aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Cerpen
1. KANTOR POLISI
Pada suatu hari Fadli mendapat SMS dari Fani, pacarnya. Di SMS tersebut Fani
bilang “Yang, skrng aq sdng d kntr polisi, smua bukti n saksi tlh mengarh kpd q,
polisi tlh mengintrogasiku, aq takut, stlh bbrp lm akhrny...”. Tanpa berpikir
panjang Fadli mengambil motor di garasinya dan langsung tancap gas menuju
kantor polisi.
Sampai di kantor polisi, ternyata gadis pujaannya itu sama sekali tak terlihat
batang hidungnya. Karena Fadli adalah anak yang sangat pemalu dan lugu, dia
tidak berani bertanya kepada pak polisi yang sedang berjaga di kantor
tersebut.
Setelah beberapa lama mondar-mandir di tempat tersebut, akhirnya dia
memberanikan diri untuk bertanya kepada pak satpam yang sedang jaga di
pintu gerbang. “Pak, boleh numpang tanya!, sejak tadi ada gak cewek yang di
tahan di kantor ini?”.
“Waduh... saya gak tau mas, di sini saya hanya bertugas untuk mengatur
kendaraan yang keluar masuk dari tempat ini”, jawab pak satpam kepada Fadli.
“Kalau gitu, makasih pak!”, sahut Fadli.
Mendengar jawaban dari pak satpam, Fadli mempunyai inisiatif untuk
menelepon pacarnya tersebut. “Hallo... Say, kamu ada dimana?, kucari ke
kantor polisi kok gak ada?, gimana keadaan kamu?, katanya kamu ditahan di
kantor polisi?”, ucap Fadli dengan sedikit merasa cemas.
Sambil tersenyum dia mencoba menenangkan kekasihnya, “Yang, sekarang aku
sedang di rumah, aku baik-baik aja kok!”.
“Terus yang kirim SMS ke aku itu siapa?”, tanya Fadli kepada Fani.
“Oh... SMS itu, kamu pasti belum baca isi semua SMS dariku itu!. baca lagi
donk!”, tukas Fani.
Fadli terdiam.
“Udah gitu aja yach... nanti pulsa kamu habis. Udah yach... dah sayaaang...”,
Fani kemudian menutup hand phonenya.
Fadli masih bingung!. Lalu dia membuka SMS itu lagi dan membacanya.
Beberapa saat kemudian dia tertawa sendiri karena tahu isi lengkap SMS
tersebut adalah, “Yang, skrng aq sdng d kntr polisi, smua bukti n saksi tlh
mengarh kpd q, polisi tlh mengintrogasiku, aq takut, stlh bbrp lm akhrny aq dpt
2. srt tilang, d srt tu trtls anda dinyatakan bebas krn semua bukti n saksi
menyatakan bahwa anda adalah wanita yg cantik menawan hati”.
Dalam hati Fadli berkata “Ternyata aku orang begok yach...!”.
06 Maret 2007
SANDALKU RAIB
Rudi dan Andi adalah sahabat yang sangat dekat, kemanapun dan dimanapun
mereka selalu berdua. Seperti kata pepatah, dimana ada gula di situ pasti ada
semut, dimana ada Rudi disitu pasti ada Andi.
Suatu sore Andi curhat sama Rudi. “Hari ini aku bener-bener kesal banget
Rud”, tutur Andi kepada Rudi.
“Emangnya kenapa And?”. Tanya Rudi kepada Andi.
Dengan sedikit menggerutu Andi menjawab pertanyaan Rudi, “Tadi siang aku
sholat jum'at berjama'ah di masjid Sabilul Khoir di sebelah rumahku. Aku
berangkat ke masjid memakai sandal yang baru kubeli di mall bareng kamu
minggu lalu, ta....”. Dia berhenti bicara karena terpotong omongan Rudi.
“Emang kenapa dengan sandalmu And?”, sahut Rudi karena merasa penasaran
dengan cerita Andi.
“Waktu aku mau pulang, sandal yang ku pakai waktu berangkat ke masjid itu
sudah raib entah kemana. Setelah lama kucari, tetap gak ada, yach... akhirnya
kuputuskan untuk menunggu sampai semua jama'ah sholat jum'at pulang. Aku
berfikir mungkin sandalku tertukar sama sandal milik orang lain. Setelah
semuanya pulang, yang tersisa hanya tinggal sepasang sandal usang, dan yang
menyedihkan lagi salah satunya udah berlubang. Mau gimana lagi..., akhirnya
dengan terpaksa sandal itu ku pakai dan kubawa pulang, itung-itung dibanding
pulang gak pakai sandal”. Jawab Andi dengan muka agak kusut.
Sembari menahan tawa, Rudi bilang pada Andi, “Hmm... kalau gitu... minta aja
pertanggung jawaban sama pak ustadz yang tadi siang jadi khotib di masjid”.
Dengan sedikit bingung Andi bertanya pada Rudi, “kok bisa gitu Rud?”.
Sambil tertawa Rudi menjawab, “Disetiap khutbah sholat jum'at, pak ustadz
selalu menyerukan kepada para jama'ah untuk mengambil yang baik-baik dan
3. tinggalkan yang jelek-jelek. Mungkin orang yang mengambil sandalmu itu
mengikuti apa yang dikatakan pak ustadz”.
Mereka tertawa terbahak-bahak.
07 Maret 2007
NAIK LIFT
Icha adalah salah satu karyawan hotel berbintang lima di Surabaya. Suatu hari
dia mendapat telepon dari Fitri, teman masa kecilnya dan merekapun terlarut
dalam obrolan hangat. Setelah beberapa lama mengobrol, mereka mempunyai
ide untuk bertatap muka secara langsung guna melepas kerinduan diantara
mereka. Karena Icha sangat sibuk dengan pekerjaanya dan tak bis
meninggalkannya sedetikpun, mereka memutuskan untuk bertemu di tempat
Icha bekerja yaitu di hotel Saturnus lantai 10 blok 01.
