SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  35
Piksel dan Histogram
Hari Wibawanto
Histogram Citra (1)
• Merupakan diagram yang menggambarkan
frekuensi setiap nilai intensitas yang muncul di
seluruh piksel citra
• Nilai yang besar menyatakan bahwa pikselpiksel yang mempunyai intensitas tersebut
sangat banyak
Histogram Citra (2)
• Pada citra berskala keabuan, jumlah aras keabuan
(biasa disimbolkan dengan L) sebanyak 256, dari
0 hingga 255
• Histogram untuk suatu aras (level) dinyatakan
dengan hist(k+1) dengan k menyatakan nilai aras
(0 sampai dengan L-1).
• Jadi, hist(k+1) menyatakan jumlah piksel yang
bernilai k. Penggunaan k+1 pada hist diperlukan
mengingat dalam Octave dan MATLAB tidak ada
indeks nol atau hist(0).
Algoritma Menghitung Histogram
ALGORITMA 3.1 – Menghitung histogram citra aras keabuan
Masukan:
f(M, N) : citra berukuran M baris dan N kolom
L : jumlah aras keabuan
Buatlah larik hist sebanyak 2L elemen dan isi dengan nol.
FOR i 1 TO M
FOR j 1 TO N
hist(f(M, N)+1)
hist(f(M, N)+1) + 1
END-FOR
END-FOR
Program Histogram dlm Matlab
% HISTO Digunakan sebagai contoh pembuatan histogram

Img = imread('innsbruck.tif');
Ukuran = size(Img);
jum_baris = Ukuran(1);
jum_kolom = Ukuran(2);
Histog = zeros(256, 1);
for baris=1 : jum_baris
for kolom=1 : jum_kolom
Histog(Img(baris, kolom)+1) = ...
Histog(Img(baris, kolom)+1) + 1;
end
end
% Tampilkan dalam bentuk diagram batang
Horis = (0:255)';
bar(Horis, Histog);
Perhatikan keberadaan satu garis yang cukup panjang di posisi intensitas nol, yang
berasal dari bagian citra yang berwarna hitam. Adapun puncak histogram di posisi
intensitas sekitar 90 menyatakan warna dominan abu-abu. Garis panjang di sisi kanan
menyatakan warna putih.
Untuk kemudahan dalam mengamati histogram, fungsi bawaan bernama
imhist dapat dimanfaatkan. Contoh penggunaannya:
>> Img=imread('C:Imageinnsbruck.png'); 
>> imhist(Img); 

2500

2000

1500

1000

500

0
0

50

100

150

200

250
Histogram mempunyai peran penting:
• Untuk mengamati penyebaran intensitas warna
dan dapat dipakai untuk pengambilan keputusan
misalnya dalam peningkatan kecerahan atau
peregangan kontras serta sebaran warna.
• Untuk penentuan batas-batas dalam pemisahan
objek dari latarbelakangnya.
• Memberikan persentase komposisi warna dan
tekstur intensitas untuk kepentingan identifikasi
citra.
Khusus pada citra berwarna, histogram dapat diterapkan pada
gabungan komponen-komponen RGB penyusunnya ataupun per
komponen
Meningkatkan Kecerahan (1)
• Operasi dasar yang sering dilakukan pada citra
adalah peningkatan kecerahan (brightness)
untuk membuat gambar menjadi lebih terang
• Secara matematis, peningkatan kecerahan
dilakukan dengan cara menambahkan suatu
konstanta terhadap nilai seluruh piksel.
Misalkan, f(y, x) menyatakan nilai piksel pada
citra berskala keabuan pada koordinat (y, x).
Meningkatkan Kecerahan (2)
Sebagai contoh, terdapat citra seperti pada
Gambar 3.5(a). Citra tersebut dapat dicerahkan
dengan memberikan perintah seperti berikut:
>> Img = imread('C:Imageabsam.png'); 
>> C = Img + 60; 
>> imshow(C); 
Peningkatan kecerahan pada citra berwarna
Meregangkan Kontras
• Kontras dalam suatu citra menyatakan distribusi warna
terang dan warna gelap.
• Suatu citra berskala keabuan dikatakan memiliki
kontras rendah apabila distribusi warna cenderung
pada jangkauan aras keabuan yang sempit.
• Sebaliknya, citra mempunyai kontras tinggi apabila
jangkauan aras keabuan lebih terdistribusi secara
melebar.
• Kontras dapat diukur berdasarkan perbedaan antara
nilai intensitas tertinggi dan nilai intensitas terendah
yang menyusun piksel-piksel dalam citra
Rumus peregangan kontras:

