LAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDA BERDAYA 202222.pdf
Kajian Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Sleman Tahun 2016
1. Potensi Sumber Daya Kabupaten Sleman
Sistem Produksi Kabupaten Sleman
Nilai Hasil Produksi Kabupaten Sleman
Variasi Kecepatan Pertumbuhan
Rekomendasi Pengembangan Kluster Kawasan CepatTumbuh
2. iKAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 1
1.2 Dasar Hukum ………………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan …………………………………………………………………. 3
1.4 Wilayah Kajian …………………………………………………………3
1.5 Keluaran/Output Kegiatan ……………………………………………...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KEBIJAKAN
2.1 Pusat Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah ………………………7
2.2 Indikator Pengukur Perkembangan Wilayah dan
Pusat Pertumbuhan ………………..……………………………………9
2.3 Tinjauan Kebijakan Tata Ruang Wilayah ……………………………... 11
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tahapan Pelaksanaan …………………………..……………………… 18
3.2 Unit Amatan dan Unit Analisis
3.2.1 Unit Amatan …………………………………………………………… 19
3.2.2 Unit Analisis ……………………………………………………………20
3.3 Metode Pengumpulan Data ……………..……………………………... 21
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Analisis Potensi Sumber Daya Wilayah ………………………………..23
3.4.2 Analisis Variasi Sistem Produksi Wilayah ……………………………..24
3.4.3 Analisis Nilai Produksi Wilayah ………..…………………………….. 26
3.4.4 Analisis Pusat Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah ……………. 26
BAB IV HASIL ANALISIS
4.1 Variasi Potensi Sumber Daya Wilayah
4.1.1 Potensi Sumber Daya Alam (SDA)…..…………………………………27
4.1.2 Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) …...…………………………… 44
3. iiKAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
4.1.3 Ketersediaan Infrastruktur ……………..,,,,…………………….............50
4.1.4 Pendanaan ………………………………………………………………61
4.1.5 Agregat Potensi Sumber Daya Wilayah ………………………………..64
4.2 Indikator Variasi Perkembangan Sistem Produksi Wilayah
4.2.1 Nilai Produksi ………………………..…………………………………65
4.2.2 Transaksi ……………………………..…...…………………………… 73
4.2.3 Transformasi …………………………..,,,,……………………............. 80
4.2.4 Agregat Indikator Sistem Produksi Wilayah ………………………….. 84
4.3 Indikator Variasi Perkembangan Hasil/Nilai Produksi Wilayah
4.3.1 Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB).…………..…………… 87
4.3.2 Kepala Keluarga (KK) Miskin …………...…………………………… 89
4.3.3 Agregat Indikator Hasil/Nilai Produksi Wilayah ……..………............. 93
BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI
5.1 Tipologi Kawasan Cepat Tumbuh
5.1.1 Klaster 1 Umbul-Kepuh-Glagah harjo…..………..…………………… 106
5.1.2 Klaster 2 Giri-Wono kerto …………...…...…………………………… 107
5.1.3 Klaster 3 Candi-Harjo-Pakem binangun ,,,……………………............. 108
5.1.4 Klaster 4 Tlogoadi Tri-Mulyo-Harjo dadi…..………..…………………108
5.1.5 Klaster 5 Condongcatur – Caturtunggal – Maguwoharjo –
Sendangtirto ………………………………………………………...…. 109
5.1.6 Klaster 6 Kali-Jogo Tirto ,,,……………………………………............. 110
5.1.7 Klaster 7 Sambirejo Boko-Wukir-Gayam Harjo…..……………………111
5.1.8 Klaster 8 Sido Luhur-Mulyo ………….…...……………………………112
5.1.9 Klaster 9 Sendang Sari-Arum …………,,,……………………...............112
5.1.10 Desa Embrio 1 Sumberrahayu…..………..………….………………...113
5.1.11 Desa Embrio 2 Sumberrejo …………...…...…………………………..114
5.1.12 Desa Embrio 3 Sindumartani …………..,,,…………………................114
4. 1KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang terletak paling utara di Provinsi
Derah Istimewa Yogyakarta (DIY). Secara administratif, Kabupaten Sleman terdiri dari
17 Kecamatan, 86 desa serta memiliki ketinggian tanah yang beragam dari 100 – 2500
meter di atas permukaan air laut. Dalam lingkup Nasional Kabupaten Sleman memiliki
beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kabupaten lain seperti :
Memiliki kawasan strategis pelestarian sosial budaya tingkat Nasional yaitu
kawasan taman wisata Cand Prambanan dan Candi Ratu Boko
Kawasan strategis nasional Taman Nasional Gunung Merap seluas 1.743,250 Ha.
Sementara dari lingkup Provinsi DIY Kabupaten Sleman memiliki keistimewaan yaitu :
Luasnya daerah yang termasuk dalam Pusak Kegiatan Nasional (Aglomerasi
Perkotaan Yogyakarta) yaitu 9.755,95 Ha atau 16,9% dari luas total kabupaten.
Adanya kawasan teknologi tinggi di wilayah Gunung Merapi
Dilalui jalur koridor Tempel-Parangtritis
Dilalui jalur koridor Temon – Wates – Yogyakarta - Prambanan
Beberapa kawasan candi kecil
Cukup besarnya peran Kabupaten Sleman dalam lingkup Provinsi DIY maupun
nasional membuat banyak pembangunan di berbagai sektor terjadi dari tahun ke tahun
seperti pembangunan perumahan, obyek wisata, pusat perdagangan, dan lain – lain.
Proyek – proyek pembangunan tersebut ada yang berasal dari masyarakat, pemerintah,
maupun swasta. Hal tersebut tentu akan menyebabkan trickle down effect yaitu pengaruh
perubahan guna lahan di sekitar kawasan proyek seperti meningkatnya harga tanah,
perubahan jenis guna lahan, perubahan kondisi transportasi, perubahan jumlah penduduk,
yang akhirnya akan berujung pada perubahan kualitas hidup masyarakat sekitar.
Perkembangan pusat – pusat pertumbuhan baru tersebut perlu dianalisis secara mendalam
kondisi eksistingnya sebagia bahan evaluasi bagi pemerintah Kabupaten Sleman dalam
merevisi rencana struktur dan pola ruang Kabupaten Sleman.
5. 2KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Pusat – pusat pertumbuhan tersebut dapat disebut dengan Kawasan Strategis Cepat
Tumbuh. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.29 tahun 2008 disebutkan bahwa
Kawasan Strategis Cepat Tumbuh adalah bagian kawasan strategis yang telah
berkembang atau potensial untuk dikembangkan karena memiliki keunggulan sumber
daya dan geografis yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya.
Dalam rangka mendorong percepatan pengembangan kawasan tersebut, mengurangi
kesenjangan pembangunan antar wilayah, dan mendorong pertumbuhan daerah yang
masih tertinggal dan perbatasan di Kabupaten Sleman, maka perlu dilakukan kajian
analisis dan pembuatan rencana pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh
Kabupaten Sleman.
1.2 Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta
c. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang
d. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional
e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Pulau Jawa-Bali
f. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019
g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2008 tentang Pengembangan
Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di Daerah
i. Peraturan Daerah DIY Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta
j. Peraturan Daerah DIY tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) DIY Tahun 2012-2017
k. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Sleman
6. 3KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
1.3 Tujuan
1. Melakukan identifikasi potensi pusat-pusat pertumbuhan baru berskala besar
pada kawasan strategis Kabupaten Sleman
2. Menyusun rekomendasi dan memberi masukan bagi penataan dan arahan
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan strategis keistimewaan
DIY di Kabupaten Sleman melalui penataan infrastruktur sehingga kemampuan
potensi sumber daya alam dan manusia dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
1.4 Wilayah Kajian
Lokasi pelaksanaan kegiatan ini meliputi 86 desa yang terletak di 17 kecamatan di
Kabupaten Sleman. Adapun pertimbangan dalam pemilihan unit lokasi skala desa adalah:
1. Jika data yang digunakan adalah skala desa maka dapet diperoleh hasil analisis
yang cukup terperinci sehingga dapat dirumuskan rencana yang tepat sasaran.
2. Tersedianya data yang cukup terperinci hingga skala desa.
Berikut adalah desa - desa yang termasuk dalam wilayah kajian:
No Kecamatan Desa Luas No Kecamatan Desa Luas
1. Berbah
Tegaltirto 5.72
10. Ngaglik
Sukoharjo 8.03
Sendangtirto 5.22 Sinduharjo 6.09
Kalitirto 6.21 Sariharjo 6.89
Jogotirto 5.84 Sardonoharjo 9.38
2. Cangkringan
Wukirsari 14.56 Minomartani 1.53
Umbulharjo 8.26 Donoharjo 6.6
Kepuhharjo 8.75
11. Ngemplak
Widodomartani 6.15
Glagahharjo 7.95 Wedomartani 12.44
Argomulyo 8.47 Umbulmartani 6.66
3. Depok
Maguwoharjo 15.01 Sindumartani 4.44
Condongcatur 9.5 Bimomartani 6.02
Caturtunggal 11.04
12. Pakem
Purwobinangun 13.48
4. Gamping
Trihanggo 5.62 Pakembinangun 4.18
Nogotirto 3.49 Harjobinangun 5.52
Banyuraden 4 Hargobinangun 14.3
Balecatur 9.86 Candibinangun 6.36
Ambarketawang 6.28
13. Prambanan
Wukirharjo 4.75
5. Godean
Sidorejo 5.44 Sumberharjo 9.15
Sidomulyo 2.5 Sambirejo 8.39
Tabel 1.1 Nama Desa dan Luas Wilayah Delineasi (km2
)
7. 4KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
No Kecamatan Desa Luas No Kecamatan Desa Luas
Sidomoyo 3.02 Madurejo 7.09
Sidoluhur 5.19 Gayamharjo 6.5
Sidokarto 3.64 Bokoharjo 5.4
Sidoarum 3.73
14. Seyegan
Margomulyo 5.19
Sidoagung 3.32 Margoluwih 5
6. Kalasan
Tirtomartani 7.53 Margokaton 5.15
Tamanmartani 7.3 Margodadi 6.11
Selomartani 8.96 Margoagung 5.18
Purwomartani 12.05
15. Sleman
Triharjo 5.32
7. Minggir
Sendangsari 4.58 Tridadi 5.04
Sendangagung 6.56 Trimulyo 5.79
Sendangrejo 5.98 Pandowoharjo 7.27
Sendangmulyo 6.7 Caturharjo 7.02
Sendangarum 3.45
16. Tempel
Tambakrejo 3.26
8. Mlati
Tlogoadi 4.82 Sumberrejo 2.92
Tirtoadi 4.97 Pondokrejo 3.27
Sumberadi 6 Mororejo 3.37
Sinduadi 7.37 Merdikorejo 6.13
Sendangadi 5.36 Margorejo 5.39
9. Moyudan
Sumbersari 5.46 Lumbungrejo 3.33
Sumberrahayu 6.31 Banyurejo 4.82
Sumberarum 7.65
17. Turi
Wonokerto 15.58
Sumberagung 8.2 Girikerto 13.07
Donokerto 7.41
Bangunkerto 7.03
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 17 Kecamatan, 2015
8. 5KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berikut merupakan peta batas asministrasi Kabupaten Sleman:
Kabupaten Sleman memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.075.126 jiwa pada
tahun 2015. Dengan luas wilayah 574,82 km2
maka kepadatan penduduk Kabupaten
Sleman adalah 2.031 jiwa/km2
. Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk yang
relative tinggi adalah Kecamatan Depok (5.224 jiwa/km2
), Mlati (3.898 jiwa/km2
),
Gamping (3.635 jiwa/km2
), serta Ngaglik (2.994 jiwa/km2
). Adapun perbandingan sex
ratio (jumlah penduduk pria dibanding jumlah penduduk perempuan) secara umum di
Kabupaten Sleman rata-rata sebesar 100,19 atau didominasi oleh laki - laki.