Singkat cerita, Fitri menuju hotel Saturnus. Sesampainya di lantai satu,
Fitri kembali menelepon Icha.
Fitri : Hallo... Cha... sekarang aku sudah berada di lantai satu, tolong jemput
aku yach!
Icha : Kamu langsung naik aja ke lantai sepuluh, liftnya disebelah resepsionis.
Fitri : Aku gak berani naik sendirian, aku kan orang asing di hotel ini, entar aku
dikira orang jahat lagi!. Jemput aku dong, please...
Icha : Ya... okelah!. Tunggu bentar, jangan kemana-mana!.
Setelah beberapa saat menunggu, batang hidung Icha muncul juga dan Icha
mengajak temannya itu untuk naik ke lantai sepuluh.
Icha : Aku heran sama kamu sekarang!.
Fitri : Emang kenapa dengan aku Cha?.
Icha : Dulu, waktu di sekolah, kamu kan cewek paling pemberani diantara yang
lain, sampai-sampai kamu dijuluki cewek superman. Kok sekarang
mau nemui aku aja minta dijemput segala!.
4. Fitri : (sambil berbisik dan sedikit menahan tawa), Jujur aja Cha..., sebenarnya
aku itu gak tau cara menggunakan lift...!.
Icha : Hah....!!!???
07 Maret 2007
GAPNET
Suatu hari Bu Evi, guru Bahasa Inggris di SMU Harapan Makmur, memberi tugas
siswa kelas sepuluh IPA untuk mencari sebuah artikel di internet yang
membahas tentang flora dan fauna. Tugas itu dikerjakan secara berkelompok
dan setiap kelompok akan dipilih secara acak. Setelah dilakukan pengacakan
terbentuklah beberapa kelompok dan setiap kelompoknya terdiri dari 3 orang.
Salah satu kelompok dari beberapa kelompok yang ada adalah kelompok
III yang terdiri dari Novi, Ani dan Ria. Mereka bertiga sepakat berbagi tanggung
jawab dalam menyelesaikan tugas dari Bu Evi. Secara kebetulan Novi bertugas
untuk mencari artikel di internet, Ani bertugas menterjemahkan artikel
kedalam bahasa Indonesia dan Ria bertugas untuk mengetik, mencetak dan
mengumpulkan artikel tersebut ke Bu Evi.
Sepulang sekolah, mereka bertiga berjalan bersama. “Nov..., jangan lupa
yach..., kamu cari artikel di internet!”, tutur Ani kepada Novi.
“Tenang aja, semua pasti beres!”, jawab Novi dengan meyakinkan. Tetapi
dalam hati dia sangat bingung. Jangankan internet, komputer saja Novi masih
belum mahir mengoperasikannya.
Karena terpaksa, sore itu Novi memberanikan diri untuk pergi ke warnet untuk
melaksanakan tugasnya. Sesampainya di warnet, dia langsung duduk
menghadap sebuah komputer dan mengotak-atiknya.
Satu jam telah berlalu, keringat dingin telah membasahi Novi, karena selama
itu dia belum lakukan apa-apa, hanya otak atik mouse dan keyboard. Dengan
menahan rasa malu, Novi memberanikan diri untuk bertanya kepada Mbak yang
sedang jaga warnet. “Permisi Mbak..., boleh tanya!. Gimana ya... cara
membuka internet itu?”.
“Lho... selama satu jam itu kamu ngapain aja?”, Mbak itu balik bertanya
kepada Novi.
“Aku cuman otak atik mouse ama keyboard aja, nggak ada yang lain!”, jawab
Novi sembari menahan rasa malu yang semakin besar.
5. Mendengar jawaban tersebut, Mbak itu terkejut dan sambil menahan tawa dia
berkata, “Ya sudahlah..., nggak apa-apa, nanti kuajarin bagaimana caranya!”.
Seketika wajah Novi nampak lega karena ada yang mau berbaik hati mengajari
bagaimana cara berinternet.
Singkat cerita, Mbak penjaga warnet tersebut beralih profesi menjadi guru
kursus kilat belajar internet.
Esoknya Novi bertemu Ani dan Ria di sekolah. Kemudian Novi menceritakan
pengalamannya di warnet kemarin. Setelah mendengar cerita tersebut, spontan
saja mereka berdua tertawa. Tiba-tiba saja Ani menyahut, “Bentar-bentar...,
aku mau ngomong nih. Jujur aja yach..., waktu pembagian tugas kemarin, aku
berharap enggak kebagian tugas mencari artikel di internet, soalnya aku juga
gapnet alias gagap internet, ha... ha... ha..”.
Spontan saja Novi bertanya, “Hah..., An... kamu juga gapnet ta?, kalau
kamu Ria?”.
Sambil menahan tawa dan menundukkan kepala Ria menjawab, “Aku
juga gapnet!”.
“ha.. hhaa... hhhaaa...!.”.
10 Maret 2007
TERLAMBAT NGANGKAT
Suatu hari Adi larut dalam obrolan hangat bersama Candra, teman
sekaligus tetangganya.
Adi : Aku punya pertanyaan Ndra!. Kalau kamu bisa menjawabnya, aku janji
nanti kamu ku traktir di warungnya Pak Sholeh!. Mau ngaak?
Candra : Beneran Di, entar kamu bohong lagi!
Adi : Aku ini serius Ndra!. Kamu kok gak percaya sih sama sahabatmu ini!
(dengan nada agak tinggi).
Candra : Percaya-percaya..., apa sih pertanyaannya?
6. Adi : Begini Ndra, saya punya tiga cerita, nanti kamu simpulkan apa kesamaan
dari ketiga cerita itu?, Oke!
Candra : (mengangguk...)
