudah dibuat halus.
Sedangkan di Sumatera ditemukan kapak-kapak kecil yang disebut peble. Penelitinya adalah Dr. Von Stein Callenfells. di gua daerah Ponorogo, Bojonegoro dan Sulawesi selatan ditemukan gua
tempat tinggal yang disebut abris sous roche.
Hasil Kebudayaan Manusia Purba
Hasil Kebudayaan Zaman Neolithicum
Disebut zaman batu baru karena peninggalan kebudayaan manusia purba pada zaman ini memperlihatkan bentuk dan model batu alat-alat untuk bekerja sudah dibentuk dan dibuat baik dan
halus. Disamping ada peningkatan mutu, jumlah dan jenisnya juga mengalami peningkatan. Ini sebagai petunjuk bahwa manusia pada zaman ini mengalami peningkatan akal.
Hasil kebudayaan pada zaman Neolithicum ini antaralain kapak persegi, kapak lonjong, benda benda perhiasan berupa gelang, kalung, begel (gelang kaki), dan patung nenek moyan. Selain
dijumpai adanya kapak berukuran kecil yang sangat halus buatannya, bahanyapun menggunakan batu-batu pilihan yang bagus (batu berwarna)
Hasil Kebudayaan Zaman Perunggu
Pusat kebudayaan perunggu di Asia tenggara ada di Dongson (Cina Selatan). Dari situ terus menyebar ke selatan sampai ke Indonesia kira0kira tahun 500 SM. Pada zaman ini manusia sudah
pandai melebur logam. Hasil kebudayaan perunggu berupa nekara, kapak perunggu, arca perungu, perhiasan perunggu, dan lain seagainya. menurut Victor Goloubew, bangsa yangmembawa
perungu ke Indonesia sama dengan bangsa yang membawa kapak persegi dan kapak lonjong. Diperkirakan mereka adalah bangsa Austronesia, yang kemudian dipercaya sebagai nenek moyang
bangsa Indonesia.
Selain hasil kebudayaan manusia purba pra sejarah yang disebutkan diatas, kita masih dapat menemukan hasil kebudayaan yang bahannya menggunakan batu besar, sehingga disebut dengan
kebudayaan megalithicum. Hasil kebudayaan menggunakan batu besar tersebut antara lain : Menhir, Dolmen, atau meja batu, Arca, Sarkopagus, Kubur Batu, Punden berundak, pusat kebudayaan
megalithicum ada di pasemah (Sumatera). Para penelitinya adalah Dr. Hoop dan Dr. Von Heini Geldren.
BACK
10. PROSES MASUKNYA HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
Agama Hindu dan Budha berasal dari Jazirah India yang sekarang meliputi wilayah negara India, Pakistan, dan Bangladesh. Kedua agama ini muncul pada dua waktu yang berbeda
(Hindu: ±1500 SM, Budha: ±500 SM), namun berkembang di Indonesia pada waktu yang hampir bersamaan. Munculnya agama Hindu dan Budha di Indonesia berawal dari hubungan
dagang antara pusat Hindu Budha di Asia seperti China dan India dengan Nusantara. Hubungan dagang antara masyarakat Nusantaradengan para pedagang dari wilayah Hindu Budha
inilah yang menyebabkan adanya asimilasi budaya, sehingga agama Hindu dan Budha lambat laun mulai berkembang di Nusantara.
Kepulauan Nusantara yang diapit oleh dua benua (Asia dan Australia) serta oleh dua samudra (Hindia dan Pasifik), mempunyai letak yang sangat strategis dalam jalur perdagangan
dunia kala itu. Hal ini membuat para pedagang asing dari negeri-negeri lain seperti Cina, India, Persia, dan Arab sering singgah di kepulauan Nusantara. Para pedagang asing ini tidak
hanya berkepentingan untuk berdagang di Nusantara. Mereka juga menjalin interaksi secara sosial budaya dengan masyarakat lokal, sehingga masuklah pengaruh-pengaruh
kebudayaan mereka ke Nusantara, termasuk pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha. Sebenarnya ada beberapa teori yang diajukan oleh para ahli mengenai siapa sebenarnya yang
membawa agama Hindu dan Budha di Indonesia, berikut adalah beberapa teori/hipotesa mengenai masuknya agama hindu dan budha di indonesia.
1. Teori Brahmana
Teori yang diprakarsai oleh Van Leur ini menyatakan bahwa kaum Hindu dari kasta Brahmanalah yang mempunyai peran paling besar dalam proses masuknya agama dan budaya
Hindu di Indonesia. Hal ini mengingat bahwa Kitab Weda ditulis dengan Bahasa Sansekerta yang hanya dipahami oleh kaum Brahmana. Para Brahmana yang berasal dari pusat-pusat
Hindu di dunia ini datang karena undangan para penguasa lokal yang ingin yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai agama Hindu. Para raja/penguasa pribumi tersebut adalah
penganut kepercayaan animisme dan dinamisme sebelum datangnya pengaruh Hindu dan Budha.
2. Hipotesa Ksatria
Menurut teori yang diusung oleh C.C. Berg ini, agama Hindu dibawa ke Indonesia oleh kaum ksatria (kaum prajurit kerajaan). Hal ini terjadi karena pada awal abad Masehi sering
terjadi kekacauan politik di India sehingga sering terjadi perang antargolongan di negeri ini. Para prajurit perang yang terdasak musuh atau telah jenuh berperang akhirnya
meninggalkan tanah air mereka. Diantara para ksatria yang mencari tempat pelarian ini, sebagian ada yang mencapai Indonesia. Mereka inilah yang kemudian membuat koloni dan
beralkulturasi dengan penduduk lokal. Hal ini membuat semakin banyak masyarakat lokal yang menganut agama Hindu, pada perkembangan berikutnya, akhirnya lahirlah kerajaan
Hindu di Nusantara.
3. Hipotesa Waisya
Menurut teori ini, kaum Hindu dari kasta Waisya adalah yang paling berjasa dalam penyebaran agama Hindu di Indonesia. Kaum Waisya adalah mereka yang berasal dari kalangan
pekerja ekonomi seperti pedagang dan saudagar. Para pedagang yang berasal dari India atau pusat-pusat Hindu lain di Asia ini banyak melakukan hubungan dagang dengan
masyarakat atau penguasa pribumi. Hali inilah yang membuka peluang bagi masuknya agama Hindu di Indonesia. Teori Waisya ini diprakarsai oleh Dr. N. J. Krom.
4. Hipotesa Sudra
Orang-orang yang tergolong dalam Kasta Sudra adalah mereka yang dianggap sebagai orang buangan. Kaum Sudra ini diduga datang ke Indonesia bersama kaum Waisya atau Ksatria.
Karena datang dalam jumlah yang sangat besar, kaum Sudra inilah yang telah memberikan andil paling besar terkait masuknya agama Hindu ke Indonesia.
Meskipun disampaikan oleh para ahli, keempat teori diatas tetap mempunyai kelemahannya masing-masing. Hal tersebutkarena kitab Weda yang merupakan kitab suci agama Hindu
ditulis menggunakan bahasa Sansekerta dan Pallawa yang notabene hanya dikuasai oleh kaum Brahmana. Kaum Ksatria, Waisya, dan Sudra tentu saja akan sangat kesulitan
menyebarkan agama Hindu di Indonesia karena mereka tidak memahami Bahasa Sansekerta yang merupakan bahasa dalam kitab Weda. Namun demikian, menurut kepercayaan
India kuno, kaum Brahmana tidak boleh menyeberangi lautan sehingga hampir mustahil untuk kaum Brahmana menyebarkan Hindu di Indonesia Secara langsung.
Karena keempat teori yang saya sampaikan diatas memiliki banyak kelemahan, maka muncullah teori lain yaitu teori arus balik. Teori ini dicetuskan oleh F.D.K Bosch, menurutnya
Agama Hindu masuk ke Indonesia karena dibawa oleh orang Indonesia sendiri. Orang-orang Indonesia yang membawa Agama Hindu ke Indonesia ini berasal dari golongan pemuda
yang memang sengaja dikirim oleh para penguasa pribumi untuk mempelajari agama Hindu dan Budha di India. Setelah selesai belajar di India, mereka kemudian pulang ke Nusantara
lalu mulai menyebarkan agama Hindu atau Budha.
NEXT
11. KERAJAAN TARUMANEGARA
Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan hindu beraliran wisnu yang terletak di wilayah Jawa Barat, dengan pusat kerajaan terletak di sekitar daerah Bogor. Wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara
meliputi daerah Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon, sehingga dapat diartikan bahwa pada masa pemerintahan Raja Purnawarman wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara hampir
menguasai seluruh wilayah Jawa Barat.
NEXT
•sumber sejarah
Sumber- sumber sejarah kerajaan Tarumanegara diperoleh dari berita asing dan prasasti-prasasti. Berikut penjelasannya:
•Berita Asing,
yaitu berita dari Cina. Dari zaman Dinasti T’ang menyebutkan bahwa seorang pendeta yang bernama Fa Hien terdampae di pantau utara Pulau Jawa (414M) ketika ia hendak kembali dari India ke
Negeri asalnya di Cina. Dalam catatan perjalanan Fa Hien, ia menyebutkan bahwa di daerah pantai utara Pulau Jawa bagian barat telah ditemukan masyarakat yg mendapat pengaruh Hindu India.
