SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  16
UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL 
BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MEDIA 
PEMBELAJARAN BERBASIS ICT DENGAN 
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF 
TIPE STAD PADA POKOK BAHASAN 
FUNGSI KUADRAT DI KELAS X 
SMA N 11 MEDAN 
TA 2012-2013 
RIZKI KURNIAWAN RANGKUTI 
Mahasiswa PPs Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Medan 
(UNIMED) 
Email: rizkikurniawanrangkuti@gmail.com 
Abstrak. Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah kreativitas 
belajar matematika siswa rendah sehingga perlu dilakukan pembelajaran 
berbasis ICT, dan kemauan siswa laki-laki untuk belajar matematika sangat 
rendah yang berakibat kepada hasil belajar matematika yang rendah, 
sehingga perlu diupayakan pembelajaran berkelompok yang menekankan 
aktivitas kolaborasi yang bersifat pada pembentukan kelompok heterogen. 
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas belajar 
matematika siswa dan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini 
dilaksanakan selama 2 minggu pada bulan Oktober di SMA Negeri 11 
Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Instrument yang 
digunakan untuk mengukur berpikir kreatif dan hasil belajar siswa adalah 
wawancara, observasi, dan tes. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, dalam 1 
siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Dari hasil tes awal yang diperoleh 
menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan sangat rendah, hal ini 
dibuktikan bahwa tidak terdapat siswa yang menunjukkan ketuntasan belajar 
dengan rata-rata pencapaian siswa 20,62 dan tingkat ketuntasan klasikal 0%. 
Setelah pemberian tindakan I tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal 
untuk tes berpikir kreatif siswa adalah 15% dengan rata-rata pencapaian 
kelas 33,75. Untuk tes hasil belajar siswa tingkat ketuntasan yang diperoleh 
siswa adalah 17,5% dengan rata-rata pencapaian kelas 26,42. Selanjutnya 
setelah pelaksanaan tindakan II tingkat ketuntasan belajar siswa secara 
klasikal untuk tes berpikir kreatif siswa adalah 85% dengan rata-rata 
pencapaian kelas 72,85 termasuk dalam kategori sedang. Untuk tes hasil 
belajar siswa tingkat ketuntasan yang diperoleh siswa adalah 90% dengan 
rata-rata pencapaian kelas 77,17 termasuk dalam kategori sedang. Dari hal 
tersebut ada peningkatan tingkat ketuntasan klasikal sebesar 70% untuk 
berpikir kreatif siswa dan 72,5% untuk hasil belajar matematika siswa. 
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa media pembelajaran 
berbasis ICT dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat 
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa di kelas X6 
SMA Negeri 11 Medan Tahun Akademik 2012-2013. 
Kata Kunci: Kreativitas, Hasil Belajar, Media Berbasis ICT, dan Model 
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
PENDAHULUAN 
Dunia pendidikan adalah harapan bangsa dan negara sesuai dengan tujuan pendidikan 
nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Pendidikan yang menuntut 
kepada pola pikir salah satunya adalah pendidikan matematika sebagai salah satu bidang 
studi yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Dalam proses pembelajaran 
matematika terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa, 
diantaranya tidak adanya media pembelajaran yang dapat mendukung kegiatan mengajar 
guru dan model pembelajaran yang tidak efektif, di mana ketidakberpihakan media dan 
model pembelajaran akan membawa kreativitas siswa semakin surut dan berakibat hasil 
belajar yang tidak optimal. Oleh karena itu diperlukan suatu model dan media 
pembelajaran yang dapat membuat peserta didik tertarik dalam pembelajaran matematika. 
Saat peneliti melakukan observasi sebelum penelitian dilakukan di kelas X6 SMA Negeri 
11 Medan tepatnya 16 Juli 2012 terdapat beberapa informasi yang mencerminkan 
keadaan siswa selama proses pembelajaran, diantaranya adalah; (1) siswa terlihat kurang 
memiliki keterampilan dalam mengerjakan soal, mungkin dikarenakan tidak terbiasa 
dalam mengerjakan soal, sehingga kreativitas yang dimiliki siswa kurang berproduksi, (2) 
ssiswa laki-laki terlihat kurang memiliki kemauan untuk belajar matematika dari pada 
siswa perempuan, hal ini mungkin dikarenakan model pembelajaran yang diberikan tidak 
model pembelajaran kooperatif (pembelajaran berkelompok) yang disertai dengan media 
pembelajaran yang mendukung. 
Model pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa sanggup menguasai konsep 
matematika dengan baik, di mana model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam 
mengajar sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Dalam suatu 
proses belajar mengajar, media pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting. 
Media pembelajaran berbasis ICT merupakan suatu media dengan menggunakan sarana 
pendukung yaitu LCD Projektor, di samping itu pembelajaran berbasis ICT menggunakan 
software presentasi dan software pendukung lainnya. Dengan adanya pembelajaran 
berbasis ICT diharapkan akan membawa perubahan pemahaman siswa akan konsep 
matematika yang diberikan. 
Kreativitas didefenisikan secara berbeda-beda. Sedemikian beragam defenisi itu, 
sehingga pengertian kreativitas tergantung pada orang yang mendefenisikannya. Renzulli 
(dalam Pardede, 2010:15) berpendapat bahwa kreativitas dan tanggung jawab terhadap 
tugas dapat dikembangkan melalui stimulasi dan pelatihan. Kreativitas dapat dipandang 
sebagai sebuah bentuk inteligensi. Beetlestone (2011) memandang kreativitas sebagai 
salah satu dari ‘multipel inteligensi’ yang meliputi berbagai macam fungsi otak.
Kreativitas merupakan sebuah komponen penting dan memang perlu, tanpa kreativitas 
pelajar hanya akan bekerja pada sebuah tingkat kognitif yang sempit. Aspek kreatif otak 
dapat membantu menjelaskan dan menginterpretasikan konsep-konsep yang abstrak, 
sehingga memungkinkan anak mencapai penguasaan yang lebih besar, khususnya dalam 
mata pelajaran seperti matematika dan sains yang seringkali sulit dipahami. 
Torrence (dalam Pardede, 2010:19) menyatakan bahwa kekuatan dasar kreativitas 
meliputi: (1) Fluency (kelancaran), merupakan awal berpikir kreatif yang terfokus pada 
kuantitas pemikiran, termasuk pula volume pemikiran atau respon dalam mengambil 
sikap tertentu, (2) Flexibellity (fleksibelitas), fleksibelitas menempati urutan kedua 
setelah fluency, yaitu transformasi dari suatu kelompok ke kelompok lain tatkala 
menyebutkan optimalisasi hal tertentu atau perubahan arah akal kepada sesuatu atau sikap 
tertentu, (3) Originality (orisinalitas), orisinalitas yaitu teknik pemikiran. Teknik 
pemikiran tidak akan muncul tanpa volume. Teknik pemikiran bertopang pada volume 
dan volume pemikiran meliputi pemikiran buruk dan baik. Pemikiran baik tidak akan 
muncul tanpa keberadaan pemikiran buruk. 
Hasil belajar dipengaruhi oleh inteligensi dan penguasaan awal anak tentang materi yang 
akan dipelajari. Ini berarti bahwa guru perlu menetapkan tujuan belajar sesuai dengan 
kapasitas inteligensi anak, dan pencapaian tujuan belajar perlu menggunakan bahan 
apersepsi, yaitu bahan yang telah dikuasai anak sebagai batu loncatan untuk menguasai 
bahan pelajaran baru. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang 
diberikan kepada anak. 
Pembelajaran dewasa ini menghadapi 2 tantangan. Tantangan yang pertama datang dari 
adanya perubahan persepsi tentang belajar itu sendiri dan tantangan kedua datang dari 
adanya teknologi informasi dan telekomunikasi yang memperlihatkan perkembangan 
yang luar biasa. Sementara itu, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang 
begitu pesat yang menawarkan berbagai kemudahan-kemudahan baru dalam 
pembelajaran memungkinkan terjadinya pergeseran orientasi belajar dari outside-guided 
menjadi self-guided dan dari knowledge-as-possesion menjadi knowledge-as-construction. 
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model 
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah 
anggota tiap kelompok 4 s/d 5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan 
penyampaian tujuan pembelajaran, panyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan 
penghargaan kelompok. Slavin (dalam Trianto, 2012:68) menyatakan bahwa pada STAD 
siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4 s/d 5 orang yang merupakan
campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran 
dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim 
telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi 
tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu. 
Menurut Resnick dalam Hasratuddin (dalam Paper presented in National Workshop : 
Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang Menyenangkan dan Berkarakter, 2011) Ada 
tiga hal yang perlu diperhatikan dalam modernisasi pendidikan; 1) Bagaimana kita 
belajar (how people learn), 2) apa yang dipelajari (what people learn), dan 3) Kapan dan 
dimana kita belajar (where and when people learn). Dengan mencermati jawaban atas 
ketiga pertanyaan di atas, potensi, dan peran ICT yang bisa dimanfaatkan dapat dilihat 
pada gambar berikut : 
How 
ICT 
What 
Where 
& When 
Gambar 1: Modernisasi Pendidikan 
Dalam sejarah perkembangannya, Autograph Versi 3 pertama diterbitkan pada bulan 
Maret tahun 2004, kemudian Autograph versi 3.10 diterbitkan pada bulan April tahun 
2005, dan yang sekarang Autograph versi 3.20 Internasional (Unicode) edition diterbitkan 
pada bulan Mei Tahun 2007. 
Microsoft PowerPoint 2007 merupakan sebuah perangkat lunak yang dibuat dan 
dikembangkan oleh perusahaan microsoft, dan merupakan salah satu program berbasis 
