Dokumen tersebut merupakan edisi 114 dari tabloid Media Umat yang diterbitkan pada tanggal 25-7 November 2013. Edisi ini memuat berbagai berita dan artikel seperti profil aktivis Hizbut Tahrir Inggris, hukum adopsi anak, insiden penembakan imam masjid oleh Densus 88, dan fenomena Islam di Rusia. Juga terdapat diskusi tentang dinasti politik, APBN negara khilafah, dan pencegahan pelecehan anak. [/ringkasan]
1. Edisi 114, 20 Dzulhijjah 1434 H - 3 Muharram 1435 H/ 25 Oktober - 7 November 2013
Harga Rp. 6000,- Luar jawa Rp. 7500,-
www.mediaumat.com
Sosok: Kenneth “Abdul Haleem” George Watson
Aktivis Hizbut Tahrir Inggris
Awalnya Salah Sangka, Lalu Jatuh Cinta
Ustadz Menjawab
Hukum Mengadopsi Anak
Media Daerah
Imam Masjid itu Ditembak Densus 88
Mancanegara
Air Mata Arnoud Van Doorn Di Tanah Suci
Muslimah
Agar Anak Tak Jadi Korban Pelecehan
2. 2
Salam
Media Pembaca
Media Umat | Edisi 114, 20 Dzulhijjah 1434 H - 3 Muharram 1435 H/ 25 Oktober - 7 November 2013
Salam Redaksi
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu
Salam Perjuangan!
Alhamdulillah, di bulan suci Dzulhijjah 1434 H ini kami kembali
bisa hadir di ruang baca Anda dengan menyajikan berbagai informasi
yang khas. Semoga Anda dalam lindungan Allah SWT dan tetap
istiqamah menjalankan kewajiban dan meninggalkan larangan-Nya.
Pembaca yang dirahmati Allah, musim haji telah berlalu.
Rombongan jamaah haji telah kembali berangsur-angsur dari Tanah
Suci. Semoga mereka semua menjadi haji mabrur. Amin.
Tentu kita berharap ada semangat baru yang dibawa oleh
jamaah haji setelah mereka hampir sebulan lamanya berada di dua
kota suci. Semangat untuk taat kepada Allah tanpa ada keberatan hati
sedikitpun.
Bukankah mereka dalam beberapa saat diuji oleh Allah untuk
melepaskan hal-hal terkait duniawi. Jabatan dan kekayaan sementara
ditanggalkan. Semua orang berkedudukan sama di hadapan Allah di
Padang Arafah. Dan terbukti mereka bisa.
Ketaatan mereka inilah yang kita tunggu. Jangan sampai para
haji justru pulang membawa masa lalu kelam sebelum haji ditunaikan.
Aktivitas melempar jumrah seharusnya menjadikan para haji
membuang jauh-jauh hawa nafsunya yang mengarahkan kepada
ketidaktaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Pembaca yang dirahmati Allah, ketika orang berkorban dengan
kambing dan sapi saat Idul Adha, ternyata ada pula orang yang tega
mengorbankan orang lain demi nafsu setannya. Pembunuhan kini
merajalela. Negeri ini menjadi tak aman. Kenapa di negeri yang
katanya berbudaya luhur ini aksi kejahatan kelas berat ini justru
muncul? Apa yang salah? Mengapa negara tak mampu melindungan
warga negaranya? Inilah yang kami kupas dalam Media Utama kali ini.
Selain itu, tak ketinggalan kami mengangkat tema soal dinasti
politik di rubrik Fokus. Ya, ini adalah fenomena yang sebenarnya sudah
diketahui lama tapi baru berani disuarakan sekarang setelah dinasti
politik Ratu Atut (Gubernur Prov Banten) terlibat suap terhadap Ketua
MK Akil Muchtar.
Pembahasan tak kalah menarik bisa Anda dapatkan di rubrik
lainnya. Ada soal adopsi anak di rubrik Ustadz Menjawab, bagaimana
pandangan Kristen terhadap Nabi Ya'qub di Kristologi, dan fenomena
Islam di ibukota Rusia pada rubrik Mancanegara. Jangan lewatkan pula
pembahasan tentang APBN dalam negara khilafah di rubrik Siyasah.
Tak lupa kami terus mengajak Anda untuk menjadi penyambung
lidah perjuangan syariah dan khilafah ke tengah-tengah umat. Mari
terus bahu membahu mencerdaskan umat. Tabloid ini bisa menjadi
wasilah untuk itu. Maka dari itu, ajak kaum Muslimin membaca tabloid
ini. Syukur-syukur kalau mau berlangganan.
Akhirnya, semoga sajian kami bisa memperluas cakrawala
berpikir Anda. Selamat membaca!
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu
JELAJAHI
www.mediaumat.com
Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) menggelar Roundtable Discussion Tokoh Perempuan
“Melawan Imperialisme AS terhadap Perempuan di Asia Tenggara melalui KTT APEC dan Rezim
Pasar Bebas” di Gren Alia Cikini Jakarta, Kamis (10/10).
Media Pembaca
Tegakkan Khilafah
Syariat Islam akan membawa rahmat kejayaan.
Suatu umat yang jaya akan tercipta apabila disertai
dengan sistem yang baik dan kepemimpinan yang
amanah. Keduanya harus benar-benar ada, apabila
salah satunya tidak ada, kemaslahatan umat tidak akan
terjadi. Secara sistem, kita harus kembali kepada syariat
Islam, karena dengan syariat Islam yang bersumber dari
Allah SWT, kita akan mendapat rahmat dari Allah SWT
yang Maha Sempurna. Pemimpin yang baik, adalah
pemimpin yang mau tunduk kepada sistem yang baik
dan bisa menegakkan syariat Islam. Oleh karena itu di
era demokrasi sekarang ini, di mana umat hidup
dengan keterpurukan disegala bidang, miskin, lemah,
rendah diri, dan bodoh, marilah kita kembali kepada
sistem yang penuh rahmat dan keberkahan, di
dalamnya umat diatur oleh pemimpin yang amanah
dengan syariat Islam yaitu khilafah. Hartati. Cembul
Katapang-Kab Bandung. +6289649279xxx
Penguatan bagi Pejuang Dakwah
Dakwah adalah pilihan bukan pelarian. Dakwah
adalah perjuangan bukan profesi. Dakwah adalah
menyeru bukan kompromi atau toleransi buta. Dakwah
adalah berpihak pada yang haq bukan yang bathil.
Dakwah adalah memberi peringatan dan kabar
gembira bukan hiburan yang bikin orang tertawa.
Dakwah adalah kontinyuitas bukan sesaat.
Dakwah adalah ikhlas, sabar dan istiqamah bukan
tergesa-gesa dan cepat putus asa, dakwah butuh
keikhlasan, pengorbanan, perjuangan untuk tegaknya
syariah dan khilafah. Insya Allah. Muh.Erwin. PangkepSulsel. +6281355613xxx
Zaman Mendekati Akhir
Ya Rabb, Engkau telah memberitahu kami tentang
peristiwa akhir zaman melalui lisan nabiMu, bahwa di
akhir zaman rumah- rumah setan (night club,
diskotik,bar dll) penuh ramai, sementara rumah-rumahMu (masjid, majelis taklim, majelis dzikir dll) dibiarkan
lengang.
Perempuan-perempuan dijadikan hiasan oleh
tangan - tangan durjana. Ya Allah, sekarang semuanya
jadi kenyataan. Berarti sekarang zaman sudah
mendekati akhir. Wahai sahabat, apa yang sudah kita
persiapkan untuk mempertanggung jawabkan
semuanya dihadapan Allah, sementara khilafah belum
tegak di muka bumi. Umi Fila. Tangerang.
+6287875171xxx
Demokrasi hanya Ilusi
Pemerintah melanggar demokrasi yang hanya
merupakan ilusi. Katanya demokrasi menempatkan
kebijakan ada pada rakyat atas nama suara yang
terbanyak, tapi mengapa pada saat pemerintah
mengeluarkan kebijakan seperti menaikkan harga BBM
lalu kemudian mayoritas rakyat menolak kenaikan
harga BBM namun tidak didengar oleh penguasa di
negeri ini? Ini berarti suara mayoritas rakyat tidak lagi
didengarkan oleh penguasa, tapi penguasa di negeri
ini lebih mendengar dan berpihak kepada penguasa
imperialis AS dari pada rakyatnya sendiri. Saatnya kita
cmpakkan demokrasi, tegakkan syariah dan khilafah.
Afdhal. Makassar-Sulsel. +6289699627xxx
Dalih Demokrasi
Allah tidak selalu memberikan apa yang hambaNya minta, tetapi Allah senantiasa mempersembahkan
yang terbaik bagi-Nya kepada hamba-hamba-Nya.
Masalahnya, kebanyakan manusia tidak pernah mau
meyakini hal itu. Mereka menilai apa yang terbaik bagi
mereka adalah apa-apa yang dirasa baik dan mereka
senangi atas dasar manfaat terhadap nafsu mereka.
Inilah yang umumnya terjadi kepada penentang
syariat Islam, mereka beranggapan bahwa syariat Islam
tidak layak diterapkan di tengah-tengah kehidupan
SMS Media Pembaca/Komentar untuk MU: 08998206844.
SMS Redaksi: 081288020261. Sertakan Nama dan Asal
Sertakan Nama dan Asal daerah.
SMS Berlangganan: 0857 8013 7043
Penerbit: Pusat Kajian Islam dan Peradaban. Dewan Penasihat : KH Ma'ruf Amien, KH Nazri Adlani, KH Amrullah Ahmad, KH Syukron Makmun, KH Muhammad Arifin Ilham , KH Athian Ali M Dai,
Achmad Michdan SH, H Azwir, KH dr Muhammad Utsman, H Hari Moekti, Ustadz Abu Bakar Baa'syir, AGH Sanusi Baco, Lc, KH DR Miftah Faridl, Dra Hj Nurdiati Akma M.Si, Dra Hj Nurni Akma, Prof Dr Ir
Zoer’aini Djamal Irwan MS, KH Husin Naparin, Lc, MA. Penasihat Hukum: Achmad Michdan SH. Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi: Farid Wadjdi. Pemimpin Perusahaan: Anwar Iman.
Sidang Redaksi: Hafidz Abdurrahman, MR Kurnia, Harist Abu Ulya, Muhammad Ismail Yusanto, Rochmat S. Labib. Redaktur Pelaksana: Mujiyanto. Redaksi: W almaroky, Zulkifli, Joko Prasetyo,
Iwan Setiawan, Zulia Ilmawati, Nanik Wijayati, Febrianti Abbasuni, Kholda. Kontributor Daerah: Rifan (Jatim), Fakhruddin (Babel), Apri Siswanto (Riau), Rikhwan Hadi (Sumbar), Kurdiyono &
Ahmad Sudrajat (DIY), Eko (Sultra), Nazar Ali & Handani (Jabar), Bahrul Ulum (Sulsel), Abduh (Kalsel), Budianto Haris (Sumsel), Dani Umbara Lubis (Sumut), Dadan Hudaya (Banten) Desain dan
Pracetak: Kholid Mawardi. Keuangan: Budi Darmawan . Marketing: Muhammad Ihsan. Sirkulasi: W Wahyudi. Iklan: Aris Rudito, M Rosyid Aziz. Alamat Redaksi: Jl. Prof. Soepomo No. 231,
Jakarta Selatan 12790. Email: pembaca.tabloidmu@gmail.com. Iklan Pemasaran: Jl. Prof. Soepomo No. 231, Jakarta Selatan 12790. Email Iklan: iklan.tabloidmu@gmail.com . Email
Marketing: marketing.tabloidmu@gmail.com Hunting Pemasaran: 085711044000, sms: 089650202478. Hunting Iklan: 085780137043. Rekening: Bank Muamalat No Rek 9064150699 a.n
Budi Darmawan.
3. Media Umat | Edisi 114, 20 Dzulhijjah 1434 H - 3 Muharram 1435 H/ 25 Oktober - 7 November 2013
Editorial
3
mereka dengan berbagai dalih padahal alasan sebenarnya
adalah penerapan syariat Islam yang akan menjadikan
manusia sesuai dengan fitrahnya mereka rasa akan
mengekang, membelenggu dan membatasi upaya mereka
dalam memenuhi hawa nafsunya.
Di sisi lain, demokrasi mereka yakini sebagai sistem
yang tepat untuk diterapkan sebagai pengatur kehidupan,
dalih yang mereka kemukakan; sesuai dengan HAM dan
menjamin kebebasan, padahal untuk menjaga eksistensinya
para penjaga demokrasi yang merupakan kepanjangan
tangan kaum kapitalis, telah menjadi pelanggar HAM dan
merenggut kebebasan jutaan kaum Muslim di dunia. Itulah
salah satu karakter penganut sistem demokrasi yang
hipokrit, munafik! Ari Laros. Sidoarjo-Jatim.
+6285790809xxx
Ada Salah dengan Hukum
Belum selesai awak media memberitakan kasus
dugaan praktik suap dalam fit and proper test calon hakim
agung di Komisi III DPR Muncul lagi Kasus yang menimpa di
lembaga Mahkamah Konstitusi (MK) yang melibatkan salah
satu Ketua MK. Kasus-kasus ini tak ada akhirnya menimpa
bangsa ini yang bernama Indonesia.
Jika kita telusuri lebih jauh ada yang salah rasanya
dengan penerapan hukum di negara ini. Kita terlalu bangga
dengan hukum demokrasi. Padahal, inilah yang menjadi
biang kerok sehingga membuat orang tidak beriman dan
tidak ta'at pada sang Khaliq. Saatnya sekarang kita
membuang demokrasi di bumi ini dengan menjadikan
syariah dan khilafah salah satu kebenaran yang datangnya
dari Allah SWT. SAB. Pangkep-Sulsel. +6281342147xxx
Komentar untukMU
Tulisan Bagus
Assalamualaikum. Tulisan Farid Wajdi tentang Jokowi
"asik banget", membuat inget Abdurrahman Wahid jadi
Presiden, al Baqarah 120 lenyap. Mega wakil. Abdurrahman
lengser, Mega jadi Presiden, "laki-laki adalah pemimpin
wanita", gugur, tatanan berubah, syaf wanita di istiqlal pun
berubah, sejajar.
Jokowi nyalon Presiden. Otomatis Ahok jadi Gubernur
DKI. Maka al Maidah 51 sampai 57 gugur. Dengan seenaknya
dhewe Ahok atur imam masjid dan seluruh kegiatan-kegiatan
Islam. Nah lo!!! Obama datang dengan senyum
kemenangan.Wassalam. Buya Amir. Desa Selawi-Lahat.
+6285282364xxx
Tidak Memberikan Solusi
Kenapa dalam rubrik bisnis syariah MU edisi 111 yang
berjudul "Harta Haram, Rugi...!" tidak memberikan solusi
terhadap harta haram yang telanjur didapat, hanya ada 4 opsi
perlakuan yang kesemuanya haram. Mana solusinya? Fadholi.
Pasuruan. +6285645080xxx
Cover Depan MU
Assalamualaikum. Yang terhormat Redaksi Tabloid
Media Umat, edisi no.113 11 Oktober 2013 dengan cover
depan warna hijau sangat indah di pandang mata dan kalau
bisa setiap terbit tetap warna tersebut. Juga kalau bisa garis
putih di atas huruf M dihapus/dihilangkan, karena sedikit
menyamarkan/menutup kata. M. Natsir Nashrullah. Ciomas.