• kontras akan naik kalau α > 1 dan kontras akan
turun kalau α < 1.
• citra dengan kontras rendah acapkali terjadi
karena kondisi pencahayaan yang jelek
ataupun tidak seragam
>> Img = imread('C:Imagegembala.png'); 
>> K = 2.5 * Img; 
Hasil peregangan kontras dengan

= 2,5
Kombinasi Kecerahan dan Kontras
• Operasi peningkatan kecerahan dan
peregangan kontras dapat dilakukan sekaligus
untuk kepentingan memperbaiki citra.
• Secara umum, gabungan kedua operasi
tersebut dapat ditulis menjadi:
Kalau yang dikehendaki adalah melakukan
pengaturan agar aras keabuan pada citra f yang
berkisar antara f1 dan f2 menjadi citra g dengan
aras antara g1 dan g2, rumus yang diperlukan
adalah:
>> Img = imread('C:Imagegembala.png'); 
>> C = Img - 45; 
>> K = C * 11; 
Membalik Citra
• Gambar yang terekam dalam film seluloid
berkebalikan dengan foto saat dicetak, yang
dikenal sebagai film negatif.
• Citra seperti ini biasa digunakan pada rekam
medis; misalnya hasil fotografi rontgen
• Hubungan antara citra dan negatifnya untuk
yang beraras keabuan dapat dinyatakan
dengan rumus:
>> Img = imread('C:Imagelena256.png'); 
>> R = 255 - Img; 
Pemetaan Nonlinear
• Dalam pengolahan citra, terkadang diperlukan
pemetaan intensitas piksel yang tidak menggunakan
cara linear seperti yang telah dibahas, melainkan
menggunakan pendekatan nonlinear.
• Kalau suatu citra berisi bagian yang cerah dan bagian
yang gelap yang cukup ekstrem, akan lebih baik kalau
digunakan cara nonlinear, misalnya fungsi logaritma,
yang membuat bagian yang gelap (intensitas rendah)
lebih dicerahkan daripada yang berintensitas tinggi,
karena memuat banyak detail yang penting
Pemetaan dengan fungsi logaritma
>> Img = imread('C:Imagegembala.png'); 
>> C = log(1+double(Img)); 
>> C2 = im2uint8(mat2gray(C)); 
• Penambahan angka 1 pada fungsi log
dimaksudkan untuk menghindari kegagalan
dalam menghitung logaritma alami untuk
bilangan nol. Karena fungsi log bekerja pada area
bilangan real maka penggunaan double(Img)
diperlukan.
• Selanjutnya, mengingat hasil pada C berupa
bilangan real, diperlukan konversi balik ke tipe
uint8 (8 bit). Hal ini dikerjakan melalui:
C2 = im2uint8(mat2gray(C));
• Pertama-tama, mat2gray dipanggil agar semua
nilai pada larik C berada di dalam jangkauan [0,
1]. Lalu, agar nilai berada pada jangkauan [0,
255], im2uint8 dipanggil
Pemotongan Aras Keabuan