Aksesibilitas di Kabupaten Sleman baik internal maupun eksternal wilayah sudah
cukup baik. Dalam hal internal hal ini ditandai dengan sudah tersebar cukup meratanya
jalan lokal di setiap desa di kecamatan – kecamatan. Dalam hal eksternal sudah terdapat
jalan kolektor dan arteri yang cukup memadai untuk menghubungkan Kabupaten Sleman
dengan wilayah sekitarnya seperti jalan outer ring road Yogyakarta yang
Gambar 1.1 Peta Batas Deliniasi Kawasan Kajian
Sumber: RTRW Kabupaten Sleman Tahun 2011 - 2031
9. 6KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
menghubungkan Sleman dengan Kota Yogyakarta maupun Kabupaten Bantul,
Gunungkidul, serta Kulonprogo, koridor Tempel – Parangtritis yang merupakan jalan
utama yang menghubungkan Sleman dengan Kabupaten Magelang, serta koridor Temon
– Wates – Yogyakarta – Prambanan yang menghubungkan wilayah barat dan timur
bagian selatan Kabupaten Sleman.
1.5 Keluaran/Output Kegiatan
Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah dokumen identifikasi potensi
pusat-pusat pertumbuhan di Kabupaten Sleman serta arahan pengembangan pada pusat-
pusat pertumbuhan baru tersebut melalui penataan infrastruktur, sehingga kemampuan
potensi sumber daya alam dan manusia dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin tanpa
mengabaikan kelestarian lingkungan hidup.
Output substansi dari kegiatan ini:
a. Peta Variasi Potensi Sumber Daya Wilayah
b. Peta Variasi Sistem Produksi Wilayah
c. Peta Variasi Nilai Produksi Wilayah
d. Peta Variasi Kecepatan Pertumbuhan
e. Peta Tipologi Kluster Kawasan Cepat Tumbuh
f. Arahan Pengembangan Kluster Kawasan Cepat Tumbuh
Output dokumen dari kegiatan ini terdiri dari:
a. Dokumen Laporan
b. Album Peta
10. 7KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KEBIJAKAN
2.1 Pusat Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah
Perkembangan wilayah atau regional development pada umumnya diartikan
sebagai peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam wilayah tersebut (Pender, dkk.,
2012). Dalam konteks ini, pertumbuhan (terutama pertumbuhan ekonomi), merupakan
aspek penting dalam perkembangan wilayah. Pertumbuhan dapat diukur dari beberapa
aspek, antara lain pertumbuhan penduduk, pertumbuhan lahan terbangun, ataupun
pertumbuhan produksi/pendapatan ekonomi.
Peningkatan kesejahteraan tidak hanya diukur dari peningkatan nilai produksi
regional yang sering dinyatakan melalui angka PDRB, tetapi merupakan akumulasi dari
aset-aset pertumbuhan wilayah (Friedman, 2007). Variabel-variabel untuk mengkaji
pertumbuhan sebagai akibat langsung dari sistem produksi ekonomi dalam mengolah
potensi wilayah dapat diturunkan dari teori Solow-Swan (1956) melalui formula berikut:
Y = A x K x L
dimana Y menunjukkan tingkat pertumbuhan wilayah, A (technology) ditunjukkan
melalui sarana prasarana, K (capital) yaitu modal yang ditunjukkan dengan kandungan
sumber daya alam, dan L (labour) ditunjukkan melalui jumlah penduduk produktif.
Dengan kata lain, tingginya pendapatan wilayah bergantung dari besaran sumber daya
alam, jumlah angkatan kerja, dan ketersediaan serta kualitas teknologi (mencakup
kualitas SDM/kemampuan manajemen dan infrastruktur) yang menentukan produktifitas.
Lebih lanjut, pusat pertumbuhan wilayah terbentuk dari hubungan antara potensi
sumber daya, sistem produksi, dan nilai produksi. Potensi sumber daya dapat bersifat
given seperti sumber daya alam ataupun bersumber dari hasil intervensi manusia seperti
alokasi proyek dan pendanaan. Pengelolaan potensi akan membentuk sistem produksi,
yang direpresentasikan melalui kegiatan produksi, transaksi, dan transformasi ekonomi
ke arah non primer. Hasil atau nilai dari sistem produksi tersebut kemudian dinyatakan
dalam PDRB (pendapatan domestik regional bruto) yang merupakan agregat nilai produk
yang dihasilkan dari suatu wilayah. Hubungan antara potensi, sistem produksi, dan hasil
tersebut digambarkan dalam skema berikut:
11. 8KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Secara normatif, wilayah yang memiliki potensi tinggi diharapkan akan memiliki
sistem produksi yang tinggi dan mencatat nilai PDRB yang tinggi serta tingkat
kemiskinan yang rendah. Akan tetapi, terdapat kasus wilayah yang mampu mencatat nilai
PDRB tinggi walaupun sistem produksi dan potensi yang dimiliki rendah. Kondisi
tersebut mencerminkan adanya kemampuan wilayah untuk dapat tumbuh lebih cepat dari
wilayah lainnya. Lokasi-lokasi tumbuh cepat tersebut kemudian disebut sebagai pusat-
pusat pertumbuhan, yang dapat diidentifikasi melalui deviasi antara nilai PDRB dengan
nilai potensi maupun nilai sistem produksi wilayah tersebut.
Pusat-pusat pertumbuhan ataupun lokasi-lokasi tumbuh cepat tersebut dapat
mengakselerasi pertumbuhan kawasan yang ada di pinggiran (hinterland). Alokasi
pembangunan pada pusat-pusat pertumbuhan akan memicu peningkatan aktivitas
produksi di wilayah tersebut. Efek dari peningkatan aktivitas produksi di suatu pusat
pertumbuhan akan menyebar hingga ke wilayah pinggiran (hinterland) melalui perluasan
rantai distribusi yang menciptakan area pemasaran “baru” (Friedmann, 1972). Dalam
penciptaan spread effect tersebut, transportasi memiliki peran penting (Amos, 1990), di
samping kualitas dan kapabilitas sumber daya manusia (Hansent, 1975).
Kawasan yang terpengaruh oleh spread effect atau diperkirakan terpicu
perkembangannya oleh pusat-pusat pertumbuhan, baik karena adanya potensi di kawasan
tersebut ataupun karena kedekatannya dengan pusat pertumbuhan disebut sebagai
kawasan strategis tumbuh cepat. Berdasarkan UU 26/2007 tentang Penataan Ruang,
kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang
berpengaruh besar terhadap (1) tata ruang wilayah di sekitarnya, (2) kegiatan lain di
bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya, dan (3) peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu, penentuan kawasan strategis dapat dilihat dari sudut
kepentingan (1) pertahanan dan keamanan, (2) pertumbuhan ekonomi, (3) sosial budaya,
(4) pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, (5) fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup.
Potensi
SDA dan Non-SDA
Sistem Produksi
Produksi, Transaksi,
dan Transformasi
Hasil
PDRB, KK Miskin
Gambar 2.1 Kerangka Teori Pusat Pertumbuhan
12. 9KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2009-2029, kawasan strategis didefinisikan sebagai wilayah di dalam kewenangan DIY
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup DIY terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Lebih lanjut,
penentuan kawasan strategis lebih bersifat indikatif dan batasan fisik dari kawasan
strategis akan ditetapkan lebih lanjut dalam rencana tata ruang kawasan strategis.
2.2 Indikator Pengukur Perkembangan Wilayah dan Pusat Pertumbuhan
Indikator atau benchmark merupakan suatu standar atau titik rujukan yang dapat
diukur. Dalam konteks perkembangan wilayah, identifikasi pusat-pusat pertumbuhan
dapat dilakukan melalui formulasi indikator-indikator yang mencerminkan adanya suatu
kegiatan ataupun variabel pertumbuhan (Özaslan, dkk., 2006). Variabel pertumbuhan
umumnya tercermin pada tingginya sifat kekotaan yang ditandai dengan tingginya
konsumsi barang dan jasa (Manyanhaire, 2011), di samping adanya konsentrasi sumber
daya pada wilayah tersebut.
Berdasarkan kerangka teori (lihat Gambar 2.1.), terdapat 3 aspek utama dalam
identifikasi pusat-pusat pertumbuhan, yaitu potensi, sistem produksi, dan nilai produksi.
Pada skala makro, nilai produksi mencerminkan performa wilayah yang dapat diukur
melalui nilai PDRB atau pendapatan domestik regional bruto (Capannelli, dkk., 2009).
Secara lebih detil, Russ dan Jones (2008) menyebutkan beberapa variabel yang
mempengaruhi performa wilayah, meliputi variabel budaya, infrastruktur, intervensi
pemerintah melalui alokasi proyek-proyek pembangunan, pendidikan, diversifikasi
sosial, sumber daya alam, sumber daya manusia, pendanaan, dan akses terhadap jalur
distribusi/pemasaran produk.
Variabel-variabel tersebut merupakan faktor pembentuk potensi ataupun sistem
produksi wilayah. Potensi dianalogikan sebagai bentuk bahan mentah yang belum diolah
sementara sistem produksi wilayah dianalogikan sebagai kegiatan ekonomi yang
dilakukan untuk mengolah bahan mentah tersebut. Dengan analogi tersebut, maka potensi
terbentuk dari variabel (1) SDA, (2) SDM dan Institusi Sosial - Ekonomi, (3) ketersediaan
infrastruktur, dan (4) Pendanaan. Sementara sistem produksi terbentuk dari variabel (1)
produksi, (2) transaksi, dan (3) transformasi. Pemanfaatan potensi dan pengelolaan sistem
13. 10KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
produksi menghasilkan nilai produksi sebagai variabel hasil dengan PDRB dan KK
Miskin sebagai indikator.
Variabel potensi SDA secara lebih detil dapat diukur melalui indikator ketersediaan
dan cadangan air, potensi perikanan budidaya, potensi pertanian, potensi kehutanan,
potensi peternakan, wisata, rawan bencana, dan kesesuaian lahan untuk permukiman.
Potensi rawan bencana dianggap menjadi indikator yang bersifat sebagai penghambat
(constraint) perkembangan wilayah.