Bogor. +6281511670xxx
Wassalamualaikum wr wb. Terima kasih atas kritikan dan
masukannya. Kritikan insyaallah akan langsung ditanggapi oleh
pengasuh rubrik. Redaksi
Soal Jawab
bersama Amir Hizbut Tahrir
Ata Bin Khalil Abu Al-Rashtah
klik www.hizbut-tahrir.or.id
Visi Kenegaraan
dan Janji Kemenangan
S
alah satu perkara penting yang harus dimiliki para pemimpin bangsa demikian juga rakyatnya adalah
visi kenegaraan. Inilah yang justru hilang dari bangsa kita sehingga membuat bangsa ini hilang arah
atau sekadar menjadi pembebek negara penjajah. Yang lebih parah lagi, mereka merelakan diri untuk
dijajah oleh negara lain. Kalau sudah seperti ini, bagaimana mungkin kita bangkit? Visi kenegaraan ini
merupakan perkara penting di dalam Islam. Islam telah menggariskan dengan sangat jelas negara
Islam adalah negara adi daya yang akan memimpin dunia dan memberikan kebaikan kepada dunia. Negara ini
dibangun dengan asas akidah Islam, yang menjadikan syariah Islam sebagai hukum yang mengatur seluruh
aspek kehidupan.
Dalam Alquran surat Ali Imran: 110, Allah SWT menyatakan dengan tegas bahwa umat Islam merupakan
umat yang terbaik (kuntum khaira ummah) dengan tugas yang jelas: menyeru kepada perkara yang ma'ruf
(kebaikan), mencegah dari yang munkar (keburukan) dan beriman kepada Allah.
Allah pun menjanjikan umat Islam akan menjadi pemimpin dunia sebagaimana firmannya dalam QS An
Nuur: 55. Berkaitan dengan ayat ini Imam Ibnu Katsir, menyatakan, “Inilah janji dari Allah SWT kepada Rasulullah
SAW, bahwa Allah SWT akan menjadikan umat Nabi Muhammad SAW sebagai khulafâ' al-ardh; yakni pemimpin
dan pelindung manusia. Dengan merekalah (para khalifah) akan terjadi perbaikan negeri dan seluruh hamba Allah
akan tunduk kepada mereka.” (Imam Ibnu Katsir, Tafsîr Ibn Katsîr, VI/77).
Janji agung ini tidak hanya berlaku bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih pada generasi
Sahabat belaka, namun berlaku juga sepanjang masa bagi orang-orang Mukmin yang beramal shalih. Imam asySyaukani berkata, “Inilah janji dari Allah SWT kepada orang yang beriman kepada-Nya dan melaksanakan amal
shalih tentang kekhilafahan bagi mereka di muka bumi, sebagaimana Allah pernah mengangkat sebagai penguasa
orang-orang sebelum mereka. Inilah janji yang berlaku umum bagi seluruh generasi umat. Ada yang menyatakan
bahwa janji ini hanya berlaku bagi Sahabat saja. Sesungguhnya, pendapat semacam ini tidak memiliki dasar sama
sekali. Alasannya, iman dan amal shalih tidak hanya khusus ada pada Sahabat saja, namun bisa saja dipenuhi oleh
setiap generasi dari umat ini.” (Imam asy-Syaukani, Fath al-Qadîr, V/241).
Ayat di atas dengan tegas menunjukkan umat Islam dengan negara Islam yaitu Khilafah Islam akan menjadi
umat terbaik, pemimpin dan pelindung umat manusia (khulafâ' al-ardh), yang akan memperbaiki dunia.
Visi kenegaraan inilah yang memberikan asa (harapan) dan tekad yang kuat kepada umat Islam terdahulu
untuk mewujudkannya.
Ketika Rasulullah SAW mengabarkan bahwa umat Islam akan menaklukkan Konstantinopel, kota dari
sebuah negara adi daya dunia saat itu dalam hadistnya : “Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan, dan sebaikbaik amir adalah amirnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan itu” (HR Ahmad), umat Islam dan para khalifah
berusaha keras untuk mewujudkannya.
Meskipun hadist ini adalah khabar, di dalamnya mengandung makna amal. Maka diberangkatkanlah
sejumlah pasukan untuk menaklukkan Konstantinopel hingga Allah memuliakan Muhammad al-Fatih dengan
penaklukan itu.
Penting dicatat, visi kenegaraan sebagai negara adi daya ini akan terwujud melalui tegaknya negara
khilafah yang berlandaskan akidah Islam.
Negara khilafah disegani oleh kawan dan ditakuti oleh musuh. Negara itu akan memberikan kebaikan
kepada seluruh umat manusia dan memberikan sumbangan tak ternilai bagi peradaban dunia.
Keberadaan negara khilafah secara jujur diakui kebesarannya oleh sejarawan Will Durant dalam The Story
of Civilization: “Para khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya
bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para khalifah telah mempersiapkan berbagai kesempatan bagi siapapun
yang memerlukannya dan meratakan kesejahteraan selama berabad-abad dalam luasan wilayah yang belum
pernah tercatatkan lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka.”
Visi sebagai umat yang terbaik, negara adi daya terbaik, ini harus terus menerus kita sampaikan kepada
umat ini. Kita terbaik karena kita berpegang teguh pada Islam, satu-satunya agama yang benar. Kita terbaik
karena kita memiliki Alquran dan Sunnah sebagai pedoman hidup yang dijamin kebenarannya.
Perkara inilah yang terus menerus diajarkan oleh sang ulama, guru Muhammad al Fatih sang penakluk, al
Alim al Kabir Aaq Syamsudin : “Engkau adalah pembebas Konstantinopel.” Kata-kata ini sangat membekas dalam
diri al Fatih yang kemudian berhasil mewujudkannya.
Lantas bagaimana sikap kita sekarang? Sebagaimana Rasulullah SAW dan para sahabatnya, para Khulafa'
ar-rasyiddin, kita tentu harus bersikap yang sama. Berusaha keras menegakkan kembali negara adi daya itu, yaitu
negara Khilafah. Kalau Muhammad al Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel, maka kita punya kesempatan
untuk menaklukkan kota kedua yang dijanjikan oleh Rasulullah, yakni Roma. [] farid wadjdi
4. 4
Media Umat | Edisi 114, 20 Dzulhijjah 1434 H - 3 Muharram 1435 H/ 25 Oktober - 7 November 2013
Media Utama
Pembunuhan Merajalela,
Negara Tak Berdaya
Jangankan
melindungi
masyarakat, aparat
kepolisian sendiri tak
luput dari peristiwa
pembunuhan.
K
asus pembunuhan
kian marak di negeri
ini. Seolah nyawa
diobral. Demikian
mudah nyawa melayang dengan alasan yang kurang
masuk akal.
Pelaku pembunuhan pun
berasal dari berbagai kalangan.
Mulai dari kalangan bawah hingga kalangan pejabat. Korbannya
pun ada yang anak-anak, dewasa, hingga orang yang sudah
tua. Bahkan pembunuhan terjadi
di dalam satu keluarga.
Motif yang melatarbelakanginya pun berbeda-beda.
Ada yang motif ekonomi karena
masalah utang piutang, tersinggung, hingga masalah asmara.
Ada juga yang membunuh karena uang, menjadi algojo karena
dibayar mahal.
Fenomena itu menjelaskan
bahwa saat ini orang tak lagi
takut berbuat kejahatan, termasuk membunuh. Sedikit saja ada
masalah, yang muncul adalah
kekerasan.
Kondisi ini seolah menda-
pat pelaziman karena media
massa mengeksploitasinya dengan membabi buta tanpa memperhitungkan dampak yang
ditimbulkannya. Saking seringnya media menayangkan, sampai-sampai pembunuhan menjadi hal yang biasa.
Budaya luhur yang digembor-gemborkan selama ini seolah telah lenyap. Kebanyakan
bangsa ini telah menjadi pemberang. Sifat anarkhis menjadi adat
kebiasaan baru. Negara sendiri
tak berdaya dibuatnya. Jangankan melindungi masyarakat, aparat kepolisian sendiri tak luput
dari peristiwa pembunuhan.
Ada sebuah pergeseran
nilai yang sangat mendasar dalam masyarakat. Norma-norma
agama telah dipinggirkan. Sikap
mengasihi sesama saudara
—apalagi sesama Muslim—
berganti menjadi sikap individualistik yang tak peduli lagi
dengan nasib sesama.
Secara individual, banyak
orang telah kehilangan jati dirinya. Sifat kebinatangan, yang
kuat memangsa yang lemah,
malah mengedepan. Orang tak
takut lagi dengan siapapun.
Jangankan terhadap manusia,
terhadap tuhan pun mereka tak
takut. Bahkan ada yang lebih
memilih uang daripada takut
kepada tuhan.
Situasi ini memang tidak
berdiri sendiri. Secara sosio kultural, masyarakat sedang meng-
alami transformasi ke arah
kehidupan yang liberalistiksekuleristik. Nilai-nilai agama
mulai dikikis secara sistemik.
Manusia mulai diajari untuk menuruti hawa nafsunya sendiri.
Dalam situasi seperti itu,
hukum yang berfungsi menjaga
masyarakat, ternyata tak bisa
diharapkan. Keadilan ibarat jauh
panggang dari api. Banyak faktor
penyebabnya. Pertama, hukumnya sendiri penuh dengan celah
yang bisa digunakan oleh orang
untuk menghindar dari sanksi
hukum, selain hukumnya sendiri
merupakan produk penjajah Belanda. Kedua, pelaksana hukum
pun sangat mudah dibeli.
Tak heran jika kemudian
banyak terpidana pembunuhan
hanya mendapatkan hukuman
ringan. Hukuman mati sangat
jarang dilakukan, padahal ratusan orang sudah dijatuhi vonis
mati. Bahkan yang aneh, terpidana mati pun masih bisa mendapat grasi dari presiden.
Sistem hukum yang demikian terbukti tidak mampu menjerakan pelakunya dan mencegah masyarakat untuk melanggar hukum. Inilah fenomena
umum dalam sistem hukum yang
dibuat oleh manusia.
Sistem Hukum Islam
Apa yang terjadi dalam
sistem yang ada sekarang sangat
berbeda dengan sistem hukum
Islam. Islam memiliki sistem hu-
kum yang memiliki dua fungsi
sekaligus yakni mencegah dan
menebus. Mencegah dimaksudkan agar kejahatan yang sama
tidak terulang atau ditiru oleh
masyarakat lainnya. Sementara
menebus dimaksudkan bahwa
dengan pelaksanaan hukuman
maka sanksi di akhirat sudah
terhapus.
Sanksi hukum dalam sistem
hukum Islam sangat jelas dan
memberi kepastian hukum. Bagi
para pembunuh yang melakukan
dengan sengaja maka tidak ada
hukuman lain kecuali dibunuh.
Tapi itu pun masih bisa batal dengan syarat wali korban memaafkan. Sebagai gantinya, pembunuh harus membayar diyat. Dan
itu tak tanggung-tanggung yakni 100 ekor unta, 40 di antaranya
harus bunting. Andai saja harga
seekor unta Rp 10 juta, maka
pembunuh harus membayar
diyat sebesar Rp 1 milyar. Dengan
sanksi yang demikian berat, pasti
orang akan berpikir seribu kali
untuk melakukan pembunuhan.
Hanya saja sistem hukum
Islam ini tidak akan bisa berjalan
dalam sistem yang tidak islami
seperti sekarang. Sistem hukum
Islam memerlukan prasyarat yakni penerapan sistem Islam secara
kaffah. Dan itu hanya ada dalam
sistem khilafah.
Penerapan hukum Islam
dalam sejarah kaum Muslim
terbukti mampu mencegah tindak pembunuhan sampai tingkat
yang tidak terbayangkan sekarang. Pembunuhan sangat minim terjadi. Sebuah penelitian
mengungkapkan, selama beberapa abad, hanya sekitar 200
orang yang terkena hukum mati.
Mengapa itu bisa terjadi?
Karena semua sistem berjalan
secara islami. Sistem Islam mampu membentuk masyarakat yang
takwa. Ketakwaan individu ini
paling tidak menjadi benteng
setiap orang untuk melanggar
aturan Allah. Tata hubungan
sosial pun berlandaskan kepada
aturan main yang sangat jelas. Ini
memungkinkan konflik sangat
minim. Dan pengadilan bertindak sangat adil pada semua level
masyarakat.
Walhasil, untuk menuju kepada penerapan sistem hukum
Islam mengharuskan penegakan
khilafah. Tentu ini harus didahului dengan membangun masyarakat dengan mengembalikan
prinsip hidup masyarakat dari
prinsip kapitalisme-sekuler menjadi prinsip Islam. Dan itu butuh
perjuangan.
Di negara khilafah, keadilan
akan menyinari bumi. Manusia
akan dimanusiakan. Dan karenanya alam semesta pun akan
merasakannya. Sehingga Allah
akan menurunkan berkah dari
langit dan bumi, mulai dari timur
hingga barat. Di situlah Islam
benar-benar menjadi rahmat
bagi seluruh alam. [] mujiyanto
5. Media Umat | Edisi 114, 20 Dzulhijjah 1434 H - 3 Muharram 1435 H/ 25 Oktober - 7 November 2013
Obral Nyawa
Hampir setiap hari pembunuhan terjadi di Indonesia dengan
berbagai motif dan dilakukan oleh berbagai kalangan.
I
ndonesia katanya negara
yang berbudaya, tapi anehnya nyawa diobral dengan
murahnya. Hampir setiap
hari televisi menayangkan
bagaimana rakyat meregang
nyawa karena pembunuhan.
Yang terbaru, Ramot Tambunan (30) terkapar bersimbah
darah di Jalan Pengilar, Medan
Amplas, Sabtu (19/10) malam.
Laki-laki ini tewas dengan sembilan tikaman, setelah sempat
baku hantam dengan pelaku.
Sebelum tewas, warga sekitar sempat melihat Ramot terlibat perkelahian dengan kakak
beradik HH (23) dan RH (21) di
persimpangan jalan tersebut.
Alasannya pun ternyata sepele,
karena merasa tidak mendapat
upah sesuai harapan setelah
diajak bekerja sebagai buruh
bangunan di kawasan Jalan
Pancing, Medan. "Aku digaji harian, padahal itu kerja borongan,"
kata RH yang ditangkap polisi.
Sehari sebelumnya, warga
Desa Sindang Jaya, Kecamatan
Cabangbungin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat digegerkan dengan
penemuan mayat mengapung di
kali Ciherang. Diduga, pria itu
korban pembunuhan. Saat ditemukan terdapat luka di bagian
leher diduga akibat sayatan senjata tajam, bahkan kondisinya
nyaris putus.
Kamis (17/10), di Palu, Sulawesi Tengah, bocah kelas 4 SD
ditemukan tak bernyawa di sebuah penginapan di kota tersebut. Bocah itu ditemukan di dalam bak kamar mandi dengan
posisi tertelungkup.
Hasil olah tempat kejadian
perkara menyebutkan, korban
mengalami luka-luka di bagian
anus akibat kekerasan seksual.
Polisi sudah mengetahui identitas pelakunya dan sedang melakukan pengejaran.
Di Bekasi, Jawa Barat Yusup
alias Ucup (19) dengan sadis
membunuh kawannya sendiri
Yosep Giantino Raflistian (17),
warga Cibitung pada Ahad
(7/10). Ucup yang ditangkap lima
hari kemudian mengaku tega
melakukan itu karena ingin
memiliki motor milik siswa kelas
3 SMK itu.
Sebelum membunuh, Ucup
mengajak kawannya itu minum
miras di tanah lapang. Pada saat
santai itulah, pelaku memukul
kepala korban dari belakang
menggunakan botol hingga
botol itu pecah. Botol yang sudah
pecah itu kemudian ditikamkan
ke leher korban.