• Nilai g dinolkan atau dipotong habis untuk
intensitas asli dari 0 hingga f1 karena dipandang
tidak mengandung informasi atau objek menarik
• Demikian pula untuk nilai intensitas dari f2 ke
atas, yang mungkin hanya mengadung derau
Contoh pemotongan aras keabuan dengan pola sangat
tidak linear atau patah-patah
function [Hasil] = potong(berkas, f1, f2)
% POTONG Menghasilkan citra dengan level 0 s/d f1
% serta f2-255 dinolkan
Img = imread(berkas);
[tinggi, lebar] = size(Img);
Hasil = Img;
for baris=1 : tinggi
for kolom=1 : lebar
if Hasil(baris, kolom) <= f1
Hasil(baris, kolom) = 0;
end

if Hasil(baris, kolom) >= f2
Hasil(baris, kolom) = 255;
end
end
end
Contoh pemanggilan fungsi potong.m
>> H = potong('C:Imagedaun.png', 30, 170); 
>> imshow(H); 

(a) Citra asli daun.tif

(b) f1=30, f2=170

(c) f1=50, f2=150
 3 piksel_dan_histogram

Contenu connexe

Tendances

pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)khaerul azmi
 
Pcd 04 - jenis dan format citra
Pcd   04 - jenis dan format citraPcd   04 - jenis dan format citra
Pcd 04 - jenis dan format citraFebriyani Syafri
 
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalBab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalSyafrizal
 
Slide Pengolahan Citra 3
Slide Pengolahan Citra 3Slide Pengolahan Citra 3
Slide Pengolahan Citra 3Sita Anggraeni
 
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)Abdullah Azzam Al Haqqoni
 
Penjelasan tentang kontur dan representasi citra
Penjelasan tentang kontur dan representasi citraPenjelasan tentang kontur dan representasi citra
Penjelasan tentang kontur dan representasi citraIztHo'ell Shoerento
 
Pertemuan 2 - Digital Image Processing - Image Enhancement - Citra Digital
Pertemuan 2 - Digital Image Processing - Image Enhancement - Citra DigitalPertemuan 2 - Digital Image Processing - Image Enhancement - Citra Digital
Pertemuan 2 - Digital Image Processing - Image Enhancement - Citra Digitalahmad haidaroh
 
Arsitektur mikroprosesor
Arsitektur mikroprosesorArsitektur mikroprosesor
Arsitektur mikroprosesorBuchori Sumarno
 
Digital image processing
Digital image processingDigital image processing
Digital image processingDefri Tan
 
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)Farichah Riha
 
Pertemuan 1 - Introduction - Citra Digital
Pertemuan 1 - Introduction - Citra DigitalPertemuan 1 - Introduction - Citra Digital
Pertemuan 1 - Introduction - Citra Digitalahmad haidaroh
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleksIrwandaniin
 
Pcd 05 - transformasi citra
Pcd   05 - transformasi citraPcd   05 - transformasi citra
Pcd 05 - transformasi citraFebriyani Syafri
 

Tendances (20)

pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
 
Jenis-Jenis Format Citra
Jenis-Jenis Format CitraJenis-Jenis Format Citra
Jenis-Jenis Format Citra
 
Pcd 04 - jenis dan format citra
Pcd   04 - jenis dan format citraPcd   04 - jenis dan format citra
Pcd 04 - jenis dan format citra
 
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalBab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
 
Slide Pengolahan Citra 3
Slide Pengolahan Citra 3Slide Pengolahan Citra 3
Slide Pengolahan Citra 3
 
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)
 
Tutorial histogram
Tutorial histogramTutorial histogram
Tutorial histogram
 
pengolahan-citra
pengolahan-citrapengolahan-citra
pengolahan-citra
 
Penjelasan tentang kontur dan representasi citra
Penjelasan tentang kontur dan representasi citraPenjelasan tentang kontur dan representasi citra
Penjelasan tentang kontur dan representasi citra
 
10.kompresi citra
10.kompresi citra10.kompresi citra
10.kompresi citra
 
Pertemuan 2 - Digital Image Processing - Image Enhancement - Citra Digital
Pertemuan 2 - Digital Image Processing - Image Enhancement - Citra DigitalPertemuan 2 - Digital Image Processing - Image Enhancement - Citra Digital
Pertemuan 2 - Digital Image Processing - Image Enhancement - Citra Digital
 
Arsitektur mikroprosesor
Arsitektur mikroprosesorArsitektur mikroprosesor
Arsitektur mikroprosesor
 
