1. 1
LAPORAN MINYAK ATSIRI
“PROSES PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH DENGAN
METODE UAP DAN AIR”
Oleh :
BAGASKARA (D150500132)
HAIDIR ALI USMAN (D150500137)
JHON BOSCO TOKAN (D150500141)
SANDI TINDAON (D150500148)
YOFI LALA PITALOKA (D150500154)
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL
PERKEBUNAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
2. i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas Rahmat dan
AnugerahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan
penyulingan minyak atsiri dari daun kayu putih dengan metode uap dan air ini
dapat di selesaikan dengan baik
Penulis menyusun laporan ini telah banyak menerima bimbingan dan
bantuan, maka oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan ini.
Penulis sudah bekerja keras dan segenap kemampuan, namun penulis
menyadari bahwa pada penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan yang
disebabkan keterbatasan yang ada pada penulis, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna untuk perbaikan dan
penyempurnaan laporan ini
Akhir kata penulis mengucapkan semoga laporan ini memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya kepada setiap pembaca, sekian dan terimakasih
Samarinda, 01 november 2016
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Minyak Atsiri........................................................... 3
1. Pengertian Minyak Atsiri.................................................... 3
2. Ciri-ciri Minyak Atsiri.......................................................... 4
3. Ekstraksi............................................................................ 5
4. Destilasi............................................................................. 6
5. Tanaman Kayu Putih......................................................... 7
6. Daun Kayu Putih................................................................ 7
a. Tangkai Daun ............................................................. 8
b. Helaian........................................................................ 8
7. Minyak Kayu Putih............................................................. 9
8. Rendemen......................................................................... 9
BAB III METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat ................................................................... 10
B. Alat dan Bahan ......................................................................... 10
C. Prosedur Kerja.......................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .......................................................................................... 12
B. Pembahasan............................................................................. 13
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 16
B. Saran......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang.
Minyak atsiri merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile),
mempunyai rasa getir, dan bau mirip tanaman asalnya yang diambil dari bagian-
bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan
seluruh bagian tanaman. minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga
sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat secara
sintetis (Faridatul Aulia, 2012).
Peranan minyak atsiri dalam kehidupan manusia telah mulai dikenal sejak
beberapa abad yang lalu. Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri
diperkirakan berjumlah 150 – 200 spesies, yang termasuk dalam familiPinaceae,
Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbeliferae. Minyak atsiri
dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari , buah, bunga, biji,
batang, kulit buah dan akar. Salah satu minyak atsiri itu adalah kayu putih
(Ketaren, 1986).
Kayu putih (Melaleuca leucadendron L) merupakan jenis tumbuhan yang
memiliki rasa tawar, netral dan bersifat penenang. Daun kayu putih memiliki rasa
pedas dan hangat. Secara kimia kayu putih mengandung lignin,melaleucin,
serta minyak atsiri. Dalam membudidayakan kayu putih tidaklah terlalu sulit
dapat dilakukan dengan beberapa cara biji dan anak batangnya, memerlukan air
yang cukup dan menjaga kelembaban tananya. Khasiat minyak kayu putih
sangat banyak sekali terutama dalam bidang kesehatan, diantara bagian-bagian
5. 2
dari kayu putih yang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan adalah daun, ranting,
kulit kayu dan buahnya. Berikut ini adalah beberapa khasiat kayu putih untuk
mengobati berbagai penyakit dan cara mengolahnya.
Kayu putih (Melaleuca Leucadendron L.) merupakan tanaman yang tidak
asing bagi masyarakat di Indonesia karena dapat menghasilkan minyak kayu
putih (cajuput oil) yang berkhasiat sebagai obat, insektisida dan wangi-wangian.
Selain itu, pohon kayu putih dapat digunakan untuk konservasi lahan kritis dan
kayunya dapat digunakan untuk berbagai keperluan (bukan sebagai bahan
bangunan). Dengan demikian, kayu putih memiliki nilai ekonomi cukup tinggi
(Sunanto, 2003).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui hasil yang didapatkan dari penyulingan daun kayu
putih dengan menggunakan metode uap air.
2. Menghitung perbandingan minyak kayu putih hasil penyulingan dengan
minyak kayu putih produk yang di pasarkan dengan penambahan
Alkohol dan mengamati warna
6. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Minyak Atsiri
1. Pengertian Minyak Atsiri
Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eterik (aetheric
oil), minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil),
serta minyak aromatik (aromatic oil), adalah kelompok besar minyak
nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah
menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri
merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk
pengobatan) alami. hasil sulingan (destilasi) minyak atsiri dikenal
sebagai bibit minyak wangi. Para ahli biologi menganggap minyak atsiri
sebagai metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat
pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai
agensia untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat alelopati) dalam
mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga
mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau
cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak
digolongkan sebagai minyak atsiri.Sifat minyak atsiri sendiri antara lain :
a. Dapat didestilasi.
b. Tidak meninggalkan noda.
c. Tidak tersabunkan.
d. Tidak tengik
e. Tidak mengandung asam.