Adi : Pertama, saya pernah melihat ada seekor sapi mati mengenaskan gara-
gara hanyut terseret arus sungai Ciliwung yang sangat deras. Cerita
kedua, waktu itu saya bekerja sebagai koki di sebuah restoran
terkenal di Jakarta. Setelah hampir 3 bulan bekerja, saya dipecat
oleh pemilik restoran itu karena telah tiga kali menggosongkan
daging ayam yang sedang saya masak. Yang ketiga, saya pernah
melihat seorang cewek yang baru 6 bulan menikah meloncat
kegirangan dan langsung memeluk suaminya karena dokter yang
memeriksanya mengatakan bahwa ia positif hamil. Sekarang, apa
kesamaan dari ketiga ceritaku tadi?.
Candra : ...Apa ya?...(berfikir)... Nyerah deh, aku nggak tahu!
Adi : Beneran nih... nyerah, nggak jadi ku traktir lho...!
Candra : Ya udahlah..., beritahu jawabannya sekarang, pusing aku
memikirkannya.
Adi : Jawabanya adalah... terlambat ngankat!
Candra : (berfikir)...ha...ha...ha...!
10 Maret 2007
MONYET KEBINGUNGAN
Pada saat jam istirahat sekolah, Silvy mendatangi ketiga temannya yang sedang
duduk di taman menikmati indahnya langit pagi yang begitu cerah.
Silvy : Hai semua..., aku punya pertanyaan nih. Buah apa yang bikin monyet
bingung?
Heni : Gak tau ah...!
Joni : Aku tahu aku tahu... pisang!
Silvy : Kok bisa pisang, apa alasannya Jon?
Joni : Karena kalau nggak ada pisang pasti monyetnya kelaparan dan mati.
7. Silvy : Salah...!
(Joni, Heni dan Agus terdiam)
Agus : Nyerah deh...
Silvy : Beneran..., kalian semua nyerah?
(Joni, Heni dan Agus terdiam...)
Silvy : Ya udah tak beritahu. Jawabannya adalah... buah jambu!
Agus : (dengan rasa penasaran)Kok bisa buah jambu...?
Joni : Apa alasanmu Silvy?
Heni : Kok jambu...
Silvy : (sambil menunjuk kepada ketiga temannya) He...he... Tuh bener kan,
monyetnya pada bingung! Ha...ha...ha...
Agus : (sambil tersenyum)...Awas kamu silvy, nanti ku balas kamu!
10 Maret 2007
INTERISTI SEJATI
Karena tidak mempunyai tiket untuk menonton pertandingan secara
langsung, seorang interisti, julukan bagi suporter fanatik Inter Milan mencoba
memasuki stadion dengan cara memanjat tembok stadion Geusepe Meaza untuk
melihat derbi klasik antara AC Milan vs Inter Milan. Setelah berhasil memasuki
stadion, dia melihat satu tempat duduk belum terisi dan disebelahnya duduk
seorang Kakek yang dengan tenang menunggu dimulainya derbi itu. Interisti
yang belakangan diketahui bernama Francisco Tapanuli itu kemudian
mendatangi si Kakek dan bertanya kepadanya, “Permisi Kek, apakah tempat
duduk di sebelah anda ini memang kosong atau ada orang lain yang akan
menempatinnya tetapi belum datang kesini?”.
Kakek yang memakai kaos bermotif garis biru hitam, (Seragam tim Inter
Milan) lengkap dengan syal bertuliskan Internazionale Milano itu menjawab,
“Tempat duduk ini memang kosong!. Kalau mau anda boleh menempatinya!”.
8. “Terima kasih Kek!”, jawab Fransisco sambil duduk di sebelah Kakek itu.
“Ngomong-ngomong, kenapa anda menonton pertandingan ini sendirian?”,
lanjut Francisco.
“Selama lebih dari 20 tahun, saya bersama istri saya tak pernah
sekalipun melewatkan derbi antara Inter Milan vs AC Milan, dan biasanya dia
duduk di tempat duduk yang sedang anda tempati sekarang”, jawab si Kakek.
“Terus, dimana istri anda sekarang Kek?”, tanya Francisco dengan
penasaran.
Dengan memandang ke wajah Fancisco Kakek menjawab, “Dia sudah
meninggal dunia!”.
Mendengar jawaban Kakek, Francisco berkata, “Oh... Maaf Kek. Saya
turut berbelasungkawa atas meninggalnya istri anda”.
“Terima kasih!”, tutur si Kakek.
Francisco dan Kakek terdiam.
Beberapa saat kemudian Francisco kembali bertanya kepada si Kakek,
“Kenapa anda tidak mengajak kerabat yang lain untuk menonton pertandingan
ini?”.
“Sekarang mereka semua sedang sibuk!”, jawab Kakek.
“Sibuk apa mereka Kek?”, Francisco bertanya lagi.
Dengan tenang si Kakek menjawab, “Mereka sedang menghadiri
pemakaman istri saya”.
Francisco, “...!!!”, (dalam hati dia berkata, “Bener-bener Interisti
Sejati”).
14 Maret 2007
LAUT=ISTIRAHAT
Pak Ujang adalah salah satu warga kota Bandung yang kini tinggal di kota
Surabaya. Selama delapan tahun ini dia tinggal di Surabaya bersama sang istri
tercinta yang kebetulan asli orang Surabaya.
9. Seperti pada hari-hari sebelumnya, dia melewati aktifitas hariannya
dengan bekerja di salah satu perusahaan swasta yang terletak di Surabaya
Timur. Sampai suatu sore dia mengalami kejadian yang menggelikan karena
selama delapan tahun tinggal di Surabaya dia baru tahu kalau laut (bahasa
jawa), dalam bahasa Indonesia berarti istirahat.