multi media. PowerPoint adalah program untuk menyusun presentasi yang termasuk 
dalam paket Microsoft Office. 
Camtasia Studio adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk membuat video tutorial, 
yaitu dengan cara merekam aktivitas di layar monitor. Aplikasi ini dikembangkan oleh 
Techsmith dan tersedia untuk platform windows dan Mac OS. Selain untuk merekam 
aktivitas di layar monitor, video yang telah anda rekam dapat langsung diedit, tanpa harus 
menggunakan aplikasi tambahan.
METODE PENELITIAN 
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 11 Medan Jalan Pertiwi No 93 Medan 
Tembung. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu pada semester ganjil tepatnya 
bulan Oktober tahun ajaran 2012-2013. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X6 SMA 
Negeri 11 Medan tahun ajaran 2012-2013 yang berjumlah 40 siswa. Adapun objek 
penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kreativitas dalam rangka peningkatan hasil 
belajar siswa melalui media pembelajaran berbasis ICT dengan model pembelajaran 
kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan fungsi kuadrat di kelas X SMA Negeri 11 
Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action 
Research). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan 
kuantitatif. Dalam satu siklus terdiri atas enam tahapan yaitu : (1) Permasalahan, (2) 
Perencanaan tindakan, (3) Pelaksanaan tindakan, (4) Observasi, (5) Analisis data, (6) 
Refleksi. Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindak lanjut. 
Tabel 1: Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 
Pada Penelitian ini di SMA Negeri 11 Medan 
Permasalahan 
Alternatif Pemecahann 
(Rencana Tindakan I) 
Pelaksanaan Tindakan I 
Refleksi I Analisis Data I Observasi I 
SIKLUS I 
SIKLUS I 
Terselesaikan 
Belum Terselesaikan Alternat if Pemecahan 
(Rencana Tindakan II) 
Pelaksanaan Tindakan II 
SSIKIKLLUUSS III 
Refleksi II Analisis Data Terselesaikan II Observasi II 
Belum Terselesaikan 
Alternat if Pemecahan 
(Rencana Tindakan III) 
Pelaksanaan Tindakan III 
Refleksi III Analisis Data III Observasi III 
SIKLUS I 
SIKLUS III 
Terselesaikan
Alat yang digunakan untuk mengumpul data dalam penelitian ini adalah wawancara, 
observasi, dan tes. Untuk keperluan mencari reliabilitas tes, Arikunto mengemukakan: 
“Koefisien reliabilitas tes berbentuk uraian (essay test) dapat digunakan rumus Alpha 
sebagai berikut” : 
푟11 = 
푛 
푛−1 
(1 − 
Σ 휎푖 
2 
2 ), 퐴푟푖푘푢푛푡표 (2011: 109) (1) 
휎푇 
Untuk tabel harga kritik 푟푡푎푏푒푙 Product Moment dengan 훼 = 0,05. Jika 푟11 > 푟푡푎푏푒푙 maka 
keseluruhan tes dinyatakan reliabel. Untuk menguji validitas tes digunakan rumus 
Korelasi Product Moment dengan angka kasar, yaitu sebagai berikut: 
푟푋푌 = 
푁 Σ 푋푌−(Σ푋)(Σ 푌) 
√(푁Σ 푋2−(Σ푋)2) (푁Σ 푌2−(Σ푌)2) 
, 퐴푟푖푘푢푛푡표 (2011: 72) (2) 
Jika harga 푟푋푌 lebih besar dari harga kritik dalam tabel pada 훼 = 0,05 yaitu 푟푋푌 ≥ 푟푡푎푏푒푙, 
maka korelasi tersebut signifikan. Tetapi jika 푟푋푌 < 푟푡푎푏푒푙 maka korelasi tersebut tak 
signifikan. 
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, paparan 
data, verifikasi data, dan interpretasi data. Dimana hasil belajar siswa sesuai dalam 
petunjuk pelaksanaan proses belajar mengajar Depdikbud bahwa terdapat kriteria 
ketuntasan belajar perorangan dan klasikal, yaitu: (a) seorang siswa telah tuntas belajar 
jika siswa tersebut telah mencapai skor 65% atau nilai 65, (b) suatu kelas dikatakan telah 
tuntas belajar jika dalam kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah mencapai daya 
serap lebih dari 65%. Ketuntasan belajar perorangan dapat dihitung dengan menggunakan 
rumus: 
퐷푆 = 
푃 
푄 
x 100% (3) 
Secara individu, siswa telah dikatakan tuntas belajar apabila 퐷푆 ≥ 65%. dan ketuntasan 
belajar klasikal dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 
퐷 = 
푋 
푁 
x 100% (4) 
Selain dengan melihat ketuntasan belajar klasikal dan ketuntasan belajar perorangan, 
peningkatan kreativitas matematika siswa dan hasil belajar juga dapat dilihat dengan 
menggunakan analisis komparatif untuk menguji satu kelompok sampel dengan dua data 
terpisah yang digunakan untuk membandingkan perbedaan dua data dalam satu kelompok 
sampel penelitian. Subjek penelitian di dalam analisis ini adalah subjek yang terpisah 
dikemukakan oleh Hardjodipuro (1987:60) disebut “dependent sample”. Teknik analisis 
yang digunakan menurut Hardjodipuro adalah t-test. Rumus yang digunakan adalah:
푡 = 
푋̅1−푋̅2 
√Σ퐷2− 
(Σ퐷) 
2 
푁 
푁(푁−1) 
(5) 
Pada taraf signifikan 훼 = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = N – 1 maka dapat 
diperoleh harga t tabel. Apabila t hasil perhitungan lebih besar dari harga t tabel 
(푡ℎ푖푡푢푛푔 > 푡푡푎푏푒푙) maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna 
antara dua kelompok data penelitian itu. Tetapi apabila sebaliknya, jika harga t hitung 
lebih kecil atau sama dengan t tabel (푡ℎ푖푡푢푛푔 ≤ 푡푡푎푏푒푙) maka tidak terdapat perbedaan 
antara kedua kelompok data tersebut. 
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer yaitu guru bidang studi matematika 
kelas X6 SMA Negeri 11 Medan dan seorang mahasiswa satu fakultas di FKIP UISU, 
data yang diperoleh di analisis dengan rumus: 
푃푖 = 
퐽푢푚푙푎ℎ 푠푒푙푢푟푢ℎ 푎푠푝푒푘 푦푎푛푔 푑푖푎푚푎푡푖 
퐵푎푛푦푎푘푛푦푎 푎푠푝푒푘 푦푎푛푔 푑푖푎푚푎푡푖 
(6) 
Dimana Pi adalah hasil pengamatan pada pertemuan ke-i. 
Adapun kriteria rata-rata penilaian observasi adalah sebagai berikut: 
0 – 1,1 artinya hasil observasi bernilai kurang 
1,2 – 2,1 artinya hasil observasi bernilai cukup 
2,2 – 3,1 artinya hasil observasi bernilai baik 
3,2 – 4,0 artinya hasil observasi bernilai sangat baik 
Kegiatan menganalisis tingkat berpikir kreatif bertujan untuk memilih dan 
mengelompokkan tingkat kemampuan siswa berdasarkan skor, banyak siswa, dan rata-rata 
skor kemampuan yang diperoleh baik dalam berpikir kreatif kategori lancar, berpikir 
kreatif kategori luwes, maupun berpikir kategori original dalam menyelesaikan soal-soal 
fungsi kuadrat. Dalam hal ini dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut berikut: 
Tabel 2: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 
Skor Berpikir 
Kreatif 
Tingkat 
Kemampuan 
Banyak Siswa 
Persentase 
Jumlah Siswa 
Rata-Rata 
Skor 
Kemampuan 
80 – 100 Tinggi 
6 1 – 79 Sedang 
0 – 60 Rendah
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 
Berdasarkan hasil jawaban siswa yang diberikan pada tes berpikir kreatif I dideskripsikan 
tingkat berpikir kreatif siswa sebagai berikut : 
1. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir kreatif lancar bahwa tidak ada yang 
memiliki kemampuan tinggi dari 40 orang siswa dan juga tidak ada yang memiliki 
kemampuan sedang dari 40 orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi maupun 
sedang. Sementara terdapat 40 orang siswa yang memiliki kemampuan rendah dengan 
rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir lancar 5,12. 
Tabel 3: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa 
Dalam Berpikir Lancar (Kategori I) 
Skor 
Berpikir 
Kreatif 
Tingkat 
Kemampuan 
Banyak 
Siswa 
Persentase 
Jumlah 
Siswa 
Rata-Rata 
Skor 
Kemampuan 
80 – 100 Tinggi 0 0% 
61 – 79 Sedang 0 0% 5,125 
0 – 60 Rendah 40 100% 
Tingkat Kemampuan 
Tinggi 
Tingkat Kemampuan 
Sedang 
Tingkat Kemampuan 
Rendah 
Gambar 2: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa 
Dalam Berpikir Lancar (Kategori I) 
45 
40 
35 
30 
25 
20 
15 
10 
5 
0 
2. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir luwes terdapat 6 orang siswa dari 40 
orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi, 2 orang siswa yang memiliki 
kemampuan sedang, dan 32 orang siswa yang memiliki kemampuan rendah dengan 
rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir luwes 35,62. 
Tabel 4: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa 
Dalam Berpikir Luwes (Kategori II) 
Skor 
Berpikir 
Kreatif 
Tingkat 
Kemampuan 
Banyak 
Siswa 
Persentase 
Jumlah 
Siswa 
Rata-Rata 
Skor 
Kemampuan 
80 – 100 Tinggi 6 15% 
61 – 79 Sedang 2 5% 35,62 
0 – 60 Rendah 32 80%
Gambar 3: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa 
Dalam Berpikir Luwes (Kategori II) 
35 
30 
25 
20 
15 
10 
5 
3. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir original terdapat 4 orang siswa dari 40 
orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi, 7 orang siswa dari 40 orang siswa yang 
memiliki kemampuan sedang, dan 29 orang siswa yang memiliki kemampuan rendah 
dengan rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir original 35,62. 
Tabel 5: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa 
Dalam Berpikir Original (Kategori III) 
Skor 
Berpikir 
Kreatif 
Tingkat 
Kemampuan 
Banyak 
Siswa 
Persentase 
Jumlah 
Siswa 
Rata-Rata 
Skor 
Kemampuan 
80 – 100 Tinggi 4 10% 
61 – 79 Sedang 7 17,5% 36,5 
0 – 60 Rendah 29 72,5% 
Gambar 4: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa 
Dalam Berpikir Original (Kategori III) 
0 
Tingkat Kemampuan 
Tinggi 
Tingkat Kemampuan 
Sedang 
Tingkat Kemampuan 
Rendah 
35 
30 
25 
20 
15 
10 
5 
0 
Tingkat Kemampuan 
Tinggi 
Tingkat Kemampuan 
Sedang 
Tingkat Kemampuan 
Rendah
Dari hasil tes berpikir kreatif siswa I yang diberikan kepada 40 orang siswa diperoleh 34 
orang siswa yang belum mencapai skor lebih besar dari 60, 6 orang siswa yang mencapai 
skor lebih besar dari 60 dengan rata-rata skor berpikir kreatif siswa 33,75. Dari hasil tes 
belajar I, diperoleh bahwa penguasaan siswa terhadap materi fungsi kuadrat sangat 
rendah. Pada materi fungsi kuadrat dari 40 orang siswa terdapat 7 orang siswa telah 
mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 33 orang siswa belum mencapai ketuntasan 
belajar. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada tes hasil belajar I ini yaitu 26,42. Hal ini 