Soal soal adc 2
Soal soal adc 2Soal soal adc 2
Soal soal adc 2
 
Digital image processing
Digital image processingDigital image processing
Digital image processing
 
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
 
Slide minggu 6 (citra digital)
Slide minggu 6 (citra digital)Slide minggu 6 (citra digital)
Slide minggu 6 (citra digital)
 
Chap 6 histogram dan operasi dasar
Chap 6 histogram dan operasi dasarChap 6 histogram dan operasi dasar
Chap 6 histogram dan operasi dasar
 
Pertemuan 1 - Introduction - Citra Digital
Pertemuan 1 - Introduction - Citra DigitalPertemuan 1 - Introduction - Citra Digital
Pertemuan 1 - Introduction - Citra Digital
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleks
 
Pcd 05 - transformasi citra
Pcd   05 - transformasi citraPcd   05 - transformasi citra
Pcd 05 - transformasi citra
 

Similaire à 3 piksel_dan_histogram

Peningkatan Kualitas Citra Spasial.pdf
Peningkatan Kualitas Citra Spasial.pdfPeningkatan Kualitas Citra Spasial.pdf
Peningkatan Kualitas Citra Spasial.pdfAdam Superman
 
Pcd topik1 - fundamental
Pcd   topik1 - fundamentalPcd   topik1 - fundamental
Pcd topik1 - fundamentalSyafrizal
 
Slide Pengolahan Citra 4
Slide Pengolahan Citra 4Slide Pengolahan Citra 4
Slide Pengolahan Citra 4Sita Anggraeni
 
05-Operasi-dasar-pengolahan-citra-2021 (1).pptx
05-Operasi-dasar-pengolahan-citra-2021 (1).pptx05-Operasi-dasar-pengolahan-citra-2021 (1).pptx
05-Operasi-dasar-pengolahan-citra-2021 (1).pptxnyomans1
 
08-Image-Enhancement-Bagian1.pptx
08-Image-Enhancement-Bagian1.pptx08-Image-Enhancement-Bagian1.pptx
08-Image-Enhancement-Bagian1.pptxnyomans1
 
06-Image-Histogram-2021.pptx
06-Image-Histogram-2021.pptx06-Image-Histogram-2021.pptx
06-Image-Histogram-2021.pptxnyomans1
 
Matlab Untuk Pengolahan Citra
Matlab Untuk Pengolahan CitraMatlab Untuk Pengolahan Citra
Matlab Untuk Pengolahan Citraarifgator
 
04-Digitalisasi-citra.pptx
04-Digitalisasi-citra.pptx04-Digitalisasi-citra.pptx
04-Digitalisasi-citra.pptxnyomans1
 
jurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citrajurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citraOvie Poenya
 
Tugas Photosop vs Matlab
Tugas  Photosop vs MatlabTugas  Photosop vs Matlab
Tugas Photosop vs MatlabCacak_Deik
 
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)khaerul azmi
 
kuliah if-itb interpretasi dan pengolahan citra.pptx
kuliah if-itb interpretasi dan pengolahan citra.pptxkuliah if-itb interpretasi dan pengolahan citra.pptx
kuliah if-itb interpretasi dan pengolahan citra.pptxssuser06c28f
 
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-2.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-2.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-2.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-2.pdfHendroGunawan8
 
Materi 2 mengenal jenis citra
Materi 2 mengenal jenis citraMateri 2 mengenal jenis citra
Materi 2 mengenal jenis citradedidarwis
 
04-Format-citra-dan-struktur-data-citra-2021.pdf
04-Format-citra-dan-struktur-data-citra-2021.pdf04-Format-citra-dan-struktur-data-citra-2021.pdf
04-Format-citra-dan-struktur-data-citra-2021.pdf2212212037SYAEPUL
 

Similaire à 3 piksel_dan_histogram (20)

Peningkatan Kualitas Citra Spasial.pdf
Peningkatan Kualitas Citra Spasial.pdfPeningkatan Kualitas Citra Spasial.pdf
Peningkatan Kualitas Citra Spasial.pdf
 
