Makalah ini membahas tentang hakikat bahasa, sejarah bahasa Indonesia, dan kedudukan bahasa Indonesia. Hakikat bahasa dijelaskan meliputi pengertian, unsur, dan sifat bahasa. Sejarah bahasa Indonesia mencakup asal usul dan perkembangannya. Kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa persatuan dan pengantar ilmu pengetahuan di Indonesia.
Tugas bahasa indonesia "Bahasa baku dan tidak baku"
Untuk cover
1. TOPIK 5: Hakikat Bahasa, Sejarah Bahasa Indonesia dan Kedudukan
Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu:
Dhanu Priyo Widodo, M. Pd.
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
1. Sandra Saputra (21102235)
2. Ray Fadly Hadi (21102236)
3. Rodi Cahyawan (21102256)
4. Maulana Ryan Zakli (21102259)
5. Novan Dwi Setiyawan (21102262)
Kelas: S1IF-09-G
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS INFORMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO
2021/2022
2. KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang
telah memberikan nikmat yang sangat luar biasa. Shalawat dan salam tercurah
limpahkan kepada baginda Muhammad SAWyang telah memberikan rahmat
taufik dan hidayah-nya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini dibuat adalah untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan. Makalah ini berjudul “Hakikat
Bahasa, Sejarah Bahasa Indonesia dan Kedudukan Bahasa Indonesia.”.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal
yang benar datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar datangnya
hanya dari Allah SWT. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun
dari semua sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya dosen
Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini dan
teman-teman sekalian yang mana telah membantu kami.
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................2
C. TUJUAN ...........................................................................................2
D. MANFAAT.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................3
A. HAKIKAT BAHSA.........................................................................3
I. PENGERTIAN BAHASA ...............................................5
II. HAKIKAT KOMUNIKASI .............................................6
III. KOMUNIKASI BAHASA ...............................................6
IV. TAHAPAN PEROLEHAN BAHASA............................7
V. UNSUR BAHASA ............................................................8
VI. ISI BAHASA......................................................................9
VII. SIFAT BAHASA...............................................................9
VIII. FUNGSI BAHASA ........................................................ 10
IX. RAGAM BAHASA........................................................ 12
B. SEJARAH BAHASA ................................................................... 13
C. KEDUDUKAN BAHASA........................................................... 15
BAB III PENUTUP .............................................................................. 17
A. KESIMPULAN ............................................................................. 17
B. SARAN .......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 18
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa Indonesia adalah Bahasa nasional Bangsa Indonesia. Sebagai bahasa
nasional, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pemersatu berbagai Bahasa
daerah di Indonesia. Bahasa Indonesia sangat diperlukan dalam berkomunikasi. Bahasa
tidak hanya digunakan dalam komunikasi secara lisan, tetapi juga dalam komunikasi
secara tertulis. Begitu halnya dengan Bahasa Indonesia. Dalam penggunaannya, Bahasa
Indonesia memiliki aturan-aturan baku. Sebagaimana telah diketahui, bahwa di zaman
sekarang sudah banyak sekali penulis yang terkenal, dengan tulisan-tulisannya telah
membuat para pembaca dapat memahami dan mengerti denganapa yang ditulisan dan
apa yang diamksud dari tulisan tersebut.
Istilah bahasa Indonesia yang baik telah dikenal oleh masyarakat secara luas
dalam kehidupan sehari-hari. Namun pengenalan istilah tidak menjamin secara
komperhensif konsep dan makna istilah bahasa Indonesia yang baik itu. Hal ini terbukti
bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahwa bahasa Indonesia yang
baik sama dengan bahasa Indonesia yang baku atau bahasa Indonesia yang benar.
Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar”, tampaknya mudah
diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan tersebut diartikan oleh sebagian besar
masyarakat bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa Indonesia yang
baku. Selain itu, masalah lain yang perlu kita soroti adalah sebagian besar orang
terkadang sulit untuk melakukan komunikasi yang interaktif satu sama lain, bukan
berarti karena mereka tidak bisa berbahasa indonesia yang baku dengan lancar. Bahasa
Indonesia yang baku dan bahasa indonesia yang benar belum tentu dapat menjamin
tersampaikannya maksud dan tujuan kepada lawan bicara. Sehingga dibutuhkan
susunan bahasa indonesia yang fleksibel yang artinya dapat dengan mudah
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi.
Dengan gambaran kondisi yang demikian itu, dimana pengetahuan masyarakat
masih kurang tepat dan terbatas berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam makalah ini penulis akan
membahas tentang pengertian bahasa Indonesia yang baik, cara berbahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari, serta manfaat penggunaan bahasa
Indonesia.