Masyarakat yang ditemukan diperkirakan menjadi bagian masyarakat Kerajaan Tarumanegara.
•Prasasti,
Berikut beberapa Prasasti yang menerangkan keberadaan Kerajaan Tarumanegara:
- Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor)
- Prasasti Kebon Kopi (Bogor)
- Prasasti Jambu (Bogor)
- Prasasti Muara Cianten (Bogor)
- Prasasti Tugu ( Jakarta Utara)
- Prasasti Pasir Awi ( Leuwiliang)
- Prasasti Munjul (Banten)
Pada prasasti-prasasti tersebut digunakan bahasa Sansekerta dan Pallawa. Namun, karena pada prasasti tidak ditemukan angka tahun, maka untuk menentukan tahun tulisan itu dilakukan
perbandingan melalui huruf-huruf pada prasasti yang ditemukan di India. Dari perbandingan tersebut, diperkirakan prasasti itu ditulis pada abad ke-5 M.
•Kehidupan Politik
Berdasarkan tulisan yang terdapat pada prasasti-prasasti, diketahui bahwa raja yang pernah memerintah di Kerajaan Tarumanegara hanyalah Raja Purnawarman. Bahkan, raja-raja yang memerintah
sebelum Raja Purnawarman belum diketahui. Hal tersebut disebabkan tidak ditemukannya bukti yang menjelaskan mengenai raja-raja yang memerintah selain Raja Purnawarman.
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyat Kerajaan Tarumanegara. Hal ini dapat dibuktikan dari prasasti tugu yang menyatakan Raja Purnawarman
telah memerintah untuk menggali satu saluran air. Penggalian saluran air ini sangat besar artinya, karena saluran air ini dapat mempermudah jalur air persawahan rakyatnya.
12. KERAJAAN KUTAI
• Kerajaan Kutai (Kutai Martadipura) adalah kerajaan bercorak hindu yang terletak di muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu Sungai
Mahakam. Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke-4. Nama kerajaan ini disesuaikan dengan nama daerah tempat penemuan prasasti, yaitu daerah
Kutai. Hal ini disebabkan, karena setiap prasasti yang ditemukan tidak ada yang menyebutkan nama dari kerajaan tersebut. Wilayah Kerajaan Kutai
mencakup wilayah yang cukup luas, yaitu hampir menguasai seluruh wilayah Kalimantan Timur. Bahkan pada masa kejayaannya Kerajaan Kutai hampir
manguasai sebagian wilayah Kalimantan.
a. Sumber Sejarah
Sumber yang mengatakan bahwa di Kalimantan telah berdiri dan berkembang Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu adalah beberapa penemuan
peninggalan berupa tulisan (prasasti). Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang disebut yupa. Yupa tersebut adalah tugu batu yang berfungsi sebagai
tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui Raja Mulawarman yang memerintah Kerajaan Kutai
pada saat itu. Nama Mulawarman dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi pada Kaum Brahmana.
b. Kehidupan Politik
Sejak muncul dan berkembangnya pengaruh hindu (India) di Kalimantan Timur, terjadi perubahan dalam kepemerintahan, yaitu dari pemerintahan
suku dengan kepala suku yang memerintah menjadi kerajaan dengan seorang raja sebagai kepala pemerintahan. Berikut beberapa raja yang pernah
memerintah Kerajaan Kutai:
- Raja Kudungga
Adalah raja pertama yang berkuasa di kerajaan kutai. Dapat kita lihat, nama raja tersebut masih menggunakan nama lokal sehingga para ahli
berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru masuk ke wilayahnya. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya
adalah kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya sebagai
raja, sehingga penggantian raja dilakukan secara turun temurun.
- Raja Aswawarman
Prasasti yupa menceritakan bahwa Raja Aswawarman adalah raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai
diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya Upacara Asmawedha pada masanya. Upacara-upacara ini pernah dilakukan di India pada masa
pemerintahan Raja Samudragupta ketika ingin memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk
menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai ( ditentukan dengan tapak kaki kuda yang nampak pada tanah hingga tapak yang terakhir nampak
disitulah batas kekuasaan Kerajaan Kutai ). Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit Kerajaan Kutai.
-Raja Mulawarman
Raja Mulawarman merupakan anak dari Raja Aswawarman yang menjadi penerusnya. Raja Mulawarman adalah raja terbesar dari Kerajaan Kutai.
Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Kutai mengalami masa kejayaannya. Rakyat-rakyatnya hidup tentram dan sejahtera hingga Raja Mulawarman
mengadakan upacara kurban emas yang amat banyak.
c. Runtuhnya Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai runtuh saat raja Kerajaan Kutai terakhir yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji
Pangeran Anum Panji Mendapa. Kerajaan Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi Kerajaan Islam yang bernama Kesultanan Kutai Kartanegara.
NEXT
13. KERAJAAN SRIWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang pernah berjaya di nusantara. Menurut berita dari Cina yang ditulis oleh I-Tsing, kerajaan ini berdiri
sekitar abad ke-7 M, dan berdasarkan prasasti Ligor, awalnya pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya berada di Muara Takus, lalu dipindah ke Palembang.
Perluasan wilayah dilakukan dengan menguasai Tulang Bawang (Lampung), Kedah, Pulau Bangka, Jambi, Tanah Genting Kra dan Jawa (Kaling dan
Mataram Kuno). Dengan demikian Kerajaan Sriwijaya bukan lagi merupakan kerajaan senusa (negara yang berkuasa atas satu pulau saja) melainkan
merupakan negara antarnusa (negara yang berkuasa atas beberapa pulau), sehingga Sriwijaya merupakan negara kesatuan pertama di Indonesia.
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa Balaputra Dewa. Raja ini mengadakan hubungan persahabatan dengan Raja Dewapala Dewa
dari India. Dalam Prasasti Nelanda disebutkan bahwa Raja Dewapala Dewa menghadiahkan sebidang tanah untuk mendirikan sebuah biara untuk para
pendeta Sriwijaya yang belajar agama Buddha di India. Selain itu dalam Prasasti Nelanda juga disebutkan bahwa adanya silsilah raja Balaputra Dewa dan
dengan tegas menunjukkan bahwa raja Syailendra (Darrarindra) merupakan nenek moyangnya.
Letak Sriwijaya sangat strategis di jalur perdagangan antara India-Cina. Di samping itu juga berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan urat nadi
perdagangan di Asia Tenggara, menjadikan Sriwijaya berhasil menguasai perdagangan nasional dan internasional. Penguasaan Sriwijaya atas Selat Malaka
mempunyai arti penting terhadap perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim, sebab banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk menambah air
minum, perbekalan makanan dan melakukan aktivitas perdagangan. Sriwijaya sebagai pusat perdagangan akan mendapatkan keuntungan yang besar dan
akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang hidup dari pelayaran dan perdagangan.
Dalam bidang agama, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Buddha yang berkembang di
Sriwijaya ialah Agama Buddha Mahayana, salah satu tokohnya ialah Dharmakirti.
Para peziarah agama Buddha dalam pelayaran ke India ada yang singgah dan tinggal di Sriwijaya. Di antaranya ialah I'tsing. Sebelum menuju ke India ia
mempersiapkan diri dengan mempelajari bahasa Sanskerta selama 6 bulan (1671); setelah pulang dari India ia tinggal selama 4 tahun (681-685) untuk
menerjemahkan agama Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Cina. Di samping itu juga ada pendeta dari Tibet, yang bernama Atica yang datang dan
tinggal di Sriwijaya selama 11 tahun (1011-1023) dalam rangka belajar agama Buddha dari seorang guru besar Dharmakirti.
Menurut berita dari Cina (Chau-Yu-Kua), Kerajaan Sriwijaya mengalami masa kemunduran pada akhir abad ke-12. Hal itu dikuatkan oleh kitab sejarah dari
Dinasti Sung yang menyatakan bahwa Sriwijaya mengirimkan utusannya yang terakhir pada tahun 1178.
Penyebab kemunduran Sriwijaya, antara lain sebagai berikut.
-Berulang kali diserang oleh Kerajaan Colamandala dari India.
-Kerajaan taklukan Sriwijaya banyak yang melepaskan diri dari kekuasaannya, misalnya Ligor, Tanah Kra, Kelantan, Pahang, Jambi, dan Sunda.
-Terdesak oleh perkembangan kerajaan di Thailand yang meluaskan pengaruhnya ke arah selatan (Semenanjung Malaya).
-Terdesak pengaruh Kerajaan Singasari yang menjalin hubungan dengan Kerajaan Melayu (Jambi).
-Mundurnya perekonomian dan perdagangan Sriwijaya karena bandar bandar pentingnya sudah melepaskan diri dari Sriwijaya.
-Kemungkinan juga tidak adanya tokoh yang cakap dan berwibawa untuk memimpin kerajaan sebagai akibat dari kurangnya pengaderan.
NEXT
14. KERAJAAN MAJAPAHIT
Kerajaan Majapahit Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardana yang merupakan keturunan Ken Arok raja Singosari.