berarti bahwa kemampuan siswa pada tes hasil belajar I meningkat sebesar 5,8 
dibandingkan pada tes awal. 
Berdasarkan hasil jawaban siswa yang diberikan pada tes berpikir kreatif II 
dideskripsikan tingkat kemampuan berpikir kreatif II siswa sebagai berikut : 
1. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir lancar terdapat 28 orang siswa dari 40 
orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi, tidak ada seorang siswa yang memiliki 
kemampuan sedang, dan terdapat 12 orang siswa dari 40 orang siswa yang memiliki 
kemampuan rendah dengan nilai rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir lancar 
adalah 71,55. 
Tabel 6: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa 
Dalam Berpikir Lancar (Kategori I) 
Skor 
Berpikir 
Kreatif 
Tingkat 
Kemampuan 
Banyak 
Siswa 
Persentase 
Jumlah 
Siswa 
Rata-Rata 
Skor 
Kemampuan 
80 – 100 Tinggi 28 70% 
61 – 79 Sedang 0 0% 71,55 
0 – 60 Rendah 12 30% 
Gambar 5: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa 
Dalam Berpikir Lancar (Kategori I) 
30 
25 
20 
15 
10 
5 
0 
Tingkat Kemampuan 
Tinggi 
Tingkat Kemampuan 
Sedang 
Tingkat Kemampuan 
Rendah
2. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir luwes terdapat 29 orang siswa dari 40 
orang siswa yang memliki kemampuan tinggi, 4 orang siswa dari 40 orang siswa yang 
memiliki kemampuan sedang, dan 7 orang siswa dari orang 40 siswa yang memiliki 
kemampuan rendah dengan nilai rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir luwes 
adalah 79,08. 
Tabel 7: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa 
Dalam Berpikir Luwes (Kategori II) 
Skor 
Berpikir 
Kreatif 
Tingkat 
Kemampuan 
Banyak 
Siswa 
Persentase 
Jumlah 
Siswa 
Rata-Rata 
Skor 
Kemampuan 
80 – 100 Tinggi 29 72,5% 
61 – 79 Sedang 4 10% 79,08 
0 – 60 Rendah 7 17,5% 
Gambar 6: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa 
Dalam Berpikir Luwes (Kategori II) 
35 
30 
25 
20 
15 
10 
5 
3. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir original terdapat 25 orang siswa dari 40 
orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi, 1 orang siswa dari 40 orang siswa yang 
memiliki kemampuan sedang, dan 14 orang siswa dari 40 orang siswa yang memiliki 
kemampuan rendah dengan nilai rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir original 
adalah 66,75. 
Tabel 8: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa 
Dalam Berpikir Original (Kategori III) 
Skor 
Berpikir 
Kreatif 
Tingkat 
Kemampuan 
Banyak 
Siswa 
Persentase 
Jumlah 
Siswa 
Rata-Rata 
Skor 
Kemampuan 
80 – 100 Tinggi 25 62,5% 
61 – 79 Sedang 1 2,5% 66,75 
0 – 60 Rendah 14 35,% 
0 
Tingkat Kemampuan 
Tinggi 
Tingkat Kemampuan 
Sedang 
Tingkat Kemampuan 
Rendah
Gambar 7: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa 
Dalam Berpikir Original (Kategori III) 
30 
25 
20 
15 
10 
5 
Dari hasil tes berpikir kreatif II yang diberikan kepada 40 orang siswa diperoleh 34 orang 
siswa yang mencapai skor lebih besar dari 60, dan terdapat 6 orang siswa yang belum 
mencapai skor lebih besar dari 60 dengan skor rata-rata berpikir kreatif II adalah 72,85. 
Dari tes hasil belajar II, diperoleh bahwa penguasan siswa terhadap materi fungsi kuadrat 
sudah meningkat dari sikus I ke siklus II. Pada materi fungsi kuadrat dari 40 orang siswa 
terdapat 36 orang siswa telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 4 orang siswa 
belum mencapai ketuntasan belajar. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada tes hasil 
belajar II yaitu 77,17. Hal ini berarti bahwa kemampuan siswa pada tes hasil belajar II 
meningkat sebesar 50,75 dari tes hasil belajar I. 
Peningkatan rata-rata kreativitas siswa antara siklus I dengan siklus II juga dapat 
dilihat dengan uji t-test sebagai berikut: 
푡 = 
푋̅ 1 −푋̅ 
2 
√Σ 퐷2 − 
(Σ 퐷)2 
푁 
푁(푁 − 1) 
Tabel 9: Perbandingan Skor Berpikir Kreatif Siswa 
Pada Siklus I dan Siklus II 
No Kode Siswa 
Skor 
Siklus I 
Skor 
Siklus II 
D D2 
1 S1 48 96 48 2304 
2 S2 48 96 48 2304 
3 S3 0 0 0 0 
4 S4 35 71 36 1296 
5 S5 0 96 96 9216 
6 S6 0 96 96 9216 
7 S7 43 0 43 1849 
0 
Tingkat Kemampuan 
Tinggi 
Tingkat Kemampuan 
Sedang 
Tingkat Kemampuan 
Rendah
8 S8 74 96 22 484 
9 S9 74 96 22 484 
10 S10 53 96 43 1849 
11 S11 33 76 43 1849 
12 S12 74 96 22 484 
13 S13 30 84 54 2916 
14 S14 0 76 76 5776 
15 S15 53 96 43 1849 
16 S16 53 69 16 256 
17 S17 43 96 53 2809 
18 S18 43 0 43 1849 
19 S19 53 0 53 2809 
20 S20 48 96 48 2304 
21 S21 48 76 28 784 
22 S22 28 69 41 1681 
23 S23 35 81 46 2116 
24 S24 48 86 38 1444 
25 S25 0 76 76 5776 
26 S26 74 96 22 484 
27 S27 3 72 69 4761 
28 S28 25 76 51 2601 
29 S29 0 96 96 9216 
30 S30 0 73 73 5329 
31 S31 0 74 74 5476 
32 S32 0 91 91 8281 
33 S33 0 66 66 4356 
34 S34 0 66 66 4356 
35 S35 74 96 22 484 
36 S36 74 96 22 484 
37 S37 0 0 0 0 
38 S38 48 96 48 2304 
39 S39 33 0 33 1089 
40 S40 55 96 41 1681 
Jumlah 1350 2914 1908 114606 
Rata-Rata 33,75 72,85 47,7 2865,15 
푡 = 
푋̅ 
1 −푋̅ 
2 
√Σ 퐷2 − 
(Σ 퐷)2 
푁 
푁(푁 − 1) 
= 
72,85 − 33,75 
√114606 − 
(1908)2 
40 
40(39) 
= 
39,1 
114606 − 91011,6 
√ 
1560 
= 10,05 
Dengan 훼 = 0,05 dan dk = N − 1 = 40 − 1 = 39 maka diperoleh t0,95(39) =1,69. 
Ternyata t hasil perhitungan lebih besar dari t tabel, yaitu 푡ℎ푖푡푢푛푔 = 10,05 > 푡푡푎푏푒푙 = 
1,69, maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara kreativitas 
siswa siklus I dengan kreativitas siswa siklus II, dimana kreativitas siswa pada siklus II 
lebih baik dibandingkan dengan kreativitas siklus I.
Selain dilihat dari nilai peningkatan rata-rata kelas, peningkatan rata-rata hasil belajar 
siswa yang diperoleh dari siklus I ke siklus II dapat juga dilihat dengan uji t-test sebagai 
berikut: 
푡 = 
푋̅ 
1 −푋̅ 
2 
√Σ 퐷2 − 
(Σ 퐷)2 
푁 
푁(푁 − 1) 
Tabel 10: Perbandingan Skor Hasil Belajar Matematika Siswa 
Pada Siklus I dan Siklus II 
No Kode Siswa 
Skor 
Siklus I 
Skor 
Siklus II 
D D2 
1 S1 77 85 8 64 
2 S2 0 82 82 6724 
3 S3 37 96 59 3481 
4 S4 0 100 100 10000 
5 S5 43 94 51 2601 
6 S6 48 95 47 2209 
7 S7 0 95 95 9025 
8 S8 77 77 0 0 
9 S9 0 85 85 7225 
10 S10 48 0 48 2304 
11 S11 20 78 58 3364 
12 S12 0 80 80 6400 
13 S13 41 95 54 2916 
14 S14 0 0 0 0 
15 S15 80 95 15 225 
16 S16 35 82 47 2209 
17 S17 43 95 52 2704 
18 S18 0 0 0 0 
19 S19 0 90 90 8100 
20 S20 77 85 8 64 
21 S21 0 0 0 0 
22 S22 20 67 47 2209 
23 S23 20 65 45 2025 
24 S24 0 76 76 5776 
25 S25 0 76 76 5776 
26 S26 5 82 77 5929 
27 S27 48 100 52 2704 
28 S28 48 95 47 2209 
29 S29 48 78 30 900 
30 S30 0 66 66 4356 
31 S31 0 90 90 8100 
32 S32 80 95 15 225 
33 S33 0 78 78 6084 
34 S34 0 81 81 6561 
35 S35 5 78 73 5329
36 S36 77 92 15 225 
37 S37 0 100 100 10000 
38 S38 0 78 78 6084 
39 S39 0 91 91 8281 
40 S40 80 90 10 100 
Jumlah 1057 3087 2126 152488 
Rata-Rata 26,425 77,125 53,15 3812,2 
푡 = 
푋̅ 
1 −푋̅ 
2 
√Σ 퐷2 − 
(Σ 퐷)2 
푁 
푁(푁 − 1) 
= 
77,125 − 26,425 
√152488 − 
(2126)2 
40 
40(39) 
= 
50,7 
√152488 − 112996,9 
1560 
= 10,08 
Dengan 훼 = 0,05 dan dk = N − 1 = 40 − 1 = 39 maka diperoleh t0,95(39) = 1,69. 
Ternyata t hasil perhitungan lebih besar dari ttabel yaitu 푡ℎ푖푡푢푛푔 = 10,08 > 푡푡푎푏푒푙 = 
1,69, maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara hasil belajar 
siswa pada siklus I dengan siklus II, dimana kemampuan siswa pada siklus II lebih baik 
dibandingkan dengan kemampuan siswa pada siklus I. 
KESIMPULAN DAN SARAN 
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada BAB IV maka dapat diambil 
kesimpulan bahwa: 
1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa melalui media pembelajaran berbasis 
ICT dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan 
kreativitas siswa pada pokok bahasan fungsi kuadrat di kelas X6 SMA Negeri 11 
Medan tahun akademik 2012-2013. 
2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa melalui media pembelajaran berbasis 
ICT dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil 
belajar matematika siswa pada pokok bahasan fungsi kuadrat di kelas X6 SMA 
Negeri 11 Medan tahun akademik 2012-2013. 
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyampaikan beberapa saran antara lain : 
1. Kepada sekolah, sebagai salah satu tolak ukur dalam memperbaiki proses 
pembelajaran dengan selalu berusaha mengikuti perkembangan teknologi yang 
sangat penting dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. 
2. Kepada guru, supaya dalam memberikan pembelajaran yang lebih baik kepada siswa 
perlu dilakukan pengintegrasian media dengan model pembelajaran.
3. Kepada peneliti lanjutan, supaya membuat berbagai inovasi yang mendukung proses 
pembelajaran dengan berusaha mengintegrasikan beberapa hal yang dianggap dapat 
memberikan pembelajaran yang lebih baik kepada siswa. 
4. Kepada pendidikan non formal, supaya tidak bosan-bosannya memfasilitasi anak 
kursusnya melalui fasillitas pembelajaran yang tidak kalah baiknya di sekolah. 
DAFTAR PUSTAKA 
Beetlestone, Florence., (2011), Creative Learning, Nusamedia, Bandung. 
Hardjodipuro, Siswoyo., 1987, Statistik Terapan Untuk Penelitian Pendidikan Aplikasi 
dan Interpretasi, Depdikbud, Jakarta 
Pardede, Herfina., (2010), Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk 
Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Pokok 
Bahasan Bangun Datar di Kelas VII SMP Negeri 10 Medan Tahun Ajaran 
2009-2010., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan. 
Siregar, Hasratuddin., 2011, Revolusi Pembelajaran Matematika Berbasis Information 
and Cummunication Technology (ICT) dalam Membangun Karakter (Character 
Building), Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang Menyenangkan dan 
Berkarakter, Volume 14 hal 1-11. 
Sudjana., (2005), Metoda Penelitian, Tarsito, Bandung. 
Trianto., (2012), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Krismatik, Jakarta.

