1. Nama: Shafrina Win
Kelas: XI MIPA 4
Absen: 33
TUGAS SEJARAH INDONESIA BAB 2
1. Jelaskan latar belakang perlawanan Aceh melawan portugis!
Siapa sangka, jatuhnya Malaka ke tangan Protugis pada tahun 1511 memberikan Aceh sebuah
keberkahan yang tidak diduga. Malaka yang saat itu dibawah kolonial Protugis, membuat peraturan
pelarangan jual-beli rempah-rempah kepada pedagang dari Timur dan Islam didasarkan semangat
gospel mereka menyebarkan ajaran salib dan menentang Islam. Hal ini membuat banyak pedagang
dari India, Arab, hingga beberapa kesultanan Nusantara mau tidak mau bergeser tempat ke lokasi
perdagangan lain, Aceh lah pilihan tepat untuk itu karena Aceh dilandasi kesultanan yang artinya
menerima baik pedagang dari Timur dan agama islam. Perpindahan pedagang dari luar ini membuat
Aceh tiba-tiba populer, digandrugi ketenaran disebabkan ternyata Aceh tidak begitu beda dengan
Malaka yang selama ini jadi pusat perdagangan rempah-rempah Benua Timur. Banyak pedagang
mendagangkan barang dagangannya disana mau tidak mau membuat Aceh berkembang pesat. Aceh
yang menjadi bandar dan pusat perdagangan bahkan mampu mengendalikan pusat-pusat
perdagangan di pantai barat Sumatera, seperti di Barus, Tiku, dan Pariaman.
Wanginya perkembangan Aceh ini membuat Protugis menciumnya sebagai ancaman yang dapat
meratakan dan meraih ketenaran Malaka saat itu. ketakutan bermunculan membuat Protugis
berpikir mau tidak mau harus membumiratakan ketenaran Aceh dan memiliki mereka. Pada tahun
1523 Portugis melancarkan serangan ke Aceh. Kembali Portugis tahun berikutnya melancarkan
serangan ke Aceh. Sayang, beberapa serangan tidak berhasil. Protugis terus memutar otak,
bagaimana cara mesti hancurkan Aceh. Mereka bahkan ikut menyerang kapal-kapal dagang Aceh.
Bukan hanya Protugis saja yang memiliki pemikiran seperti ini ternyata. Aceh pun ketika dilanda
ketenaran dan perkembangan pesat memiliki pemikiran untuk mengambil ahli Malaka juga dari
tangan asing. Ditambah Portugis sangat tidak suka dengan para pedagang islam yang jelas-jelas
ajaran dasar dari Aceh, membakarlah semangat Aceh mengusir orang-orang asing besar kepala ini.
Bukan Protugis saja yang melontarkan serangan awal, Aceh tidak tinggal diam untuk berhenti
merencanakan pengambilan ahli Malaka. Mereka pun sering menyerang kapal-kapal dagang
Protugis di pelabuhan tanpa kejelasan maksud.
Serang-menyerang dilakukan tetapi tidak membuahkan hasil bagi kedua belah pihak. Aceh memulai
meminta bantuan kepada kesultanan lain yang ada di Nusantara, semisal Jepara, dan kolega dagang
mereka, yaitu Kalikut (India). Aceh juga memperkuat armada mereka serta peralatan perang
sebagaimana siap bertempur melawan Portugis.
Bantuan datang, serangan dilancarkan. Portugis yang saat itu memiliki peralatan tempur lebih
canggih ternyata bisa tidak dapat kecerahan dalam peperangan melawan Aceh, mereka bahkan
perlu berjuang mati-matian ketika Benteng Formosa Aceh kepung. Untungnya, hasil akhirnya netral,
membuat Protugis dapat menyerang balik Aceh. Penyerangan balik dikerahkan, tetapi ternyata
penyerangan ini pun dapat digagalkan oleh pasukan Aceh.
2. Disamping itu, Belanda melihat pantai Barat dari Sumatera dapat memberikan keuntungan yang
besar. Mereka ingin memonopoli, tetapi tidak bisa. Belanda perlu izin dahulu kepada Aceh untuknya
sebab daerah-daerah tersebut Aceh kuasai. Namun Belanda tahu, Aceh ini dikenal anti dengan para
pedangang asing. Terkait informasi tersebut, Belanda harus yang namanya menjilat kepada Aceh
dan membuat Aceh paling tidak percaya kalau Belanda sepenuhnya berada dalam pihak Aceh tanpa
persekutuan dengan pihak asing lain. Melalui Pangeran Maurits, surat dikirim kepada petinggi Aceh
dengan penuh kata-kata sanjungan. Pada waktu utusan Pangeran Maurits itu menyerahkan surat
tersebut juga disertai dengan sejumlah hadiah dan hantaran (Uka Tjandrasasmita, “Persaingan di
Pantai Barat Sumatera: dalam buku Indonesia dalam Arus Sejarah, 2012). Aceh yang sedang
bermusuhan dengan Portugis menatap ini menjadi sebuah kesempatan besar dan menerima tangan
Belanda untuk bekerjasama. Bahkan pada tahun 1607 Aceh memberikan izin kepada VOC untuk
membuka loji di Tiku di pantai Barat Sumatera.