Oleh karena itu, penulis akan mencoba menjelaskan segala ketentuan-ketentuan
dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta cara menghargai Bahasa
persatuan Bahasa Indonesia. Dengan mempelajari Hakikat Bahasa, Sejarah Bahasa
Indonesia dan Kedudukan Bahasa Indonesia
5. B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah hakikat bahasa?
2. Bagaimana sejarah Bahasa Indonesia?
3. Apa kedudukan Bahasa Indonesia dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Hakikat Bahasa.
2. Untuk mengetahui Sejarah Bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui kedudukan Bahasa Indonesia dalam kehidupan
berbahasa.
D. MANFAAT
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui Hakikat dari Bahasa.
2. Mahasiswa dapat berbahasa yang baik dan benar.
3. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah Bahasa Indonesia.
4. Mahasiswa dapat mengetahui kedudukan dari Bahasa Indonesia.
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT BAHASA
Hakikat Bahasa adalah inti sari atau dasar kenyataan sebenarnya dari bahasa.
Lalu apa itu hakikat dari bahasa? Untuk mengetahuinya, kita dapat menyisirnya dari
aspek dasar bahasa itu sendiri. Aspek dasar tersebut meliputi tapi tidak terbatas
pada sifat dasar dan ciri yang membuat sesuatu menjadi bahasa.
Berikut akan dipaparkan beberapa hakikat bahasa menurut para ahli. Dimulai
dari pendapat Chaer (dalam Muliastuti, 2014, hlm. 13) yang mengungkapkan bahwa
ciri bahasa (hakikat bahasa) adalah sebagai berikut:
1. Bahasa itu adalah sebuah sistem, yang berarti bahasa memiliki susunan teratur
berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi.
2. Bahasa itu berwujud lambang, kata atau gabungan kata dalam bahasa terdiri
atas lambang-lambang bunyi, contohnya adalah huruf a-z dalam alphabet.
3. Bahasa itu berupa bunyi, namun spesifik terhadap bunyi-bunyi bermakna yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia, bunyi tersebut disebut dengan fon/fonem
(bunyi diluar bersin, batuk, dsb).
4. Bahasa itu bersifat arbitrer, dipilih secara acak tanpa alasan tetapi berdasarkan
kebiasaan (sepatu disebut sepatu, mengapa tidak disebut alas kaki? karena
bahasa itu arbiter; manasuka).
5. Bahasa itu bermakna, kata atau morfem pada dasarnya telah memiliki makna,
namun jika disusun dalam kalimat tidak bermakna maka kalimat tersebut
bukanlah bahasa. Oleh karena itu, segala ucapan yang tidak bermakna bukanlah
bahasa.
6. Bahasa itu bersifat konvensional, bahasa haruslah mematuhi konvensi bahwa
lambang tertentu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Jika tidak
dipatuhi maka akan terjadi hambatan komunikasi yang terjadi karena hambatan
bahasa.
7. Bahasa itu bersifat unik, atau memiliki ciri khas spesifik yang tidak dimiliki
oleh bahasa lain. Contohnya, susunan kata dalam kalimat bahasa Indonesia
sangat menentukan makna, sedangkan dalam bahasa Latin tidak.
8. Bahasa itu bersifat universal, meskipun unik bahasa tetap memiliki ciri sama
yang dimiliki oleh semua bahasa di dunia. Misalnya, setiap bahasa memiliki
kata-kata berkategori nomina, verba, ajektiva, adverbia. Setiap bahasa juga
memiliki unsur konsonan dan vokal.
9. Bahasa itu bersifat produktif, artinya bahasa banyak menghasilkan unsur-
unsur yang tidak terbatas jumlahnya. Contohnya, dari beberapa huruf akan
tercipta banyak kata yang berbeda, dari beberapa kata akan tercipta banyak
kalimat yang berbeda.
7. 10. Bahasa itu bervariasi, suatu bahasa dapat memiliki bermacam idiolek, dialek,
dan ragam yang berbeda (Chaer, 2012). Idiolek adalah variasi bahasa yang
bersifat perorangan, contohnya setiap orang memiliki gaya bicara yang
berbeda. Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok
masyarakat pada suatu tempat tertentu, oleh karena itu, bermunculan variasi
bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Flores, dsb. Sedangkan ragam adalah
variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu. Misalnya, jika berada pada
situasi formal, kita selalu berusaha menggunakan bahasa baku. Sebaliknya, jika
berbicara dalam situasi nonformal kita akan menggunakan ragam bahasa
nonbaku.
11. Bahasa itu bersifat dinamis, perkembangan budaya suatu masyarakat bahasa
akan berakibat pula pada perkembangan bahasanya. Suatu kata dapat meluas
atau menyempit maknanya. Berbagai dialek akan terus bermunculan, dan
kosakata suatu bahasa akan terus bertambah.
12. Bahasa itu bersifat manusiawi, Binatang tidak dapat menyampaikan konsep
baru atau ide baru dengan alat komunikasinya, Mengapa? Karena binatang tidak
dianugerahi akal budi bahasa yang menyamai manusia.
