2. Untuk memahami hermeneutik dalam
interpretasi sastra perlu:
Pemahaman sejarah hermeneutik, terutama
mengenai tiga varian hermeneutik seperti
yang dikemukakan Lefevere (hermeneutik
tradisional, dialektik, dan ontologis).
Bagaimana konsep dasar kemunculan
hermeneutika?
Apa pengertian hermeneutika?
Bagaimana hermeneutik dalam kajian sastra?
3. 1. Lefevere (1977: 46) menyebutnya sebagai
sumber-sumber asli, yakni yang bersandarkan
pada penafsiran dan khotbah Bibel agama
Protestan.
2. Eagleton, 1983: 66). Secara lebih umum,
hermeneutika di masa lampau memiliki arti
sebagai sejumlah pedoman untuk pemahaman
teks-teks yang bersifat otoritatif, seperti
dogma dan kitab suci.
Dalam konteks ini, dapatlah diungkapkan
bahwa herme-neutika tidak lain adalah
menafsirkan berdasarkan pemahaman yang
sangat mendalam.
4. 1. Eagleton (1983: 60) melihat bahwa
kemunculannya itu lebih dilatarbelakangi oleh
adanya krisis ideologi di Eropa, yang pada masa
itu ilmu semakin menjadi positivisme yang
mandul karena subjektivisme yang sulit
dipertahankan.
2. Madison (1988: 40) juga mengatakan bahwa
masalah status epistemologi ilmu-ilmu sosial
atau kemanusiaan menjadi bahan pembahasan
secara terus-menerus selama beberapa dekade.
3. M.J. Valdes (1987: 56-57) dengan
mengemukakan teori relasional tentang sastra
dan menolak validitas dari semua klaim
terhadap berbagai interpretasi yang definitif.
5. Hermeneutika dikatakan Dilthey diterapkan pada
objek geisteswissen-schaften (ilmu-ilmu budaya),
yang menganjurkan metode khusus yaitu
pemahaman (verstehen) (1). Perlu dikemukakan
bahwa konsep "memahami" bukanlah menjelaskan
secara kausal, tetapi lebih pada membawa diri sendiri
ke dalam suatu pengalaman hidup yang jauh,
sebagaimana pengalamaan pengobjektifan diri dalam
dokumen, teks (kenangan tertulis), dan tapak-tapak
kehidupan batin yang lain, serta pandangan-pandangan
dunia (welstancauunganen).
(Madison, 1988: 41). Dalam dunia kehidupan sosial-budaya,
para pelaku tidak bertindak menurut pola
hubungan subjek-objek, tetapi berbicara dalam
language games (permainan bahasa) yang melibatkan
unsur kognitif, emotif, dan visional manusia.
6. Secara etimologis, kata hermeneutika berasal
dari bahasa Yunani, hermeneuein, yang
berarti menafsirkan.
Hermeneutika secara umum memposisikan
diri secara definitif sebagai suatu teori dan
atau filsafat tentang interpretasi makna
7. Secara bahasa, akar kata Hermeneutika
merujuk pada bahasa para filosuf kuno,
Yunani: hermeneuein (menafsirkan,
menginterpretasikan, menerjemahkan) dan
hermeneia (penafsiran atau interpretasi).
Hermeneuein memposisikan diri sebagai kata
kerja, sementara hermeneia
merepresentasikan diri sebagai kata benda.
Hermeneutika adalah proses penguraian yang
beranjak dari isi dan makna yang nampak ke
arah makna terpendam dan tersembunyi
8. Sedangkan, hermenetik menurut pandangan
kritik sastra ialah Sebuah metode untuk
memahami teks yang diuraikan dan
diperuntukkan bagi penelaahan teks karya
sastra.
9. Pada prinsipnya, di antara mereka ada
beberapa kesamaan pemikiran yang dimiliki,
terutama dalam hal bagimana hermeneutika
jika dikaitkan dengan studi sastra khususnya
dan ilmu-ilmu humaniora dan sosial pada
umumnya. Di samping itu, terdapat pula
perbedaan dalam cara pandang dan
aplikasinya. Terjadinya perbedaan tersebut
pada dasarnya karena mereka menitik-beratkan
pada hal yang berbeda atau
beranjak dari titik tolak yang berbeda.
10. Dalam konteks itulah berbagai pemikiran dan
cara aplikasi hermeneutika tersebut perlu
dibahas secara khusus. Dalam hal ini ada
berbagai pemikiran dari empat pemikir yang
akan digunakan untuk mengkajinya.
Beberapa pemikir termaksud adalah Andre
Lefevere (1977), Terry Eagleton (1983), M.J.
Valdes (1987), dan G.B. Madison (1988).
11. Memandang bahwa ada tiga varian. Ketiga
varian yang dimaksudkan Lefevere adalah:
1. hermeneutika tradisional (romantik),
2. hermeneutika dialektik; dan
3. hermeneutika ontologis.
12. Varian ini terlalu berasumsi bahwa semua
pembaca memiliki pengetahuan dan penafsiran
yang sama terhadap apa yang diungkapkan.
Kelemahan karena berpegang pada cara berpikir
kaum positivis yang menganggap hermeneutika
(khususnya versetehen) hanya "menghidupkan
kembali" (mereproduksi) melainkan identik
dengan rekonstruksi struktur-struktur yang
sudah objektif, dan perbedaan interpretasi
merupakan suatu hal yang dapat terjadi.
13. Varian ini mengatakan bahwa "penjelasan"
dan pemahaman" dibutuhkan, baik pada
ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan
(geistewissenschaften) maupun ilmu-ilmu
alam (naturwissen-shacften)
14. Teks merupakan sesuatu yang bernilai, jauh
melebihi sebuah kasus tertentu dari komunikasi
intersubjektif.
Filsafat Heidegger :fenomenologi berubah
menjadi ontologi.
Jadi dia menerapkan fenomenologi untuk
memahami ada, untuk memahami ada Heidegger
awalnya mencoba memahami mahluk penanya
ada, yakni manusia itu sendiri, yang selalu
berelasi dengan dunia. Manusia dan dunia adalah
satu kesatuan yang tak terpisahkan. Filsafat
Heidegger adalah suatu upaya untuk memahami
Ada yang menyingkapkan dirinya.
15. Hermenetik menurut pandangan kritik sastra
ialah Sebuah metode untuk memahami teks
yang diuraikan dan diperuntukkan bagi
penelaahan teks karya sastra.
Menurut Gerhard Ebeling yang ditulis Palmer,
bahwa kata hermeneutic sendiri memiliki tiga
bentuk penggunaan, yaitu: 1) menyampaikan;
to say; to express; to assert, 2) menjelaskan;
to explain, 3) menerjemahkan; to translate.
16. Hermeneutik memberikan model pemahaman
dan cara pemaknaan yang sangat mendalam dan
memacu interpreter pada pemahaman yang
substansial.
Secara keseluruhan, dapatlah dinyatakan bahwa
hermeneutik memang dapat diterapkan dalam
interpretasi sastra. Dalam interpretasi sastra,
hermeneutik tidak lagi hanya diletakkan dalam
kerangka metodologis, tetapi ia sudah mengikuti
pemikiran hermeneutik mutakhir yang berada
dalam kerangka ontologis.