7. 4
Sedang cara pembentukan minyak atsiri dalam tanaman antara lain
langsung dari protoplasma, dekomposisi dari resin ataupun dengan
cara hidrolisis dari glikosida tertentu. Bila minyak atsiri baru saja
didestilasi, umumnya tidak berwarna atau berwarna pucat.
Penyimpanan dalam jangka waktu lama yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan minyak menjadi berwarna, mulai dari kuning tua hingga
coklat. Untuk menghindari kerusakan seperti itu dapat diatasi dengan
perlakuan seperti :
a. Disimpan pada wadah tertutup rapat.
b. Terlindung dari cahaya.
c. Di tempat yang kering.
d. Di tempat yang sejuk.
e. Disimpan penuh dalam wadah
Bagi tanaman penghasil minyak, minyak atsiri berfungsi sebagai insect
repellant (mengusir serangga/parasit lain) dan insect attractant
(menarik). Dalam beberapa hipotesis dapat disimpulkan bahwa
tumbuhan akan memproduksi minyak atsiri secara maksimal jika
kondisi tumbuh dalam keadaan susah, misalnya akar tanaman sulit
mendapat air, struktur tanah berkapur atau jarang nutrisi makanan, dan
sebagainya. Kondisi semacam itu membuat tanaman berusaha untuk
memproduksi minyak atsiri agar tetap toksik terhadap serangan
serangga maupun parasit lain.
2. Ciri-ciri Minyak Atsiri
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah.
Susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia
8. 5
(terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis
tertentu. Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan
campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Karena pengaruh
psikologis ini, minyak atsiri merupakan komponen penting
dalam aromaterapi atau kegiatan-kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa,
seperti yoga atau ayurveda.Sebagaimana minyak lainnya, sebagian
besar minyak atsiri tidak larut dalam air dan pelarut polar lainnya. Dalam
parfum, pelarut yang digunakan biasanya alkohol. Dalam tradisi timur,
pelarut yang digunakan biasanya minyak yang mudah diperoleh, seperti
minyak kelapa. Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari
campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu
biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar
minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa
organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak (lipofil).
3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara
ekstraksi ini bermacam–macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet
rendering), mechanical expression dan solvent extraction.Rendering
merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi.
Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu: wet
rendering dan dry rendering.Dry Rendering merupakan cara rendering
tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Pemanasan
dilakukan pada suhu 2200
F sampai 2300
F (1050
C-1100
C). Ampas bahan
9. 6
yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel.
Minyak atau lemak yang akan dihasilkan akan dipisahkan dari ampas
yang telah mengendapkan dan pengembilan minyak dilakukan pada
bagian atas ketel. Wet rendering adalah proses rendering dengan
penambahan air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini
dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan
temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap
(40-60 psi) Penggunaan temperatur rendah dalam proses wet rendering
dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak
(Kataren,1968).
4. Destilasi
Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas
perbedaan perbedaan titik didik atau titik cair dari masing-masing zat
penyusun dari campuran homogen. Dalam proses destilasi terdapat dua
tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap
pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini
maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas dan
alat pendingin.Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat
yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut
bergerak menuju kondenser yaitu pendingin, proses pendinginan terjadi
karena kita mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar condenser),
sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan
terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh senyawa-
senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut.
10. 7
5. Tanaman Kayu Putih
Kayu putih (Melaleuca Leucadendron L.) merupakan tanaman yang
tidak asing bagi masyarakat di Indonesia karena dapat menghasilkan
minyak kayu putih (cajuput oil) yang berkhasiat sebagai obat, insektisida
dan wangi-wangian. Selain itu, pohon kayu putih dapat digunakan untuk
konservasi lahan kritis dan kayunya dapat digunakan untuk berbagai
keperluan (bukan sebagai bahan bangunan). Dengan demikian, kayu
putih memiliki nilai ekonomi cukup tinggi (Sunanto, 2003). Tanaman
kayu putih berasal dari Australia dan saat ini sudah tersebar di Asia
Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia. Tanaman ini dapat tumbuh
di dataran rendah dan di pegunungan. Dalam sistematika tumbuhan
kayu putih (Melaleuca leucadendron L.) diklasifikasikan sebagai
berikut.