Hakikat bahasa sama halnya dengan menjawab pertanyaan tentang: “Apa sebenarnya
bahasa itu?” Pada dasarnya bahasa merupakan rangkaian bunyi yang melambangkan
pikiran, perasaan serta sikap. Pengertian bahasa jika dijawab melalui tiga sudut
pandang, yakni:
1. Bahasa sebagai istilah
Sebagai istilah, bahasa dapat memiliki pengertian yang bersifat umum-khusus dan
abstrak-konkrit. Secara umum, pengertian bahasa dalam kalimat itu memiliki
pengertian yang luas karena meliputi berbagai macam bahasa (Inggris, Prancis,
Jepang, Indonesia, dan sebagainya). Bahasa dalam arti khusus, hanya merujuk
pada bahasa tertentu. Misalnya, “bila orang mengatakan manusia memiliki
bahasa”, pengertian bahasa dalam kalimat ini memiliki pengertian yang luas karena
memiliki berbagai macam bahasa, contohnya seperti: bahasa Inggris, Prancis,
Jepang, Indonesia, dan sebagainya.
2. Bahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistem berupa lambang bunyi bermakna yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Sebagai sistem lambang bunyi (ujaran) bermakna, antara bahasa
yang satu dengan bahasa lainnya memiliki sistem yang berbeda, tetapi setiap
bahasa sama-sama memiliki dua sistem, yakni sistem bunyi dan sistem makna.
3. Bahasa sebagai alat
Bahasa sebagai alat, bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi baik secara lisan
maupun tulis. Bahasa lisan sangat efektif digunakan sebagai sarana komunikasi
secara langsung antar sesama manusia. Secara tulis, bahasa dapat menjadi alat
perekam berbagai peristiwa. Bahasa tulis juga digunakan sebagai bahasa ilmu.
Sementara itu, menurut Dhanawati, dkk (2017, hlm. 3) untuk mengetahui hakikat
bahasa, kita harus menelusuri tiga aspek dasar bahasa, yakni: isi bahasa, sifat
bahasa, dan ciri bahasa. Penjelasan dari masing-masing aspek tersebut akan
dijelaskan pada pemaparan di bawah ini.
8. I. PENGERTIAN BAHASA
Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi yang dapat digunakan
untuk menyampaikan pikiran, perasaan, atau mengidentifikasi sesuatu satu
sama lain antar penuturnya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat
Kridalaksana (2013, hlm. 24) yang menyatakan bahwa bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Sementara itu, pengertian bahasa menurut KBBI (2016) bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Maka, secara umum pengertian bahasa dapat diartikan sebagai sistem
lambang berupa bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi. Namun
apakah bahasa hanya dapat didefinisikan sesederhana itu saja? Untuk
memastikannya, berikut adalah beberapa pengertian bahasa menurut para
ahli lainnya.
Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli
Berikut adalah beberapa pengertian bahasa menurut para ahli.
1. Poerwadarminta
Menurut Poerwadarminta (2007: 80) bahasa adalah sistem lambang yang
berupa sembarang bunyi (bunyi bahasa) dipakai orang untuk melahirkan
pikiran dan perasaan dalam memperluas pengetahuan.
2. Moeliono
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasi diri (Moeliono (Peny.), 2007: 88.)
3. Abdul Chaer
Bahasa lazim didefinisikan sebagai sebagai sistem lambang bunyi yang
bersifat arbitrer yang digunakan manusia sebagai alat komunikasi atau alat
interaksi sosial (Chaer, 2010, hlm. 14).
4. Mary Finocchiaro
“Language is a system of arbitrary vocal symbols which permit all people
in a given culture or other people who have learned the system of that culture
to communicate or to interact” (Finocchiaro dalam Brown 1980, hlm. 4).
5. Mario Pei
Bahasa adalah sistem komunikasi dengan suara, beroperasi melalui organ
ucapan dan pendengaran, di antara anggota komunitas tertentu, dan
menggunakan simbol vokal yang memiliki makna konvensional yang
arbiter (manasuka). (Pei dalam Brown, 1980, hlm. 4).
6. Jack Richards, John Platt, Heidi Weber (1985, hlm. 153)
Bahasa adalah sistem komunikasi manusia melalui pengaturan suara yang
terstruktur (atau representasi tertulisnya) untuk membentuk satuan (unsur)
yang lebih besar (Richards, Platt, Weber, 1985, hlm. 153).
7. Webster’s New Collegiate Dictionary
Bahasa adalah cara sistematis untuk mengkomunikasikan gagasan atau
perasaan dengan menggunakan tanda, suara, gerak tubuh, atau tanda
konvensional yang memiliki makna yang dipahami (Kamus Webster, 1981,
hlm. 64).