Jam dinding telah menunjuk pukul 4 sore, waktunya Pak Ujang beserta
karyawan yang lain untuk pulang dari tempatnya bekerja. Sesampainya didepan
pintu gerbang perusahaan, ia dihampiri seorang pemuda yang mencoba
bertanya kepadanya. “Permisi Pak, nderek tangglet, satpame sampun laut to
pak?, tanya pemuda tadi yang diketahui bernama Jono. (Dalam bahasa
Indonesia berarti “Permisi Pak, mau tanya, apakah satpamnya sudah
beristirahat?”).
“Sanes Mas, satpame sakeng angkatan darat”, jawab Pak Ujang. (Artinya
“Bukan Mas, satpamnya berasal dari angkatan darat”, karena mengira kalau
arti dari pertanyaan Si Jono adalah “Permisi Pak, mau tanya, apakah
satpamnya dari angkatan laut?”).
Mendengar jawaban tersebut, Jono menjadi bingung. Dalam benaknya
Jono berfikir mungkin suaranya kurang lantang sehingga Bapak tersebut kurang
mendengar pertanyaannya. Kemudian dia kembali bertanya “Satpame
wes laut to Pak?”. (Dalam bahasa Indonesia berarti “Apakah satpamnya sudah
beristirahat?”).
Pak Ujang kembali menjawab, “Sanes Mas, Satpame ndugi angkatan
darat”. (Yang artinya “Bukan Mas, Satpamnya dari angkatan darat”).
Mendengar jawaban itu Jono merasa sedikit kesal, kemudian dia
memutuskan kembali bertanya dengan memakai Bahasa Indonesia. “Paak...!,
apakah satpam di sini sedang beristirahat?”, tanya si Jono.
“Ya..., bener Mas. Satpam disini sedang beristirahat. Memangnya Mas
ada perlu apa?”, jawab Pak Ujang yang kembali bertanya kepada Jono.
“Paman saya, namanya Pak Arif adalah salah satu satpam di perusahaan
ini. Saya ingin menemuinya karena ada keperluan keluarga yang sangat penting
yang ingin saya sampaikan kepadanya”, jawab Jono.
“Anda langsung aja ke bagian informasi yang terletak di gedung A lantai
satu”, tutur Pak Ujang sambil menunjuk salah satu gedung yang berwarna biru.
“Terima kasih atas bantuannya Pak”, lanjut si Jono sambil melangkahkan
kaki ke gedung A. Pak Ujang pun kembali menghidupkan motornya dan lansung
tancap gas menuju rumah.
10. Sesampainya di rumah, Pak Ujang langsung menceritakan peristiwa tadi
kepada istrinya. Spontan saja istrinya tertawa mendengar cerita dari sang
suami. Lalu si istri bilang sama sang suami “Mas iku yo’opo seh..., lek dek
bahasa Indonesia, laut iku...., artine istirahat”. (Dalam bahasa Indonesia
berarti “Mas itu gimana sih..., kalau di Bahasa Indonesia, laut itu artinya
istirahat”).
Spontan aja Pak Ujang tersenyum menahan malu mendengar penjelasan
dari sang istri. Dalam hatinya dia berkata “Saya ini sudah delapan tahun di
Surabaya, kok saya baru tahu kalau laut itu berarti istirahat”.
24 Maret 2007
PASAR BUAH
Pada suatu malam, si Joko duduk berdua dengan kekasihnya memandangi
bintang-bintang di langit.
“Malam ini sangat indah ya...”, tutur si Joko yang diikuti senyuman oleh
kekasihnya.
Sembari memandang wajah kekasihnya, Joko melanjutkan ucapannya
“Sayang..., Hitam matamu bagai buah manggis, lengkung alismu seperti pisang
raja, hidung mancungmu melambangkan kesegaran buah belimbing, bibir
merahmu menggambarkan manisnya buah apel, halusnya kulit wajahmu
melebihi halusnya buah mangga”.
“Kok bisa gitu...?”, tanya kekasihnya.
Spontan saja Joko menjawab “Wajahmu benar-benar seperti pasar buah..!
Ha... ha... ha....!!!”.
24 Maret 2007
ASPAL KERING
Sudah 3 bulan ini Denny meninggalkan kampung halamannya untuk mencari
rezeki di kota Bandung. Untuk mengobati rasa rindu pada Safira, kekasihnya di
kampung, dia berinisiatif menulis sepucuk surat yang akan dia kirim lewat Pos.
11. Singkat cerita, surat tersebut sampai ke tangan Safira. Dia senang kegirangan
mengetahui surat tersebut dikirim oleh sang pujaan hatinya. Tanpa banyak
kata, dia langsung membuka dan membaca isi surat tersebut.
Mendadak wajah Safira berubah cemberut setelah membaca selembar puisi
yang terdapat surat tersebut.
Alangkah indahnya
Saat kita berdua
Pergi bersama
Arungi samudra cinta
Lewati hari-hari bahagia
Ku berharap
Engkau mengerti
Rasa cintaku hanya untukmu
Impianku hanyalah engkau
Nurani yang selalu kurindu
Gundah hatiku tanpamu
Dengan wajah muram dan tanpa berfikir panjang dia langsung mensobek-sobek
selembar puisi tersebut dan membuangnya ketempat sampah karena tahu inti
dari puisi itu adalah Aspal Kering.
12. Aku ingin menikah Bang!!!
Aku ingin menikah bang!!! Itu awal dari suratnya…membuat jantungku
berdekap kencang, lalu ku baca surat itu perlahan.
Aku ingin menikah bang!!!
Bukan karena aku ingin melakukan hal yang selama ini dilarang oleh
agama, tapi aku ingin menikmati pernikahan itu sendiri.
Aku tau tak mudah untuk menjalani sebuah pernikahan, suatu ikatan
erat yang tak bisa dimainkan layaknya orang yang berpacaran. Tapi
aku inginkan itu, aku ingin menikmati susahnya menjadi seorang
istri, mempunyai anak dan mengurus mereka..aku suka akan hal itu
dan aku akan menganggapnya sebagai suatu ibadah karena ada
tantangan yang harus aku lalui, disamping menjalankan roda rumah
tangga juga berkarir untuk diriku sendiri.
