Kerajaan Kutai dan Tarumanegara merupakan dua kerajaan kuno yang berkembang di Kalimantan Timur dan Jawa Barat. Kerajaan Kutai didirikan oleh Raja Kudungga dan mencapai kejayaannya pada zaman Raja Mulawarman. Tarumanegara didirikan Raja Jayasingawarman dan mengalami masa keemasan pada pemerintahan Raja Purnawarman yang membangun ibu kota baru dan saluran irigasi. Kedua kerajaan ini diketah
2. Terletak di Muarakaman, Kalimantan Timur. Tepatnya di hulu sungai
Mahakam (dekat kota Tenggarong) saat ini. Kami meminta bantuan
beberapa kartograf untuk menggambarkan peta ini. Letaknya sangat
strategis berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India
Letak Geografis
KERAJAAN
KUTAI
3. Catatan sejarah
13 September 1880,
Bersama Tuan Kern kami mengikuti sebuah pertemuan di Royal Academy Of Sciences
di Amesterdam Belanda, dalam presentasinya Kren mengatakan bahwa Yupa adalah
sebuah perasati pendirian sebuah Negara yang berbentuk kerajaan, dan oleh
J.Pn.Vogel yupa diteliti secara seksama bersama F.D.K Bosch, dan beberapa epigraf
dari India Selatan yakni Fleet, Hultzsch, Vankayya. Namun belum dapat
menerjemahkannya secara maksimal.
Tahun 1939,
Kami bersama para ahli mengadakan penelitian di Muara Kaman dan menemukan 3
Buah Prasasti Raja Mulawarman yang disebutkan berasal dari abat ke-IV, kami
melihat tulisan yang digunakan pada tugu batu tersebut adalah huruf Pallawa dan
menggunakan bahasa Sangsekerta Kuno dari India Selatan.
Tahun 1952,
Kami bertanya kepada Raden Mas Ng. Poerbatjaraka , dan ia mengatakan bahwa
tulisan-tulisan tersebut menggambarkan beberapa hal tentang Kurban dalam sebuah
acara kenegaraan dan kurban-kurban yang bersangkutan dengan acara ritual agama
Hindu
Dari 7 yupa yang telah ditemukan
baru 4 saja yang telah
diterjemahkan
Prasasti I
Sang Maharaja Kundunga, yang
amat mulia, mempunyai putra yang
mashur, Sang Aswawarman
namanya, yang seperti Sang
Ansuman (dewa Matahari)
menumbuhkan keluarga yang sangat
mulia. Sang Aswawarman
mempunyai putra tiga, seperti api
(yang suci) tiga. Yang terkemuka
dari ketiga putra itu ialah Sang
Mulawarman, raja yang
berperadaban baik, kuat dan kuasa.
Sang Mulawarman telah
mengadakan kenduri (selamatan
yang dinamakan) emas amat banyak.
Buat peringatan kenduri (selamatan)
Prasasti II
Dengarkanlah oleh kamu
sekalian, Brahmana yang
terkemuka, dan sekalian orang
baik lain-lainnya, tentang
kebaikan budi Sang
Mulawarman, raja besar yang
sangat mulia. Kebaikan budi
ini ialah berwujud sedekah
banyak sekali, seolah-olah
sedekah kehidupan atau
semata-mata pohon kalpa
(yang memberi segala
keinginan), dengan sedekah
tanah (yang dihadiahkan).
Berhubung dengan kebaikan
Prasasti II
Tugu ini ditulis buat
(peringatan) dua (perkara)
yang telah disedekahkan oleh
Sang Raja Mulawarman, yakni
segunung minyak (kental),
dengan lampu serta malai
bunga
Prasasti IV
Sang Mulawarman, raja yang
mulia dan terkemuka, telah
memberi sedekah 20.000 ekor
sapi kepada para brahmana
yang seperti api, (bertempat)
di dalam tanah yang suci
(bernama) Waprakeswara.
Buat (peringatan) akan
kebaikan budi sang raja itu,
tugu ini telah dibuat oleh para
Brahmana yang datang ke
tempat ini.
4. Keadaan masyarakat
Kehidupan sosial di Kerajaan Kutai dapat dilihat dari makna prasasti-
prasasti yang ditemukan oleh para ahli. Hal yang dapat ditarik dari makna
prasasti-prasasti adalah sebagai berikut:
Masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur.
