Dokumen tersebut membahas tentang urinalisis atau analisis urine untuk tujuan diagnosis penyakit. Urinalisis meliputi pemeriksaan fisik, kimiawi, dan mikroskopik urine untuk mendeteksi berbagai kondisi kesehatan seperti infeksi saluran kemih, diabetes, dan kehamilan. Pemeriksaan urine merupakan uji penyaring yang bermanfaat untuk skrining awal berbagai penyakit.
1. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
(Kimia Klinik, Bakteriologi dan Immunologi)
URINALISIS
(Air seni/Air Kencing)
Sumber :
Analismuslim.blogspot.com
Biomedika.co.id
Gandosoebrata,R.2010.Penuntun Laboratorium Klinik.Dian Rakyat : Jakarta Timur.
Labsaya.com
Labkesehatan.blogspot.com
Scribd.com
http://indigoe-99.blogspot.com/2012/05/pemeriksaan-urine-analisa-urinalisis.html
Wikipedia.com
dll.
Urinalisis|1
2. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
Pengertian Spesimen Urin
Urinalisis adalah analisis fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urin. Sedangkan urin atau air
seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa
metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika
molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang
berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin
dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang
baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam
tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan
kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun
akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara
medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa
diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril.
Pada penyakit ginjal dapat diketahui adanya kerusakan ginjal, saluran kemih seperti infeksi,
radang, adanya trauma atau keganasan. Kelainan yang terjadi di luar ginjal juga dapat dideteksi dengan
pemeriksaan urin, seperti adanya diabetes melitus (DM) dapat diketahui dengan pemeriksaan glukosa
urin, hepatitis dengan memeriksa adanya bilirubin dalam urin; perdarahan saluran kemih dapat pula
diketahui terutama yang belum terlihat warna merah dalam urin yang disebut mikrohematuria. Dengan
adanya penyalahgunaan obat akhir-akhir ini dapat diketahui hasil metabolit obat narkotika di dalam urin.
Urin juga dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning
pekat atau cokelat. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang
penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Sehingga pada zaman sekarang urin banyak dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui berbagai penyakit
yang diderita seseorang.
Jadi, pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan penyaring yang dipakai untuk mengetahui
adanya kelainan di dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan salurannya, kelainan yang terjadi di luar
ginjal, untuk mendeteksi adanya metabolit obat seperti zat narkoba dan mendeteksi adanya kehamilan.
Pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik/sedimen dan kimia urin yaitu pada
warna, tampilan dan bau urin diperiksa melalui makroskopik, kemudian pH, protein, keton, glukosa dan
bilirubin diperiksa dengan menggunakan strip reagen. Berat jenis diukur dengan urinometer, dan
pemeriksaan mikroskopik untuk pemeriksaan sedimentasi urin seperti mendeteksi sel darah merah atau
sel darah putih di dalam urin, kristal dan bakteri.
Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina, perineum dan
uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium.
Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan
sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter pertama urine
sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita
yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen. Kadangkadang diperlukan kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar.
Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu cukup bagus untuk
pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang paling bagus. Urine satu malam mencerminkan
periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.
Urinalisis|2
3. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil. Penundaan pemeriksaan
terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus
dilakukan selambat-lambatnya 4 jam setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan
antara lain : unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam, urat dan
fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan pemeriksaan mikroskopik elemen lain,
bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembang
biak dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan
badan keton, jika ada, akan menguap.
Wadah Spesimen
Wadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya terbuat dari bahan plastik, tidak mudah
pecah, bermulut lebar, dapat menampung 10-15 ml urine dan dapat ditutup dengan rapat. Selain itu juga
harus bersih, steril, kering, tidak mengandung bahan yang dapat mengubah komposisi zat-zat yang
terdapat dalam urine.
Prosedur Pengumpulan
Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang tidak
memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan tentang tata cara
pengambilan yang benar.
Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah (midstream), di mana aliran pertama
urin dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan. Pengumpulan
urine selesai sebelum aliran urine habis. Aliran pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan
mikroba dari luar uretra agar tidak mencemari spesimen urine.
Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai
bersih dan mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. Pasien juga perlu
membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon
yang bersih sebelum menampung spesimen.
Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu dibantu orang lain (mis. keluarga atau perawat).
Orang-orang tersebut harus diberitahu dulu mengenai cara pengumpulan sampel urine; mereka harus
mencuci tangannya sebelum dan sesudah pengumpulan sampel; menampung urine midstream dengan
baik. Untuk pasien anak-anak mungkin perlu dipengaruhi/dimaotivasi untuk mengeluarkan urine. Pada
pasien bayi dipasang kantung penampung urine pada genitalia.
Pada kondisi tertentu, urine kateter juga dapat digunakan. Dalam keadaan khusus, misalnya
pasien dalam keadaan koma atau pasien gelisah, diperlukan kateterisasi kandung kemih melalui uretra.
Prosedur ini menyebabkan 1 - 2 % risiko infeksi dan menimbulkan trauma uretra dan kandung kemih.
Untuk menampung urine dari kateter, lakukan desinfeksi pada bagian selang kateter dengan
menggunakan alkohol 70%. Aspirasi urine dengan menggunakan spuit sebanyak 10 – 12 ml. Masukkan
urine ke dalam wadah dan tutup rapat. Segera kirim sampel urine ke laboratorium.
Untuk mendapatkan informasi mengenai kadar analit dalam urine biasanya diperlukan sampel
urine 24 jam. Cara pengumpulan urine 24 jam adalah :
1. Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang urin pagi pertama. Catat tanggal dan waktunya.
Semua urine yang dikeluarkan pada periode selanjutnya ditampung.
2. Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu untuk
menghindari kehilangan air seni dan kontaminasi feses pada sampel urin wanita.
3. Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat pada wadah, pengumpulan urin
dihentikan.
4. Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama periode pengumpulan.
Urinalisis|3
4. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
Jenis sampel urine :
Urine sewaktu/urine acak (random) : Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan
tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin
mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup
baik untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.
Urine pagi : Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau
menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama,
sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk pemeriksaan
sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic
gonadothropin) dalam urine.
Urine tampung 24 jam : Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terusmenerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa
kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam
suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene.
Time specimen : Mirip urin tampung 24 jam tapi bedanya ditampung hanya pada urin siang 12 jam,
urin malam 12 jam, atau urin 2 jam.
Urin 3 gelas dan urin 2 gelas pada orang lelaki : Penampungan secara ini dipakai pada pemeriksaan
urologik dan dimaksudkan untuk mendapat gambaran tentang letaknya radang atau lesi lain yang
mengakibatkan adanmya nanah atau darah dalam urin seorang lelaki.
Tabel 1. Tahapan Pemeriksaan Urinalisa
Pra analitik
Analitik
1. Persiapan pasien
1. Pemeriksa
2. Penampungan Urine
2. Alat
3. Pengambilan Urine
3. Reagensia
4. Penundaan
4. Bahan Kontrol
Pemeriksaan
5. Pengawet
Target : Sampel urin yang baik
Target : Hasil pemeriksaan valid
Tabel 2. Macam-macam Pemeriksaan Urinalisa
Makroskopis
Mikroskopis
1. Warna
1. Eritrosit
2. Busa
2. Leukosit
3. Kejernihan/kekeruhan
3. Epitel
4. Bau
4. Silinder
5. Konsentrasi
5. Kristal
6. Berat Jenis (BJ)
6. Sedimen Lainnya
7. Volume
8. pH
1.
2.
3.
4.
Pasca Analitik
Format Hasil
Pelaporan
Arsip
Dokumentasi Hasil
Target : Pelayanan lab yang baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kimiawi
Bj
pH
Darah Samar
Estrase Leukosit
Nitrit
Protein
Glukose
Keton
Bilirubin
Urobilinogen
Asam Askorbat
Urinalisis|4
5. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
A. KIMIA KLINIK
Strip Reagen = nama lain dipstick = metode carik celup
Dipstick adalah strip reagen
berupa strip plastik tipis yang
ditempeli kertas seluloid yang
mengandung bahan kimia
tertentu sesuai jenis parameter
yang akan diperiksa. Urine Dip
merupakan analisis kimia cepat
untuk mendiagnosa berbagai
penyakit. Uji kimia yang tersedia
pada reagen strip umumnya
adalah : glukosa, protein,
bilirubin, urobilinogen, pH, berat
jenis, darah, keton, nitrit, dan
leukosit esterase.