(lagi…)
DITERBITKAN DI:
• KUMPULAN CERPEN
ON 19 SEPTEMBER 2007 AT 8:42 AM KOMENTAR (178)
Cermin seekor Burung
Ketika musim kemarau baru saja mulai. Seekor burung pipit mulai merasakan tubuhnya
kepanasan, lalu mengumpat pada lingkungan yang dituduhnya tidak bersahabat. Dia lalu
memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya, terbang
jauh ke utara, mencari udara yang selalu dingin dan sejuk.
Benar, pelan pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara
makin sejuk, dia semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke
utara lagi.
13. Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel
salju, makin lama makin tebal, dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena
tubuhnya terbungkus salju.
Sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya justru bertambah
tebal. Si burung pipit tak mampu berbuat apa apa, menyangka bahwa
riwayatnya telah tamat.
Dia merintih menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan, seekor
kerbau yang kebetulan lewat menghampirinya. Namun si burung
kecewa mengapa yang datang hanya seekor kerbau. Dia menghardik si
kerbau agar menjauh dan mengatakan bahwa makhluk yang tolol tak
mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya.
Si kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing
tepat di atas burung tersebut. Si burung pipit semakin marah dan
memaki maki si kerbau. Lagi-lagi si kerbau tidak bicara, dia maju satu
langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung.
Seketika itu si burung tidak dapat bicara karena tertimbun kotoran
kerbau. Si Burung mengira lagi bahwa mati tak bisa bernapas.
Namun perlahan lahan, dia merasakan kehangatan, salju yang
membeku pada bulunya pelan-pelan meleleh oleh hangatnya tahi
kerbau, dia dapat bernapas lega dan melihat kembali langit yang cerah.
Si burung pipit berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas puasnya.
Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing
menghampiri sumber suara, mengulurkan tangannya, mengais tubuh si
burung dan kemudian menimang nimang, menjilati, mengelus dan
membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada bulu si
burung. Begitu bulunya bersih, si burung bernyanyi dan menari
kegirangan, dia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan
baik hati.
14. Namun apa yang terjadi kemudian, seketika itu juga dunia terasa gelap
gulita bagi si burung, dan tamatlah riwayat si burung pipit ditelan oleh
si kucing.
Hmm… tak sulit untuk menarik garis terang dari kisah ini, sesuatu yang acap terjadi
dalam kehidupan kita: halaman tetangga tampak selalu lebih hijau; penampilan acap
menjadi ukuran; yang buruk acap dianggap bencana dan tak melihat hikmah yang
bermain di sebaliknya; dan merasa bangga dengan nikmat yang sekejap. Burung pipit itu
adalah cermin yang memantulkan wajah kita…
DITERBITKAN DI:
• KUMPULAN CERPEN
ON 20 SEPTEMBER 2006 AT 5:59 AM KOMENTAR (58)
Ketika Kami Tak Cocok Lagi
Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami
dan saya menyukai perasaan yang hangat yang muncul ketika saya
bersender di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa kenalan dan
bercumbu, sampai sekarang, dua tahun dalam masa pernikahan, harus
saya akui, saya mulai merasa lelah dengan semua itu.
Alasan saya mencintainya pada waktu dulu, telah berubah menjadi
sesuatu yang melelahkan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan
benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-
saat romantis seperti seorang anak kecil yang menginginkan permen.
Dan suami saya bertolak belakang dari saya, rasa sensitifnya kurang,
dan ketidakmampuannya untuk menciptakan suasana yang romantis di
dalam pernikahan kami telah mematahkan harapan saya tentang cinta.
Suatu hari, akhirnya saya memutuskan untuk mengatakan keputusan
saya kepadanya. Saya menginginkan perceraian.
15. “Mengapa?” dia bertanya dengan terkejut.
“Saya lelah. Terlalu banyak alasan yang ada di dunia ini,” jawab saya.
Dia terdiam dan termenung sepanjang malam dengan rokok yang tidak
putus-putusnya. Kekecewaan saya semakin bertambah. Seorang pria
yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang
saya bisa harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, “Apa yang
dapat saya lakukan untuk mengubah pikiranmu?”
Seseorang berkata, mengubah kepribadian orang lain sangatlah sulit,
dan itu benar. Saya pikir, saya mulai kehilangan kepercayaan bahwa
saya bisa mengubah pribadinya. Saya menatap dalam-dalam matanya
dan menjawab dengan pelan, “Saya punya pertanyaan untukmu. Jika
kamu dapat menemukan jawabannya yang ada di dalam hati saya,
mungkin saya akan mengubah pikiran. Seandainya, katakanlah saya
menyukai setangkai bunga yang ada di tebing gunung, dan kita berdua
tahu, jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu
akan melakukannya untuk saya?”
Dia berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok.”
Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya,
dia tidak ada di rumah, dan saya melihat selembar kertas dengan coret-
coretan tangannya, di bawah sebuah gelas yang berisi susu hangat, yang
bertuliskan:
“Sayang, Saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu. Tetapi izinkan
saya untuk menjelaskan alasannya.”
Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya mencoba untuk
kuat melanjutkan membacanya kembali…
16. “Kamu hanya bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan
program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor. Lalu saya
harus memberikan jari-jari saya untuk memperbaiki programnya.
“Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah,
dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa masuk mendobrak
rumah, membukakan pintu untukmu.
“Kamu suka jalan-jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-
tempat baru yang kamu kunjungi: saya harus memberikan mata untuk
mengarahkanmu.
“Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ‘tamu’ kamu datang setiap
bulannya: saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu
yang pegal.