Contenu connexe

Tendances

Jurnal Metodologi Penelitian
Jurnal Metodologi PenelitianJurnal Metodologi Penelitian
Jurnal Metodologi Penelitian
Jacka Adhiethama
 
Jurnal pendukung6
Jurnal pendukung6Jurnal pendukung6
Jurnal pendukung6
Putra Sunda
 
Pembugaran pedagogi
Pembugaran pedagogiPembugaran pedagogi
Pembugaran pedagogi
skjap
 
Ulasan kritis bf
Ulasan kritis bfUlasan kritis bf
Ulasan kritis bf
Lee Roy
 
46 53 rasid et al.upm
46 53 rasid et al.upm46 53 rasid et al.upm
46 53 rasid et al.upm
Danny Ritonga
 
Penggunaan+teknologi+dlm+pengajaran
Penggunaan+teknologi+dlm+pengajaranPenggunaan+teknologi+dlm+pengajaran
Penggunaan+teknologi+dlm+pengajaran
Hishamuddin Jabar
 
25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmt25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmt
siskaryane
 

Tendances (19)

Saedah um
Saedah umSaedah um
Saedah um
 
Jurnal Metodologi Penelitian
Jurnal Metodologi PenelitianJurnal Metodologi Penelitian
Jurnal Metodologi Penelitian
 
Bab 1, 2, 3
Bab 1, 2, 3Bab 1, 2, 3
Bab 1, 2, 3
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Artikel presentasi
Artikel presentasiArtikel presentasi
Artikel presentasi
 
Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Konstruktivisme pada Mate...
Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Konstruktivisme pada Mate...Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Konstruktivisme pada Mate...
Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Konstruktivisme pada Mate...
 