Pemeriksaan Urine Metode Carik Celup
Metode : Carik Celup
Cara penggunaanya mudah, strip dicelupkan ke dalam urine, warna strip
untuk setiap kategori akan berubah sesuai kandungan zat yang ada dalam urin
dan menunjukkan keberadaan zat yang diperiksa (gula, protein dsb) atau
tinggi rendahnya zat dalam urine tersebut (keasamannya, berat jenisnya dsb).
Alat & Bahan
1. Alat
- Wadah Carik celup sebagai standar warna
- Clinitex Status, Urisys 1100/alat baca urin lainnya
2. Bahan
- Urin kontrol Level 1 dan Level 2
- Sampel urin
- Reagen carik celup tujuh indikator
Cara Kerja
1. Basahi seluruh permukaan reagen carik dengan sampel urin dan tarik carik dengan segera, Kelebihan
urin diketukkan pada bagian bibir wadah urin
2. Kelebihan urin pada bagian belakang carik dihilangkan dengan cara menyimpan carik tersebut pada
kertas agar menyerap urin dibagian tersebut
3. Peganglah carik secara horizontal dan banding kan dengan standar warna yang terdapat pada label
wadah carik dan catat hasilnya dengan waktu seperti yang tertera pada standar carik atau dibaca
dengan alat Clinitex Status
Pengamatan dan Interpretasi Hasil Pemeriksaan Carik Celup
Parameter Nilai Normal :
1. Leukosit
:
negative
2. Nitrit
:
negative
3. Urobilinogen
:
negatif atau 0,2 EU/dL
Urinalisis|5
6. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Protein
PH
Darah
Berat jenis
Keton
Bilirubin
Glukosa
:
:
:
:
:
:
:
negative
5,0 – 8,5
negative
1.000-1.030
negative
negative
negatif
Prosedur Tes :
Ambil hanya sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan segera tutup wadah. Celupkan strip
reagen sepenuhnya ke dalam urin selama dua detik. Hilangkan kelebihan urine dengan menyentuhkan
strip di tepi wadah spesimen atau dengan meletakkan strip di atas secarik kertas tisu. Perubahan warna
diinterpretasikan dengan membandingkannya dengan skala warna rujukan, yang biasanya ditempel pada
botol/wadah reagen strip. Perhatikan waktu reaksi untuk setiap item. Hasil pembacaan mungkin tidak
akurat jika membaca terlalu cepat atau terlalu lambat, atau jika pencahayaan kurang. Pembacaan dipstick
dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara
visual.
Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu harus diperhatikan cara
kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang
reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban,
sinar, dan uap kimia. Setiap strip harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada
perubahan warna.
Pemeriksaan Keasaman (pH) Urine Metode Carik Celup
Prinsip: Kombinasi indikator methyl red
dan bromthymol blue yang terkandung pada
carik memungkinkan perubahan warna carik
sesuai dengan pH urin
Filtrat glomerular plasma darah biasanya
diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran
pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final
urin. Namun, tergantung pada status asam-basa,
pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH
bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh
konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan,
lalu menurun dan menjadi kurang basa
menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan
tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urine. Urine yang
diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi basa. Urine
basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur
mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa
sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan
terjadinya batu asam urat.
Urinalisis|6
7. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :
pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus atau
Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus
ginjal, spesimen basi.
pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik (kecuali
pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine
dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman.
Pemeriksaan Bilirubin Urine Metode Carik Celup
Prinsip : Bilirubin dengan garam diazonium (2-6
diclorobenzene-diazonium floroborat) dalam suasana asam
membentuk azobilirubin yang berwarna merah violet.
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin
direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin,
sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke
dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria
dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik
hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai
ikterik.
Secara normal, bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin
terbentuk dari penguraian hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan
diekskresi dalam bentuk empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam air dan
diekskresikan ke dalam urin jika terjadi peningkatan kadar di serum. Bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin
indirek) bersifat larut dalam lemak, sehingga tidak dapat diekskresikan ke dalam urin.
Prosedur : Uji bilirubinuria dapat menggunakan reaksi diazo (dengan tablet atau dipstick), atau uji
Fouchet (Harison spot test) dengan feri klorida asam (FeCl2). Uji bilirubinuria dengan reaksi diazo banyak
dipakai karena lebih praktis dan lebih sensitif. Di antara dua macam uji diazo, uji tablet (mis. tablet
Ictotest) lebih sensitif daripada dipstick.
1. Reaksi diazo
Kumpulkan spesimen urin pagi atau urin sewaktu/acak (random). Celupkan stik reagen (dipstick) atau
tablet Ictotest. Tunggu 30 detik, lalu bandingkan warnanya dengan bagan warna pada botol reagen.
Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan
dalam pembacaan secara visual.
2. Uji Fouchet
Ke dalam 12 ml urin, tambahkan 3 ml barium klorida dan 3 tetes ammonium sulfat jenuh. Centrifuge
selama 5 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Buang supernatant, tambahkan 2 tetes larutan Fouchet
pada endapan. Amati perubahan warna yang terjadi.Reaksi negatif jika tidak tampak perubahan
warna. Reaksi positif jika terjadi perubahan warna : hijau atau biru.
Pengujian harus dilakukan dalam waktu 1 jam, dan urin harus dihindarkan dari pajanan sinar matahari
(sinar ultraviolet) langsung agar bilirubin tidak teroksidasi menjadi biliverdin.
Nilai Rujukan :
Normal adalah Negatif (kurang dari 0.5mg/dl)
Urinalisis|7
8. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium :
1. Uji dengan reaksi Diazo
Reaksi negatif palsu terjadi bila urin mengandung banyak asam askorbat (vitamin C), kadar nitrit
dalam urine meningkat, asam urat tinggi, serta bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat
spesimen urin terpajan sinar matahari (ultraviolet) langsung.
Hasil positif palsu dapat dijumpai pada pemakaian obat yang menyebabkan urine menjadi
berwarna merah (lihat pengaruh obat)
2. Uji Fouchet
Reaksi negative palsu terjadi bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat penundaan
pemeriksaan.
Reaksi positif palsu oleh adanya metabolit aspirin, urobilin atau indikan, urobilinogen.
Pemeriksaan Protein Urine Metode Carik Celup
Prinsip : 3’3’5’5’tetrachlorofenol-3,4,5,6 tetrabromosulfo-phtalein (bufer) dengan protein akan
membentuk senyawa berwarna hijau muda sampai hijau tua. Biasanya, hanya sebagian kecil protein
plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya
tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml
didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah
raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang
signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah
protein tinggi.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda
yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus,
dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan
petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.Dipsticks mendeteksi protein
dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap
globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus
ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan menggunakan spesimen urin acak (random) atau urin
sewaktu, protein dalam urin dapat dideteksi menggunakan strip reagen (dipstick). Normal ekskresi
protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan
sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena perubahan fisiologis.
Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan proteinuria
transien. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan proteinuria. Bayi baru lahir dapat
mengalami peningkatan proteinuria selama usia 3 hari pertama.
Prosedur
1. Spesimen urin acak (random)
Kumpulkan spesimen acak (random)/urin sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam urin.
Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan bagan warna.
Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan
dalam pembacaan secara visual.
Dipstick mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap
albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.
Urinalisis|8
9. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
2.
Spesimen urin 24 jam
Kumpulkan urin 24 jam, masukkan dalam wadah besar dan simpan dalam lemari pendingin. Jika
perlu, tambahkan bahan pengawet. Ukur kadar protein dengan metode kolorimetri menggunakan
fotometer atau analyzer kimiawi otomatis.
Nilai Rujukan : Urin acak hasil negatif (≤15 mg/dl) dan Urin 24 jam hasil 25 – 150 mg/24 jam.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium
1. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh hematuria, tingginya substansi molekular, infus
polivinilpirolidon (pengganti darah), obat (lihat pengaruh obat), pencemaran urine oleh senyawa
ammonium kuaterner (pembersih kulit, klorheksidin), urine yang sangat basa (pH > 8)
2. Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh urine yang sangat encer, urine sangat asam (pH di bawah
3).