Raja-Raja yang pernah memerintah Kerajaan Majapahit:
1. Raden Wijaya 1273 – 1309
2. Jayanegara 1309-1328
3. Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350
4. Hayam Wuruk 1350-1389
5. Wikramawardana 1389-1429
6. Kertabhumi 1429-1478
Kerajaan Majapahit ini mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389). Kebesaran kerajaan ditunjang oleh pertanian sudah teratur, perdagangan lancar dan maju, memiliki armada angkutan laut yang kuat serta dipimpin
oleh Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada.
Di bawah patih Gajah Mada Majapahit banyak menaklukkan daerah lain. Dengan semangat persatuan yang dimilikinya, dan membuatkan Sumpah Palapa yang berbunyi “Ia tidak akan makan buah palapa sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah
Nusantara”.
Mpu Prapanca dalam bukunya Negara Kertagama menceritakan tentang zaman gemilang kerajaan di masa Hayam Wuruk dan juga silsilah raja sebelumnya tahun 1364 Gajah Mada meninggal disusun oleh Hayam Wuruk di tahun 1389 dan kerajaan Majapahit
mulai mengalami kemunduran.
Penyebab kemunduran:
Majapahit kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan daerah bawahan mulai melepaskan diri.
Peninggalan kerajaan Majapahit:
-Bangunan: Candi Panataran, Sawentar, Tiga Wangi, Muara Takus
-Kitab: Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca, Sitosoma oleh Mpu Tantular yang memuat slogan Bhinneka Tunggal Ika.
Paraton Kidung Sundayana dan Sorandaka R Wijaya Mendapat Wangsit Mendirikan Kerajaan Majapahit.
Dua pohon beringin di pintu masuk Pendopo Agung di Trowulan, Mojokerto. Dua pohon beringin itu ditanam pada 22 Desemebr 1973 oleh Pangdam Widjojo Soejono dan Gubernur Moehammad Noer.
Di belakang bangunan Pendopo Agung yang memampang foto para Pangdam Brawijaya, terdapat bangunan mungil yang dikelilingi kuburan umum. Bangunan bernama Petilasan Panggung itu diyakini Petilasan Raden Wijaya dan tempat Patih Gajah Mada
mengumandangkan Sumpah Palapa.
Begitu memasuki bangunan Petilasan Panggung, yang memiliki pendopo mini sebagai latarnya, tampak beberapa bebatuan yang dibentuk layaknya kuburan, dinding di sekitar ” kuburan ” itu diselimuti kelambu putih transparan yang mampu menambah
kesakralan tempat itu.
Menurut Sajadu ( 53 ) penjaga Petilasan Panggung, disinilah dulu Raden Wijaya bertapa sampai akhirnya mendapat wangsit mendirikan kerajaan Majapahit. Selain itu, ditempat ini pula Patih Gajah Mada mengumandangkan Sumpah Palapa. ” Tempat ini
dikeramatkan karena dianggap sebagai Asnya Kerajaan Majapahit ” katanya.
Pada waktu tertentu khususnya bertepatan dengan malam jumat legi, banyak orang datang untuk berdoa dan mengharapkan berkah. ” orang berdatangan untuk berdoa, agar tujuannya tercapai ” kata Sajadu yang menyatakan pekerjaan menjaga Petilasan
Panggung sudah dilakukan turun-temurun sejak leluhurnya.
Sembari menghisap rokok kreteknya, pria yang mewarisi sebagai penjaga petilasan dari ayahnya sejak 1985 juga menceritakan, dulunya tempat itu hanya berupa tumpukkan bebatuan. Sampai sekarang, batu tersebut masih ada di dalam, katanya.
Kemudian pada 1964, dilakukan pemugaran pertama kali oleh Ibu Sudarijah atau yang dikenal dengan Ibu Dar Moeriar dari Surabaya. Baru pada tahun 1995 dilakukan pemugaran kembali oleh Pangdam Brawijaya yang saat itu dijabat oleh Utomo.
Memasuki kawasan Petilasan Panggung, terpampang gambar Gajah Mada tepat disamping pintu masuk. Sedangkan dibagian depan pintu bergantung sebuah papan kecil dengan tulisan ” Lima Pedoman ” yang merupakan pedoman suri teladan bagi warga.
Selengkapnya ” Ponco Waliko ” itu bertuliskan ” Kudutrisno Marang Sepadane Urip, Ora Pareng Ngilik Sing Dudu Semestine, Ora Pareng Sepatah Nyepatani dan Ora Pareng Eidra Hing Ubaya ”
Dikisahkan Sajadu pula, Petilasan Panggung ini sempat dinyatakan tertutup bagi umum pada tahun 1985 hingga 1995. Baru setelah itu dibuka lagi untuk umum, sejak dinyatakan dibuka lagi, pintu depan tidak lagi tertutup dan siangpun boleh masuk.NEXT
15. PERBEDAAN CANDI HINDU-BUDDHA
Bagian dari Candi Candi Buddha Candi Hindhu
Bentuk bangunan Cenderung tambun Cenderung tinggi dan ramping
Atap Jelas menunjukkan undakan, umumnya terdiri atas 3 tingkatan
Atapnya merupakan kesatuan tingkatan. Undakan-undakan kecil yang sangat
banyak membentuk kesatuan atap yang melengkung halus.
Kemuncak Stupa (candi Buddha), Ratna atau Vajra (candi Hindu)
Kubus (kebanyakan candi Hindu), terkadang Dagoba yang berbentuk tabung
(candi Buddha)
Gawang pintu dan hiasan relung
Gaya Kala-Makara; kepala Kala dengan mulut menganga tanpa rahang bawah
terletak di atas pintu, terhubung dengan Makara ganda di masing-masing sisi
pintu
Hanya kepala Kala tengah menyeringai lengkap dengan rahang bawah
terletak di atas pintu, Makara tidak ada
Relief Ukiran lebih tinggi dan menonjol dengan gambar bergaya naturalis
Ukiran lebih rendah (tipis) dan kurang menonjol, gambar bergaya seperti
wayang bali
Tata letak dan lokasi candi utama
Mandala konsentris, simetris, formal; dengan candi utama terletak tepat di
tengah halaman kompleks candi, dikelilingi jajaran candi-candi perwara yang
lebih kecil dalam barisan yang rapi
Linear, asimetris, mengikuti topografi (penampang ketinggian) lokasi; dengan
candi utama terletak di belakang, paling jauh dari pintu masuk, dan seringkali
terletak di tanah yang paling tinggi dalam kompleks candi,
candiperwara terletak di depan candi utama
Arah hadap bangunan Kebanyakan menghadap ke timur Kebanyakan menghadap ke barat
Bahan bangunan Kebanyakan batu andesit Kebanyakan bata merah
NEXT
16. CANDI-CANDI YANG ADA DI JAWA TIMUR
a) Candi Badut
Candi Badut merupakan candi Hindu, terletak di Desa Dinoyo, sebelah barat-laut Malang. Di Desa Dinoyo ditemukan sebuah prasasti berangka tahun 760 M, berhuruf Kawi dan bahasa Sansekerta. Prasasti Dinoyo
ini menceritakan bahwa pada abad ke-8 M ada sebuah kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan (sekarang Desa Kanjuron) di Jawa Timur. Rajanya bernama Dewa Singha, berputerakan Limwa. Limwa ini lalu
menggantikan ayahnya menjadi raja dengan nama Gajahyana. Gajahyana kemudian mendirikan sebuah tempat pemujaan untuk Dewa Agastya. Patung Agastya ini dahulu terbuat dari kayu cendana, kemudian
diganti dengan arca dari batu hitam. Peresmian arca tersebut dilakukan pada tahun 760 dan dipimpin oleh sejumlah pendeta Hindu.
Pada saat itu Raja Gajahyana menghadiahi para pendeta sebidang tanah, binatang lembu, sejumlah budak atau pekerja, dan segala keperluan untuk upaca keagamaan. Ia memerintah agar didirikan sejumlah
bangunan asrama untuk keperluan kaum brahmana dan tamu. Diperkirakan, bangunan asrama tersebut salah satunya adalah Candi Badut ini. Namun, dalam candi ini tak terdapat arca Agastya, melainkan sebuah
lingga. Mungkin sekali lingga ini sebagai lambang Agastya, yang memang selalu digambarkan sebagai Siwa dalam wujud sebagai Batara Guru.
b) Candi Kidal
Candi Kidal letaknya 7 km sebelah tenggara Candi Jago, antara Malang dan Tumpang. Candi ini mulanya sebagai tempat penyimpanan abu jenazah Anusapati Raja Singasari. Di dalamnya terdapat arca Anusapati
dalam wujud Dewa Siwa. Bangunan ini mulai berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa sekitar tahun 1248 M. Candi ini terbuat dari batu alam. Pada candi Hindu setinggi 12,5 m ini terdapat pahatan cerita Garuda
yang mencuri amarta, yaitu “air kehidupan”.
c) Candi Jago
Candi Jago (Negarakretagama menyebutnya Candi Jajaghu) merupakan candi Siwa-Buddha (agama percampuran), disebut juga Candi Tumpang karena terletak di Desa Tumpang, sebelah timur Malang. Candi ini
dibangun oleh Raja Kertanegara dari Singasari sebagai penghormatan terhadap Wisnuwardhana, ayahnya. Arsitekturnya bersusun tiga (berundak) dengan tubuh candi terletak di bagian belakang kaki candi.