Di Medan, Mustafa Bakri
(21) tewas dengan dua lubang di
dada dan di lengan, Sabtu
(12/10) malam. Anak polisi ini terkapar bersimbah darah setelah
ditikam Reza Falipi (25), yang
diketahui adalah abang pacarnya.
Peristiwa bermula dari kedatangan korban ke rumah
pacarnya berinisial AA (13) di
Jalan Pendidikan, Medan Tembung. Mahasiswa Yayasan Harapan itu datang dengan berjalan
kaki karena rumah keduanya
tidak begitu jauh.
Kedatangan Mustafa menyulut emosi keluarga AA. Rupanya, orang tua AA tidak senang
dengan kedatangan korban. Pemuda itu lantas langsung diusir.
Tak terima diperlakukan demikian, keduanya terlibat perkelahian. Korban ditikam dengan pisau.
Di Langkat, masih di Sumatera Utara, satu keluarga dibunuh. Korban adalah Misman (43)
serta dua anaknya; Dedek Febrianto (21) dan adiknya Tria Winanda Aulia (13). Mayat ketiganya
ditemukan warga di Kecamatan
Batang Serangan, Kamis (10/10).
Polisi belum bisa menyimpulkan
siapa pelaku pembunuhan terhadap satu keluarga ini, namun polisi sudah mencurigai beberapa
orang.
Pembunuhan sadis satu
keluarga pun terjadi di Semarang, Jawa Tengah. Dua bocah
yang tidak mengerti apa-apa, Kanaya Nadin Aulia Zahrani Wiyana
(1) dan Keanu Rifky Ontoseno
Wiyono (2), dibunuh perampok
gara-gara menangis ketika aksi
perampok an terjadi K amis
(10/10). AM dan AR, dua peram-
pok itu memukul balita ini dengan linggis dan melukai pembantu rumah tangga. Keduanya
kabur membawa perhiasan
emas.
Heboh
Kasus pembunuhan paling
menghebohkan adalah pembunuhan terhadap Holly Angela
(37) di apartemen Kalibata City,
Jakarta Selatan.
Pembunuhan berencana
itu terjadi di lantai 9 Apartemen
Kalibata City yang dihuni oleh
Holly pada senin (30/9) lalu.
Bersamaan dengan terbunuhnya
Holly, salah satu pelaku pembunuhan El Rizki pun tewas karena
terjatuh dari lantai sembilang
apartemen itu saat akan melarikan diri.
Berdasarkan pengungkapan polisi, pembunuhan dilakukan berlima. Abdul dan Surya
yang ditangkap kemudian, mengaku dibantu tiga rekanya yaitu
El Riski, R dan PG—dua yang
terakhir masih buron.
Dari pengembangan kasus
dan olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi akhirnya menetapkan suami siri Holly yaitu Gatot
Supiartono sebagai tersangka.
Auditor utama Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) ini diduga sebagai otak dari pembunuhan tersebut.
Pejabat eselon 1 BPK itu
menyuruh pembunuh bayaran
dan memberi imbalan uang Rp
250 juta kepada pembunuh.
Motif pembunuhan karena Gatot
kesal Holly memintanya menceraikan istri pertamanya.
Aksi pembunuhan yang
tergolong sadis dilakukan AS (18)
terhadap mahasiswi Universitas
Negeri Makassar (UNM) Nur Halima (20) di Makassar awal Oktober
lalu. Pelaku menikam tubuh
korban berkali-kali. Tidak hanya
itu, pelaku juga memerkosa jasad
korban.
Sebelumnya publik digegerkan pembunuhan Sisca Yofie
Agustus lalu. Pasalnya, pengakuan dari dua tersangka yakni Wawan dan Ade penuh kejanggalan.
Pelaku ini mengaku tidak sengaja
membunuh. Pengakuan tersangka, korban memberontak ketika
tasnya akan dijambret sehingga
bergelayut ke tubuh pelaku yang
berboncengan sepeda motor.
Lalu rambut Sisca masuk gir motor dan tewas terseret. Rekonstruksi yang dilakukan polisi pun
tidak sinkron dengan fakta yang
ditemukan para saksi.
Ada tudingan, di balik pembunuhan itu adalah anggota Polda Jawa Barat Kompol Albertus
Eko Budiarto (atau istrinya), dengan motif asmara cinta segitiga,
dimana kompol Albertus dan
Sisca terlibat hubungan asmara
selama bertahun-tahun tanpa
ada ujung yang pasti. Namun
polisi menyatakan Albertus tak
terkait.[] emje dari berbagai
sumber
Penjara Tak Membuat Jera
N
amanya Sutinah (50). Perawakannya tidak terlalu
tinggi. Bicaranya polos. Tapi siapa sangka, ia
adalah pembunuh berdarah dingin.
Ia dengan tega membunuh suaminya, Amang (58),
Kamis (3/10) di rumah kontrakannya di Jl Pahlawan,
Kampung Cerewet, Durenjaya, Bekasi Timur. Ia memukul
bagian belakang kepala suami yang menikahinya secara
siri tersebut dan kemudian membungkus jasad korban
dengan kasur.
Wanita itu mengaku membunuh karena sakit hati.
Kepada polisi, ia mengaku kerap disakiti dan suaminya
sering selingkuh.
Ini adalah kali kedua Sutinah membunuh
suaminya. Tahun 2011 lalu, ia baru bebas dari lembaga
pemasyarakatan Pondok Bambu, Jakarta Timur, sebagai
terpidana kasus pembunuhan. Ia divonis 4 tahun penjara.
Namun ia hanya menjalani kurungan selama dua tahun
karena mendapatkan proses asimilasi.
Kasus terbaru ini akan mengantarkan kembali
Sutinah ke penjara. Tapi apakah penjara akan
membuatnya jera?[] emje
6. 6
Media Umat | Edisi 114, 20 Dzulhijjah 1434 H - 3 Muharram 1435 H/ 25 Oktober - 7 November 2013
Media Utama
Ketika Rasa Takut
Sudah Tercabut
Ini bukan persoalan budaya Nusantara yang pudar, tapi akibat nilai-nilai agama
khususnya Islam yang makin dipinggirkan.
L
ebih dari 113 orang
telah dijatuhi hukuman mati. Terbanyak dari
mereka terlibat kasus
pembunuhan, berjumlah 60 orang. Sisanya adalah
kasus narkoba 58 orang dan
terorisme dua orang. Anehnya,
eksekusi terhadap mereka sampai sekarang tak dilakukan. Bahkan ada terpidana yang sudah
menunggu eksekusi puluhan
tahun lamanya.
Bersamaan dengan itu,
jumlah pembunuhan di Indonesia, berdasarkan data statistik,
trennya meningkat dari tahun ke
tahun. Di DKI Jakarta misalnya,
tahun 2012 lalu tercatat terdapat
69 kasus pembunuhan. Jumlah
ini meningkat dibanding tahun
sebelumnya yang hanya 67 kasus. Yang mencengangkan di
Jawa Timur, tahun 2012 hanya
ada sekitar 69 kasus pembunuhan, tapi tahun 2012 lalu tercatat 1.357 kasus pembunuhan.
Secara umum, tindakan
para pembunuh itu umumnya
tidak dibalas setimpal. Hampir
sebagian besar para pembunuh
itu hanya dijatuhi hukuman penjara, mulai dari 4 tahun hingga
seumur hidup. Itu pun mereka
masih mendapatkan potongan
hukuman atau remisi setiap tahunnya. Walhasil, sekitar setengah masa hukuman, mereka sudah bisa menghirup udara
bebas.
Mantan Komisioner Komnas HAM Saharuddin Daming
menilai, pembunuhan yang marak di Indonesia terjadi karena
hukuman yang ada tidak membuat jera. Pertimbangan putusan, katanya, biasanya hanya
berdasarkan motif belaka. Misalnya dalam kasus pembunuhan,
pembunuh yang melakukan perencanaan sebelumnya saja yang
Hukum Positif tak Beri Kepastian
S
istem peradilan bertingkat yang berlaku di
Indonesia memungkinkan hukum menjadi
permainan. Orang yang divonis bersalah di tingkat
pengadilan negeri, bisa dibebaskan oleh pengadilan
tinggi, atau oleh Mahkamah Agung. Bahkan orang yang
telah divonis mati sekalipun oleh Mahkamah Agung
(MA) bisa bebas jika presiden memberikan grasi
kepadanya.
Kasus terbaru, Deni Setia Maharwan alias Rapi
Mohammed Majid. Ia adalah terpidana mati kasus
narkoba dan menjadi bagian dari jaringan narkoba
internasional. Vonis hukuman mati Deni sempat
dikuatkan putusan kasasi MA yang dijatuhkan pada 18
April 2001.
Namun, vonis mati itu tak berlaku lagi setelah
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan
grasi melalui Keppres Nomor 7/G/2012. Keppres yang
ditandatangani SBY pada 25 Januari 2012 itu mengubah
hukuman mati Deni menjadi hukuman seumur hidup.
SBY juga memberikan grasi kepada gembong
narkoba Merika Pranola alias Ola alias Tania. Grasi Ola,
yang masih satu kelompok dengan Deni, tertuang dalam
Keppres Nomor 35/G/20122 yang ditandatangani 26
September 2011.
Juru bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha,
menjelaskan, Presiden memberikan grasi itu
berdasarkan alasan HAM, konstitusional, dan
kemanusiaan. "Dari sisi kemanusiaan, perubahan
hukuman mati menjadi hukuman seumur hidup bukan
berarti yang terhukum bebas," katanya.
Pengacara senior Mahendradatta menilai, sistem
hukum yang berlaku di Indonesia memang sudah rusak
dan kuno. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
yang menjadi rujukan dalan sistem hukum nasional
memiliki banyak celah bagi orang untuk menghindar dari
hukum.
Di dalamnya banyak ketidakpastian. Banyak orang
yang menafsirkan sendiri pasal-pasalnya. “Karena pasal
itu tidak jelas,” katanya.
Maklum, lanjut Ketua Presidium Tim Pengacara
Muslim ini, KUHP merupakan hukum Belanda kuno yaitu
Reglement Verondening. Di Belanda sendiri kitab hukum
itu sudah lama tidak dipakai.
Makanya, selama sistem hukum Indonesia tetap
mengacu pada kitab tersebut, keadilan hukum tidak akan
pernah terwujud di Indonesia. “Sudah hukum dari luar,
kuno lagi, dalam arti kata buatan manusia lagi, sudah
buatan manusia eh ternyata yang membuatnya itu
adalah semangatnya untuk melindungi penjajah! Jadi
yang masih mempertahankan hukum thaghut ini bukan
naif kalau kata saya, tetapi sangat bodoh!” tandasnya. []
emje
akan dijatuhi hukuman mati. “Ini
jelas tidak menimbulkan efek
jera yang tinggi. Karena pelaku
dapat menyiasati sedemikan
rupa agar tidak terkesan direncanakan,” katanya.
Belum lagi, lanjutnya, penegakan hukum mudah diintervensi. Banyak orang yang mempunyai banyak finansial atau otoritas, bisa meringankan hukumannya. “Karena penegak hukum
bisa dia beli. Itu kan sering terjadi,” paparnya.
Selain itu, Saharuddin menilai faktor depresi sosial yang
berat menjadi pemicu bagi masyarakat untuk marah dan gelap
mata kemudian membunuh.
Faktor ekonomi yang kian sulit
menimbulkan stres yang tinggi
di masyarakat sehingga persoalan-persoalan kecil yang remeh,
diselesaikan dengan membunuh.
Ketua DPP Hizbut Tahrir
Indonesia Shiddiq Al Jawi berpendapat, ada tiga faktor yang
menyebabkan pembunuhan
marak di Indonesia. Pertama,
faktor individu pelakunya. Yakni,
sikap dan mentalnya sudah
rusak, misalnya tidak takut dosa,
meremehkan nyawa manusia,
kehilangan kontrol diri, dan sebagainya.
Faktor kedua adalah kondisi
keluarga atau masyarakat. Misalnya ada sengketa rumah tangga,
terlilit utang, gagal usaha, dan
sebagainya. Ini bisa mendorong
orang nekat membunuh. Ini pun
terkait dengan faktor pertama.
Sedangkan faktor ketiga
adalah lemahnya penegakan
hukum oleh negara. Pembunuh
hanya dikenai pasal tentang
pembunuhan dengan hukuman
maksimal 15 tahun. Senada dengan Saharuddin, kata Shiddiq,
hukuman kurungan itu pun ma-
sih bisa dibeli. Belum lagi, Kalau
dipenjara petugasnya bisa disuap supaya mendapat fasilitas,
seperti ruang penjara ber-AC,
ruang khusus untuk bercinta, boleh membawa HP, dan sebagainya. Dan seterusnya. “Jadi, apa
yang perlu ditakutkan? “ kata pengasuh rubrik 'Ustadz Menjawab'
Media Umat ini.
Pengamat sosial Iwan Januar menambahkan, bangsa ini
sudah dirasuki budaya barbar.
Menurutnya, ini bukan persoalan
budaya Nusantara yang pudar,
tapi akibat nilai-nilai agama
khususnya Islam yang makin
dipinggirkan. “Tapi ketika nilainilai Islam apalagi syariatnya
dieliminasi dari kehidupan, inilah
yang terjadi. Salah satunya
adalah maraknya kekerasan,”
katanya.
Jika ditanya apa yang salah,
ia menegaskan, sekulerisme
inilah yang salah. Menurutnya,
kaum Muslim sendiri yang harus
bertanggung jawab karena
mereka lebih memilih menjadi
manusia sekuler ketimbang
menjadi orang beriman dan bertakwa.
Maka, lanjutnya, ada persoalan yang sangat mendasar
dalam diri manusia Indonesia,
khususnya, umat Islam yakni kehilangan nilai-nilai luhur yang
dibangun oleh Islam. Oleh karena itu, pencegahan terhadap tindak kejahatan, termasuk pembunuhan, tidak cukup sekadar menambah jumlah polisi dan memberikan sanksi yang berat tapi
harus membongkar landasan
umat ini menggantinya dengan
akidah Islam dan membangun
kehidupan sesuai nilai-nilai
Islam. “Artinya harus ada syariat
Islam yang ditegakkan,” tandasnya. [] emje
7. Media Umat | Edisi 114, 20 Dzulhijjah 1434 H - 3 Muharram 1435 H/ 25 Oktober - 7 November 2013
Media Utama
7
Sistem Hukum Islam
Pasti, Menjerakan, dan Menebus Dosa
Fungsi hukuman itu ada dua yakni mencegah si pelaku dan orang lain agar tidak mengulangi
perbuatan tersebut serta menebus dosa bagi si pelaku atas kejahatan yang dilakukannya.
C
erita Sutinah yang
membunuh sampai
dua kali, tidaklah
sendiri. Ternyata banyak pembunuh tak
kapok dengan jeruji besi.
Sebut saja Dedy Arianto
Nasution, yang membunuh temannya gara-gara tak mau membayar utang. Dedy yang kemudian disebut sebagai Koboi Medan
itu telah lima kali keluar masuk
penjara dalam kasus yang berbeda. Kasus pertamanya juga pembunuhan. Ia divonis sembilang
tahun, tapi yang ia jalani hanya
setengahnya.