Pemeriksaan Glukosa Urine Metode Carik Celup
Prinsip :
D-glukosa oleh enzim glukosa
oksidase
diubah
menjadi
Dglukonolakton dan H2O2. H2O2 yang
erbentuk
akan
mengoksidasi
kromogen
membentuk senyawa
berwarna coklat.
Kurang dari 0,1% dari glukosa
normal disaring oleh glomerulus
muncul dalam urin (kurang dari 130
mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan
gula dalam urin) terjadi karena nilai
ambang ginjal terlampaui atau daya
reabsorbsi tubulus yang menurun.
Glukosuria umumnya berarti diabetes
mellitus. Namun, glukosuria dapat
terjadi
tidak
sejalan
dengan
peningkatan kadar glukosa dalam
darah, oleh karena itu glukosuria
tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus.
Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase
(POD) dan zat warna. Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal. Hasil
penyaringan (filtrat) berisi produk-produk limbah (mis. urea), elektrolit (mis. natrium, kalium, klorida),
asam amino, dan glukosa. Filtrat kemudian dialirkan ke tubulus ginjal untuk direabsorbsi dan
diekskresikan; zat-zat yang diperlukan (termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang tidak
diperlukan kembali diekskresikan ke dalam urin.
Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam urin (kurang dari 130
mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui (kadar
glukosa darah melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun.
Prosedur :
Uji glukosa urin konvensional menggunakan pereaksi Benedict atas dasar sifat glukosa sebagai zat
pereduksi. Cara ini tidak spesifik karena beberapa pereduksi lain dapat mengacaukan hasil uji. Beberapa
gula lain bisa menyebabkan hasil uji reduksi positif misalnya fruktosa, sukrosa, galaktosa, pentose,
Urinalisis|9
10. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
laktosa, dsb. Beberapa zat bukan gula yang dapat mengadakan reduksi seperti asam homogentisat,
alkapton, formalin, glukoronat. Pengaruh obat : streptomisin, salisilat kadar tinggi, vitamin C, dsb. Metode
carik celup (dipstick) dinilai lebih bagus karena lebih spesifik untuk glukosa dan waktu pengujian yang
amat singkat. Reagen strip untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa oksidase (GOD) dan
peroksidase (POD), serta zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin yang akan berubah warna biru jika
teroksidasi. Zat warna lain yang digunakan adalah iodide yang akan berubah warna coklat jika teroksidasi.
Prosedur uji yang akan dijelaskan di sini adalah uji dipstick. Kumpulkan spesimen acak (random)/urin
sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam urin. Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna
yang terjadi dan cocokkan dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih
dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji dipstick adalah :
Hasil uji positif palsu dapat disebabkan oleh : bahan pengoksidasi (hidrogen peroksida, hipoklorit,
atau klorin) dalam wadah sampel urin, atau urine yang sangat asam (pH di bawah 4)
Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh : pengaruh obat (vitamin C, asam hogentisat, salisilat dalam
jumlah besar, asam hidroksiindolasetat), berat jenis urine > 1,020 dan terutama bila disertai dengan
pH urine yang tinggi, adanya badan keton dapat mengurangi sensitivitas pemeriksaan, infeksi
bakteri.
Nilai Rujukan :
Uji glukosa urin normal = negatif (kurang dari 50mg/dl)
Pemeriksaan Keton Urine Metode Carik Celup
Prinsip: Natriumnitroprusid sebagai oksidator kuat dengan asam acetoasetat dan aseton yang
bersifat basa membentuk senyawa yang berwarna violet
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat) diproduksi untuk menghasilkan
energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat merupakan
bahan bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutama untuk otot jantung dan korteks ginjal.
Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah mencukupi maka akan diekskresi ke dalam
urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi
ketonemia. Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak seimbangnya diet tinggi
lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), gangguan
metabolisme karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari lemak atau
protein, febris.
Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat, yang
merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan. Badan keton diproduksi ketika
karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan
metabolisme karbohidrat (mis.Diabetes melitus yang tidak terkontrol), kurangnya asupan karbohidrat
(kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi lemak – rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat
(kelainan gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam
lemak untuk dibakar.
Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat menghabiskan
cadangan basa (mis. bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis
diabetik, keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dl.
Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin. Namun, kenaikan
kadarnya pertama kali tampak pada plasma atu serum, kemudian baru urin. Ketonuria (keton dalam urin)
terjadi akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
U r i n a l i s i s | 10
11. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
Prosedur :
Kumpulkan spesimen urine secara acak (urin random atau urin sewaktu). Urin harus segar dan
ditampung dalam wadah tertutup rapat. Pengujian harus segera dilakukan, karena penundaan pengujian
lebih lama dapat menyebabkan temuan negatif palsu. Hal ini dikarenakan keton mudah menguap. Uji
ketonuria dapat dilakukan dengan menggunakan tablet Acetest, atau strip reagen (dipstick) Ketostix atau
strip reagen multitest (mis. Combur, Multistix, Arkray, dsb).
Uji ketonuria dengan tablet Acetest digunakan untuk mendeteksi dua keton utama, yaitu aseton dan
asam asetoasetat. Letakkan tablet Acetest di atas kertas saring atau tissue, lalu teteskan urin segar di atas
tablet tersebut. Tunggu selama 30 detik. Amati perubahan warna yang terjadi pada tablet tersebut; jika
berubah warna menjadi berwarna lembayung terang – gelap, maka uji keton dinyatakan positif.
Uji ketonuria dengan strip reagen (Ketostix atau strip reagen multitest) lebih sensitif terhadap asam
asetoasetat daripada aseton. Celupkan strip reagen ke dalam urin. Tunggu selam 15 detik, lalu amati
perubahan warna yang terjadi. Bandingkan dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument
otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Nilai Rujukan :
Dewasa dan anak hasil uji keton negatif (kurang dari15 mg/dl)
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium :
Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan positif palsu. • Obat tertentu
(Lihat pengaruh obat)
Urin disimpan pada temperature ruangan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan hasil uji negaif
palsu
Adanya bakteri dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam asetoasetat
Anak penderita diabetes cenderung mengalami ketonuria daripada penderita dewasa.
Pemeriksaan Urobilinogen Urine Metode Carik Celup
Prinsip : Urobilinogen dengan para-aminobenzaldehide dalam suasana
asam akan terbentuk senyawa azo yang berwarna merah
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai
area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar
kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi
empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urine oleh ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar
menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas
kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi
hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan
parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung
dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine
menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu
yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan
atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
Urobilinogen Urine :
Empedu, yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat
bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sejumlah besar urobilinogen berkurang di faeses,
U r i n a l i s i s | 11
12. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah; di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu,
dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin.
Ekskresi urobilinogen ke dalam urine kira-kira 1-4 mg/24jam. Ekskresi mencapai kadar puncak
antara jam 14.00 – 16.00, oleh karena itu dianjurkan pengambilan sampel dilakukan pada jam-jam
tersebut.
Prosedur :
1. Spesimen urin sewaktu
Urine harus dalam keadaan masih segar dan harus segera diperiksa. Uji dapat dilakukan sebagai
bagian dari analisis urin rutin, menggunakan strip reagen (dipstick) atau pereaksi Erlich. Celupkan
strip reagen ke dalam urin, tunggu 30 detik. Amati perubahan warna dan bandingkan dengan bagan
warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil
kesalahan dalam pembacaan secara visual.
2. Spesimen urin 2 jam
Kumpulkan specimen urin di antara jam 13.00 – 15.00, atau antara jam 14.00 – 16.00, karena
urobilinogen mencapai puncaknya di siang hari pada jam-jam tersebut. Urin harus disimpan dalam
lemari pendingin dan tempat yang gelap; urin harus segera diperiksa dalam 30 menit karena
urobilinogen dapat teroksidasi menjadi urobilin (zat oranye). Uji dapat dilakukan dengan
menggunakan strip reagen (dipstick).