“Kamu senang diam di dalam rumah, dan saya kuatir kamu akan jadi
‘aneh’. Lalu saya harus memberikan mulut saya untuk menceritakan
lelucon dan cerita-cerita untuk menyembuhkan kebosananmu.
“Kamu selalu menatap komputer dan itu tidak baik untuk kesehatan
matamu. Saya harus menjaga mata saya sehingga ketika nanti kita tua,
saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti
ubanmu. Saya akan memegang tanganmu, menelusuri pantai,
menikmati sinar matahari dan pasir yang indah. Menceritakan warna-
warna bunga kepadamu yang bersinar seperti wajah cantikmu….
“Juga sayangku, saya begitu yakin ada banyak orang yang mencintaimu
lebih dari cara saya mencintaimu. Tapi saya tidak akan mengambil
bunga itu lalu mati….”
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi
kabur dan saya membaca kembali…
17. “Dan sekarang sayangku, kamu telah selesai membaca jawaban saya.
Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, tolong bukakan pintu
rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana dengan susu segar dan
roti kesukaanmu….”
Saya segera membuka pintu dan melihat wajahnya yang dulu sangat saya cintai. Dia
begitu penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti. Saya tidak kuat lagi dan
langsung memeluknya dan rebah di bahunya yang bidang sambil menangis….
DITERBITKAN DI:
• KUMPULAN CERPEN
ON 20 SEPTEMBER 2006 AT 5:56 AM KOMENTAR (42)
Angin di daun Pohon
Alasan mengapa orang-orang memanggilku “Pohon” karena aku sangat
baik dalam menggambar pohon. Setelah itu, aku selalu menggunakan
gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademarkpada semua
lukisanku. Aku telah berpacaran sebanyak 5 orang wanita ketika aku
masih di SMA.
Ada satu wanita yang aku sangat aku cintai, tapi aku tidak punya
keberanian untuk mengatakannya. Dia tidak memiliki wajah yang
cantik, tubuh yang sexy, dan sebagainya. Dia sangat peduli dengan
orang lain dan religius. Tapi dia hanya wanita biasa saja.
Aku menyukainya, sangat menyukainya, menyukai gayanya
yanginnocent dan apa adanya, kemandiriannya, aku menyukai
kepandaiannya dan kekuatannya.
Alasan aku tidak mengajaknya kencan karena aku merasa dia yang
sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku juga takut, jika kami
bersama semua perasaan yang indah ini akan hilang. Aku juga takut
18. kalau gosip-gosip yang ada akan menyakitinya. Aku merasa dia adalah
“sahabatku” dan aku akan memilikinya tiada batasnya dan aku tidak
harus memberikan semuanya hanya untuk dia.
Alasan yang terakhir, membuat dia menemaniku dalam berbagai
pergumulan selama 3 tahun ini. Dia tau aku mengejar gadis-gadis lain,
dan aku telah membuatnya menangis selama 3 tahun.
Ketika aku mencium pacarku yang kedua, dan terlihat olehnya. Dia
hanya tersenyum dengan berwajah merah dan berkata “lanjutkan
saja…” dan setelah itu pergi meninggalkan kami. Esoknya, matanya
bengkak, dan merah…
Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya
menangis, but aku tertawa dengannya seharian. Ketika semuanya telah
pulang, dia sendirian di kelas untuk menangis. Dia tidak tahu bahwa
aku kembali dari latihan sepakbola untuk mengambil sesuatu di kelas,
dan aku melihatnya menangis selama sejaman.
Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya. Pernah sekali mereka berdua
perang dingin, aku tahu bukan sifatnya untuk memulai perang dingin.
Tapi aku masih tetap bersama pacarku. Aku berteriak padanya dan
matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget. Aku tidak memikirkan
perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku. Esoknya
masih tertawa dan bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi
sebelumnya. Aku tahu bahwa dia sangat sedih dan kecewa tapi dia tidak
tahu bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia, aku juga sedih.
Ketika aku putus dengan pacarku yang ke-5, aku mengajaknya pergi.
Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa ada sesuatu yang
ingin kukatakan padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali
bahwa dia juga ada sesuatu yang ingin dia katakan padaku. Aku cerita
padanya tentang putusnya aku dengan pacarku dan dia berkata tentang
19. dia sedang memulai suatu hubungan dengan seseorang. Aku tahu pria
itu. Dia sering mengejarnya selama ini. Pria yang baik, penuh energi dan
menarik.
Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakitnya hatiaku, tapi hanya bisa
tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika aku sampai di
rumah, sakit hatiku bertambah kuat dan aku tidak dapat menahannya.
Seperti ada batu yang sangat berat di dadaku. Aku tak bisa bernapas dan
ingin berteriak namun tidak bisa.
Air mata mengalir dan aku jatuh menangis. Sudah sering aku
melihatnya menangis untuk pria yang mengacuhkan kehadirannya.
Ketika upacara kelulusan, aku membaca SMS di handphone-ku. SMS itu
dikirim 10 hari yang lalu ketika aku sedih dan menangis.
SMS itu berbunyi, “Daun terbang karena Angin bertiup atau karena
Pohon tidak memintanya untuk tinggal?“
DAUN
Selama SMA, aku suka mengoleksi daun-daun, kenapa? Karena aku
merasa bahwa daun membutuhkan banyak kekuatan untuk
meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali.
Selama 3 thn di SMA, aku dekat dengan seorang pria, bukan sebagai
pacar tapi “Sahabat”. Tapi ketika dia mempunyai pacar untuk yang
pertama kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah
aku pelajari sebelumnya, CEMBURU. Perasaan di hati ini tidak bisa
digambarkan dengan menggunakan Lemon. Hal itu seperti 100 butir
lemon busuk. Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka
putus, aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Tapi
sebulan kemudian dia bersama seorang gadis lagi.