9. II. HAKIKAT KOMUNIKASI
Kamus Webster (1981:225) mengatakan bahwa komunikasi adalah
proses pertukaran informasi antarindividu melalui sistem simbol, tanda, atau
tingkah laku yang umum. Kalau kita simak pernyataan di atas, maka kita
dapatkan tiga komponen yang harus ada Pembelajaran Bahasa Indonesia
137 dalam setiap proses komunikasi, yaitu (1) pihak yang berkomunikasi
disebut partisipan; (2) informasi yang dikomunikasikan; (3) alat yang
digunakan dalam komunikasi itu. Pihak yang terlibat dalam suatu proses
komunikasi tentunya ada dua orang atau lebih, yaitu pertama yang mengirim
informasi, dan yang kedua yang menerima informasi. Informasi yang
disampaikan tentunya berupa suatu ide, gagasan, keterangan, atau pesan.
Sedangkan alat yang digunakan dapat berupa simbol/lambang seperti
bahasa berupa tanda-tanda lalu lintas, gambar, atau petunjuk, dan gerak-
gerik anggota badan.
III. KOMUNIKASI BAHASA
Ada dua macam komunikasi bahasa yaitu komunikasi searah dan
komunikasi dua arah. Dalam komunikasi searah, hanya ada pembicara dan
pendengar. Hal ini terjadi dalam komunikasi yang bersifat memberitahukan,
khutbah di mesjid, ceramah yang tidak diikuti tanya jawab, dan sebagainya.
Dalam komunikasi dua arah, secara bergantian pembicara dapat menjadi
pendengar dan pendengar dapat berubah menjadi pembicara. Komunikasi
dua arah dapat terjadi dalam rapat, diskusi, prundingan, dan sebagainya.
Sebagai alat komunikasi, bahasa terdiri atas dua aspek, yaitu aspek
linguistik dan aspek nonlinguistik atau paralinguistik. Kedua aspek ini
saling bekerja sama dalam membangun komunikasi bahasa. Aspek
linguistik meliputi tataran bunyi kata, bentuk kata, dan kalimat. Sedangkan
aspek paralingustik meliputi
(1) kualitas ujaran seperti suara tinggi, terputus-putus, dan sebagainya;
(2) unsur suprasegmental, yaitu tekanan (stres), nada (pitch), dan intonasi;
(3) jarak dan gerak-gerik tubuh, seperti gerakan tangan, anggukan kepala,
dan sebagainya;
(4) rabaan, yaitu yang berkenaan dengan indera peraba (pada kulit).
Aspek linguistik dan paralinguistik tersebut berfungsi sebagai alat
komunikasi, bersama-sama denga konteks situasi membangun situasi
tertentu dalam proses komunikasi.
Dalam komunikasi yang menggunakan bahasa, ada beberapa faktor
yang turut menentukan. Faktor ini dikemukakan oleh Jakobson yang dikutip
Hymes (1980: 22-23) yaitu:
a. pembicara,
b. pendengar,
c. alat,
10. d. faktor lain yang muncul bersama-sama pembicara,
e. setting termasuk kesediaan menerima,
f. pesan,
g. topik dan penjelasan pembicaraan,
h. peristiwa itu sendiri.
Adapun penentu perbuatan komunikatif bergantung kepada:
a. apa yang ingin disampaikan,
b. suasana hati pembicara,
c. situasi lingkungan,
d. keadaan pendengar (sehat atau sakit),
e. tingkat sosial pendengar,
f. umur pendengar, dan
g. urgensi apa yang disampaikan.
Dewasa ini orang berusaha agar pesan yang disampaikan dapat diterima
pendengar dengan mudah. Oleh sebab itu, pembicara sering memanfaatkan
alat bantu bicara motoris, juga dengan alat visuall (gambar, slide, film,
skema, dan denah), alat pendengar dan pengeras suara.
Harapan kita berkomunikasi kadang-kadang tidak tercapai. Hal ini dapat
disebabkan oleh:
a. daya serap verbal pihak pendengar,
b. pemilihan kata dan kalimat yang dipergunakan oleh pembicara,
c. lingkungan saat berlangsungnya komunikasi, misalnya kebisingan,
dan
d. keadaan pendengar, misalnya alat dengar yang tidak normal.
Untuk itu apabila kita berkomunikasi hendaklah kita perhatikan : siapa
yang diajak berbicara, bagaimana suasana hati pendengar, bagaimana
lingkungan ketika kita berbicara, pemilihan kata yang tepat dan diketahui
pendengar, pengucapan yang jelas, dan kalimat yang tidak terlalu Panjang.
IV. TAHAPAN PEROLEHAN BAHASA
Cooing atau berbunyi
Tahapan ini dilakukan oleh bayi di seluruh dunia, tidak terpengaruh
pada jenis bahasa yang ada disekitarnya. Bayi yangtuna rungu pun
melakukannya. Biasanya terdiri atas bebunyian dari huruf hidup.
Babbling atau bergumam
Tahapan ini menunjukkan kecenderungan bayi untuk mengeluarkan
berbagai jenis fonem yang digabung antara huruf hidup dan
konsonan. Pada tahap ini suara babbling terdengar sama pada bayi
berbahasa apapun.