3. Spesimen urin 24 jam
Kumpulkan urin 24 jam, masukkan dalam wadah besar dan simpan dalam lemari pendingin. Jika
perlu tambahkan bahan pengawet. Jauhkan urin dari pajanan cahaya. Tunda pemberian obat yang
dapat mempengaruhi hasil uji selama 24 jam atau sampai uji selesai dilakukan. Jika obat memang
harus diberikan, cantumkan nama obat tersebut pada formulir laboratorium. Uji dilakukan dengan
menggunakan strip reagen (dipstick).
Nilai Rujukan
Urin acak : negatif (kurang dari 2mg/dl>
Urin 2 jam : 0.3 – 1.0 unit Erlich
Urin 24 jam : 0.5 – 4.0 unit Erlich/24jam, atau 0,09 – 4,23 µmol/24 jam (satuan SI)
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium
1. Reaksi positif palsu
a. Pengaruh obat : fenazopiridin (Pyridium), sulfonamide, fenotiazin, asetazolamid (Diamox),
kaskara, metenamin mandelat (Mandelamine), prokain, natrium bikarbonat, pemakaian
pengawet formaldehid.
b. Makanan kaya karbohidrat dapat meninggikan kadar urobilinogen, oleh karena itu pemeriksaan
urobilinogen dianjurkan dilakukan 4 jam setelah makan.
c. Urine yang bersifat basa kuat dapat meningkatkan kadar urobilinogen; urine yang dibiarkan
setengah jam atau lebih lama akan menjadi basa.
2. Reaksi negatif palsu
a. Pemberian antibiotika oral atau obat lain (ammonium klorida, vitamin C) yang mempengaruhi
flora usus yang menyebabkan urobilinogen tidak atau kurang terbentuk dalam usus, sehingga
ekskresi dalam urine juga berkurang.
b. Paparan sinar matahari langsung dapat mengoksidasi urobilinogen menjadi urobilin.
c. Urine yang bersifat asam kuat.
U r i n a l i s i s | 12
13. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
Pemeriksaan Berat Jenis Urine Metode Carik Celup
Prinsip: Bromthymol blue dengan methyl vinyl ether maleic
acid sodium salt akan memberikan warna pada urin dengan bj >/ 0,5.
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin
yang mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air
seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk
memekatkan dan mengencerkan urin.
Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap wajar jika fungsi ginjal
normal. Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 – 1,025, sedangkan dengan pembatasan minum
selama 12 jam nilai normal > 1,022, dan selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026. Defek fungsi dini yang
tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine.
BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Nokturia dengan
ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ kurang dari 1.018, kadar glukosa sangat tinggi, atau mungkin
pasien baru-baru ini menerima pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi
radiografi, atau larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004 untuk setiap 1% glukosa
untuk menentukan konsentrasi zat terlarut non-glukosa.
Pemeriksaan Nitrit Urine Metode Carik Celup
Prinsip: Nitrat adanya Gram negatif berubah menjadi nitrit. Nitrit dengan para-arsinilic acid dan
tetrahydrobenzoquinolin membentuk senyawa yang berwarna merah
Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang kemudian jika
terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter,
Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi
bila urine telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil negative bukan berarti pasti tidak
terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau urine memang tidak
mengandung nitrat, atau urine berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada
keadaan tertentu, enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit berubah
menjadi nitrogen.
Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa dalam keadaan segar,
sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih,
yang juga dapat menghasilkan nitrit.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri in vitro apabila pemeriksaan tertunda, urine merah
oleh sebab apapun, pengaruh obat (fenazopiridin).
Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian menghasilkan nitrat dalam jumlah cukup banyak,
terapi antibiotik mengubah metabolisme bakteri, organism penginfeksi mungkin tidak mereduksi
nitrat, kadar asam askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6 jam, atau berat jenis
urine tinggi.
U r i n a l i s i s | 13
14. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
Pemeriksaan Leukosit Esterase Pada Urine Metode Carik Celup
Prinsip: Asam carbonat ester oleh esterase yang terdapat pada granulosit akan membentuk indoxyl.
Indoxyl dioksidasi terbentuk senyawa indigo yang berwarna indigo.
Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi. Hasil tes lekosit esterase
positif mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis.
Limfosit tidak memiliki memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil positif. Hal ini
memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan carik celup.
Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine tinggi (>500mg/dl),
protein urine tinggi (>300mg/dl), berat jenis urine tinggi, kadar asam oksalat tinggi, dan urine
mengandung cephaloxin, cephalothin, tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet
formaldehid. Urine basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan Blood Urine Metode Carik Celup
Prinsip: H2O2 oleh peroksidase yang ada pada Hb
membentuk On dan H2O. On yang terbentuk akan
mengoksidasi benzidin (kromogen) membentuk senyawa
berwarna hijau biru
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil
positif baik untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun
mioglobinuria. Prinsip tes carik celup ialah mendeteksi
hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase serta
aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi
hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini
memungkinkan hasil tidak sesuai dengan metode mikroskopik sedimen urine.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urine yang disebabkan karena danya
hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urine juga dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine
didiamkan lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam pembuluh
darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai akibat dari olah raga
berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus
dan diekskresi ke dalam urine.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Hasil positif palsu dapat terjadi bila urine tercemar deterjen yang mengandung hipoklorid atau
peroksida, bila terdapat bakteriuria yang mengandung peroksidase.
Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urine mengandung vitamin C dosis tinggi, pengawet formaldehid,
nitrit konsentrasi tinggi, protein konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat tinggi.
Urine dari wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan hasil positif.
U r i n a l i s i s | 14
16. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
Urinometer = sejenis hydrometer = alat untuk mengukur berat jenis urine
Pengukuran berat jenis urin bertujuan untuk mengetahui fungsi pemekatan atau pengenceran oleh
ginjal dan komposisi serta dilusi urin itu sendiri. Pengukuran berat jenis urin juga berfungsi untuk
membedakan oliguria karena acute renal failure yang memiliki BJ isosthenuria (berat jenis sekitar 1,010)
dan oliguria akibat dehidrasi. Harga normal dari BJ urin seseorang adalah 1,003-1,030. Yang
mempengaruhi BJ urin seseorang adalah komposisi urin, fungsi pemekatan ginjal, dan produksi urin itu
sendiri. Keadaaan yang menimbulkan BJ urin rendah adalah kondisi tubuh pada udara dingin, diabetes
insipidus, dan terlalu banyak mengkonsumsi air. Keadaan yang menimbulkan BJ urin tinggi adalah
dehidrasi, protein uria, diabetes melitus. Isosthenuria adalah keadaan dimana BJ urine berkisar 1,010 dan
hyposthenuria adalah BJ urine di bawah 1,008.
A. Cara Kerja
1. Kalibrasi urinometer dengan aquades
2. Isi beaker glass dengan urin sampai 3/4 penuh. Hilangkan buih yang timbul dengan menggunakan
kertas saring atau dengan cara menambahkan 1 tetes eter
3. Masukan urinometer dengan cara memutar pada sumbunya. Jangan sampai menyentuh dasar dan
dinding beaker glass
4. Baca meniskus pada urinometer
B. Faktor Koreksi
Pemeriksaan Berat jenis dengan menggunakan urinometer
memerlukan faktor koreksi. Faktor koreksi tersebut antara
lain:
1.Faktor kalibrasi dengan aquades
misal BJ aquades = 1,003 --> BJ urine jadi dikurangi 0,003
misal BJ aquades = 1,005 --> BJ urine jadi dikurangi 0,005
2.Faktor suhu
baca dahulu suhu tera urinometer
kemudian tentukan suhu ruangan pengukuran
tiap kenaikan 3 derajat celcius dari suhu tera urinometer --->
BJ urine + 0,001
3. Faktor pengenceran
banyak pengenceran terhadap urine x 2 angka paling belakang
pada BJ urine
contoh: pengenceran 2x, BJ urine 1,013 ---> 2 x 13 ---> BJ urine
= 1,026
4. Faktor protein dan glukosa
tiap 1 g protein atau glukosa yang terkandung dalam urine -->
BJ urine - 0,003
U r i n a l i s i s | 16
17. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
Mikroskopik = pemeriksaan sedimen
Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel lainnya.
Banyak macam unsur mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi (bakteri,
virus) maupun yang bukan karena infeksi misalnya perdarahan, disfungsi endotel dan gagal ginjal.