a. Divisio : Spermatophyta
b. Subdivisio : Angiospermae
c. Kelas : Dicotyledonae
d. Sub kelas : Archichlamideae
e. Ordo : Myrtales
f. Famili : Myrtaceae
g. Genus : Melaleuca
h. Spesies : Melaleuca leucadendron
6. Daun Kayu Putih
Daun merupakan bagian tumbuhan yang terpenting, karena dari
daun inilah akan dihasilkan minyak kayu putih. Tanaman kayu putih
termasuk jenis tumbuhan kormus karena tubuh tanaman secara nyata
11. 8
memperlihatkan diferensiasi dalam tiga bagian pokok, yaitu akar (radix),
batang (caulis), dan daun (folium). Daun kayu putih terdiri atas dua
bagian, yaitu tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina).
a. Tangkai daun (petiolus)
Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaian
daun, yang berfungsi untuk menempatkan helaian daun pada posisi
yang tepat, sehingga dapat memperoleh cahaya matahari
sebanyak-banyaknya. Tangkai daun berbentuk bulat kecil,
sedangkan panjang tangkainya bervariasi.
b. Helaian daun (lamina)
Helaian daun kayu putih bercirikan berwarna hijau muda untuk
daun muda dan hijau tua untuk daun tua karena mengandung
zat warna hijau atau khlorofil. Selain itu daun kayu putih memiliki
tulang daun dalam jumlah yang bervariasi antara 3 – 5 buah, tepi
daun rata dan permukaan daun dilapisi oleh bulu-bulu halus.
Ukuran lebar daun kayu putih berkisar antara 0,66 cm – 4,30 cm
dan panjangnya antara 5,40 – 10,15 cm. Daun-daun tumbuh pada
cabang- cabang tanaman secara selang-seling, pada satu tangkai
daun terdapat lebih dari satu helai daun (sehingga disebut sebagai
jenis daun majemuk). Daun kayu putih mengandung cairan yang
disebut cineol(sineol) (dimana apabila daun diremas, cairan ini
akan keluar dan mengeluarkan aroma yang khas). Selain itu daun
kayu putih juga mengandung komponen lain, seperti: terpineol,
benzaldehyde, dipentene, limonene dan pinene
12. 9
7. Minyak Kayu Putih
Minyak kayu putih didapatkan dari hasil penyulingan daun kayu
putih. Kandungan utama minyak kayu putih adalah sineol (cineole).
Semakin besar kadar sineolnya, kualitas minyak kayu putih semakin
tinggi. Selain itu daun kayu putih juga mengandung komponen lain,
seperti: terpineol benzaldehyde, dipentene, limonene dan
pinene Proses ekstraksi minyak kayu putih dari daun tanaman ini
dilakukan dengan cara atau proses yang sederhana yaitu berupa
penguapan minyak dari daun dan kemudian dikondensasikan.
Selanjutnya dilakukan pemisahan antara komponen minyak
dengan air, yang diperoleh dari semua bahan cair yang diperoleh
dalam proses kondensasi.
8. Randemen
Randemen minyak atsiri yang berasal dari kayu putih berkisar antara
0,8%-2%. Randemen demikian didapat dengan serangkaian proses
yang meliputi:
a. Pemanenan daun kayu putih dengan cara memotong rantinngnya.
b. Memisahkan daun dengan rantingnya.
c. Dikeringkan tanpa inar matahari langsung.
d. Disuling menjadi minyak atsiri.
13. 10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 24 Oktober 2016 di
Laboratorium Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
B. Alat dan Bahan
1. Alat: 2. Bahan:
1. Alat Penyulingan Dengan
Metode Uap dan Air
1. Daun kayu putih 4,9 kg
2. Ketel Pendinginan 2. Aquades
3. Kompor gas 3. Es Batu
4. Neraca 4. Air
5. Labu pemisah
6. Erlenmeyer
7. Tang
8. Aluminium Voil
9. Botol Parfum
10. Gelas Beker
11. Gelas Ukur
12. Ember
13. Tabung Gas
14. Corong
15. Drum
14. 11
C. Prosedur Kerja
1. Pertama-tama daun serai wangi ditimbang dengan
menggunakan neraca
2. Setelah itu, ketel di isi dengan menggunakan air sampai tanda batas,
kemudian letakan rangsang di bagian atasnya
3. . Ketel diletakkan diatas kompor dan masukan daun kayu putih
kedalamnya
4. Ketel di tutup dan kecangkan bautnya
5. Isi ketel pendinginan dengan menggunakan air dan hubungkan
keduanya dengan kondensor
6. Kompor dinyalakan dan kencangkan baut jika uap air masih keluar
7. Penampung diletakkan dibawah ketel untuk menampung hasil minyak
atsiri dan ditutup dengan alumunium foil agar minyaknya tidak menguap
8. Air yang ada didalam ketel harus tetap dingin (ganti bila sudah agak
panas) dan begitu juga dengan kondensor harus tetap dingin (siram
dengan air terus menerus untuk menghindari kerusakan pada alat)