Walhasil, cerita bahwa penjara tak membuat jera, benar
adanya. Bahkan, di masyarakat
berkembang opini bahwa orang
jahat yang dipenjara, begitu keluar makin pintar karena mendapatkan pelajaran kejahatan yang
lebih canggih di penjara.
Nah hal ini tidak akan terjadi dalam sistem hukum Islam.
Seperti halnya sistem hukum
yang ada, Islam pun mengenal
sanksi hukum bagi para pelaku
kejahatan. Hanya saja ada fungsi
yang berbeda antara Islam dan
sistem hukum buatan manusia.
Dalam Islam, fungsi hukuman itu ada dua yakni mencegah si pelaku dan orang lain agar
tidak mengulangi perbuatan
tersebut serta menebus dosa
bagi si pelaku atas kejahatan
yang dilakukannya. Makanya,
hukuman di dalam Islam sangat
keras dan tegas.
Abdurrahman Al Maliki dalam bukunya Nidzam Uqubat
menjelaskan, pembunuhan termasuk dalam pembahasan jinayat yakni pelanggaran yang terhadap badan yang didalamnya
mewajibkan qishash atau harta
(diyat).
Ia membagi tiga kategori
pembunuhan yakni pembunuhan yang disengaja, mirip disengaja, dan tidak disengaja. Sanksi bagi pembunuh disengaja
adalah dibunuh jika wali orang
yang dibunuh tidak memaafkan.
Jika ada pengampunan, maka
pembunuh harus membayar
diyat. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari
Amru bin Syu'aib diyat berupa 30
unta dewasa, 30 unta muda, dan
40 unta yang sedang bunting.
Pembunuhan mirip disengaja adalah pembunuhan yang
sengaja dilakukan tapi menggunakan alat yang umumnya tidak
bisa membunuh. Kadang-kadang maksudnya untuk menyiksa tapi melampaui batas. Pembunuhan seperti ini sanksinya
adalah diyat berupa 100 ekor
unta, 40 di antaranya adalah unta
bunting.
Sedangkan pembunuhan
yang tidak disengaja, seperti (1)
orang yang tidak bermaksud
membunuh tapi tindakannya
menyebabkan orang terbunuh
atau (2) pelaku membunuh
orang di negeri kafir terhadap
orang yang disangka kafir harby
ternyata Muslim, maka sanksinya
berbeda. Bagi tindakan (1) maka
sanksu bagi yang bersangkutan
hanya membayar diyat 100 ekor
unta dan membayar kafarat
dengan membebaskan budak.
Jika tidak ada budak, maka ia
harus berpuasa selama 2 bulan
berturut-turut. Bagi pembunuhan model ke-2, maka cukup
membayar kafarat tanpa diyat.
Sementara itu, Islam pun
mengatur sanksi terhadap
orang-orang yang bersekutu
dalam pembunuhan. Termasuk
di dalamnya aktor yang memerintahkan tindak pembunuhan.
Pihak-pihak yang bersekutu
dalam pembunuhan ini sanksi-
nya sama yakni dibunuh.
Dengan sistem hukum
yang demikian, maka orang akan
berpikir seribu kali untuk melakukan tindak pembunuhan dan
kejahatan lainnya yang bisa menimbulkan seseorang terbunuh.
Di sinilah, sistem hukum Islam
akan mampu mencegah orang
untuk berbuat jahat. Dan bagi
pembunuh, sanksi berupa dibunuh pun menjadi jalan pintas
untuk menghindarkan diri dari
siksa Allah di akhirat.
Hanya saja, menurut Ketua
Lajnah Tsaqafiyah DPP Hizbut
Tahrir Indonesia Hafidz Abdurrahman, sistem hukum seperti
itu tentu tidak mungkin bisa
tumbuh dalam masyarakat yang
sekuler seperti sekarang. Makanya, kata Hafidz, harus ada perombakan sistem hukum secara
total termasuk pelaksana-pelaksana hukumnya. Sistemnya harus
diganti dengan sistem Islam.
Sistem itu Islam yang kaffah
akan melahirkan masyarakat
yang takwa. Dari situlah, takwa
individu bisa mencegah seseorang dari tindakan kriminal, termasuk pembunuhan. Di sisi lain,
masyarakat akan menjadi kontrol bagi anggotanya untuk tidak
berbuat kriminal. Dan dari sisi
negara, negara akan menjadi
hakim yang adil yang memberikan keadilan bagi seluruh rakyat.
Apakah Anda tidak ingin seperti
itu? [] mujiyanto
Khilafah, Negara Minim Pembunuhan
T
ahukah Anda, berapa kejahatan yang terjadi dalam pemerintahan
Utsmaniyah selama berabad-abad? Menurut catatan sejarah dari
Universitas Malaya, Malaysia, sepanjang kurun waktu itu hanya ada
sekitar 200 kasus yang diajukan ke pengadilan.
Jumlah ini jauh sangat kecil dibandingkan dengan kasus kejahatan
yang terjadi di Indonesia tahun 2012. Jumlah ini jauh sangat-sangat kecil lagi
dibandingkan dengan tindak kriminal yang terjadi di Amerika. Di negara
dedengkot demokrasi itu, setiap tahun rata-rata ada 20 juta kasus kejahatan.
Belakangan di Amerika marak berlangsung aksi penembakan yang
menyebabkan banyak orang terbunuh tanpa ada kesalahan apapun.
September lalu, sedikitnya 13 orang tewas di markas Angkatan Laut Amerika
akibat ulah seorang mantan marinir yang menembak secara membabi buta.
Sebelumnya, seorang pria secara membabi buta menembakkan
senapan mesin ke arah penonton film di sebuah bioskop ketika ada
pemutaran film Batman terbaru "The Dark Knight Rises." Sebanyak 12 orang
tewas dan 59 orang cidera.
Muncul tren di Amerika berupa pembunuhan massal yang dilakukan
oleh individu. Kenyataan ini yang mengkhawatirkan warga Amerika.
Nyatanya memang di negara adidaya itu kejahatan memang sangat
luar biasa. Juru bicara kantor pendataan di Kementerian Kehakiman AS
menandaskan, dari keseluruhan angka tersebut 4.300.000 kasus lebih
terkait dengan aksi pemerkosaan, perampokan dan penganiayaan. Laporan
yang sama menyebutkan bahwa di AS dengan populasi jumlah penduduk
300 juta jiwa, tercatat dari 100 orang tujuh di antaranya menjadi korban
kejahatan dan pencurian.
Menjadi pertanyaan kemudian adalah bukankah penduduk Amerika
memiliki kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan dengan negara lain di
dunia? Bukankah sistem hukumnya sudah stabil? Dan banyak pertanyaan
lainnya?
Walhasil, modernisasi tidak serta merta menjadikan rakyat sejahtera
baik secara fisik maupun mental. Sistem kapitalisme akan melahirkan
masyarakat yang rakus, tamak, dan rusak, meski dibungkus dengan
kemajuan.
Sebaliknya, Islam dengan sistem yang datang dari Yang Maha Benar
akan melahirkan masyarakat yang harmonis karena kehidupan mereka
sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia. Sistem Islam menjamin
kehidupan warga negaranya lahir dan batin dengan tolok ukur kebahagiaan
hanyalah menggapai ridha Allah SWT.
Pantas jika dalam sistem seperti ini orang akan tercegah untuk berbuat
kejahatan. Hanya orang-orang yang keblinger dan melampaui batas saja
yang bertindak jahat. Tapi Islam pun telah menyiapkan seperangkat aturan
hukum untuk membalas kejahatan rakyatnya sehingga virus kejahatan itu tak
menyebar luas. Inilah fakta khilafah yang tak terbantahkan dalam sejarah. []
emje
8. Media Umat | Edisi 114, 20 Dzulhijjah 1434 H - 3 Muharram 1435 H/ 25 Oktober - 7 November 2013
Shaharuddin Daming,
Mantan Komisioner Komnas HAM
Hukum Kita
Tidak Adil
Pembunuhan akhir-akhir ini marak di tengah masyarakat dan melibatkan banyak
kalangan. Bukan hanya kalangan bawah yang tertekan hidupnya dan motifnya urusan
perut, tapi sampai kalangan atas. Mengapa mereka tidak ada yang merasa takut
terhadap tindakan kejamnya itu? Apa yang salah? Berikut wawancara wartawan Media
Umat Joko Prasetyo dengan mantan Komisioner Komnas HAM yang juga ahli hukum
Saharuddin Daming. Berikut petikannya.
Hukum ditegakkan tetapi
pembunuhan semakin
merajalela. Mengapa?
Ini tentu masuk pada
pendekatan sosio yuridis.
Dimulai dengan aturan hukum
kita yang tidak begitu masif
memberikan jaminan
perlindungan kepada korban
mau pun kepada manusia secara
keseluruhan.
Kalau kita membongkar
kondisi hukum di Indonesia
yang merupakan impor dari
Belanda, memang ada masalah.
Termasuk Hukum Pidana yang di
dalamnya ada pasal-pasal
mengenai pembunuhan,
terutama pembunuhan secara
berencana, seluruhnya itu
diambil dari hukum Belanda.
Belanda sendiri mengambilnya
dari hukum Romawi.
Belanda membawa masuk
ke Indonesia melalui asas
konkordansi, ketika Belanda
menjajah kita itu berarti hukum
yang berlaku di Belanda
diberlakukan pula di negara
jajahannya. Di sinilah timbul
masalah, karena secara sistem
nilai, itu sangat berbeda antara
hukum dengan subjek hukum
yang terikat dengan hukum itu.
Maksudnya?
Sistem hukum yang
mengikat itu kan dari Barat yang
tentu bernilai Barat, yaitu
individualis, sekuler, sedangkan
di Indonesia, masyarakatnya itu
komunal dan agamis. Di situ
terjadi syok, masyarakat tidak
mempunyai tatanan nilai yang
padu padan antara hukum
dengan hukum yang
diberlakukan. Itu sarjana hukum
dari dulu sudah tahu, tetapi
mengapa syok itu terus saja
dibiarkan.
Maraknya pembunuhan
terjadi juga lantaran
ringannya hukuman?
Ya, ancaman pidana bagi si
pembunuh dengan kualifikasi
pemberatan hukuman pidana
hukuman mati misalnya, itu
berangkat dari satu hal saja,
yaitu motif. Hanya karena faktor
“perencanaan” delik
pembunuhan maka pelaku
terancam pidana mati. Ini jelas
tidak menimbulkan efek jera
yang tinggi. Karena pelaku
dapat menyiasati sedemikan
rupa agar tidak terkesan
direncanakan.
Ke depan, seharusnya
bukan hanya motif yang dilihat
tetapi dampak dari
pembunuhan juga. Misalnya,
bapak yang dibunuh, anak dan
istrinya pasti merana. Itu juga
harus dipertimbangkan. Begitu
juga dengan cara dia
membunuh dapat dijadikan
faktor pemberat agar dihukum
mati. Jadi pelaku mutilasi pun
harus dihukum mati.
Artinya, hukum yang
diperlakukan sekarang ini,
secara psiko yuridis, tidak
menimbulkan rasa takut atau
pun efek jera. Karena hukum kita
tidak cukup keras.
Bila dibandingkan dengan
qishash?
Dalam pidana Islam
tersebut, siapa pun yang
membunuh, dengan cara apa
pun, maka pasti pidana mati
(qishash). Maka orang itu akan
berhitung dua kali untuk
melakukan pembunuhan,
lantaran akan berhadapan
dengan resiko yang sangat
tinggi.
Di samping itu juga hukum
dapat dibeli?
Ya, yang ikut juga
memengaruhi adalah,
penegakan hukum kita yang
tidak adil. Sehingga banyak
orang yang mempunyai banyak
finansial atau otoritas, mungkin
dengan menggunakan uang
dan kekuasaan, dengan leluasa
menghilangkan nyawa orang.
Begitu dia marah, begitu
dia dendam, itu dia tidak suka
kepada orang yang
mengganggu atau mengancam,
ia gunakan uang atau
kekuasaannya untuk menyuruh
orang membunuh. Dia juga
akan merasa yakin, dirinya tidak
akan tersentuh hukum, karena
penegak hukum bisa dia beli. Itu
kan sering terjadi.
Ada faktor lainnya?
Faktor lainnya adalah
depresi sosial kelas berat. Karena
bangsa kita ini selain dihimpit
masalah besar, ekonomi kita
ditata untuk meningkatkan
pendapatan negara, sehingga
harga yang diproduksi oleh
negara itu tinggi sehingga
memicu harga-harga lain
menjadi tinggi, ini memicu
tingkat stres yang tinggi di
tingkat masyarakat.
Mereka berupaya
mengejar penghasilan, sehingga
nilai manusia itu diukur dari
materi semata-mata. Tidak ada
lagi penghargaan yang tinggi
kepada manusia sebagai sosok
yang harus dimuliakan.
Sehingga persoalan-persoalan
kecil yang remeh, diselesaikan
dengan membunuh.
Apakah media massa juga
berperan dalam menyuburkan
tren pembunuhan?
Tentu, khususnya media
audio visual. Tayangan-tayangan
kasus pembunuhan tersebut
dapat menginspirasi sebagian
penonton yang berpotensi
untuk meniru. Karena televisi
itu, lebih sering menayangkan
modusnya, tapi minim tayangan
pelaku ketika dipidana. Tidak
pernah ada penayangan, si anu
dihukum mati apalagi siaran
langsung, ya tidak ada. Karena
yang terakhir ini sebagai sesuatu
yang dilarang.
Akibatnya?
Masyarakat tidak tahu,
kalau orang membunuh dengan
cara begitu akan dipidana
dengan cara yang sangat sadis,
hingga orang merasa takut. Jadi
efek rasa takut akibat perbuatan
keji itu tidak ada.
Inilah hikmahnya,
mengapa dalam pidana Islam itu
ada yang disebut dengan
hukum rajam. Terpidana itu
ketika dieksekusi
dipertontonkan. Tujuannya apa?
Agar menimbulkan ketakutan
untuk melakukan hal yang
sangat keji, karena resikonya
begitu.
Sebenarnya, menurut saya,
ada penempatan humanisme
yang salah dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di
Indonesia itu. Yang disebut
humanisme itu hanya sebatas
seruan-seruan moral, tetapi
ketika persoalan-persoalan yang
sudah melampaui pelanggaran
hukum, humanisme itu menjadi
kerdil.
Mengapa?
Itu karena tidak lain, kita
menggunakan model
pendekatan bernegara itu
secara sekuler, yang melihat
manusia itu tidak lebih dalam
bentuk moral semata. Tentu
berbeda kalau kita
menggantungkan semua proses
kehidupan berbangsa dan
bernegara itu dalam konteks
Islam.
Dalam konteks Islam,
manusia itu ditempatkan tidak
hanya dalam konteks moral
semata-mata tetapi ada
keterkaitannya dengan soal
akidah, ibadah dan amanah dari
Allah SWT. Sehingga kita ini
diikat dalam satu persaudaraan
yang sangat dalam.
Ini belum membahas
bagaimana hukum pidana Islam
dalam kasus pembunuhan yang
berisiko sangat tinggi, dalam
membicarakan humanisme saja
sudah sangat menyeluruh dan
tidak hanya bahas soal moral.
Jadi itu yang menyebabkan
mengapa belakangan ini terjadi
pembunuhan yang sporadis.
Bagaimana mengatasi semua
masalah ini?