Metode pemeriksaan mikroskopik sedimen urine lebih dianjurkan untuk dikerjakan dengan
pengecatan Stenheimer-Malbin. Dengan pewarnaan ini, unsur-unsur mikroskopik yang sukar terlihat
pada sediaan natif dapat terlihat jelas.
Prosedur
Sampel urin dihomogenkan dulu kemudian dipindahkan ke dalam tabung pemusing sebanyak 10 ml.
Selanjutnya dipusingkan dengan kecepatan relatif rendah (sekitar 1500 - 2000 rpm) selama 5 menit.
Tabung dibalik dengan cepat (decanting) untuk membuang supernatant sehingga tersisa endapan kirakira 0,2-0,5 ml. Endapan diteteskan ke gelas obyek dan ditutup dengan coverglass. Jika hendak dicat
dengan dengan pewarna Stenheimer-Malbin, tetesi endapan dengan 1-2 tetes cat tersebut, kemudian
dikocok dan dituang ke obyek glass dan ditutup dengan coverglass, siap untuk diperiksa.
Endapan pertama kali diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran rendah menggunakan lensa
obyektif 10X, disebut lapang pandang lemah (LPL) atau low power field (LPF) untuk mengidentifikasi
benda-benda besar seperti silinder dan kristal. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan
tinggi menggunakan lensa obyektif 40X, disebut lapang pandang kuat (LPK) atau high power field
(HPF) untuk mengidentifikasi sel (eritrosit, lekosit, epitel), ragi, bakteri, Trichomonas, filamen lendir, sel
sperma. Jika identifikasi silinder atau kristal belum jelas, pengamatan dengan lapang pandang kuat juga
dapat dilakukan.
Karena jumlah elemen yang ditemukan dalam setiap bidang dapat berbeda dari satu bidang ke
bidang lainnya, beberapa bidang dirata-rata. Berbagai jenis sel yang biasanya digambarkan sebagai
jumlah tiap jenis ditemukan per rata-rata lapang pandang kuat. Jumlah silinder biasanya dilaporkan
sebagai jumlah tiap jenis yang ditemukan per lapang pandang lemah.
Cara melaporkan hasil adalah sebagai berikut :
Dilaporkan
Normal
+
++
Eritrosit/LPK
0-3
4-8
8-30 lebih dari 30
penuh
Leukosit/LPK
0-4
5-20 20-50 lebih dari 50
penuh
Silinder/Kristal/LPL
0-1
1-5
5-10
+++
10-30
++++
lebih dari 30
Keterangan :
Khusus untuk kristal Ca-oxallate
: + masih dinyatakan normal ;
++ dan +++ sudah dinyatakan
abnormal.
Eritrosit
Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian
manapun dari saluran kemih. Secara teoritis, harusnya tidak
dapat ditemukan adanya eritrosit, namun dalam urine normal
dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Hematuria adalah adanya
peningkatan jumlah eritrosit dalam urin karena: kerusakan
glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma
ginjal, batu saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal,
nekrosis tubular akut, infeksi saluran kemih atas dan bawah,
nefrotoksin, dll.
Hematuria dibedakan menjadi hematuria makroskopik
(gross hematuria) dan hematuria mikroskopik. Darah yang
dapat terlihat jelas secara visual menunjukkan perdarahan berasal dari saluran kemih bagian bawah,
sedangkan hematuria mikroskopik lebih bermakna untuk kerusakan glomerulus.
U r i n a l i s i s | 17
18. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
Dinyatakan hematuria mikroskopik jika dalam urin ditemukan lebih dari 5 eritrosit/LPK. Hematuria
mikroskopik sering dijumpai pada nefropati diabetik, hipertensi, dan ginjal polikistik. Hematuria
mikroskopik dapat terjadi persisten, berulang atau sementara dan berasal dari sepanjang ginjal-saluran
kemih. Hematuria persisten banyak dijumpai pada perdarahan glomerulus ginjal.
Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil, shadow atau ghost cells
dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan berat jenis 1,010-1,020, eritrosit berbentuk cakram
normal. Eritrosit tampak bengkak dan hampir tidak berwarna pada urin yang encer, tampak mengkerut
(crenated) pada urine yang pekat, dan tampak mengecil sekali dalam urine yang alkali. Selain itu, kadangkadang eritrosit tampak seperti ragi.
Eritrosit dismorfik tampak pada ukuran yang heterogen,
hipokromik, terdistorsi dan sering tampak gumpalan-gumpalan
kecil tidak beraturan tersebar di membran sel. Eritrosit dismorfik
memiliki bentuk aneh akibat terdistorsi saat melalui struktur
glomerulus yang abnormal. Adanya eritrosit dismorfik dalam urin
menunjukkan penyakit glomerular seperti glomerulonefritis.
Leukosit
Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira
1,5 – 2 kali eritrosit. Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil
(polymorphonuclear, PMN). Lekosit dapat berasal dari bagian
manapun dari saluran kemih.
Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap
normal. Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau
piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik
bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis
akut. Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress,
leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi, karena kecepatan
ekskresi leukosit meningkat yang mungkin disebabkan karena adanya perubahan permeabilitas membran
glomerulus atau perubahan motilitas leukosit. Pada kondisi berat jenis urin rendah, leukosit dapat
ditemukan dalam bentuk sel Glitter merupakan lekosit PMN yang menunjukkan gerakan Brown butiran
dalam sitoplasma. Pada suasana pH alkali leukosit cenderung berkelompok.
Lekosit dalam urine juga dapat merupakan suatu kontaminan dari saluran urogenital, misalnya dari
vagina dan infeksi serviks, atau meatus uretra eksterna pada laki-laki.
Sel Epitel
1. Sel Epitel Tubulus
Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih besar
dari leukosit, mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula dan
biasanya terbawa ke urin dalam jumlah kecil. Namun, pada sindrom
nefrotik dan dalam kondisi yang mengarah ke degenerasi saluran
kemih, jumlahnya bisa meningkat. Jumlah sel tubulus ≥ 13 / LPK atau
penemuan fragmen sel tubulus dapat menunjukkan adanya penyakit
ginjal yang aktif atau luka pada tubulus, seperti pada nefritis, nekrosis
tubuler akut, infeksi virus pada ginjal, penolakan transplnatasi ginjal,
keracunan salisilat.
U r i n a l i s i s | 18
19. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
2. Oval Fat Bodies
Sel epitel tubulus dapat terisi oleh banyak tetesan lemak yang
berada dalam lumen tubulus (lipoprotein yang menembus
glomerulus), sel-sel seperti ini disebut oval fat bodies / renal tubular
fat / renal tubular fat bodies. Oval fat bodiesmenunjukkan adanya
disfungsi disfungsi glomerulus dengan kebocoran plasma ke dalam
urin dan kematian sel epitel tubulus.Oval fat bodies dapat dijumpai
pada sindrom nefrotik, diabetes mellitus lanjut, kerusakan sel epitel
tubulus yang berat karena keracunan etilen glikol, air raksa. Selain sel
epitel tubulus, oval fat bodies juga dapat berupa makrofag atau
hisiosit.
Sel epitel tubulus yang membesar dengan multinukleus (multinucleated giant cells) dapat dijumpai
pada infeksi virus. Jenis virus yang dapat menginfeksi saluran kemih adalah Cytomegalovirus (CMV) atau
Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 maupun tipe 2.
3. Sel skuamosa
Epitel skuamosa umumnya dalam jumlah yang lebih rendah dan
berasal dari permukaan kulit atau dari luar uretra. Signifikansi utama
mereka adalah sebagai indikator kontaminasi.
4. Sel epitel transisional
Sel epitel ini dari pelvis ginjal, ureter, kandung kemih (vesica
urinaria), atau uretra, lebih besar dari sel epitel tubulus ginjal, dan
agak lebih kecil dari sel epitel skuamosa. Sel epitel ini berbentuk
bulat atau oval, gelendong dan sering mempunyai tonjolan. Besar
kecilnya ukuran sel epitel transisional tergantung dari bagian saluran
kemih yang mana dia berasal. Sel epitel skuamosa adalah sel epitel
terbesar yang terlihat pada spesimen urin normal. Sel epitel ini tipis,
datar, dan inti bulat kecil. Mereka mungkin hadir sebagai sel tunggal
atau sebagai kelompok dengan ukuran bervariasi.