20. Aku menyukainya dan aku tahu bahwa dia juga
menyukaiku, butmengapa dia tidak mau mengatakannya? Sejak dia
mencintaiku, mengapa dia tidak yang memulainya dulu untuk
melangkah? Ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku selalu sakit. Waktu
berjalan dan berjalan, hatiku sakit.
Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah
tangan, tapi mengapa dia memperlakukanku dengan sangat baik di luar
perlakuannya hanya untuk seorang teman?
Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati, aku tahu kesukaannya,
kebiasaannya. Tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa diketahui.
Kau tidak mengharapkan aku sebagai seorang wanita untuk
mengatakannya bukan?
Di luar itu, aku mau tetap di sampingnya, memberinya perhatian,
menemaninya, dan mencintainya. Berharap, bahwa suatu hari, dia akan
datang dan mencintaiku. Hal itu seperti menunggu telponenya setiap
malam, mengharapkannya untuk mengirimku SMS. Aku tau sesibuk apa
pun dia, dia pasti meluangkan waktunya untukku. Karena itu, aku
menunggunya. 3 tahun cukup berat untuk kulalui dan aku mau
menyerah. Kadang aku berpikir untuk tatap menunggu. Luka dan sakit
hati, dan dilema yang menemaniku selama 3 tahun ini.
Ketika diakhir tahun ke-3, seorang pria mengejarku, dia adalah adik
kelasku, setiap hari dia mengejarku tanpa lelah. Dari penolakan yang
telah dia tunjukkan, aku merasa bahwa aku ingin memberikan dia ruang
kecil di hatiku.
Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk
terbang dari pohon. Akhirnya, aku sadar bahwa aku tidak ingin
memberikan Angin ini ruang yang kecil di hatiku.
21. Aku tau Angin ini akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh dan ke
tempat yang lebih baik. Akhirnya aku meninggalkan Pohon. Tapi Pohon
hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal, aku sangat sedih
memandangnya tersenyum ke arahku.
“Daun terbang karena Angin bertiup atau Pohon tidak memintanya
untuk tinggal?”
ANGIN
Karena aku menyukai seorang gadis bernama Daun, karena dia sangat
bergantung pada Pohon, jadi aku harus menjadi Angin yang kuat.
Angin akan meniup Daun terbang jauh. Ketika aku pertama kalinya,
ketika 1 bulan setelah aku pindah sekolah. Aku melihat seorang
memperhatikan kami bermain sepakbola. Ketika itu, dia selalu duduk di
sana sendirian atau dengan teman-temannya memerhatikan Pohon.
Ketika Pohon berbicara dengan gadis-gadis, ada cemburu di matanya.
Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di matanya.
Memperhatikannya menjadi kebiasaanku, seperti daun yang suka
melihat Pohon. Satu hari, dia tidak tampak, aku merasakan kehilangan.
Seniorku juga tidak ada saat itu, Aku pergi ke kelas mereka, melihat
seniorku sedang memperhatikan daun. Air mata mengalir di mata daun
ketika Pohon pergi, besoknya, aku melihat Daun di tempatnya yang
biasa, memperhatikan Pohon. Aku melangkah dan tersenyum padanya.
Menulis catatan dan memberikan kepadanya. Dia sangat kaget.
Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima catatanku. Besoknya,
dia datang, menghampiriku dan memberiku catatan. “Hati Daun sangat
kuat dan Angin tidak bisa meniupnya pergi, hal itu karena Daun tidak
mau meninggalkan Pohon.” Aku melihat ke arahnya dengan kata-kata
22. tersebut dan pelan dia mulai berkata padaku dan menerima
kehadiranku dan teleponku.
Aku tahu orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku akan berusaha agar
suatu hari dia menyukaiku. Selama 4 bulan, aku telah mengucapkan
kata Cinta tidak kurang dari 20 kali kepadanya. Setiap kali dia
mengalihkan pembicaraan… tapi aku tidak menyerah, aku memutuskan
untuk memiliki dia dan berharap dia akan setuju menjadi pacarku.
Aku bertanya, “apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak pernah
membalas?” Dia berkata, “aku menengadahkan kepalaku”.
“Ah?” Aku tidak percaya apa yang aku dengar.
“Aku menengadahkan kepalaku” dia berteriak.
Aku meletakkan telepon, berpakaian dan naik taxi ke tempat dia, dan
dia membuka pintu, aku memeluknya kuat-kuat.
“Daun terbang karena tiupan Angin atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal”.
DITERBITKAN DI:
• KUMPULAN CERPEN
ON 20 SEPTEMBER 2006 AT 5:55 AM KOMENTAR (53)
Dia
Dia adalah Seseorang yang sangat aku sayangi dan aku cintai, seseorang yang
selalu memendam permasalahan sendiri, selalu tampak tegar ditengah kerapuhannya.
Selalu tersenyum ditengah kemarahannya, hal itu yang membuat aku sayang padanya,
tetapi dia juga yang membuat aku terhanyut dalam kesedihan ini.
Dia bernama Andri, aku bertemu dengannya di sebuah acara kemahasiswaan, dia
anak yang baik dan humoris, makanya gak heran dalam waktu singkat kami bisa
23. berteman akrab, teman-temanku mengira kami pacaran dan mereka sangat mendukung.
Aku hanya tersenyum geli melihat teman-teman ku menjahili dia, terfikir olehku apa
benar yang mereka katakan. Tapi aku menepisnya, aku gak mau memikirkan hal itu,
karena aku pernah bertekad untuk tidak pacaran sampai aku selesai kuliah dan aku
berusaha menjaga itu.
Waktu terus berlalu, aku juga tak mengerti kapan rasa itu datang dan hinggap di
hati ini, berawal saat kami bermain ke rumah Hilman, saat itu hilman mengajak ku keluar
untuk membeli makanan, kami bercerita banyak hal sampai hilman menyinggung tentang
Andri dan pacarnya, aku terperanjat sejenak, tapi cepat-cepat kusembunyikan rasa itu,
aku kembali bercerita seolah-olah aku tau kalau dia sudah memiliki pacar, baru aku
tersadar hatiku sakit mandengarkan cerita dari hilman.