Candi Jago dihiasi ornamen sangat mewah serta gambar timbul (relief) yang melukiskan cerita-cerita binatang, cerita Kunjarakanda, Arjuna, dan Kresna. Karakter tokoh-tokohnya yang tercetak di reliefnya:
berbadan bungkuk, berkepala besar; dikelilingi bunga-bungaan dan tumbuh-tumbuhan; sikap kaki, bahu dan lengan yang tak biasa, menimbulkan kesan seperti wayang. Pada gambar timbul tersebut, sering
terdapat lukisan pekarangan rumah dengan balai; seperti yang masih terdapat di Bali dewasa ini, yakni teras (bertingkat) dari batu. Di atas teras terdapat empat tiang dengan sebuah atap di atasnya. Antara teras
dan atap terdapat lantai tempat duduk dari kayu.
d) Candi Jawi (Jajawa)
Dalam Negarakretagama, candi ini disebut Candi Jajawa dan dibuat oleh pada masa Kertanegara. Pada tahun 1331 candi ini pernah tersambar petir. Candi ini tingginya 24 m, bercorak Siwa-Buddha. Selain patung
badan Siwa, ditemukan pula arca Ardanari, Brahma, Ganesha, Durga, dan Lembu Nandi. Di candi ini Kertanegara disucikan sebagai tiga bentuk arca yang berbeda. Pertama sebagai Siwa sekaligus Buddha dalam
bentuk Bhairawa sebagai lambang nirmanakaya; dalam Bentuk Ardhanari sebagai lambang sambhogakaya, dan dalam bentuk Jina sebagai lambang dharmakaya.
NEXT
17. e) Candi Singasari
Candi Singasari merupakan candi Siwa yang besar dan tinggi, berada 10 km dari Malang, di sekitar ibukota Singasari dahulu. Candi ini merupakan tempat pendarmaan
Kertanegara yang digambarkan sebagai Bhairawa (Kertanegara juga disucikan sebagai Siwa dan Buddha di Candi Jawi). Bagian atas candi melambangkan puncak Mahameru,
kediaman para dewa dalam mitologi Hindu. Candi ini dibuat pada masa Hayam Wuruk Majapahit. Pintu candi ini berhiaskan patung Kala (Dwarapala). Pada pintu dan tangga
tidak terdapat lagi makara, hanya motif yang serapa garis-garis dan salur-salur bunga. Pengaruhnya gaya Candi Singasari terlihat sekali pada patung Bhairawa di Sungai Langsat,
Bukittinggi di kerajaan Minangkabau, Sumatera. Patung Ken Dedes di candi Singasari ini digambarkan sebagai Dewi Prajnaparamita, dewi kebijaksanaan.
f) Komplek Candi Panataran
Komplek Candi Panataran terletak 11 km dari Blitar, tepatnya di Desa Panataran, Kecamatan Nglegok. Komplek ini didirikan sejak pemerintahan Kediri, lalu banyak mengalami
renovasi semasa pemerintahan Majapahit. Bangunan utama (Candi Panataran) selesai semasa pemerintahan Hayam Wuruk. Komplek ini semula dikelilingi tembok dengan
gerbang masuk di sisi barat namun kini tinggal sisa-sisanya, antara lain dua buah arca Dwarapala, yaitu arca raksasa penjaga pintu candi.
Luas kompleks percandian 180 m x 60 m, terbagi dalam tiga halaman. Pada halaman paling barat terdapat tiga bangunan utama, yaitu yang ada di sudut barat laut, sebuah
teras memanjang dari utara ke selatan (di Bali disebut ”Bale Agung”); bangunan ke-2 adalah sebuah teras lain biasa disebut Serambi teras” terdapat di tengah halaman dan
berpahatkan angka 1297 Saka (1375 M); bangunan utama ke-3 ialah sebuah candi indah yang biasa disebut ”Candi Angka Tahun”, karena di atas pintu masuk terdapat pahatan
angka 1291 Saka (1369 Masehi). Candi utama ini yang dikenal sebagai Candi Panataran, terdiri atas tiga tingkat. Pada dinding tingkat pertama candi utama ini terpahat relief
Ramayana: adegan Hanoman datang ke Alengka sebagai utusan Rama hingga tewasnya Kumbakarna, adik Raja Alengka, Rahwana. Pada tingkat kedua terdapat relief kisah
Kresnayana, cerita Kresna muda mendapatkan Rukmini, calon istrinya.
g) Candi Rimbi
Candi ini terletak di Desa Pulosari, Jombang, merupakan candi Hindu peninggalan Majapahit abad ke-14. Di dalamnya terdapat arca Parwati yang diwujudkan sebagai
Tribuwana Tunggadewi, ratu Majapahit yang memerintah tahun 1328-1350. Arca ini kini disimpan di Museum Pusat di Jakarta.
h) Candi Bajang Ratu
Candi ini sebetulnya merupakan gapura yang terbuat dari batubata di daerah Trowulan, bekas ibukota Majapahit. Jadi bukan tempat abu jenazah raja atau tempat
pendarmaan. Gapura Bajang Ratu ini berukiran dari atas sampai bawah. Jenis gapura ini tertutup, berbeda dengan Waringin Lawang, sebuah gapura di daerah Trowulan juga
yang termasuk Candi Bentar. Melihat kelaziman di Bali, Candi Bentar adalah gapura masuk ke gugusan keratin Majapahit. Sedangkan gapura tertutup ada di dalam gugusan
keraton, maka Bajang Ratu termasuk dalam keraton Majapahit atau gugusan sebuah tempat anggota kerajaan. Menurut cerita setempat, gapura ini dilalui bangsawan
Majapahit yang lari ketika Majapahit diserang oleh pasukan Is lam dari Demak dan Kudus pada tahun 1478. Menurut tradisi setempat, seorang pegawai negeri tak
diperbolehkan naik ke atas gapura, karena ia dapat terkena sial dan akan dipecat dari jabatannya.
i). Candi Sumber Awan
Candi Sumber Awan didirikan sebagai penghargaan atas kunjungan Hayam Wuruk ke daerah di kaki Gunung Arjuna. Candi ini bercorak Buddha dan dibangun setelah Candi
Singasari selesai. Candi ini didirikan oleh kaum Buddhis sebagai penghargaan terhadap Hayam Wuruk yang Hindu dalam menghormati agama Buddha.
NEXT
19. 1) Candi-candi di Jawa Tengah Bagian Selatan
a) Komplek Candi Roro Jonggrang (Prambanan)
Di sekitar Candi Prambanan ini banyak terdapat candi-candi kecil dan tiga candi induk. Komplek candi ini didirikan atas perintah Raka i Pikatan dan selesai semasa pemerintahan Raja Daksa dari Mataram.
Candi Prambanan merupakan candi Hindu karena nama candi-candinya memakai nama dewa-dewa Hindu. Komplek candi ini didirikan di kaki Gunung Merapi.
b) Candi Kalasan
Candi Kalasan bercorak Mahayana, tingginya 6 meter dengan stupa 52 buah. Candi ini didirikan pada 778 M atas perintah Raka i Panangkaran sebagai persembahan kepada Dewi Tara. Panangkaran
sendiri beragama Hindu-Siwa, namun karena ketika itu yang berkuasa atas Mataram adalah Dinasti Syailendra maka agama Buddha pun berkembang pesat di Mataram. Pada Prasasti Kalasan yang ditulis
dalam bentuk puisi berbahasa Sansekerta dan huruf Pranagari, disebutkan bahwa para rahib Buddha meminta izin kepada Raja Panangkaran untuk mendirikan tempat suci untuk Dewi Tara. Raja
mengabulkannya dan menghadiahkan Desa Kalasan kepada para rahib. Dewi Tara sendiri adalah dewi kasih-sayang dan pelindung bagi umat Buddha.
c) Candi Borobudur
Candi Borobudur, tingginya mencapai 42 meter, juga merupakan candi Mahayana, terletak di Magelang, utara Yogyakarta. “Borobudur” berasal dari kata“bara” dan “budur”. Bara berasal dari kata wihara
atau biara dari Sansekerta yang berarti kuil atau asrama. Sedangkan budur diperkirakan berasal dari kata beduhur yang artinya “di atas”. Jadi, Borobudur dapat diartikan sebagai biara yang ada di atas
bukit. Candi ini didirikan sekitar tahun 800-an M atas perintah raja-raja Mataram dari Dinasti Syailendra.
Bentuk dasar candi ini adalah punden berundak-undak, namun disesuaikan dengan filosofi Buddha Mahayana. Borobudur bersusun tiga tingkat, yaitu kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu dengan
relief sepanjang 4 km dan arca Buddha berjumlah lebih dari 500 buah. Pada seluruh dinding Borobudur, terdapat sebelas seri relief yang memuat kurang-lebih dari 1.460 buah adegan. Relief-relief
tersebut memuat berbagai kisah: cerita Buddha, surge dan neraka, dan kisah-kisah dari kitab yang terkenal seperti cerita Karmawibhangga. Namun, sebagian relief lain masih belum dapat diartikan
ceritanya. Di atas puncak Borobudur ini terdapat sebuah stupa yang paling besar. Di setiap stupa terdapat patung Buddha dalam berbagai posisi.
d) Candi Mendut
Candi Mendut terletak 2 km arah selatan dari Candi Borobudur, juga merupakan candi Buddha dan didirikan raja Mataram pertama dari Dinasti Syailendra, Raja Indra. Dengan demikian, usianya lebih tua
dari Borobudur.