Pcd topik1 - fundamental
Pcd   topik1 - fundamentalPcd   topik1 - fundamental
Pcd topik1 - fundamental
 
Slide Pengolahan Citra 4
Slide Pengolahan Citra 4Slide Pengolahan Citra 4
Slide Pengolahan Citra 4
 
05-Operasi-dasar-pengolahan-citra-2021 (1).pptx
05-Operasi-dasar-pengolahan-citra-2021 (1).pptx05-Operasi-dasar-pengolahan-citra-2021 (1).pptx
05-Operasi-dasar-pengolahan-citra-2021 (1).pptx
 
08-Image-Enhancement-Bagian1.pptx
08-Image-Enhancement-Bagian1.pptx08-Image-Enhancement-Bagian1.pptx
08-Image-Enhancement-Bagian1.pptx
 
06-Image-Histogram-2021.pptx
06-Image-Histogram-2021.pptx06-Image-Histogram-2021.pptx
06-Image-Histogram-2021.pptx
 
9 pengolahan citra
9   pengolahan citra9   pengolahan citra
9 pengolahan citra
 
Matlab Untuk Pengolahan Citra
Matlab Untuk Pengolahan CitraMatlab Untuk Pengolahan Citra
Matlab Untuk Pengolahan Citra
 
Bab 07a
Bab 07aBab 07a
Bab 07a
 
04-Digitalisasi-citra.pptx
04-Digitalisasi-citra.pptx04-Digitalisasi-citra.pptx
04-Digitalisasi-citra.pptx
 
jurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citrajurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citra
 
Tugas Photosop vs Matlab
Tugas  Photosop vs MatlabTugas  Photosop vs Matlab
Tugas Photosop vs Matlab
 
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
 
kuliah if-itb interpretasi dan pengolahan citra.pptx
kuliah if-itb interpretasi dan pengolahan citra.pptxkuliah if-itb interpretasi dan pengolahan citra.pptx
kuliah if-itb interpretasi dan pengolahan citra.pptx
 
Pcd 9
Pcd 9Pcd 9
Pcd 9
 
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-2.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-2.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-2.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-2.pdf
 
Laporan pcd 01
Laporan pcd 01Laporan pcd 01
Laporan pcd 01
 
Pcd 2
Pcd 2Pcd 2
Pcd 2
 
Materi 2 mengenal jenis citra
Materi 2 mengenal jenis citraMateri 2 mengenal jenis citra
Materi 2 mengenal jenis citra
 
04-Format-citra-dan-struktur-data-citra-2021.pdf
04-Format-citra-dan-struktur-data-citra-2021.pdf04-Format-citra-dan-struktur-data-citra-2021.pdf
04-Format-citra-dan-struktur-data-citra-2021.pdf
 

Plus de Roziq Bahtiar

Techarea company profile
Techarea company profileTecharea company profile
Techarea company profileRoziq Bahtiar
 
static and dynamic routing
static and dynamic routingstatic and dynamic routing
static and dynamic routingRoziq Bahtiar
 
Perintah perintah dasar linux Operating Sistem
Perintah perintah dasar linux Operating SistemPerintah perintah dasar linux Operating Sistem
Perintah perintah dasar linux Operating SistemRoziq Bahtiar
 
Pengantar algoritma pemrograman
Pengantar algoritma pemrogramanPengantar algoritma pemrograman
Pengantar algoritma pemrogramanRoziq Bahtiar
 
Flowchart progrm linear bilangan bulat
Flowchart progrm linear bilangan bulatFlowchart progrm linear bilangan bulat
Flowchart progrm linear bilangan bulatRoziq Bahtiar
 
Tarby magazine salafiyah kajen
Tarby magazine  salafiyah kajenTarby magazine  salafiyah kajen
Tarby magazine salafiyah kajenRoziq Bahtiar
 
7. pemrograman struktur
7. pemrograman struktur7. pemrograman struktur
7. pemrograman strukturRoziq Bahtiar
 