Masyarakat di Kerajaan Kutai memiliki kemampuan beradaptasi dengan
budaya luar (India), mengikuti pola perubahan zaman dengan tetap memelihara
dan melestarikan budayanya sendiri.
Kita tidak mengetahui secara pasti tentang kehidupan ekonomi di
Kutai, kecuali disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman
telah mengadakan upacara korban emas dan menghadiahkan sebanyak 20.000
ekor sapi untuk golongan Brahmana. Tidak diketahui secara pasti asal emas dan
sapi tersebut diperoleh. jika emas dan sapi tersebut didatangkan dari tempat lain,
bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan kegiatan dagang. Jika
dilihat dari letak geografis, Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara
Cina dan India.
5. 1. Maharaja Kudungga
2. Maharaja Aswawarman
3. Maharaja Mulawarman
4. Maharaja Marawijaya Warman
5. Maharaja Gajayana Warman
6. Maharaja Tungga Warman
7. Maharaja Jayanaga Warman
8. Maharaja Nalasinga Warman
9. Maharaja Nala Parana Tungga
10.Maharaja Gadingga Warman Dewa
11.Maharaja Indra Warman Dewa
12.Maharaja Sangga Warman Dewa
13.Maharaja Candrawarman
14.Maharaja Sri Langka Dewa
15.Maharaja Guna Parana Dewa
16.Maharaja Wijaya Warman
17.Maharaja Sri Aji Dewa
18.Maharaja Mulia Putera
19.Maharaja Nala Pandita
20.Maharaja Indra Paruta Dewa
21.Maharaja Dharma Setia
Raja Aswawarman
Aswawarman adalah Anak
Raja Kudungga.Ia juga
diketahui sebagai pendiri
dinasti Kerajaan Kutai
sehingga diberi gelar
Wangsakerta, yang artinya
pembentuk keluarga.
Aswawarman memiliki 3
orang putera, dan salah
satunya adalah
Mulawarman.
Putra Aswawarman adalah
Mulawarman.
Raja Mulawarman
adalah seorang raja yang
dermawan. Pada
pemerintahannya kerajaan
berhasil mencapai
puncaknya dimana rakyat
hidup sejahtera,. Wilayah
kekuasaannya meliputi
hampir seluruh kalimantan
timur.
Raja kutai
“Sang Mahārāja Kundungga, yang amat
mulia, mempunyai putra yang mashur,
Sang Aśwawarmman namanya, yang
seperti Angśuman (dewa Matahari)
menumbuhkan keluarga yang sangat
mulia. Sang Aśwawarmman mempunyai
putra tiga, seperti api (yang suci). Yang
terkemuka dari ketiga putra itu ialah
Sang Mūlawarmman, raja yang
berperadaban baik, kuat, dan kuasa.
Sang Mūlawarmman telah mengadakan
kenduri (selamatan yang dinamakan)
emas-amat-banyak. Untuk peringatan
kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini
didirikan oleh para brahmana.”
Raja Kudungga
Adalah raja pertama yang
berkuasa di kerajaan kutai. Dapat
kita lihat, nama raja tersebut
masih menggunakan nama lokal
sehingga para ahli berpendapat
bahwa pada masa pemerintahan
Raja Kudungga pengaruh Hindu
baru masuk ke wilayahnya.
Kedudukan Raja Kudungga pada
awalnya adalah kepala suku.
Dengan masuknya pengaruh
Hindu, ia mengubah struktur
pemerintahannya menjadi
kerajaan dan mengangkat dirinya
sebagai raja, sehingga
penggantian raja dilakukan secara
turun temurun.
Ini adalah sketsa salah satu yupa yang kami
temukan yang artinya
Keruntuhan
Maharaja Dharma
setia
Kerajaan Kutai
berakhir saat Raja Kutai yang
bernama Maharaja Dharma
Setia tewas dalam peperangan
di tangan Raja Kutai
Kartanegara ke-13, Aji
Pangeran Anum Panji Mendapa.
Perlu diingat bahwa Kutai ini
(Kutai Martadipura) berbeda
dengan Kerajaan Kutai
Kartanegara.
