SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  6
UJIAN AKHIR SEMESTER
PEREKONOMIAN INDONESIA
ECON 13001
Selasa, 28 Desember 2010
2 ½ jam
Tutupbuku

Soal Wajib (Bobot: 20%)
1. Dari data APBN di bawah ini dan dari kuliah di kelas, jawablah pertanyaan berikut:
a. Bagaimana pendapat anda tentang nilai pendapatan, belanja dan keseimbangan primer dari
APBN 2009 dan 2010? Faktor-faktor apa yang mempengaruhinya?
b. Menurut anda, apakah pemerintah kita telah melaksanakan disiplin fiskal? Jika ya, sejak
kapan, dan apa ukuran2nya?
c. Bagaimana kondisi fiscal space dalam APBN kita dan bagaimana menurut anda strategi yang
seharusnya dilakukan pemerintah untuk membangun kebutuhan infrastruktur kita?

Jawaban:
a.

(Bobot: 5%)
Pendapatan negara belum meningkat dikarenakan masih adanya pengaruh krisis global yang
terjadi mulai akhir tahun 2008. Terlihat bahwa pemerintah memasang target yang moderat
cenderung pesimis untuk kenaikan proyeksi penerimaan dari pajak. Faktor utama yang
berpengaruh adalah asumsi pertumbuhan yang masih cukup rendah akibat krisis global, tingkat
pengangguran dan kemiskinan yang masih cukup tinggi, dan pembukaan lapangan kerja yang
masih rendah.
Untuk belanja negara, pemerintah menurunkan defisit fiskal karena dampak krisis global sudah
tidak sebesar tahun 2009, dan karena pada tahun 2009 Indonesia dapat menghadapi krisis
dengan hasil optimis dibandingkan perkiraan. Komposisi belanja fiskal tidak berubah banyak,
disamping karena sempitnya fiscal space yang dimiliki, banyaknya program yang harus
diakomodasi (termasuk transfer ke daerah), juga karena pemerintah cenderung bermain
aman/konservatif dalam program belanja negara.
Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja, namun tidak termasuk
pembayaran bunga. Keseimbangan primer membaik terutama karena program stimulus untuk
mengatasi dampak krisis sudah berkurang banyak. Pemerintah mengurangi beban subsidi dan
Dana Otsus/Penyesuaian.
b.

(Bobot: 10%)
Disiplin fiskal adalah kemampuan pemerintah mengelola pendapatan, belanja, dan utang
negara untuk mencapai tujuan fiskal negara. Ukuran-ukuran tujuan fiskal adalah 1) prioritas
belanja untuk memenuhi kebutuhan rutin dan pembangunan, 2) manajemen pendapatan yang
stabil dan tidak mengganggu ekonomi, 3) manajemen utang yang berkelanjutan, 4)
terbuka/transparan, dan 5) ukuran pemerintah yang efisien untuk fungsi alokasi, redistribusi,
dan stabilisasi.
Sebelum tahun 2000, APBN kita memakai format anggaran berimbang yang menyembunyikan
jumlah outstandingdebt/utang. Ketika terjadi krisis Asia 1998, Indonesia terpaksa berutang dan
karena nilai tukar Rupiah jatuh drastis maka jumlah utang masa lalu pun membengkak.
Akibat krisis tersebut utang RI mencapai 85% dari PDB, suatu jumlah yang membahayakan
keberlangsungan fiskal (fiscal sustainability). Sejak itu dengan melakukan manajemen
pengelolaan pendapatan, belanja, dan utang, RI berhasil menurunkan jumlah rasio utang
terhadap PDB sampai sekitar 30% (2010) yang merupakan kondisi aman. Ukuran lainnya adalah
keseimbangan primer yang positif (kecuali 2009) yang menunjukkan pengelolaan fiskal yang
disiplin.
Dilihat dari ukuran pemerintah yang efisien, hal ini bisa diperdebatkan mengingat banyaknya
jumlah PNS dan banyaknya fungsi yang masih belum terlaksana dengan baik. Ukuran
pemerintah secara agregat mungkin cukup tetapi distribusi dan efektivitas fungsi dan pekerjaan
belum dapat dikatakan berhasil. Kita bisa mengacu pada terhambatnya beberapa program dan
pelayanan publik karena hambatan birokrasi.

c.