Satu-satunya jalan
menurut saya ya, kembalikan
soal ke agama Islam. Karena
Islam sudah memberikan
tekanan bahwa kita ini harus
sadar di tengah-tengah kita ini
hadir iblis dan aliansi setan.
Merekalah yang terus
menggelindingkan pengaruhpengaruh jahat agar kita
melakukan segala bentuk
kejahatan.
Karena itu, Allah SWT
sudah memberikan peringatan
bahwa setan itu dalam segala
bentuknya adalah musuhmu
yang nyata, karena itu jauhi,
jangan ikuti kemauannya.
Sekarang ini masalahnya,
manusia itu bukan menjauhi,
malah bersahabat dengan iblis.
Karena pelindung satu-satunya,
yaitu Islam, malah dijauhi,
disingkirkan dari akar tradisi kita
dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Itu menjadi penyebab
utama dan untuk membangun
peradaban yang menempatkan
manusia secara bermartabat
tiada lain, ya harus menjadikan
Islam sebagai aturan yang
mengikat bangsa ini secara
formal. Karena hanya Islamlah
yang dapat memberikan respon
terhadap pertanyaan mengapa
orang itu melakukan kejahatan.
Jadi sampai kiamat pun,
bila negara kita tetap sekuler
tidak akan pernah ketemu
pemecahannya.[]
9. Media Umat | Edisi 114, 20 Dzulhijjah 1434 H - 3 Muharram 1435 H/ 25 Oktober - 7 November 2013
Muhammad Shiddiq Al Jawi,
Anggota DPP HTI
Akibat Meninggalkan
Syariat Islam
Pembunuhan merajalela lantaran sistem yang diterapkan meminggirkan syariat Islam.
Sehinggga pemikiran, perasaan dan aturan yang berkembang di tengah masyarakat menjadi
rusak dan merusak. Lantas bagaimana syariat Islam meminimalisir angka pembunuhan?
Bagaimana pula agar syariat Islam dapat ditegakkan? Temukan jawabannya dalam perbincangan
wartawan Media Umat Joko Prasetyo dengan anggota DPP Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad
Shiddiq Al Jawi. Berikut petikannya.
Bagaimana tanggapan Anda
dengan maraknya
pembunuhan di Indonesia?
Ini tanda masyarakat
Indonesia telah mengalami
kerusakan hebat. Karena dalam
ajaran Islam, membunuh satu
jiwa itu seakan-akan membunuh
seluruh manusia (QS Al Maidah:
32). Bahkan jika korban
pembunuhan itu seorang
Muslim, Islam menilainya
sebagai sesuatu yang sangat
besar di sisi Allah, sampaisampai Nabi SAW bersabda,
“Sungguh hancurnya dunia
lebih ringan di sisi Allah
daripada terbunuhnya seorang
Muslim.” (HR Ibnu Majah no
2619).
Apa penyebab pembunuhanpembunuhan itu terjadi?
Banyak faktor
penyebabnya. Tapi secara garis
besar ada tiga. Pertama, faktor
individu pelakunya. Yakni, sikap
dan mentalnya sudah rusak,
misalnya tidak takut dosa,
meremehkan nyawa manusia,
kehilangan kontrol diri, dan
sebagainya.
Kedua, faktor kondisi
keluarga atau masyarakat.
Misalnya ada sengketa rumah
tangga, terlilit utang, gagal
usaha, dan sebagainya. Ini bisa
mendorong orang nekat
membunuh.
Ketiga, faktor lemahnya
penegakan hukum oleh negara.
Misalnya hukum yang bisa
direkayasa atau dibeli, atau
hukuman ringan yang tidak
menimbulkan efek jera.
Mengapa dengan alasanalasan tersebut, mudah sekali
seseorang melampiaskannya
dengan membunuh?
Karena tidak ada sesuatu
yang dia takutkan. Dia merasa
tidak perlu berpikir panjang
sebelum membunuh. Mengapa?
Karena dia sudah belajar dari
realitas yang rusak ini, yang
memberi banyak peluang atau
dorongan untuk gampang
membunuh.
Pembunuh paling dikenai
pasal 338 KUHP dengan
ancaman penjara maksimal 15
tahun. Kalau diadili hakimnya
bisa disuap agar vonis lebih
ringan. Kalau dipenjara
petugasnya bisa disuap supaya
mendapat fasilitas, seperti ruang
penjara ber-AC, ruang khusus
untuk bercinta, boleh membawa
HP, dan sebagainya. Dan
seterusnya. Jadi, apa yang perlu
ditakutkan?
Bukankah dengan realitas
seperti itu, orang jadi tidak takut
dan tidak perlu berpikir panjang
lagi untuk membunuh?
Ada yang menyatakan
dendam dan amarah tak
terbendung sebagai penyebab
utama pembunuhan.
Bagaimana pendapat Anda?
Yang Anda sebutkan itu,
seperti kebencian dan dendam,
adalah faktor yang menyangkut
individu. Prinsipnya, individu
bisa rusak karena masyarakatnya
rusak. Masyarakat itu sendiri
tidak hanya kumpulan individu,
melainkan suatu sistem sosial
yang diikat oleh unsur
pemikiran, perasaan, dan
peraturan. Sekarang ini
sayangnya kita dipaksa hidup
dalam masyarakat demokrasisekuler yang didominasi oleh
pemikiran, perasaan, dan
peraturan yang serba rusak.
Pemikiran rusak, misalnya
sekulerisme yang
menyingkirkan peran agama
dari kehidupan. Perasaan rusak,
misalnya pemujaan yang
berlebihan terhadap harta
benda, sehingga orang tidak
mikir lagi halal dan haram.
Peraturan rusak, misalnya sistem
ekonomi kapitalis yang
menimbulkan kesenjangan lebar
antara si kaya dengan si miskin,
dan sebagainya.
Wajar, akibat dari
kerusakan masyarakat ini adalah
rusaknya mentalitas individuindividunya.
Ditambah lagi hukuman yang
tidak membuat jera...
Iya, hukuman bagi
pembunuh yang berlaku saat ini
memang tidak ada efek jeranya.
Terlalu ringan hukumannya,
maksimal hanya penjara 15
tahun. Jarang ada yang dihukum
mati. Kalau dihukum mati pun,
tidak langsung dieksekusi. Tapi
menunggu waktu lama karena
ada proses banding, kasasi, grasi,
dan sebagainya, sehingga publik
sudah lupa kasusnya.
Kalau dieksekusi mati pun,
tidak dilakukan di muka umum,
tapi dilakukan secara tertutup
dengan penuh kerahasiaan. Jadi,
mana mungkin sistem hukum
yang toleran terhadap
pembunuhan ini bisa membikin
jera?
Bagaimana syariat Islam
memberikan solusi atas
berbagai masalah
pembunuhan tersebut?
Syariah Islam memberikan
solusi pada dua level. Pertama,
perbaikan umum, yaitu
perbaikan masyarakat, dengan
cara mengoreksi berbagai
pemikiran, perasaan, dan
peraturan yang menyimpang
dari Islam.
Pemikiran rusak seperti
sekulerisme tidak boleh ada,
wajib dihancurkan. Perasaan
rusak seperti pemujaan
berlebihan kepada harta benda,
dihilangkan dengan dakwah
Islam yang menggugah
kesadaran. Selanjutnya
peraturan rusak juga harus
dienyahkan, seperti sistem
kapitalis yang tidak adil, sistem
pidana Barat yang tidak
memberi efek jera, dan
sebagainya.
Kedua, perbaikan khusus,
yaitu perbaikan sistem pidana
(nizhamul 'uqubat), dengan cara
menghentikan penerapan
sistem pidana Barat warisan
penjajah, diganti dengan
sistem pidana Islam
berdasarkan Alquran dan
Sunah.
Bagaimana syariat Islam bisa
menekan berbagai faktor
penyebab dari berbagai
aspek yang membuat
seseorang dengan
mudahnya, timbul kebencian,
dendam, mudah tersinggung,
dll, yang ujungnya
dilampiaskan dengan
membunuh?
Syariah Islam mengatasi
masalah itu dengan dua cara.
Pertama, memperbaiki sikap
dan mental individunya
dengan memperkuat keimanan
dan ketakwaannya. Syariah
Islam, misalnya, telah
menerangkan bahwa
membenci orang lain itu tidak
baik, kecuali membenci karena
Allah, misalnya membenci
orang yang berbuat maksiat.
Dendam itu tidak baik, karena
yang lebih utama adalah
memberi maaf dan bersabar.
Dan seterusnya.
Kedua, menyelesaikan
akar masalahnya, mengapa kok
sampai timbul kebencian,
dendam, mudah tersinggung,
dll? Jika karena perselisihan
rumah tangga, atau karena
utang piutang, atau karena
sengketa bisnis, syariah Islam
mempunyai hukum-hukum
syara' yang sangat mencukupi
sebagai solusinya, termasuk
solusi berupa pengadilan
syariah (al qadha`) yang adil.
Apakah syariat Islam tersebut
bisa diterapkan dalam sistem
pemerintahan yang berlaku
sekarang?
Tidak bisa, kecuali secara
parsial. Karena sistem
pemerintahan saat ini adalah
pemerintahan sekuler, yang
memosisikan agama hanya
menjadi persoalan pribadi yang
mengatur hubungan individu
dengan tuhannya. Agama,
dalam hal ini Islam, tidak
diposisikan secara benar sebagai
pengatur segala bidang
kehidupan, seperti
pemerintahan, ekonomi,
pendidikan, dan sebagainya.
Islam sekarang telah
mengalami reduksi atau distorsi
yang luar biasa, yakni tidak
diposisikan secara benar sesuai
contoh Rasulullah SAW,
melainkan diposisikan sesuai
ideologi sekulerisme yang
dipaksakan oleh kaum kafir
penjajah. Inilah mengapa syariat
Islam tak bisa diterapkan
pemerintahan sekarang.
Lantas apa yang harus
dilakukan agar syariat Islam
tersebut dapat terlaksana
secara sempurna sehingga
darah warga negaranya pun
terjaga?
Yang harus dilakukan,
adalah menegakkan sistem
pemerintahan yang pro syariah.
Itulah khilafah. Karena khilafah
sajalah satu-satunya sistem
pemerintahan yang menjamin
penerapan syariah Islam secara
keseluruhan (kaaffah).
Sistem pemerintahan
sekarang adalah sistem sekuler
yang buruk dan terbukti gagal,
termasuk gagal melindungi
darah warga negaranya sendiri.
Apakah kegagalan ini mau terus
dipertahankan? Tidak bisa.
Karenanya, harus segera diganti
dengan Negara Khilafah.[]
10. 10
Media Umat | Edisi 114, 20 Dzulhijjah 1434 H - 3 Muharram 1435 H/ 25 Oktober - 7 November 2013
Aspirasi
Mereka Bicara
Maraknya Pembunuhan
Dadang Hawari,
Psikiater
Pemerintah Tak Tegas
Masyarakat sekarang ini tidak aman.
Kejahatan yang dilakukan tidak hanya
maling namun juga korupsi di semua lini
mulai dari aparat sipil hingga militer.
Pemerintah sudah tidak mampu menyetop peredaran narkoba.
Sedangkan, minuman keras adalah pemicu kekerasan dan pemerintah
melegalkan, padahal Allah melarang. Dengan situasi masyarakat yang
seperti ini, ini merupakan sumber kerusakan.
Orang sekarang ini tidak bisa membedakan lagi mana yang
halal mana yang haram. Melihat pembunuhan marak harusnya
pemerintah bertindak tegas, prosedurnya muter-muter kelamaan, dan
tidak mau memakai hukum yang Allah ciptakan.
Orang Islam sendiri tidak ingin menerapkan hukum Allah
padalah Allah yang menciptakan manusia, pencuri maling potong
tangannya. Yang kena hukuman mati tidak dilakukan eksekusi malah
diberikan keringanan hukuman. Ini bagaimana? Hukuman tidak kuat,
karena penyelenggara hukum main juga.[]
Seto Mulyadi,
Psikolog Anak
Perlu Gerakan Perlindungan
Anak
Kekerasan pada anak terjadi karena
kesalahan paradigma orang dewasa
terhadap anak.
Paradigma itu apakah orang tua, keluarga seperti kakek ,
paman, sepupu dan sebagainya kemudian juga guru, aparat baik
kepolisian yang menyiksa dan menghukum anak-anak yang
ditangkap.
Paradigma yang salah ini adalah karena menganggap anak
tidak berdaya dan boleh diperlakukan apa saja oleh orang dewasa. Jadi
paradigma ini harus diubah dengan kampanye besar-besaran dengan
gerakan nasional stop kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak
jumlahnya terus semakin bertambah berarti upaya merubah
paradigma tadi belum efektif. Karena memang hanya diserukan pada
para aktivis. Secara yuridis hukum sudah melindungi anak, namun
pada implementasinya masih lemah.[]
Ahmad Yani,
Komisi III DPR RI
Pelayanan Polisi Harus Prima
Ini yang kemarin saya tanyakan
kepada Pak Tarman pada waktu uji
kelayakan dan kepatutannya menjadi
Kapolri, dalam kondisi umat merasa amat
tidak aman dan nyaman karena terjadi pembunuhan begitu banyak,
kekerasan begitu banyak di mana-mana. Polisi sendiri pun dengan
masih berpakaian dinas dibunuh. Itu yang saya tanyakan, langkahlangkah apa yang akan diambil oleh pihak kepolisian. Karena ini kan
tupoksinya polisi.
Pak Tarman jawab, itu betul dan dirinya akan mengokohkan dua
langkah yaitu preventif dan represif berupa penegakan hukum. Saya
katakan, tindakan preventif yang selama ini dilakukan dengan mobil
patroli itu sangat tidak efektif. Biaya operasional BBM nya pun
tersendat-sendat. Karena itu saya sarankan diperbanyak pos polisi
yang memudahkan masyarakat mengakses dengan cepat bila terjadi
apa-apa.
Kedua, Babinkamtibmas itu menjadi penting, maka polisi itu di
setiap Polres dan Polsek harus mengoptimalkan Babinkamtibmas,
berkoordinasi dengan RT RW mendatangi masyarakat. Siapa saja
penduduk yang baru datang, yang dicurigai, dll, jadi ini sekaligus
mendeteksi dini teroris.
Dalam konteks penegakan hukum, saya kira polisi sudah mulai
kan. Harus betul-betul tidak ada toleransi terhadap pelaku-pelaku
kriminal, apakah dia itu perorangan atau pun terorganisir.
Kalau sudah seperti itu, rakyat baru merasa aman. Kehadiran
polisi dapat dirasakan. Akhrinya polisi jadi sahabat rakyat. Kalau
sekarang kan belum. Jadi polisi harus memberikan pelayanan yang
prima, jangan sampai rakyat mengadu ke polisi malah timbul masalah
lagi.[]
Irjen Pol Ronny F Sompie,
Kadiv Humas Mabes Polri
Perlu Kepedulian
Masyarakat
Persentasi terungkapnya kasus dan
berhasil dalam melakukan penangkapan
terhadap tersangka sangat bergantung
kepada jejak yang diperoleh penyidik untuk mengungkap setiap kasus
pembunuhan. Serapih-rapihnya pelaku dalam berupaya
menghilangkan jejaknya, ada saja jejak yang tertinggal dan bisa
menjadi bukti yang mengantar penyidik kepada analisis siapa
pelakunya.
Kalau tempat kejadian sudah tidak murni dan rusak akibat
sudah diacak-acak oleh orang yang menemukan kejadian ini pertama
kali, tentu menyulitkan proses pengolahan tempat kejadian untuk
menemukan jejak pelakunya.