9. Buka bagian bawah ketel pendinginan yang tertutup aluminiu voil,
biarkan air dan minyak mengalir kedalam gelas breaker
10. Setelah itu, hasil tampungan dimasukan kedalam labu pemisah,
pisahkan air dan minyak
11. Hitung jumlah minyak atsiri yang dihasilkan.
15. 12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 4.1 Hasil penyulingan dari daun kayu putih
Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8
Waktu
30
menit
60
menit
90
menit
120
menit
150
menit
180
menit
210
menit
240
menit
Volume
29,5
mL
9,2
mL
4 mL
3,6
mL
1,8
mL
3,6
mL
0 mL 0 mL
Berat 23 gr 6 gr 2 gr 1,8 gr 1 gr 3,4 gr 0 gr 0 gr
Gambar 4.2 grafik penyulingan dari daun kayu putih
Gambar 4.3 tabel pengujian minyak yang dipasaran 1
Perbandingan Warna
1 : 1 Agak Keruh
1 : 2 Agak keruh
1 : 3 Jernih
1 : 4 Jernih
1 : 5 Agak Keruh
1 : 6 keruh
30
menit
60
menit
90
menit
120
menit
150
menit
180
menit
210
menit
240
menit
berat 23 6 2 1.8 1 3.4 0 0
volume 29.5 9.2 4 3.6 1.8 3.6 0 0
0
10
20
30
40
50
60
Grafik penyulingan dari daun kayu putih
16. 13
Gambar 4.3 tabel pengujian minyak yang dipasaran 2
Perbandingan Warna
1 : 1 Agak Jernih
1 : 2 Jernih
1 : 3 Jernih
1 : 4 Jernih
1 : 5 Keruh
1 : 6 Keruh
Gambar 4.3 tabel pengujian minyak kayu putih yang baru di suling
Perbandingan Warna
1 : 1 Keruh
1 : 2 Jernih
1 : 3 Jernih
1 : 4 Jernih
1 : 5 Jernih
1 : 6 Jernih
1 : 7 Jernih
1 : 8 Jernih
1 : 9 Jernih
B. Pembahasan
Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus.
Cara ini sebenarnya mirip dengan system rebus, hanya saja bahan baku
dan air tidak bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan
diatas air. Cara ini adalah yang paling banyak dilakukan pada dunia industri
karena cukup membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu
proses produksi. Metode kukus ini biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu
air kondensat yang keluar dari separator masuk kembali secara otomatis
ke dalam ketel agar meminimkan kehilangan air. Bagaimanapun cost
produksi juga diperhitungkan dalam aspek komersial. Disisi lain, sistem
kukus kohobasi lebih menguntungkan oleh karena terbebas dari proses
17. 14
hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan proses difusi minyak
dengan air panas.
Selain itu dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik
dibandingkan dengan metode uap langsung (Direct Steam Distillation).
Metode penyulingan dengan sistem kukus ini dapat menghasilkan uap dan
panas yang stabil oleh karena tekanan uap yang konstan.
Bahan tanaman yang akan diproses ditempatkan dalam wadah yang
kontruksinya hampir sama dengan dandang pegukus, sehingga metode ini
disebut juga pengukusan. Air dididihkan pada bagian bawah alat . Minyak
atsiri akan ikut bersama aliran uap yang kemudian dialirkan ke kondensor.
Alat yang digunakan dalam metode ini disebut alat suling pengukus.
Temperatur steam harus dikontrol agar hanya cukup untuk memaksa
bahan melepas minyak atsirinya dan tidak membakar bahan. Uap yang
dipakai bertekanan > 1 atm dan bersuhu > 100o
C, sehingga waktu distilasi
bisa lebih cepat mengurangi kemungkinan rusaknya minyak atsiri. Cara ini
menghasilkan minyak atsiri dengan mutu yang tinggi.
Pada proses penyulingan minyak atsiri kali ini alat yang digunakan
adalah alat penyulingan dengan metode Uap dan air. Dimana proses ini
menggunakan sistem kukus dengan menggunakan dandang/saringan
sebagai pembatas antara air dan bahan.