Itulah yang menyebabkan Aceh memberikan perlawanan ke bangsa Portugis di Malaka. Penolakan
mereka terhadap bangsa asing, keinginan merebut Malaka dari Portugis, penyerangan dan sergapan
pasukan Portugis yang menyerang kapal dagang serta daerah kekuasaan Aceh, dan tentu dukungan
bantuan kekuatan dari VOC yang melatarbelakangi Aceh berani menyerang Portugis dan bertekat
mengusir Portugis.
2. Jelaskan faktor kegagalan perang antara Tidore melawan Portugis!
Faktor kegagalan ini disebabkan Portugis menang massa. Mereka bukan hanya menggandrungi alat
yang memumpuni tetapi juga tidak menyerang head-to-head saja dengan Tidore. Protugis kala itu
didukung oleh Ternate dan Bacan yang menyebabkan Tidore kewalahan karena banyaknya lawan
dalam satu kali penyerangan.
3. Bagaimana proses jalannya perlawanan Mataram melawan VOC?
Mataram dan VOC awalnya berteman baik, mereka saling memberikan keuntungan satu sama
lainnya. Belum ada konflik yang menentangi sebelum Sultan Agung menyadari keberadaan VOC di
pulau Jawa ini meresahkan. Desas-desus dari beberapa daerah yang sudah dikuasi oleh VOC ini,
mereka melakukan kegiatan monopoli di dalam perdagangan hingga politik kerajaan.
Disamping informasi yang diterima ini, Sultan Agung merupakan Raja yang sangat terkenal dan
pemimpiin yang memimpin Kerajaan Mataram menuju puncak keyaan emas memiliki ambisi atau
cita-cita yang sangat besar. Yakni, mempersatukan pulau jawa dibawah kekuasaan Mataram.
Ditambah kepemilikan Mataram di tanah Jawa sudahlah banyak kecuali di Banten, Surabaya, dan
Blambangan. Tetapi tentu saja, cita-cita dari penguasa Mataram ini tidak akan pernah terwujud
jikalau keberadaan VOC yang ingin memiliki tanah Jawa berkembang pesat dan memilikinya terlebih
dahulu. Dari ambisi yang sudah dikatakan, Sultan Agung mengajukan penawaran kepada pihak VOC
supaya membantu Mataram untuk bisa memiliki ketiga daerah tersebut melalui angkatan armada
mereka. Seperti yang sudah diperkirakan, tentu VOC menolak karena Sultan Agung tidak
memberikan upeti yang seimbal yang sejalan dengan rencana mereka untuk memonopoli. Karena
penolakan inilah, Sultan Agung sudah tidak memiliki alasan lain untuk tidak menyerang VOC dan
berusaha mengusir mereka dari pulau Jawa.
3. Penyerangan pertama mereka, dilakukan di Jepara pada tahun 1618. Yakni menyerang kantor pusat
VOC di Jepara. Lalu setelah penyerangan tersebut, Sultan Agung langsung bergegas mempersiapkan
penyerangan kedua di kantor pusat VOC yang ada Batavia. Alih-alih menyerang kantor disekitar
Jepara, Sultan Agung memilih menyerang VOC di Batavia. Hal ini disebabkan, Sultan Agung merasa
kedudukan VOC di Batavia sangatlah menkhawatirkan,
Serangan pertama mereka ke Batavia terjadi pada tanggal 22 Agustus 1628. Pasukan Mataram di
bawah pimpinan Tumenggung Baureksa menyerang Batavia. Mataram terus berusaha membangun
pos-pos perang di Batavia, dan Belanda pun berusaha menghalang-halanginya. Akibatnya,
pertempuran ini tidak bisa dihindarkan dan berakhir pecah. Ternyata Mataram pintar, bukan hanya
satu golongan pasukan saja yang diberangkatkan. Pasukan Mataram yang lain berdatangan seperti
pasukan di bawah Tumenggung Sura Agul-Agul yang dibantu oleh Kiai Dipati Mandurareja dan Upa
Santa. Datang pula laskar orang-orang Sunda di bawah pimpinan Dipati Ukur. Pasukan Mataram
berusaha mengepung Batavia dari berbagai tempat. Semakin sengitlah pertempuran ini. Tetapi
sayang, tentara Belanda memiliki peralatan perang yang lebih lengkap membuat Mataram harus
gagal dan mengugurkan Tumenggung Baureksa. Dengan demikian, serangan tentara Sultan Agung
pada tahun 1628 itu belum berhasil.