6. pemrograman pointer
6. pemrograman pointer6. pemrograman pointer
6. pemrograman pointerRoziq Bahtiar
 
5. pemrograman array dan_string
5. pemrograman array dan_string5. pemrograman array dan_string
5. pemrograman array dan_stringRoziq Bahtiar
 
4. pemrograman fungsi
4. pemrograman fungsi4. pemrograman fungsi
4. pemrograman fungsiRoziq Bahtiar
 
3. teknik looping dalam_pemrograman
3. teknik looping dalam_pemrograman3. teknik looping dalam_pemrograman
3. teknik looping dalam_pemrogramanRoziq Bahtiar
 
2. teknik pemilihan dalam_pemrograman
2. teknik pemilihan dalam_pemrograman2. teknik pemilihan dalam_pemrograman
2. teknik pemilihan dalam_pemrogramanRoziq Bahtiar
 
1. variable identifier dan_tipe_data
1. variable identifier dan_tipe_data1. variable identifier dan_tipe_data
1. variable identifier dan_tipe_dataRoziq Bahtiar
 

Plus de Roziq Bahtiar (20)

Techarea company profile
Techarea company profileTecharea company profile
Techarea company profile
 
static and dynamic routing
static and dynamic routingstatic and dynamic routing
static and dynamic routing
 
Perintah perintah dasar linux Operating Sistem
Perintah perintah dasar linux Operating SistemPerintah perintah dasar linux Operating Sistem
Perintah perintah dasar linux Operating Sistem
 
Pengantar algoritma pemrograman
Pengantar algoritma pemrogramanPengantar algoritma pemrograman
Pengantar algoritma pemrograman
 
Flowchart progrm linear bilangan bulat
Flowchart progrm linear bilangan bulatFlowchart progrm linear bilangan bulat
Flowchart progrm linear bilangan bulat
 
Tarby magazine salafiyah kajen
Tarby magazine  salafiyah kajenTarby magazine  salafiyah kajen
Tarby magazine salafiyah kajen
 
Pcd 10
Pcd 10Pcd 10
Pcd 10
 
Pcd 11
Pcd 11Pcd 11
Pcd 11
 
7. pemrograman struktur
7. pemrograman struktur7. pemrograman struktur
7. pemrograman struktur
 
6. pemrograman pointer
6. pemrograman pointer6. pemrograman pointer
6. pemrograman pointer
 
5. pemrograman array dan_string
5. pemrograman array dan_string5. pemrograman array dan_string
5. pemrograman array dan_string
 
4. pemrograman fungsi
4. pemrograman fungsi4. pemrograman fungsi
4. pemrograman fungsi
 
3. teknik looping dalam_pemrograman
3. teknik looping dalam_pemrograman3. teknik looping dalam_pemrograman
3. teknik looping dalam_pemrograman
 
2. teknik pemilihan dalam_pemrograman
2. teknik pemilihan dalam_pemrograman2. teknik pemilihan dalam_pemrograman
2. teknik pemilihan dalam_pemrograman
 
1. variable identifier dan_tipe_data
1. variable identifier dan_tipe_data1. variable identifier dan_tipe_data
1. variable identifier dan_tipe_data
 