(Bobot: 5%)
APBN kita memiliki fiscal space yang sangat sempit karena dominannya belanja wajib
seperti belanja pegawai, cicilan utang, subsidi dan belanja sosial. Hal ini membuat
pemerintah sulit melaksanakan belanja pembangunan/investasi. Padahal kebutuhan
infrastruktur selain memerlukan investasi baru juga memerlukan penggantian karena
adanya umur amortisasi (replacement). Infrastruktur merupakan salah satu syarat dasar
pembangunan, sehingga kekurangan infrastruktur akan menyebabkan terhambatnya
pembangunan. Saat ini kondisi infrastruktur RI sudah dalam kondisi yang
memprihatinkan, kekurangan di berbagai macam bidang: listrik, energi, jalan, bandara,
transportasi air, dsb. Untuk membangunnya dari uang APBN adalah tidak mungkin,
karena itu pemerintah seharusnya mencari skema lain semisal PPP (Public Private
Partnership). Sayangnya meskipun upaya promosi cukup gencar (Infrastructure Summit)
tetapi tidak dibarengi dengan dukungan nyata melalui regulasi yang memadai/sesuai
sehingga sampai saat ini sebagian besar masih tersendat.
Soal Pilihan (Bobot: 20%)
2. Dari data APBN, transfer, dankemiskinan yang terlampir, jawablah pertanyaan berikut:
a. Bagaimanaanalisisandamengenaibesaran transfer kedaerah. Gunakan kata kunci: keadilan,
prisnisp desentralisasi, pembagian tugas.
b. Bagaimana penilaian anda mengenai pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia?
Jawaban:
a. (Bobot: 10%)
Transfer ke daerah secara nominal naik terus karena mayoritas transfer adalah DAU yang dikunci
pada 26% Penerimaan Domestik Net. Selain itu DAK tidak mengalami perubahan yang berarti dan
sistemnya tidak berhasil karena terlalu banyak sektor dan daerah yang diberikan dengan dana
yang terbatas. Dana Otsus dan penyesuaian lebih bersifat politis dan efektivitas penggunaannya
dipertanyakan.
Secara nominal, dana yang ditransfer ke daerah sudah cukup besar. Dalam pembagian tugas
pusat-daerah, meskipun pusat “hanya” memiliki kewajiban untuk 6 urusan utama dan sisanya
dilimpahkan ke daerah, tetapi sifat dan cakupan kewajiban pusat tersebut membutuhkan
pembiayaan yang besar, seperti pertahanan, hubungan luar negeri, dan sebagainya.
Kalau kita lihat bahwa dana menganggur milik daerah juga cukup tinggi sedangkan APBN masih
defisit dan memerlukan utang untuk pembiayaan, maka terlihat bahwa pelimpahan tugas ke
daerah tidak berlangsung mulus dan efektif. Pembangunan di daerah masih tersendat dan belum
ada mekanisme untuk secara efektif mengawasi belanja daerah. Padahal sesuai fungsi finance
follows function, seharusnya daerah wajib melaksanakan urusan daerah tersebut. Hal ini juga
berkaitan dengan kemampuan kapasitas SDM Pemerintah daerah untuk melaksanakan
pembangunan di daerah.
b. (Bobot: 10%)
Desentralisasifiskal yang dilaksanakansejak 2001 padaawalnyadilakukansecaratergesagesadanmasif.Seiring berjalannya waktu, Indonesia belajar dari kekurangan/kesalahan dan
melakukan perbaikan di sana-sini.
Sekarang banyak contoh sukses maupun gagal dari daerah yang melaksanakan otonominya. Hal
ini juga dipengaruhi oleh keberagaman daerah di Indonesia, dari daerah kaya sampai miskin,
daerah yang geografisnya menguntungkan sampai yang tantangannya sangat sulit, dsb. Jadi wajar
ada kegagalan dan ada keberhasilan.
Desentralisasi sudah merupakan komitmen negara, dan sesudah berjalan hampir 10 tahun, tidak
ada pilihan untuk membatalkannya. Terlalu tinggi biayanya baik secara politis maupun sistem
fiskal. Tentunya pilihan yang ada hanyalah memperbaiki sistem desentralisasi ini.