Ujaran satu kata
11. Tahapan ini menunjukkan kecenderungan bayi untuk mengeluarkan
fonem yang berguna pada bahasanya, baik huruf hidup maupun
konsonan. Bayi Jepang tidak akan mengeluarkan fonem /la/. Pada
saat ini bayi mulai mengeluarkan satu kata.
Ujaran dua kata dan penuturan telegrafik
Tahapan ini berlangsung pada usia 1,5 - 2,5 tahun, dimana bayi dan
balita mulaimenggabungkan dua atau tiga buah kata. Pada saat ini
anak mulai belajar memahami sintaks.
Struktur dasar kalimat dewasa
Tahapan ini mulai muncul pada usia 4 tahun. Ditunjang oleh
pertambahan perolehan kosa kata yang meningkat secara
eksponensia
V. UNSUR DASAR BAHASA
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh
dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi.
Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi (fonem),
tata bentuk (morfem) dan tata kalimat (sintaks), semantic, dan diskurs. Agar
komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan
pengirim bahasa harus menguasai bahasanya.
• Fonem
yaitu unsur terkecil dari bunyi ucapan yang bisa digunakan untuk
membedakan arti dari satu kata. Contohnya kata ular dan ulas memiliki arti
yang berbeda karena perbedaan pada fonem /er/ dan /es/. Setiap bahasa
memiliki jumlah dan jenis fonem yang berbeda-beda. Misalnya bahasa
Jepang tidak mengenal fonem /la/ sehingga
perkataan yang menggunakan fonem /la/ diganti dengan fonem /ra/.
• Morfem
yaitu unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan
suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan.
Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata
duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan
perubahan arti pada kata duga.
• Sintaks
yaitu penggabungan kata menjadi kalimat berdasarkan aturan sistematis
yang berlaku pada bahasa tertentu. Dalam bahasa Indonesia terdapat aturan
SPO atau subjek-predikat-objek. Aturan ini berbeda pada bahasa yang
berbeda, misalnya pada bahasa Belanda dan Jerman aturan pembuatan
kalimat adalah kata kerja selalu menjadi kata kedua dalam setiap kalimat.
Hal ini berbeda dengan bahasa Inggris yang memperbolehkan kata kerja
diletakan bukan pada urutan kedua dalam suatu kalimat.
• Semantik
mempelajari arti dan makna dari suatu bahasa yang dibentuk dalam suatu
kalimat.
12. • Diskurs
mengkaji bahasa pada tahap percakapan, paragraf, bab, cerita atau literatur.
VI. ISI BAHASA
Bahasa sebagai instrumen komunikasi antarmanusia memiliki
beragam isi yang terkandung di dalamnya meliputi:
1. Informasi fonologi, bahasa mengandung informasi yang
bersifat fonologi, yakni bunyi-bunyi yang tersistem dan taat
makna.
2. Informasi sintaktik, yang berarti bahasa mengandung
informasi dalam wujud kalimat. Dalam kehidupan sehari-hari,
kalimat selalu diproduksi oleh alat ucap manusia untuk dapat
berkomunikasi.
3. Informasi leksikal, berisi informasi yang terdapat dalam setiap
kata, kosakata atau leksem.
4. Pengetahuan konseptual, bahasa berisi pengetahuan
mengenai konsep-konsep tertentu.
5. Bahasa memiliki sistem yang digunakan untuk mengevaluasi
apa yang didengar (Dhanawati, dkk, 2017, hlm. 3).
VII. SIFAT BAHASA
Bahasa merupakan simbol (huruf abjad) atau bunyi (ujaran) yang bebas
dipergunakan oleh seluruh masyarakat untuk bekerja sama atau
berkomunikasi. Terdapat lima sifat pada bahasa yang berwujud ujaran.
Kelima sifat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bahasa merupakan seperangkat bunyi. Bahasa adalah seperangkat bunyi
bersistem yang dikeluarkan oleh alat ucap manusia. Melalui sistem
tersebut, bahasa dapat digunakan dan dipahami oleh sesama manusia.
2. Hubungan antara bunyi dan referennya (benda) bersifat arbitrer
(manasuka). Artinya, tidak ada hubungan antara referen dan bunyi yang
digunakan. Contoh buktinya adalah referen berupa kata “meja” berbeda
bunyinya antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Referen meja
disebut “meja” dalam bahasa Indonesia tetapi disebut “table” dalam
bahasa Inggris.
3. Bahasa itu bersistem. Setiap bahasa di dunia memiliki sistemnya sendiri.
Misalnya, sistem bahasa Indonesia membentuk sebuah kata melalui
proses morfologis berupa afiks (menambahkan imbuhan), sedangkan
dalam bahasa lain belum tentu terdapat sistem tersebut.
4. Bahasa merupakan seperangkat lambang. Konstruksi yang membangun
sebuah bahasa adalah lambang-lambang bunyi, seperti: a, b, c, d ~ z.