Silinder
Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang terbentuk di tubulus ginjal dan dibilas
masuk ke dalam urine. Silinder terbentuk hanya dalam tubulus distal yang rumit atau saluran pengumpul
(nefron distal). Tubulus proksimal dan lengkung Henle bukan lokasi untuk pembentukan silinder. Silinder
dibagi-bagi berdasarkan gambaran morfologik dan komposisinya. Faktor-faktor yang mendukung
pembentukan silinder adalah laju aliran yang rendah, konsentrasi garam tinggi, volume urine yang
rendah, dan pH rendah (asam) yang menyebabkan denaturasi dan precipitasi protein, terutama
mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein Tamm-Horsfall adalah matriks protein yang lengket yang
terdiri dari glikoprotein yang dihasilkan oleh sel epitel ginjal. Semua benda berupa partikel atau sel yang
terdapat dalam tubulus yang abnormal mudah melekat pada matriks protein yang lengket.
Konstituen selular yang umumnya melekat pada silinder adalah eritrosit, leukosit, dan sel epitel
tubulus, baik dalam keadaan utuh atau dalam berbagai tahapan disintegrasi. Apabila silinder mengandung
U r i n a l i s i s | 19
20. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
sel atau bahan lain yang cukup banyak, silinder tersebut dilaporkan berdasarkan konstituennya. Apabila
konstituen selular mengalami disintegrasi menjadi partikel granuler atau debris, biasanya silinder hanya
disebut sebagai silinder granular.
1. Silinder hialin
Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein
(protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini
homogen (tanpa struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya parallel, dan
ujung-ujungnya membulat. Sekresi protein Tamm-Horsfall membentuk
sebuah silinder hialin di saluran pengumpul.
Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin
dapat dilihat bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal
mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih besar dapat
dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular) atau ekstra-ginjal (misalnya,
overflow proteinuria seperti dalam myeloma). Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk di
persimpangan lengkung Henle's dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid (cylindroids).
2. Silinder Eritrosit
Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung hemoglobin
dari kerusakan eritrosit. Adanya silinder eritrosit disertai hematuria
mikroskopik memperkuat diagnosis untuk kelainan glomerulus. Cedera
glomerulus yang parah dengan kebocoran eritrosit atau kerusakan
tubular yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit melekat pada matriks
protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan membentuk silinder eritrosit.
3. Silinder Leukosit
Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit masuk
dalam matriks Silinder. Kehadiran mereka menunjukkan peradangan
pada ginjal, karena silinder tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam
ginjal. Silinder lekosit paling khas untuk pielonefritis akut, tetapi juga
dapat ditemukan pada penyakit glomerulus (glomerulonefritis). Glitter
sel (fagositik neutrofil) biasanya akan menyertai silinder lekosit.
Penemuan silinder leukosit yang bercampur dengan bakteri mempunyai
arti penting untuk pielonefritis, mengingat pielonefritis dapat berjalan
tanpa keluhan meskipun telah merusak jaringan ginjal secara progresif.
4. Silinder Lilin (Waxy Cast)
Silinder lilin adalah silinder tua hasil silinder granular yang
mengalami perubahan degeneratif lebih lanjut. Ketika silinder selular
tetap berada di nefron untuk beberapa waktu sebelum mereka
dikeluarkan ke kandung kemih, sel-sel dapat berubah menjadi silinder
granular kasar, kemudian menjadi sebuah silinder granular halus, dan
akhirnya, menjadi silinder yang licin seperti lilin (waxy). Silinder lilin
umumnya terkait dengan penyakit ginjal berat dan amiloidosis ginjal.
Kemunculan mereka menunjukkan keparahan penyakit dan dilasi nefron
dan karena itu terlihat pada tahap akhir penyakit ginjal kronis.
U r i n a l i s i s | 20
21. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
Yang disebut telescoped urinary sediment adalah salah satu di mana eritrosit, leukosit, oval fat
bodies, dan segala jenis silinder yang ditemukan kurang lebih sama-sama berlimpah. Kondisi yang dapat
menyebabkan telescoped urinary sediment adalah: 1) lupus nefritis 2) hipertensi ganas 3) diabetes
glomerulosclerosis, dan 4) glomerulonefritis progresif cepat.
Pada tahap akhir penyakit ginjal dari setiap penyebab, sedimen saluran kemih sering menjadi
sangat kurang karena nefron yang masih tersisa menghasilkan urin encer.
5. Silinder Granular
Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami
degenerasi. Disintegrasi sel selama transit melalui sistem
saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel,
fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil
disintegrasi awalnya granular kasar, kemudian menjadi
butiran halus.
Bakteri
Bakteri yang umum dalam spesimen urin karena banyaknya mikroba flora normal vagina atau
meatus uretra eksternal dan karena kemampuan mereka untuk cepat berkembang biak di urine pada
suhu kamar. Bakteri juga dapat disebabkan oleh kontaminan dalam wadah pengumpul, kontaminasi tinja,
dalam urine yang dibiarkan lama (basi), atau memang dari infeksi di saluran kemih. Oleh karena itu
pengumpulan urine harus dilakukan dengan benar.
Diagnosis bakteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi saluran kemih memerlukan tes biakan
kuman (kultur). Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk melihat apakah jumlah bakteri yang hadir
signifikan. Umumnya, lebih dari 100.000 / ml dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan.
Beberapa organisme mencerminkan kontaminasi. Namun demikian, keberadaan setiap organisme dalam
spesimen kateterisasi atau suprapubik harus dianggap signifikan.
1. Ragi
Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati.
Mereka sering sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal
amorf, membedakannya adalah bahwa ragi memiliki
kecenderungan bertunas. Paling sering adalah Candida, yang dapat
menginvasi kandung kemih, uretra, atau vagina.
2. Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual
yang dapat berasal dari urogenital laki-laki dan perempuan.
Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2 kali diameter leukosit.
Organisme ini mudah diidentifikasi dengan cepat dengan melihat
adanya flagella dan pergerakannya yang tidak menentu.
U r i n a l i s i s | 21
22. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
Kristal
Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat. Penemuan
kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam jumlah berlebih dan
adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya penyakit "kencing batu", yaitu
terbentuknya batu ginjal-saluran kemih (lithiasis) di sepanjang ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas,
dan dapat menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai kristaluria, dan
penemuan kristaluria tidak harus disertai pembentukan batu.
1. Kalsium Oksalat
Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan
pada pasien yang sehat. Mereka dapat terjadi pada urin dari
setiap pH, terutama pada pH yang asam. Kristal bervariasi dalam
ukuran dari cukup besar untuk sangat kecil. Kristal ca-oxallate
bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan bebentuk amplop
atau halter. Kristal dapat muncul dalam specimen urine setelah
konsumsi makanan tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan
keracunan ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate
per LPL masih dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari
5 ( ++ atau +++ ) sudah dinyatakan abnormal.
2. Triple Fosfat
Seperti halnya Ca-oxallate,
triple fosfat juga dapat dijumpai
bahkan pada orang yang sehat.
Kristal terlihat berbentuk prisma
empat persegi panjang seperti
tutup peti mati (kadang-kadang
juga bentuk daun atau bintang),
tak berwarna dan larut dalam
asam cuka encer. Meskipun
mereka dapat ditemukan dalam setiap pH, pembentukan mereka lebih disukai di pH netral ke basa. Kristal
dapat muncul di urin setelah konsumsi makan tertentu (buah-buahan). Infeksi saluran kemih dengan
bakteri penghasil urease (mis. Proteus vulgaris) dapat mendukung pembentukan kristal (dan urolithiasis)
dengan meningkatkan pH urin dan meningkatkan amonia bebas. Gambar sebelah kanan adalah gambar
Kristal kalsium oksalat, bentuk monohidrat. Catatan penampilan oval ketika berbaring datar, bentuk
halter ketika miring. Dari urin pasien penyakit kuning. ( mikroskop cahaya, × 160.)
3. Asam Urat
Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk
belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar).
Dengan pengecualian langka, penemuan kristal asam urat dalam urin
sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah
metabolisme normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan,
banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin.