Contenu connexe

Tendances

Perekonomian indonesia
Perekonomian indonesiaPerekonomian indonesia
Perekonomian indonesiaRere Mimi
 
Materi Bab Pelaku Kegiatan Ekonomi
Materi Bab Pelaku Kegiatan EkonomiMateri Bab Pelaku Kegiatan Ekonomi
Materi Bab Pelaku Kegiatan EkonomiOkky Cotrexjelly
 
106786342 bahan-makro-11-kebijakan-fiskal-moneter
106786342 bahan-makro-11-kebijakan-fiskal-moneter106786342 bahan-makro-11-kebijakan-fiskal-moneter
106786342 bahan-makro-11-kebijakan-fiskal-moneterArief Wibowo
 
Sejarah Krisis Moneter di Indonesia
Sejarah Krisis Moneter di IndonesiaSejarah Krisis Moneter di Indonesia
Sejarah Krisis Moneter di IndonesiaAfrizna Kurnia Putri
 
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah Magdalena Palma Renia
 
Sejarah perekonomian indonesia
Sejarah perekonomian indonesiaSejarah perekonomian indonesia
Sejarah perekonomian indonesiaEris Hariyanto
 
Konsumsi dan Pengeluaran Konsumen
Konsumsi dan Pengeluaran KonsumenKonsumsi dan Pengeluaran Konsumen
Konsumsi dan Pengeluaran KonsumenTrisnadi Wijaya
 
(12) NERACA PEMBAYARAN
(12) NERACA PEMBAYARAN(12) NERACA PEMBAYARAN
(12) NERACA PEMBAYARANBakhrul Ulum
 
Kelompok 2 pertumbuhan ekonomi (presentasi)
Kelompok 2   pertumbuhan ekonomi (presentasi)Kelompok 2   pertumbuhan ekonomi (presentasi)
Kelompok 2 pertumbuhan ekonomi (presentasi)Julio Abram
 
Pertemuan 7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Pertemuan 7   kemiskinan dan kesenjangan pendapatanPertemuan 7   kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Pertemuan 7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatanmariatul qibtiyah
 
PPh Pasal 21 + soal
PPh Pasal 21 + soalPPh Pasal 21 + soal
PPh Pasal 21 + soalYABES HULU
 
PPT peran pelaku ekonomi
PPT peran pelaku ekonomiPPT peran pelaku ekonomi
PPT peran pelaku ekonomiRizka Lubis
 

Tendances (20)

Perekonomian indonesia
Perekonomian indonesiaPerekonomian indonesia
Perekonomian indonesia
 
\penerimaan pemerintah 2
\penerimaan pemerintah 2\penerimaan pemerintah 2
\penerimaan pemerintah 2
 
Materi Bab Pelaku Kegiatan Ekonomi
Materi Bab Pelaku Kegiatan EkonomiMateri Bab Pelaku Kegiatan Ekonomi
Materi Bab Pelaku Kegiatan Ekonomi
 
Bab 8 multiplier
Bab 8   multiplierBab 8   multiplier
Bab 8 multiplier
 
106786342 bahan-makro-11-kebijakan-fiskal-moneter
106786342 bahan-makro-11-kebijakan-fiskal-moneter106786342 bahan-makro-11-kebijakan-fiskal-moneter
106786342 bahan-makro-11-kebijakan-fiskal-moneter
 
Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)
Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)
Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)
 
Sejarah Krisis Moneter di Indonesia
Sejarah Krisis Moneter di IndonesiaSejarah Krisis Moneter di Indonesia
Sejarah Krisis Moneter di Indonesia
 
Transisi Demografi
Transisi DemografiTransisi Demografi
Transisi Demografi
 
Keseimbangan ekonomi tiga sektor
Keseimbangan ekonomi tiga sektorKeseimbangan ekonomi tiga sektor
Keseimbangan ekonomi tiga sektor
 
Pph 22
Pph 22Pph 22
Pph 22
 
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
 
Sejarah perekonomian indonesia
Sejarah perekonomian indonesiaSejarah perekonomian indonesia
Sejarah perekonomian indonesia
 