Jurnal pendukung6
Jurnal pendukung6Jurnal pendukung6
Jurnal pendukung6
 
892-3613-1-PB.pdf
892-3613-1-PB.pdf892-3613-1-PB.pdf
892-3613-1-PB.pdf
 
Ppt jurnal 1
Ppt jurnal 1Ppt jurnal 1
Ppt jurnal 1
 
Pembugaran pedagogi
Pembugaran pedagogiPembugaran pedagogi
Pembugaran pedagogi
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb
 
Penggunaan ict abad 21
Penggunaan ict abad 21Penggunaan ict abad 21
Penggunaan ict abad 21
 
Ulasan kritis bf
Ulasan kritis bfUlasan kritis bf
Ulasan kritis bf
 
46 53 rasid et al.upm
46 53 rasid et al.upm46 53 rasid et al.upm
46 53 rasid et al.upm
 
3113 5674-1-sm
3113 5674-1-sm3113 5674-1-sm
3113 5674-1-sm
 
Penggunaan+teknologi+dlm+pengajaran
Penggunaan+teknologi+dlm+pengajaranPenggunaan+teknologi+dlm+pengajaran
Penggunaan+teknologi+dlm+pengajaran
 
25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmt25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmt
 
Pembinaan media pengajaran berasaskan multimedia di kalangan
Pembinaan media pengajaran berasaskan multimedia di kalangan Pembinaan media pengajaran berasaskan multimedia di kalangan
Pembinaan media pengajaran berasaskan multimedia di kalangan
 
Pola penyelidikan ict dalam pendidikan guru di malaysia
Pola penyelidikan ict dalam pendidikan guru di malaysia Pola penyelidikan ict dalam pendidikan guru di malaysia
Pola penyelidikan ict dalam pendidikan guru di malaysia
 

Similaire à Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti).

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
NERRU
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
NERRU
 
Ptk pend savi
Ptk pend saviPtk pend savi
Ptk pend savi
Marna_Nna
 
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics EducationPendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Muhammad Alfiansyah Alfi
 
Metode problen solving
Metode problen solvingMetode problen solving
Metode problen solving
kaffah
 
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarInovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Nur Halimah
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Nailul Hasibuan
 
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Operator Warnet Vast Raha
 
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Operator Warnet Vast Raha
 

Similaire à Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti). (20)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
 
Ptk pend savi
Ptk pend saviPtk pend savi
Ptk pend savi
 
JURNAL IBNU.docx
JURNAL IBNU.docxJURNAL IBNU.docx
JURNAL IBNU.docx
 
TUGASAN 5
TUGASAN 5 TUGASAN 5
TUGASAN 5
 
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics EducationPendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
 
Metode problen solving
Metode problen solvingMetode problen solving
Metode problen solving
 
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarInovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
 
Proposal skripsi
Proposal skripsiProposal skripsi
Proposal skripsi
 
ppt_Syafrilla Faigha Utami_127.pptx
ppt_Syafrilla Faigha Utami_127.pptxppt_Syafrilla Faigha Utami_127.pptx
ppt_Syafrilla Faigha Utami_127.pptx
 
1105 2133-1-pb
1105 2133-1-pb1105 2133-1-pb
1105 2133-1-pb
 
Makalah ict
Makalah ictMakalah ict
Makalah ict
 
Skripsi New
Skripsi NewSkripsi New
Skripsi New
 
matematik
matematikmatematik
matematik
 
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciContoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
 
SEMINAR PROPOSAL.pptx
SEMINAR PROPOSAL.pptxSEMINAR PROPOSAL.pptx
SEMINAR PROPOSAL.pptx
 
KOBIBUL_ARTIKEL.docx
KOBIBUL_ARTIKEL.docxKOBIBUL_ARTIKEL.docx
KOBIBUL_ARTIKEL.docx
 
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
 
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
 

Plus de State University of Medan (9)

Development of Landside Fasility
Development of Landside Fasility Development of Landside Fasility
Development of Landside Fasility
 
Transformasi Peubah Acak dan Distribusinya
Transformasi Peubah Acak dan Distribusinya Transformasi Peubah Acak dan Distribusinya
Transformasi Peubah Acak dan Distribusinya
 
Makalah Penuh Penelitian Berbasis ICT
Makalah Penuh Penelitian Berbasis ICTMakalah Penuh Penelitian Berbasis ICT
Makalah Penuh Penelitian Berbasis ICT
 
Integral Berulang (Iterated Integrals)
Integral Berulang (Iterated Integrals)Integral Berulang (Iterated Integrals)
Integral Berulang (Iterated Integrals)
 
Prosedur Evaluasi Pembelajaran Matematika
Prosedur Evaluasi Pembelajaran MatematikaProsedur Evaluasi Pembelajaran Matematika
Prosedur Evaluasi Pembelajaran Matematika
 
Memaknai Kartu Domino dengan Pendekatan RME sebagai bagian dari Matematika
Memaknai Kartu Domino dengan Pendekatan RME sebagai bagian dari MatematikaMemaknai Kartu Domino dengan Pendekatan RME sebagai bagian dari Matematika
Memaknai Kartu Domino dengan Pendekatan RME sebagai bagian dari Matematika
 
Aplikasi Persamaan Differensial Dalam Bidang Ekonomi
Aplikasi Persamaan Differensial Dalam Bidang EkonomiAplikasi Persamaan Differensial Dalam Bidang Ekonomi
Aplikasi Persamaan Differensial Dalam Bidang Ekonomi
 
Wilcoxon Matced Pairs Signed Ranks Test
Wilcoxon Matced Pairs Signed Ranks TestWilcoxon Matced Pairs Signed Ranks Test
Wilcoxon Matced Pairs Signed Ranks Test
 
Metodologi pembelajaran matematika
Metodologi pembelajaran matematikaMetodologi pembelajaran matematika
Metodologi pembelajaran matematika
 

Dernier

aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
HafidRanggasi
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Dernier (20)

UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 

Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti).