Variabel potensi SDM dan Institusi Sosial Ekonomi diukur melalui tingkat
pendidikan penduduk tamatan SMA ke atas, tingkat partisipasi masyarakat dalam
kelompok tani, jumlah pusat pelatihan pertanian dan desa swadaya, serta jumlah
penduduk usia kerja. Tingkat pendidikan mencerminkan kualitas sumber daya manusia
di suatu wilayah. Tingkat partisipasi masyarakat dalam kelompok tani mencerminkan
jumlah kelompok tani dan jumlah anggotanya. Jumlah pusat pelatihan pertanian dan desa
swadaya mencerminakan jumlah lembaga pelatihan masyarakat. Sementara penduduk
usia kerja mencerminkan jumlah penduduk usia produktif dari usia 15 taun hingga 64
tahun di tiap desa.
Variabel ketersediaan infrastruktur menjadi bagian salah satu pembentuk potensi
sumber daya wilayah. Ketersediaan infrastruktur diukur melalui kerapatan sarana
pendidikan (SMA/MA/SMK serta Perguruan Tinggi), kerapatan sarana kesehatan
(poliklinik dan puskesmas serta rumah sakit), kerapatan jalan (lokal, kolektor, arteri),
banyaknya pelanggan listrik, serta persentase KK pengguna air PDAM. Sarana
pendidikan dan kesehatan terkait dengan pembentukan kualitas sumber daya manusia.
Kerapatan jalan, banyaknya pelanggan listrik, serta pengguna PDAM terkait dengan
kesediaan infrastruktur dasar yang menunjang perekonomian. Sementara itu variabel
pendanaan diukur dari indikator alokasi dana desa (ADD).
Pada aspek sistem produksi, variabel produksi diukur dari jumlah UMKM, jumlah
industry menengah, jumlah penduduk angkatan kerja, serta jumlah usaha dan jasa
pariwisata. Argumen penggunaan indikator tersebut adalah jumlah UMKM dan Industri
menegah merepresentasikan besaran produk yang dihasilkan suatu wilayah, angkatan
kerja merepresentasikan penduduk usia kerja (15 hingga 64 tahun) yang bekerja, atau
punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran. Kemudian jumlah
jasa pariwisata merepresentasikan besaran kegiatan wisata pada suatu wilayah tertentu.
14. 11KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Variabel transaksi diukur dari kerapatan sarana perdagangan dan niaga berupa pasar,
pertokoan, mall, dan bank. Variabel transformasi diukur dari rasio tenaga kerja pada
sektor non primer terhadap sektor primer. Secara lebih lengkap, variabel dan indikator
yang digunakan pada kajian ini dideskripsikan pada bab 3.
2.3 Tinjauan Kebijakan Tata Ruang Wilayah
Tinjauan kebijakan dalam kajian ini dilakukan terhadap rencana terkait di
Kabupaten Sleman. Tinjauan didasarkan pada Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DIY, serta Peraturan Daerah
Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sleman. Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut, rencana pengembangan
dan/atau pembangunan di Kabupaten Sleman dirinci per kecamatan dapat dilihat pada
tabel berikut.
Kecamatan Rencana Pengembangan dan/atau Pembangunan
Berbah - Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
- Pembangunan jembatan timbang
- Pengembangan jalur kereta api Jakarta-Yogyakarta-Surabaya
- Pengembangan tempat pengelolaan sampah terpadu
- Pembangunan jalur evakuasi bencana banjir lahar dingin
- Pembangunan RTH Perkotaan seluas 122 Ha
- Pengembangan pertanian tanaman pangan jagung, kedelai, kacang tanah,
umbi – umbian
- Pengembangan pertanian hortikultura jambu air, mete, tebu
- Pengembangan komoditas ternak kambing Peranakan Etawa, domba,
- Pengembangan kawasan perikanan dengan konsep minapolitan
- Pembangunan industri menengah
- Pengembangan wisata budaya Candi Abang
Cangkringan - Pemindahan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) kawasan perkotaan
- Pembangunan jalur evakuasi bencana letusan gunung merapi
- Pembangunan jalur evakuasi bencana banjir lahar dingin
- Pengembangan ruang evakuasi bencana berupa hunian sementara
(huntara) dan hunian tetap (huntap)
- Pembangunan kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
- Pengembangan kawasan pertanian hortikultura durian, alpukat, nangka,
sayur – sayuran, jamur, dan tanaman hias
Tabel 2.2 Rencana Pengembangan dan/atau Pembangunan di
Kabupaten Sleman
15. 12KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Kecamatan Rencana Pengembangan dan/atau Pembangunan
- Pengembangan kawasan perkebunan kopi, cengkeh, coklat
- Pengembangan komoditas ternak sapi perah, ayam ras,
- Pengembangan kawasan agropolitan
- Pengembangan kawasan strategis nasional Taman Nasional Gunung
Merapi
Depok - Pengembangan terminal penumpang tipe C
- Pengembangan jalur kereta api Jakarta-Yogyakarta-Surabaya
- Pembangunan stasiun Maguwo
- Pembangunan jaringan pipa minyak
- Pembangunan jaringan transmisi tenaga listrik
- Pembangunan gardu induk Gejayan
- Pengembangan tempat pengelolaan sampah terpadu
- Pembangunan jalur evakuasi bencana banjir lahar dingin
- Pembangunan RTH Perkotaan seluas 1.067 Ha
- Pengembangan komoditas ternak kambing Peranakan Etawa, domba
- Pengembangan wisata perkotaan (pendidikan, belanja, ilmu
pengetahuan)
Gamping - Pengembangan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di kawasan perkotaan
(Desa Ambarketawang, Banyuraden, Nogotirto, Trihango)
- Pengembangan terminal penumpang tipe C
- Pengembangan jalur kereta api Jakarta-Yogyakarta-Surabaya
- Pembangunan stasiun Patukan
- Pembangunan jaringan pipa minyak bawah tanah
- Pembangunan saluran udara tegangan tinggi (SUTET)
- Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya
- Pengembangan tempat pengelolaan sampah terpadu
- Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
- Pembangunan jalur evakuasi bencana longsor
- Pembangunan RTH Perkotaan seluas 582 Ha
- Pengembangan wisata budaya situs Kraton Ambarketawang
- Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan kacang tanah
- Pengembangan kawasan perkebunan mete, tebu
- Pengembangan industri menengah
Godean - Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Desa Sidoarum
- Pengembangan terminal penumpang tipe C
- Pengembangan jalur kereta api Jakarta-Yogyakarta-Surabaya
- Pembangunan saluran udara tegangan tinggi (SUTET)
- Pembangunan gardu induk Godean
- Pembangunan RTH Perkotaan seluas 163 Ha
- Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan jagung, kacang
tanah, umbi – umbian,
16. 13KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Kecamatan Rencana Pengembangan dan/atau Pembangunan
- Pengembangan kawasan perkebunan tembakau, tebu, coklat,
- Pengembangan komoditas ternak kerbau, domba, ayam ras,
- Pengembangan kawasan industri kecil dan mikro
- Pengembangan kawasan strategis kabupaten berupa kawasan pertanian
tanaman pangan beririgasi selokan mataram
Kalasan - Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
- Pembangunan jalan bebas hambatan Yogyakarta – Surakarta
- Pengembangan terminal barang
- Pembangunan jembatan timbang
- Pengembangan jalur kereta api Jakarta-Yogyakarta-Surabaya
- Pembangunan stasiun Kalasan
- Pembangunan jaringan pipa minyak bawah tanah
- Pembangunan jalur evakuasi bencana banjir lahar dingin
- Pengembangan kawasan cagar budaya peninggalan arkeologis
- Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan jagung, kacang tanah
- Pengembangan kawasan hortikultura sayur – sayuran,
- Pengembangan kawasan perkebunan tembakau, mete, tebu, coklat,
- Pengembangan komoditas ternak kambing peranakan Etawa, ayam ras
- Pengembangan kawasan industri menengah
- Pengembangan kawasan wisata budaya Candi Kalasan, Sambisari, dan
Sari.
Minggir - Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
- Pengembangan terminal penumpang tipe C
- Pengembangan sumber energi pembangkit listrik tenaga Mikro Hidro
- Pengembangan kawasan hortikultura durian, nangka
- Pengembangan kawasan perkebunan tebu, mendong
- Pengembangan komoditas ternak kerbau, kambing, domba, itik
- Pengembangan kawasan industri kecil dan mikro
- Pengembangan kawasan strategis kabupaten berupa kawasan pertanian
tanaman pangan beririgasi selokan mataram
Mlati - Pengembangan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di kawasan perkotaan
(Desa Sendangadi, Sinduadi)
- Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di perkotaan kecamatan
- Pengembangan terminal penumpang tipe B
- Pengembangan jalur kereta api Parangtritis – Yogyakarta – Borobudur
- Pembangunan stasiun Sendangadi
- Pembangunan saluran udara tegangan tinggi (SUTET)
- Pengembangan sumber energi pembangkit listrik tenaga Mikro Hidro
- Pengembangan tempat pengelolaan sampah terpadu
- Pembangunan jalur evakuasi bencana banjir lahar dingin
17. 14KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Kecamatan Rencana Pengembangan dan/atau Pembangunan
- Pembangunan RTH Perkotaan di PKN seluas 382 Ha dan PPK seluas 182
Ha
- Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan jagung, kacang tanah
- Pengembangan kawasan hortikultura duku, sayur – sayuran
- Pengembangan kawasan perkebunan tebu
- Pengembangan komoditas ternak kambing peranakan Etawa
- Pengembangan kawasan industri kecil dan mikro
- Pengembangan wisata perkotaan (pendidikan, belanja, ilmu
pengetahuan)
Moyudan - Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