Konsumsi dan Pengeluaran Konsumen
Konsumsi dan Pengeluaran KonsumenKonsumsi dan Pengeluaran Konsumen
Konsumsi dan Pengeluaran Konsumen
 
(12) NERACA PEMBAYARAN
(12) NERACA PEMBAYARAN(12) NERACA PEMBAYARAN
(12) NERACA PEMBAYARAN
 
Kelompok 2 pertumbuhan ekonomi (presentasi)
Kelompok 2   pertumbuhan ekonomi (presentasi)Kelompok 2   pertumbuhan ekonomi (presentasi)
Kelompok 2 pertumbuhan ekonomi (presentasi)
 
K5 model fungsional
K5 model fungsionalK5 model fungsional
K5 model fungsional
 
Pertemuan 7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Pertemuan 7   kemiskinan dan kesenjangan pendapatanPertemuan 7   kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Pertemuan 7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
PPh Pasal 21 + soal
PPh Pasal 21 + soalPPh Pasal 21 + soal
PPh Pasal 21 + soal
 
PPT peran pelaku ekonomi
PPT peran pelaku ekonomiPPT peran pelaku ekonomi
PPT peran pelaku ekonomi
 
Chap02 en-id
Chap02 en-idChap02 en-id
Chap02 en-id
 

Similaire à Latihan soal uas fiskal

Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnTransparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnwandranatuna
 
Keefektifan kebijakan pemerintah dalam menekan anggaran defisit
Keefektifan kebijakan pemerintah dalam menekan anggaran defisitKeefektifan kebijakan pemerintah dalam menekan anggaran defisit
Keefektifan kebijakan pemerintah dalam menekan anggaran defisitCahya Andriawan
 
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanik
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanikMengkritisi postur rapbn 2009 umi hanik
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanikUmi Hanik
 
Crowiding out
Crowiding outCrowiding out
Crowiding outri_yanti
 
Analisis efektivitas dan efisiensi pada program dana desa sebagai fungsi dist...
Analisis efektivitas dan efisiensi pada program dana desa sebagai fungsi dist...Analisis efektivitas dan efisiensi pada program dana desa sebagai fungsi dist...
Analisis efektivitas dan efisiensi pada program dana desa sebagai fungsi dist...ANTON HILMAN
 
Adm Keuangan Ari.docx
Adm Keuangan Ari.docxAdm Keuangan Ari.docx
Adm Keuangan Ari.docxFadhielAchmad
 
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnisAplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnisWahono Diphayana
 
PPT MASALAH EKONOMI MAKRO.pptx
PPT MASALAH EKONOMI MAKRO.pptxPPT MASALAH EKONOMI MAKRO.pptx
PPT MASALAH EKONOMI MAKRO.pptxNurAini353114
 
Paper analisis kasus_korupsi_rapbn-1_baru[1]
Paper analisis kasus_korupsi_rapbn-1_baru[1]Paper analisis kasus_korupsi_rapbn-1_baru[1]
Paper analisis kasus_korupsi_rapbn-1_baru[1]NhaAnawati
 
ADM KEUANGAN LENA.docx
ADM KEUANGAN LENA.docxADM KEUANGAN LENA.docx
ADM KEUANGAN LENA.docxFadhielAchmad
 
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
Anggaran Pendapatan Belanja NegaraAnggaran Pendapatan Belanja Negara
Anggaran Pendapatan Belanja Negararaniasma
 
Perkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran DaerahPerkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran Daerahbarita
 
Peningkatan Kinerja dan Penyerapan Anggaran Daerah sebagai Stimulus Pertumbuh...
Peningkatan Kinerja dan Penyerapan Anggaran Daerah sebagai Stimulus Pertumbuh...Peningkatan Kinerja dan Penyerapan Anggaran Daerah sebagai Stimulus Pertumbuh...
Peningkatan Kinerja dan Penyerapan Anggaran Daerah sebagai Stimulus Pertumbuh...Dadang Solihin
 
Tinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) ppt
Tinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) pptTinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) ppt
Tinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) pptEnvaPya
 
bab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdfbab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdfHaniRainn
 
PPT KEUANGAN NEGARA DAN APBN KL.5.pptx
PPT KEUANGAN NEGARA DAN APBN KL.5.pptxPPT KEUANGAN NEGARA DAN APBN KL.5.pptx
PPT KEUANGAN NEGARA DAN APBN KL.5.pptxSulkifli27
 