Lambang-lambang bunyi tersebut diatur oleh sistem bahasa dan
membangun konstruksi kata, seperti: pohon, kursi, dan gunung.
Lambang-lambang tersebut hanya akan dimengerti maknanya apabila
mengikuti aturan bahasa yang dipahami penutur.
13. 5. Bahasa bersifat sempurna atau tuntas. Maksudnya, komunikasi
menggunakan bahasa akan dilengkapi dengan gerak tubuh pada
penggunaan bahasa lisan, seperti gerakkan tangan melambai ketika
mengatakan sampai jumpa. Selain itu, ekspresi wajah juga dapat
berganti jika bahasa yang dikomunikasikan memiliki situasi tertentu
seperti sedih atau senang. Ketika digunakan dalam bentuk tulisan,
bahasa akan memiliki berbagai tanda untuk mengungkapkan jeda,
perasaan, dan sebagainya. Misalnya, sebuah kalimat yang menyatakan
keterkejutan akan menggunakan tanda seru (!), ketika ingin menanyakan
sesuatu, akan digunakan tanda tanya (?) Archibal A. Hill (1958:3-9),
Pateda (1990:7).
VIII. FUNGSI BAHASA
Secara umum sudah jelas bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat
komunikasi. Bahasa sebagai wahana komunikasi bagi manusia, baik
komunikasi lisan maupun tulis. Fungsi ini adalah dasar bahasa yang belum
dikaitkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Dalam kehidupan sehari-hari,
bahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan hidup masyarakat, yang di
dalamnya sebenarnya terdapat status dan niali-nilai sosial. Bahasa selalu
mengikuti dan mewarnai kehidupan manusia sehari-hari, baik manusia
sebagai anggota suku maupun bangsa.
Terkait hal itu, Santoso, dkk. (2004) berpendapat bahwa bahasa sebagai
alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut:
2. Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-
balik antaranggota keluarga ataupun anggota-anggota
masyarakat.
3. Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap,
gagasan, emosi atau tekanan-tekanan perasaan pembaca. Bahasa
sebagai alat mengekspresikan diri ini dapat menjadi media untuk
menyatakan eksistensi (keberadaan) diri, membebaskan diri dari
tekanan emosi dan untuk menarik perhatian orang.
4. Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan
membaurkan diri dengan anggota masyarakat, melalui bahasa
seorang anggota masyarakat sedikit demi sedikit belajar adat
istiadat, kebudayaan, pola hidup, perilaku, dan etika
masyarakatnya. Mereka menyesuaikan diri dengan semua
ketentuan yang berlaku dalam masyarakat melalui bahasa.
5. Fungsi kontrol sosial, bahasa berfungsi untuk mempengaruhi
sikap dan pendapat orang lain. Bila fungsi ini berlaku dengan
baik, maka semua kegiatan sosial akan berlangsung dengan baik
pula. Dengan bahasa seseorang dapat mengembangkan
kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih
berkualitas.
14. Fungsi bahasa menurut Hallyday (1992) sebagai alat komunikasi untuk
berbagai keperluan sebagai berikut:
1. Fungsi instrumental, yakni bahasa digunakan untuk memperoleh
sesuatu. Bahasa berfungsi menghasilkan kondisi-kondisi tertentu dan
menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu. Kalimat-kalimat
berikut ini mengandung fungsi instrumental dan merupakan tindakan-
tindakan komunikatif yang menghasilkan kondisi-kondisi tertentu.
Contoh:
1. Cepat, pergi!
2. Sampaikan salam hormat saya kepada Beliau!
3. Silakan Anda berangkat sekarang!
2. Fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk mengendalikan
perilaku orang lain.
Contoh:
1. Kalau Anda tekun belajar maka Anda akan lulus dengan baik.
2. Kalau kamu mencuri maka kamu pasti dihukum.
3. Sekali berbohong maka kamu akan ditinggalkan kawan-
kawanmu.
3. Fungsi intraksional, yaitu bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan
orang lain.
Contoh:
1. Penyapa hendaknya menyapa dengan sapaan yang tepat dan
hormat.
2. Penutur sangat perlu mempertimbangkan siapa mitra tutumya
dan bagaimana adat-istiadat serta budaya lokal yang berlaku
pada suatu daerah tertentu.
4. Fungsi personal, yaitu bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi
dengan orang lain. Dari bahasa yang dipakai oleh seseorang maka akan
diketahui apakah dia sedang marah, jengkel, sedih, gembira, dan
sebagainya.
5. Fungsi heuristik, yaitu bahasa dapat digunakan untuk belajar dan
menemukan sesuatu.
Contoh:
1. Mengapa di dunia ini ada matahari?
2. Mengapa matahari bersinar?
3. Mengapa jika matahari tenggelam hari menjadi gelap?
6. Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan
dunia imajinasi. Fungsi ini biasanya untuk mengisahkan cerita·cerita,
dongeng-dongeng, membacakan lelucon, atau menuliskan cerpen,
novel, dan sebagainya.
7. Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan
informasi.
Contoh:
1. Gula manis.
2. Bulan bersinar.
3. Jalan ke Tawangmangu naik turun dan berkelok-kelok.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai fungsi khusus yang
sesuai dengan kepentingan bangsa Indonesia. Fungsi itu adalah sebagai:
15. 1. Bahasa resmi kenegaraan. Fungsi ini bahasa Indonesia
dipergunakan dalam administrasi kenegaraan, upacara atau
peristiwa kenegaraan, komunikasi timbal balik antara pemerintah
dengan masyarakat.
2. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Sebagai bahasa
pengantar, Bahasa Indonesia digunakan di lembaga-lembaga
pendidikan, baik formal maupun nonformal, dari tingkat taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
3. Sebagai alat pemersatu berbagai suku di Indonesia. Indonesia
terdiri dari berbagai macam suku yang masing-masing memiliki
bahasa dan dialeknya sendiri. Maka dalam mengintegrasikan semua
suku tersebut, bahasa Indonesia memainkan peranan yang sangat
penting.
4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan
kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional
sedemikian rupa sehingga ia memiliki identitasnya sendiri, yang
membedakannya dengan bahasa daerah. Pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam bentuk penyajian
pelajaran, penulisan buku atau penerjemahan , dilakukan dalam
bahasa Indonesia.
5. Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah. Dalam
hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya
dipakai sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah
dengan masyarakat luas atau antar suku, tetapi juga sebagai alat
berhubungan di dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya dan
bahasanya sama.
IX. RAGAM BAHASA
Pengertian kata ragam secara umum dalam bahasa Indonesia adalah
tingkah, jenis, langgam, corak dan laras. Ragam bahasa diartikan sebagai
variasi bahasa menurut pemakaian yang dibedakan menurut topik
pembicaraan, sikap penutur, dan media atau sarana yang digunakan.
Pengertian ragam bahasa ini memperhatikan situasi yang dihadapi, masalah
yang hendak disampaikan, latar belakang pendengar dan pembaca yang
dituju, dan media atau sarana yang hendak digunakan.
Macam-macam dan jenis-jenis ragam:
1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum,
bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb.
2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa
mantan presiden Soeharto, gaya bahasa Benyamin S, dan lain
sebagainya.
3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu
wilayah atau dialek seperti dialek bahasa madura, dialek bahasa
medan, dialek bahasa sunda, dialek bahasa bali, dialek bahasa
jawa, dan lain sebagainya.
16. 4. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu
golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda
dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.
5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan
bahasa tulisan.
6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal
(baku) dan informal (tidak baku).
Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh
dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang
dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam
berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta
menghormati lawan bicara / target komunikasi. Bahasa isyarat atau gesture
atau bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi melalui gerakan-
gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen oleh
penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri.
B. SEJARAH BAHASA
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para
pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan
berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para
pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa
bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928
itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada
tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan
sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang
Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal
36).
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain,
menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia
tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah
dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan
Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang
menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun
683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur
berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M
(Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa
Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah
(Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan
prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.
17. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan,
yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa
perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai
bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para
pedagang yang datang dari luar Nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di
Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-
louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919),
Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice,
1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah
bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari
peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu
nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-
16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu,
Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan
menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh
masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku,
antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal
tingkat tutur.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin
berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di
daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya
daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa
Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun
dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi
antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para
pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar
mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia
dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah
sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah
mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional
sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan
masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.
18. C. KEDUDUKAN BAHASA
Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nsional, bahasa Indonesia di antaranya berfungsi
mempererat hubungan antarsuku di Indonesia. Fungsi ini, sebelumnya, sudah ditegaskan di
dalam butir ketiga ikrar Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Kata ‘menjunjung’ dalam KBBI antara lain
berarti ‘memuliakan’, ‘menghargai’, dan ‘menaati’ (nasihat, perintah, dan sebaginya.). Ikrar
ketiga dalam Supah Pemuda tersebut menegaskan bahwa para pemuda bertekad untuk
memuliakan bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Pernyataan itu tidak saja merupakan
pengakuan “berbahasa satu”, tetapi merupakan pernyatakan tekad kebahasaan yang
menyatakan bahwa kita, bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa
Indonesia (Halim dalam Arifin dan Tasai, 1995: 5). Ini berarti pula bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional yang kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa
daerah. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dikukuhkan sehari setelah
kemerdekaanRI dikumandangkan atauseiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar
1945. Bab XV Pasal 36 dalam UUD 1945 menegaskan bahwa bahasa negara ialah bahasa
Indonesia. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa dalam
penyelenggaraan administrasi negara, seperti bahasa dalam penyeelenggaraan pendidikan dan
sebagainya.