Untuk mengatasi rusaknya tempat kejadian pembunuhan,
perlu ada kepedulian masyarakat untuk menutup dan menjaga agar
tempat kejadian masih murni seperti sediakala saat diterima
laporannya dari masyarakat sampai penyidik Polri datang dan
melakukan tindakan di tempat kejadian dalam rangka mengolahnya
dan menemukan jejak pelaku pembunuhan.[]
Mahendradatta,
Pakar dan Praktisi Hukum
Bodoh! Kalau Masih
Pertahankan KUHP
Pembunuhan berencana itu kan ada
di Pasal 338 KUHP. Kalau dikatakan banyak
celah dalam KUHP, ya pastinya. Kenapa?
Karena itukan hukum Belanda kuno yaitu Reglement Verondening.
Sedangkan di Belanda sendiri sudah lama tidak dipakai. Tapi malah
diberlakukan lagi oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 1949. Jadi
apa yang bisa kita harap dari UU seperti itu?
Yang lucu adalah, sekarang saya berbicara sebagai Ketua
Dewan Pembina Tim Pengacara Muslim ya, yang lucu adalah orang
kadang-kadang terlalu menghina-hina syariah. Itu dianggapnya
sebagai hukum dari luar. Apa tidak lebih parah ini, sudah hukum dari
luar, kuno lagi, dalam arti kata buatan manusia lagi, sudah buatan
manusia eh ternyata yang membuatnya itu adalah semangatnya
untuk melindungi penjajah! Jadi yang masih mempertahankan
hukum thagut ini bukan naif kalau kata saya, tetapi sangat bodoh!
Jadi sudah pasti banyak celahnya dalam KUHP itu. Contohnya,
sudah banyak orang yang menafsirkan sendiri pasal-pasalnya itu.
Karena pasal itu tidak jelas. Seperti frasa “tidak sengaja” ditafsirkan
sendiri-sendiri bahkan di Indonesia tafsirannya malah mengikuti
pakar hukum Belanda yang sekarang sudah tidak laku lagi di Belanda,
karena terlalu diperluas makna“kesengajaan”-nya.[]
Iwan Januar,
Pengamat Sosial
Islam Dipinggirkan, Budaya
Barbar Marak
Kekerasan semakin mengkhawatirkan di Tanah Air karena mengalami
peningkatan secara kuantitas maupun
kualitasnya. Hampir setiap hari kita mendapat pemberitaan kekerasan
bukan di satu atau dua tempat, tapi banyak tempat bahkan tidak
sedikit yang berujung pada pembunuhan.
Kualitas kekerasan yang terjadi juga makin meningkat. Pelaku
bukan saja sekadar ingin mencelakakan korban tapi juga ingin
memberikan rasa sakit yang sangat dan efek kerusakan yang parah
kepada korban. Seperti terlihat penggunaan air keras dalam beberapa
kasus.
Korban yang disasar ada yang sporadis ada juga yang spesifik.
Dalam kasus geng motor, pelemparan air keras di bus, pelaku tidak
pandang bulu. Siapa saja bisa jadi korban. Tapi dalam kasus
penembakan polisi tampak jelas ada kekerasan yang memang terarah.
Bahwa bangsa kita dulu dikenal ramah, itu kan dulu.
Pergeseran nilai-nilai budaya sudah berjalan cepat dan masif di Tanah
Air. Kebersamaan dan jiwa gotong royong sudah diganti dengan
individualistik. Di banyak sekolah bahkan pesantren sudah masuk
budaya bullying.
Di jejaring sosial orang terbiasa saling mencaci maki, bahkan
sesama aktifis dakwah hal ini terjadi. Kemudian KDRT meningkat
bahkan anak-anak jadi korban. Termasuk ada bayi yang dicabuli
hingga meninggal.
Apa artinya ini? Bangsa ini sudah dirasuki budaya barbar. Ini
bukan persoalan budaya Nusantara yang pudar, tapi akibat nilai-nilai
agama khususnya Islam yang makin dipinggirkan. Budaya Nusantara
itu penopang terbesarnya adalah ajaran Islam. Tapi ketika nilai-nilai
Islam apalagi syariatnya dieliminasi dari kehidupan, inilah yang
terjadi. Salah satunya adalah maraknya kekerasan.
Jadi kalau ditanya apa yang salah? Sekulerisme ini yang salah.
Siapa yang bertanggung jawab? Kaum Muslimin yang lebih memilih
menjadi manusia sekuler ketimbang menjadi orang beriman dan
bertakwa.
Maka kekerasan di Tanah Air tidak akan berhenti hanya sekadar
meningkatkan jumlah polisi atau sanksi yang berat, tapi harus
membongkar landasan umat ini menggantinya dengan akidah Islam
dan membangun kehidupan sesuai nilai-nilai Islam. artinya harus ada
syariat Islam yang ditegakkan.[] fm-joy
11. Media Umat | Edisi 114, 20 Dzulhijjah 1434 H - 3 Muharram 1435 H/ 25 Oktober - 7 November 2013
Telaah Wahyu
11
Kemenangan Berpihak
kepada Kaum Muslimin
Oleh: Rokhmat S Labib, MEI
Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua
golongan yang telah bertemu (bertempur).
Segolongan berperang di jalan Allah dan
(segolongan) yang lain kafir yang dengan mata
kepala melihat (seakan-akan) orang-orang
Muslimin dua kali jumlah mereka. Allah
menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang
yang mempunyai mata hati (TQS Ali Imran [3]: 13).
K
Allah SWT berfirman: Qad
kâna lakum ayah fî fiatayni
[i]ltaqatâ (sesungguhnya telah
ada tanda bagi kamu pada dua
golongan yang telah bertemu
[bertempur]). Kandungan ayat ini
bahwa pihak yang diseru ayat ini
adalah orang kafir secara umum.
Ibnu 'Abbas, sebagaimana dikutip Abu Hayyan, adalah di antara
yang berpendapat demikian.
Ayat ini berguna untuk menciptakan rasa takut kepada mereka
dan memberitahukan bahwa
Allah SW T akan menolong
agama-Nya. Sungguh, Dia telah
memperlihatkan kepada mereka
contoh nyata yang dialami kaum
musyrik Quraisy yang kalah, terbunuh, dan ditawan.
Menurut lainnya, ditujukan
kepada orang Mukmin. Di antaranya, sebagaimana dikutip Abu
Hayyan, adalah Ibnu Mas'ud dan
al-Hasan. Ini berarti, ayat tersebut
mengokohkan dan mengobar-
masih kelanjutan dari ayat sebelumnya. Dalam ayat tersebut
Allah SWT berfirman: Katakanlah
kepada orang-orang yang kafir:
"Kamu pasti akan dikalahkan (di
dunia ini) dan akan digiring ke
dalam neraka Jahanam. Dan
itulah tempat yang seburukburuknya" (TQS Ali Imran [3]: 12).
Ada beberapa penjelasan
tentang pihak yang diseru ayat
ini. Menurut al-Alusi, khithâb ayat
in ditujukan kepada kaum Yahudi
di Madinah. Kesimpulan ini didasarkan kepada sabab nuzul ayat
ini, setelah Perang Badar Yahudi
Qunaiqa' berkata, “Sesungguhnya Quraisy adalah orang-orang
bodoh. Seandainya mereka (kaum Mukmin) memerangi kami,
niscaya kamu akan menyaksikan
para ksatria”. Lalu turunlah ayat
ini.
Ada juga yang mengatakan
kan semangat jiwa umat Islam.
Sebab, ketika mereka diperintahkan menyampaikan perkataan tersebut kepada kaum kafir
(bahwa kaum kafir akan dikalahkan dan dimasukkan ke dalam
neraka), memungkinkan bagi
kaum munafik dan orang yang
lemah imannya menganggap
mustahil berita tersebut.
Bisa jadi, khithâb ini ditujukan kepada mereka semuanya,
baik kaum Mukmin, kaum Yahudi, maupun kaum kafir. Yang
pasti, ayat ini memberikan bukti
kebenaran ancaman tersebut,
bahwa telah ada âyah bagi
mereka.
Pengertian ayah di sini
adalah 'alâmah 'azhîmah (tanda
yang besar) yang menunjukkan
kebenaran firman Allah dalam
ayat sebelumnya. Demikian penjelasan al-Syaukani dan al-Alusi.
eimanan dan kekufuran tidak akan bersatu. Demikian pula
para pengembannya. Ketika masingmasing memegang erat prinsipnya dan berupaya mewujudkannya dalam kehidupan, maka
pertarungan antara keduanya
tak terhindarkan.
Dua Kelompok yang Berlawanan
Bukti kebenaran itu adalah peristiwa yang terjadi pada fiatayni
iltafatâ, dua golongan yang bertemu.
Pengertian fiah adalah
firqah atau jamâ'ah dari kalangan
manusia. Sedangkan iltafatâ dalam ayat ini berarti pertemuan
dalam medan pertempuran dan
peperangan. Menurut para mufassir, pertemuan dua kelompok
yang dimaksud adalah Perang
Badar.
Golongan pertama dalam
perang tersebut adalah: Fiat[un]
tuqâtilu fî sabîlil-Lâh (segolongan
berperang di jalan Allah). Mereka
adalah fiah mu`minah, golongan
kaum Mukmin. Tepatnya, adalah
Rasulullah SAW bersama orangorang Mukmin. Sebab, merekalah yang terjun dalam peperangan tersebut. Mereka disebut
berperang di jalan Allah SWT
karena perang mereka dilandasi
oleh keimanan, menjalankan ketaatan kepada Allah SWT, untuk
menegakkan agama-Nya, dan
mengharapkan keridhan-Nya.
Tetang perangnya kaum Mukmin, Allah SWT berfirman: Orangorang yang beriman berperang di
jalan Allah (TQS al-Nisa' [4]: 76).
Sedangkan golongan kedua: Wa ukhrâ kâfirah (dan
[segolongan] yang lain kafir).
Mereka adalah orang-orang yang
ingkar kepada Allah SWT dan
perkara keimanan lainnya. Berkebalikan dengan kaum Mukmin
yang berperang di jalan Allah
SWT, golongan ini berperang di
jalan selain-Nya. Allah SWT
berfirman: Dan orang-orang yang
kafir berperang di jalan thaghut
(TQS al-Nisa' [4]: 76)..
Kemudian diberitakan peristiwa yang terjadi pada perang
tersebut dengan firman-Nya:
Yarawnahum mitslayhim ra`ya al'ayn (yang dengan mata kepala
melihat [seakan-akan] orangorang Muslimin dua kali jumlah
mereka). Kata ra'y al-'ayn merupakan mashdar muakkid, berguna untuk mengukuhkan kata
yarawnahum (mereka melihat
mereka). Artinya, mereka benarbenar melihat secara jelas dan
nyata, dan tidak ada kekaburan
tentangnya. Demikian al-Syaukani dalam tafsirnya.
Ada beberapa penjelasan
tentang pelaku dan objek yang
dimaksud ayat ini. Di antaranya
adalah penafsiran yang mengatakan bahwa kaum kafir melihat
jumlah kaum Mukmin dua kali
lipat, yakni 950 pasukan. Semuanya bersenjatakan lengkap. Di
antara yang berpendapat demikian, sebagaimana dikutip al-
Alusi, adalah al-Sudi.
Diriwayatkan dari Said bin
Aus, dia berkata: Kaum musyrikin
menawan seseorang dari pasukan
kaum Muslimin. Mereka bertanya
kepadanya, “Berapa jumlah kalian?” dijawab, “Tiga ratus dan
beberapa puluh orang.” Mereka
berkata, “Kami tidak melihat
kalian kecuali dilipatgandakan
dari jumlah kami.” Maksud mereka, jumlah pasukan kaum Muslimin adalah seribu sembilan
ratus.”
Dengan jumlah yang terlihat lebih banyak tersebut membuat mereka menjadi gentar,
takut, cemas, dan gelisah. Dikatakan Ibnu Katsir, Allah SWT
menjadikan hal itu sebagai sebab
bagi kemenangan Islam atas
mereka.
Pertolongan Allah SWT
bagi Kaum Mukmin
Allah SWT berfirman: Wallâh yuayyidu bi nashrihi man
yasyâ` (Allah menguatk an
dengan bantuan-Nya siapa yang
dikehendaki-Nya). Dijelaskan alAlusi, kata yuayyidu berarti
yuqawwi (menguatkan). Sedangkan bi nashrihi berarti bi 'awnihi
(pertolongan-Nya). Dalam Perang Badar itu, kaum Muslim
diberikan pertolongan oleh-Nya
sehingga tampil menjadi pemenang. Allah SWT memenangkan keimanan atas kekufuran, memuliakan kaum Mukmin dan menghinakan kaum
kafir.
Perang Badar memang luar
biasa. Dalam beberapa aspek,
pasukan kaum kafir tampak lebih
unggul. Jumlah mereka lebih dari
dari dua kali lipat, 950 pasukan.
Seratus di antara pasukan berkuda. Mereka juga terdiri para
pasukan terlatih dengan persenjataan lebih lengkap. Sehingga,
mereka pun optmis akan mendapatkan kemenangan. Akan tetapi, bayangan dan harapan mereka hancur. Mereka menderita
kekalahan besar. Banyak pemimpinnya terbunuh, seperti 'Utbah
bin Rabi'ah, Abul Hakam bin
Hisyam, Umayyah bin Khalaf, dan
lain-lain.
Tentang pertolongan Allah
SWT dalam perang Badar diberitakan lebih lengkap dalam firman-Nya: Sungguh Allah telah
menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah
(ketika itu) orang-orang yang
lemah (Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Ingatlah), ketika kamu
mengatakan kepada orang Muk-
Ikhtisar:
1. Kaum kafir pasti akan terkalahkan.
2. Kemenangan kaum Muslimin dalam
perang menjadi salah satu buktinya.
3. Allah SWT memberikan pertolonganNya kepada orang yang dikehendakiNya.
min: "Apakah tidak cukup bagi
kamu Allah membantu kamu
dengan tiga ribu malaikat yang
diturunkan (dari langit)?" (TQS Ali
Imran [3]: 123-124).
Tentang bantuan pasukan
malaikat ini diceritakan dalam
banyak riwayat. Abu Dawud alMazini berkata, “Selagi aku mengejar salah seorang musyrik
untuk menebasnya, tiba-tiba
kepalanya sudah tertebas sebelum pedangku mengenainya.
Aku sadar bahwa rupanya dia
telah dibunuh seseorang sebelum aku.”
Ibnu 'Abbas berkata, “Tatkala seseorang dari pasukan
Muslimin berusah keras menghabisi salah seorang musyrik di
hadapannya, tiba-tiba dia mendengar suara lecutan cambuk di
atasnya dan suara seorang penunggang kuda yang berkata,
“Majulah terus wahai Haizum?”
Lalu orang Muslim itu memandang orang musyrik tersebut
sudah terjerembab. Seorang
Anshar melihat kejadian itu dan
memyampaik annya kepada
Rasulullah SAW. Beliau bersabda,
“Engkau benar. Itulah pertolongan
dari langit ketiga.”
Allah SWT berfirman: Inna
fî dzâlika la'ibrah li uliy al-abshâr
(sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai
mata hati). Yang ditunjuk oleh
dzâlika adalah al-nashr (pertolongan) yang diberikan Allah
SWT kepada pasukan kaum
Muslimin.