PERTEMUAN 10 APBN dan APBD& KEBIJ. FISKAL.pptx
PERTEMUAN 10 APBN  dan APBD& KEBIJ. FISKAL.pptxPERTEMUAN 10 APBN  dan APBD& KEBIJ. FISKAL.pptx
PERTEMUAN 10 APBN dan APBD& KEBIJ. FISKAL.pptxahenggtsas
 
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdfTRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdfTrifoniaApikaRirinPu1
 
Findings from Gorontalo Public Expenditure Analysis 2008 report
Findings from Gorontalo Public Expenditure Analysis 2008 reportFindings from Gorontalo Public Expenditure Analysis 2008 report
Findings from Gorontalo Public Expenditure Analysis 2008 reportBastian Zaini
 
Paper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiunPaper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiunReza Yudhalaksana
 

Similaire à Latihan soal uas fiskal (20)

Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnTransparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
 
Keefektifan kebijakan pemerintah dalam menekan anggaran defisit
Keefektifan kebijakan pemerintah dalam menekan anggaran defisitKeefektifan kebijakan pemerintah dalam menekan anggaran defisit
Keefektifan kebijakan pemerintah dalam menekan anggaran defisit
 
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanik
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanikMengkritisi postur rapbn 2009 umi hanik
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanik
 
Crowiding out
Crowiding outCrowiding out
Crowiding out
 
Analisis efektivitas dan efisiensi pada program dana desa sebagai fungsi dist...
Analisis efektivitas dan efisiensi pada program dana desa sebagai fungsi dist...Analisis efektivitas dan efisiensi pada program dana desa sebagai fungsi dist...
Analisis efektivitas dan efisiensi pada program dana desa sebagai fungsi dist...
 
Adm Keuangan Ari.docx
Adm Keuangan Ari.docxAdm Keuangan Ari.docx
Adm Keuangan Ari.docx
 
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnisAplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
 
PPT MASALAH EKONOMI MAKRO.pptx
PPT MASALAH EKONOMI MAKRO.pptxPPT MASALAH EKONOMI MAKRO.pptx
PPT MASALAH EKONOMI MAKRO.pptx
 
Paper analisis kasus_korupsi_rapbn-1_baru[1]
Paper analisis kasus_korupsi_rapbn-1_baru[1]Paper analisis kasus_korupsi_rapbn-1_baru[1]
Paper analisis kasus_korupsi_rapbn-1_baru[1]
 
ADM KEUANGAN LENA.docx
ADM KEUANGAN LENA.docxADM KEUANGAN LENA.docx
ADM KEUANGAN LENA.docx
 
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
Anggaran Pendapatan Belanja NegaraAnggaran Pendapatan Belanja Negara
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
 
Perkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran DaerahPerkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran Daerah
 
Peningkatan Kinerja dan Penyerapan Anggaran Daerah sebagai Stimulus Pertumbuh...
Peningkatan Kinerja dan Penyerapan Anggaran Daerah sebagai Stimulus Pertumbuh...Peningkatan Kinerja dan Penyerapan Anggaran Daerah sebagai Stimulus Pertumbuh...
Peningkatan Kinerja dan Penyerapan Anggaran Daerah sebagai Stimulus Pertumbuh...
 
Tinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) ppt
Tinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) pptTinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) ppt
Tinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) ppt
 
bab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdfbab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdf
 
PPT KEUANGAN NEGARA DAN APBN KL.5.pptx
PPT KEUANGAN NEGARA DAN APBN KL.5.pptxPPT KEUANGAN NEGARA DAN APBN KL.5.pptx
PPT KEUANGAN NEGARA DAN APBN KL.5.pptx
 
PERTEMUAN 10 APBN dan APBD& KEBIJ. FISKAL.pptx
PERTEMUAN 10 APBN  dan APBD& KEBIJ. FISKAL.pptxPERTEMUAN 10 APBN  dan APBD& KEBIJ. FISKAL.pptx
PERTEMUAN 10 APBN dan APBD& KEBIJ. FISKAL.pptx
 
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdfTRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
 