Alpro tutor
Alpro tutorAlpro tutor
Alpro tutor
 
Pcd 7
Pcd 7Pcd 7
Pcd 7
 
Pcd 5
Pcd 5Pcd 5
Pcd 5
 
Pcd 4
Pcd 4Pcd 4
Pcd 4
 
Eigen
EigenEigen
Eigen
 

Dernier

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 

Dernier (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 

3 piksel_dan_histogram

  • 2. Histogram Citra (1) • Merupakan diagram yang menggambarkan frekuensi setiap nilai intensitas yang muncul di seluruh piksel citra • Nilai yang besar menyatakan bahwa pikselpiksel yang mempunyai intensitas tersebut sangat banyak
  • 3. Histogram Citra (2) • Pada citra berskala keabuan, jumlah aras keabuan (biasa disimbolkan dengan L) sebanyak 256, dari 0 hingga 255 • Histogram untuk suatu aras (level) dinyatakan dengan hist(k+1) dengan k menyatakan nilai aras (0 sampai dengan L-1). • Jadi, hist(k+1) menyatakan jumlah piksel yang bernilai k. Penggunaan k+1 pada hist diperlukan mengingat dalam Octave dan MATLAB tidak ada indeks nol atau hist(0).
  • 4. Algoritma Menghitung Histogram ALGORITMA 3.1 – Menghitung histogram citra aras keabuan Masukan: f(M, N) : citra berukuran M baris dan N kolom L : jumlah aras keabuan Buatlah larik hist sebanyak 2L elemen dan isi dengan nol. FOR i 1 TO M FOR j 1 TO N hist(f(M, N)+1) hist(f(M, N)+1) + 1 END-FOR END-FOR
  • 5. Program Histogram dlm Matlab % HISTO Digunakan sebagai contoh pembuatan histogram Img = imread('innsbruck.tif'); Ukuran = size(Img); jum_baris = Ukuran(1); jum_kolom = Ukuran(2); Histog = zeros(256, 1); for baris=1 : jum_baris for kolom=1 : jum_kolom Histog(Img(baris, kolom)+1) = ... Histog(Img(baris, kolom)+1) + 1; end end % Tampilkan dalam bentuk diagram batang Horis = (0:255)'; bar(Horis, Histog);
  • 6. Perhatikan keberadaan satu garis yang cukup panjang di posisi intensitas nol, yang berasal dari bagian citra yang berwarna hitam. Adapun puncak histogram di posisi intensitas sekitar 90 menyatakan warna dominan abu-abu. Garis panjang di sisi kanan menyatakan warna putih.
  • 7. Untuk kemudahan dalam mengamati histogram, fungsi bawaan bernama imhist dapat dimanfaatkan. Contoh penggunaannya: >> Img=imread('C:Imageinnsbruck.png');  >> imhist(Img);  2500 2000 1500 1000 500 0 0 50 100 150 200 250
  • 8. Histogram mempunyai peran penting: • Untuk mengamati penyebaran intensitas warna dan dapat dipakai untuk pengambilan keputusan misalnya dalam peningkatan kecerahan atau peregangan kontras serta sebaran warna. • Untuk penentuan batas-batas dalam pemisahan objek dari latarbelakangnya. • Memberikan persentase komposisi warna dan tekstur intensitas untuk kepentingan identifikasi citra.
  • 9. Khusus pada citra berwarna, histogram dapat diterapkan pada gabungan komponen-komponen RGB penyusunnya ataupun per komponen
  • 10.
  • 11.
  • 12. Meningkatkan Kecerahan (1) • Operasi dasar yang sering dilakukan pada citra adalah peningkatan kecerahan (brightness) untuk membuat gambar menjadi lebih terang • Secara matematis, peningkatan kecerahan dilakukan dengan cara menambahkan suatu konstanta terhadap nilai seluruh piksel. Misalkan, f(y, x) menyatakan nilai piksel pada citra berskala keabuan pada koordinat (y, x).
  • 14. Sebagai contoh, terdapat citra seperti pada Gambar 3.5(a). Citra tersebut dapat dicerahkan dengan memberikan perintah seperti berikut: >> Img = imread('C:Imageabsam.png');  >> C = Img + 60;  >> imshow(C); 
  • 15.
  • 16.
  • 17. Peningkatan kecerahan pada citra berwarna