- Pengembangan jalur kereta api Jakarta-Yogyakarta-Surabaya
- Pembangunan RTH Perkotaan di seluas 235 Ha
- Pengembangan kawasan hortikultura durian
- Pengembangan kawasan perkebunan tebu
- Pengembangan komoditas ternak kerbau, itik
- Pengembangan kawasan industri kecil dan mikro
- Pengembangan kawasan strategis kabupaten berupa kawasan pertanian
tanaman pangan beririgasi selokan mataram
Ngaglik - Pengembangan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di kawasan perkotaan
(Desa Sariharjo, Sinduharjo, Minomartani)
- Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
- Pembangunan jalan bebas hambatan Yogyakarta – Bawen
- Pembangunan saluran udara tegangan tinggi (SUTET)
- Pembangunan gardu induk Kentungan
- Pengembangan tempat pengelolaan sampah terpadu
- Pembangunan jalur evakuasi bencana banjir lahar dingin
- Pembangunan RTH Perkotaan di PKN seluas 435 Ha dan PPK seluas 144
Ha
- Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan jagung, kacang tanah,
umbi – umbian
- Pengembangan kawasan hortikultura sayur – sayuran, bio farmako
- Pengembangan kawasan perkebunan tembakau
- Pengembangan komoditas ternak sapi perah, kambing peranakan Etawa,
kelinci
- Pengembangan wisata perkotaan (pendidikan, belanja, ilmu
pengetahuan)
Ngemplak - Pengembangan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di kawasan perkotaan
(Desa Wedomartani)
- Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
- Pembangunan jalan bebas hambatan Yogyakarta – Bawen
- Pembangunan jalan bebas hambatan Yogyakarta – Surakarta
18. 15KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Kecamatan Rencana Pengembangan dan/atau Pembangunan
- Pembangunan saluran udara tegangan tinggi (SUTET)
- Pengembangan tempat pengelolaan sampah terpadu
- Pengembangan ruang evakuasi bencana berupa hunian sementara
(huntara) dan hunian tetap (huntap)
- Pembangunan RTH Perkotaan di PKN seluas 373 Ha dan PPK seluas 182
Ha
- Pengembangan kawasan cagar budaya peninggalan arkeologis
- Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan jagung, kacang tanah,
umbi – umbian
- Pengembangan kawasan hortikultura durian, alpukat, nangka, sayur –
sayuran
- Pengembangan kawasan perkebunan tembakau, tebu
- Pengembangan komoditas ternak sapi perah, kambing peranakan Etawa,
domba, kelinci
- Pengembangan kawasan perikanan dengan konsep minapolitan
- Pengembangan kawasan industri kecil dan mikro
- Pengembangan kawasan wisata budaya Candi Gebang
Pakem - Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
- Pembangunan jalan bebas hambatan Yogyakarta – Bawen
- Pengembangan terminal penumpang tipe C
- Pengembangan sumber energi pembangkit listrik tenaga Mikro Hidro
- Pengembangan ruang evakuasi bencana berupa hunian sementara
(huntara) dan hunian tetap (huntap)
- Pembangunan RTH Perkotaan seluas 127 Ha
- Pembangunan kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
- Pengembangan kawasan hortikultura salak, alpukat, sayur – sayuran,
jamur, bio farmako, tanaman hias
- Pengembangan kawasan perkebunan kopi, cengkeh, tebu, coklat
- Pengembangan komoditas ternak sapi perah, kambing, kelinci, ayam ras
- Pengembangan kawasan agropolitan
Prambanan - Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
- Pengembangan terminal penumpang tipe C
- Pengembangan jalur kereta api Jakarta-Yogyakarta-Surabaya
- Pembangunan jaringan pipa minyak bawah tanah
- Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya
- Pengembangan tempat pengelolaan sampah terpadu
- Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
- Pembangunan RTH Perkotaan seluas 79 Ha
- Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan jagung, kedelai,
kacang tanah, umbi – umbian
19. 16KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Kecamatan Rencana Pengembangan dan/atau Pembangunan
- Pengembangan kawasan hortikultura jambu air, sayur – sayuran, bio
farmako
- Pengembangan kawasan perkebunan tembakau, mete, tebu
- Pengembangan komoditas ternak domba, itik
- Pengembangan kawasan wisata budaya Komplek Candi Prambanan,
Komplek Candi Ratu Boko, Candi Barong, Candi Banyunibo, dan Candi
Ijo
Seyegan - Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
- Pembangunan RTH Perkotaan seluas 165 Ha
- Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan jagung, kacang tanah,
umbi – umbian
- Pengembangan kawasan hortikultura durian, nangka, duku, sayur –
sayuran
- Pengembangan kawasan perkebunan tembakau, coklat
- Pengembangan komoditas ternak kerbau, kambing, domba, kelinci, itik
- Pengembangan kawasan industri kecil dan mikro
- Pengembangan kawasan strategis kabupaten berupa kawasan pertanian
tanaman pangan beririgasi selokan mataram
Sleman - Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
- Pengembangan jalur kereta api Parangtritis – Yogyakarta – Borobudur
- Pembangunan stasiun Tridadi
- Pembangunan saluran udara tegangan tinggi (SUTET)
- Pembanguna gardu induk Medari
- Pengembangan tempat pengelolaan sampah terpadu
- Pembangunan RTH Perkotaan seluas 1.253 Ha
- Pengembangan kawasan cagar budaya peninggalan arkeologis
- Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan jagung, kacang tanah,
umbi – umbian
- Pengembangan kawasan hortikultura sayur – sayuran, jamur,
- Pengembangan kawasan perkebunan tembakau
- Pengembangan komoditas ternak sapi perah
Tempel - Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
- Pembangunan jalan bebas hambatan Yogyakarta – Bawen
- Pengembangan terminal penumpang tipe C
- Pengembangan terminal barang
- Pengembangan jalur kereta api Parangtritis – Yogyakarta – Borobudur
- Pembangunan saluran udara tegangan tinggi (SUTET)
- Pengembangan sumber energi pembangkit listrik tenaga Mikro Hidro
- Pembangunan jalur evakuasi bencana letusan gunung merapi
- Pembangunan jalur evakuasi bencana banjir lahar dingin
20. 17KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Kecamatan Rencana Pengembangan dan/atau Pembangunan
- Pengembangan ruang evakuasi bencana berupa hunian sementara
(huntara) dan hunian tetap (huntap)
- Pembangunan RTH Perkotaan seluas 192 Ha
- Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan kacang tanah, umbi –
umbian
- Pengembangan kawasan hortikultura salak, sayur – sayuran, jamur
- Pengembangan kawasan perkebunan tembakau, tebu
- Pengembangan komoditas ternak sapi perah, kerbau, domba, kelinci,
ayam ras
- Pengembangan kawasan agropolitan
- Pengembangan kawasan strategis kabupaten berupa kawasan pertanian
tanaman pangan beririgasi selokan mataram
Turi - Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
- Pembangunan jalan bebas hambatan Yogyakarta – Bawen
- Pembangunan saluran udara tegangan tinggi (SUTET)
- Pengembangan sumber energi pembangkit listrik tenaga Mikro Hidro
- Pembangunan jalur evakuasi bencana letusan gunung merapi
- Pembangunan jalur evakuasi bencana banjir lahar dingin
- Pengembangan ruang evakuasi bencana berupa hunian sementara
(huntara) dan hunian tetap (huntap)
- Pembangunan RTH Perkotaan seluas 179 Ha
- Pembangunan kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
- Pengembangan kawasan hortikultura salak, alpukat
- Pengembangan kawasan perkebunan kopi, coklat
- Pengembangan komoditas ternak sapi perah, kerbau, kambing, kelinci,
ayam ras
- Pengembangan kawasan agropolitan
Sumber : RTRW DIY 2010, RTRW Sleman 2012
21. 18KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tahapan Pelaksanaan
Penyusunan Kajian Perencanaan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten
Sleman dilakukan melalui beberapa tahap pelaksanaan. Pada tahap awal dilakukan studi
terhadap teori dan konsep serta metode pengukuran pertumbuhan dan perkembangan
wilayah. Tahap ini menghasilkan kerangka teori mengenai hubungan antara potensi,
sistem produksi, dan nilai/hasil produksi wilayah sebagai representasi dari pusat
pertumbuhan wilayah. Kerangka teori tersebut menghasilkan arahan indikator yang
dijabarkan secara lebih detil pada bab 4.
Tahap kedua berupa penghimpunan data-data pendukung sesuai dengan variabel
dan indikator yang diturunkan dari teori dan konsep tentang pertumbuhan wilayah. Data
dan informasi yang diperoleh kemudian dianalisis baik secara kuantitatif, kualitatif,
maupun spasial dengan tingkat kedetilan pada skala kecamatan dan desa. Analisis
tersebut menghasilkan variasi potensi, variasi sistem produksi, dan variasi nilai/hasil
produksi wilayah yang kemudian dijabarkan melalui narasi deskriptif maupun pemetaan
spasial. Dengan menggunakan kerangka teori terkait dengan hubungan antara potensi,
sistem produksi, dan nilai/hasil produksi, maka pusat-pusat pertumbuhan yang terbentuk
saat ini dapat diidentifikasi.
Hasil dari identifikasi tersebut kemudian ditelaah secara mendalam sebagai dasar
dalam merumuskan rencana pengembangan. Secara lebih rinci, tahapan pelaksanaan
tersebut dapat digambarkan melalui gambar berikut:
22. 19KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
3.2 Unit Amatan dan Unit Analisis
3.2.1 Unit Amatan
Kajian ini dilakukan di 86 desa di 17 kecamatan Kabupaten Sleman. Berikut
adalah rincian nama setiap desa.