Findings from Gorontalo Public Expenditure Analysis 2008 report
Findings from Gorontalo Public Expenditure Analysis 2008 reportFindings from Gorontalo Public Expenditure Analysis 2008 report
Findings from Gorontalo Public Expenditure Analysis 2008 report
 
Paper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiunPaper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiun
 

Latihan soal uas fiskal

  • 1. UJIAN AKHIR SEMESTER PEREKONOMIAN INDONESIA ECON 13001 Selasa, 28 Desember 2010 2 ½ jam Tutupbuku Soal Wajib (Bobot: 20%) 1. Dari data APBN di bawah ini dan dari kuliah di kelas, jawablah pertanyaan berikut: a. Bagaimana pendapat anda tentang nilai pendapatan, belanja dan keseimbangan primer dari APBN 2009 dan 2010? Faktor-faktor apa yang mempengaruhinya? b. Menurut anda, apakah pemerintah kita telah melaksanakan disiplin fiskal? Jika ya, sejak kapan, dan apa ukuran2nya? c. Bagaimana kondisi fiscal space dalam APBN kita dan bagaimana menurut anda strategi yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk membangun kebutuhan infrastruktur kita? Jawaban: a. (Bobot: 5%) Pendapatan negara belum meningkat dikarenakan masih adanya pengaruh krisis global yang terjadi mulai akhir tahun 2008. Terlihat bahwa pemerintah memasang target yang moderat cenderung pesimis untuk kenaikan proyeksi penerimaan dari pajak. Faktor utama yang berpengaruh adalah asumsi pertumbuhan yang masih cukup rendah akibat krisis global, tingkat
  • 2. pengangguran dan kemiskinan yang masih cukup tinggi, dan pembukaan lapangan kerja yang masih rendah. Untuk belanja negara, pemerintah menurunkan defisit fiskal karena dampak krisis global sudah tidak sebesar tahun 2009, dan karena pada tahun 2009 Indonesia dapat menghadapi krisis dengan hasil optimis dibandingkan perkiraan. Komposisi belanja fiskal tidak berubah banyak, disamping karena sempitnya fiscal space yang dimiliki, banyaknya program yang harus diakomodasi (termasuk transfer ke daerah), juga karena pemerintah cenderung bermain aman/konservatif dalam program belanja negara. Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja, namun tidak termasuk pembayaran bunga. Keseimbangan primer membaik terutama karena program stimulus untuk mengatasi dampak krisis sudah berkurang banyak. Pemerintah mengurangi beban subsidi dan Dana Otsus/Penyesuaian. b. (Bobot: 10%) Disiplin fiskal adalah kemampuan pemerintah mengelola pendapatan, belanja, dan utang negara untuk mencapai tujuan fiskal negara. Ukuran-ukuran tujuan fiskal adalah 1) prioritas belanja untuk memenuhi kebutuhan rutin dan pembangunan, 2) manajemen pendapatan yang stabil dan tidak mengganggu ekonomi, 3) manajemen utang yang berkelanjutan, 4) terbuka/transparan, dan 5) ukuran pemerintah yang efisien untuk fungsi alokasi, redistribusi, dan stabilisasi. Sebelum tahun 2000, APBN kita memakai format anggaran berimbang yang menyembunyikan jumlah outstandingdebt/utang. Ketika terjadi krisis Asia 1998, Indonesia terpaksa berutang dan karena nilai tukar Rupiah jatuh drastis maka jumlah utang masa lalu pun membengkak. Akibat krisis tersebut utang RI mencapai 85% dari PDB, suatu jumlah yang membahayakan keberlangsungan fiskal (fiscal sustainability). Sejak itu dengan melakukan manajemen pengelolaan pendapatan, belanja, dan utang, RI berhasil menurunkan jumlah rasio utang terhadap PDB sampai sekitar 30% (2010) yang merupakan kondisi aman. Ukuran lainnya adalah keseimbangan primer yang positif (kecuali 2009) yang menunjukkan pengelolaan fiskal yang disiplin. Dilihat dari ukuran pemerintah yang efisien, hal ini bisa diperdebatkan mengingat banyaknya jumlah PNS dan banyaknya fungsi yang masih belum terlaksana dengan baik. Ukuran pemerintah secara agregat mungkin cukup tetapi distribusi