Dokumen tersebut membahas delapan model perencanaan, yaitu: 1) Rasional, 2) Advocacy, 3) (Neo) Marxis, 4) Equity Planning, 5) Social Learning dan Communicative Action, 6) Incremental, 7) Radical, dan 8) Liberalistik. Model-model tersebut berbeda dalam pendekatan, fokus, dan kritiknya masing-masing dalam merencanakan pembangunan.
4. Rational Planning = Synoptic planning
Tahapan Perencanaan
(Hudson):
1. Menetapkan tujuan
2. Identifikasi alternatif
kebijakan
3. Evaluasi terhadap
alternatif kebijakan
4. Implementasi kebijakan
terpilih
Tahapan Perencanaan
(Schondwant):
1. Menganalisa Situasi
2. Menentukan Tujuan
3. Memformulasikan
alternatif kebijakan untuk
mencapai tujuan
4. Membandingkan dan
mengevaluasi akibat dari
tindakan yang diambil
1.
5. Karakteristik perencanaan rasional (Lindblm, 1959/1995)
1
• Kejelasan tujuan
2
• Evaluasi yang tegas dan spesifik
3
• Cara pandang yang menyeluruh
4
• Penilaian melalui analisis matematis
6. Kritik terhadap perencanaan rational
• Berpegangan pada kondisi yang terlalu ideal. Tidak akan pernah ada
pengetahuan yang sangat objektif, keputusan yang sangat rasional,
dan solusi yang paling optimal
• Terlalu positivistic (harus selalu ada bukti empiris) sehingga terlalu
berlandaskan pada ilmu dan teknologi
• Tidak memperhitungkan kondisi di masa lalu
• Apolitical, mengabaikan fakta bahwa perencanaan dipengaruhi oleh
norma dan nilai
• Tidak berpegang pada paham-paham demokratis (cenderung top-
down)
• Cenderung mendukung status quo dan politik yang sedang
berkuasa
• Cenderung mempertahankan norma dan nilai yang dipegang oleh
kelas atas-menengah
7. Advocacy Planning
Masyarakat bukan merupakan komunitas yang
homogen (terdiri atas kaya-miskin, terpelajar-tidak
terpelajar, dll)
Menuntut adanya multi perencanaan dimana masing-
masing memperhatikan kepentingan kelompok-kelompok
yang berbeda bukan menghasilkan single masterplan
Lebih memperhatikan kepentingan masyarakat
terpinggirkan dan yang selama ini tidak terwakili
Berusaha menjawab pertanyaan bagaimana
mendistribusikan sumber daya yang terbatas kepada
seluruh lapisan masyarakat
1
2
3
4
2.
8. Kritik terhadap Advocacy Planning
Tidak memberikan mekanisme yang nyata
dalam menyelesaikan persengketaan yang
muncul diantara kelompok-kelompok
kepentingan yang berbeda
Isu utama: dapatkah advocacy planning betul-
betul sampai pada tahap pembenahan
permasalahan ketidakmerataan distribusi
kekuasaan dan sumberdaya?
1
2
9. The (Neo) Marxist Planning
• Konsep ini muncul di negara-negara kapitalis sebagai
reaksi atas analisis (neo)Marxist mengenai hubungan
struktural antara perencanaan dan masyarakat kapitalis.
Pada pendekatan (neo)Marxist perencanaan merupakan sebuah
instrumen untuk:
a. Rasionalisasi dan legitimasi kebijakan
b. Negosiasi dan mediasi antar berbagai kelompok kapitalis yang
beragam
c. Befungsi sebagai regulator untuk meredam gejolak di
masyarakat.
3.
10. The Equity Planning
Pendekatan ini berasumsi bahwa perencanaan tidak
beroperasi secara berlawanan dengan kebijakan resmi
namun lebih mendukung kebijakan pemerintah.
Berbeda dengan advocacy planner yang bekerja
langsung di lapangan untuk menjaring aspirasi serta
kemauan dari masyarakat, equity planner bekerja
pada arena politik.
Pemahaman equity planner: pemerintahan adalah
tempat dimana agenda politik dibahas, oleh karena itu
planner akan lebih mampu membela kepentingan
masyarakat lemah jika berjuang dari dalam ranah politik
1
2
3
4.
11. The Social Learning and
Communicative Action = The Transactive
Mempertimbangkan adanya local genius (kearifan
lokal). Karenanya perlu adanya sebuah proses
pembelajaran bersama (transactive style of planning
(Friedmann)).
Perencanaan tidak hanya terdiri dari survey dan
analisis data namun lebih kepada proses
pembelajaran masyarakat melalui dialog demi
terciptanya pemahaman bersama
Menekankan kepada pengembangan nilai-nilai
dalam organisasi dan personal (harga diri, efektifitas,
sikap, kemampuan kerjasama, dll)
1
2
3
5.
12. The Incremental Planning
• Intuisi
• Pengalaman
• Aturan praktis
• Teknik yang bervariasi (seringkali berupa teknik
sederhana)
• Membutuhkan konsultasi yang menerus
(Horvat, 1972) Incremental planning disusun
berdasarkan kombinasi dari:
• Menyelesaikan masalah melalui pendekatan parsial (jangka
pendek)
• Lebih mengutamakan logika ekonomi berdasarkan
kepentingan masing-masing individu
6.
13. The Radical
• Hampir sama dengan model social learning and
communicative action. Sama-sama mengedepankan action
yang dilakukan oleh masyarakat secara langsung
• Lebih memilih untuk bekerja diluar sistem politik dan lebih
berpihak kepada pihak-pihak yang dirugikan atau terkena
dampak perencanaan
• Fokus pada tindakan kolektif (communal action) untuk
mencapai tujuan tertentu.
Kelemahan:
sulit diterapkan di wilayah yang terdiri dari masyarakat yang
bersifat plural karena cenderung memihak masyarakat yang
“terpinggirkan” dan memandang buruk masyarakat yang
“diuntungkan”
7.
14. The Liberalistic
• Intervensi perencanaan diupayakan seminimal mungkin dan
pembangunan diserahkan kepada mekanisme pasar bebas
• Perencanaan bertujuan untuk mendukung dan
mengembangkan kebebasan bertindak
• Bertujuan untuk melindungi hak individu dengan cara
mengatur perilaku dan memberikan sanksi terhadap
pelanggaran hak individu
Kelemahan:
Perencanaan yang mengutamakan kehendak pasar bebas
cenderung menguntungkan kalangan menengah-atas yang
memiliki kelebihan dari segi ekonomi, pendidikan, dll. Sehingga
konsep “penyetaraan” tidak terakomodir
8.