  • 1. UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA POKOK BAHASAN FUNGSI KUADRAT DI KELAS X SMA N 11 MEDAN TA 2012-2013 RIZKI KURNIAWAN RANGKUTI Mahasiswa PPs Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Medan (UNIMED) Email: rizkikurniawanrangkuti@gmail.com Abstrak. Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah kreativitas belajar matematika siswa rendah sehingga perlu dilakukan pembelajaran berbasis ICT, dan kemauan siswa laki-laki untuk belajar matematika sangat rendah yang berakibat kepada hasil belajar matematika yang rendah, sehingga perlu diupayakan pembelajaran berkelompok yang menekankan aktivitas kolaborasi yang bersifat pada pembentukan kelompok heterogen. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas belajar matematika siswa dan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu pada bulan Oktober di SMA Negeri 11 Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Instrument yang digunakan untuk mengukur berpikir kreatif dan hasil belajar siswa adalah wawancara, observasi, dan tes. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, dalam 1 siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Dari hasil tes awal yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan sangat rendah, hal ini dibuktikan bahwa tidak terdapat siswa yang menunjukkan ketuntasan belajar dengan rata-rata pencapaian siswa 20,62 dan tingkat ketuntasan klasikal 0%. Setelah pemberian tindakan I tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal untuk tes berpikir kreatif siswa adalah 15% dengan rata-rata pencapaian kelas 33,75. Untuk tes hasil belajar siswa tingkat ketuntasan yang diperoleh siswa adalah 17,5% dengan rata-rata pencapaian kelas 26,42. Selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan II tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal untuk tes berpikir kreatif siswa adalah 85% dengan rata-rata pencapaian kelas 72,85 termasuk dalam kategori sedang. Untuk tes hasil belajar siswa tingkat ketuntasan yang diperoleh siswa adalah 90% dengan rata-rata pencapaian kelas 77,17 termasuk dalam kategori sedang. Dari hal tersebut ada peningkatan tingkat ketuntasan klasikal sebesar 70% untuk berpikir kreatif siswa dan 72,5% untuk hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa media pembelajaran berbasis ICT dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa di kelas X6 SMA Negeri 11 Medan Tahun Akademik 2012-2013. Kata Kunci: Kreativitas, Hasil Belajar, Media Berbasis ICT, dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
  • 2. PENDAHULUAN Dunia pendidikan adalah harapan bangsa dan negara sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Pendidikan yang menuntut kepada pola pikir salah satunya adalah pendidikan matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Dalam proses pembelajaran matematika terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa, diantaranya tidak adanya media pembelajaran yang dapat mendukung kegiatan mengajar guru dan model pembelajaran yang tidak efektif, di mana ketidakberpihakan media dan model pembelajaran akan membawa kreativitas siswa semakin surut dan berakibat hasil belajar yang tidak optimal. Oleh karena itu diperlukan suatu model dan media pembelajaran yang dapat membuat peserta didik tertarik dalam pembelajaran matematika. Saat peneliti melakukan observasi sebelum penelitian dilakukan di kelas X6 SMA Negeri 11 Medan tepatnya 16 Juli 2012 terdapat beberapa informasi yang mencerminkan keadaan siswa selama proses pembelajaran, diantaranya adalah; (1) siswa terlihat kurang memiliki keterampilan dalam mengerjakan soal, mungkin dikarenakan tidak terbiasa dalam mengerjakan soal, sehingga kreativitas yang dimiliki siswa kurang berproduksi, (2) ssiswa laki-laki terlihat kurang memiliki kemauan untuk belajar matematika dari pada siswa perempuan, hal ini mungkin dikarenakan model pembelajaran yang diberikan tidak model pembelajaran kooperatif (pembelajaran berkelompok) yang disertai dengan media pembelajaran yang mendukung. Model pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa sanggup menguasai konsep matematika dengan baik, di mana model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Dalam suatu proses belajar mengajar, media pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting. Media pembelajaran berbasis ICT merupakan suatu media dengan menggunakan sarana pendukung yaitu LCD Projektor, di samping itu pembelajaran berbasis ICT menggunakan software presentasi dan software pendukung lainnya. Dengan adanya pembelajaran berbasis ICT diharapkan akan membawa perubahan pemahaman siswa akan konsep matematika yang diberikan. Kreativitas didefenisikan secara berbeda-beda. Sedemikian beragam defenisi itu, sehingga pengertian kreativitas tergantung pada orang yang mendefenisikannya. Renzulli (dalam Pardede, 2010:15) berpendapat bahwa kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas dapat dikembangkan melalui stimulasi dan pelatihan. Kreativitas dapat dipandang sebagai sebuah bentuk inteligensi. Beetlestone (2011) memandang kreativitas sebagai salah satu dari ‘multipel inteligensi’ yang meliputi berbagai macam fungsi otak.
  • 3. Kreativitas merupakan sebuah komponen penting dan memang perlu, tanpa kreativitas pelajar hanya akan bekerja pada sebuah tingkat kognitif yang sempit. Aspek kreatif otak dapat membantu menjelaskan dan menginterpretasikan konsep-konsep yang abstrak, sehingga memungkinkan anak mencapai penguasaan yang lebih besar, khususnya dalam mata pelajaran seperti matematika dan sains yang seringkali sulit dipahami. Torrence (dalam Pardede, 2010:19) menyatakan bahwa kekuatan dasar kreativitas meliputi: (1) Fluency (kelancaran), merupakan awal berpikir kreatif yang terfokus pada kuantitas pemikiran, termasuk pula volume pemikiran atau respon dalam mengambil sikap tertentu, (2) Flexibellity (fleksibelitas), fleksibelitas menempati urutan kedua setelah fluency, yaitu transformasi dari suatu kelompok ke kelompok lain tatkala menyebutkan optimalisasi hal tertentu atau perubahan arah akal kepada sesuatu atau sikap tertentu, (3) Originality (orisinalitas), orisinalitas yaitu teknik pemikiran. Teknik pemikiran tidak akan muncul tanpa volume. Teknik pemikiran bertopang pada volume dan volume pemikiran meliputi pemikiran buruk dan baik. Pemikiran baik tidak akan muncul tanpa keberadaan pemikiran buruk. Hasil belajar dipengaruhi oleh inteligensi dan penguasaan awal anak tentang materi yang akan dipelajari. Ini berarti bahwa guru perlu menetapkan tujuan belajar sesuai dengan kapasitas inteligensi anak, dan pencapaian tujuan belajar perlu menggunakan bahan apersepsi, yaitu bahan yang telah dikuasai anak sebagai batu loncatan untuk menguasai bahan pelajaran baru. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang diberikan kepada anak. Pembelajaran dewasa ini menghadapi 2 tantangan. Tantangan yang pertama datang dari adanya perubahan persepsi tentang belajar itu sendiri dan tantangan kedua datang dari adanya teknologi informasi dan telekomunikasi yang memperlihatkan perkembangan yang luar biasa. Sementara itu, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat yang menawarkan berbagai kemudahan-kemudahan baru dalam pembelajaran memungkinkan terjadinya pergeseran orientasi belajar dari outside-guided menjadi self-guided dan dari knowledge-as-possesion menjadi knowledge-as-construction. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 s/d 5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, panyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Slavin (dalam Trianto, 2012:68) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4 s/d 5 orang yang merupakan
  • 4. campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu. Menurut Resnick dalam Hasratuddin (dalam Paper presented in National Workshop : Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang Menyenangkan dan Berkarakter, 2011) Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam modernisasi pendidikan; 1) Bagaimana kita belajar (how people learn), 2) apa yang dipelajari (what people learn), dan 3) Kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn). Dengan mencermati jawaban atas ketiga pertanyaan di atas, potensi, dan peran ICT yang bisa dimanfaatkan dapat dilihat pada gambar berikut : How ICT What Where & When Gambar 1: Modernisasi Pendidikan Dalam sejarah perkembangannya, Autograph Versi 3 pertama diterbitkan pada bulan Maret tahun 2004, kemudian Autograph versi 3.10 diterbitkan pada bulan April tahun 2005, dan yang sekarang Autograph versi 3.20 Internasional (Unicode) edition diterbitkan pada bulan Mei Tahun 2007. Microsoft PowerPoint 2007 merupakan sebuah perangkat lunak yang dibuat dan dikembangkan oleh perusahaan microsoft, dan merupakan salah satu program berbasis multi media. PowerPoint adalah program untuk menyusun presentasi yang termasuk dalam paket Microsoft Office. Camtasia Studio adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk membuat video tutorial, yaitu dengan cara merekam aktivitas di layar monitor. Aplikasi ini dikembangkan oleh Techsmith dan tersedia untuk platform windows dan Mac OS. Selain untuk merekam aktivitas di layar monitor, video yang telah anda rekam dapat langsung diedit, tanpa harus menggunakan aplikasi tambahan.