Meski menemui kegagalan, Sultan Agung tidak menyerah begitu saja. Serangan kedua kembali
diluncurkan. Berbasis kegagalan sebelumnya, Sultan Agung menggantik taktik dengan
memperbanyak armada perang, pos jaga sementara, bahkan lumbung-lumbung padi untuk
konsumsi pasukan Mataram di daerah Tegal dan Cirebon. Tahun 1629 pasukan Mataram
diberangkatkan menuju Batavia. Sebagai pimpinan pasukan Mataram dipercayakan kepada
Tumenggung Singaranu, Kiai Dipati Juminah, dan Dipati Purbaya. Sayangnya, informasi sebesar ini
harus bocor ditangan VOC. Bocornya informasi membuat VOC unggul, bahkan mereka langsung
mengirimkan kapal-kapal perang mereka untuk menghancurkan rumah-rumah desa dan lumbung
padi persediaan pasukan Mataran yang ada di Tegal dan Cirebon.
Pasukan Mataram yang sampai tujuan terkaget-kaget. Tidak tahu harus buat apa padahal perjalanan
mereka menuju Batavia itu masihlah sangat panjang. Lumbung padi dibakar, banyak pasukan yang
gugur karena kelaparan dan mendapati wabah penyakit. Mataram menyerah? Oh tidak. Tekad
mereka kuat. Berlandaskan pasukan yang tersedia, mereka mengepung Batavia dan mengepung
beberapa benteng pertahanan VOC. Semisal Benteng Hollandia yang berhasil ditaklukan. Berikutnya
mereka berusaha megepung Benteng Bommel. Meski tidak bisa menaklukkan, berita mengenai
terbunuhnya J.P Coen membuat pasukan Mataram kembari membakar semangat. Belanda kesal,
mereka marah. Mengerahkan seluruh pasukan dan persenjataan paling canggih, mereka menyerang
pasukan Mataram dan memukul mundur Mataram untuk kembali ke Jepara.
Kegagalan Mataram melawan Batavia membuat VOC membuka mata dan segan terhadap Mataram.
Bahkan mereka semakin mengeraskan dalam monopoli di daerah Jawa yang lain hingga
penyerangan ke pasukan Mataram dimanapun Mataram berada. Selalu diikuti, dan diawasi.
Mataram sendiri meskipun kalah militer dengan Belanda tidak membuat semangat dan penduduk
Mataran lenyap. Mereka terus dibarai oleh semangat menguasi pulau Jawa dan mengusir kekuasaan
VOC di Jawa sebagaimana petuah Sultan Agung punyai. Dengan kemampuan diplomasi Sultan Agung
yang baik, mereka ingin Mataram diakui eksistensi Mataram dan Sultan Agung sebagai Yang
Dipertuan Agung. Hal ini buktikan dengan pengiriman upeti secara periodik dari VOC ke Mataram.
4. Sementara VOC mendapat imbalan diizinkan untuk melakukan perdagangan di pantai utara Jawa.
Dalam perdagangan ini VOC cenderung melakukan monopoli.
Sayangnya, semangat juang Sultan Agung dan kemuliannya tidak turun ke penerus berikutnya.
Penerus Sultan Agung, Sunan Amangkurat I yang memerintah pada tahun 1646 -1677 adalah boneka
VOC. Penurut dan berkawan baik dengan VOC. Raja ini juga bersifat reaksioner dengan bersikap
sewenang-wenang kepada rakyat dan kejam terhadap para ulama. Oleh karena itu, pada masa
pemerintahan Amangkurat I itu timbul berbagai perlawanan rakyat.
4. Mengapa rakyat Banten gagal mengusir VOC dari Banten?
Karena rakyat Banten mudah dihasut dan termakan monopoli VOC selain itu VOC juga memiliki
persenjataan dan kuantitas tentara yang sangat banyak. Sebagaimana peristiwa pertama, yaitu pada
masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa, anaknya yang bernama Sultan Haji dapat dimonopoli
dengan mengatakan raja berikutnya akan diberikan ke Arya Purbaya alih-alih Sultan Haji. Dari sini,
Sultan Haji mulai memusi Sultan Ageng Tirtayasa dan meraih kepemimpinan dengan VOC yang
semakin kuat di Banten. Peristiwa kedua yaitu ketika Sultan Ageng Tirtayasa yang dapat diberi
muslihat kemudian ditangkap dan diasingkan oleh VOC. Dan penyerangan ketiga oleh rakyat
digagalkan karena VOC menang telak terhadap persenjataan dan pasukan membuat perlawanan
dari Ki Tapa dan Ratu Bagus perlu dipukul mundur dan penyerangan gerilya melalui hutan.
5. Bagaimana nilai-nilai yang dapat diambil dari adanya perang melawan keserakahan kongsi
dagang abad ke-16 sampai abad ke-18
Semangat juang mempertahankan wilayah, dan peka atas kekerasan dan keserakahan
kongsi dagang.
Mau menghargai perjuangan dengan kematian.
Pantang menyerah, gagal, coba lagi, gagal, coba lagi hingga akhir hayat pun menjemput.
Sadar tanah air.
Mengetahui bahwasaannya kebebasan adalah hal yang perlu diperjuangkan.
Penerapan kerjasama antara pemimpin dan rakyat dalam menyerang perdagangan asing
yang rakus.