Kecamatan Desa Kecamatan Desa
Berbah
Tegaltirto
Ngaglik
Sukoharjo
Sendangtirto Sinduharjo
Kalitirto Sariharjo
Jogotirto Sardonoharjo
Cangkringan
Wukirsari Minomartani
Umbulharjo Donoharjo
Kepuhharjo
Ngemplak
Widodomartani
Glagahharjo Wedomartani
Argomulyo Umbulmartani
Telaah teori dan konsep pusat
pertumbuhan dan perkembangan wilayah Telaah kebijakan tata ruang
Indikator pertumbuhan dan
perkembangan wilayah
Konstelasi tata ruang
Data dan informasi
Analisis kuantitatif dan spasial
Identifikasi pusat pertumbuhan eksisting
dan potensial
Perumusan Rekomendasi
Variasi potensi
Variasi sistem produksi
Nilai/Hasil Produksi
Tabel 3.1 Daftar nama tiap Desa di Kabupaten Sleman
Gambar 3.1. Skema Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Sumber: Analisis Penulis, 2016
23. 20KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Kecamatan Desa Kecamatan Desa
Depok
Maguwoharjo Sindumartani
Condongcatur Bimomartani
Caturtunggal
Pakem
Purwobinangun
Gamping
Trihanggo Pakembinangun
Nogotirto Harjobinangun
Banyuraden Hargobinangun
Balecatur Candibinangun
Ambarketawang
Prambanan
Wukirharjo
Godean
Sidorejo Sumberharjo
Sidomulyo Sambirejo
Sidomoyo Madurejo
Sidoluhur Gayamharjo
Sidokarto Bokoharjo
Sidoarum
Seyegan
Margomulyo
Sidoagung Margoluwih
Kalasan
Tirtomartani Margokaton
Tamanmartani Margodadi
Selomartani Margoagung
Purwomartani
Sleman
Triharjo
Minggir
Sendangsari Tridadi
Sendangagung Trimulyo
Sendangrejo Pandowoharjo
Sendangmulyo Caturharjo
Sendangarum
Tempel
Tambakrejo
Mlati
Tlogoadi Sumberrejo
Tirtoadi Pondokrejo
Sumberadi Mororejo
Sinduadi Merdikorejo
Sendangadi Margorejo
Moyudan
Sumbersari Lumbungrejo
Sumberrahayu Banyurejo
Sumberarum
Turi
Wonokerto
Sumberagung Girikerto
Donokerto
Bangunkerto
3.2.2 Unit Analisis
Unit analisis pada kajian ini adalah 86 desa yang sudah didelineasi
sebelumnya. Sesuai dengan kerangka teori yang menitikberatkan pada potensi
Sumber : 17 Dokumen Kecamatan Dalam Angka 2016
24. 21KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
sumber daya wilayah, sistem produksi, dan nilai/hasil produksi, maka pengumpulan
data pada unit analisis dilakukan untuk memenuhi indikator-indikator sebagai
berikut:
Komponen Variabel Indikator
Variasi Potensi
Sumber Daya
Wilayah
SDA
Cadangan Air
Perikanan budidaya
Pertanian
Kehutanan
Peternakan
Wisata
Rawan Bencana
Kesesuaian lahan permukiman
SDM
Tingkat pendidikan penduduk SMA ke atas
Partisipasi masyarakat dalam kelompok tani
Jumlah pusat pelatihan pertanian dan desa swadaya
Jumlah penduduk usia produktif
Infrastruktur
Jalan
Kerapatan sarana SMA/SMK/MA
Kerapatan sarana Perguruan Tinggi
Kerapatan sarana Poliklinik dan Puskesmas
Kerapatan sarana Rumah Sakit
Banyaknya Pelanggan Listrik
Persentase KK Pengguna Air PDAM
Dana Jumlah Alokasi Dana Desa
Variasi Sistem
Produksi
Wilayah
Produksi
Jumlah UMKM
Jumlah Industri Besar Menengah
Jumlah Penduduk Angkatan Kerja
Jumlah usaha dan jasa Pariwisata
Transaksi
Kerapatan sarana Pasar
Kerapatan sarana Pertokoan
Kerapatan sarana Mall
Kerapatan sarana Bank
Transformasi Rasio tenaga kerja non-primer terhadap primer
Kontribusi
PDRB
Hasil
PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto)
Jumlah KK Miskin
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait maupun
mengunduh data yang dirilis di internet oleh website resmi pemerintah ataupun lembaga
Tabel 3.2 Variabel dan Indikator
Sumber : Analisis Penulis
25. 22KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
terkait. Berikut merupakan data-data yang telah dikumpulkan dan digunakan dalam
kajian ini:
No. Jenis Data dan Informasi
1 Cadangan air stats dan dinamis
2
Produksi tanaman pangan (padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang
tanah, kacang hijau, ubi jalar, ubi kayu, talas, ganyong, irut)
3
Produksi sayuran (bawang daun, kubis, kembang kol, petsai/sawi, kacang
panjang, cabe besar, cabe rawit, jamur, tomat, terung, buncis, ketimun, labu siam,
kangkung, bayam)
4
Produksi buah (alpukat, belimbing, duku/langsat/kokosan, durian, jambu biji,
jambu air, jeruk siam/keprok, jeruk besar, manga, manggis, nagka, nanas, pisang,
rambutan, salak, sawo, markisa, sirsak, sukun, mlinjo, petai, jengkol, melon,
semangka
5
Produksi hasil hutan (jati/oak, mahoni/mahogany, S.Keling/Rosewoo, sengon,
lainnya)
6
Jumlah ternak (sapi potong, sapi perah, kerbau, domba, kambing, kambng PE,
kelinci, itik, ayam buras, babi)
7 Luas kawasan terdampak bencana
8 Luas Kesesuaian Lahan
9
Institusi Sosial-Ekonomi masyarakat (jumlah kelompok dan anggota tani
kehutanan, perkebunan, peternakan, budidaya ikan, jumlah pusat pelatihan
pertanian dan desa swadaya)
10 Luas desa
11 Jumlah sarana pendidikan (SMA/MA/SMK, perguruan tinggi)
12 Jumlah sarana kesehatan (poliklinik, puskesmas, rumah sakit)
13 Jumlah sarana perdagangan dan niaga (pasar, pertokoan, mall, bank)
14 Jumlah UMKM binaan
16 Nilai PDRB
17 Jumlah KK
18 Jumlah KK miskin
19
Jumlah penduduk (perdesa, perkecamatan, usia produktif, angkatan kerja,
bekerja di sektor primer, bekerja di sektor non primer)
20 Jumlah usaha pariwisata (obyek wisata, desa wisata, jasa wisata)
21 Jumlah potensi wisata (lanskap alam, cagar budaya)
22 Panjang jalan (jalan lokal, kolektor, arteri)
23 Jumlah KK pelanggan listrik
24 Jumlah KK pengguna air PDAM
25 Jumlah Alokasi Dana Desa
Tabel 3.3 Jenis Data yang Digunakan
Sumber : Kabupaten Sleman Dalam Angka, Kecamatan Dalam Angka,
Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman
26. 23KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
3.4 Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan menggunakan metode overlay dengan pemberian skor atau
bobot yang sesuai dengan kontribusi masing-masing indikator terhadap tingkat (variasi)
pertumbuhan. Agregat dari pembobotan indikator tersebut kemudian diklasifikasikan
dengan menggunakan statistik deskriptif. Identifikasi pusat-pusat pertumbuhan dilakukan
melalui analisis terhadap 3 aspek, yaitu (1) potensi sumber daya wilayah, (2) sistem
produksi wilayah, dan (3) nilai/hasil produksi wilayah. Deviasi atau selisih dari nilai
ketiga aspek tersebut digunakan sebagai basis dalam identifikasi pusat-pusat
pertumbuhan dengan proses perhitungan yang digambarkan pada skema berikut:
Kecamatan yang merupakan pusat pertumbuhan eksisting dinyatakan dengan indeks
pertumbuhan wilayah eksisting yaitu nilai deviasi yang tinggi antara nilai produksi
dengan sistem produksi. Sementara kecamatan yang berpotensi sebagai pusat
pertumbuhan di masa mendatang dinyatakan dengan indeks pertumbuhan wilayah
potensial yaitu nilai deviasi tinggi antara sistem produksi dengan potensi. Kedua nilai
deviasi dapat dianalisis terpisah secara mendalam. Selain itu jumlah kedua nilai deviasi
dapat digunakan untuk mengetahui daerah mana saja yang memiliki tingkat pertumbuhan
paling cepat.
3.4.1 Analisis Potensi Sumber Daya Wilayah
Analisis potensi sumber daya wilayah merupakan agregat dari indikator pembentuk
potensi wilayah yang meliputi potensi sumber daya alam (SDA) dan potensi non sumber
daya alam (meliputi sumber daya manusia (SDM), ketersediaan infrastruktur, dan
pendanaan). Dengan menggunakan metode AHP (analytical hierarchical process)
diperoleh bobot untuk aspek SDA yaitu 60% dan aspek Non SDA 40%.
Nilai dari masing-masing indikator dikelompokkan ke dalam 10 hirarki. Semakin
besar korelasi (positif) terhadap tingkat perkembangan wilayah, maka semakin tinggi
nilainya. Sebagai catatan, indikator “rawan bencana” memiliki korelasi negatif karena
bersifat menghambat pertumbuhan wilayah, sehingga makin tinggi tingkat rawan bencana
Potensi (x) Sistem Produksi (y) Nilai produksi (z)
deviasi deviasi
27. 24KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
suatu desa, makin rendah nilainya. Secara umum, proses analisis data untuk mendapatkan
variasi potensi sumber daya wilayah dapat dilihat pada gambar di bawah.
3.4.2 Analisis Variasi Sistem Produksi Wilayah
Analisis variasi sistem produksi dilakukan dengan mengacu pada konsep bahwa
sistem produksi meliputi kegiatan produksi, transaksi barang dan jasa, serta transformasi
ekonomi. Ketiga aspek kegiatan tersebut merupakan penurunan dari teori Solow-Swan
(1956) yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan wilayah sebagai fungsi dari
teknologi, sumber daya, dan tenaga kerja yang dinyatakan sebagai berikut:
Y = A x K x L
Pada konteks sistem produksi, elemen teknologi, sumberdaya, dan tenaga kerja
melebur pada kegiatan ekonomi yang meliputi produksi barang dan jasa, transaksi, serta
transformasi ekonomi. Hal ini dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut:
F(sistem produksi) = f(produksi + transaksi + transformasi)
Kegiatan produksi dapat diukur melalui jumlah UMKM, jumlah Industri Besar
Menengah (IBM), jumlah penduduk angkatan kerja, dan jumlah usaha dan jasa
pariwisata. Kegiatan transaksi diidentifikasi melalui kerapatan sarana ekonomi terhadap
Potensi SDA
1. Cadangan air
2. Perikanan budidaya
3. Pertanian
4. Kehutanan
5. Peternakan
6. Wisata
7. Rawan bencana
8. Kesesuaian lahan
permukiman
Potensi SDM
1. Tingkat
pendidikan
2. Partisipasi
masyarakat dalam
lembaga ekonomi
3. Penduduk usia
produktif
Infrastruktur
1. Jalan
2. Sarana pendidikan
3. Sarana kesehatan
4. Jumlah sambungan
listrik
5. Jumlah sambungan
air PDAM
60% 40%
Variasi Potensi Sumber Daya Wilayah (skala desa)
Pendanaan
(Alokasi
Dana Desa)
Gambar 3.2 Kerangka Analisis Potensi Sumber Daya Wilayah
Sumber: Analisis Penyusun, 2016
28. 25KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
luas desa meliputi pasar, toko, mall, dan bank. Sementara transformasi ekonomi dilihat
melalui terjadinya diversifikasi ekonomi yang diindikasikan dengan adanya perubahan
dominasi sektor ekonomi primer menjadi non primer. Hal ini dapat diukur melalui rasio
jumlah tenaga kerja di sektor non primer (industri dan pengolahan, gas air dan listrik,
konstruksi dan bangunan, perdagangan dan hotel, transportasi dan komunikasi, keuangan
dan persewaan, serta jasa lainnya) terhadap jumlah tenaga kerja di sektor primer
(pertanian, pertambangan dan penggalian).
Dari tiga aspek tersebut, aspek transformasi memiliki bobot yang paling tinggi dalam
sistem produksi wilayah dibanding aspek transaksi dan produksi karena melambangkan
diversifikasi ekonomi sebagai pusat pertumbuhan. Pembobotan dilakukan menggunakan
metode AHP (analytical hierarchical process) sehingga diperoleh bobot untuk aspek
transformasi yaitu 50%, sementara aspek transaksi memiliki bobot 20% dan aspek
produksi memiliki bobot 30%.
Data dan informasi pada masing-masing aspek (seperti data angkatan kerja pada
aspek produksi atau data kerapatan sarana ekonomi pada aspek transaksi) dikelompokkan
ke dalam 10 hirarki. Semakin besar korelasi (positif) terhadap tingkat perkembangan
wilayah, maka semakin tinggi nilainya. Sebagai contoh, nilai angkatan kerja memiliki
korelasi positif terhadap perkembangan wilayah, sehingga nilai angkatan kerja pada
quintile pertama (10% nilai angkatan kerja teratas) akan dimasukkan ke dalam kelas
“hirarki 10”, quintile kedua masuk pada kelas “hirarki 9”, quintile ketiga masuk pada
kelas “hirarki 8”, dan seterusnya. Secara umum, proses analisis data untuk mendapatkan
variasi perkembangan sistem produksi wilayah dapat dilihat pada gambar di bawah.