  • 5. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 11 Medan Jalan Pertiwi No 93 Medan Tembung. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu pada semester ganjil tepatnya bulan Oktober tahun ajaran 2012-2013. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X6 SMA Negeri 11 Medan tahun ajaran 2012-2013 yang berjumlah 40 siswa. Adapun objek penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kreativitas dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa melalui media pembelajaran berbasis ICT dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan fungsi kuadrat di kelas X SMA Negeri 11 Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Dalam satu siklus terdiri atas enam tahapan yaitu : (1) Permasalahan, (2) Perencanaan tindakan, (3) Pelaksanaan tindakan, (4) Observasi, (5) Analisis data, (6) Refleksi. Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindak lanjut. Tabel 1: Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Pada Penelitian ini di SMA Negeri 11 Medan Permasalahan Alternatif Pemecahann (Rencana Tindakan I) Pelaksanaan Tindakan I Refleksi I Analisis Data I Observasi I SIKLUS I SIKLUS I Terselesaikan Belum Terselesaikan Alternat if Pemecahan (Rencana Tindakan II) Pelaksanaan Tindakan II SSIKIKLLUUSS III Refleksi II Analisis Data Terselesaikan II Observasi II Belum Terselesaikan Alternat if Pemecahan (Rencana Tindakan III) Pelaksanaan Tindakan III Refleksi III Analisis Data III Observasi III SIKLUS I SIKLUS III Terselesaikan
  • 6. Alat yang digunakan untuk mengumpul data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan tes. Untuk keperluan mencari reliabilitas tes, Arikunto mengemukakan: “Koefisien reliabilitas tes berbentuk uraian (essay test) dapat digunakan rumus Alpha sebagai berikut” : 푟11 = 푛 푛−1 (1 − Σ 휎푖 2 2 ), 퐴푟푖푘푢푛푡표 (2011: 109) (1) 휎푇 Untuk tabel harga kritik 푟푡푎푏푒푙 Product Moment dengan 훼 = 0,05. Jika 푟11 > 푟푡푎푏푒푙 maka keseluruhan tes dinyatakan reliabel. Untuk menguji validitas tes digunakan rumus Korelasi Product Moment dengan angka kasar, yaitu sebagai berikut: 푟푋푌 = 푁 Σ 푋푌−(Σ푋)(Σ 푌) √(푁Σ 푋2−(Σ푋)2) (푁Σ 푌2−(Σ푌)2) , 퐴푟푖푘푢푛푡표 (2011: 72) (2) Jika harga 푟푋푌 lebih besar dari harga kritik dalam tabel pada 훼 = 0,05 yaitu 푟푋푌 ≥ 푟푡푎푏푒푙, maka korelasi tersebut signifikan. Tetapi jika 푟푋푌 < 푟푡푎푏푒푙 maka korelasi tersebut tak signifikan. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, paparan data, verifikasi data, dan interpretasi data. Dimana hasil belajar siswa sesuai dalam petunjuk pelaksanaan proses belajar mengajar Depdikbud bahwa terdapat kriteria ketuntasan belajar perorangan dan klasikal, yaitu: (a) seorang siswa telah tuntas belajar jika siswa tersebut telah mencapai skor 65% atau nilai 65, (b) suatu kelas dikatakan telah tuntas belajar jika dalam kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah mencapai daya serap lebih dari 65%. Ketuntasan belajar perorangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 퐷푆 = 푃 푄 x 100% (3) Secara individu, siswa telah dikatakan tuntas belajar apabila 퐷푆 ≥ 65%. dan ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 퐷 = 푋 푁 x 100% (4) Selain dengan melihat ketuntasan belajar klasikal dan ketuntasan belajar perorangan, peningkatan kreativitas matematika siswa dan hasil belajar juga dapat dilihat dengan menggunakan analisis komparatif untuk menguji satu kelompok sampel dengan dua data terpisah yang digunakan untuk membandingkan perbedaan dua data dalam satu kelompok sampel penelitian. Subjek penelitian di dalam analisis ini adalah subjek yang terpisah dikemukakan oleh Hardjodipuro (1987:60) disebut “dependent sample”. Teknik analisis yang digunakan menurut Hardjodipuro adalah t-test. Rumus yang digunakan adalah:
  • 7. 푡 = 푋̅1−푋̅2 √Σ퐷2− (Σ퐷) 2 푁 푁(푁−1) (5) Pada taraf signifikan 훼 = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = N – 1 maka dapat diperoleh harga t tabel. Apabila t hasil perhitungan lebih besar dari harga t tabel (푡ℎ푖푡푢푛푔 > 푡푡푎푏푒푙) maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara dua kelompok data penelitian itu. Tetapi apabila sebaliknya, jika harga t hitung lebih kecil atau sama dengan t tabel (푡ℎ푖푡푢푛푔 ≤ 푡푡푎푏푒푙) maka tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok data tersebut. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer yaitu guru bidang studi matematika kelas X6 SMA Negeri 11 Medan dan seorang mahasiswa satu fakultas di FKIP UISU, data yang diperoleh di analisis dengan rumus: 푃푖 = 퐽푢푚푙푎ℎ 푠푒푙푢푟푢ℎ 푎푠푝푒푘 푦푎푛푔 푑푖푎푚푎푡푖 퐵푎푛푦푎푘푛푦푎 푎푠푝푒푘 푦푎푛푔 푑푖푎푚푎푡푖 (6) Dimana Pi adalah hasil pengamatan pada pertemuan ke-i. Adapun kriteria rata-rata penilaian observasi adalah sebagai berikut: 0 – 1,1 artinya hasil observasi bernilai kurang 1,2 – 2,1 artinya hasil observasi bernilai cukup 2,2 – 3,1 artinya hasil observasi bernilai baik 3,2 – 4,0 artinya hasil observasi bernilai sangat baik Kegiatan menganalisis tingkat berpikir kreatif bertujan untuk memilih dan mengelompokkan tingkat kemampuan siswa berdasarkan skor, banyak siswa, dan rata-rata skor kemampuan yang diperoleh baik dalam berpikir kreatif kategori lancar, berpikir kreatif kategori luwes, maupun berpikir kategori original dalam menyelesaikan soal-soal fungsi kuadrat. Dalam hal ini dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut berikut: Tabel 2: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Skor Berpikir Kreatif Tingkat Kemampuan Banyak Siswa Persentase Jumlah Siswa Rata-Rata Skor Kemampuan 80 – 100 Tinggi 6 1 – 79 Sedang 0 – 60 Rendah
  • 8. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil jawaban siswa yang diberikan pada tes berpikir kreatif I dideskripsikan tingkat berpikir kreatif siswa sebagai berikut : 1. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir kreatif lancar bahwa tidak ada yang memiliki kemampuan tinggi dari 40 orang siswa dan juga tidak ada yang memiliki kemampuan sedang dari 40 orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi maupun sedang. Sementara terdapat 40 orang siswa yang memiliki kemampuan rendah dengan rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir lancar 5,12. Tabel 3: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa Dalam Berpikir Lancar (Kategori I) Skor Berpikir Kreatif Tingkat Kemampuan Banyak Siswa Persentase Jumlah Siswa Rata-Rata Skor Kemampuan 80 – 100 Tinggi 0 0% 61 – 79 Sedang 0 0% 5,125 0 – 60 Rendah 40 100% Tingkat Kemampuan Tinggi Tingkat Kemampuan Sedang Tingkat Kemampuan Rendah Gambar 2: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa Dalam Berpikir Lancar (Kategori I) 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 2. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir luwes terdapat 6 orang siswa dari 40 orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi, 2 orang siswa yang memiliki kemampuan sedang, dan 32 orang siswa yang memiliki kemampuan rendah dengan rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir luwes 35,62. Tabel 4: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa Dalam Berpikir Luwes (Kategori II) Skor Berpikir Kreatif Tingkat Kemampuan Banyak Siswa Persentase Jumlah Siswa Rata-Rata Skor Kemampuan 80 – 100 Tinggi 6 15% 61 – 79 Sedang 2 5% 35,62 0 – 60 Rendah 32 80%
  • 9. Gambar 3: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa Dalam Berpikir Luwes (Kategori II) 35 30 25 20 15 10 5 3. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir original terdapat 4 orang siswa dari 40 orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi, 7 orang siswa dari 40 orang siswa yang memiliki kemampuan sedang, dan 29 orang siswa yang memiliki kemampuan rendah dengan rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir original 35,62. Tabel 5: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa Dalam Berpikir Original (Kategori III) Skor Berpikir Kreatif Tingkat Kemampuan Banyak Siswa Persentase Jumlah Siswa Rata-Rata Skor Kemampuan 80 – 100 Tinggi 4 10% 61 – 79 Sedang 7 17,5% 36,5 0 – 60 Rendah 29 72,5% Gambar 4: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa Dalam Berpikir Original (Kategori III) 0 Tingkat Kemampuan Tinggi Tingkat Kemampuan Sedang Tingkat Kemampuan Rendah 35 30 25 20 15 10 5 0 Tingkat Kemampuan Tinggi Tingkat Kemampuan Sedang Tingkat Kemampuan Rendah