Meskipun peningkatan 16% pada pasien dengan gout, dan dalam
keganasan limfoma atau leukemia, kehadiran mereka biasanya tidak
patologis atau meningkatkan konsentrasi asam urat.
U r i n a l i s i s | 22
23. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
4. Sistin (Cystine)
Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul
dalam urin sebagai akibat dari cacat genetic atau penyakit hati yang
parah. Kristal dan batu sistin dapat dijumpai pada cystinuria dan
homocystinuria. Terbentuk pada pH asam dan ketika
konsentrasinya > 300mg. Sering membingungkan dengan kristal
asam urat. Sistin crystalluria atau urolithiasis merupakan indikasi
cystinuria, yang merupakan kelainan metabolisme bawaan cacat
yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu termasuk asam
amino sistin.
5.
Leusin dan Tirosin
Leusin dan tirosin adalah kristal asam amino dan
sering muncul bersama-sama dalam penyakit hati yang
parah. Tirosin tampak sebagai jarum yang tersusun
sebagai berkas atau mawar dan kuning. Leusin munculmuncul berminyak bola dengan radial dan konsentris
striations. Kristal leucine dipandang sebagai bola
kuning dengan radial konsentris. Kristal ini kadangkadang dapat keliru dengan sel-sel, dengan pusat
nukleus yang menyerupai. Kristal dari asam amino
leusin dan tirosin sangat jarang terlihat di sedimen urin.
Kristal ini dapat diamati pada beberapa penyakit keturunan seperti tyrosinosis dan "penyakit Maple
Syrup". Lebih sering kita menemukan kristal ini bersamaan pada pasien dengan penyakit hati berat
(sering terminal).
6.
Kristal Kolesterol
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular ,
transparan, tampak sebagai pelat tipis empat persegi panjang
dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki takik.
Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas, tetapi diduga
memiliki makna klinis seperti oval fat bodies. Kehadiran kristal
kolesterol sangat jarang dan biasanya disertai oleh proteinuria.
7.
Kristal lain
Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin misalnya adalah :
ini adalah gambar Amonium urat (biurat) / NH4 Urat
warna kuning-coklat, bentuk bulat tidak teratur, bulat berduri, atau
bulat bertanduk.
U r i n a l i s i s | 23
24. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
Catatan :
o
o
Kristal dalam urine asam :
Urat amorf, asam urat, calsium oxalat, natrium urat, tyrosine, cystine, leucine.
Kristal dalam urine alkali :
Fosfat amorf, triplefosfat, cacarbonat, calsium fosfat, NH4 Urat.
Pewarnaan Mikroskopis Urin :
1. Pewarnaan Natif (tanpa pewarnaan) baik untuk pewarnaan urin rutin dan melihat pergerakan
parasit seperti Trichomonas vaginalis pada urin segar (<1 jam).
2. Sternheimer Malbin yaitu pewarnaan baik untuk melihat sel-sel darah, silinder dan epitel.
3. Sudan III dan IV yaitu melihat butir-butir hemosiderin pada hemolisis intravaskuler.
4. Asam Asetat 2 % yaitu untuk membedakan eritrosit dengan leukosit, eritrosit akan lisis
sedangkan leukosit tidak.
Alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan sediment :
Wadah Urine Tabung reaksi Penjepit
Sentrifuge
kaca objek & deck glass
mikroskop
Makroskopis = Pemeriksaan dengan mata telanjang
1. Pemeriksaan Ph pada Urine
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan
tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antara 4,5 -- 8,0 dengan rata-rata 6,5. Jadi urine
berada dalam keadaan sedikit asam pada keadaan normal. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran
kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi
asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak
akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin
dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya
dipertahankan basa.
Untuk pemeriksaan derajad keasaman urine ini harus dipakai urine yang segar (baru). Karena urine
yang telah lama derajad keasamannya akan berubah menjadi alkalis. Pada urine yang telah dikeluarkan
dari tubuh, maka ammonium yang terkandung didalamnya akan diubah oleh bakteri dalam urine menjadi
amoniak yang bersifat alkalis. Beberapa keadaan yang dapat membuat urine menjadi asam adalah
acidosis, kelaparan, diarrhea, diabetes mellitus. Kemudian beberapa keadaan yang dapat membuat urine
menjadi alkalis adalah alkalosis, muntah-muntah yang hebat, infeksi saluran kencing (UTK).
o Urine yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah urine sewaktu (urine segar). Alasan karena pada
urine tersebut urine belum dirombak menjadi ammonia.
o Disiapkan kertas lakmus biru, merah, lalu letakkan kertas lakmus ditempat yang datar lalu
o Diteteskan sampel urine pada kertas lakmus tersebut, lalu
o Amati perubahan yang terjadi basa atau asam
o Apabila lakmus merah tetap merah, sedangkan lakmus biru menjadi merah itu Ph nya asam
U r i n a l i s i s | 24
25. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
o Apabila lakmus merah menjadi biru, sedangkan lakmus biru tetap biru itu PH nya basa
o Atau bisa juga menggunakan pH meter (lebih lengkap angka pHnya) caranya seperti metode carik
celup.
Factor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan :
Pemberian obat
Pemberian obat batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam. sedangkan untuk
mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa.
Diit makanan
Pemasukan makanan
Kondisi patologis
Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam sedangkan pada infeksi dengan
kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi amoniak akan menyebabkan urin bersifat
basa
selain itu pH basa disebabkan oleh : setelah makan vegetarian, alkalosis sistemik, ISK, terapi
alkalinisasi, asisdosis tubulus ginjal, specimen basi
dan pH asam dipengaruhi oleh : ketosis ( diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak ),
asidosis sistemik, terapi pengasaman.
2. Pemeriksaan warna Urine
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Selama proses tersebut, warna
urine yang keluar melalui uretra kita pun bisa bermacam-macam. Urine merupakan produk limbah dari
tubuh yang tidak mengandung racun. Urine mengandung 95 persen air, 2,5 persen urea, dan 2,5 persen
merupakan peleburan hormon, enzim, garam dan mineral.
Warna urine normal biasanya kuning bercahaya karena merupakan hasil ekskresi (pengeluaran)
pigmen yang ditemukan dalam darah yang disebut urochrome. Tapi urine bisa berubah warna, sesuai
dengan makanan atau penyakit yang diderita seseorang. Maka dari itu, berbagai tes kesehatan dilakukan
dengan memanfaatkan urine. Bahkan warna urine dapat dijadikan indikator kesehatan.
a. Jernih atau tidak berwarna
Ini berarti anda mungkin terlalu banyak meminum cairan. Terlalu banyak minum juga bisa
membahayakan tubuh. Minumlah air sesuai dengan berat badan Anda. Warna ini juga bisa
mengindikasikan adanya gangguan hati, seperti hepatitis virus akut atau sirosis. Namun, ini
biasanya ditandai dengan gejala lain seperti menguning, kulit kuning, mual, muntah, demam, dan
kelelahan.
b. Kuning
Bila urine Anda berwarna kuning cerah atau neon, ini bisa berarti suplemen vitamin yang Anda
minum terlalu berlebihan atau tidak diserap oleh tubuh. Jika kuning gelap atau emas
ini bisa menandakan tubuh Anda mengalami dehidrasi. Perbanyaklah minum, tapi sesuaikan
dengan berat badan Anda, jangan sampai minum berlebihan. Penyebab lainnya yang non
pathologis adalah karena Karoten, Xantonin, urobilin, urochrom, bilirubin untuk warna yang
abnormal yang mengakibatkan warna urine menjadi kuning cokelat seperti teh. Indikasi penyakit
tidak ada.
c. Merah muda atau merah
U r i n a l i s i s | 25
26. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
d.
e.
f.
Untuk pathologis urine yang berwarna merah berkabut cokelat menandakan adanya darah dari
ginjal atau infeksi kandung kemih sedangkan merah cokelat akibat urobilin, porphyrin,
hemoglobin, porfobilin. Jika Anda mengalami sakit di punggung atau perut bagian bawah, urgensi
kemih, dan merasa seperti demam, segeralah konsultasikan ke dokter. Atau, bisa juga karena non
pathologis seperti memakan makanan berwarna merah atau merah muda terlalu banyak, seperti
bit, beri, wortel, phenophtalin, selenium atau pewarna makanan. Warna ini bisa juga muncul
sebagai akibat efek samping dari beberapa obat pencahar,maupun obat-obatan laiinya seperti
santonin, amidopyrin, congored, atau juga zat warna makanan, uroerythrin. Indikasi penyakit:
glomerulonevitis nefitit akut (penyakit ginjal), kanker kandung kencing.