Di dalam candi terdapat tiga patung Sang Buddha. Masingmasing adalah patung Buddha Cakyamurti yang duduk bersila dan bersikap sedang berkotbah; patung Awalokiteswara, yaitu Boddhi-satwa
penolong manusia; dan patung Maitreya, yaitu Boddhisatwa pembebas manusia di alam akhirat. Awalokiteswara atau Avalokiteshvara adalah patung Buddha dengan amithaba di mahkotanya yang
melambangkan dharma, sedangkan Padmapani atau Vajrapani merupakan patung Buddha yang memegang bunga terati merah di tangannya sebagai lambang sangha. Pada dinding candi terdapat relief
cerita fabel (cerita dunia binatang).
e) Candi Pawon
Candi ini berada di antara Borobudur dan Mendut, juga bercorak Buddha, diperkirakan berasal dari masa yang sama dengan Borobudur-Mendut. Posisi Candi Pawon sejajar dengan letak Borobudur dan
Mendut. Bahan dasar candi ini adalah batu andesit. Tubuh candi dihiasi ukiran pohon kalpataru yang dipahat dengan sangat halus. Namun, patung-patung di dalamnya sudah hilang entah ke mana. Di
atas pintu masuk, terdapat hiasan bermotif kalamakara, yaitu relief berupa makhluk surga, singa, pohon, dan sukur-sulur bunga teratai. Seluruh badan candi dihiasi dagoba-dagoba.
NEXT
20. f) Komplek Candi Sewu
Komplek Candi Sewu didirikan oleh Raja Indra dari Dinasti Syailendra, merupakan candi Buddha juga, terletak di utara Candi Prambanan, di tapal batas Yogyakarta-Surakarta dan selesai dibangun kira-kira
tahun 1098 M. Candi Sewu masih berkaitan dengan Candi Prambanan. Sebagian dari 1.000 candi yang diminta Roro Jonggrang adalah candi-candi yang ada di Sewu. Namun, pendapat tersebut
meragukan mengingat Prambanan adalah candi Hindu sedangkan Sewu adalah candi Buddha. Walaupun disebut Candi Sewu namun jumlah candi yang ada tidak mencapai seribu, melainkan hanya 241,
terdiri dari satu candi induk, dikelilingi oleh 240 candi perwara (candi kecil) yang tersusun atas empat baris. Pada pintu masuk candi terdapat dua buah arca Dwarapala, yakni arca raksasa yang duduk
menjaga pintu dan memegang gada.
g) Komplek Candi Plaosan
Komplek Candi Plaosan berlokasi di Desa Plaosan, Klaten. Komplek candi ini terdiri atas Plaosan Lor (Utara) dan Plaosan Kidul (Selatan). Kelompok candi utara bentuknya lebih besar dari yang ada di
selatan. Berbeda dengan kebanyakan candi yang ada di Jawa Tengah, Candi Plaosan ini menghadap ke barat. Komplek ini didirikan atas perintah Raja Mataram, Raka i Pikatan yang Hindu dan
Pramodawardhani (Sri Kaluhunan), istri Raka i Pikatan yang beragama Buddha dari Dinasti Syailendra. Komplek bagian utara terbagi atas dua halaman dan pada setiap halaman terdapat candi induk.
Kedua halaman tersebut dikelilingi oleh tembok dalam dan luar yang jaraknya agak berjauhan. Pada halaman antara kedua tembok keliling itu terdapat 58 candi perwara dan 128 stupa. Tinggi stupanya
lebih dari 7 meter.
h) Candi Sukuh
Candi Sukuh merupakan candi Siwa peninggalan Majapahit, terletak di lereng Gunung Lawu, Karanganyar. Pada candi ini terlihat corak Jawa asli yang mendominasi daripada corak Hindu. Relief candi ini
sangat sederhana dibanding candi-candi lainnya, tampak kasar, dan terkesan dibuat oleh orang desa yang bukan ahli pahat profesional. Candi ini berbentuk punden berundak-undak. Dengan demikian,
dapat ditarik simpulan: meski agama Hindu- Buddha memengaruhi kehidupan, namun masyarakat setempat masih menjungjung tinggi roh nenek-moyang.
Candi ini memiliki patung dan pahatan berupa lingga (alat kelamin pria) yang berhadapan dengan yoni (alat kelamin perempuan). Inilah candi yang paling erotis yang pernah ada di Jawa. Namun,
pembuatan lingga-yoni ini bukan dimaksudkan sebagai seni pornografis, melainkan melambangkan kesuburan, kemakmuran serta cenderung mistis. Di sisi kanan candi terdapat relief pasangan wanita-pria
yang menggendong bayi. Candi ini menggambarkan proses persatuan wanita-pria hingga kelahiran manusia.
Di samping relief kesuburan, ada pula relief dan tugu tentang pewayangan, seperti kelahiran Bima, anak kedua Pandawa; Bima sedang membunuh raksasa Kalantaka; cerita Sudamala yang
mengisahkan Sadewa bungsu Pandawa yang diikat oleh Dewi Durga di sebatang pohon.
i) Candi Sajiwan
Candi Sajiwan terletak di selatan Prambanan, merupakan candi Buddha, didirikan sebagai tempat pendarmaan Rakryan Sanjiwana. Sanjiwana merupakan nama lain dari Sri Pramodawardhani, anak
Samaratungga yang menikah dengan Raka i Pikatan Raja Mataram. Candi ini sekarang tinggal pondasinya saja.
j) Candi Lumbung
Candi Lumbung terletak di selatan Candi Sewu namun bentuknya lebih kecil, bercorak Buddha. Candi ini terdiri atas candi pusat yang dikelilingi enam belas candi berbentuk persegi empat. Atapnya kini
telah runtuh.
k) Candi Sari
Candi Sari disebut juga Candi Bendah, merupakan candi Buddha, lokasinya tak jauh dari Candi Kalasan; dibangun bersamaan dengan Candi Kalasan, terlihat dari arsitekturnya yang tak jauh beda. Di
depan pintu masuk terdapat dua raksasa (Dwarapala) yang memegang gada dan ular sebagai penjaga candi. Candi Sari ini merupakan wihara dengan panjang 17,32 m dan lebar 10 m.
back
21. 2) Candi-candi di Jawa Tengah bagian utara
a) Komplek Candi Dieng
Komplek Candi Dieng berdiri di dataran tingggi Dieng, Wonosobo, dibangun oleh Wangsa Sanjaya
dari Mataram pada abad ke-8 hingga ke-9 M. Candi-candi yang ada di komplek ini bercorak Hindu
dan merupakan tempat ziarah raja-raja Mataram. Namanama candi yang terdapat di komplek ini
semuanya diambil dari dunia pewayangan, seperti Puntadewa, Bima, Arjuna, Gatotkaca, Semar,
Sumbadra, dan Srikandi.
b) Komplek Candi Gedong Songo
Komplek ini terletak di lereng Gunung Ungaran, Ambarawa, didirikan pada abad ke-7 sampai ke-8 M
oleh Sanjaya sebagai penghormatan terhadap Dewa Trimurti umat Hindu, khususnya Siwa. Candi-candi
di komplek ini berjumlah sembilan (songo dalam bahasa Jawa). Bangunan ini termasuk candi
tertua yang ada di Jawa.
c) Candi Canggal
Candi Canggal ini ditemukan di daerah Sleman dan didirikan semasa pemerintah Raja Sanjaya dari
Mataram. Pada candi inilah terdapat Prasasti Canggal yang menceritakan asal-usul Dinasti Sanjaya.
NEXT
22. HASIL BUDAYA KERAJAAN HINDU-BUDHA INDONESIA
HASIL BUDAYA KERAJAAN KUTAI
1 Yupa merupakan salah satu hasil kebusayaan Kutai
Karena itu Yupa merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia
dari Zaman Megalitikum yaitu Menhir
2 Ketopong Sultan Kutai
Ketopong atau mahkota Sultan Kutai ini terbuat dari emas dengan berat hampir 2 kg.
Saat ini, Ketopong Sultan Kutai disimpan di Museum Nasional Jakarta.
3.Pedang Sultan Kutai
Pedang Kerajaan Kutai ini terbuat dari emas padat. Pada gagang pedang terukir
seekor harimau yang sedang siap menerkam, sementara pada ujung sarung pedang
dihiasi dengan seekor buaya. Pedang Sultan Kutai ini dapat dilihat di
Museum Nasional, Jakarta
4.Tali Juwita
Tali juwita adalah simbul dari sungai Mahakam yang mempunyai 7 buah
muara sungai dan 3 buah anak sungai (sungai Kelinjau, Belayan dan Kedang Pahu).
Tali Juwita ini terbuat dari benang yang banyaknya 3x7 helai, kemudian dikuningi
dengan kunyit untuk dipakai dalam upacara adat Bepelas.