Sungguh dalam peristiwa
itu ada 'ibrah, pelajaran berharga,
bagi ulî al-abshâr. Kata al-abshâr
merupakan bentu jamak dari
kata al-bashar (penglihatan),
bermakna al-bashîrah. Menurut
Abu Hayyan, artinya orang-orang
yang memiliki akal sehat yang
menerima pelajaran.
Demikianlah. Peristiwa
Perang Badar itu harus menjadi
salah satu bukti kekuasaan Allah.
Sehebat apa pun kekuatan kafir,
mereka pasti akan dapat dikalahkan. Jika Allah SWT berkehendak mengalahkan dan menghinakan suatu kaum, siapa yang
bisa menghalangi-Nya? Wal-Lâh
a'lam bi al-shawâb.[]
12. 12
Media Umat | Edisi 114, 20 Dzulhijjah 1434 H - 3 Muharram 1435 H/ 25 Oktober - 7 November 2013
Media Daerah
Suasana wilayah rumah Suardi
Imam Masjid itu Ditembak Densus 88
Pemerintahan yang anti Islam ini pada akhirnya menangkapi merekamereka yang mempelajari Islam dan membuat stigma negatif.
I
dul Adha tahun ini menjadi
akhir tragis Suardi (51),
selepas balik dari Makassar,
Kamis (17/10). Suardi ditemukan tewas ditembak
oleh Densus 88. Dua hari sebelumnya, ia menjadi imam shalat
Idul Adha. Benarkah ia seorang
teroris seperti yang disangkakan
polisi? Suardi tak lagi bisa membela diri.
Aksi penembakan Densus
88 terhadap terduga teroris di
wilayah Sulawesi Selatan bukan
pertama kalinya. Januari lalu, di
RS Wahidin Sudirohusodo Makassar juga terjadi penembakan
yang menewaskan satu orang
dengan tuduhan sama terduga
teroris. Kasus berulang dengan
nasib korban tragis, tidak ada
delik tidak ada pembelaan, mereka tewas dibunuh.
Suardi, berasal dari Dusun
Cebba, Desa Allinge, keca-matan
Amali, Bone. Mantan PNS guru di
sekolah Dasar Inpres Ka-lakkang
Kec. Amali ini dikenal sebagai
aktivis dakwah di bebe-rapa
kelompok kajian seperti Wahdah
dan Hidayatullah. Selain aktif di
beberapa kelompok kaji-an
Suardi juga dikenal masyara-kat
sebagai Imam Masjid SMPN 2
Bila, Kec Amali sekaligus membina TPA di rumahnya yang tidak
jauh dari masjid tersebut.
Setelah mengundurkan diri
Kenapa Suami Saya di Bunuh?
uasana duka meliputi rumah Suardi. Tangis pun tak terbendung ketika
jenazah Suardi tiba. Ismawati masih tak mengerti kenapa suami
dibunuh. Apa yang salah dari suaminya.
“Suami saya bukan teroris tapi mereka tuduh teroris,” ucapnya lirih
sambil memeluk kedua anaknya.
Ismawati pun mempertanyakan keterlibatan suaminya yang dituduh
terlibat tindakan terorisme namun tanpa bukti. ”Saya pribadi tidak terlalu
bermasalah tapi kasihan anak-anak saya masih kecil-kecil, sudah dicap
anak teroris. Padahal belum tentu benar bapaknya teroris. Kenapa suami
saya ditembak padahal baru terduga," ujarnya dengan suara parau.
Yang jelas Suardi telah meninggal. Ia tak bisa lagi membela diri. Lagilagi kasus kebiadaban aparat Densus 88 kembali terulang. Kasus ditutup
bersamaan jenazah Suardi dimakamkan.[] fatih
S
dari PNS, Suardi semakin aktif
membina dan membentuk kelompok-kelompok kajian di
beberapa masjid termasuk di
masjid di dekat rumahnya. Masyarakat setempat mengetahui
bahwa pengajian yang Suardi
bina kurang lebih seputar masalah-masalah ibadah dan akhlak.
Untuk menafkahi keluarganya pasca mundur dari PNS,
Suardi menekuni bisnis-bisnis
peternakan ayam, berkebun
coklat dan dagang. Sedangkan
istrinya yang juga masih PNS
sebagai guru ikut membantu
suaminya kala dia tidak mengajar
di sekolah.
Ismawati (istri Suardi) menuturkan kepada Media Umat
bahwa suaminya hanyalah sekolah guru mengaji yang membina
anak-anak TPA di rumah dan
masjid dekat rumah dan membina pengajian bapak-bapak dan
anak muda seminggu sekali tiap
hari Selasa malam, tidak lebih
dari itu. Memang, menurut istrinya, kadang suaminya pergi ke
Makassar beberapa hari untuk
mengikuti kajian di sana.
Satu tahun terakhir, menurut pengakuan anggota keluarga
yang lain, mereka pernah diajak
Suardi ke Makassar dan Kab
Mamuju untuk mengikuti kajian.
Selain kajian juga diajarkan berlatih renang dan permainan
senjata kurang lebih sekitar 2 – 4
minggu tidak pulang ke rumah.
Tapi, menurutnya, itu hanya
untuk kebutuhan olahraga dan
kebugaran, bukan yang lain.
Proyek Terorisme
Menurut istrinya, usai menjadi imam shalat Idul Adha di
masjid dekat rumahnya pada
Selasa, Suardi bersama anak per-
tamanya (17 tahun) pergi ke
Makassar selama 2 hari. Pada
Kamis waktu hendak pulang ke
Bone, mereka dibuntuti mobil
sejak dari Makassar.
Kurang lebih 10 km sebelum sampai rumahnya, tepatnya
di jalan poros yang sepi, kirikanannya kebun coklat di Dusun
Kampung Baru Toddang Bonga
Desa Teamusu (Alinge), mobilnya
diserempet oleh mobil yang
membuntuti dari Makassar.
Sesaat setelah berhenti penumpang mobil yang menyerempet mengeluarkan senjata
dan langsung menembak Suardi
dan langsung meninggal di
tempat tanpa ada perlawanan.
Aksi ini terjadi sekitar pukul 5
sore. Warga kaget mengira ada
perampok yang ditembak.
Sedangkan, anak Suardi diamankan Densus 88, ada juga
sahabat Suardi bernama Joni
yang berasal dari Kab Jeneponto.
Pihak keluarga pun meragukan
Suardi memiliki atau membawa
senjata.
Mendengar suaminya tertembak polisi, istri Suardi ketakutan dan bersembunyi di rumah keluarganya. Ismawati kaget saat mendengar, hasil penggeledahan Densus di rumahnya
menemukan pistol dan peluru,
granat, bahan pembuat bom,
dan uang 1 peti. Padahal, menurut Ismawati, sebelum pergi
bersembunyi, dia mengaku tidak
pernah ada dia lihat barangbarang tersebut di rumahnya,
yang ada adalah pupuk tanaman
sisa yang belum terpakai di
kebun coklatnya.
Humas DPD I HTI Sulsel,
Dirwan Abdul Jalil mengkritik
sikap Densus 88 yang melakukan
aksi penembakan tanpa proses
hukum pada Suardi padahal
Suardi dikenal masyarak at
sekitar sebagai orang baik, saleh
dan banyak membantu warga.
“Densus 88 harus membuktikan tuduhan mereka jangan
sampai hanya klaim sepihak atau
korban salah tembak sebagaimana beberapa orang sebelumnya,”
ujarnya kepada Media Umat.
Ulama Sulsel, H M Basri pun
geram terhadap sikap Densus 88.
Menurut Pimpinan pondok tahfidzul Qur'an Makassar ini, penembakan ini adalah murni order
Densus 88 untuk mencari pundipundi penghidupan. Densus
menciptakan sebuah modus,
menyebut Makassar berbahaya
dan merupakan sarang teroris.
“Saya rasa semua itu cuma
rekayasa saja. Karena ini merupakan order. Merupakan proyek.
Maka tidak ada cara kecuali melakukan yang seperti itu,” tuturnya
kepada Media Umat.
Basri juga menambahkan,
hal inilah yang membuat negara
ini morat marit. Negara ini tidak
bisa aman lagi, karena banyak
orang dibunuh tanpa salah. “Baru
terindikasi sudah ditembak,”
katanya.
Pemerintahan yang anti
Islam ini pada akhirnya menangkapi mereka-mereka yang mempelajari Islam, dan mulai ditengarai sebagai teroris. Islam ini di
jadikan sebagai momok yang
menakutkan. Harapan Basri,
semoga Allah melaknat mereka
dengan laknat yang sangat keras
karena ini pelanggaran hak asasi
manusia yang luar biasa.[]
iton/fatih
13. Media Umat | Edisi 114, 20 Dzulhijjah 1434 H - 3 Muharram 1435 H/ 25 Oktober - 7 November 2013
Media Nasional
13
Pemprov DKI Beri Izin
Gedung Kedubes Amerika Dibangun
Sangat naif memandang pembangunan renovasi Kedubes Amerika hanya dilihat dari segi teknis, ini sangat konyol.
G
edung lama Kedubes Amerika Serikat yang berjejer
dengan Gedung
Wakil Presiden di
Jalan Merdeka Selatan, Jakarta
sudah diruntuhkan. Ini menandakan gedung itu siap dibangun
dengan gedung baru sesuai rencana. Peralatan besar sudah tampak berada di sekitar Kedubes
Amerika.
Terkait pembangunan itu
Kepala Perijinan Bangunan P2B
Heru Hermawanto membenarkan bahwa pembangunan gedung Kedubes Amerika telah
mendapatkan izin pembangunannya. Pemda hanya mengecualikan gedung Syahrir.
“Kalau wilayah Amerika
sendiri tidak masalah, dan P2B
telah mengeluarkan izinnya, bukan gedung Syahrirnya karena
itu kewenangan Kementerian
Pariwisata,” ungkap Kepala Perijinan Bangunan P2B Pemda DKI
Jakarta Heru Hermawanto kepada Media Umat, Jumat (11/10) di
Gedung Penataan dan Pengawasan Bangunan (P2B), Jakarta.
Menurutnya, izin itu dikeluarkan karena secara teknis telah memenuhi syarat. “Kalau kita
murni teknis, kaidah-kaidah
pembangunannya sudah terpenuhi. Teknis itu arsitektur, struktur dan instalasi,” ungkapnya.
Heru juga menyatakan
untuk relokasi gedung Syahrir
sebenarnya sejak zaman Gubernur Sutiyoso sudah ada izin, hanya saja masih berkendala hingga saat ini di Kementerian Pariwisata.
Menanggapi hal itu, Juru
Bicara Hizbut Tahrir Indonesia
Ismail Yusanto mengkritik sikap
Pemprov DKI Jakarta, yang dianggapnya sangat naif hanya
melihat persoalan pembangunan Kedubes Amerika itu dari segi
teknisnya saja.
“Melihat persoalan ini hanya dari segi teknis itu sangat
naif, bagaimana bisa memandang gedung Kedutaan Besar
Negara seperti Amerika hanya
dipandang dari segi teknis, ini
sangat konyol,” ujarnya kepada
Media Umat.
Ismail pun menambahkan
kalau pemerintah tidak mengerti
tugas pokok dan fungsinya sebagai penjaga kedaulatan rakyat.
“Ini juga khusus ditunjukkan pada pemerintah pusat,” tegasnya.
Menurut Ismail, meskipun
Pemda DKI Jakarta berargumentasi ini persoalan teknis harusnya
pemerintah pusat menganulir
perizinan tersebut dengan pertimbangan gedung kedutaan
yang akan direnovasi dengan
sebesar itu memiliki fungsi dan
tugas pokok sangat besar untuk
kepentingan Amerika.
“Tentunya kepentingan itu
untuk mencengkeram Indonesia
dengan dominasi ekonomi mereka di Indonesia,” terangnya.
Harusnya juga, lanjut Ismail,
Pemda daerah yang dipimpin
Jokowi dari partai yang katanya
nasionalis memberikan saran
kepada pemerintah pusat untuk
tidak menyetujui pembangunan
ini.
Pemerintah AS akan membangun kompleks Kedubes AS di
Jakarta senilai US$ 450 juta.
Gedung yang terletak di Jalan
Medan Merdeka Selatan No 4
Jakarta Pusat itu akan dimodernisasi dengan menggunakan teknologi dan standar tinggi dalam
hal perancangan dan tata ruang.
Pembangunan gedung
baru 10 lantai yang menempati
lahan seluas 36 ribu meter persegi ini ditargetkan akan selesai
pada 2017. Pihak AS menyatakan
gedung baru itu akan menampung para staf kedutaan dan misi
AS untuk ASEAN di Jakarta.
Kalau gedung ini jadi, menurut Ismail, ini akan menjadi
gedung Kedubes AS ketiga terbesar setelah di Irak dan Pakistan.
“Ketiganyakan negeri Muslim,
kita bisa melihat kalau Amerika
memiliki perhatian khusus terhadap negeri ini, baik secara
politis maupun ekonomi, jadi
sangat konyol memandangnya
hanya dari segi teknis,” pungkasnya.[] fatih mujahid
MEDIA GAUL
Korean Wave? No Way!
Oleh: Eresia N Winata, Yogyakarta
K
orea? Arggh! Remaji mana yang
tidak kenal dengan aksi Song
Hye Gyo dan Rain Bi di drama
komedi Full House? Remaja
mana yang tidak kenal betapa
centil dan seksinya para vokalis SNSD (So
Nyeu Shi Dae)? Atau adakah yang merasa
asing dengan personil Super Junior yang
guanteng nan imut2 itu?
Yap. Ngomongin korea memang gak
ada matinya, mulai dari boyband, girlband,
sampai dramanya yang terkenal banget.
Gak bisa dipungkiri kalo daya tarik artis
Korea itu bisa bikin manusia, baik laki-laki
maupun wanita dari segala usia jadi klepekklepek. Mereka cantik, tampan, tinggi
semampai, kulit putih mulus, akting mereka
top, dan tentu saja dandanan plus outfit
(fashion) yang mereka kenakan selalu seger
buat diliat. Makin banyaklah bermunculan
penyanyi karbitan dalam negeri yang
ngadopsi penampilan n gaya artis Korea,
sebut aja SM*SH, 7 Icon, HITZ, dll.
Korean Wave (gelombang Korea)
berhasil banget deh membuat manusia Asia
dan sebagian Eropa kesengsem berat sama
mode, artis, dan budaya yang disebarluaskan lewat drama, film, dan lagu-lagu
mereka. Wajar kalo bejibun banget yang
jadi fans berat pemeran drama en personil
girlband/boybandnya. Namun, tahukah
kamu kalau sebenarnya Korea merupakan
negeri dengan beberapa fakta aneh yang
mencengangkan?
Pertama: Separuh Orang Korea adalah
ATHEIS!
Menurut berita yang dilansir KBS
(siaran eksternal Korea Selatan) hanya 53,1
persen orang Korea yang punya agama. Itu
berarti ada sekitar 46,9 persen atau 24 juta
orang Korea yang atheis. Gak kebayang ya
orang-orang ini makan, tidur, kerja, n
sekolah tanpa sebuah keimanan pada
Pencipta. Mereka gak akan malu untuk
mengatakan bahwa mereka gak percaya
pada Tuhan!
Kedua: Korea adalah negara dengan
angka bunuh diri NOMER 1 di dunia.
Sebagai sebuah negara kapitalis
dengan industri yang maju, tentu saja
persaingan hidup di sana sangat tinggi.