Kedudukan Bahasa Indonesia diidentifikasikan menjadi bahasa persatuan, bahasa
nasional, bahasa negara, dan bahasa standar. Keempat posisi bahasa Indonesia itu
mempunyai fungsi masing-masing seperti berikut:
1. Bahasa Persatuan
Bahasa persatuan adalah pemersatu suku bangsa, yaitu
pemersatu suku, agama, rasa dan antar golongan (SARA) bagi suku
bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Fungsi pemersatu ini
(heterogenitas/kebhinekaan) sudah dicanangkan dalam Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928.
2. Bahasa Nasional
Bahasa Nasional adalah fungsi jati diri Bangsa Indonesia bila
berkomunikasi pada dunia luar Indonesia. Fungsi bahasa nasional ini
dirinci atas bagian berikut:
1. Lambang kebanggaan kebangsaan Indonesia
2. Identitas nasional dimata internasional
3. Sarana hubungan antarwarga, antardaerah, dan antar budaya, dan
4. Pemersatu lapisan masyarakat: sosial, budaya, suku bangsa, dan
bahasa.
3. Bahasa negara
Bahasa negara adalah bahasa yang digunakan dalam
administrasi negara untuk berbagai aktivitas dengan rincian berikut:
1. Fungsi bahasa sebagai administrasi kenegaraan,
2. Fungsi bahasa sebagai pengantar resmi belajar di sekolah dan
perguruan tinggi,
19. 3. Fungsi bahasa sebagai perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan bagai negara Indonesi sebagai negara
berkembang
4. Fungsi bahsa sebagai bahasa resmi berkebudayaan dan ilmu
teknologi (ILTEK)
4. Bahasa Baku
Bahasa baku (bahasa standar) merupakan bahasa yang
digunakan dalam pertemuan sangat resmi. Fungsi bahasa baku itu
berfungsi sebagai berikut:
1. Pemersatu sosial, budaya, dan bahasa,
2. Penanda kepribadian bersuara dan berkomunikasi,
3. Penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual,
4. Penanda acuan ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah.
Keempat posisi atau kedudukan bahasa Indonesia itu mempunyai
fungsi keterkaitan antar unsur. Posisi dan fungsi tersebut merupakan
kekuatan bangsa Indonesia dan merupakan jati diri Bangsa Indonesia yang
kokoh dan mandiri.
Dengan keempat posisi itu, bahasa Indonesia sangat dikenal di mata
dunia, khususnya tingkat regional ASEAN, dengan mengedepankan posisi
dan fungsi bahaasa Indonesia, eksistensi bahasa Indonesia diperkuat
dengan latar belakang sejarah yang runtut dan argumentatif.
20. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahasa Indonesia adalah Bahasa nasional Bangsa Indonesia. Sebagai bahasa
nasional, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pemersatu berbagai Bahasa
daerah di Indonesia. Bahasa Indonesia sangat diperlukan dalam berkomunikasi.
Bahasa tidak hanya digunakan dalam komunikasi secara lisan, tetapi juga dalam
komunikasi secara tertulis. Hakikat Bahasa adalah inti sari atau dasar kenyataan
sebenarnya dari bahasa. Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi yang
dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, perasaan, atau mengidentifikasi
sesuatu satu sama lain antar penuturnya. Ada dua macam komunikasi bahasa yaitu
komunikasi searah dan komunikasi dua arah. Secara umum sudah jelas bahwa
fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai wahana komunikasi
bagi manusia, baik komunikasi lisan maupun tulis. Fungsi ini adalah dasar bahasa
yang belum dikaitkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Pengertian kata ragam
secara umum dalam bahasa Indonesia adalah tingkah, jenis, langgam, corak dan
laras. Ragam bahasa diartikan sebagai variasi bahasa menurut pemakaian yang
dibedakan menurut topik pembicaraan, sikap penutur, dan media atau sarana yang
digunakan.
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para
pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan
berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar
para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Kedudukan Bahasa Indonesia diidentifikasikan menjadi bahasa persatuan,
bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa standar
B. SARAN
Sebagai mahasiswa kita harus mengenal Bahasa terutama
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa persatuan kita sehingga kita dapat
berbahasa yang baik dan benar.
21. DAFTAR PUSTAKA
Thabroni, Gamal. 2020. “Hakikat dan Pengertian Bahasa: Isi, Sifat Dasar dan Ciri
Khusus”. https://serupa.id/hakikat-dan-pengertian-bahasa-isi-sifat-dasar-ciri-khusus/
Triyana. 2015. “Hakikat Bahasa”.
http://blog.unnes.ac.id/triyanafaca/2015/11/19/hakikat-bahasa/
Cahyani, Isah. 2012. “MODUL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA”.
https://www.academia.edu/40681654/ISAH_CAHYANI_MODUL_PEMBELAJARAN_
BAHASA_INDONESIA_KEMENTERIAN_AGAMA_REPUBLIK_INDONESIA
Roisah. 2015. “FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA”.
http://roisah.weebly.com/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-indonesia.html