Sepulang dari rumah hilman, aku lebih banyak diam begitu juga dengannya, dia
marah karena aku terlalu lama pergi bersama hilman, tapi bukan itu yang ku pikirkan, aku
memikirkan diriku, ada apa denganku, aku hanya temannya, mengapa aku cemburu dan
sakit hati kalau dia memiliki pacar, mengapa tidak terpikirkan olehku kalau orang
semanis dia pasti ada yang memiliki, dasar bego!. Aku tersenyum sendiri dikamar,
mencoba untuk ceria, menganggap hal ini biasa dan pasti bisa ku atasi, aku bertekad pada
diriku untuk menjadi teman yang baik, selalu ada disisinya saat suka dan duka. Semangat
teriakku pagi itu.
Namun perasaan itu muncul kembali saat kami pergi makan di suatu café, disana
dia mencurahkan semua isi hati yang selama ini di pendamnya, aku terkejut melihatnya
menangis layaknya seorang anak kecil di hadapanku, belum pernah aku melihat dia
seperti itu, tarnyata dibalik keceriaannya selama ini tersimpan luka yang sangat dalam,
aku terharu ketika dia mengatakan percaya padaku, aku sangat sayang padanya tapi aku
tak mungkin memilikinya.
Setelah kejadian itu dia lebih terbuka padaku tentang pacarnya yang selama ini
dia tutupi, aku semakin mengerti bagaimana dirinya, makin memahami apa yang
diinginkannya, harapku suatu hari dia memiliki seseorang yang benar-benar mengerti
24. dirinya dan sayang padanya, walau hati ini hancur setiap kali mendengarkan dia bercerita
tentang pacarnya. Akan tetapi yang tak ku mengerti, kerap kali dia mengatakan satu hal
yang membangkitkan kembali perasaan ku, bahwa dia tak ingin melepaskanku karena
aku telah menjadi sebagain dari dirinya, aku bingung, tapi aku juga gak punya nyali
untuk bertanya kepadanya bagaimana perasaan dia terhadapku.
Sampai pada puncaknya aku tak kuat membendung perasaanku sendiri, aku
mengatakan padanya kalau aku sayang padanya dan aku tau perasaan ini gak boleh
terbina, aku hanya sekedar mengeluarkan uneg-uneg yang ada dalam hatiku, terserah dia
menganggap apa yang penting hatiku lega, aku tidak akan membahas masalah ini lagi,
karena aku berjanji akan selalu menjadi teman dan sahabat yang baik buatnya
Namun rasa sayang dan cinta sudah bersemi dalam hatiku, tak mudah untuk
menepisnya, walau aku sudah berusaha, ternyata benar kata pepatah cinta itu datang tiba-
tiba walau kita tidak menginginkannya, tapi setelah kita tau mengapa terasa sakit jadinya.
Entah mengapa, setelah kejadian itu dia makin perhatian padaku, aku gak pernah tau apa
maksudnya karena dia tak pernah mengatakannya padaku, yang aku tau dia memberikan
perhatian lebih dari biasanya, seakan-akan menjawab semua pertanyaan tanpa harus
diungkapkan, aku gak peduli aku hanya ingin menjalani apa yang aku jalani sekarang,
tidak mau berfikir yang muluk-muluk tentang masa depan, apa yang terjadi antara aku
dan dia biarlah berjalan seperti sekarang ini, tanpa kata-kata tapi saling mengerti dan
memahami maksud satu dengan yang lain, walau entah sampai kapan hal ini akan
berlanjut, akupun tak tau. Tapi biarlah kisah ini berjalan seiring dengan waktu yang kami
pun tak pernah tau akhir dari semua ini, tapi aku tetap berharap semoga…….
(kira-kira endingnya gimana Ya….kasih commentnya ok…)
By: yeni
DITERBITKAN DI:
• KUMPULAN CERPEN
25. ON 20 SEPTEMBER 2006 AT 5:53 AM KOMENTAR (92)
Gunung dan Cinta
Gunung dan Cinta
Ada sebuah kisah tentang seorang bocah sedang mendaki gunung bersama ayahnya.
Tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan jatuh. “Aduhh!”
jeritannya memecah keheningan suasana pegunungan. Si bocah amat
terkejut, ketika ia mendengar suara di kejauhan menirukan teriakannya
persis sama, “Aduhh!”.
Dasar anak-anak, ia berteriak lagi, “Hei! Siapa kau?”
Jawaban yang terdengar, “Hei! Siapa kau?”
Lantaran kesal mengetahui suaranya selalu ditirukan, si anak berseru, “Pengecut kamu!”
Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan serupa.
Ia bertanya kepada sang ayah, “Apa yang terjadi?”
Dengan penuh kearifan sang ayah tersenyum, “Anakku, coba perhatikan.”
Kemudian Lelaki itu berkata keras, “Saya kagum padamu!”
Suara di kejauhan menjawab, Saya kagum padamu!”
Sekali lagi sang ayah berteriak “Kamu sang juara!”
Suara itu menjawab, “Kamu sang juara!”
Sang bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti. Lalu sang ayah
menjelaskan, “Suara itu adalah gema, tapi sesungguhnya itulah kehidupan.” Kehidupan
memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakanmu.
26. Dengan kata lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan
kita. Bila kamu ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya ciptakan cinta di
dalam hatimu. Bila kamu menginginkan tim kerjamu punya kemampuan tinggi, ya
tingkatkan kemampuan itu. Hidup akan memberikan
kembali segala sesuatu yang telah kau berikan kepadanya.
Ingat, hidup bukan sebuah kebetulan tapi sebuah bayangan dirimu.