Produksi
1. UMKM
2. IMB
3. Angkatan Kerja
4. Jumlah usaha pariwisata
Transaksi
Sarana
perdagangan dan
niaga
Transformasi
Rasio jumlah tenaga
kerja sektor non
primer terhadap
sektor primer
30% 20% 50%
Variasi Sistem Produksi Wilayah (skala Kecamatan)
Gambar 3.3 Kerangka Analisis Variasi Sistem Produksi Wilayah
Sumber: Analisis Penyusun, 2016
29. 26KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
3.4.3 Analisis Nilai Produksi Wilayah
Analisis nilai/hasil produksi wilayah diperoleh melalui PDRB (Pendapatan
Domestik Regional Bruto) dan jumlah KK miskin. Kontribusi PDRB kecamatan terhadap
PDRB Provinsi DIY merupakan gambaran nilai produksi kecamatan dengan korelasi
yang positif sehingga makin tinggi kontribusi PDRB maka makin tinggi nilai produksi
wilayah tersebut. Sementara jumlah KK miskin sama seperti variabel rawan bencana
memiliki korelasi yang negative sehingga makin besar jumlah KK miskin maka makin
rendah nilai produksi wilayah tersebut. Nilai PDRB memiliki persentase bobot 60%
sedangkan jumlah KK miskin 40%.
3.4.4 Analisis Pusat Pertumbuhan dan Perkembangan Wilayah
Analisis pusat pertumbuhan dan perkembangan wilayah pada kajian ini dilakukan
dengan menggunakan dua metode. Metode pertama adalah melalui analisis spasial
berdasarkan bukti empiris. Hasil dari analisis spasial diverifikasi dengan metode yang
kedua, yaitu melalui metode matematis. Metode matematis, yaitu dengan menghitung
deviasi antara sistem produksi dan potensi sumber daya yang menghasilkan pusat-pusat
pertumbuhan potensial serta deviasi antara nilai/hasil produksi dengan sistem produksi
yang menghasilkan pusat – pusat pertumbuhan eksisting.
Kedua nilai deviasi kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan nilai kecepatan
pertumbuhan masing – masing daerah. Kemudian dibedakan daerah – daerah dengan nilai
kecepatan pertumbuhan tinggi. Daerah – daerah yang saling menempel disebut dengan
klaster sedangkan daerah yang terpisah sendiri disebut dengan embrio pusat
pertumbuhan. Kemudian dilihat kembali nilai setiap variabel dari masing – masing klaster
dan embrio. Variabel - variabel yang memiliki nilai tinggi akan menjadi dasar dalam
menyusun rencana pengembangan daerah.
30. 27KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
BAB IV
HASIL ANALISIS
4.1 Variasi Potensi Sumber Daya Wilayah
Potensi sumber daya wilayah meliputi potensi sumber daya alam (SDA), potensi sumber
daya manusia (SDM), ketersediaan infrastruktur, dan pendanaan. Sumber daya alam memiliki
bobot 60%, sumber daya manusia 15%, infrastruktur 15%, pendanaan 10%. Dari bobot
tersebut, dapat diartikan bahwa keberadaan sumber daya alam (SDA) memegang peran yang
sangat penting dalam menggerakkan pertumbuhan wilayah. Indikator yang digunakan untuk
menghitung masing-masing potensi tersebut adalah sebagai berikut:
4.1.1 Potensi Sumber Daya Alam (SDA)
Potensi sumber daya alam (SDA) mencakup ketersediaan sumber daya air, perikanan,
pertanian, kehutanan, peternakan, dan wisata. Selain itu, terdapat 2 (dua) indikator lain yang
berkaitan dengan daya dukung dan daya tampung pemanfaatan sumber daya alam (SDA), yaitu
kerawanan bencana dan kesesuaian lahan. Berikut merupakan pembobotan dari masing-masing
indikator:
1. Air (bobot 7%)
2. Perikanan (bobot 8%)
3. Pertanian (bobot 8%), terbagi menjadi:
a. Tanaman pangan (bobot 3%)
b. Sayuran (bobot 2%)
c. Buah-buahan (bobot 3%)
4. Kehutanan (bobot 8%), terbagi menjadi:
a. Bambu (bobot 3%)
b. Kayu (bobot 5%)
5. Peternakan (bobot 8%)
6. Wisata (bobot 7%), terbagi menjadi:
a. Lanskap alam (bobot 3%)
b. Cagar budaya (bobot 4%)
7. Kerawanan bencana alam (bobot 7%)
8. Kesesuaian lahan (bobot 7%)
31. 28KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Data-data indikator diperoleh dari Dinas SDAEM, Dinas Pertanian Perikanan dan
Kehutanan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, dan
dari dokumen Kabupaten Sleman Dalam Angka Tahun 2016. Untuk lebih jelasnya data setiap
indikator di tiap desa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Kecamatan Desa
Cadangan air
Perikanan
Budidaya
(kg/m2)
Pertanian
Air Statis
(m3)
Air
Dinamis
(lt/dtk)
Tanaman
Pangan
(ton)
Sayuran
(ton)
Buah-
Buahan
(ton)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Berbah
Tegaltirto 210.637.890 3.755,42 7,447 5.513,70 278,237 1.492,723
Sendangtirto 210.637.890 3.755,42 3,322 5.031,74 253,916 1.362,241
Kalitirto 210.637.890 3.804,42 3,634 5.986,03 302,072 1.620,597
Jogotirto 210.637.890 3.780,42 3,990 5.629,38 284,074 1.524,039
Cangkringan
Wukirsari 598.930.596 8.835,70 3,291 6.020,60 6.386,892 5.341,874
Umbulharjo 598.930.596 9.074,70 1,555 3.415,53 3.623,333 3.030,486
Kepuhharjo 598.930.596 8.849,70 2,296 3.618,15 3.838,276 3.210,261
Glagahharjo 598.930.596 8.809,70 1,000 3.287,35 3.487,348 2.916,751
Argomulyo 598.930.596 8.823,20 4,897 3.502,37 3.715,451 3.107,532
Depok
Maguwoharjo 423.317.215 8.001,61 5,072 3.839,27 247,296 916,053
Condongcatur 423.917.215 7.946,61 3,687 2.429,92 156,516 579,781
Caturtunggal 423.347.215 7.946,61 6,214 2.823,82 181,888 673,766
Gamping
Trihanggo 201.818.461 1.349,71 2,498 4.181,86 257,137 1.138,962
Nogotirto 201.838.461 1.372,71 3,598 2.596,92 159,681 707,291
Banyuraden 201.848.461 1.356,71 2,776 2.976,41 183,015 810,649
Balecatur 201.826.461 1.349,71 2,982 7.336,85 451,133 1.998,250
Ambarketawang 201.818.461 1.349,71 2,903 4.672,96 287,334 1.272,719
Godean
Sidorejo 200.599.214 1.338,46 2,576 4.681,06 26,268 821,091
Sidomulyo 200.629.214 1.364,46 2,238 2.151,22 12,072 377,340
Sidomoyo 200.599.214 1.334,46 3,176 2.598,67 14,582 455,826
Sidoluhur 200.599.214 1.358,46 2,961 4.465,93 25,061 783,357
Sidokarto 200.599.214 1.354,46 4,509 3.132,18 17,576 549,406
Sidoarum 200.599.214 1.340,46 3,331 3.209,62 18,011 562,991
Sidoagung 200.599.214 1.392,46 2,735 2.856,82 16,031 501,107
Kalasan
Tirtomartani 457.870.115 21.048,72 3,095 5.548,75 320,739 1.941,853
Tamanmartani 457.870.115 21.098,72 2,368 5.379,27 310,943 1.882,540
Selomartani 457.870.115 21.048,72 4,663 6.602,50 381,650 2.310,625
Purwomartani 457.870.115 21.048,72 3,970 8.879,48 513,268 3.107,481
Minggir
Sendangsari 196.130.436 11.507,19 2,108 3.886,03 102,668 1.389,938
Sendangagung 196.130.436 11.512,69 1,942 5.566,02 147,053 1.990,828
Sendangrejo 196.130.436 11.501,19 4,031 5.073,90 134,051 1.814,810
Sendangmulyo 196.130.436 11.499,69 2,062 5.684,80 150,191 2.033,315
Sendangarum 196.130.436 11.496,69 1,553 2.927,25 77,337 1.047,006
Tabel 4.1 Indikator-Indikator dari Variabel Potensi Sumber Daya Alam
37. 34KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Kecamatan Desa Kerawanan Bencana (%) Kesesuaian Lahan
Bimomartani 0,289 10,000
Pakem
Purwobinangun 0,602 9,056
Pakembinangun 0,227 10,000
Harjobinangun 0,009 10,000
Hargobinangun 0,876 5,860
Candibinangun 0,282 10,000
Prambanan
Wukirharjo 1,000 7,531
Sumberharjo 0,903 9,468
Sambirejo 1,000 6,811
Madurejo 0,711 9,650
Gayamharjo 1,000 7,531
Bokoharjo 0,440 9,480
Seyegan
Margomulyo 0,057 10,000
Margoluwih 0,143 9,910
Margokaton 0,000 9,734
Margodadi 0,056 9,517
Margoagung 0,001 10,000
Sleman
Triharjo 0,000 10,000
Tridadi 0,000 10,000
Trimulyo 0,000 10,000
Pandowoharjo 0,001 10,000
Caturharjo 0,009 10,000
Tempel
Tambakrejo 0,013 10,000
Sumberrejo 0,106 10,000
Pondokrejo 0,027 10,000
Mororejo 0,125 10,000
Merdikorejo 0,163 10,000
Margorejo 0,000 10,000
Lumbungrejo 0,077 10,000
Banyurejo 0,056 10,000
Turi
Wonokerto 0,513 9,437
Girikerto 0,658 9,029
Donokerto 0,004 10,000
Bangunkerto 0,000 10,000
Data indikator di atas merupakan data nominal yang memiliki nilai yang berbeda-beda,
maka untuk memudahkan analisis semua nilai indikator diubah menjadi data ordinal dengan
cara diklasifikasikan ke dalam 10 kelas. Kelas 1 adalah kelas dengan nilai terendah, sedangkan
kelas 10 adalah kelas dengan nilai tertinggi. Data hasil klasifikasi kemudian diolah ke dalam
bentuk peta-peta indikator potensi sumber daya alam (SDA). Berikut adalah petanya.