Oranye atau jingga
Ini bisa merupakan efek samping obat, makan terlalu banyak jeruk atau makanan merah,dan
dehidrasi
Biru atau hijau
Dari non pathologis warna ini menandakan adanya efek samping obat tertentu, makan makanan
hijau terlalu banyak seperti asparagus, acriflavin, methylen blue, indikan (indoxilsulfat), evan's
blue atau makanan dengan pewarna buatan biru atau hijau. Dari pathologis menandakan
penyakit obstruksi (penyumbatan usus kecil).
Cokelat gelap atau seperti teh
Ini bisa menandakan adanya gangguan hati, terutama jika disertai dengan tinja berwarna
pucat dan kulit kuning. Atau, bisa juga merupakan efek samping obat tertentu. Jika
warnanya cokelat kehitaman berarti mengandung melamin. Tetapi untuk warna cokelat
yang normal mengandung urobilin. Untuk yank abnormal mengandung bilirubin, hematin,
porfobilin. untuk Indikasi penyakit yaitu hepatitis
Putih
Zat warna normal dalam jumlah besar mengandung fosfat, urat. Sedangkan untuk zat warna
abnormal mengandung pus, getah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri-bakteri, protein yang
membeku. Dan untuk Indikasi penyakitnya yaitu infeksi saluran kencing, kebocoran kelenjar
limfa.
o Siapkan tabung reaksi yang bersih, kering dan jernih ( tabung yang tidak buram)
o Isi sampel kedalam tabung 2/3 bagian, lalu
o Amati urine tersebut di tempat yang terang kemudian catat hasilnya
g.
3. Pemeriksaan kekeruhan/kejernihan
Dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya
urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut nubecula yangterdiri dari lendir, sel epitel
dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang
mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat
disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.
U r i n a l i s i s | 26
27. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
Dalam keadaan normal, urine yang baru berwana jernih. Kekeruhan dapat terjadi karena phosphate
biasanya berwarna putih, dan akan hilang bila di tetesi asam, urat Amorph biasanya berwarna kuning
coklat dan didapatkan pada urine yang asam, dan bila dipanaskan akan menghilang, nanah/Pus biasanya
berwarna putih keruh seperti susu, tetapi bila di saring akan kembali jernih. Bila kekeruhan di sebabkan
oleh kuman, maka bila di saring urine akan tetep keruh.
o Urine yang digunakan pada pemeriksaan ini ialah urine sewktu (urine segar) alasan karena pada
urine tersebut belum mengalami oksidasi oleh bakteri.
o Masukkan sampel urine kedalam tabung reaksi yang bersih kering dan jernih
o Amati urine tersebut di tempat yang terang, lalu
o Catat hasil : jernih , agak keruh, keruh atau sangat keruh
Penyebab hasil positive palsu :
1. Kekeruhan dari awal
a. Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar ( kemungkinan terjadi setelah pasien
makan )
b. Adanya bakteri ( adanya bakteri dalam sampel mengoksidasi sampel sehingga
menyebabkan kekeruhan )
c. Unsur-unsur sedimen dalam jumlah besar ( erytrosit, leukosit, sel epitel)
d. Chylus dan lemak ( kekeruhan yang disebabkan oleh butir-butir lemak / lipiduria )
e. Benda-benda koloid
2. Kekeruhan setelah didiamkan
a. Urat-urat amorf terbentuk dalam urine asam dan dingin ( terbentuk pada urine asam
dan dingin, dan akan hilang setelah urine di panasi )
b. Fosfat amorf dan karbonat ( terbentuk pada urine lindi, dan akan hilang bila urine di
asamkan dengan pembentukan gas co2 )
c. Ada bakteri ( selain berasal dari sampel , bakteri juga berasal dari botol penampung,
bakteri melakukan perkembangbiakan sehingga megoksidasi komponen-komponen
urine sehingga menyebabkan kekeruhan)
d. Adanya nubecula
Menyebabkan hasil positive palsu Karena mengakibatkan kekeruhan pada sampel
4. Pemeriksaan Bj (Berat Jenis)
Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030 rata-rata 1,020. Berat jenis urin
berhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya.
Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin
sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik.
Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin
kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan
kegagalan ginjal yang menahun.
Berat jenis urine tertinggi terdapat pada urine pertama pagi hari, sedangkan berat jenis terendah
terdapat dalam urine yang dihasilkan 1 jam setelah intake cairan yang cukup banyak. Berat jenis ini
memberikan gambaran tentang fungsi dari tubulus. Isosthenuri : Suatu keadaan dimana berat jenis urine
seseorang selalu tetap 1,010 sepanjang hari, yaitu sama dengan berat jenis protein free plasma. Keadaan
ini terjadi pada penderita penyakit ginjal yang kronis dan berat. Tehnik pemeriksaan fungsi urine dengan
memakai alat urometer atau urinometer atau bisa juga dengan menggunakan metode carik celup
5. Pemeriksaan bau urine
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau
urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan
oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria.
U r i n a l i s i s | 27
28. Sisti Nurrahmah, Amd.AK
Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan
tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein
dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.
Pada urine yang segar/baru biasanya tidak berbau keras/menyengat, tetapi pada urine yang telah
lama dikeluarkan dari tubuh, uranium yang terkandung didalamnya akan di ubah menjadi amoniak oleh
bakteri yang ada dalam urine, sehingga menimbulkan bau yang keras/menyengat. Dalam keadaan
pathologis urine dapat berbau manis biasanya disebabkan oleh adanya acetone, misalnya pada koma
diabetic juga bisa berbau busuk biasanya disebabkan oleh adanya infeksi, misalnya pada cystitis.
o
Kibas-kibas kan telapak tangan diatas tabung reaksi wadah yang berisi sampel urine sampai
tercium bau dari urine tersebut
o
Catat hasilnya : bau khas, bau makanan, bau obat, dll
6. Pemeriksaan buih/busa urine
Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih, menunjukkan bahwa urine
tersebut mengandung protein. Sedangkan jika urine memiliki buih yang berwarna kuning, hal tersebut
disebabkan oleh adanya pigmen empedu(bilirubin) dalam urine.
o
Urine yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah urine sewaktu (urine segar). Alasan
karena pada urine tersebut protein dengan kadar yang cukup banyak akan menimbulkan
buih putih yang cukup bertahan lama dan billirubin dapat menimbulkan buih berwarna
kuning dan tidak segera hilang.
o
masukkan sampel urine kedalam tabung reaksi
o
kemudian kocok tabung yang berisi sampel tersebut
o
amati yang terjadi :
- tidak berbuih
- sedikit berbuih
- buih banyak
- buih banyak lama hilang
- warna buih kuning
7. Pemeriksaan Volume urine
Pada keadaan normal volume urine selama 24 jam adalah : 600-1600 ml. Dikatakan oligouri bila
volume mencapai 100-600 ml/24 jam. Dikatakan anuri, bila volume mencapai kurang atau sama dengan
100ml/24 jam. Besarnya volume urine seseorang amat tergantung pada intake cairan
(makan/minum), kehilangan cairan (keringat), suhu badan, dan suhu sekitarnya.
Penyebab terjadinya oligouri ada 2 faktor yaitu (1) faktor renal seperti akut tubulair nekrosis dan akut
glomerula nekrosis. Dan (2) faktor non renal seperti penurunan intake cairan dan peningkatan
kehilangan cairan.
Penyebab terjadinya poliuri (produksi urine> 2500 ml/24 jam) yaitu karena adanya kronik renal
dieses, diabetes insipidus, polydipsi, dan obat diuretika.
Dalam keadaan normal, volume urine pada siang hari lebih banyak dari (>) malam hari dan volume
urine malam hari dapat lebih banyak dari (>) siang hari pada keadaan glomerulo tubulair dieses yang
berat, gangguan pada absorbs usus dan adison diseases.
U r i n a l i s i s | 28