  • 18. Meregangkan Kontras • Kontras dalam suatu citra menyatakan distribusi warna terang dan warna gelap. • Suatu citra berskala keabuan dikatakan memiliki kontras rendah apabila distribusi warna cenderung pada jangkauan aras keabuan yang sempit. • Sebaliknya, citra mempunyai kontras tinggi apabila jangkauan aras keabuan lebih terdistribusi secara melebar. • Kontras dapat diukur berdasarkan perbedaan antara nilai intensitas tertinggi dan nilai intensitas terendah yang menyusun piksel-piksel dalam citra
  • 19. Rumus peregangan kontras: • kontras akan naik kalau α > 1 dan kontras akan turun kalau α < 1. • citra dengan kontras rendah acapkali terjadi karena kondisi pencahayaan yang jelek ataupun tidak seragam
  • 20. >> Img = imread('C:Imagegembala.png');  >> K = 2.5 * Img; 
  • 21. Hasil peregangan kontras dengan = 2,5
  • 22. Kombinasi Kecerahan dan Kontras • Operasi peningkatan kecerahan dan peregangan kontras dapat dilakukan sekaligus untuk kepentingan memperbaiki citra. • Secara umum, gabungan kedua operasi tersebut dapat ditulis menjadi:
  • 23. Kalau yang dikehendaki adalah melakukan pengaturan agar aras keabuan pada citra f yang berkisar antara f1 dan f2 menjadi citra g dengan aras antara g1 dan g2, rumus yang diperlukan adalah:
  • 24. >> Img = imread('C:Imagegembala.png');  >> C = Img - 45;  >> K = C * 11; 
  • 25. Membalik Citra • Gambar yang terekam dalam film seluloid berkebalikan dengan foto saat dicetak, yang dikenal sebagai film negatif. • Citra seperti ini biasa digunakan pada rekam medis; misalnya hasil fotografi rontgen • Hubungan antara citra dan negatifnya untuk yang beraras keabuan dapat dinyatakan dengan rumus:
  • 26. >> Img = imread('C:Imagelena256.png');  >> R = 255 - Img; 
  • 27. Pemetaan Nonlinear • Dalam pengolahan citra, terkadang diperlukan pemetaan intensitas piksel yang tidak menggunakan cara linear seperti yang telah dibahas, melainkan menggunakan pendekatan nonlinear. • Kalau suatu citra berisi bagian yang cerah dan bagian yang gelap yang cukup ekstrem, akan lebih baik kalau digunakan cara nonlinear, misalnya fungsi logaritma, yang membuat bagian yang gelap (intensitas rendah) lebih dicerahkan daripada yang berintensitas tinggi, karena memuat banyak detail yang penting
  • 29. >> Img = imread('C:Imagegembala.png');  >> C = log(1+double(Img));  >> C2 = im2uint8(mat2gray(C)); 
  • 30. • Penambahan angka 1 pada fungsi log dimaksudkan untuk menghindari kegagalan dalam menghitung logaritma alami untuk bilangan nol. Karena fungsi log bekerja pada area bilangan real maka penggunaan double(Img) diperlukan. • Selanjutnya, mengingat hasil pada C berupa bilangan real, diperlukan konversi balik ke tipe uint8 (8 bit). Hal ini dikerjakan melalui: C2 = im2uint8(mat2gray(C)); • Pertama-tama, mat2gray dipanggil agar semua nilai pada larik C berada di dalam jangkauan [0, 1]. Lalu, agar nilai berada pada jangkauan [0, 255], im2uint8 dipanggil
  • 31. Pemotongan Aras Keabuan • Nilai g dinolkan atau dipotong habis untuk intensitas asli dari 0 hingga f1 karena dipandang tidak mengandung informasi atau objek menarik • Demikian pula untuk nilai intensitas dari f2 ke atas, yang mungkin hanya mengadung derau
  • 32. Contoh pemotongan aras keabuan dengan pola sangat tidak linear atau patah-patah
  • 33. function [Hasil] = potong(berkas, f1, f2) % POTONG Menghasilkan citra dengan level 0 s/d f1 % serta f2-255 dinolkan Img = imread(berkas); [tinggi, lebar] = size(Img); Hasil = Img; for baris=1 : tinggi for kolom=1 : lebar if Hasil(baris, kolom) <= f1 Hasil(baris, kolom) = 0; end if Hasil(baris, kolom) >= f2 Hasil(baris, kolom) = 255; end end end
  • 34. Contoh pemanggilan fungsi potong.m >> H = potong('C:Imagedaun.png', 30, 170);  >> imshow(H);  (a) Citra asli daun.tif (b) f1=30, f2=170 (c) f1=50, f2=150