Sumber : Olah Data, 2016
38. 35KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa desa-desa dengan potensi air tiga tertinggi
yaitu:
Kecamatan Ngemplak (Desa Womartani, Umbulmartani, Sindumartani, Bimomartani,
dan Widodomartani) = Skala 10
Kecamatan Cangkringan (Desa Wukirsari, Glagahharjo, Kepuhharjo, Umbulharjo, dan
Agromulyo), Kecamatan Kalasan (Desa Tirtomartani, Selomartani, Purwomartani,
Tamanmartani), Kecamatan Pakem (Desa Hargobinangun, Purwobinangun,
Candibinangun, Harjobinangun, dan Pakembinangun), Kecamatan Ngaglik (Desa
Donoharjo, Sinduharjo, Minomartani, Sukoharjo, Sardonoharjo, dan Sariharjo) = Skala
6
Kecamatan Depok (Desa Caturtunggal, Maguwoharjo, dan Condongcatur), Kecamatan
Turi (Desa Girikerto, Wonokerto, Bangunkerto, dan Donokerto), Kecamatan Sleman
(desa Caturharjo, Pandowoharjo, Tridadi, Trimulyo, dan Triharjo) = Skala 4
Gambar 4.1 Peta Potensi Air Setiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis
39. 36KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa desa-desa dengan potensi perikanan tiga
tertinggi yaitu:
Kecamatan Seyegan (Desa Margokaton) = Skala 10
Kecamatan Berbah (Desa Tegaltirto) = Skala 7
Kecamatan Depok (Desa Caturtunggal), Kecamatan Ngemplak (Desa
Widodomartani) = Skala 6
Gambar 4.2 Peta Potensi Perikanan Setiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
40. 37KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa desa-desa dengan potensi pertanian
tanaman pangan tiga tertinggi yaitu:
Kecamatan Ngemplak (Desa Wedomartani) = Skala 10
Kecamatan Pakem (Desa Hargobinangun), Kecamatan Kalasan (Desa Purwomartani)
= Skala 8
Kecamatan Prambanan (Desa Sumberharjo), Kecamatan Gamping (Desa Balecatur),
Kecamatan Pakem (Desa Purwobinangun) = Skala 6
Gambar 4.3 Peta Potensi Pertanian Tanaman Pangan Setiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
41. 38KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa desa-desa dengan potensi pertanian
sayuran tiga tertinggi yaitu:
Kecamatan Pakem (Desa Hargobinangun, Purwobinangun) = Skala 10
Kecamatan Cangkringan (Desa Wukirsari) = Skala 9
Kecamatan Moyudan (Desa Sumberagung) = Skala 7
Gambar 4.3 Peta Potensi Pertanian Sayuran Setiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
Gambar 4.4 Peta Potensi Pertanian Buah - buahan Setiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
42. 39KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa desa-desa dengan potensi pertanian buah-
buahan tiga tertinggi seluruhnya berada di Kecamatan Turi, yaitu:
Desa Wonokerto = Skala 10
Desa Girikerto = Skala 9
Desa Bangunkerto dan Donokerto = Skala 5
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa Desa Hargobinangun (Kecamatan Pakem)
merupakan desa satu-satunya yang memiliki potensi bambu paling tinggi jauh dari desa lain
yaitu dengan skala 10.
Gambar 4.5 Peta Potensi Hutan Bambu Setiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
43. 40KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa desa-desa dengan potensi kehutanan kayu
tiga tertinggi seluruhnya berada di Kecamatan Cangkringan, yaitu:
Desa Wukirsari = Skala 10
Desa Kepuhharjo = Skala 7
Desa Glagahharjo, Umbulharjo, Agromulyo = Skala 6
Gambar 1. Peta Potensi Peternakan Setiap Desa di Kabupaten Sleman
Gambar 4.6 Peta Potensi Hutan Kayu Setiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
Gambar 4.7 Peta Potensi Peternakan Setiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
44. 41KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa Desa Purwobinangun (Kecamatan Pakem)
adalah satu-satunya desa yang memiliki potensi peternakan tertinggi, yaitu dengan skala 10.
Tingginya populasi ternak di desa ini dikarenakan jumlah populasi ayam buras di desa ini
mencapai 85.000 ekor (tertinggi).
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa Desa Hargobinangun (Kecamatan Pakem)
merupakan desa dengan potensi wisata lanskap alam tertinggi dengan skala 10, kemudian
disusul oleh Desa Kepuhharjo dan Umbulharjo (Kecamatan Cangkringan) dengan skala 3.
Gambar 4.8 Peta Potensi Lanskap Alam Setiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
45. 42KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa desa-desa dengan potensi wisata cagar
budaya (candi) tiga tertinggi adalah:
Kecamatan Prambanan (Desa Bokoharjo) = Skala 10
Kecamatan Prambanan (Desa Sambirejo), Kecamatan Kalasan (Desa Tortomartani) =
Skala 6
Kecamatan Kalasan (Desa Purwomartani), Kecamatan Ngemplak (Desa Wedomartani)
= Skala 3
Gambar 4.9 Peta Potensi Wisata Cagar Budaya Setiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
46. 43KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa desa-desa dengan tingkat kerawanan
bencana tiga tertinggi adalah:
Kecamatan Prambanan (Desa Sumberharjo, Gayamharjo, Wukirharjo, Sambirejo),
Kecamatan Cangkringan (desa Glagahharjo, Kepuhharjo, Umbulharjo), Kecamatan
Ngemplak (Desa Sindumartani) = Skala 10
Kecamatan Pakem (Desa Hargobinangun), Kecamatan Berbah (Desa Sendangtirto) =
Skala 9
Kecamatan Berbah (Desa Kalitirto dan Jogotirto), Kecamatan Prambanan (Desa
Madurejo), Kecamatan Cangkringan (Desa Agromulyo) = Skala 8
Gambar 4.10 Peta Potensi Rawan Bencana Setiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
47. 44KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa hampir sebagian besar desa-desa di
Kabupaten Sleman memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan terutama sebagai
permukiman yang tinggi. Sementara itu, jika melihat perpolaan pada peta desa-desa dengan
tingkat kesesuaian yang rendah cenderung berada di kawasan lereng gunung merapi dan di
kawasan perbukitan prambanan. Desa-desa dengan tingkat kesesuaian tiga paling rendah
adalah:
Kecamatan Pakem (Desa Hargobinangun) = Skala 1
Kecamatan Prambanan (Desa Sambirejo) = Skala 3
Kecamatan Cangkringan (Desa Glagahharjo) = Skala 4
4.1.2 Potensi Sumber Daya Manusia (SDM)
Potensi sumber daya manusia (SDM) mencakup tingkat pendidikan penduduk (penduduk
tamatan SMA ke atas), partisipasi masyarakat dalam kelompok tani, ketersediaan pusat
pelatihan pertanian dan desa swadaya/P4S, dan penduduk usia produktif. Berikut merupakan
pembobotan dari masing-masing indikator:
1. Tingkat pendidikan/penduduk tamatan SMA ke atas (bobot 4%)
Gambar 4.11 Peta Kesesuaian Lahan Permukiman Setiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
48. 45KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
2. Partisipasi masyarakat dalam kelompok tani (bobot 3,5%)
3. Ketersediaan pusat pelatihan pertanian dan desa swadaya/P4S (bobot 3,5%)
4. Penduduk usia produktif (bobot 4%)
Data-data indikator diperoleh dari Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata, dokumen Kabupaten Sleman Dalam Angka Tahun 2016 dan
Kecamatan Dalam Angka Tahun 2016. Untuk lebih jelasnya data setiap indikator di tiap desa
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Kecamatan Desa
Tamatan
SMA ke
Atas (orang)
Partisipasi Masyarakat
dalam Kelompok Tani
(orang per kelompok)
Ketersediaan
P4S (buah)
Penduduk
Usia Produktif
(orang)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Berbah
Tegaltirto 4.396 36 0 8.655
Sendangtirto 6.117 34 0 12.043
Kalitirto 5.252 30 0 10.340
Jogotirto 4.608 28 0 9.072
Cangkringan
Wukirsari 6.200 32 1 8.175
Umbulharjo 2.900 27 0 3.824
Kepuhharjo 1.952 34 0 2.574
Glagahharjo 2.252 26 0 2.970
Argomulyo 4.795 46 0 6.322
Depok
Maguwoharjo 13.483 36 0 26.754
Condongcatur 16.688 38 0 33.114
Caturtunggal 18.374 33 0 36.460
Gamping
Trihanggo 6.218 29 0 13.751
Nogotirto 6.018 30 0 13.309
Banyuraden 5.756 34 0 12.729
Balecatur 6.777 30 0 14.986
Ambarketawang 7.517 35 0 16.623
Godean
Sidorejo 2.902 32 0 5.499
Sidomulyo 2.549 36 0 4.831
Sidomoyo 3.310 34 0 6.273
Sidoluhur 4.466 27 0 8.463
Sidokarto 4.886 30 0 9.258
Sidoarum 5.971 41 0 11.314
Sidoagung 3.339 35 0 6.327
Kalasan
Tirtomartani 5.802 35 0 11.149
Tamanmartani 6.604 39 0 12.691
Selomartani 5.417 36 0 10.409
Purwomartani 14.560 37 0 27.978
Minggir Sendangsari 2.263 31 0 4.577
Tabel 4.2 Indikator-Indikator dari Variabel Potensi Sumber Daya Manusia
50. 47KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Kecamatan Desa
Tamatan
SMA ke
Atas (orang)
Partisipasi Masyarakat
dalam Kelompok Tani
(orang per kelompok)
Ketersediaan
P4S (buah)
Penduduk
Usia Produktif
(orang)
Trimulyo 3.306 39 1 7.371
Pandowoharjo 4.445 40 1 9.910
Caturharjo 5.142 42 0 11.465
Tempel
Tambakrejo 1.705 47 0 4.003
Sumberrejo 1.576 38 0 3.700
Pondokrejo 1.780 35 0 4.179
Mororejo 1.708 36 0 4.010
Merdikorejo 2.083 34 2 4.889
Margorejo 3.365 37 0 7.898
Lumbungrejo 2.395 33 0 5.622
Banyurejo 2.548 36 0 5.981
Turi
Wonokerto 3.274 43 0 7.947
Girikerto 2.623 33 0 6.366
Donokerto 2.920 27 0 7.087
Bangunkerto 2.936 33 1 7.125
Sama halnya pada potensi SDA, data indikator-indikator potensi SDM diklasifikasikan
ke dalam 10 kelas, lalu diolah ke dalam bentuk peta-peta indikator potensi sumber daya
manusia (SDM). Berikut adalah peta-petanya.
Sumber : Olah Data, 2016
Gambar 4.12 Peta Tingkat Jumlah Penduduk Tamatan SMA ke Atas Setiap Desa
di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
51. 48KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa desa-desa dengan tingkat pendidikan tiga
tertinggi rata-rata merupakan wilayah perkotaan, desa-desa tersebut adalah:
Kecamatan Depok (Desa Caturtunggal dan Condongcatur) = Skala 10
Kecamatan Depok (Desa Maguwoharjo), Kecamatan Mlati (Desa Sinduadi),
Kecamatan Kalasan (Desa Purwomartani) = Skala 8
Kecamatan Ngemplak (Desa Wedomartani) = Skala 6
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa desa-desa dengan partisipasi penduduknya
yang tinggi dalam kelompok tani adalah:
Kecamatan Moyudang (Desa Sumberarum) = Skala 10
Kecamatan Moyudan (Desa Sumbersari), Kecamatan Ngemplak (Desa Wedomartani)
= Skala 7
Kecamatan Moyudan (Desa Sumberrahayu), Kecamatan Tempel (Desa Tambakrejo),
Kecamatan Cangkringan (Desa Agromulyo) = Skala 6
Gambar 4.12 Peta Partisipasi Masyarakat dalam Kelompok Tani di Setiap Desa di
Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
52. 49KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa Desa Hargobinangun (Kecamatan Pakem)
merupakan desa dengan Pusat Pelatihan Pertanian dan Desa Swadaya/P4S terbanyak, yaitu
skala 10. Selanjutnya disusul oleh Desa Merdikorejo (Kecamatan Tempel) dengan skala 7.