5. Arca Singa Noleh
Konon, arca Singa Noleh awal mulanya adalah seekor binatang hidup yang sedang
memakan beras lempukut yang baru ditumbuk oleh seorang wanita. Wanita tersebut
marah dan binatang tersebut jatuh, terus menjadi batu bercampur porselein seperti
keadaannya sekarang.
HASIL BUDAYA KERAJAAN TARUMANEGARA
1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor
2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian
Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut
merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
3. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiyang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, KabupatenPandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja
Purnawarman.
4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
7. Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
NEXT
23. HASIL BUDAYA KERAJAAN KALINGGA
Prasasti Tukmas
Prasasti Tukmas ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa
Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir
dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar
seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.[4]
Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu
Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta
Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa
tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunanWangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
Candi Angin
Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Candi Bubrah, Jepara
Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan pantai utara Jawa Tengah dahulu berkembang kerajaan yang bercorak Hindu Siwais. Catatan ini
menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan Wangsa Sailendra atau kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa Tengah Selatan.
HASIL BUDAYA KERAJAAN SRIWIJAYA
Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7 seperti Prasasti Talang Tuo menggambarkan ritual Budha untuk memberkati peristiwa penuh berkah yaitu
peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya. Prasasti Telaga Batumenggambarkan kerumitan dan tingkatan jabatan pejabat
kerajaan, sementara Prasasti Kota Kapur menyebutkan keperkasaan balatentara Sriwijaya atas Jawa. Semua prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno,
leluhur bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern. Sejak abad ke-7, bahasa Melayu kuno telah digunakan di Nusantara. Sriwijaya hanya meninggalkan
sedikit tinggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatera. Sangat berbeda dengan episode Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan
wangsa Syailendrayang banyak membangun monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Borobudur. Candi-candi Budha yang berasal dari masa
Sriwijaya di Sumatera antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal. Akan tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat
dari batu andesit, candi di Sumatera terbuat dari bata merah.
Beberapa arca-arca bersifat Budhisme, seperti berbagai arca Budha yang ditemukan di Bukit Seguntang, Palembang dan arca-arca
Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi Bidor,Perak dan Chaiya dan arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan. Semua arca-arca ini menampilkan
keanggunan dan langgam yang sama yang disebut "Seni Sriwijaya" atau "Langgam/Gaya Sriwijaya" yang memperlihatkan kemiripan — mungkin diilhami —
oleh langgam Amarawati India dan langgam Syailendra Jawa (sekitar abad ke-8 sampai ke-9)
NEXT
24. HASIL BUDAYA KERAJAAN MEDANG/MATARAM HINDU
Temuan Wonoboyo berupa artifak emas yang ditemukan tahun 1990 di Wonoboyo, Klaten, Jawa Tengah; menunjukkan kekayaan
dan kehalusan seni budaya kerajaan Medang.
Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi
Mendut, Candi Pawon,Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan
tentu saja yang paling kolosal adalahCandi Borobudur. Candi megah yang dibangun oleh Sailendrawangsa ini telah
ditetapkan UNESCO (PBB) sebagai salah satu warisan budaya dunia.
HASIL BUDAYA KERAJAAN KEDIRI
Arca Wishnu, berasal dariKediri, abad ke-12 dan ke-13.
Arca Buddha Vajrasattva zaman Kadiri, abad X/XI, koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.
Karya Sastra Zaman Kadiri
Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan Panjalu-Kadiri. Pada tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis
oleh Mpu Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang berisi
kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala.
Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya. Terdapat pula pujangga zaman
pemerintahan Sri Kameswara bernamaMpu Dharmaja yang menulis Kakawin Smaradahana. Kemudian pada zaman
pemerintahan Kertajaya terdapat pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang
menulis Kresnayana.
HASIL BUDAYA KERAJAAN SINGHASARI
Arca Prajnaparamita ditemukan dekat candi Singhasari dipercaya sebagai arca perwujudan Ken Dedes (koleksi Museum Nasional
Indonesia). Keindahan arca ini mencerminkan kehalusan seni budaya Singhasari.
Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa.
Mungkin nama ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel
tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararatonjuga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kadiri, Ken
Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.
NEXT
25. HASIL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHIT
Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks bangunan penting di ibu kota Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri di Trowulan.
"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai
pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan
hati siapa saja yang memandangnya".
— Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa
utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk
membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan
Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas.[31]
Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha,Siwa,
dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak
menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana muslim saat itu.
Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara
geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang
adalah Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto. Beberapa elemen arsitektur berasal dari masa Majapahit, antara lain gerbang terbelah candi bentar,
gapura paduraksa (kori agung) beratap tinggi, dan pendopo berdasar struktur bata. Gaya bangunan seperti ini masih dapat ditemukan dalam arsitektur Jawa dan Bali.
".... Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki istana
yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan Agung dari
China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya."
— Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).
Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya:
"Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirimPaus untuk menjalankan
misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu
menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat Vietnam, China, terus
mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.
Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga
di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh
emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan di sini
tak lain adalah Majapahit yang dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahanJayanegara.
BACK
27. PROSES MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
A. Teori-teori Masukya Agama Islam ke Indonesia.
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu:
1) Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya Batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Sultan Malik Al-Shaleh pada tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye,W.F. Stutterheim dan Bernard H. M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.
Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia. (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang
menyebarkan ajaran Islam.
2) Teori Mekkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat.Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
a. Pada abad ke-7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam, dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita dari Cina.
b. Kerjaan Samudera Pasai penganut aliran mahzab Syafi’i, dimana pengaruh mahzab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mahzab Hanafi.
c. Raja-raja Samudera Pasai menggunakan gelar Al-Malik yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir.
Pendukung Teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan polotik Islam, jadi masuknya ke Inonesia terjadi jauh sebelumnya abad ke-7 dan berperan besar
terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
3) Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dari teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat IslamIndonesia seperti:
1) Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein, cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. DiSumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.Sedangkan di pulau
Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
2) Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaituAl – Hallaj.Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.
3) Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
4) Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah namasalah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dankelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwaIslam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya
pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaranIslam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
NEXT
28. Sumber-sumber yang menerangkan masuk dan berkembangnya agama Islam ke nusantara.
a. Sumber dari luar negeri.
1. Berita dari bangsa Arab yang melakukan perdagangan dengan Indonesia sekitar abad ke-7 pada masa kerajaan Sriwijaya.
2. Berita dari Marco Polo tentang adanya kerajaan Islam yang pertama di Nusantara yaitu Samudera Pasai.
3. Berita dari India bahwa para pedagang India dari Gujarat telah melakukan penyebaran Islam di Nusantara.
4. Catatan Ma-Huan dari Cina, yang menceritakan bahwa kira-kira sekitar tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang tinggal di pesisir pantai
utara Pulau Jawa.
b. Sumber dari dalam negeri.
1. Penemuan batu di Lenan Gresik yang telah menggunakan bahsa Arab dan diduga telah adalah makam dari Fatimah Binti Maimun (1028).
2. Makam Sultan Malik As-Shaleh di Sumatera Utara yang meninggal pada bulan Ramadhan 676 H atau1297 M.
3. Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang Wafat tahun 1419 M.
Ditengah perbedaan penafsiran proses masuk dan berkembangannya agama Islam di Nusantara tersebut, para ahli sepakat bahwa golongan pembawa
agama Islam di Nusantara adalah kaum pedagang, selain sebagai kewajiban seorang Muslim, penyebaran agama melalui perdgangan ketika itu merupakam
jalan yang paling efisien. Pada saat itu pelayaran dan perdgangan internasional sangant berkembang. Tidak heran jika daerah pesisir pantai terlebih dahulu
memeluk agama Islam adalah daerah Pesisir. Selain itu, kaum mubaligh atau guru agama juga datang untuk mengajarkan dan menyebarkan agama Islam.
Kedatangan para mubaligh ini mempercepat islamisasi daerah-daerah di Nusantara. Mereka mendirikan banyak pesantren yang mencetak kader-kader
ulama atau guru agama lokal. Golongan lain yang juga disebut sebagai pembawa agama Islam adalah penganut Tasawuf (kaum sufi). Mereka diperkirakan
masuk ke Nusantara pada abad ke-13.
selain golongan pembawa tentu terdapat pula golongan penerima agama Islam. Diantaranya adalah
1. Para adipati pesisir yang langsung berhubungan denagn pedagang muslim,
2. Raja dan bangsawan yang ikut mempercepat perkembangan Islam,
3. Para pedagang muslim yang terlibat langsung dengan pedagang Islam dari luar,
4. Para wali songo,
5. Rakyat yang di Islamkan Wali songo.
NEXT
29. aluran dan Proses Islamisasi di Nusantara
Islamisasi di nusantara pada umumnya berjalan damai, melalui perdagangan dan dakwah oleh para mubaligh dan sufi. Namun, ada
kalanya penyebaran diwarnai dengan penaklukan, misalnya jika situasi politik dikerajaan-kerajaan itu mengalami kekacauan akibat
perebutan kekuasaan. Disamping itu, islam juga berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan kekuasaan dalam menghadapi lawan.
a. Perdagangan
Islamisai melaluai jalur perdagangan terjadi pada tahap awal, yaitu sejalan dengan ramainya lalu lintas perdagangan laut padaabad
ke-7 hingga abad ke-16. Pada saat iti, pedagang muslim yang berdagang ke nusantara semakin banyak sehingga akhirnya membentuk
pemukiman yang disebut pekojan. Dari tempat ini, mereka berinteraksi dan berasimilasi dengan masyarakat asli sambil menyebarkan
agama Islam.
b. Perkawinan
Para pedagang yang datang ke nusantara danyak yang menikah dengan wanita pribumi. Sebelum perkawinan berlangsung, wanita-wanita
pribumi yang belum beragama Islam diminta mengucapkan syahadat sebagai tanda menerima Islam sebagai agamanya.