Kutai Kartanegara
inilah, di tahun 1365, yang
disebutkan dalam sastra
Jawa Negarakertagama. Kutai
7. 1. Jayasingawarman
2. Dharmayawarman
3. Purnawarman
4. Wisnuwarman
5. Indrawarman
6. Candrawarman
7. Suryawarman
8. Kertawarman
9. Sudhawarman
10.Hariwangsawarman
11.Nagajayawarman
12.Linggawarman
Raja Purnawarman
Kejayaan kerajaan Tarumanagara
mencapai puncaknya pada masa
Sri Maharaja
Purnawarman. Tindakan yang
pertama diambil Purnawarman
ialah memindahkan ibukota
kerajaan ke sebelah utara ibukota
lama Jayasingapura. Ibukota yang
baru itu diberi nama Sundapura =
Kota Sunda, kata sunda atau
sudha atau sundha, yang berarti
bersih, jernih, murni. Tiga tahun
selanjutnya Purnawarman
membuat pelabuhan,
sebagai pangkala kapal-kapal
perang kerajaan trauma
Pada tahun ke 22 masa
pemerintahannya,
Purnawarman membangun
saluran air. Saluran itu
bernama Gomati dan Chandrabag
ha. Pembuatannya berlangsung
selama 21 hari. Panjang saluran
6.112 tombak (11 km).
Selesainya pembangunan saluran
air ditandai penyerahan 1.000
ekor lembukepada para brahmana
Raja
TaRUMANE
GARARaja
jayasingawarman
Kerajaan Terumanegara
di bangun oleh Raja
Jayasinghawarman
ketika memimpin pelarian
keluarga kerajaan dan
berhasil meloloskan diri
dari musuh yang terus
menerus menyerang
kerajaan Salakanagara.
Di pengasingan, tahun 358
M, Jayasinghawarman
mendirikan kerajaan baru
di tepi Sungai Citarum, di
Kabupaten Lebak Banten
dan diberi nama
Tarumanegara
KeruntuhanRaja Linggawarman
Pada tahun 669, Linggawarman,
raja Tarumanagara terakhir,
digantikan menantunya,
Tarusbawa. Linggawarman
sendiri mempunyai dua orang
puteri, yang sulung bernama
Manasih menjadi istri Tarusbawa
dari Sunda dan yang kedua
bernama Sobakancana menjadi
isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa
pendiri Kerajaan
Sriwijaya. Secara otomatis, tahta
kekuasaan Tarumanagara jatuh
kepada menantunya dari putri
sulungnya, yaitu Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanagara
berakhir dengan beralihnya tahta
kepada Tarusbawa, karena
Tarusbawa pribadi lebih
menginginkan untuk kembali ke
kerajaannya sendiri, yaitu Sunda
yang sebelumnya berada dalam
kekuasaan Tarumanagara. Atas
pengalihan kekuasaan ke Sunda
ini, hanya Galuh yang tidak
sepakat dan memutuskan untuk
berpisah dari Sunda yang
mewarisi wilayah Tarumanagara.
8. Keadaan masyarakat
1. Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan
rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja
Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah
kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan
saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.
2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari
upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan
kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan
kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara
korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para
dewa.
3. Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwavraja Purnawarman memerintahkan rakyatnya
untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan
ini mempunyai arti ekonomis yang besar nagi masyarakat, Karena dapat
dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana lalu-lintas
pelayaran perdagangan antardaerah di Kerajaan Tarumanegara dengan dunia
luar. Juga perdagangan dengan daera-daerah di sekitarnya. Akibatnya,
kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan
teratur.
4. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang
ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui
bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain
sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut
menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan
Tarumanegara.
9. Catatan sejarah
Prasasti ciaruteun
ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor
prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta yang
terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh
Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak
di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga
menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar
telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman.
Prasasti Jambu
Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang
belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.
Prasasti Muara Cianten
Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwiliang, juga tertulis dalam aksara
ikal yang belum dapat dibaca.
Prasasti Pasir awi
Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di
tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten.
Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk
puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut
mengagungkan keberanian raja Purnawarman.
Prasasti Cidanghiyang
Prasasti Tugu ditemukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini
dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang melingkar dan isinya paling panjang
dibanding dengan prasasti Tarumanegara yang lain,
Prasasti Tugu
sumber-sumber dari luar negeri yang
berasal dari berita Tiongkok antara lain:
Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa
tahun 528 dan 535 telah datang utusan
dari To- lo-mo yang terletak di sebelah
selatan.
Berita Dinasti Tang, juga menceritakan
bahwa tahun 666 dan 669 telah datang
utusaan dari To-lo-mo.
Dari tiga berita di atas para ahli
menyimpulkan bahwa istilah To-lo-
mo secara fonetis penyesuaian kata-katanya
sama dengan Tarumanegara.
Sumber luar negeri