Gambar 4.13 Peta Ketersediaan Pusat Pelatihan Pertanian dan Desa
Swadaya/P4S Setiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
Gambar 4.14 Peta Penduduk Usia Produktif Setiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
53. 50KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa desa-desa dengan penduduk usia produktif
terbanyak cenderung berada di wilayah perkotaan, yaitu:
Kecamatan Depok (Desa Caturtunggal dan Condongcatur) = Skala 10
Kecamatan Mlati (Desa Sinduadi) = Skala 9
Kecamatan Depok (Desa Maguwoharjo), Kecamatan Kalasan (Desa Purwomartani) =
Skala 8
4.1.3 Ketersediaan Infrastruktur
Ketersediaan infrastruktur mencakup ketersediaan prasarana jalan, sarana pendidikan,
sarana kesehatan, prasarana listrik, dan prasarana air. Berikut merupakan pembobotan dari
masing-masing indikator tersebut:
1. Prasarana jalan (bobot 3%), terbagi menjadi:
a. Kerapatan jalan (bobot 0,5%)
b. Ketersediaan jalan arteri (bobot 1,5%)
c. Ketersedian jalan kolektor (bobot 1%)
2. Sarana pendidikan (bobot 4%), terbagi menjadi:
a. Kerapatan SMA/SMK (bobot 1%)
b. Kerapatan Perguruan Tinggi (bobot 3%)
3. Sarana kesehatan (bobot 4%), terbagi menjadi:
a. Kerapatan poliklinik dan puskesmas (bobot 1%)
b. Kerapatan rumah sakit (bobot 3%)
4. Prasarana listrik (bobot 2%)
5. Prasarana air (bobot 2%)
Data-data indikator diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, PDAM, dan
dokumen Kecamatan Dalam Angka Tahun 2016. Untuk lebih jelasnya data setiap indikator di
tiap desa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Kecamatan Desa
Prasarana Jalan Sarana Pendidikan
Kerapatan
Jalan
(m/km2)
Ketersediaan
Jalan Arteri
(m)
Ketersediaan
Jalan
Kolektor (m)
Kerapatan
SMA/SMK
(buah/km2)
Kerapatan
Perguruan
Tinggi
(buah/km2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Berbah
Tegaltirto 1.891,26 151,00 384,00 0,35 0,00
Sendangtirto 2.733,91 0,00 1.848,00 0,19 0,00
Tabel 4.3 Indikator-Indikator dari Variabel Ketersediaan Infrastruktur
58. 55KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Kecamatan Desa
Sarana Kesehatan
Banyaknya
Pelanggan
Listrik (KK)
Persentase
KK
Pengguna Air
PDAM (%)
Kerapatan Poliklinik
& Puskesmas
(buah/km2)
Kerapatan
RS
(buah/km2)
Sleman
Triharjo 0,94 0,19 4.242 2,67
Tridadi 0,20 0,00 3.230 16,10
Trimulyo 0,35 0,00 2.400 0,00
Pandowoharjo 0,14 0,00 3.656 12,45
Caturharjo 0,14 0,00 3.762 0,00
Tempel
Tambakrejo 0,31 0,00 1.358 4,46
Sumberrejo 0,68 0,00 1.368 0,96
Pondokrejo 0,31 0,00 1.418 0,00
Mororejo 0,30 0,00 1.428 0,00
Merdikorejo 0,16 0,00 1.836 0,00
Margorejo 0,19 0,00 2.746 0,00
Lumbungrejo 0,30 0,00 1.982 0,00
Banyurejo 0,41 0,00 2.265 11,21
Turi
Wonokerto 0,06 0,00 2.192 0,00
Girikerto 0,08 0,00 1.835 0,00
Donokerto 0,13 0,00 2.020 8,38
Bangunkerto 0,14 0,00 2.245 0,00
Data di atas selanjutnya diklasifikasikan ke dalam 10 kelas, untuk diolah ke dalam bentuk
peta-peta indikator ketersediaan infrastruktur. Desa dengan kelas 1 menggambarkan bahwa
desa tersebut ketersediaan infrastrukturnya terendah, sedangkan desa dengan kelas 10 adalah
desa yang ketersediaan infrastrukturnya tertinggi. Berikut adalah petanya.
Sumber : Olah Data, 2016
Gambar 4.15 Peta Tingkat Kerapatan Jalan Setiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
59. 56KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa Desa Harjobinangun (Kecamatan Pakem)
merupakan satu-satunya desa dengan kerapatan jalan tertinggi yaitu skala 10
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa desa-desa dengan ketersediaan jalan arteri
tertinggi desa yang berada di Kawasan Perkotaan Yogyakarta, yaitu:
Kecamatan Depok (Desa Maguwoharjo) = Skala 10
Kecamatan Depok (Desa Caturtunggal) = Skala 9
Kecamatan Mlati (Desa Sinduadi dan Sendangadi) = Skala 7
Gambar 4.15 Peta Panjang Jalan Arteri Tiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
60. 57KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa desa-desa dengan ketersediaan jalan
kolektor tertinggi adalah:
Kecamatan Moyudan (Desa Sumberagung) = Skala 10
Kecamatan Pakem (Desa Hargobinangun) = Skala 9
Kecamatan Cangkringan (Desa Wukirsari), Kecamatan Ngaglik (Desa
Sariharjo) = Skala 8
Gambar 4.16 Peta Panjang Jalan Kolektor Tiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
Gambar 4.16 Peta Tingkat Kerapatan SMA/MA/SMK Tiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
61. 58KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa desa-desa dengan kerapatan SMA/SMK
tida tertinggi adalah:
Kecamatan Pakem (Desa Pakembinangun) = Skala 10
Kecamatan Depok (desa Caturtunggal), Kecamatan Mlati (Desa Sinduadi), Kecamatan
Pakem (Desa Harjobinangun), Kecamatan Kalasan (Desa Tamanmartani), dan
Kecamatan Prambanan (Desa Bokoharjo) = Skala 6
Kecamatan Sleman (Desa Tridadi), Kecamatan Seyegan (Desa Margoagung),
Kecamatan Godean (Desa Sidoagung) = Skala 5
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa desa yang memiliki tingkat kerapatan
perguruan tinggi tertinggi seluruhnya berada di Kecamatan Depok, yaitu adalah Desa
Caturtunggal dengan skala 10, dan. Desa Condongcatur dengan skala 9.
Gambar 4.16 Peta Tingkat Kerapatan Perguruan Tinggi Tiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
62. 59KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa desa-desa dengan kerapatan poliklinik dan
puskesmas kelas 3 tertinggi adalah:
Kecamatan Ngaglik (Desa Minomartani) = Skala 10
Kecamatan Sleman (Desa Triharjo) = Skala 8
Kecamatan Depok (Desa Condongcatur) = Skala 7
Gambar 4.16 Peta Tingkat Kerapatan Poliklinik dan Puskesmas Tiap Desa di Kabupaten
Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
Gambar 4.16 Peta Tingkat Kerapatan Rumah Sakit Tiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
63. 60KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa desa-desa dengan kerapatan rumah sakit
kelas 3 tertinggi adalah:
Kecamatan Mlati (Desa Sendangadi) = Skala 10
Kecamatan Kalasan (Desa Tortomartani), Kecamatan Mlati (Desa Sinduadi),
Kecamatan Gamping (Desa Nogotirto) = Skala 8
Kecamatan Pakem (Desa Pakembinangun) = Skala 7
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa desa-desa dengan ketersediaan prasarana
listrik tertinggi merupakan desa-desa yang sudah tergolong perkotaan, seperti:
Kecamatan Depok (Desa Caturtunggal) = Skala 10
Kecamatan Depok (Desa Condongcatur) = Skala 9
Kecamatan Depok (Desa Maguwoharjo), Kecamatan Mlati (Desa Sinduadi) = Skala 8
Gambar 4.16 Peta Banyaknya pelanggan Listrik Tiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
64. 61KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa desa-desa dengan ketersediaan prasarana
air kelas 3 tertinggi adalah:
Kecamatan Minggir (Desa Sendangrejo), Kecamatan Ngaglik (Desa Sukoharjo) =
Skala 10
Kecamatan Gamping (Desa Balecatur) = Skala 9
Kecamatan Moyudan (Desa Sumberagung), Kecamatan Ngaglik (Desa Minomartani),
Kecamatan Mlati (Desa Sumberadi, Sendangadi) = Skala 6
4.1.4 Pendanaan
Variabel pendanaan diukur melalui alokasi dana desa (ADD), yang merupakan hak desa
dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten. Pada kajian ini,
data ADD diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Untuk lebih jelasnya
berikut nalai nilai ADD dari setiap desa.
Gambar 4.16 Peta Tingkat Pengguna Air (KK) PDAM Tiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
66. 63KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
Kecamatan Desa
Alokasi Dana Desa
(rupiah)
Kecamatan Desa
Alokasi Dana Desa
(rupiah)
Sumberarum Rp482.832.000,00
Turi
Wonokerto Rp673.305.000,00
Sumberagung Rp759.440.000,00 Girikerto Rp693.464.000,00
Donokerto Rp687.789.000,00
Bangunkerto Rp900.963.000,00
Data ADD di atas selanjutnya diklasifikasikan ke dalam 10 kelas. Desa dengan kelas 1
adalah desa yang nilai ADDnya terendah, sedangkan desa dengan kelas 10 adalah desa yang
nilai ADDnya tertinggi. Berikut adalah peta yang menampilkan variasi ADD setiap desa.
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa desa-desa dengan alokasi dana desa kelas 3
tertinggi adalah:
Kecamatan Ngaglik (Desa Minomartani), Kecamatan Tempel (desa Merdikorejo) =
Skala 10
Kecamatan Tempel (Desa Mororejo), Kecamatan Mlati (Desa Sendangadi) = Skala 9
Kecamatan Seyegan (Desa Margodadi), Kecamatan Godean (Desa Sidoagung) =
Skala 8
Sumber : Bappeda Kabupaten Sleman
Gambar 4.17 Peta Tingkat Alokasi Dana Desa Tiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016
67. 64KAJIAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
4.1.5 Agregat Potensi Sumber Daya Wilayah
Untuk melihat agregat total potensi wilayah, nilai kelas masing-masing indikator setiap
desa dikali dengan persentase bobot setiap variabel. Hasil perkalian pada setiap indikator
selanjutnya dijumlahkan, lalu hasil penjumlahan diklasifikasikan ke dalam 10 kelas sehingga
diketahui tingkatan potensi sumber daya wilayah dari setiap desa. Berikut adalah peta agregat
potensi sumber daya wilayah dari setiap desa.
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa desa-desa yang memiliki nilai potensi
sumber daya wilayah tertinggi adalah:
Kecamatan Depok (Desa Caturtunggal), Kecamatan Ngemplak (Desa Wedomartani) =
Skala 10
Kecamatan Ngemplak (Desa Widodomartani), Kecamatan Depok (Desa Maguwoharjo
dan Condongcatur), Kecamatan Mlati (Desa Sendangadi) = Skala 9
Kecamatan Kalasan (Desa Tortomartani dan Purwomartani), Kecamatan Mlati (Desa
Sinduadi), Kecamatan Pakem (Desa Purwobinangun), Kecamatan Ngaglik (Desa
Minomartani dan Sariharjo)
Gambar 4.18 Peta Variasei Potensi Sumber Daya Tiap Desa di Kabupaten Sleman
Sumber: Analisis Penulis, 2016