Dengan proses seperti ini, kelompok mereka semakin besar dan lambat laun berkembang dari komunitas kecil menjadi kerajaan-kerajaan
Islam.
c. Tasawuf
Saluran penyebaran Islam yang tidak kalah pentingnya adalah melalui tasawuf. Tasawuf adalah ajaran atau cara untuk mendekatkan
diri kepada Tuhan. Ajaran tasawuf ini banyak dijumpai dalam cerita babad dan hikayat masyarakat setempat. Beberapa tokoh
penyebar tasawuf yang terkenal adalah Hamzah Fansuri, Syamsudin, Syekh Abdul Shamad dan Nuruddin Ar-Ranirry.
d. Kesenian
Saluran penyebaran agama Islam di Nusantara terlihat pula dalam kesenian Islam, seperti peninggalan seni bangunan, seno pahat,
seni musik, dan seni sastra. Hasil-hasil tersebut dapat pula dilihat pada masjid-masjid kuno di Demak, Cirebon, Banten, dan Aceh.
e. Dakwah Wali Songo
Proses penyebaran Islam di Nusantara khususnya di pulau Jawa tidak lepas dari peranan para wali. Para wali bertindak sebagai juru
dakwah, penyebar dan perintis agama Islam. Dengan bekalpengetahuan agama dan keahlian tersebut,para wali mendapat banyak
pengikut dan sangat dihormati.
NEXT
30. KERAJAAN ISLAM PERTAMA DI INDONESIA
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin
Mahdum. Yang kedua bernama Al-Malik Al-Shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad ke-15 H). (Mustofa Abdullah,
1999: 54)
Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko sempat singgah di Kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zahir, raja yang terkenal alim dalam
ilmu agama dan bermazhab Syafi’i, mengadakan pengajian sampai waktu sholat Ashar dan fasih berbahasa Arab serta mempraktekkan pola hidup yang
sederhana. (Zuhairini,et.al, 2000: 135)
Keterangan Ibnu Batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Pasai sebagai berikut:
a. Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah Fiqh mazhab Syafi’i
b. Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis ta’lim dan halaqoh
c. Tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama
d. Biaya pendidikan bersumber dari negara.(Zuhairini, et.al., 2000: 136)
Pada zaman kerajaan Samudra Pasai mencapai kejayaannya pada abad ke-14 M, maka pendidikan juga tentu mendapat tempat tersendiri. Mengutip
keterangan Tome Pires, yang menyatakan bahwa “di Samudra Pasai banyak terdapat kota, dimana antar warga kota tersebut terdapat orang-orang
berpendidikan”.(M.Ibrahim, et.al, 1991: 61)
Menurut Ibnu Batutah juga, Pasai pada abad ke-14 M, sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara, dan banyak berkumpul ulama-ulama dari
negara-negara Islam. Ibnu Batutah menyatakan bahwa Sultan Malikul Zahir adalah orang yang cinta kepada para ulama dan ilmu pengetahuan. Bila hari
jum’at tiba, Sultan sembahyang di Masjid menggunakan pakaian ulama, setelah sembahyang mengadakan diskusi dengan para alim pengetahuan agama,
antara lain: Amir Abdullah dari Delhi, dan Tajudin dari Ispahan. Bentuk pendidikan dengan cara diskusi disebut Majlis Ta’lim atau halaqoh. Sistem halaqoh
yaitu para murid mengambil posisi melingkari guru. Guru duduk di tengah-tengah lingkaran murid dengan posisi seluruh wajah murid menghadap guru.
NEXT
31. BUKTI DATANGNYA ISLAM KE INDONESIA
1. Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
a. Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar adalah catatan perjalanan Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M,
terdapat utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.
b. Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan
oleh para pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.
c. Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia,
dan Malaya antara tahun 606-699 M.
d. Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya
mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.
e. Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke
Malaya.
f. Prof. S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnay berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa
beberapa sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum muslimin Indonesia.
g. W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang
memberitahukan adanya Aarb muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim).
h. T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke
Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).
2. Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
a. Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti
Maimoon dan rombongannya. Pada makam itu terdapat prasati huruf Arab Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan 1082)
3. Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
a. Catatan perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di aceh,
pada tahun 1292 M.
b. K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
c. J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan
bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13.
d. Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan saudah adanya beberapa kerajaaan islam di kawasan Indonesia.
NEXT
32. WALI SONGO
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Makam Maulana Malik Ibrahim, desa Gapura, Gresik, Jawa Timur
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana
Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu
tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi
Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa
bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti
Nabi Muhammad Rasulullah
Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy.[2] Dalam
cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.
Isteri Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri bernama: 1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah 2. Siti Maryam
binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad 3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf. Selanjutnya Sharifah Sarah
binti Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha [Sunan Santri/ Raden Santri] dan melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya
Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far Shadiq [Sunan Kudus].
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat
Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik.
Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja
Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul
Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin
Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad
Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia
menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi
Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang
Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid
Ampel, Surabaya.
Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak
berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada
gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau Buku Bonang.
Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525. Ia dimakamkan di daerah Tuban, Jawa Timur.
NEXT
33. Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu
masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila,
putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari
agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan
Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-
24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil
Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali
Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima
perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa
Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada
tahun 1550.
Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di
Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang
menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
Sunan Kalijaga
Lukisan Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan
kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan
Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan
Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Lukisan Sunan Gunung Jati
Gapura Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon, Jawa Barat
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaranmelalui Nyai Rara
Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama
Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten. NEXT
34. HASIL KEBUDAYAAN ISLAM
1. Tempat Ibadah
Dilihat dari segi arsitekturnya, masjid-masjid di Indonesia kuno menampil- kan gaya arsitektur asli Indonesia, yakni dengan ciri-ciri sebagai berikut.
a. Atapnya bertingkat/tumpang dan ada puncaknya (mustaka).
b. Pondasinya kuat dan agak tinggi.
c. Ada serambi di depan atau di samping.
d. Ada kolam/parit di bagian depan atau samping.
Gaya arsitektur bangunan yang mendapat pengaruh Islam ialah :
a. Hiasan kaligrafi.
b. Kubah.
c. Bentuk masjid.
Sejak masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia banyak masjid didirikan dan termasuk masjid kuno, di antaranya masjid Demak, masjid Kudus, masjid Banten, masjid
Cirebon, masjid Ternate, masjid Angke, dan sebagainya.
a. Masjid Angke
Masjid ini terletak di Jalan Tubagus Angke, Jakarta Barat yang dibangun pada abad ke-18. Masjid ini beratap tumpang dua. Masjid Angke merupakan masjid tua yang masih terlihat
kekunoannya. Masjid ini memiliki gaya arsitektur dan hiasan yang cantik, merupakan perpaduan antara gaya Jawa, Cina, Arab, dan Eropa. Masjid ini dibangun pada tahun 1761.
Pengaruh agama Islam menimbulkan tempat ibadah yang namanya bermacam-macam. Tempat ibadah ukuran kecil disebut langgar, yang berukuran sedang disebut masjid, dan
yang ukuran besar disebut masjid agung atau masjid jami. Masjid merupakan tempat peribadatan agama Islam (tempat orang melakukan salat). Masjid juga berperan sebagai
tempat penggemblengan jiwa dan pribadi-pribadi Islam yang hidup di tengah-tengah masyarakat.
b. Masjid Demak
Masjid Demak didirikan pada masa pemerintahan Raden Patah. Bangunan masjid terletak di Kadilangu, Demak. Masjid ini beratap tumpang yang mirip dengan bentuk pura Hindu.
Masjid Demak didirikan dengan bantuan para wali (walisongo). Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Keunikan masjid ini terletak pada salah satu tiang
utamanya, yakni terbuat dari bahan pecahan-pecahan kayu yang disebut tatal (soko tatal).
c. Masjid Kudus
Masjid Kudus didirikan oleh Sunan Kudus. Bentuk bangunan masjid ini memiliki ciri khusus. Bagian menaranya menyerupai candi Hindu.
d. Masjid Banten
Masjid Banten didirikan pada abad ke-16. Bangunannya memiliki atap tumpang sebanyak lima tingkat. Kemungkinan model bangunan seperti ini untuk menggambarkan derajat
yang dapat diraih seseorang dalam Islam. Menara masjid Banten dibangun oleh arsitektur Belanda bernama Cardel. Itulah sebabnya, menara tersebut bergaya Eropa menyerupai
mercusuar.
e. Masjid Cirebon
Masjid Cirebon didirikan pada abad ke-16 M, ketika Kerajaan Cirebon berkuasa. Bentuk atap masjid Cirebon juga berupa atap tumpang, terdiri atas dua tingkat.