Dari hasil praktikum diatas dapat diketahui bahwa yang mendapat
hasil/minyak yang paling banyak itu adalah kelompok pertama yaitu
sebanyak 29,5 mL dengan berat 23 gr dari 4,9 kg daun kayu putih yang
digunakan. Untuk kelompok kedua menghasilkan sebanyak 9,2 mL,
dengan berat 6 gr, kelompok 3 menghasilkan 4 mL dengan berat 2 gr,
kelompok 4 menghasilkan 3,6 mL dengan berat 1,8, kelompok 5
menghasilkan 1,8 mL dengan berat 1 gr, kelompok 6 menghasilkan 3,6 mL
dengan berat 3,4 gr dan kelompok 7,8 menghasilkan 0 ml minyak atsiri Dari
hasil tersebut dapat kita lihat perbedaan dari masing-masing kelompok.
Pada praktikum ini memang menggunakan masing-masing 30 menit akan
tetapi itu secara terus menerus atau kelompok pertama menggunakan 30
menit pertama dan kelompok 2 menggunkan 30 menit kemudian dan begitu
seterusnya sampai kelompok 6 dan untuk kelompok 7 dan 8 tidak
18. 15
mendapatkan hasil karena tidak melakukan praktek. Jadi, semakin lama
waktu penyulingan maka minyak yang dihasilkan semakin sedikit.
Perbedaan hasil yang didapatkan berpengaruh dari waktu yang dipakai
dan cara masing-masing kelompok untuk menjaga alat agar tetap dingin.
Semakin lama kayu putih disuling maka akan sedikit minyak yang
dihasilkan. Hasil yag paling maksimal yang didapat itu adalah daari 30
menit pertama karena daun kayu putih masih banyak mengandung minyak
dan alat yang dipakai tidak terlalu panas. Dan total minyak yang didapat
dari daun kayu putih tersebut adalah sebanyak 52 mL. Cara menentukan
antara minyak atsiri murni dengan minyak atsiri tidak murni, Yaitu dengan
menguji kelarutan dengan menggunakan alkohol 70%. Dari hasil
perbandingan kayu putih diatas pada sampel 1 dan sampel 2 ternyata
didalam minyak tersebut terdapat campuran bahan lain. Sedangkan pada
sampel minyak kayu putih yang baru disuling dari hasil tersebut
perbandingan dari 1 : 1 sampai dengan 1 : 11 tetap jernih. Perbadaan
antara minyak pasaran dengan minyak baru disuling sangat berbeda
dimana minyak dipasaran sudah mengalami pencampuran dengan minyak
lain terbukti pada saat pencampuran alkohol minyak tidak bersatu dengan
minyak dan minyak yang sudah baru disuling asli karena pada ssat
penambahan alkohol langsug menyatu dan warnanya jernih dari warna
awal keruh.
19. 16
BAB V
PENUTUP
B. Kesimpulan
Proses untuk mendapatkan minyak atsiri dikenal dengan cara menyuling
atau destilasi terhadap tanaman penghasil minyak. Pada permulaan penyulingan,
hasil sulingan sebagian besar terdiri dari komponen minyak yang bertitik didih
rendah, selanjutnya disusul dengan komponen yang bertitik didih lebih tinggi dan
pada saat mendekati akhir penyulingan jumlah minyak dalam hasil sulingan akan
bertambah kecil. Adapun Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Dapat disimpulkan dengan hasil akhir bahwa penyulingan daun kayu
putih 30 menit pertama sebanyak 29,5 mL. 30 menit kedua
mendapatkan 9,2 mL. 30 menit ketiga ke- 3 4 mL. 30 menit ke-4
sebanyak 3,6 mL. 30 menit ke-5 sebanyak 1,8mL. 30 menit ke-6
sebanyak 3,6 mL.
2. Penyulingan dengan uap dan air biasa dikenal dengan sistem kukus.
Cara ini sebenarnya mirip dengan sistem rebus, hanya saja bahan
baku dan air tidak bersinggungan langsung karena dibatasi dengan
saringan diatas air.
Jadi, semakin lama waktu penyulingan maka minyak yang dihasilkan
semakin sedikit.
C. Saran
1. Sebaiknya dalam penyulingan dengan menggunakan metode uap
dan air air pendinginya tidak boleh terlalu panas, karena akan
berpengaruh terhadap minyak yang akan dihasilkan.
2. Dalam praktikum sebaiknya hati-hati dan gunakan alat dan bahan
sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditentukan
3. Patuhi peraturan yang telah ditentukan