Orang Korea memiliki waktu belajar dan
kerja lebih tinggi dibanding Jepang.
Jangankan orang biasa, para artis Korea pun
harus bekerja mati-matian untuk bisa
survive di sana. Seorang pelajar SMA
menuntut ilmu hingga 13-15 jam/hari. Lihat
pula bagaimana Kim Yoona (vokalis SNSD)
yang mengaku tidur tidak lebih dari 10 jam
tiap minggunya. Semua ini menjadi
rutinitas yang sangat melelahkan dan bikin
stres. Menurut Menteri Kesehatan Korea
Selatan ada sekitar 35 orang Korea bunuh
diri SETIAP HARI, baik dari kalangan artis
maupun orang biasa. Artis Park Jin Hee
mengungkapkan dalam tesisnya bahwa
lebih dari 40 persen artis Korea mengalami
depresi dan ingin mengakhiri hidupnya.
Bahkan ada situs yang bisa dipakai untuk
dijadikan tempat ketemu n janjian untuk
bunuh diri. Ckckck, parah!
Ketiga: Operasi plastik adalah hal
biasa.
Sebuah lembaga pekerja berbasis
online di Seoul mengadakan survey
mengenai 'seberapa penting penampilan
untuk orang Korea' mendapatkan hasil
bahwa 90 persen responden pria dan
wanita menginginkan operasi plastik untuk
mendukung penampilan mereka. Guys,
operasi plastik di Korea sana sudah sama
seperti kebutuhan akan makan, gak bisa
ditinggalin. Rata-rata orang Korea berusia
18-35 tahun lebih menginginkan hadiah
supaya mata, dagu, pipi, dan hidung
mereka dirombak dengan operasi plastik
dibanding keinginan memiliki gadget atau
kendaraan pribadi. Apalagi di kalangan
artis, wah justru aneh kalo gak operasi.
Pantengin aja tuh artis korea, rata-rata
semua hasil operasi bo! Jait sana robek sini,
tambal sulam, gak orisinil. Sama seperti
angka bunuh diri, budaya operasi plastik di
Korea merupakan yang NOMER WAHID DI
DUNIA. Olala..
Fakta-fakta di atas sangat kontras
dengan corak kehidupan Muslim yang
senantiasa dihiasi keimanan dan
pengabdian pada Allah SWT. Keimanan
pada Allah SWT adalah kunci kesuksesan
dunia akhirat, ia ibarat cahaya penunjuk
jalan. Wajar kalau akhirnya orang-orang
Korea ini gampang banget bunuh diri.
Diputusin pacar, lompat dari gedung. Gak
punya uang, gantung diri. Gak lulus sekolah,
minum racun. Ini fakta bahwa orang yang
atheis itu tidak mampu bersabar dan
mencari solusi atas masalah yang menimpa
mereka. Mereka gak punya tempat
memohon, tempat meminta, tempat
berkeluh kesah karena mereka gak percaya
sama Allah. Wah ngeri euy!
Makanya, hati-hati deh dengan
Korean Wave yang kian mengganas. Kalo
nggak dikendalikan, aktivitas nonton drama
& acara Korea bisajadi bikin kita benerbener ngefans berat sama mereka. Sampe
rela ngabisin ratusan ribu buat beli tiket
konser, atau niru cara berpakaian wanita
korea yang suka banget pakein baju adek
bayinya (maksudnya minim banget getoh
>.<), atau bagi yang laki-laki demen banget
niru gaya pria Korea yang cenderung sangat
girly (mirip banci), atau rela berantem kalo
ada yang jelek-jelekin idolanya, atau malah
kepikiran untuk operasi plastik atau bahkan
bunuh diri ala mereka kalo ada masalah.
Naudzubillah! Jangan sampe deh. HARAM!
So..kalo memang kamu bener-bener
ngerasa seorang Muslim dan pantas
menjadi penghuni taman-taman indah di
jannah sebagai tempat kembali yang kekal,
udah saatnya kamu bertekad bulat en
berkata mantap, “Woiiiii artis korea,,,
LO..GUE..END!!!”[]
14. 14
Media Umat | Edisi 114, 20 Dzulhijjah 1434 H - 3 Muharram 1435 H/ 25 Oktober - 7 November 2013
Ekonomi
Penelitian rinci pada tahun 2009 dalam
jurnal PLoS ONE menemukan makanan
sampah per orang Amerika Serikat telah
melonjak 50 persen sejak tahun 1974.
I
deologi kapitalisme tak
mampu menyejahterakan
warga dunia. Kemajuan
yang dicapai ternyata hanya
diperuntukkan bagi sebagian warga dunia. Yang lain tetap
menjadi sasaran eksploitasi dan
tak beranjak dari kondisi kemiskinan dan kelaparan.
Bank Dunia dalam rilisnya
yang dikeluarkan Ahad (13/10)
lalu mengungkapkan, jumlah
penduduk sangat miskin yang
hidup kelaparan di dunia telah
mengalami penurunan dalam
tiga dekade terakhir. Namun,
sejak 2010 angka tersebut belum
mencakup 400 juta anak-anak
kelaparan. Dan sepertiga dari
angka tersebut hidup dalam
kondisi yang parahnya bukan
main.
Laporan itu menyebutkan
pada tahun 2010, penduduk
miskin berkurang 721 juta orang
yang berpenghasilan US$ 1,25
per hari jika dibandingkan dengan tahun 1981. Namun jumlah
tersebut pun mencakup angka
anak-anak yang jumlah tidak
proporsional, ditandai dengan
400 Juta Anak Kelaparan,
Setengah Makanan Dunia Dibuang
satu dari tiga penduduk miskin
dan kelaparan merupakan anakanak, dibanding satu dari lima
penduduk miskin yang hidup di
garis kemiskinan adalah anakanak. Di negara miskin, presentase tersebut malah lebih buruk
lagi.
“Kita menyaksikan sendiri
sebuah pergerakan bersejarah
mengenai penduduk yang mengeluarkan diri mereka dari garis
kemiskinan dalam tiga dekade
terakhir, tapi jumlah anak-anak
miskin dan kelaparan masih
banyak dan perlu dilakukan
upaya lebih besar lagi," kata
Presiden Bank Dunia Jim Yong
Kim.
Ia mengatakan, dunia bisa
mencapai target dalam menyelesaikan persoalan kemiskinan
dan memberikan kesejahteraan
bagi mereka, tapi hanya dengan
cara bekerja sama dengan kepentingan yang baru. “Anak-anak
seharusnya tidak dihukum ke
kehidupan tanpa harapan, tanpa
pendidikan yang baik, dan tanpa
akses pada kesehatan yang baik.
Kita harus melakukan yang lebih
baik bagi mereka," katanya.
Enam bulan lalu, Gubernur
Bank Dunia Group memaparkan
dua target yakni mengakhiri kemiskinan di tahun 2030 dan
mempromosikan kesejahteraan
dengan menjaga pertumbuhan
pendapatan di bawah 40 persen
dari populasi di negara berkembang. Penurunan angka kemiskinan melaju sangat cepat dari
yang diperkirakan.
Sementara angka kemiskinan menurun, 35 negara dengan
pendapatan rendah 26 negara
berada di benua Afrika menghasilkan 100 juta rakyat miskin yang
baru selama tiga dekade terakhir.
Di tahun 2010, 33 persen dari
kehidupan tersebut berada di
negara berpendapatan rendah.
Kelebihan Makanan
Jika di negara-negara miskin yang umumnya berada di
belahan bumi bagian selatan,
maka di belahan bumi utara
—negara Barat yang umumnya
adalah penjajah— mengalami
kondisi yang sebaliknya.
British Institution of Mechanical Engineers (IMechE) mengeluarkan hasil studi yang sangat
mengejutkan. Sebuah studi baru
menemukan hingga setengah
dari makanan dunia dibuang tanpa dimakan. Mereka mengklaim
bahwa 30 hingga 50 persen dari
semua biji-bijian, buah-buahan,
sayuran dan daging yang dihasilkan tiap tahun dibuang.
Jumlah ini hampir 2,2 milyar
ton dari seluruh makanan dunia
yang terbuang di tempat sampah. Laporan ini ditulis rinci oleh
IMechE dalam judul "Global Food:
Waste Not, Want Not.”
“Jumlah makanan yang terbuang dan hilang di seluruh
dunia sangat mengejutkan," kata
tim Fox, kepala Energi dan Lingkungan di IMechE. Penelitian rinci
pada tahun 2009 dalam jurnal
PLoS ONE menemukan makanan
sampah per orang Amerika Serikat telah melonjak 50 persen sejak tahun 1974.
Bahkan di negara-negara
berkembang, limbah makanan
adalah endemik. Bukan karena
konsumen menolaknya. Menurut
laporan IMecE, di daerah seperti
sub-Sahara Afrika dan Asia Tenggara, makanan dibuang karena
pembusukan akibat pengiriman
dan infrastruktur penyimpanan.
Pasar juga menyalahkan
atas penggunaan tanggal yang
ketat sering mengakibatkan makanan yang masih baik dijual
cepat. Sehingga seringkali mendorong konsumen untuk membeli makanan lebih dari yang
dapat mereka konsumsi realistis.
Laporan IMechE merekomendasikan perbaikan infrastruktur di negara-negara berkembang. Selain itu perubahan
kebijakan ritel yang mendorong
limbah sebagai cara praktis untuk
mengurangi limbah makanan.
Apa yang terjadi ini menunjukkan sebenarnya dunia
tidak kekurangan pangan dan
tidak terbebani dengan kenaikan
jumlah penduduk. Yang menjadi
masalah adalah distribusi harta
kekayaan dunia termasuk pangan yang tidak merata. Harta
kekayaan hanya berputar di
negara-negara Barat. Inilah hasil
ideologi kapitalisme. [] emje
Bisnis Syariah
Haris Islam
LKP Pusat HTI, Coach di Bidang Bisnis Syariah
I
ndonesia merupakan pasar yang empuk bagi
investor asing. Dengan jumlah penduduk lebih dari
240 juta jiwa, serta pertumbuhan kelas menengah
yang sangat signifikan, Indonesia bisa menjadi pasar
potensial yang begitu menjanjikan. Lihat saja jumlah
waralaba asing di sampai dengan Maret 2013 sudah
mencapai 400 waralaba. Tentu saja bombardir ini tidak
akan berhenti sampai di sini. Dengan alasan pertumbuhan
ekonomi, pemerintah justru semakin menggenjot
investasi asing masuk ke Indonesia. Tahun ini saja nilai
investasi asing diperkirakan mencapai Rp 272,6 trilyun.
Di ajang Trade Expo Indonesia (TEI), sudah ada 19
negera yang menyatakan kesediaannya untuk
berinvestasi di Indonesia. Tak tanggung-tanggung
nilainyapun cukup besar yakni US$ 1 milyar. Belum lagi
investor asing dari pertemuan pemerintah Indonesia
dengan negara-negara anggota APEC di Bali beberapa
waktu yang lalu.
Yang membuat ironi adalah masuknya investor asing
ini tidak disertai dengan regulasi untuk membentengi
moral bangsa ini. Bagaimana tidak, investor asing banyak
sekali yang menyasar bisnis 3F yakni : Food, Fashion and
Fun. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa bisnis
3F inilah yang digunakan ideologi kapitalis untuk merusak
moral kaum Muslim. Tak ayal lagi kebejatan moral bangsa
ini pun semakin sulit dibendung. Pemerintah tidak peduli
lagi makanan penduduknya halal ataukah haram, mereka
juga tidak peduli jika wanita di negeri ini mengumbar
aurat bahkan berfoya-foya dengan banyaknya tempattempat hiburan yang dibuka.
Sebut saja di bidang makanan (food), Lotteria,
restoran fast food dari Korea ini akan membuka 100
Gempuran Investor Asing
Hancurkan Moral
cabang sampai dengan 2015. Tentu kehalalan dari
produknya pun masih kita ragukan. Belum lagi
departemen store yang didalamnya banyak menjual
makanan dan minuman yang haram juga terus tumbuh.
Ada Gallery La Fayette dari Prancis (Juni 2013) & Central
Department Store asal Thailand (Mei 2013). Semua itu
semakin menyuburkan gaya hidup konsumerisme.
Di bidang pakaian (fashion), meskipun bisnis
kerudung dan jilbab cukup menjamur di Indonesia namun
gempuran dari barat pun mulai terasa. Lihat saja peritel
fesyen asal Taiwan, IROO, juga sudah membuka tokonya
yang pertama kali di Indonesia Agustus 2013. Selain itu
Uniqlo, merek fesyen kenamaan asal Jepang, telah
membuka toko pertamanya di Indonesia pada Juni 2013.
Sebelumnya juga ada Penshoppe (Filipina) yang menjual
pakaian santai sehari-hari. Bukankah bisnis ini juga akan
menumbuh suburkan exploitasi terhadap aurat wanita?
Belum lagi bisnis di bidang hiburan (fun). Bisnis ini
telah mengalami pertumbuhan yang begitu pesat. Berapa
jumlah konser musik yang diselenggarakan di negeri ini.
Di tahun 2012 saja ada 50 artis asing yang manggung di
Indonesia. Bahkan di tahun 2013 ini angkanya sudah
melewati 50 jadwal konser. Belum lagi konser musik artisartis lokal yang menjamur sampai ke kampung-kampung.
Mampukah kita menolaknya ramai-ramai semua konser
ini, seperti yang pernah kita lakukan pada konsernya Lady
Gaga?
Belum lagi ajang Miss World di Bali beberapa waktu
yang lalu, juga turut serta menumbuh suburkan konteskontes sejenis di negeri ini. Belum lagi bisnis hiburan di
bidang ajang pencarian bakat anak-anak muda. Hampir
semua stasiun televisi di Indonesia membuat acara yang
serupa. Bukankah ini perusakan moral anak muda yang
dibuat secara sistematis?
Gempuran investor dan bisnis asing telah menjajah
negeri ini. Di sisi lain pengusaha negeri ini ikut-ikutan
membebek kepada mereka. Mereka asyik memikirkan
bisnis mereka sembari terus menjalin kerjasama dengan
para investor asing. Padahal ideologi kapitalismelah yang
dipakai para investor asing itu untuk menjalankan bisnis
mereka. Ideologi yang tidak pernah mengenal kata halal
haram, tidak pernah menghargai aurat wanita dan tidak
pernah menghargai ketinggian moral. Tapi hanya
mengenal kata keuntungan dan kekayaan. Maka bisa
dipastikan, para pengusaha Muslim juga akan ikut
tergerus dengan ideologi kapitalisme. Lantas siapa lagi
yang bisa kita harapkan untuk memperbaiki negeri ini?
Maka, kepada para pengusaha Muslim perlu
diingatkan bahwa berbisnis bukan hanya mencari untung
melainkan juga ridha Allah SWT. Jangan sampai
bertambahnya uang kita diikuti bertambahnya dosa
kita. Sudah saatnya kita bangkit! Sudah saatnya menjalin
kerja sama dengan pengusaha Muslim lainnya. Menjalin
kerjasama juga dengan ulama, akademisi, politikus, tokoh
masyarakat dan seluruh komponen umat. Bukan sekadar
untuk tujuan bisnis semata, melainkan untuk tujuan yang
lebih mulia yakni kemulian Islam dan kaum Muslimin.
Bersama-sama berjuang, menyongsong surga di depan
mata dengan menerapkan nilai-nilai syariah disegala
aspek kehidupan serta menegakkan institusi yang
menjaga syariah yakni khilafah.[]