NEXT
35. 2. Keraton
Keraton berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan sebagai tempat tinggal raja beserta keluarganya. Pada zaman kekuasaan Islam, didirikan cukup banyak keraton
sesuai dengan perkembangan kerajaan Islam. Beberapa contoh keraton adalah sebagai berikut:
a. Keraton Cirebon
Keraton Cirebon didirikan oleh Fatahillah atau Syarif Hidayatullah pada tahun 1636. Letaknya di kota Cirebon, Jawa Barat.
b. Istana Raja Gowa
Istana Raja Gowa terdapat di Sulawesi Selatan.
c. Istana Keraton Surakarta
Keraton Surakarta terbentuk berdasarkan perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Keraton Surakarta sebelumnya merupakan wilayah Kerajaan Mataram dengan rajanya
Paku Buwono III.
d. Keraton Yogyakarta
Semula Keraton Yogyakarta merupakan wilayah Kerajaan Mataram, kemudian berdasarkan perjanjian Giyanti pada tahun 1755 didirikan kerajaan Yogyakarta dengan
rajanya yang pertama Sultan Hamengkubuwono I.
e. Istana Mangkunegaran
Istana Mangkunegaran merupakan bangunan kerajaan yang terbentuk berdasarkan perjanjian Salatiga tahun 1757.
3. Batu Nisan
Batu nisan berfungsi sebagai tanda kubur. Tanda kubur yang terbuat dari batu bentuknya bermacam-macam. Pada bangunan batu nisan biasanya dihiasi ukir-ukiran
dan kaligrafi. Kebudayaan batu nisan diduga berasal dari Perancis dan Gujarat. Di Indonesia, kebudayaan tersebut berakulturasi dengan kebudayaan setempat (India).
Beberapa batu nisan peninggalan sejarah di Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Batu Nisan Malik as-Saleh
Batu nisan ini dibangun di atas makam Sultan Malik as-Saleh di Lhokseumawe, Aceh Utara. Sultan Malik as-Saleh adalah raja pertama dari kerajaan Samudra Pasai.
b. Batu Nisan Ratu Nahrasiyah
Batu nisan ini dibangun di atas makam ratu Samudra Pasai bernama Nahrasiyah. Ia meninggal pada tahun 1428. Nisan itu dihiasi kaligrafi yang memuat kutipan Surat
Yasin dan Ayat Kursi.
c. Batu Nisan Fatimah binti Maimun
Batu nisan ini dibuat sebagai tanda makam seorang wanita Islam yang bernama Fatimah binti Maimun. Batu nisan ini terdapat di Leran, Gresik, Jawa Timur.
d. Batu Nisan Sultan Hasanuddin
Batu nisan ini dibangun di atas makam raja Makasar. Makam Sultan Hasanuddin berada dalam satu kompleks dengan pemakaman raja-raja Gowa dan Tallo.
Pada makam tersebut, dibuat cungkup berbentuk kijing. Cungkup itu terbuat dari batu berbentuk prisma. Kemudian batu itu disusun berbentuk limas. Bangunan
limas terpasang dengan alas berbentuk kubus dan di dalamnya terdapat ruangan. Pada ruangan inilah terdapat makam beserta batu nisan.
NEXT
36. 4. Kaligrafi
Pada mulanya kaligrafi merupakan akulturasi antara budaya Hindu dengan budaya Islam. Namun dalam perkem- bangannya, dengan
makin kuatnya rasa keagamaan maka unsur Hindu makin berkurang; sehingga wujudnya adalah orang yang sedang shalat atau dalam
wujud masjid yang menggunakan huruf Arab.
Kaligrafi adalah seni menulis Arab yang indah tanpa tanda garis (harakat). Seni kaligrafi yang bernafaskan Islam merupakan rangkaian
dari ayat-ayat suci Al Quran. Tulisan tersebut dirangkai
sedemikian rupa sehingga membentuk gambar, misalnya binatang, daun- daunan, bunga atau sulur, tokoh wayang dan sebagainya.
Contoh kaligrafi antara lain sebagai berikut. a. Kaligrafi pada batu nisan.
b. Kaligrafi bentuk wayang dari Cirebon.
c. Kaligrafi bentuk hiasan.
5. Seni Pahat
Seni pahat seiring dengan kaligrafi. Seni pahat atau seni ukir berasal dari Jepara, kota awal berkembangnya agama Islam di Jawa yang
sangat terkenal. Di dinding depan masjid Mantingan (Jepara) terdapat seni pahat yang sepintas lalu merupakan pahatan tanaman
yang dalam bahasa seninya disebut gaya arabesk, tetapi jika diteliiti dengan saksama di dalamnya terdapat pahatan kera. Di Cirebon
malahan ada pahatan harimau. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa seni pahat di kedua daerah tersebut (Jepara dan Cirebon),
merupakan akulturasi antara budaya Hindu dengan budaya Islam.
6. Seni Pertunjukan
Di antara seni pertunjukan yang merupakan seni Islam adalah seni suara dan seni tari. Seni suara merupakan seni pertunjukan yang
berisi salawat Nabi dengan iringan rebana. Dalam pergelarannya para peserta terdiri atas kaum pria duduk di lantai dengan
membawakan lagu-lagu berisi pujian untuk Nabi Muhammad Saw. yang dibawakan secara lunak, namun iringan rebananya terasa
dominan. Peserta mengenakan pakaian model Indonesia yang sejalan dengan ajaran Islam, seperti peci, baju tutup, dan sarung.
7. Tradisi atau Upacara
Tradisi atau upacara yang merupakan peninggalan Islam di antaranya ialah Gerebeg Maulud. Perayaan Gerebeg, dilihat dari tujuan
dan waktunya merupakan budaya Islam. Akan tetapi, adanya gunungan ( tumpeng besar) dan iring-iringan gamelan menunjukkan
budaya sebelumnya (Hindu Buddha). Kenduri Sultan tersebut dikeramatkan oleh penduduk yang yakin bahwa berkahnya sangat besar,
yang menunjukkan bahwa animisme-dinamisme masih ada. Hal ini dikuatkan lagi dengan adanya upacara pembersihan barang-barang
pusaka keraton seperti senjata (tombak dan keris) dan kereta. Upacara semacam ini masih kita dapatkan di bekas-bekas
kerajaan Islam, seperti di Keraton Cirebon dan Keraton Surakarta.
Di keraton Surakarta upacara pembersihan barang-barang pusaka di kenal dengan “jamasan pusaka” yang dilakukan pada malam 1
Muharam/Suro sehingga dikenal Tradisi Sura. Acara jamasan pusaka kemudian dilanjutkan dengan upacara kirab, salah satunya adalah
upacara kirab pusaka, seperti Pusaka Kanjeng Kyai Slamet, merupakan sebuah simbolisasi dari keinginan untuk mendapatkan
keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan hidup baik lahir maupun batin. Sebagai cucuk lampah dalam acara kirab tersebut
adalah kerbau bule keturunan Kanjeng Kyai Slamet, salah satu klangenan peninggalan Sri Susuhunan Paku Buwono X dan 10 pusaka
yang diperintahkan untuk dikirabkan pada pergantian tahun baru (malam 1 Sura). Konon menurut kepercayaan masyarakat Jawa,
kerbau adalah salah satu hewan yang dianggap memiliki tuah tersendiri sebagai tolak bala untuk mengusir segala bencana.
NEXT
37. 8. Karya Sastra
Pengaruh Islam dalam sastra Melayu tidak langsung dari Arab, tetapi melalui Persia dan
India yang dibawa oleh orang-orang Gujarat. Dengan demikian, sastra Islam yang masuk
ke Indonesia sudah mendapat pangaruh dari Persia dan India.
Meskipun menurut sejarah, Persia dan India ditaklukkan oleh Islam, namun kebudayaan
dari kedua negara tersebut lebih besar pengaruhnya. Karya sastra masa Islam banyak
sekali macamnya, antara lain sebagai berikut.
a. Babad ialah cerita berlatar belakang sejarah yang lebih banyak di bumbui dengan
dongeng. Contohnya: Babad Tanah Jawi, Babad Demak, Babad Giyanti, dan sebagainya.
1) Babad Tanah Jawi
Kitab ini berisi silsilah raja-raja Jawa dimulai dari Nabi Adam sampai dengan Bathara
Guru. Bathara Guru bertakhta di Suralaya berputra lima orang di antaranya adalah
Bathara Wisnu yang kemudian turun ke dunia menjadi raja pertama di Pulau Jawa dengan
gelar Prabu Set. Jadi, Bathara Wisnulah yang menurunkan raja-raja Jawa.
2) Babad Demak
Kitab ini berisi tentang kisah berdirinya Kerajaan Demak yang dipelopori oleh Raden
Patah dan Wali Songo. Sebelum Kerajaan Demak berdiri, telah ada tanda-tanda yaitu
pindahnya sinar cahaya kekuasaan dari Majapahit ke Demak.
3) Babad Giyanti
Kitab ini berisi tentang perjuangan Pangeran Mangkubumi di Surakarta sampai
dinobatkannya menjadi Sultan Hamengku Buwono I di Yogyakarta.
BACK