  • 10. Dari hasil tes berpikir kreatif siswa I yang diberikan kepada 40 orang siswa diperoleh 34 orang siswa yang belum mencapai skor lebih besar dari 60, 6 orang siswa yang mencapai skor lebih besar dari 60 dengan rata-rata skor berpikir kreatif siswa 33,75. Dari hasil tes belajar I, diperoleh bahwa penguasaan siswa terhadap materi fungsi kuadrat sangat rendah. Pada materi fungsi kuadrat dari 40 orang siswa terdapat 7 orang siswa telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 33 orang siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada tes hasil belajar I ini yaitu 26,42. Hal ini berarti bahwa kemampuan siswa pada tes hasil belajar I meningkat sebesar 5,8 dibandingkan pada tes awal. Berdasarkan hasil jawaban siswa yang diberikan pada tes berpikir kreatif II dideskripsikan tingkat kemampuan berpikir kreatif II siswa sebagai berikut : 1. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir lancar terdapat 28 orang siswa dari 40 orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi, tidak ada seorang siswa yang memiliki kemampuan sedang, dan terdapat 12 orang siswa dari 40 orang siswa yang memiliki kemampuan rendah dengan nilai rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir lancar adalah 71,55. Tabel 6: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa Dalam Berpikir Lancar (Kategori I) Skor Berpikir Kreatif Tingkat Kemampuan Banyak Siswa Persentase Jumlah Siswa Rata-Rata Skor Kemampuan 80 – 100 Tinggi 28 70% 61 – 79 Sedang 0 0% 71,55 0 – 60 Rendah 12 30% Gambar 5: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa Dalam Berpikir Lancar (Kategori I) 30 25 20 15 10 5 0 Tingkat Kemampuan Tinggi Tingkat Kemampuan Sedang Tingkat Kemampuan Rendah
  • 11. 2. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir luwes terdapat 29 orang siswa dari 40 orang siswa yang memliki kemampuan tinggi, 4 orang siswa dari 40 orang siswa yang memiliki kemampuan sedang, dan 7 orang siswa dari orang 40 siswa yang memiliki kemampuan rendah dengan nilai rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir luwes adalah 79,08. Tabel 7: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa Dalam Berpikir Luwes (Kategori II) Skor Berpikir Kreatif Tingkat Kemampuan Banyak Siswa Persentase Jumlah Siswa Rata-Rata Skor Kemampuan 80 – 100 Tinggi 29 72,5% 61 – 79 Sedang 4 10% 79,08 0 – 60 Rendah 7 17,5% Gambar 6: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa Dalam Berpikir Luwes (Kategori II) 35 30 25 20 15 10 5 3. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir original terdapat 25 orang siswa dari 40 orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi, 1 orang siswa dari 40 orang siswa yang memiliki kemampuan sedang, dan 14 orang siswa dari 40 orang siswa yang memiliki kemampuan rendah dengan nilai rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir original adalah 66,75. Tabel 8: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa Dalam Berpikir Original (Kategori III) Skor Berpikir Kreatif Tingkat Kemampuan Banyak Siswa Persentase Jumlah Siswa Rata-Rata Skor Kemampuan 80 – 100 Tinggi 25 62,5% 61 – 79 Sedang 1 2,5% 66,75 0 – 60 Rendah 14 35,% 0 Tingkat Kemampuan Tinggi Tingkat Kemampuan Sedang Tingkat Kemampuan Rendah
  • 12. Gambar 7: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa Dalam Berpikir Original (Kategori III) 30 25 20 15 10 5 Dari hasil tes berpikir kreatif II yang diberikan kepada 40 orang siswa diperoleh 34 orang siswa yang mencapai skor lebih besar dari 60, dan terdapat 6 orang siswa yang belum mencapai skor lebih besar dari 60 dengan skor rata-rata berpikir kreatif II adalah 72,85. Dari tes hasil belajar II, diperoleh bahwa penguasan siswa terhadap materi fungsi kuadrat sudah meningkat dari sikus I ke siklus II. Pada materi fungsi kuadrat dari 40 orang siswa terdapat 36 orang siswa telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 4 orang siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada tes hasil belajar II yaitu 77,17. Hal ini berarti bahwa kemampuan siswa pada tes hasil belajar II meningkat sebesar 50,75 dari tes hasil belajar I. Peningkatan rata-rata kreativitas siswa antara siklus I dengan siklus II juga dapat dilihat dengan uji t-test sebagai berikut: 푡 = 푋̅ 1 −푋̅ 2 √Σ 퐷2 − (Σ 퐷)2 푁 푁(푁 − 1) Tabel 9: Perbandingan Skor Berpikir Kreatif Siswa Pada Siklus I dan Siklus II No Kode Siswa Skor Siklus I Skor Siklus II D D2 1 S1 48 96 48 2304 2 S2 48 96 48 2304 3 S3 0 0 0 0 4 S4 35 71 36 1296 5 S5 0 96 96 9216 6 S6 0 96 96 9216 7 S7 43 0 43 1849 0 Tingkat Kemampuan Tinggi Tingkat Kemampuan Sedang Tingkat Kemampuan Rendah
  • 13. 8 S8 74 96 22 484 9 S9 74 96 22 484 10 S10 53 96 43 1849 11 S11 33 76 43 1849 12 S12 74 96 22 484 13 S13 30 84 54 2916 14 S14 0 76 76 5776 15 S15 53 96 43 1849 16 S16 53 69 16 256 17 S17 43 96 53 2809 18 S18 43 0 43 1849 19 S19 53 0 53 2809 20 S20 48 96 48 2304 21 S21 48 76 28 784 22 S22 28 69 41 1681 23 S23 35 81 46 2116 24 S24 48 86 38 1444 25 S25 0 76 76 5776 26 S26 74 96 22 484 27 S27 3 72 69 4761 28 S28 25 76 51 2601 29 S29 0 96 96 9216 30 S30 0 73 73 5329 31 S31 0 74 74 5476 32 S32 0 91 91 8281 33 S33 0 66 66 4356 34 S34 0 66 66 4356 35 S35 74 96 22 484 36 S36 74 96 22 484 37 S37 0 0 0 0 38 S38 48 96 48 2304 39 S39 33 0 33 1089 40 S40 55 96 41 1681 Jumlah 1350 2914 1908 114606 Rata-Rata 33,75 72,85 47,7 2865,15 푡 = 푋̅ 1 −푋̅ 2 √Σ 퐷2 − (Σ 퐷)2 푁 푁(푁 − 1) = 72,85 − 33,75 √114606 − (1908)2 40 40(39) = 39,1 114606 − 91011,6 √ 1560 = 10,05 Dengan 훼 = 0,05 dan dk = N − 1 = 40 − 1 = 39 maka diperoleh t0,95(39) =1,69. Ternyata t hasil perhitungan lebih besar dari t tabel, yaitu 푡ℎ푖푡푢푛푔 = 10,05 > 푡푡푎푏푒푙 = 1,69, maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara kreativitas siswa siklus I dengan kreativitas siswa siklus II, dimana kreativitas siswa pada siklus II lebih baik dibandingkan dengan kreativitas siklus I.
  • 14. Selain dilihat dari nilai peningkatan rata-rata kelas, peningkatan rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh dari siklus I ke siklus II dapat juga dilihat dengan uji t-test sebagai berikut: 푡 = 푋̅ 1 −푋̅ 2 √Σ 퐷2 − (Σ 퐷)2 푁 푁(푁 − 1) Tabel 10: Perbandingan Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus I dan Siklus II No Kode Siswa Skor Siklus I Skor Siklus II D D2 1 S1 77 85 8 64 2 S2 0 82 82 6724 3 S3 37 96 59 3481 4 S4 0 100 100 10000 5 S5 43 94 51 2601 6 S6 48 95 47 2209 7 S7 0 95 95 9025 8 S8 77 77 0 0 9 S9 0 85 85 7225 10 S10 48 0 48 2304 11 S11 20 78 58 3364 12 S12 0 80 80 6400 13 S13 41 95 54 2916 14 S14 0 0 0 0 15 S15 80 95 15 225 16 S16 35 82 47 2209 17 S17 43 95 52 2704 18 S18 0 0 0 0 19 S19 0 90 90 8100 20 S20 77 85 8 64 21 S21 0 0 0 0 22 S22 20 67 47 2209 23 S23 20 65 45 2025 24 S24 0 76 76 5776 25 S25 0 76 76 5776 26 S26 5 82 77 5929 27 S27 48 100 52 2704 28 S28 48 95 47 2209 29 S29 48 78 30 900 30 S30 0 66 66 4356 31 S31 0 90 90 8100 32 S32 80 95 15 225 33 S33 0 78 78 6084 34 S34 0 81 81 6561 35 S35 5 78 73 5329
  • 15. 36 S36 77 92 15 225 37 S37 0 100 100 10000 38 S38 0 78 78 6084 39 S39 0 91 91 8281 40 S40 80 90 10 100 Jumlah 1057 3087 2126 152488 Rata-Rata 26,425 77,125 53,15 3812,2 푡 = 푋̅ 1 −푋̅ 2 √Σ 퐷2 − (Σ 퐷)2 푁 푁(푁 − 1) = 77,125 − 26,425 √152488 − (2126)2 40 40(39) = 50,7 √152488 − 112996,9 1560 = 10,08 Dengan 훼 = 0,05 dan dk = N − 1 = 40 − 1 = 39 maka diperoleh t0,95(39) = 1,69. Ternyata t hasil perhitungan lebih besar dari ttabel yaitu 푡ℎ푖푡푢푛푔 = 10,08 > 푡푡푎푏푒푙 = 1,69, maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara hasil belajar siswa pada siklus I dengan siklus II, dimana kemampuan siswa pada siklus II lebih baik dibandingkan dengan kemampuan siswa pada siklus I. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada BAB IV maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa melalui media pembelajaran berbasis ICT dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kreativitas siswa pada pokok bahasan fungsi kuadrat di kelas X6 SMA Negeri 11 Medan tahun akademik 2012-2013. 2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa melalui media pembelajaran berbasis ICT dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan fungsi kuadrat di kelas X6 SMA Negeri 11 Medan tahun akademik 2012-2013. Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyampaikan beberapa saran antara lain : 1. Kepada sekolah, sebagai salah satu tolak ukur dalam memperbaiki proses pembelajaran dengan selalu berusaha mengikuti perkembangan teknologi yang sangat penting dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. 2. Kepada guru, supaya dalam memberikan pembelajaran yang lebih baik kepada siswa perlu dilakukan pengintegrasian media dengan model pembelajaran.
  • 16. 3. Kepada peneliti lanjutan, supaya membuat berbagai inovasi yang mendukung proses pembelajaran dengan berusaha mengintegrasikan beberapa hal yang dianggap dapat memberikan pembelajaran yang lebih baik kepada siswa. 4. Kepada pendidikan non formal, supaya tidak bosan-bosannya memfasilitasi anak kursusnya melalui fasillitas pembelajaran yang tidak kalah baiknya di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Beetlestone, Florence., (2011), Creative Learning, Nusamedia, Bandung. Hardjodipuro, Siswoyo., 1987, Statistik Terapan Untuk Penelitian Pendidikan Aplikasi dan Interpretasi, Depdikbud, Jakarta Pardede, Herfina., (2010), Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Datar di Kelas VII SMP Negeri 10 Medan Tahun Ajaran 2009-2010., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan. Siregar, Hasratuddin., 2011, Revolusi Pembelajaran Matematika Berbasis Information and Cummunication Technology (ICT) dalam Membangun Karakter (Character Building), Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang Menyenangkan dan Berkarakter, Volume 14 hal 1-11. Sudjana., (2005), Metoda Penelitian, Tarsito, Bandung. Trianto., (2012), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Krismatik, Jakarta.