dan efektivitas fungsi dan pekerjaan belum dapat dikatakan berhasil. Kita bisa mengacu pada terhambatnya beberapa program dan pelayanan publik karena hambatan birokrasi. c. (Bobot: 5%) APBN kita memiliki fiscal space yang sangat sempit karena dominannya belanja wajib seperti belanja pegawai, cicilan utang, subsidi dan belanja sosial. Hal ini membuat pemerintah sulit melaksanakan belanja pembangunan/investasi. Padahal kebutuhan infrastruktur selain memerlukan investasi baru juga memerlukan penggantian karena adanya umur amortisasi (replacement). Infrastruktur merupakan salah satu syarat dasar pembangunan, sehingga kekurangan infrastruktur akan menyebabkan terhambatnya pembangunan. Saat ini kondisi infrastruktur RI sudah dalam kondisi yang memprihatinkan, kekurangan di berbagai macam bidang: listrik, energi, jalan, bandara,
  • 3. transportasi air, dsb. Untuk membangunnya dari uang APBN adalah tidak mungkin, karena itu pemerintah seharusnya mencari skema lain semisal PPP (Public Private Partnership). Sayangnya meskipun upaya promosi cukup gencar (Infrastructure Summit) tetapi tidak dibarengi dengan dukungan nyata melalui regulasi yang memadai/sesuai sehingga sampai saat ini sebagian besar masih tersendat. Soal Pilihan (Bobot: 20%) 2. Dari data APBN, transfer, dankemiskinan yang terlampir, jawablah pertanyaan berikut: a. Bagaimanaanalisisandamengenaibesaran transfer kedaerah. Gunakan kata kunci: keadilan, prisnisp desentralisasi, pembagian tugas. b. Bagaimana penilaian anda mengenai pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia?
  • 4.
  • 5. Jawaban: a. (Bobot: 10%) Transfer ke daerah secara nominal naik terus karena mayoritas transfer adalah DAU yang dikunci pada 26% Penerimaan Domestik Net. Selain itu DAK tidak mengalami perubahan yang berarti dan sistemnya tidak berhasil karena terlalu banyak sektor dan daerah yang diberikan dengan dana
  • 6. yang terbatas. Dana Otsus dan penyesuaian lebih bersifat politis dan efektivitas penggunaannya dipertanyakan. Secara nominal, dana yang ditransfer ke daerah sudah cukup besar. Dalam pembagian tugas pusat-daerah, meskipun pusat “hanya” memiliki kewajiban untuk 6 urusan utama dan sisanya dilimpahkan ke daerah, tetapi sifat dan cakupan kewajiban pusat tersebut membutuhkan pembiayaan yang besar, seperti pertahanan, hubungan luar negeri, dan sebagainya. Kalau kita lihat bahwa dana menganggur milik daerah juga cukup tinggi sedangkan APBN masih defisit dan memerlukan utang untuk pembiayaan, maka terlihat bahwa pelimpahan tugas ke daerah tidak berlangsung mulus dan efektif. Pembangunan di daerah masih tersendat dan belum ada mekanisme untuk secara efektif mengawasi belanja daerah. Padahal sesuai fungsi finance follows function, seharusnya daerah wajib melaksanakan urusan daerah tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan kemampuan kapasitas SDM Pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan di daerah. b. (Bobot: 10%) Desentralisasifiskal yang dilaksanakansejak 2001 padaawalnyadilakukansecaratergesagesadanmasif.Seiring berjalannya waktu, Indonesia belajar dari kekurangan/kesalahan dan melakukan perbaikan di sana-sini. Sekarang banyak contoh sukses maupun gagal dari daerah yang melaksanakan otonominya. Hal ini juga dipengaruhi oleh keberagaman daerah di Indonesia, dari daerah kaya sampai miskin, daerah yang geografisnya menguntungkan sampai yang tantangannya sangat sulit, dsb. Jadi wajar ada kegagalan dan ada keberhasilan. Desentralisasi sudah merupakan komitmen negara, dan sesudah berjalan hampir 10 tahun, tidak ada pilihan untuk membatalkannya. Terlalu tinggi biayanya baik secara politis maupun sistem fiskal. Tentunya pilihan yang ada hanyalah memperbaiki sistem desentralisasi ini.